ANALYSIS OF EFFECT OF MACROECONOMIC VARIABLES ON INFLATION AND ECONOMIC GROWTH IN INDONESIA Fadilla Quratul Akyun1, Antoni1, Helmawati2 1 Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta E-mail :
[email protected] 2 Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta Abstract Economic growth is a macro economic problem in the long run. Economic growth in a country can be positive and negative. This never happened in the country of Indonesia in mid 1997 until mid 1998 that describe the state of development of the Indonesian economy declined. One reason is still the intensive investment activity in the country, including the flow of foreign investment, especially in the form of foreign direct investment (FDI) and domestic investment (DCI). The type of data used are secondary data 21 years (1993-2013), using simultaneous equations. Test the assumptions used in the study was a test of heteroscedasticity, autocorrelation test, stationary test, cointegration test and granger causality test. Test the hypothesis by using the F test and t test. Endogenous variables are used, namely inflation and economic growth, while exogenous variables used the money supply, interest rates, foreign direct investment (FDI), domestic Investment (DCI) and labor. The results showed that the variables of the money supply, interest rates and economic growth equation no significant effect on inflation, except interest rates. Furthermore, the variable inflation, foreign direct investment, domestic investment and labor significant effect on economic growth equation, except inflation and foreign direct investment. Keywords : GDP, Inflation, Money Supply, Interest Rates, Investment and Labor tabungan domestik rendah yang menyebabkan penanaman modal dalam negeri (PMDN) menurun yang akhirnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Walaupun satu atau dua tahun setelah krisis ekonomi 1997-1998, ekonomi Indonesia sudah kembali menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang positif, namun hingga saat ini pertumbuhannya rata-rata per tahun relatif masih lambat dibandingkan negara-negara tetangga yang juga terkena krisis seperti Korea Selatan dan Thailand, atau masih jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan rata-rata per tahun yang pernah dicapai oleh pemerintahan Orde Baru (ORBA). Padahal era ORBA membuktikan bahwa investasi, khususnya PMA,
Pendahuluan Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi dalam jangka panjang. Di setiap periode sesuatu masyarakat akan menambah kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa. Berbagai negara tidak selalu dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang sesuai dengan perkembangan kemampuan memproduksi yang dimiliki oleh faktorfaktor produksi yang semakin meningkat (Sukirno, 2005). Hal tersebut pernah terjadi pada negara Indonesia pada pertengahan tahun 1997 sampai pertengahan tahun 1998 yang menggambarkan keadaan perkembangan ekonomi Indonesia menurun, hal tersebut yang membuat penurunan perkembangan ekonomi Indonesia juga disebabkan karena 1
2 merupakan faktor pendorong yang sangat krusial bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Terutama melihat kenyataan bahwa sumber perkembangan teknologi, perubahan struktural, dan pertumbuhan ekspor di Indonesia selama ORBA sebagian besar karena kehadiran PMA di Indonesia (Tambunan, 2006). Pertumbuhan ekonomi lebih menunjukan pada perubahan yang bersifat kuantitatif dan biasanya diukur dengan menggunakan data Gross Domestic Product (GDP) atau pendapatan perkapita. GDP adalah total nilai pasar dari barang akhir dan jasa (final good and service) yang dihasilkan di dalam negeri di suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (Nanga, 2005). Menurut (Samuelson, 1995) salah satu gejala ekonomi makro adalah inflasi. Inflasi adalah sebuah kecenderungan yang ditandai dengan naiknya harga komoditi kebutuhan pokok yang disebabkan oleh mata uang lokal mengalami penurunan nilai yang disebabkan karena jumlah uang beredar terlalu banyak. Jumlah uang beredar (money supply) di Indonesia didefinisikan sebagai tagihan masyarakat terhadap sektor perbankan dan terbatas pada jumlah antara uang kartal dan uang giral. Ini berarti Indonesia menganut jumlah uang beredar M1 (narrow money), dimana uang kuasi yang berupa deposito berjangka (time deposits) dan tabungan atau simpanan berjangka (saving deposits) bukan merupakan komponen jumlah uang beredar, melainkan hanya sebagai likuiditas perbankan (Boediono, 1983). Tingkat suku bunga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat
harga, ketika tingkat harga tinggi dan jumlah uang yang beredar dalam masyarakat banyak sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan demikian suku bunga yang tinggi diharapkan berkurangnya jumlah uang yang beredar sehingga permintaan agregatpun akan berkurang dan kenaikan harga dapat diatasi (Nopirin, 2000). Salvatore (1997) menyatakan bahwa penanaman modal asing langsung meliputi investasi ke dalam asset-asset secara nyata berupa pembangunan pabrikpabrik, pengadaan berbagai macam barang modal, pembelian tanah untuk keperluan produksi, pembelanjaan berbagai peralatan inventaris, dan sebagainya. Penanaman modal dalam negeri (PMDN) adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, Negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah negara republik Indonesia. PMDN dilaksanakan berdasarkan Undang-undang No. 25 tahun 2005 tentang penanaman modal. Jumlah angkatan kerja yang bekerja merupakan gambaran kondisi dan lapangan kerja yang tersedia. Semakin bertambah besar lapangan kerja yang tersedia maka akan menyebabkan semakin meningkatkan total produksi di Indonesia (Simanjuntak, 2007). Fungsi produksi suatu barang atau jasa tertentu (q) = f (K,L) dimana K merupakan modal, dan L adalah tenaga kerja yang memperhatikan jumlah maksimal suatu barang atau jasa yang dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif antara K dan L, maka
3 apabila salah satu masukan ditambah satu unit tambahan dan masukan lainnya dianggap tetap akan menyebabkan tambahan keluaran yang dapat diproduksi. Apabila jumlah tenaga kerja ditambah terus-menerus sedangkan faktor produksi lain dipertahankan atau (konstan), maka pada awalnya akan menunjukkan peningkatan produktivitas namun pada suatu tingkat tertentu akan memperlihatkan penurunan produktivitasnya serta mencapai tingkat keluaran maksimal setiap penambahan tenaga kerja akan mengurangi pengeluaran produksi di suatu negara (Tambunan, 2006). Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis : 1. Pengaruh jumlah uang beredar, suku bunga SBI, dan pertumbuhan ekonomi terhadap inflasi di Indonesia. 2. Pengaruh penanaman modal asing (PMA), penanaman modal dalam negeri (PMDN), tenaga kerja, dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Metode Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini digolongkan penelitian deskriptif dan asosiatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan suatu hal apa adanya. Sedangkan penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini dilihat seberapa besar pengaruh variabel penyebab terhadap variabel akibat.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter yaitu data yang telah dipublikasi oleh instansi tertentu. Sedangkan sumber data adalah data sekunder (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Penelitian ini diambil dari beberapa sumber antara lain Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) dan Laporan Perekonomian Indonesia dari berbagai edisi yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS), dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) berbagai edisi. Data seluruh variabel yang akan diteliti ini dimulai dari tahun 1993-2013. Variabel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Variabel endogen merupakan variabel tak bebas dalam persamaan simultan yang nilainya ditentukan di dalam sistem persamaan, walaupun variabel-variabel tersebut mungkin juga muncul sebagai variabel endogen adalah inflasi (INFt) dan pertumbuhan ekonomi (Yt). 2. Variabel eksogen merupakan variabel yang nilainya tidak dipengaruhi atau ditentukan oleh variabel lain di dalam model. Dalam penelitian ini variabel eksogen adalah jumlah uang beredar (M2t), suku bunga SBI (Rt), penanaman modal asing (PMAt), penanaman modal dalam negeri (PMDNt), dan tenaga kerja (TKt). Analisis Deskriptif bertujuan untuk menggambarkan masing-masing variabel ke dalam tabel distribusi frekuensi kemudian dilakukan analisis persentase serta memberikan interprestasi terhadap analisis tersebut, serta menghitung
4 komponen statistik deskriptif dari masingmasing variabel. Analisis Induktif : 1. Uji Heteroskedastisitas merupakan keadaan dimana variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain terjadi ketidaksamaan (beragam). Data time series jarang mengandung unsur heteroskedastisitas, karena di dalam data time series residualnya diduga akan saling berhubungan antara satu observasi dengan observasi lainnya Menurut (Winarno, 2009). 2. Uji Autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara residual (anggota) pada serangkaian observasi tertentu dalam suatu periode tertentu. Menurut Durbin Watson, besarnya koefisien Durbin Watson adalah antara 0-4. Jika dilihat koefisien Durbin Watson sekitar 2 (dua), maka dapat dikatakan tidak ada korelasi, kalau besarnya mendekati 0, maka terdapat autokorelasi positif dan jika besarnya mendekati 4 (empat) maka terdapat autokorelasi negatif. 3. Uji Stasioner Menurut (Gujarati, 2003) untuk menguji kelayakan model yang akan diuji, dalam analisis data runtun waktu dilakukan pengujian terhadap stasioner data untuk menghindari masalah regresi lancung (spurius/nonsense regression). Untuk itu dilakukan analisis apakah data time series yang digunakan dalam analisis ini sudah
terintegrasi. Cara untuk menguji stationeritas sering disebut uji akar unit (unit root test). 4. Uji Kointegrasi Menurut Gujarati (2003), regresi variabel nonstasioner terhadap variabel nonstasioner lain tetap bisa dilakukan asal dalam jangka panjang terhadap hubungan atau keseimbangan diantara variabel tersebut atau dengan kata lain variabel-variabel tersebut berkointegrasi. 5. Uji Kausalitas Granger pada intinya dapat mengindikasikan apakah suatu variabel mempunyai hubungan dua arah, atau hanya satu arah saja (Nachrowi, 2006). Secara matematis, untuk melihat apakah Y2t menyebabkan Y1t atau tidak. Model analisis enelitian ini menggunakan model hubungan dua arah. Hal ini terjadi jika pada satu kasus variabel Y dipengaruhi oleh variabel X, dan pada kasus lainnya variabel X dipengaruhi oleh variabel Y. Di dalam model ini, akan terdapat lebih dari satu persamaan, dimana masing-masing disebut sebagai mutually atau jointly dependen atau endogenous variabel. Metode OLS tidak bisa diaplikasikan untuk mengestimasi sebuah model persamaan yang memiliki keterkaitan di dalam sistem persamaan simultan. Uji identifikasi dengan order condition dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
5 Tabel 1. Uji Identifikasi Persamaan Persamaan
INF Y
K m Hasil Identifikasi – – k 1 4- 2- 2>1 Overidentified 2 1 5- 2- 2>1 Overidentified 3 1
Setelah melakukan uji identifikasi dengan order condition, maka langkah selanjutnya adalah melakukan proses reduce form dari masing-masing persamaan di atas. Maka dirumuskan menjadi persamaan reduce form sebagai berikut : 1. INFt = α0 + α1LogM2t + α2Rt + α3LogYt + µ1t Log Yt = β0 + β1 INFt + β2 Log PMAt + β3 Log PMDNt + β4 Log TKt + µ 2t INFt = α0 + α1LogM2t + α2Rt + α3(β0 + β1 INFt + β2 Log PMAt + β3 Log PMDNt + β4 Log TKt + µ 2t) µ 1t INFt = α0 + α1LogM2t + α2Rt + α3β0 + α3β1 INFt + α3β2 Log PMAt + α3 β3 Log PMDNt + α3 β4 Log TKt + α3 µ 2t + µ 1t INFt - α3 β1 INFt = α0 + α3β0 + α1LogM2t + α2Rt + α3β0 + α3β1 INFt + α3β2 Log PMAt + α3 β3 Log PMDNt + α3 β4 Log TKt + α3 µ 2t + µ 1t INFt (1 - α3 β1) = α0 + α3β0 + α1LogM2t + α2Rt + α3β0 + α3β1 INFt + α3β2 Log PMAt + α3 β3 Log PMDNt + α3 β4 Log TKt + α3 µ 2t + µ 1t
INFt = П0 + П1 LogM2t + П2 Rt + П3 Log PMAt + П4 Log PMDNt + П5 Log TKt + П6 µ1t Dari persamaan di atas terlihat bahwa inflasi di Indonesia ditentukan oleh jumlah uang beredar, suku bunga SBI, PMA, PMDN, tenaga kerja. 2. Log Yt = β0 + β1 INFt + β2 LogPMAt + β3 LogPMDNt + β4 LogTKt + µ2t Log Yt = β0 + β1 (α0 + α1LogM2t + α2Rt + α3Log Yt + µ 1t) + β2 LogPMAt + β3 LogPMDNt + β4 LogTKt + µ 2t Log Yt = β0 + β1α0 + β1α1LogM2t + β1α2Rt + β1α3Log Yt + β1µ 1t + β2 LogPMAt + β3 LogPMDNt + β4 LogTKt + µ 2t Log Yt - β1 α3Log Yt = β0 + β1α0 + β1α1LogM2t + β1α2Rt + β1α3Log Yt + β1µ 1t + β2 LogPMAt + β3 LogPMDNt + β4 LogTKt + µ 2t Log Yt (1 - β1α3) = β0 + β1α0 + β1α1LogM2t + β1α2Rt + β2 LogPMAt + β3 LogPMDNt + β4 LogTKt + µ 2t Log Yt = П0 + П1 LogM2t + П2 Rt + П3 Log PMAt + П4 Log PMDNt + П5 Log TKt + П6 µ1t Dari persamaan di atas terlihat bahwa perekonomian di Indonesia ditentukan oleh jumlah uang beredar, suku bunga SBI, PMA, PMDN, tenaga kerja. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel endogen (X1, X2,…Xn) secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel eksogen (Y)
6 atau untuk mengetahui apakah model ini dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak. Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel eksogen (X) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel endogen (Y). Hasil dan Pembahasan 1. Uji Asumsi a. Uji Heteroskedastisitas pada penelitian ini dengan menggunakan metode White tanpa cross term (white heteroscedasticity no cross term). Jika nilai probabilitas ChiSquare pada hasil uji White tanpa cross terms lebih besar dari α = 5% maka dapat dikatakan bahwa model persamaan regresi tersebut tidak ada heteroskedastisitas. Tabel 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas Persamaan Inflasi Heteroskedasticity Test: White 0.5 F928 Prob. statistic 72 F(3,17) 0.6281 1.9 Obs*R890 Prob. Chisquared 14 Square(3) 0.5747 Scaled 3.6 explaine 317 Prob. Chid SS 77 Square(3) 0.3041 Sumber: Data olahan Eviews 6, 2014 Tabel 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas Persamaan Pertumbuhan Ekonomi Heteroskedasticity Test: White 1.95 290 Prob. 0.150 F-statistic 0 F(4,16) 6
6.88 Obs*R923 Prob. Chi- 0.141 squared 2 Square(4) 9 Scaled 3.07 explained 598 Prob. Chi- 0.545 SS 2 Square(4) 2 Sumber: Data olahan Eviews 6, 2014 Pada perhitungan pada tabel 2 dan 3 dapat diketahui bahwa analisis data untuk heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan program Eviews 6. Menurut Winarno (2009) untuk mendeteksi adanya masalah heteroskedastisitas pada hasil penelitian apabila : 1. Nilai probability dari Obs*Rsquared lebih kecil dari α = 0,05 berarti ada heteroskedastisitas. 2. Nilai probability dari Obs*Rsquared lebih besar dari α = 0,05 berarti tidak ada heteroskedastisitas. Dari ketentuan yang ada bahwa jika nilai probability dari Obs*R-squared lebih besar dari α = 0,05 berarti tidak ada heteroskedastisitas dan nilai yang didapat dari perhitungan adalah sesuai dengan ketetapan nilai probability, dan hasil analisis di atas dapat diketahui inflasi dan pertumbuhan ekonomi untuk masingmasing variabel dependen lebih dari 0,05. Maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. b. Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara residual (anggota) pada
7 serangkaian observasi tertentu dalam suatu periode tertentu. Tabel 4. Hasil Uji Autokorelasi Persamaan Inflasi Dur M R Adjuste S.E. of bin od Squ dR Regresio Wat el are Square n son 0.08 17.9605 2.22 1 645 0.21806 1 3635 4 1 Sumber: Data olahan Eviews 6, 2014 Tabel 5. Hasil Uji Autokorelasi Persamaan Pertumbuhan Ekonomi M od el
R Squ are
Adjuste S.E. of dR Regresio Square n
Dur bin Wat son
0.2 1.97 0.02900 1 332 0.0953 904 1 52 54 4 Sumber: Data olahan Eviews 6, 2014 Berdasarkan hasil pengolahan eviews 6 di atas, terlihat bahwa nilai Durbin Watson untuk persamaan inflasi sebesar 2,223635 berada di Durbin Watson > 2, maka terjadi korelasi negatif atau tidak terjadi masalah autokorelasi pada persamaan ini. Begitu juga pada hasil persamaan pertumbuhan ekonomi nilai Durbin Watson sebesar 1,979044 berada di Durbin Watson mendekati 2, maka terjadi korelasi yang negatif atau tidak terjadi masalah autokorelasi pada persamaan ini. c. Uji stasioner dilakukan untuk menguji kelakayan model yang akan di uji,
dalam analisis data runtun waktu dilakukan pengujian terhadap stasioner data untuk menghindari masalah regresi lancung (spurious/nonsense regression). Untuk itu dilakukan analisis apakah data time series yang digunakan dalam analisis ini sudah terintegrasi. Cara untuk menguji stationeritas sering disebut uji akar unit (unit root test). Tabel 6. Hasil Uji Stasioner Masingmasing Variabel Nilai Nama Variabel Tingkat Probab ilitas nd Pertumbuhan 1 0.0415 Ekonomi (GDP) differen ce Inflasi (INF) 1nd 0.0132 differen ce Jumlah Uang 1nd 0.0408 Beredar (M2) differen ce Suku Bunga SBI 1nd 0.0137 (R) differen ce st Penanaman Modal 1 differ 0.0013 Asing (PMA) ence Penanaman Modal 1nd 0.0020 Dalam Negeri differen (PMDN) ce Tenaga Kerja 1nd 0.0006 (TK) differen ce Sumber: Data olahan Eviews 6, 2014 Dari hasil pengolahan data di atas dengan menggunakan eviews 6 maka dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
8 pertumbuhan ekonomi sebesar 0,0415, nilai probabilitas inflasi sebesar 0,0132, nilai probabilitas jumlah uang beredar 0,0408, nilai probabilitas suku bunga sebesar 0,0137, nilai probabilitas PMA sebesar 0,0013, nilai probabilitas PMDN sebesar 0,0020, dan nilai probabilitas tenaga kerja sebesar 0,0006. Dari ketentuan yang ada dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala yang mengandung masalah unit root dan nilai probabilitas kecil dari α = 0,05. d. Uji kointegrasi dilakukan apabila regresi suatu variabel nonstasioner terhadap nonstasioner lain (atau stasioner pada derajat yang berbeda) dilakukan maka akan menghasilkan spurious regression. Tabel 7. Hasil Uji Kointegrasi Coef Std. tProb Keterang ficie Erro Stati abili an nt r stic tas RESIDU AL1 (-1) 1.22 0.30 3.98 0.00 3108 7090 2902 21 RESIDU AL2 (-1) 0.70 0.22 3.05 0.00 3222 9980 7756 65 Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6, n=21, α = 0,05 Menurut Gujarati (2003), regresi variabel nonstasioner terhadap variabel nonstasioner lain tetap bisa dilakukan asal dalam jangka panjang terhadap hubungan atau keseimbangan di antara variabel tersebut atau dengan kata lain varaibelvariabel tersebut berkointegrasi. Oleh karena itu, terhadap data-data yang tidak
stasioner perlu dilakukan pengujian kointegrasi. Dari hasil pengolahan data di atas menggunakan eviews 6 maka dapat disimpulkan bahwa apakah ada hubungan jangka panjang antara variabel inflasi (INF) dan pertumbuhan ekonomi (Y) dengan hipotesis yang menunjukkan nilai residual 1 (-1) dengan probabilitas sebesar 0,0021 dan nilai residual 2 (-1) dengan probabilitas sebesar 0,0065 yang berarti kecil dari α = 0,05. Sesuai dengan ketentuan maka variabel INF dan Y tidak berkointegrasi satu sama lainnya. e. Uji kausalitas granger bertujuan untuk dapat mengindikasikan apakah suatu variabel mempunyai hubungan dua arah, atau hanya satu arah saja. Menurut (Nachrowi, 2006) secara matematis untuk melihat apakah Y2t menyebabkan Y1t atau tidak. Tabel 8. Hasil Uji Kausalitas Granger Hypothesis FProbabilitas Statistic INF Granger Cause GDP 0.42166 0.5248 GDP 0.49135 0.4928 Granger Cause INF Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6, n=21 α=0,05 Dari uji kausalitas granger tabel 8 didapatkan nilai probabilitas inflasi (INF) terhadap pertumbuhan ekonomi (GDP) besar dari α = 0,05. Sedangkan nilai probabilitas pertumbuhan ekonomi (GDP) terhadap inflasi juga besar dari α = 0,05. Sehingga H0 diterima dan Ha ditolak.
9 Dengan arti kata variabel inflasi dan pertumbuhan ekonomi tidak mempengaruhi hubungan dua arah atau tidak saling mempengaruhi. 2. Hasil Estimasi Persamaan Simultan a. Model Persamaan Inflasi Berdasarkan hasil estimasi persamaan inflasi dengan menggunakan eviews 6 yang telah dilakukan didapat model persamaan inflasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : INFt
= -607,158 - 18,615logM2t 1,624Rt + 110,428logYt
paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). Pertumbuhan ekonomi mempunyai nilai koefisien 110,428. Artinya jika terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi 1 persen, maka akan menyebabkan inflasi naik sebesar 110,428 persen. Dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). Nilai R-Squared dari persamaan inflasi adalah 0.6218 atau 62,18 persen. Artinya sumbangan variabel jumlah uang beredar, suku bunga SBI, dan pertumbuhan ekonomi terhadap inflasi adalah 62,18 persen. Sedangkan sisanya 37,82 persen dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.
R-squared = 0,621845 Dari hasil estimasi persamaan inflasi di atas dapat diketahui bahwa nilai konstanta inflasi adalah -607,158. Hal ini berarti apabila semua variabel eksogen yaitu jumlah uang beredar, suku bunga SBI, dan pertumbuhan ekonomi dianggap konstan atau tidak mengalami perubahan maka tingkat inflasi yang terjadi adalah sebesar -607,158 persen. Berdasarkan hasil estimasi persamaan inflasi di atas terlihat bahwa jumlah uang beredar mempunyai nilai koefisien estimasi sebesar -18,615. Hal ini berarti bahwa dengan kenaikan jumlah uang beredar sebesar 1 persen, maka inflasi akan turun sebesar 18,615 persen. Dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). Suku bunga SBI mempunyai nilai koefisien -1,624. Artinya jika terjadi kenaikan suku bunga SBI 1 persen, maka akan menyebabkan inflasi turun sebesar 1,624 persen, dengan asumsi cateris
b. Model Persamaan Pertumbuhan Ekonomi Hasil estimasi persamaan pertumbuhan ekonomi yang diolah dengan menggunakan eviews 6 yang telah dilakukan di dapat model persamaan pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : logYt = -6,611 – 0,002Inft + 0,077logPMAt + 0,029logPMDNt + 1,558logTKt R-squared
= 0,84169
Berdasarkan hasil estimasi persamaan pertumbuhan ekonomi di atas dapat diketahui bahwa konstanta pertumbuhan ekonomi adalah -6,611. Hal ini berarti bahwa apabila variabel inflasi, PMA, PMDN dan tenaga kerja tetap (konstan) maka nilai pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar 6,611 persen.
10 Berdasarkan nilai estimasi persamaan pertumbuhan ekonomi di atas, terlihat bahwa inflasi mempunyai nilai koefisien estimasi sebesar -0,002. Hal ini berarti bahwa dengan kenaikan inflasi sebesar 1 persen maka pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar 0,002 persen, dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). Nilai koefisien estimasi penanaman modal asing (PMA) yaitu sebesar 0,077. Artinya apabila terjadi kenaikan PMA 1 persen, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 0,077 persen, dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). Nilai koefisien estimasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) yaitu sebesar 0,029. Artinya apabila terjadi kenaikan PMDN 1 persen, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 0,029 persen, dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). Selanjutnya, Tenaga kerja mempunyai nilai koefisien 1,558. Artinya jika terjadi kenaikan tenaga kerja 1 persen, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat 1,558 persen dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). Nilai R-Squared dari persamaan pertumbuhan ekonomi adalah 0,8417 atau 84,17 persen. Artinya sumbangan variabel inflasi, PMA, PMDN dan tenaga kerja adalah 84,17 persen. Sedangkan sisanya 15,83 persen dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.
3. Uji Hipotesis a. Uji F 1. Persamaan Inflasi Nilai F-hitung yang dihasilkan dari perhitungan dengan tingkat kesalahan sebesar 5% atau α = 0,05 dan derajat kebebasan sebesar (n-k-1). F-tabel dengan derajat kepercayaan sebesar 95% adalah F0,025,(3)(17) = 3,20. Sedangkan Fhitung sebesar 0,7255. Karena F-hitung lebih kecil dari F-tabel (0,7255<3,20). Ini berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Inflasi. 2. Persamaan Pertumbuhan Ekonomi Nilai F-hitung yang dihasilkan dari perhitungan dengan tingkat kesalahan sebesar 5% atau α = 0,05 dan derajat kebebasan sebesar (n-k-1). F-tabel dengan derajat kepercayaan sebesar 95% adalah F0,025,(4)(16) = 3,01. Sedangkan Fhitung sebesar 22,3381. Karena F-hitung lebih besar dari F-tabel (22,3381>3,01). Ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara inflasi, Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi. b. Uji t 1. Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2t) terhadap Inflasi (INFt) di Indonesia tahun 1993-2013
11 Berdasarkan hasil pengolahan eviews 6 diperoleh nilai t-hitung untuk Jumlah Uang Beredar sebesar -2,583 dan ttabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%), df= 17 diperoleh sebesar 2,110. Terlihat t-hitung kecil dari t-tabel (2,583>2,110), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara Jumlah Uang Beredar terhadap Inflasi di Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%. 2. Pengaruh Suku Bunga SBI (Rt) terhadap Inflasi (INFt) di Indonesia tahun 1993 2013 Berdasarkan hasil pengolahan eviews 6 diperoleh nilai t-hitung untuk Suku Bunga SBI sebesar 2,318 dan t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%), df= 17 diperoleh sebesar 2,110. Terlihat t-hitung besar dari t-tabel (2,318>2,110), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berarti terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara Suku Bunga SBI terhadap Inflasi di Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%. 3. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (Yt) terhadap Inflasi (INFt) di Indonesia tahun 1993-2013 Berdasarkan hasil pengolahan eviews 6 diperoleh nilai t-hitung untuk Pertumbuhan Ekonomi sebesar 0,753 dan t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%), df= 17 diperoleh sebesar 2,110. Terlihat t-hitung kecil dari t-tabel (0,753<2,110), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara Pertumbuhan Ekonomi terhadap Inflasi di Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%. 4. Pengaruh Inflasi (INFt) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (Yt) tahun 1993-2013 Berdasarkan hasil pengolahan eviews 6 diperoleh nilai t-hitung untuk Inflasi sebesar -1,114 dan t-tabel dengan
tingkat kepercayaan 95% (α = 5%), df= 16 diperoleh sebesar 2,120. Terlihat thitung kecil dari t-tabel (-1,114<2,120), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%. 5. Pengaruh Penanaman Modal Asing (PMAt) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun 19932013 Berdasarkan hasil pengolahan eviews 6 diperoleh nilai t-hitung untuk Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar 0,903 dan t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%), df= 16 diperoleh sebesar 2,120. Terlihat t-hitung kecil dari t-tabel (0,903<2,120), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%. 6. Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDNt) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun 1993-2013 Berdasarkan hasil pengolahan eviews 6 diperoleh nilai t-hitung untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar 2,352 dan t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%), df= 16 diperoleh sebesar 2,120. Terlihat t-hitung besar dari t-tabel (2,352>2,120), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berarti terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%. 7. Pengaruh Tenaga Kerja (TKt) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun 1993-2013
12 Berdasarkan hasil pengolahan eviews 6 diperoleh nilai t-hitung untuk Tenaga Kerja sebesar 2,642 dan t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%), df= 16 diperoleh sebesar 2,120. Terlihat t-hitung besar dari t-tabel (2,642>2,120), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berarti terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%. Pembahasan Beberapa pengujian telah dilakukan sebelumnya ternyata menunjukkan bahwa pada model persamaan Inflasi yang digunakan sudah baik, terbebas dari penyakit uji asumsi. Interprestasi ekonomi dari persamaan Inflasi yang diperoleh adalah 607,158. Hal ini berarti apabila semua variabel eksogen yaitu Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI, dan Pertumbuhan Ekonomi dianggap konstan atau tidak mengalami perubahan maka Inflasi yang terjadi adalah sebesar 607,158 persen. 1. Nilai koefisien estimasi Jumlah Uang Beredar sebesar -18,615. Hal ini berarti bahwa dengan kenaikan jumlah uang beredar sebesar 1 persen, maka inflasi akan turun sebesar 18,615 persen. Dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). 2. Nilai koefisien estimasi Suku bunga SBI -1,624. Artinya jika terjadi kenaikan suku bunga SBI 1 persen, maka akan menyebabkan inflasi turun sebesar 1,624 persen, dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan).
3. Nilai koefisien estimasi Pertumbuhan ekonomi 110,428. Artinya jika terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi 1 persen, maka akan menyebabkan inflasi naik sebesar 110,428 persen. Dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). Beberapa pengujian telah dilakukan sebelumnya ternyata menunjukkan bahwa pada model persamaan Pertumbuhan Ekonomi yang digunakan sudah baik, terbebas dari penyakit uji asumsi. Interprestasi ekonomi dari persamaan Pertumbuhan Ekonomi yang diperoleh adalah -6,611. Hal ini berarti apabila semua variabel eksogen yaitu Inflasi, Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Tenaga Kerja dianggap konstan atau tidak mengalami perubahan maka Pertumbuhan Ekonomi akan turun adalah sebesar 6,611 persen. 1. Nilai koefisien estimasi Inflasi estimasi sebesar -0,002. Hal ini berarti bahwa dengan kenaikan inflasi sebesar 1 persen maka pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar 0,002 persen, dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). 2. Nilai koefisien estimasi penanaman modal asing (PMA) yaitu sebesar 0,077. Artinya apabila terjadi kenaikan PMA 1 persen, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 0,077 persen, dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan).
13 3. Nilai koefisien estimasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) yaitu sebesar 0,029. Artinya apabila terjadi kenaikan PMDN 1 persen, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 0,029 persen, dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). 4. Nilai koefisien estimasi Tenaga Kerja 1,558. Artinya jika terjadi kenaikan tenaga kerja 1 persen, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat 1,558 persen dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). Kesimpulan Berdasarkan hasil penemuan empiris yang diperkuat oleh hasil perhitungan statistik, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara umum jumlah uang beredar, suku bunga SBI, dan pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil ini diperkuat oleh (uji F), dimana Fhitung lebih kecil dari F-tabel (0,725 < 3,20) pada kepercayaan 95% dan didukung dengan perolehan Nilai RSquared dari persamaan inflasi adalah 0.6218 atau 62,18 persen. Artinya sumbangan variabel jumlah uang beredar, suku bunga SBI, dan pertumbuhan ekonomi terhadap inflasi adalah 62,18 persen. Sedangkan sisanya 37,82 persen dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian. 2. Sedangkan persamaan pertumbuhan ekonomi secara umum inflasi
penanaman modal asing (PMA), penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan tenaga kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia ditandai dengan perkembangan PDB. Hasil ini diperkuat oleh (uji F), dimana Fhitung lebih besar dari F-tabel (22,338 > 3,01) pada tingkat kepercayaan 95% dan didukung dengan Nilai R-Squared dari persamaan pertumbuhan ekonomi adalah 0,8417 atau 84,17 persen. Artinya sumbangan variabel inflasi, PMA, PMDN dan tenaga kerja adalah 84,17 persen. Sedangkan sisanya 15,83 persen dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian. 3. Pada persamaan inflasi (Uji t) masing-masing variabel eksogen (jumlah uang beredar, suku bunga SBI, pertumbuhan ekonomi) menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap inflasi Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%. Kecuali suku bunga SBI menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap inflasi Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%. Berarti suku bunga SBI berpengaruh terhadap peningkatan inflasi Indonesia. 4. Pada persamaan pertumbuhan ekonomi (Uji t) masing-masing variabel eksogen (Inflasi, PMA, PMDN dan tenaga kerja) menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap PDB Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%. Kecuali inflasi dan PMA menunjukkan pengaruh yang tidak
14 signifikan terhadap PDB Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%. Berarti inflasi dan PMA tidak berpengaruh terhadap peningkatan PDB Indonesia. 5. Perkembangan jumlah uang beredar di Indonesia selama kurun waktu penelitian menunjukkan peningkatan. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh jumlah uang beredar berpengaruh negatif terhadap inflasi Indonesia. Dimana nilai koefisien estimasi jumlah uang beredar sebesar -18,615 berarti dengan kenaikan jumlah uang beredar sebesar 1 persen, maka inflasi akan turun sebesar 18,615 persen. Dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). 6. Perkembangan suku bunga SBI di Indonesia selama kurun waktu penelitian menunjukkan keadaan yang fluktuatif. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap inflasi Indonesia. Dimana nilai koefisien estimasi suku bunga SBI sebesar -1,624 berarti dengan kenaikan suku bunga SBI sebesar 1 persen, maka inflasi akan turun sebesar 1,624 persen. Dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). 7. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama kurun waktu penelitian menunjukkan keadaan yang fluktuatif. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap inflasi Indonesia. Dimana nilai koefisien estimasi pertumbuhan ekonomi sebesar
110,428 berarti dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi 1 persen, maka akan menyebabkan inflasi naik sebesar 110,428 persen. Dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). 8. Perkembangan inflasi di Indonesia selama kurun waktu penelitian mengalami keadaan yang fluktuatif. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh inflasi berpengaruh negatif terhadap PDB Indonesia. Dimana nilai koefisien estimasi inflasi sebesar -0,002 berarti dengan kenaikan inflasi 1 persen, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi turun sebesar 0,002 persen. Dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). 9. Perkembangan penanaman modal asing (PMA) di Indonesia selama kurun waktu penelitian mengalami keadaan yang fluktuatif. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh PMA berpengaruh positif terhadap PDB Indonesia. Dimana nilai koefisien estimasi PMA sebesar 0,077 berarti dengan kenaikan PMA 1 persen, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 0,077 persen, dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). 10. Perkembangan penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Indonesia selama kurun waktu penelitian menunjukkan keadaan yang fluktuatif. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh PMDN berpengaruh positif terhadap PDB Indonesia. Dimana nilai koefisien estimasi PMDN sebesar 0,029 berarti
15 dengan kenaikan PMDN 1 persen, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 0,029 persen, dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). 11. Perkembangan tenaga kerja di Indonesia mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh tenaga kerja berpengaruh positif terhadap PDB Indonesia. Dimana nilai koefisien estimasi tenaga kerja sebesar 1,558 berarti dengan kenaikan tenaga kerja 1 persen, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat 1,558 persen, dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). Daftar Pustaka Badan
Pusat Statistik., Indikator Ekonomi Indonesia, Berbagai edisi, 1993-2013. ___________________., Statistik Ekonomi Indonesia, Berbagai edisi, 1993-2013. Boediono., 1983. Ekonomi Internasional. Penerbit BPFE Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Gujarati., Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Erlangga. Mishkin., F. S. 1999. The Economics of Money, Banking, and Financial Market. Columbia University, Boson. Nachrowi., Nachrowi D. 2006. Ekonometrika : Pendekatan Populer dan Praktis untuk Ekonomi dan Keuangan. Penerbit Lembaga. FE UI.
Nanga., Muana. 2005. Makro Ekonomi: Teori, Masalah, dan Kebijakan: Edisi Kedua. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Nopirin., 2000. Ekonomi Moneter Buku II. Yogyakarta: BPFE. Salvatore., D., 1997. Ekonomi Internasional. Haris Munandar [ Penerjemah ]. Erlangga : Jakarta. Samuelson., Paul A., dan Nordhaous, William D. 1995. Macro Economics. 15thed. New York: McGraw Hill. Simanjuntak., Payaman J. 2007. Sumber Daya Manusia dan Tenaga Kerja. LPFF. Universitas Indonesia. Jakarta. Sukirno., Sadono. 2005. Makro Ekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga Keynesian Baru. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Tambunan., Tulus. 2006. Iklim Investasi di Indonesia: Masalah, Tantangan dan Potensi: Kadin Indonesia, Jetra. Winarno., Wing Wahyu. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Edisi Kedua. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Http://www.bi.go.id, Laporan Tahunan Bank Indonesia. Http://www.jbs.co.id. Http://www.BKPM. co. id. http://www.jbs.co.id/penanaman-modaldalam-negeri-pmdnmenuperijinan96.html.