BAB III METODE KAJIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka yang digunakan untuk mengukur efektivitas pengelolaan penerimaan daerah dari sumber-sumber kapasitas fiskal. Kapasitas fiskal dalam kajian ini dibatasi hanya pada enam jenis pajak daerah yang dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Bogor yaitu pajak penerangan jalan, pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame dan pajak parkir. Pos penerimaan tersebut akan digunakan untuk mengestimasi dan mengetahui seberapa besar kontribusinya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota Bogor. Mangara, dalam penelitiannya mengatakan PDRB ini bisa digunakan sebagai indikator pendapatan daerah. Dalam menentukan suatu prioritas pembangunan juga diperlukan pengetahuan tentang perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun dan juga sektor mana yang berkontribusi besar pada PDRB (competitive advantage), sehingga alokasi dana untuk mendorong perekonomian dapat dialokasikan sesuai struktur ekonomi.
Visi dan Misi Kota Bogor ( RPJP ) : “ Kota Jasa Yang Nyaman dengan Masyarakat Yang Madani dan Pemerintahan Amanah “
Permasalahan Kapasitas Fiskal di Kota Bogor : Ketergantungan pada DAU yang tinggi Indeks Kapasitas Fiskal yang rendah Kemandirian dalam pembuatan kebijakan dengan kendala keterbatasan sumberdaya
Identifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan sumber-sumber kapasitas fiskal Pemerintah Daerah Kota Bogor
Perkembangan dan efektivitas kapasitas fiskal Pemerintah Daerah Kota Bogor setelah desentralisasi fiskal
Tahap Input Matriks IFE dan Matriks EFE
Analisa Efektivitas
Tahap Pencocokan Matriks SWOT
Alternatif Strategi untuk meningkatkan kapasitas fiskal di Pemerintah Daerah Kota Bogor
Gambar 10. Kerangka Pikir Penelitian
3.2. Lokasi & Waktu Kajian Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Daerah Kota Bogor, dengan mengambil studi kasus di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bogor yang merupakan unsur pelaksana teknis otonomi daerah di bidang pendapatan daerah. Waktu kajian dimulai pada bulan Maret - Mei 2011 (3 bulan).
3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup kajian ini mencakup kajian terhadap sektor-sektor sumber kapasitas fiskal, yang sangat significant dampaknya terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bogor dan secara umum terhadap perekonomian di Kota Bogor. Populasi penelitian ini adalah PAD Kota Bogor dan pajak daerah yang dikelola secara langsung oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Bogor dengan data runtun waktu (time series) selama 10 tahun, yaitu tahun 20042010.
3.3.2. Metode Pengumpulan Data Dalam kajian ini penulis menggunakan dua macam data menurut klasifikasi jenis dan sumbernya yaitu : •
Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari para responden penelitian dengan teknik wawancara tidak terstruktur dan menggunakan kuesioner, untuk mendapatkan faktor internal dan faktor ekternal yang berpengaruh terhadap peningkatan kapasitas fiskal di Kota Bogor, khususnya terhadap peningkatan 6 (enam) jenis pajak yang dikelola langsung oleh Dispenda Kota Bogor, yaitu pajak penerangan jalan umum, pajak hotel, pajak restoran, pajak parkir, pajak reklame dan pajak hiburan.
•
Data Sekunder, data yang diperoleh tidak secara langsung, bersumber dari studi kepustakaan, data kedinasan maupun dari publikasi instansi yang bertanggungjawab terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota antara lain seperti publikasi Pemerintah Daerah Kota Bogor yang menjadi obyek penelitian, publikasi Kementrian Keuangan RI, publikasi BPS dan publikasi lainnya. Dasar kapasitas fiskal yang digunakan adalah Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 129/PMK.02/2005 dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 73/PMK.02/2006 serta
Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
153/PMK.07/2007, yang dapat memberikan gambaran kondisi wilayah penelitian, potensi daerah dan kebijakan yang telah dilakukan pemda.
Tabel 8. Data yang diteliti dan sumber data No
Tujuan
1
Menganalisis perkembangan
Data Jenis Data Sekunder
Metode Sumber
1. Laporan Rencana &
dan efektivitas kapasitas
Realisasi PAD (Dispenda
fiskal (Pajak Daerah)
Kota Bogor, 2004-2010)
Pemerintah Daerah Kota
Analisis Statistik Deskriptif
2. Laporan Rencana &
Bogor setelah desentralisasi
Realisasi Potensi Pajak
fiskal
Bumi dan Bangunan (Dispenda Kota Bogor, 2004-2010) 3. Renstra Kota Bogor 20052010 (Bapeda Kota Bogor) 4. RPJMD Kota Bogor 20102014 (Bapeda Kota Bogor) 5. Renstra Dinas Pendapatan Kota Bogor (Dispenda Kota Bogor 2010-2014)
2
Mengidentifikasi faktor
Data Primer
1. Dispenda Kota Bogor
internal dan eksternal yang
2. Bapeda Kota Bogor
mempengaruhi
3. Bagian Anggaran DPRD
pengembangan sumber-
Matriks IE
Kota Bogor
sumber kapasitas fiskal
4. Mantan Ketua Kadin Kota
(Pajak Daerah) Pemda Kota
Bogor
Bogor
5. Profesional di PD Kota Bogor
3
Memformulasikan
Data Sekunder
1. Dispenda Kota Bogor
kebijakan yang dapat
2. Bapeda Kota Bogor
dilakukan untuk
3. Bagian Anggaran DPRD
meningkatkan kapasitas
Analisis SWOT
Kota Bogor
fiskal Pemerintah Daerah Kota Bogor
3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel Pemilihan sampel dalam kajian ini dilakukan dengan metode purposive sampling, responden dipilih secara sengaja yaitu 8 orang profesional yang terdiri dari dua orang di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bogor, Komisi B (Anggaran) DPRD Kota Bogor dan Anggota DPRD Kota Bogor serta dua orang di Badan
Perencanaan Pembangunan (Bapeda) Kota Bogor, mantan Ketua Kadin Kota Bogor dan profesional di Perusahaan Daerah Kota Bogor, yang memiliki kompetensi terhadap bidang yang dikaji. Pemilihan sampel tersebut dilakukan atas dasar pertimbangan keterbatasan dana dan waktu yang tersedia.
3.3.4. Metode Perancangan Program Secara garis besar metode analisis yang digunakan dalam kajian ini terbagi atas dua bagian yakni analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif merupakan penelitian terkait dengan kapasitas fiskal di Pemerintah Daerah Kota Bogor, dengan difokuskan pada pengelolaan enam jenis pajak daerah oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Bogor. Tujuannya adalah untuk menganalisis perkembangan
pajak
daerah
di
Pemerintah
Daerah
Kota
Bogor
dan
mengidentifikasi faktor internal, eksternal yang mempengaruhi pengembangan pajak daerah tersebut. Analisis kuantitatif menggunakan rasio untuk menjawab efektivitas pengelolaan keuangan daerah, khususnya terhadap pengelolaan pajak daerah di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bogor. Perancangan strategi menggunakan analisis SWOT dan tahap akhir mapping yakni output strategi untuk meningkatkan pajak daerah di Pemerintah Daerah Kota Bogor.
3.3.4.1. Rasio Efektivitas Alat analisis ini digunakan untuk mengetahui pencapaian target, berkaitan dengan peningkatan kapasitas fiskal di Kota Bogor, khususnya 6 (enam) jenis pajak daerah diantaranya yang berkaitan dengan peraihan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Bogor. Rasio ini untuk membandingkan antara rencana dan realisasi, dari perbandingan tersebut akan terlihat anggaran yang mendekati target dan yang jauh dari target, sehingga pemerintah daerah dapat mengetahui kelemahannya serta mengantisipasinya di perencanaan pada tahun mendatang
3.3.4.2. Analisis Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE-EFE) Matriks evaluasi faktor internal dan eksternal (Internal Faktor EvaluationIFE Matrix dan External Faktor Evaluation-EFE Matrix) merupakan alat bantu dalam merangkum dan mengevaluasi informasi eksternal yang meliputi informasi
ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi dan persaingan.
3.3.4.3. Analisis SWOT Analisis Matriks Kekuatan - Kelemahan - Ancaman - Peluang (SWOT) Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) (Freddy Rangkuti, 198). Menurut Nining I. Soesilo, unsur-unsur SWOT meliputi strength (S) yang mengacu pada keunggulan kompetitif dan kompetisi lainnya, weakness (W) merupakan hambatan yang membatasi pilihan-pilihan pada pengembangan
strategi,
opportunities
(O)
menggambarkan
menguntungkan atau peluang yang membatasi penghalang
kondisi
dan threats (T)
berhubungan dengan kondisi yang dapat menghalangi atau ancaman dalam mencapai tujuan. Salah satu alasan perlunya dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal dengan menggunakan matriks IFE dan EFE adalah penentuan analisis SWOT dilakukan setelah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Tabel 9. Interaksi SWOT IFAS EFAS
O (Opportunities)
T (Threats)
S (Strengths)
W (Weakness)
Strategi S O Dengan kekuatan meraih peluang
Strategi W O Mengatasi kelemahan untuk menangkap peluang yang sesuai
Strategi S T Dengan kekuatan menghadapi tantangan
Strategi W T Mengatasi kelemahan untuk mengalahkan ancaman
Sumber : Manajemen Strategik di Sektor Publik, Nining I. Soesilo
Membuat strategi adalah mengawinkan elemen internal dengan eksternal sehingga didapatkan empat alternatif strategi (Nining I. Soesilo : Bagian II 5-7) sebagai berikut : • Strategi SO ( kekuatan - peluang – strength - opportunities )
Strategi ini yang paling murah karena dengan bekal yang paling sedikit dapat didorong kekuatan yang sudah ada untuk maju (mengandalkan keunggulan komparatif). Strategi ini mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang disebut juga strategi agresif. • Strategi ST ( kekuatan - ancaman – strength - threats ) Strategi ini yang agak lebih mahal karena dengan bekal yang paling sedikit dapat diatasi ancaman yang sudah ada untuk maju sehingga harus dilakukan mobilisasi dengan dua pilihan yaitu : - melawan ancaman, memelihara status qou (tak bergeming) - merubah ancaman jadi kesempatan atau merubah status quo Strategi ini disebut juga diversifikasi. • Strategi WO ( kelemahan - peluang – weakness - opportunities ) Adalah strategi investasi atau divestasi yang agak lebih sulit karena orientasinya adalah memihak pada kondisi yang paling lemah, tetapi dimanfaatkan untuk menangkap peluang, disebut juga strategi dengan orientasi putar balik. • Strategi WT ( kelemahan - ancaman – weakness - threats ) Strategi yang paling sulit karena orientasinya adalah memihak pada kondisi yang paling lemah atau paling terancam sehingga yang dilakukan adalah mengontrol kerusakan agar tidak menjadi lebih parah, dengan meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman (defensif).