e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
EFFECT OF INTEREST RATES AND INFLATION OF REFERENCE BANK INDONESIA STOCK PRICE INDEX Agus Salim Lecturer Perbanas Institute agussalim.perbanas @ gmail.com , 08170162707 Luciana Chrisnawati Students Perbanas Institute ABSTRACT This study aims to analyze the influence of Reference Interest Rate and Inflation Bank Indonesia on the Jakarta Composite Index , either partially or simultaneously . The population in this study is the Indonesia Stock Exchange in which there throughout Composite Stock Price Index data . The samples used were the Composite Stock Price Index data from January 2008 to October 2011 . The data used are secondary data from the reports on electronic publications Indonesia Stock Exchange and Bank Indonesia . Data collection techniques to the study of literature . The analytical method used is multiple linear regression analyzes were performed with SPSS 17 . To analyze whether each independent variable affects the dependent variable , use partial test ( t test ) and simultaneously test ( F test ) . The results of this study indicate that partial variable Interest Rate Reference Bank Indonesia significant negative effect on the movement of the Composite Stock Price Index - value is smaller than the t - t table ( 7.654 < -2.017 ) . Variable Inflation significant positive effect on the movement of the Composite Stock Price Index t value is greater than t table ( 4.623 > 2.017 ) . Simultaneously variable Interest Rate Reference Bank Indonesia and inflation have a significant effect on the movement Composite Stock Price Index as calculated F value is greater than the F table ( 41.444 > 4.067 ) . In addition , test results obtained coefficient of determination of 65.8 percent , which means the variation variable Interest Rate and Inflation Reference Bank Indonesia is able to provide influence for 65.8 percent of the variation variables Composite Stock Price Index. Keywords : Bank Indonesia's benchmark interest rate , inflation , Composite Stock Price Index , Capital Markets .
ISSN 2355-0244
1
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Pendahuluan Pasar modal merupakan salah satu indikator dalam mengukur perkembangan ekonomi suatu negara. Melalui pasar modal, dunia usaha diharapkan dapat memperoleh sebagian atau seluruh pembiayaan jangka panjang yang diperlukan. Melalui pasar modal, investor dapat memilih objek investasi dengan beragam tingkat pengembalian (return) dan tingkat risiko yang dihadapi, sedangkan bagi para penerbit (emiten) melalui pasar modal dapat mengumpulkan dana jangka panjang untuk menunjang kelangsungan usahanya (Lo, 2008). Di Indonesia, investor yang berminat untuk berinvestasi di pasar modal dapat melakukannya di Bursa Efek Indonesia (BEI).Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap kepada investor mengenai perkembangan bursa, BEI menyebarkan data pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Salah satu informasi yang diperlukan tersebut adalah indeks harga saham yang mana merupakan cerminan dari kinerja keseluruhan harga saham. Salah satu indeks yang sering diperhatikan investor ketika berinvestasi di BEI adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG adalah indeks yang berisikan seluruh saham perusahaan (emiten) yang tercatat di BEI. Oleh karena itu, investor dapat melihat kondisi pasar apakah sedang aktif atau lesu melalui pergerakan IHSG tersebut (BEI, 2011). Indeks Harga Saham Gabungan merupakan indikator kinerja pasar modal yang selalu mengalami perubahan setiap detiknya karena transaksi saham di bursa juga terjadi dalam hitungan detik dan menit. Bahkan, dewasa ini IHSG dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai landasan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (current market). Pergerakan IHSG ditentukan oleh permintaan dan penawaran atas saham-saham. Jika permintaan meningkat maka harga saham akan naik dan jika permintaan menurun maka harga saham akan turun. Setiap hari juga terdapat saham-saham yang tidak mengalami pergerakan harga atau tidak ada transaksi (Dwiyanti, 1999). Secara garis besar, pergerakan harga saham atau indeks harga saham dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (lingkungan mikro) dan faktor eksternal (lingkungan makro). Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari
2
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
luar perusahaan. Faktor internal misalnya seperti kinerja dan kondisi internal perusahaan, sedangkan faktor eksternal misalnya seperti tingkat suku bunga, nilai tukar (kurs), inflasi, kondisi politik, dan lain-lain. Ketika kondisi makro ekonomi di suatu negara mengalami perubahan baik yang positif ataupun
negatif, investor akan
memperhitungkan dampaknya terhadap kinerja perusahaan (emiten) di masa depan untuk kemudian mengambil keputusan apakah akan membeli atau menjual saham perusahaan yang bersangkutan. Aksi jual dan beli ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan harga saham yang pada akhirnya akan berpengaruh pada indeks harga saham di negara tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis factor-faktor yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan baik secara parsial maupun simultan. Variabel Suku Bunga acuan Bank Indonesia dan Inflasidipakai sebagai factor yang mempengaruhi IHSG( Alwi, 2003).
Tinjauan Teoritis Kebijakan tingkat suku bunga di Indonesia dikendalikan secaralangsung oleh Bank Indonesia melalui BI Rate. BI Rate merupakan responbank sentral terhadap tekanan inflasi ke depan agar tetap berada padasasaran yang telah ditetapkan. Perubahan BI Rate sendiri dapat memicupergerakan di pasar saham Indonesia. Penurunan BI Rate secara otomatis akan memicu penurunan tingkat suku bunga deposito maupun suku bunga kredit perbankan (Bank Indonesia, 2011). Bagipara investor, dengan adanya penurunan BI Rate maka akan mengurangi tingkat pengembalian (return) yang diperoleh bila dana yang merekamiliki diinvestasikan dalam bentuk deposito. Oleh karena itu, investor akan mengalihkan dananya ke pasar modal yang pada akhirnya akan membuat peningkatan indeks harga saham (BEI, 2011). Perubahan inflasi juga merupakan salah satu faktor makro ekonomi yang dapat mempengaruhi pergerakan indeks harga saham. Inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus. Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan beban operasional perusahaan semakin meningkat dan akan mempengaruhi kinerja keuangannya, yaitu penurunan profitabilitas perusahaan. Profitabilitas perusahaan yang menurun akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan tersebut di pasar ISSN 2355-0244
3
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
modal. Hal ini merupakan sinyal negatif bagi investor di pasar modal karena tingkat pengembalian (return) yang akan didapatkannya juga akan ikut menurun sehingga ia akan lebih memilih mengalokasikan dananya dalam bentuk tabungan atau deposito. Pengalihan investasi ini pada akhirnya akan membuat penurunan indeks harga saham (BEI, 2011). Penurunan suku bunga dan inflasi akan menyebabkan kenaikan indeks harga saham di suatu negara. Tetapi di Indonesia selama periode 2008 hingga tahun 2011 terjadi hal yang berlawanan. Bulan Januari 2009 hingga bulan Februari 2009 di mana ketika BI Rate turun, IHSG juga ikut bergerak turun. BI Rate pada bulan Januari 2009 sebesar 8,75 persen, IHSG turun menjadi 8,25 persen pada Februari 2009. IHSG pada Januari 2009 ditutup pada posisi 1.332,667 dan turun menjadi 1.285,476 pada akhir Februari 2009. Kemudian ketika BI Rate naik, pergerakan IHSG juga ikut naik. Hal ini terjadi pada bulan April 2008 hingga Mei 2008 dan bulan Januari 2011 hingga Februari 2011. BI Rate bulan April 2008 sebesar 8 persen naik menjadi 8,25 persen pada Mei 2008 kemudian pada bulan Januari 2011 sebesar 6,5 persen naik menjadi 6,75 persen pada bulan Februari 2011. IHSG pada April 2008 ditutup pada posisi 2.304,516 dan naik menjadi 2.444,349 pada akhir Mei 2008 kemudian pada akhir Januari 2011 ditutup pada 3.409,167 dan naik menjadi 3.470,348 pada akhir Februari 2011. Kondisi ini tentunya tidak sesuai dengan uraian sebelumnya yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga memiliki pengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG (Bursa Efek Indonesia, 2011 dan Bank Indonesia, 2011). Hal yang sama juga terjadi ketika inflasi naik, IHSG juga ikut meningkat. Ini terjadi selama bulan Juli 2009 hingga September 2009 dan bulan Mei 2010 hingga Agustus 2010. Peningkatan inflasi masing-masing sebesar 2,71 persen, 2,75 persen, 2,83 persen selama bulan Juli 2009 hingga September 2009, kemudian masing-masing sebesar 4,16persen, 5,05persen, 6,22persen, 6,44persen selama bulan Mei 2010 hingga Agustus 2009. Peningkatan IHSG masing-masing berada di posisi 2.323,236; 2.341,537; 2.467,591 pada akhir bulan Juli 2009 hingga September 2009, kemudian masing-masing berada di posisi 2.796,957; 2.913,684; 3.069,280; 3.081,884 pada akhir bulan Mei 2010 hingga Agustus 2010. Sementara ketika inflasi turun, IHSG juga ikut turun. Hal ini terjadi pada bulan Juli 2008 hingga Agustus 2008 dan bulan September 4
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
2009 hingga Oktober 2009. Penurunan inflasi masing-masing sebesar 11,9 persen dan 11,85 persen selama bulan Juli 2008 hingga Agustus 2008, kemudian masing-masing sebesar 2,83 persen dan 2,57 persen selama bulan September 2009 hingga Oktober 2009. Penurunan IHSG masing-masing berada di posisi 2.304,508 dan 2.165,943 pada akhir bulan Juli 2008 hingga Agustus 2008, kemudian berada di posisi 2.467,591 dan 2.367,701 pada akhir September 2009 hingga Oktober 2009. Ini tentunya berlawanan dengan apa yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa suku bunga memiliki pengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG (Bursa Efek Indonesia, 2011 dan Bank Indonesia, 2011). Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dipandang mampu mempengaruhi pergerakan indeks harga saham. Penelitian Oktafalia dan Syafriana (2007) diperoleh hasil bahwa perubahan tingkat suku bunga SBI mempunyai pengaruh negatif terhadap perubahan harga saham PT Semen Gresik, Tbk tetapi tidak signifikan. Berbeda dengan hasil penelitian Yuliman (2003) yang menunjukkan bahwa suku bunga deposito berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks LQ45. Hasil penelitian dengan menggunakan variabel inflasi juga memberikan kesimpulan yang berlawanan. Utami dan Rahayu (2003) menemukan bahwa inflasi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap harga saham, sementara Prakarsa dan Kusuma (2007) menemukan bahwa tingkat inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian tentang pengaruh tingkat suku bunga dan inflasi cenderungtidak konsisten atau berbeda antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti duavariabel ekonomi yang telah diuraikan di atas dengan judul “Pengaruh Tingkat Suku Bunga Acuan Bank Indonesia (BI Rate) dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Kedua variabel penelitian di atas akan dianalisis apakah memiliki pengaruh terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Secara ringkas kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
ISSN 2355-0244
5
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Gambar 1 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Acuan Bank Indonesia (BI Rate) dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
BI Rate (X1)
Inflasi (X2)
H1
H2 22 23
IHSG (Y)
H3
Sumber: Sugiyono (2009:66), Oktafalia dan Syafriana (2007) (data diolah peneliti)
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho1:
BI Rate secara parsial tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.
Ha1:
BI Rate secara parsial berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.
Ho2:
Inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.
Ha2:
Inflasi secara parsial berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.
Ho3:
BI Rate dan Inflasi secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.
Ha3:
BI Rate dan Inflasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.
6
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Metodologi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia , yang di dalamnya terdapat seluruh data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sampel dipilih berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan yang diinginkan oleh peneliti. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah data IHSG, BI Rate, dan inflasi yang dibatasi pada data bulanan selama periode Januari 2008 hingga Oktober 2011. Data IHSG diperoleh dari Laporan Statistik Tahunan dan Bulanan Bursa Efek Indonesia. Data BI Rate dan inflasi diperoleh dari laporan publikasi elektronik dalam website Bank Indonesia, seperti Laporan Perekonomian Indonesia dan Tinjauan Kebijakan Moneter. Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi yang diperoleh melalui studi kepustakaan dengan membaca jurnal, dan tesis yang berhubungan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Untuk menguji hipotesis secara parsial digunakan uji t-test dan uji F-test digunakan untuk menguji hipotesis secara simultan. Pengaruh variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat) diuji dengan tingkat kepercayaan 95 persen atau tingkat signifikansi ( ) sama dengan 5 persen. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 17.0for Windows.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Data mengenai pergerakan IHSG, BI Rate, dan Inflasi periode yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada gambar 2.
ISSN 2355-0244
7
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Gambar 2. Pergerakan IHSG, BI Rate, dan Inflasi Periode Januari 2008 – Oktober 2011
Sumber: Data diolah peneliti 2012
Seluruh data terlihat fluktuatif, BI rate setelah ada kenaikan pada September dan nopember 2008, selanjutnya mulai januari 2009 cenderung turun dan stabil mulai September 2009 pada tingkat yang rendah sampai September 2011. Adapun tingkat inflasi setelah tinggi pada Juli, Agustus, September, nopember 2008 selanjutnya mulai Januari 2009 trendnya mengalami penurunan yang signifikan dan mulai ada kenaikan pada januari 2010. Di sisi lain IHSG dari januari 2008 trendnya mengalami penurunan dan terendah pada September 2008, namun setelah itu trendnya terus mengalami kenaikan yang sangat tajam dan puncaknya pada juli 2011, sebelum ada sedikit penurunan pada bulan September 2011.
8
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Setelah dilakukan uji asumsi klasik terhadap data yang digunakan dalam penelitian ini seluruh data dinyatakan layak untuk dilakukan pengujian selanjutnya. Hasil pengujian regresi linier berganda diperoleh hasil pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
10132.262
884.212
BI Rate
-1257.923
164.355
262.121
56.595
Inflasi a. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data diolah (2012)
Berdasarkan hasil uji analisis regresi linear berganda dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut: Y = 10132,262 – 1257,923X1 + 262,121X2 Keterangan:
Y = Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) X1 = suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) X2 = inflasi
Konstanta sebesar 10132,262 artinya jika BI Rate (X1) dan inflasi (X2) nilainya adalah 0, maka IHSG (Y) nilainya adalah 10132,262.Koefisien regresi variabel BI Rate (X1) sebesar -1257,923 artinya jika BI Rate mengalami kenaikan 1persen, maka IHSG (Y) akan mengalami penurunan sebesar 1257,923 dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif (terbalik) antara BI Rate dengan IHSG, semakin naik BI Rate, maka semakin turun nilai IHSG.Koefisien regresi variabel inflasi (X2) sebesar 262,121 artinya jika inflasi mengalami kenaikan 1persen, maka IHSG (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 262,121 dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif (searah) antara inflasi dengan IHSG, semakin naik inflasi, maka IHSG semakin meningkat.
ISSN 2355-0244
9
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t-test dengan hasil pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji t (Parsial) Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
10132.262
884.212
BI Rate
-1257.923
164.355
262.121
56.595
Inflasi
Coefficients Beta
t
Sig.
11.459
.000
-1.522
-7.654
.000
.921
4.632
.000
a. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data diolah (2012)
Pengujian terhadap variabel BI Rate diperoleh hasil –t hitung lebih kecil dari –t tabel (-7,654 < -2,017) sehingga H01 ditolak, maka dapat dikatakan bahwa variable BI Rate berpengaruh negative signifikan terhadap pergerakan IHSG.Variabel Inflasi memiliki nilai t hitung sebesar 4,632 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena koefisien regresinya bernilai positif yaitu sebesar 262,121 dan nilai signifikansinya lebih kecil dari 5persen (0,05) serta nilai t hitung lebih besar dari t tabel (4,632 > 2,017), maka H02 ditolak dapat dikatakan bahwa variabel inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap pergerakan IHSG. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Pada tabel 3 berikut hasil uji F yang diolah menggunakan SPSS:
10
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Tabel 3. Hasil Uji F (Simultan) ANOVAb Sum of Model 1
Squares
Df
Mean Square
F
Regression
2.015E7
2
1.007E7
Residual
1.045E7
43
243055.255
Total
3.060E7
45
41.444
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Inflasi, BI Rate b. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data diolah (2012)
Karena nilai F hitung lebih besar dari F tabel (41,444 > 4,067), maka H03 ditolak dapat dikatakan bahwa variabel BI Rate dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. Berdasarkan kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat hasil analisis determinasi pada nilai R2 (R square) yang terdapat pada output model summary hasil perhitungan SPSS berikut: Tabel 4. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summary
Model 1
R .811a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square .658
.643
493.006344
a. Predictors: (Constant), Inflasi, BI Rate
Sumber: Data diolah (2012)
Kontribusi variabel suku bunga dan inflasi terhadap IHSG sebesar 65,8 persendan sisanya sebesar 34,2 persen dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian ini.
ISSN 2355-0244
11
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Pembahasan BI Rate merupakan salah satu instrumen yang digunakan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi. Apabila Bank Indonesia mengumumkan untuk menurunkan BI Rate, maka investor akan mengalihkan dananya ke pasar modal dengan harapan akan mendapatkan return yang lebih baik daripada menyimpan dananya dalam bentuk simpanan.Pengalihan dana yang disebabkan oleh aksi beli saham para investor menyebabkan permintaan akan saham bertambah sehingga membuat Indeks Harga Saham Gabungan di BEI pun ikut bergerak naik. Hipotesis pertama (Ha1) yang diajukan dalam penelitian ini adalah BI Rate berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik sebelumnya, diperoleh bahwa hipotesis alternatif pertama (Ha1) tidak ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang sudah ada, yaitu penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) akan mendorong kenaikan IHSG. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Utami dan Rahayu (2003) dan Yuliman (2003) yang menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hanya saja dalam penelitian Yuliman (2003) tingkat suku bunga memiliki hubungan positif (searah) dengan IHSG, sedangkan dalam penelitian ini terjadi hubungan negatif (terbalik) antara BI Rate dengan IHSG. Inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terusmenerus. Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan beban operasional perusahaan semakin meningkat dan berakibat pada penurunan profitabilitas. Profitabilitas perusahaan yang menurun akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan tersebut di pasar modal. Hal ini merupakan sinyal negatif bagi investor di pasar modal sehingga ia akan lebih memilih mengalokasikan dananya dalam bentuk simpanan. Pengalihan investasi ini pada akhirnya akan membuat penurunan indeks harga saham. Hipotesis ke dua (Ha2) yang diajukan dalam penelitian ini adalah inflasi berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik sebelumnya, diperoleh bahwa hipotesis alternatif kedua (Ha2) tidak ditolak atau dengan kata lain variabel inflasi berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG.
12
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Utami dan Rahayu (2003) yang menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori yang ada, di mana terjadi hubungan yang positif (searah) antara inflasi dengan IHSG. Artinya peningkatan inflasi justru akan mendorong kenaikan IHSG. Hipotesis ke tiga (Ha3) yang diajukan dalam penelitian ini adalah BI Rate dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik sebelumnya, diperoleh bahwa hipotesis alternatif ke tiga (Ha3) tidak ditolak. Hasil uji F sebelumnya dapat dilihat bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (41,444 > 4,067) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena F hitung lebih besar dari F tabel dan nilai signifikansinya lebih kecil dari 5 persen (0,05), maka hipotesis alternatif ke tiga (Ha3) tidak ditolak atau dengan kata lain BI Rate dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. BI Rate merupakan salah satu instrumen yang digunakan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi. Apabila Bank Indonesia mengumumkan untuk menurunkan BI Rate, maka investor akan mengalihkan dananya ke pasar modal dengan harapan akan mendapatkan return yang lebih baik daripada menyimpan dananya dalam bentuk simpanan.Pengalihan dana yang disebabkan oleh aksi beli saham para investor menyebabkan permintaan akan saham bertambah sehingga membuat Indeks Harga Saham Gabungan di BEI pun ikut bergerak naik
Kesimpulan dan Saran Berdasarkan uji hipotesis diperoleh bahwa BI Rate berpengaruh negatif signifikan terhadap pergerakan IHSG. Hal tersebut terbukti dari hasil persamaan regresi yang mana koefisien regresi BI Rate bernilai negatif (-1257,923) dan tingkat signifikansinya (0,000) lebih kecil dari 0,05 serta nilai -t hitung lebih kecil dari -t tabel (-7,654 < 2,017). Sedangkan uji hipotesis variable inflasi diperoleh bahwainflasi berpengaruh positif signifikan terhadap pergerakan IHSG. Hal tersebut terbukti dari hasil persamaan regresi yang mana koefisien regresi inflasi bernilai positif (262,121) dan tingkat
ISSN 2355-0244
13
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
signifikansinya (0,000) lebih kecil dari 0,05 serta nilai t hitung lebih besar dari t tabel (4,632 > 2,017). Berdasarkan pengujian secara simultan dapat disimpulkan bahwa BI Rate dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG dengan tingkat signifikansi (0,000) lebih kecil dari 0,05 dan nilai F hitung lebih besar dari F tabel (41,444 > 4,067). Kontribusi variable suku bunga dan inflasi terhadap IHSG sebesar 65,8 persen,sedangkan sisanya sebesar 34,2 persen dipengaruhi oleh variabel lainnya. Dalam penelitian ini juga diuji koefisien determinasi (R2) dan nilai yang diperoleh adalah sebesar 0,658. Hal ini berarti bahwa variasi variabel BI Rate dan inflasi mampu mempengaruhi pergerakan IHSG sebesar 65,8 persen, sedangkan sisanya sebesar 34,2 persen dipengaruhi oleh variabel lainnya. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan investor dapat lebih memahami sifat BI Rate pada saat memperkirakan arah pergerakan indeks harga saham ke depan. Selain itu investor diharapkan benar-benar memahami sifat inflasi, apakah inflasi yang terjadi akan mempengaruhi kinerja perusahaan (emiten) sehingga berpengaruh juga terhadap harga saham perusahaan tersebut. Selanjutnya baik investor maupun perusahaan diharapkan memperhatikan arah pergerakan BI Rate dan inflasi ke depan karena kedua factor ini merupakan salah satu factor penting yang menjadi penggerak indeks harga saham. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat menambahkan factorfaktor lain yang mempengaruhi pergerakan indeks harga saham gabungan, seperti kurs mata uang, dan kondisi makro ekonomi lainnya yang berpengaruh saat itu.
14
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia. (2011). Laporan Kebijakan Moneter. Jakarta: Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter. Bursa Efek Indonesia. (2008--20011). Fact Book. Jakarta: Divisi Riset dan Pengembangan Usaha. Iskandar Z. Alwi.(2003).Pasar Modal Teori dan Aplikasi.Jakarta: Nasindo Internusa. Merry Lo. (2008). Mengenal Pasar Modal, (online), (http://infovesta.com, diakses 8 Mei 2011 pukul 22.48). HU
UH
Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu. (2003). Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, (online), Vol.5, No.2, September 2003: 123-131 (http://puslit.petra.ac.id, diakses 27 Juli 2011 pukul 22.31). HU
UH
Oktafalia M. dan Maya Syafriana. (2007). Analisis Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga SBI dan Perubahan Kurs US$ Terhadap Harga Pasar Saham PT Semen Gresik, Tbk Periode Januari 2002-Desember 2006. Business & Management Journal Bunda Mulia, (online), Vol.4, No.1, Maret 2008 (http://ubm.ac.id, diakses 15 Agustus 2011 pukul 17.36). HU
UH
Sugiyono. (2009). Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung:ALFABETA. Tegararief Ocki Prakarsa dan Budi Hartono Kusuma. (2007). Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Kurs Tengah BI, Tingkat Inflasi, dan Indeks Saham Dow Jones Di New York Stock Exchange Dalam Memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi, (online), Tahun XIII, No.03, November 2008: 305-318 (http://jurnal.pdii.lipi.go.id, diakses 25 Agustus 2011 pukul 12.41). HU
UH
Vonny Dwiyanti. (1999). Wawasan Bursa Saham I. Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya. Yulius Yuliman. (2003). Analisis Pengaruh Kurs US$, Suku Bunga, dan Price Earning Ratio Terhadap Indeks LQ45 di Bursa Efek Jakarta. Tesis dipublikasikan. Semarang: Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro.
ISSN 2355-0244
15