METODE KAJIAN Tipe dan Aras Kajian
Tipe kajian dalam rancangan kajian ini adalah tipe evaluasi sumatif, yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan, dan lain- lain), penilaian dan perumusan tentang tipe-tipe intervensi yang efektif dan kondisi yang kondusif untuk mencapai efektivitas tersebut (Sitorus dan Agusta, 2005). Evaluasi sumatif ini digunakan untuk menilai efektifitas program yang telah dilaksanakan dan mengetahui tingkat perkembangan KUBE. Kajian ini menggunakan metoda kualitatif yang dilakukan untuk memahami berbagai
aspek
yang
berkaitan
dengan
permasalahan
KUBE
dan
perkembangannya dengan tujuan memperoleh informasi tentang keragaan ketiga KUBE, tingkat perkembangan KUBE mengacu pada tipologi perkembangan KUBE dan permasalahan yang menyebabkan terjadinya tingkat perkembangan KUBE yang berbeda pada ketiga KUBE yang pada awal pembentukannya memiliki kondisi dan kualitas relatif sama. Kajian dilakukan pada aras mikro dengan pendekatan subyektif- mikro. Pendekatan ini digunakan untuk memahami program dan tindakan yang dilakukan oleh pengurus dan anggota KUBE dan menilai efektifitasnya melalui interaksi langsung dengan pengurus dan anggota KUBE. Tujuannya adalah untuk mengetahui pola perilaku, tindakan dan interaksi sosial keluarga miskin dalam pengembangan KUBE untuk mencapai tujuannya.
Strategi Kajian
Strategi kajian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus merupakan studi aras mikro yang relevan untuk kajian komunitas karena dapat menangkap realitas sosial secara holistik dan mendalam, lebih mudah dipahami dan bersifat mendalam- menyeluruh-rinci (trimatra), dapat mengungkap pola hubungan yang bersifat amung (Sitorus dan Agusta, 2005). Studi kasus ini dilakukan dengan menerapkan metode kerja eksplanasi, yaitu memahami keragaan ketiga KUBE,
25 tingkat perkembangan KUBE mengacu pada tipologi perkembangan KUBE dan permasalahan yang menyebabkan terjadinya tingkat perkembangan KUBE yang berbeda pada ketiga KUBE yang pada awal pembentukannya memiliki kondisi dan kualitas relatif sama. Kajian dilakukan pada seluruh KUBE di Kelurahan Kebon Waru yang berjumlah tiga KUBE, yaitu KUBE HPMBK-1, KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3. Masing- masing KUBE beranggotakan 10 orang. Alasan pemilihan strategi studi kasus ini adalah: 1. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang dikelola keluarga miskin di Kelurahan Kebon Waru dapat berjalan dibandingkan dengan KUBE di wilayah lainnya yang ada di Kota Bandung. 2. Ketiga KUBE di Kelurahan Kebon Waru mempunyai tingkat perkembangan yang berbeda walaupun pada awal pembentukannya memiliki kondisi dan kualitas
relatif
sama,
sehingga
perlu
diketahui
permasalahan
yang
menyebabkan terjadinya tingkat perkembangan yang berbeda untuk menyusun strategi berupa program untuk mengatasi ketimpangan tingkat perkembangan KUBE.
Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kajian Lokasi Kajian Kajian pengembangan masyarakat ini dilakukan di RW 01 Kelurahan Kebon Waru Kecamatan Batununggal (lihat Lampiran 1, Peta Lokasi Kajian). Penentuan lokasi kajian ini dilakukan dengan pertimbangan: 1. Masalah kemiskinan di Kelurahan Kebon Waru merupakan masalah yang paling menonjol dibandingkan dengan masalah lain. Jumlah keluarga miskin di wilayah ini mencapai 1780 KK atau 38,12 persen dari keseluruhan rumah tangga dan 147 KK berada di RW 01. 2. Di kelurahan ini dilaksanakan program pemberdayaan masyarakat miskin yaitu Program Asistensi Kesejahteraan Sosial Keluarga (AKSK) melalui KUBE.
26 Waktu Pelaksanaan Kajian Kajian
dilaksanakan
secara
bertahap
dengan kegiatannya meliputi
pemetaan sosial, evaluasi program pengembangan masyarakat, penyusunan dan seminar rancangan kajian, pelaksanaan kajian dan penyusunan program, penulisan laporan, seminar dan ujian akhir. Jadwal pelaksanaan kajian lebih rinci disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Kajian
NO
JENIS KEGIATAN
1.
Pemetaan Sosial (PL 1) Evaluasi Program (PL.2) Penyusunan dan Seminar Rancangan Kajian Pelaksanaan Kajian dan Penyusunan Program Penulisan Laporan Seminar Laporan Ujian Akhir Perbaikan Laporan Penggandaan Laporan
2. 3.
4. 5. 6. 7. 8. 9.
TAHUN 2005 11 12
TAHUN 2006 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Metode Pengumpulan Data Jenis Data Data yang dikumpulkan dalam kajian ini meliputi: 1. Keragaan
ketiga
kepemimpinan
KUBE,
dalam
meliputi
KUBE,
SDM
anggota,
manajemen
KUBE
struktur
KUBE,
dan
jaringan
kerjasama/kemitraan dengan pihak lain. 2. Tngkat perkembangan ketiga KUBE mengacu pada tipologi perkembangannya
27 3. Permasalahan yang menyebabkan terjadinya tingkat perkembangan KUBE yang berbeda pada ketiga KUBE yang pada awal pembentukannya memiliki kondisi dan kualitas relatif sama. 4. Strategi yang dapat dilakukan agar ketiga KUBE tidak mengalami ketimpangan dalam perkembangannya.
Sumber Data Data dalam kajian bersumber dari: 1. Data primer: bersumber dari responden dan informan. Responden terdiri dari anggota, pengurus KUBE dan pendamping sosial. Informan terdiri dari tokoh masyarakat, aparat desa, dan petugas Dinas Sosial. Responden dan informan tidak ditentukan jumlahnya, tetapi berpatokan pada kecukupan informasi tentang masalah kajian. 2. Data sekunder; bersumber dari dokumen KUBE, dokumen kelurahan (monografi, laporan- laporan, dan surat resmi) yang dapat me ndukung kecukupan data.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam kajian adalah: 1. Studi dokumen, yaitu mempelajari data yang
bersumber dari dokumen
kelurahan (monografi, laporan- laporan), dokumen kecamatan serta dokumen tertulis lain yang dapat mendukung kecukupan data. Pedoman studi dokumen lihat pada lampiran 2. 2. Pengamatan
berperan
serta,
yaitu
melakukan
pengamatan
untuk
mengumpulkan data dengan berinteraksi sosial dengan subjek kajian dalam lingkungan subjek kajian. Pedoman pengamatan berperanserta lihat pada lampiran 3. 3. Wawancara mendalam, yaitu mengumpulkan data dengan temu muka berulang antara peneliti dengan subjek kajian dalam suasana kesetaraan, keakraban dan informal untuk memahami pandangan hidupnya, pengalaman hidupnya, situasi sosial dan hal lain yang terkait dengan masalah kajian. Pedoman wawancara lihat pada lampiran 4.
28 4. Diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion), yaitu mengadakan diskusi secara sistematis dengan melibatkan subjek kajian untuk memahami permasalahan tertentu secara terfokus. Pada diskusi ini, peneliti berperan sebagai fasilitator. FGD dilaksanakan pada saat memahami keragaan ketiga KUBE dan menyusun rancangan program untuk mengatasi ketimpangan tingkat perkembangan KUBE. Pedoman diskusi kelompok terfokus lihat pada lampiran 5. Secara lebih rinci, metoda pengumpulan data disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Masalah, Topik, Sumber data, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data No
Masalah
Topik
Sumber Data
Teknik
Instrumen
1.
Keragaan ketiga KUBE
1. 2. 3. 4. 5.
SDM anggota Struktur KUBE Kepemimpinan Manajemen KUBE Jaringan kerjasama dengan pihak lain.
1. Pengurus 2. Anggota 3. Pendampin g sosial 4. Dokumen
1. Wawancara 1. Pedoman wawancara 2. Pengamatan lapangan 2. Pedoman pengamatan 3. Studi lapangan dokumentasi 3. Panduan studi dokumentasi
2.
Tingkat perkembangan ketiga KUBE mengacu pada tipologi perkembangan KUBE
1. KUBE HPMBK-1 (Tipologi berkembang) 2. KUBE HPMBK-2 dan HPMBK-3 (Tipologi tumbuh)
1. Pengurus 2. Anggota 3. Pendamping sosial 4. Dokumen
1. Wawancara 1. Pedoman wawancara 2. Pengamatan lapangan 2. Pedoman pengamatan 3. Studi lapangan dokumentasi 3. Panduan studi dokumentasi
3.
Permasalahan 1. KUBE HPMBK-1 yang 2. KUBE HPMBK-2 menyebabkan 3. KUBE HPMBK-3 perbedaan tingkat perkembangan ketiga KUBE
1. Pengurus 2. Anggota 3. Pendamping sosial
1. Wawancara 2. Pengamatan lapangan.
4.
Strategi dalam mengatasi perbedaan tingkat perkembangan KUBE mengacu pada tipologi perkembangan KUBE (penyusunan program)
1. Anggota 2. Pengurus 3. Pendamping sosial 4. Tokoh masyarakat 5. Aparat kelurahan 6. Dinas Sosial
Penyusunan program dalam mengatasi ketimpangan tingkat perkembangan KUBE
Diskusi kelompok
1. Pedoman wawancara 2. Pedoman pengamatan lapangan Pedoman diskusi
29 Analisis Data Analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Reduksi data, yaitu melakukan pemilihan, pemilahan dan penyederhanaan data.
Kegiatan dalam reduksi data ini adalah menyeleksi data, membuat
ringkasan dan menggolongkan data. 2. Penyajian data, yaitu mengkonstruksikan data dalam bentuk narasi, matriks, grafik atau bagan, sehingga memudahkan dalam pengambilan kesimpulan. 3. Penarikan kesimpulan, yaitu menghubungkan antar data (fenomena) secara kualitatif
dan berdasarkan landasan teoritis yang meliputi mencari arti
tindakan masyarakat, mencari pola hubungan, penjelasan dan proposisi. 4. Verifikasi kesimpulan, yaitu meninjau kembali kesimpulan yang telah dilakukan dengan meninjau catatan lapangan dan bertukar pikiran dengan pengurus dan pendamping KUBE.
Penyusunan Program
Penyusunan program dalam mengatasi ketimpangan tingkat perkembangan KUBE dilakukan dengan pendekatan partisipatif, yaitu melibatkan pengurus, anggota, pendamping sosial, tokoh masyarakat, aparat kelurahan, Dinas Sosial dan pengusaha lokal melalui diskusi kelompok terfokus. Tujuannya adalah agar program yang disusun sesuai dengan permasalahan yang menyebabkan perbedaan tingkat perkembangan pada ketiga KUBE yang pada awal pembentukannya memiliki kondisi dan kualitas relatif sama serta untuk memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Proses penyusunan program dilakukan melalui tahapan analisis masalah dan kebutuhan, identifikasi sumber-sumber dan penentuan masalah, dan penyusunan program dalam mengatasi ketimpangan tingkat perkembangan KUBE sebagai strategi pengembangan KUBE.
PETA SOSIAL KELURAHAN KEBON WARU Gambaran Lokasi
Kelurahan Kebon Waru merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Batununggal Kota Bandung. Kondisi alam dengan permukaan tanah berbentuk dataran, terletak pada ketinggian tanah ± 700 m di atas permukaan laut. Curah hujan rata-rata pertahun 2400 milimeter dengan keadaan suhu rata-rata 23 s/d 25 derajat Celcius. Secara geografis Kelurahan Kebon Waru berada di wilayah Kota Bandung Bagian Tengah dengan batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cibeunying Kidul. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kebon Gedang. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kacapiring. 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kiaracondong. Kelurahan Kebon Waru terletak di kawasan Jalan Jakarta, berjarak 2 kilometer dari pusat pemerintahan propinsi. Dari kecamatan dan pusat kota berjarak 2.5 kilometer. Lokasi ini relatif mudah dijangkau karena dilalui angkutan kota berbagai jurusan. Kemudahan transportasi serta letaknya yang berdekatan dengan pabrik-pabrik dan fasilitas lain seperti pertokoan, pasar, sekolah dan poliklinik menyebabkan Kelurahan Kebon Waru banyak didatangi para pendatang untuk bekerja, bersekolah dan bermukim di daerah tersebut. Wilayah Kelurahan Kebon Waru terbagi menjadi 8 Rukun Warga (RW) dan 67 Rukun Tetangga (RT). Luas wilayah Kelurahan Kebon Waru adalah 96 hektar dengan sebagian besar peruntukannya adalah pemukiman, perindustrian dan perkantoran. Lebih rinci, peruntukan lahan dapat dilihat di Tabel 3.
31 Tabel 3 Peruntukan Lahan di Kelurahan Kebon Waru Tahun 2005 No
Peuntukan Lahan
1 2
Pemukiman Perkantoran/Perindustrian
3
Prasarana Umum Lainnya • Sekolah • Tempat Peribadatan • Tempat Olah Raga Jumlah
Luas (Ha)
Persentase (%)
63,00 30,00
65.63 31.25
2,00 0,50 0,50 96,00
2.08 0.52 0.52 100
Sumber data: Kantor Kelurahan Kebon Waru Tahun 2005 Berdasarkan data penggunaan lahan dapat diketahui bahwa 65.63 persen dari luas wilayah digunakan untuk pemukiman penduduk, 31.25 persen untuk perkantoran dan perindustrian. Penggunaan lahan untuk pemukiman, perindustrian dan perkantoran yang sangat besar menunjukkan bahwa masyarakat Kebon Waru merupakan masyarakat perkotaan yang tidak mengandalkan sumberdaya lahan untuk kehidupannya. Mereka lebih banyak bekerja di sektor industri, perdagangan dan sektor informal. Masalah Kemiskinan dalam Komunitas Batasan Kemiskinan Menurut Komunitas Masalah kesejahteraan sosial di Kelurahan Kebon Waru beraneka ragam. Kemiskinan merupakan masalah sosial yang paling menonjol dibandingkan dengan masalah lain. Keluarga miskin di Kelurahan ini berjumlah 1.780 rumah tangga
atau 38,12 persen dari keseluruhan rumah tangga (Sumber: Kantor
Kelurahan Kebon Waru, 2005). Dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), mereka semakin kesulitan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Dalam wilayah ini keluarga miskin tersebar di semua Rukun Warga yang berjumlah 8 RW. Di RW 01, jumlah keluarga miskin 147 keluarga. Sebagaimana dikemukakan dalam pendahuluan, kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan memenuhi kebutuhan yang dialami oleh individu maupun kelompok masyarakat yang didasarkan pada nilai atau norma yang
32 berlaku dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa orang miskin adalah mereka yang tingkat pendapatan tidak sesuai dengan tata nilai dan norma masyarakat. Tata nilai atau norma masyarakat bersifat relatif, sehingga kemiskinan pada suatu masyarakat tidak tentu berlaku dalam masyarakat lain. Menurut pandangan masyarakat Kelurahan Kebon Waru, yang termasuk kategori miskin adalah: 1. Orang yang tidak mempunyai pekerjaan atau mempunyai pekerjaan tetapi tidak tetap/serabutan. 2. Keluarga yang pendapatannya kurang, yaitu berpenghasilan kurang dari Rp 500.000,- per bulan, sehingga pendapatannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. 3. Keluarga yang tidak dapat menyekolahkan anaknya sampai tingkat SLTP. 4. Keluarga yang rumahnya sempit yaitu berukuran kurang dari 21 meter persegi dengan penghuni lebih dari 5 orang dan tidak memiliki perabotan yang memadai. Berdasarkan ciri-ciri keluarga miskin menurut pandangan masyarakat tersebut, maka ada kemungkinan terjadi ketidaksesuaian antara data yang ada di Kantor Kelurahan dengan fakta di lapangan menurut pandangan masyarakat. Hal ini disebabkan data di Kantor Kelurahan hanya berdasarkan pada data yang dikeluarkan BPS. Kemiskinan dalam Komunitas Kemiskinan di Kelurahan Kebon Waru terkait dengan faktor kependudukan, mata pencaharian, pelapisan sosial dan kelembagaan masyarakat. Kependudukan. Penduduk merupakan
jumlah orang yang bertempat
tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu dan merupakan proses-proses demografi yaitu mortalitas, fertilitas dan migrasi. Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik yang sama (Rusli, 1995). Pada Tahun 2005, jumlah penduduk Kelurahan Kebon Waru adalah sebanyak 16342 jiwa yang terdiri dari 8170 jiwa laki- laki dan 8172 jiwa perempuan. Jumlah KK 4.669 rumah tangga. Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin tersaji dalam Tabel 4.
33 Tabel 4 Jumlah Penduduk Kelurahan Kebon Waru Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2005 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Golongan Umur (Tahun) 0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 -54 55 – 59 60 – 64 65 + Jumlah
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
808 786 906 889 803 919 555 461 412 418 490 360 234 129 8170
790 764 874 921 915 908 551 450 422 422 470 359 213 113 8172
1598 1550 1780 1810 1718 1827 1106 911 834 840 960 719 447 242 16342
Lebih jelas, komposisi penduduk Kelurahan Kebon Waru berdasarkan umur dan jenis kelamin disajikan dengan piramida penduduk pada Gambar 2. Gambar 2 Piramida Penduduk Kelurahan Kebon Waru Tahun 2005
Laki-laki
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
65 + 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5 - 9 0 - 4
Perempuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sumber: Kantor Kelurahan Kebon Waru Tahun 2005
34 Dari komposisi penduduk terlihat bahwa jumlah penduduk usia kerja golongan umur 15 – 64 tahun sebanyak 11.172 orang (68,33%). Hal ini menunjukkan bahwa Kelurahan Kebon Waru merupakan wilayah yang potensial bagi penyediaan sumber tenaga kerja. Perbandingan jumlah penduduk laki- laki dan perempuan atau Rasio Jenis Kelamin di Kelurahan Kebon Waru adalah 100. Ini berarti setiap 100 perempuan terdapat 100 orang laki- laki atau jumlah penduduk laki- laki sama dengan jumlah penduduk perempuan (50 persen laki- laki dan 50 persen perempuan). Dari Gambar 2 juga terlihat bahwa jumlah usia produktif lebih besar daripada non produktif. Besarnya beban tanggungan penduduk dapat dihitung dengan melihat perbandingan antara jumlah penduduk yang digolongkan bukan usia produktif (bukan usia kerja) terhadap jumlah usia produktif (usia kerja). Jika golongan umur 15 – 64 tahun dipandang sebagai usia produktif, maka rasio beban tanggungan adalah 44 persen. Ini berarti setiap 100 orang yang produktif menanggung 44 orang yang tidak produktif atau mendekati perbandingan 2 : 1. Dengan perbandingan ini rata-rata dalam setiap rumah tangga terdapat satu orang usia non produktif. Keberadaan anggota rumah tangga yang tidak produktif bagi keluarga miskin akan menambah beban tanggungan karena tidak dapat menambah pendapatan keluarga. Di sisi lain, kebutuhan anggota pada usia non produktif juga meningkat seperti biaya pendidikan bagi anak atau biaya perawatan kesehatan untuk orang usia lanjut. Menurut tingkat pendidikan, penduduk di Kelurahan Kebon Waru sebagian besar berada pada taraf pendidikan di bawah SLTP yang mencakup antara lain tidak tamat SD dan tamat SD. Sebagian kecil dari penduduk berpendidikan SLTP ke atas, termasuk di dalamnya penduduk yang memiliki tingkat pendidikan sarjana muda dan sarjana. Secara lebih jelas, tingkat pendidikan penduduk disajikan pada Tabel 5.
35 Tabel 5 Komposisi Penduduk Kelurahan Kebon Waru Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2005 No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
1
Tidak/Belum Sekolah
2175
13,31
2
Tidak Tamat SD
2849
17,43
3
Belum Tamat SD
2598
15,90
4
Tamat SD
2649
16,21
5
SLTP
2751
16,83
6
SLTA
2489
15,23
7
Akademi/Sarjana Muda
376
2,30
8
Sarjana
455
2,78
16342
100
Jumlah
Sumber: Kantor Kelurahan Kebon Waru Tahun 2005 Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di wilayah Kelurahan Kebon Waru masih rendah. Hal ini dapat diketahui dari persentase penduduk yang masih berada di bawah tingkat pendidikan SLTP sebanyak 10.271 jiwa atau sekitar 62.85 persen. Penduduk yang berpendidikan SLTP dan SLTA sebanyak 5240 jiwa atau 32.06 persen, sedangkan penduduk yang berpendidikan sarjana muda dan sarjana sebanyak 831 jiwa atau 5.09 persen. Pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas sumberdaya manusia, karena dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh berbagai pengetahuan yang dapat digunakan untuk memahami fenomena-fenomena yang ada sejalan dengan perkembangan masyarakat. Rendahnya tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang kerja. Keluarga miskin di wilayah Kebon Waru sebagian besar berpendidikan sampai SD. Lebih rinci tingkat pendidikan keluarga miskin ini dapat dilihat pada Gambar 3.
36 Gambar 3 Komposisi Keluarga Miskin di Kelurahan Kebon Waru Berdasarkan Pendidikan Tahun 2005
69% Tidak Tamat SD SD SLTP 24%
1% 6%
SLTA
Sumber: Kantor Kelurahan Kebon Waru Tahun 2005 Penduduk miskin berdasarkan pendidikannya terdiri dari tidak tamat SD 427 (24%), tamat SD 1.228 (69%), SLTP 102 (6%) dan SLTA (1%). Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan keluarga miskin rendah. Rendahnya pendidikan ini berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang kerja, sehingga mereka kurang berkesempatan untuk memperoleh pekerjaan dengan tingkat pendapatan memadai. Hal ini diindikasikan dari sebagian besar pekerjaan yang dimiliki keluarga miskin tidak membutuhkan keterampilan khusus dengan tingkat pendapatan kurang memadai, seperti buruh bangunan, buruh angkat junjung, jualan keliling, tukang parkir, tukang sampah, pemulung dan sektor informal. Dari jenis-jenis pekerjaan ini mereka kesulitan untuk meningkatkan pendapatan. Gambaran tentang jenis pekerjaan keluarga miskin secara lebih jelas disajikan pada Gambar 5 sub bab Mata Pencaharian.. Mata Pencaharian. Sebagian besar penduduk Kelurahan Kebon Waru bekerja sebagai buruh dan serabutan/sektor informal. Termasuk dalam buruh ini adalah buruh pabrik, buruh angkat junjung di pasar, buruh bangunan dan tenaga kasar di pertokoan. Serabutan/sektor informal adalah jenis pekerjaan yang digeluti sendiri atau tidak terikat dengan pihak lain seperti pedagang kaki lima, pedagang dengan membuka toko/warungan, pedagang keliling, pemulung dan orang yang bekerja tidak tetap kadang-kadang berjualan, lain waktu menjadi buruh bangunan
37 atau bekerja berdasarkan permintaan. Lebih rinci, mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Komposisi Penduduk Kelurahan Kebon Waru Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2005 No
Mata Pencaharian
1
Pegawai Negeri Sipil
2
ABRI
3
Jumlah
Persentase (%)
680
10.08
56
0.83
Pegawai Swasta
639
9.47
4
Pedagang
788
11.68
5
Pensiunan
156
2.31
6
Buruh
3.267
48.43
7
Jasa
126
1.86
8
Wiraswasta
46
0.68
9
Serabutan /sektor informal
987
14,63
6.745
100
Jumlah
Sumber: Kantor Kelurahan Kebon Waru Tahun 2005 Dari Tabel 6 terlihat bahwa jumlah orang yang bekerja 6.745 orang dari 4.669 KK. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian keluarga tidak hanya mengandalkan satu orang sebagai sumber pendapatan, melainkan terdapat lebih dari satu orang yang bekerja. Dari Tabel 6, juga dapat dilihat bahwa 3.267 jiwa (48,43%) penduduk wilayah ini mempunyai mata pencaharian sebagai buruh. Buruh yang paling banyak adalah buruh pabrik. Hal ini disebabkan di Kelurahan Kebon Waru terdapat beberapa indus tri baik berskala besar, sedang dan kecil. Pertokoan dan warung juga merupakan bagian dari sistem perekonomian di Kelurahan Kebon Waru. Jumlah toko sebanyak 41 buah baik toko besar atau grosir maupun toko kecil dan jumlah warung sebanyak 165 buah, sehingga dapat dipahami jika mata pencaharian sebagai pedagang menempati urutan cukup tinggi sebanyak 788 jiwa (11.68%).
38 Pada keluarga miskin, hampir semua bekerja di sektor pekerjaan yang tidak membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus. Jenis pekerjaan yang banyak digeluti orang miskin adalah buruh (buruh pabrik, buruh bangunan dan buruh angkat junjung), sektor jasa (tukang parkir, penjaga keamanan, tukang cuci, pembantu rumah tangga dan tukang sampah) dan sektor informal, seperti jualan keliling, jualan asongan, jualan makanan jadi, jualan dengan membuka warungan kecil, industri rumah tangga skala kecil, pemulung, dan orang yang bekerja berdasarkan permintaan. Hal ini terkait dengan pendidikan keluarga miskin yang sebagian besar hanya tamat atau tidak tamat SD. Secara lebih rinci, komposisi penduduk miskin berdasarkan jenis pekerjaan disajikan pada Gambar 4. Gambar 4 Komposisi Keluarga Miskin di Kelurahan Kebon Waru Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2005
Buruh Pabrik Buruh bangunan 34%
Buruh angkat junjung Tukang parkir 56%
1% 1%
5%
Pembantu rumah tangga Serabutan/ Sektor informal
3%
Sumber: Kantor Kelurahan Kebon Waru Tahun 2005 Berdasarkan jenis pekerjaan, keluarga miskin di Kelurahan Kebon Waru terdiri dari buruh pabrik 981 rumah tangga (56%), buruh bangunan 96 rumah tangga (5%), buruh angkat junjung 48 rumah tangga (3%), tukang parkir 21 rumah tangga (1%), pembantu rumah tangga 24 orang (1%) dan serabutan/sektor informal 610 rumah tangga (34%). Tidak seperti jenis pekerjaan yang relatif mapan misalnya PNS, POLRI atau karyawan swasta, jenis pekerjaan ini biasanya mengalami keterbatasan dalam mengakses permodalan untuk modal kerja atau meningkatkan usahanya. Hal ini berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan
39 kemampuan untuk mengakses permodalan, seperti kesulitan untuk mengajukan kredit ke bank dan juga kurang kesempatan untuk meningkatkan kemampuan usaha, seperti mengikuti pelatihan keterampilan dan membangun kerjasama dengan pihak lain untuk pemasaran hasil produksi. Keterbatasan yang dimiliki oleh keluarga miskin ini menyebabkan mereka kurang kesempatan untuk meningkatkan
pendapatan
yang
memadai
untuk
mencukupi
kebutuhan-
kebutuhannya. Sumberdaya ekonomi, berupa sumberdaya alam tidak mendukung sistem perekonomian penduduk. Tidak ada penduduk yang mengandalkan pendapatan dari lahan atau dari sektor pertanian. Sumberdaya yang memberikan kontribusi bagi perekonomian penduduk adalah industri, pertokoan, pasar, dan lembaga keuangan (bank). Di wilayah ini terdapat 6 buah pabrik garment, industri atau pabrik berskala besar, misalnya DC Garment dan Multi Garment yang pemasarannya di ekspor ke berbagai negara di Asia dan Eropa. Industri atau usaha dalam kaitannya dengan kegiatan ekonomi lokal adalah industri rumah tangga yang dilakukan di rumah-rumah penduduk seperti industri olahan makanan, industri alat-alat mobil dengan bahan dasar dari karet, industri alat-alat olah raga, dan konveksi yang memproduksi celana “jeans” dan pakaian seragam sekolah. Wilayah kelurahan Kebon Waru juga berdekatan dengan pasar dan pertokoan. Di sektor-sektor usaha tersebut sebagian besar penduduk bekerja sebagai buruh, karyawan swasta, jasa, dan sektor informal. Sumberdaya lain adalah sumberdaya kelembagaan berupa Kelompok Usaha Bersama Himpunan Pemberdayaan Masyarakat Bhakti Kesuma (KUBE HPMBK). KUBE ini merupakan kelembagaan ekonomi yang dibentuk oleh pemerintah untuk membantu keluarga miskin dalam meningkatkan pendapatan melalui bantuan permodalan. Namun disayangkan, sumberdaya ini masih mengalami keterbatasan untuk menjangkau semua keluarga miskin yang ada di wilayah Kelurahan Kebon Waru. Sampai tahun 2006 KUBE HPMBK baru dapat menjangkau 30 orang dari kelua rga miskin di RW 01.
40 Struktur Komunitas. Masyarakat di Kelurahan Kebon Waru terdiri dari campuran penduduk asli dan pendatang baik yang menjadi penduduk tetap maupun sementara. Hal tersebut menyebabkan wilayah ini sangat heterogen baik dari nilai- nilai masyarakat maupun pelapisan sosialnya. Unsur utama pelapisan sosial di wilayah ini lebih didasarkan kepada penguasaan atau kepemilikan asetaset ekonomi seperti penguasaan lahan, modal dan alat-alat produksi. Pelapisan sosial pada masyarakat ini dapat dilihat dari bentuk bangunan rumah, kepemilikan sarana transportasi, dan jenis pekerjaan. Selain itu tingkat pendidikan dan keaktifan dalam kegiatan kemasyarakatan atau keagamaan juga mempengaruhi kedudukan seseorang dalam masyarakat. Di Kelurahan Kebon Waru terdapat tiga lapisan sosial. Strata sosial tertinggi diduduki oleh pemimpin formal, tokoh masyarakat, tokoh agama, pengusaha besar, dan pegawai negeri. Strata sosial berikutnya adalah orang yang cukup mapan, pendidikan cukup tinggi dan pendapatan juga cukup, seperti karyawan swasta, pedagang dan pengusaha dengan modal cukup besar. Lapisan terbawah adalah orang miksin yang pada umumnya bekerja sebagai buruh berpendapatan rendah dan serabutan. Pelapisan sosial tersebut dapat terlihat pada Gambar 5. Gambar 5 Pelapisan Sosial di Kelurahan Kebon Waru
Pemimpin formal, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Pengusaha besar, Pegawai Negeri Karyawan swasta, pedagang dan pengusaha dengan modal cukup besar Buruh dan pekerja serabutan
41 Pelapisan sosial bagi keluarga miskin berpengaruh terhadap partisipasi dalam pembangunan dan dalam kehidupan kemasyarakatan. Hampir tidak ada keluarga yang tergolong miskin ini dilibatkan dalam penyusunan rencana pembangunan di tingkat kelurahan atau RW. Dalam kehidupan kemasyarakatan, misalnya acara peringatan HUT RI di tingkat RW atau kelurahan, jarang melibatkan orang miskin dalam susunan kepanitiaan. Partisipasi mereka dalam pembangunan lebih banyak dalam bentuk sumbangan tenaga. Kepemimpinan dalam komunitas terdiri dari pemimpin formal dan informal. Pemimpin formal adalah aparat kelurahan serta jajarannya. Pemimpin informal adalah pemimpin yang diakui oleh masyarakat karena kharisma atau kepandaiannya. Termasuk dalam pemimpin informal adalah pengurus RT/RW, tokoh agama dan tokoh pemuda. Dalam kehidupan sosial di Kelurahan Kebon Waru, pemimpin informal sangat besar peranannya. Hampir semua keputusan pembangunan di tingkat RW atau RT melibatkan mereka di dalamnya. Kelembagaan masyarakat. Di Kelurahan Kebon Waru terdapat lembagalembaga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yaitu: 1.
Kelembagaan ekonomi: kelompok P2KP, kelompok UP2K-PKK, kelompok arisan, dan Kelompok Usaha Bersama Himpunan Pemberdayaan Masyarakat Bhakti Kesuma (KUBE HPMBK).
2.
Kelembagaan pendidikan: Sekolah Dasar 2 buah dan Perguruan Tinggi 3 buah.
3.
Kelembagaan keagamaan: Majelis Ta’lim dan kelompok pengajian. Majelis Ta’lim secara rutin mengadakan pengajian seminggu dua kali setiap Kamis dan Jum’at yang diikuti oleh warga baik orang tua, remaja maupun anak-anak. Kelompok pengajian ada di setiap RW yang secara rutin mengadakan pengajian seminggu sekali.
4.
Kelembagaan politik: Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sebagai lembaga penyalur aspirasi masyarakat yang berkaitan dengan programprogram pembagunan di tingkat kelurahan.
42 Disamping lembaga- lembaga sebagaimana telah disebutkan masih ada bentuk-bentuk kelembagaan masyarakat, seperti kekeluargaan, ketetanggaan dan gotong royong yang masih terpelihara diantara masyarakat yang tempat tinggalnya saling berdekatan atau dalam satu wilayah RT. Berdasarkan batasan dan faktor-faktor yang terkait dengan kemiskinan sebagaimana telah dikemukakan, maka dapat dijelaskan bahwa kemiskinan di Kelurahan Kebon Waru dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: 1. Rendahnya kualitas sumber daya manusia yang terlihat dari 93 persen orang miskin berpendidikan tamat dan tidak tamat SD. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini menghambat kesempatan mereka untuk memperoleh pekerjaan dengan tingkat pendapatan memadai. 2. Ketidakcakapan bekerja/berusaha yang terlihat dari jenis pekerjaan yang dimiliki orang miskin umumnya tidak membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus, seperti buruh (buruh pabrik, buruh bangunan dan buruh angkat junjung), sektor jasa (tukang parkir, tukang cuci, tukang sampah, penjaga keamanan dan pembantu rumah tangga), sektor informal/serabutan (jualan kaki lima, jualan dengan membuka warungan kecil, jualan keliling, jualan asongan, pemulung dan orang yang bekerja berdasarkan permintaan). Faktor eksternal yang terkait dengan kemiskinan adalah: 1. Keterbatasan akses terhadap sumber daya permodalan baik untuk modal kerja maupun meningkatkan usahanya, seperti kesulitan mengajukan kredit ke bank atau lembaga keuangan lain. 2. Adanya penilaian yang kurang mendukung pengembangan kemampuan orang miskin yang terlihat dari penempatan mereka pada lapisan terbawah dalam stratifikasi sosial, sehingga membatasi mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan.