16
METODE KAJIAN Batas-batas Kajian
Batas-batas kajian atau penelitian menurut Spradly (dalam Sugiyono, 2005) terdiri dari yang paling kecil, yaitu situasi sosial (single social situation) sampai masyarakat luas yang paling kompleks. Adapun yang menjadi batasbatas kajian ini adalah sekelompok masyarakat, yaitu petani miskin (a single community study) yang berada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur. Tipe kajian ini adalah kajian terapan deskriptif, yaitu berupaya untuk memahami ciri-ciri dan sumber-sumber masalah manusia dan masyarakat, menyumbang kepada teori yang dapat digunakan untuk merumuskan program dan intervensi penanganan masalah. Adapun aras kajian yang digunakan adalah obyektif mikro, yaitu membahas tentang pola perilaku, tindakan interaksi langsung antara pengkaji dan anggota komunitas dalam suatu lingkungan masyarakat dalam rangka pemberdayaan petani miskin.
Strategi Kajian
Strategi yang digunakan pada kajian ini adalah berupa studi kasus instrumental yang bersifat deskriptif terhadap permasalahan petani miskin yang tinggal di sekitar kawasan hutan lindung Kelurahan Nunukan Timur dan upaya untuk memberdayakan mereka. Strategi ini dipilih karena dibandingkan dengan strategi lainnya hasilnya lebih mudah dipahami dan bersifat lebih mendalam.
Tempat dan Waktu Kajian
Kajian ini dilakukan di Kelurahan Nunukan Timur
Kecamatan Nunukan
Kabupaten Nunukan (peta administratif sebagaimana tampak pada lampiran 1). Berdasarkan monografi Kecamatan Nunukan Tahun 2003, Kelurahan ini merupakan kelurahan terluas dengan jumlah Rukun Tetangga sebanyak 34 buah, merupakan pusat kota dan mempunyai penduduk miskin terbanyak di
17
Kecamatan Nunukan khususnya di Pulau Nunukan dengan subyek kajiannya adalah petani miskin yang ada di RT 24. Berdasarkan hasil Praktek Lapangan I, Pengkaji melihat bahwa perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap masalah kemiskinan sangat besar, begitupun halnya dengan program pemerintah melalui kelompok tani tersebut. Masyarakat mempunyai harapan agar program ini dapat berjalan secara berkesinambungan. Dipilih komunitas masyarakat yang ada di sekitar kawasan hutan lindung adalah berdasarkan informasi dari Lurah dan Tokoh Masyarakat setempat bahwa daerah itu merupakan kantong kemiskinan yang ada di Kelurahan Nunukan Timur dan wilayah tersebut sangat mudah dijangkau karena dekat dengan pusat kota. Alasan lain pengkaji memilih lokasi ini adalah dikarenakan alasan praktis, sebagaimana diungkapkan oleh Moleong (1998), yaitu karena keterbatasan waktu, biaya, tenaga, perlu pula dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi kajian. Kajian ini dilaksanakan dalam tiga tahapan waktu kerja sebagai berikut : a. Praktek Lapangan I (Pemetaan Sosial) yang dilaksanakan selama 16 hari kerja, yaitu dari tanggal 1 sampai dengan 16 Nopember 2005. b. Praktek Lapangan II (Evaluasi Program) yang dilaksanakan selama 8 hari kerja, yaitu dari tanggal 17 sampai dengan 24 Pebruari 2006. c. Kajian Lapangan yang dilaksanakan selama 30 hari kerja, yaitu selama bulan Agustus 2006.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan teknik yang berkaitan dengan alatalat atau instrumen sarana untuk memperoleh data. Menurut sifatnya data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan 2 cara, yaitu teknik konvensional dan teknik partisipatif. Teknik pengumpulan data primer yang bersifat konvensional yang digunakan adalah : 1. Pengamatan berperan serta, dengan tujuan untuk melihat, merasakan dan memaknai peristiwa dan fenomena sosial yang ada dalam
18
masyarakat, serta membentuk pengetahuan bersama bagi masyarakat di Kelurahan Nunukan Timur. 2. Wawancara mendalam (indepth interview) dan wawancara terstruktur, dengan tujuan untuk mendalami pandangan masyarakat Kelurahan Nunukan Timur tentang situasi sosial, budaya, ekonomi, politik, ekologi dan demografi di lingkungannya. Teknik wawancara terstruktur akan digunakan untuk mengetahui karakteristik dari petani miskin yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur. Teknik partisipatif yang digunakan adalah pemetaan masalah dan diskusi kelompok. Diskusi yang dilaksanakan dapat berupa FGD (focus group discussion) ataupun dalam bentuk diskusi-diskusi non formal. Adanya diskusi ini diharapkan dapat menggali suatu informasi secara lebih dalam, dalam hal ini pengkaji berposisi sebagai fasilitator. Pengumpulan data sekunder yang dilakukan adalah dengan teknik penelusuran dokumen (studi dokumentasi), yaitu dengan mempelajari arsip-arsip atau dokumen-dokumen yang terkait dengan situasi dan kondisi masyarakat di Kelurahan Nunukan Timur dan Kecamatan Nunukan. Kegiatan pengumpulan informasi dan data yang dilaksanakan tersebut diharapkan dapat memenuhi segala informasi yang dibutuhkan dalam kajian, dan hal ini secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Tujuan dan Teknik Pengumpulan Data No
Tujuan
1.
Mengetahui karakteristik petani miskin
2.
Memahami masalah dan faktor penyebab masalah yang dihadapi petani miskin
3.
Merumuskan strategi pemberdayaan melalui penguatan kelompok tani
Variabel
Parameter
Keadaan sosial ekonomi Pola usaha Partisipasi dalam kelompok Kerjasama dalam kelompok Pengetahuan Keterampilan Jaringan pemasaran Dukungan stakeholders
Pendapatan Perkembangan usaha Kebutuhan produksi dan hasil pemasaran Peran serta dalam kelompok Pendidikan dan keterampilan yang dimiliki Perkembangan akses informasi Perkembangan jaringan pemasaran Intensitas dan efektifitas pendampingan Penentuan masalah prioritas Penetapan tujuan Analisa kemungkinan strategi yang dapat dilakukan Pemilihan strategi
Program pemberdayaan petani miskin Penguatan kelompok tani
Sumber Data o Petani miskin o Tokoh Masyarakat
Teknik Pengumpulan Data Studi Dokumentasi Wawancara Mendalam Wawancara Terstruktur Observasi
o Petani miskin o Tokoh Masyarakat o Pimpinan Pertanian Kecamatan o Dispertanak o Disperindagkop
Wawancara Mendalam FGD Studi Dokumentasi
o Petani miskin o Tokoh Masyarakat o PPK o Dispertanak o Disperindagkop o LSM
Wawancara Mendalam FGD
19
Analisis Data dan Pelaporan
Data yang dikumpulkan dianalisis secara kualitatif. Menurut Patalima (2005) bahwa pada analisis data kualitatif, kata-kata dibangun dari hasil wawancara
atau
pengamatan
terhadap
data
yang
dibutuhkan
untuk
dideskripsikan dan dirangkum. Pertanyaan dapat dibuat oleh pengkaji untuk melihat hubungan antara berbagai tema yang diidentifikasi, hubungan perilaku atau karakteristik individu seperti umur dan jenis kelamin. Data yang diperoleh disunting, dikelompokkan menurut aspek-aspeknya, dilengkapi dan disistemisasi sehingga manjadi informasi yang utuh. Data yang terkumpul dari sumber yang berbeda dibandingkan dan diberikan penafsiran, begitupun halnya dengan data yang diperoleh dengan teknik yang berbeda. Hasilnya disajikan secara deskriptif analitis dengan dibantu beberapa tabel, gambar dan diagram. Langkah awal yang ditempuh adalah melakukan penyuntingan data (melengkapi dan mentransformasi data mentah yang ditulis dalam catatan lapangan) yang terkumpul dengan sumber-sumber lain yang mendukung (dokumen tertulis, peta dan laporan-laporan).
Penyusunan Rancangan Program
Penyusunan rancangan program menggunakan pendekatan partisipasi yang mengutamakan peran serta para petani miskin sebagai subyek dari pengembangan masyarakat. Teknik yang akan dilakukan adalah dengan diskusi terfokus yang diupayakan melibatkan stakeholders yang ada, baik dari instansi pemerintah maupun dari masyarakat dalam rangka pemberdayaan petani miskin di Kelurahan Nunukan Timur. Rancangan program disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Membahas dan menentukan masalah yang dihadapi dan menentukan masalah prioritas secara bersama dengan peserta FGD 2. Melakukan analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada 3. Penggalian aspirasi dari petani dan melakukan penyusunan rancangan program secara partisipatif
20
PETA SOSIAL KELURAHAN NUNUKAN TIMUR
Keadaan Umum Lokasi
Kelurahan Nunukan Timur merupakan kelurahan yang baru diresmikan pada tahun 2004 lalu yang pada awalnya adalah sebuah desa, namun sebagai konsekuensi dari kebutuhan, perkembangan jumlah penduduk dan fasilitas yang ada, maka status desa tersebut ditingkatkan menjadi kelurahan. Kelurahan ini merupakan Kelurahan terluas di Kecamatan Nunukan (khususnya Pulau Nunukan), yaitu seluas 6.000 Ha atau sekitar 25,7 % luas Pulau Nunukan, tetapi untuk di Kecamatan Nunukan luasnya hanya sekitar 3,76 % luas Kecamatan Nunukan (karena kecamatan ini mempunyai dua wilayah yaitu wilayah pulau kecil dan wilayah daratan yang ada di Pulau Kalimantan). Kelurahan Nunukan Timur ini berada pada dataran rendah (7 m dari permukaan laut) dan beriklim tropis (25-32 oC). Berdasarkan data orbitasi, jarak Kelurahan Nunukan Timur ke pusat-pusat pemerintahan seperti kecamatan dan kabupaten tidak terlalu jauh (1,5 km dan 12 km) sehingga dapat ditempuh dengan angkutan darat, sedangkan jarak ke Ibukota Provinsi dan Negara cukup jauh (sekitar 525 km dan 1.170 km) sehingga harus ditempuh dengan angkutan udara. Memperhatikan kondisi ini, maka jarak yang dekat antara kelurahan dan pusat kecamatan ini sangatlah mempermudah kegiatan administratif yang perlu dilakukan oleh aparat kelurahan, serta mempermudah arus informasi dan komunikasi antara Kantor Kelurahan Nunukan Timur dan Kecamatan Nunukan. Kelurahan ini dilewati oleh jalur utama yang menuju ke pusat pemerintahan kabupaten, sehingga secara umum dapat dikatakan wilayah Kelurahan Nunukan Timur sangat mudah dijangkau, baik oleh kendaraan umum maupun pribadi. Selain itu, terdapat juga fasilitas kesehatan, ekonomi dan pendidikan yang dapat ditempuh dengan waktu antara 10-15 menit. Berdasarkan data penggunaan tanah tampak bahwa 52,42 % dari luas wilayah yang ada digunakan sebagai wilayah pemukiman penduduk dengan kategori perumahan hampir 60 % merupakan perumahan permanen dengan jenis pemukiman yaitu pemukiman umum. Hal ini secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.
21
Tabel 2 Peruntukan Tanah di Kelurahan Nunukan Timur Tahun 2005 Luas No Peruntukan (Ha) 1. Jalan 126,5 2.
Sawah dan Ladang
3.
Bangunan Umum
4.
Empang
5.
(%) 2,11
8,5
0,14
1.330,0
22,17
17,0
0,28
Pemukiman/Perumahan
3.145,0
52,42
6.
Jalur Hijau
1.300,0
21,67
7.
Pemakaman
5,0
0,08
8.
Lain-lain
68,0
1,13
6.000
100,00
Jumlah
Sumber : Monografi Kelurahan Nunukan Timur Tahun 2005.
Kelurahan Nunukan Timur tergolong sebagai wilayah perkotaan, namun di kelurahan ini masih terdapat areal pertanian masyarakat seluas 8,5 Ha atau sekitar 0,14 % dari luas keseluruhan. Letak lahan yang menjadi areal pertanian ini berada di wilayah RT 24 dan RT 25 atau di sekitar Hutan Lindung Pulau Nunukan dan berbatasan langsung dengan wilayah Kelurahan Nunukan Selatan. Keminiman lahan ini bukan menjadi penghambat utama dari semangat masyarakat untuk beralih pencaharian menjadi seorang petani, karena diantara mereka juga membuka lahan di wilayah lain di Kecamatan Nunukan, seperti di Kelurahan Nunukan Barat dan Nunukan Selatan. Berkaitan dengan kegiatan ekonomi lokal di wilayah ini, masyarakat masih menjalankan usahanya secara sederhana, yaitu berusaha di tempat tinggalnya sendiri, seperti kios/warung, dan masing-masing juga menjajakan hasil usaha tani yang dimiliki langsung kepada konsumen.
Kependudukan
Jumlah penduduk Kelurahan Nunukan Timur pada bulan Oktober 2005 adalah sebanyak 19.472 jiwa yang terdiri dari 10.110 jiwa laki-laki dan 9.362 jiwa perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 4.350 KK. Adapun jumlah penduduk usia kerja di wilayah ini menggunakan batas usia 15 tahun keatas, yaitu sebanyak 14.930 jiwa atau 76,67 % dari jumlah penduduk (Tabel 3).
22
Tabel 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan Nunukan Timur Tahun 2005 No
Kelompok Umur
Jumlah
(Tahun)
(Jiwa)
(%)
1.
0 – 03
1.324
6,80
2.
04 – 06
640
3,29
3.
07 – 12
1.738
8,93
4.
13 – 15
840
4,31
5.
16 – 18
874
4,49
6.
19 +
14.056
72,19
19.472
100,00
Jumlah
Sumber : Monografi Kelurahan Nunukan Timur Tahun 2005.
Adapun jumlah penduduk yang bekerja (PNS, TNI, karyawan swasta, wiraswasta, tani, pertukangan, buruh tani, nelayan, pemulung dan jasa) yaitu sejumlah 10.689 jiwa atau
71,59 % dari jumlah penduduk usia kerja.
Berdasarkan monografi Kelurahan Nunukan Timur diketahui juga bahwa jumlah pengangguran yang ada di wilayah ini adalah sejumlah 698 jiwa atau 4,68 % dari jumlah penduduk usia kerja, dengan kategori termasuk pengangguran tidak kentara, yaitu mereka yang bekerja tidak tetap, seperti buruh-buruh bangunan maupun mereka yang baru menyelesaikan pendidikan dan belum mendapatkan pekerjaan. Tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan ini secara keseluruhan dapat dikatakan cukup baik, yaitu 66,63 % adalah berpendidikan SLTA. Hal ini berpengaruh terhadap pengetahuan, keterampilan dan pemahaman yang dimiliki penduduk. Keadaan ini juga dapat dijadikan indikator untuk menilai tinggi rendahnya pendapatan seseorang. Perubahan jumlah penduduk di Kelurahan Nunukan Timur selain dipengaruhi oleh faktor fertilitas dan mortalitas, juga dipengaruhi oleh faktor migrasi penduduk. Berdasarkan data yang ada, pada tahun 2005 jumlah penduduk yang datang sejumlah 441 jiwa dan 63,27 % adalah laki-laki, sedangkan jumlah penduduk yang pindah adalah sejumlah 298 jiwa. Adapun jumlah kelahiran yang terjadi pada periode yang sama adalah 464 jiwa (57,54 % yang lahir adalah laki-laki) dan kematian hanya 77 jiwa (59,74 % adalah laki-laki). Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk di
23
Kelurahan Nunukan Timur. Hal ini sangat sejalan, berdasarkan penuturan Camat Nunukan bahwa Kecamatan Nunukan khususnya Pulau Nunukan merupakan daerah transit yang sangat strategis, terutama dalam hal penyaluran tenaga kerja Indonesia ke Tawau-Malaysia. Menurut Camat Nunukan, dari beberapa kelurahan yang ada di Kecamatan Nunukan, Kelurahan Nunukan Timur merupakan daerah pusat kegiatan dimaksud. Kondisi ini sangat mempengaruhi jumlah penduduk karena sekitar 65 % dari jumlah TKI yang dipulangkan ataupun tidak jadi berangkat ke TawauMalaysia Timur berpikiran enggan untuk kembali ke daerah asalnya. Pada akhirnya mereka memilih untuk tinggal menetap di Nunukan dan diantara mereka memilih untuk tinggal dan bahkan berkeluarga di Kelurahan Nunukan Timur. Adapun untuk RT 24 yang menjadi lokasi kajian kali ini berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada bulan Juli 2006 terdapat 129 KK (kepala keluarga) yang terdiri dari 537 jiwa dan 40 KK diantaranya termasuk keluarga miskin. Berkaitan dengan keluarga miskin ini, AMT, salah seorang warga di Kelurahan ini menyatakan bahwa : Kalau dikatakan miskin secara kasat mata sih, mungkin banyak yang menyangkal kalau mereka dikatakan miskin, karena rumah mereka kebanyakan rumah semi permanen dan permanen. Rata-rata mereka yang ada di RT 24 dan 25 tidak mempunyai pekerjaan tetap, sehingga pada pendataan yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Nunukan, mereka dikategorikan sebagai keluarga miskin. Dari 40 KK miskin yang ada di RT 24 ini, terdapat jumlah anggota keluarga sejumlah 180 jiwa. Hal lain tentang kependudukan, adalah berkaitan dengan etnis. Penduduk asli Nunukan termasuk Kelurahan Nunukan Timur etnis Tidung, namun seiring dengan pertumbuhan penduduk dan sebagai konsekuensi sebagai daerah transit, maka Kelurahan Nunukan Timur mempunyai etnis yang ada sangat banyak, yaitu etnis Tidung itu sendiri, Bugis, Jawa, Makassar, Dayak, Timor, Ambon, Tionghoa dan Madura. Termasuk keberadaan para TKI, yang sekitar 90 % dari mereka berasal dari etnis Timor ada di Kelurahan Nunukan Timur. Walaupun demikian, keadaan ini jugalah menurut tokoh masyarakat serta Lurah setempat yang menyebabkan Pulau Nunukan dapat berkembang pesat, termasuk Kelurahan Nunukan Timur.
24
Sistem Ekonomi
Mata Pencaharian Masyarakat Kelurahan Nunukan Timur bermata pencaharian sebagai karyawan swasta, baik itu buruh pabrik di kelurahan lain maupun karyawan perusahaan swasta seperti Perusahaan Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) dan perusahaan yang bergerak di bidang ilegal logging, sebagaimana tampak pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah Penduduk yang Bekerja Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan Nunukan Timur Tahun 2005 No
Mata Pencaharian
Jumlah
(%)
(Jiwa)
1.
Pegawai Negeri Sipil
527
4,93
2.
TNI/Polri
223
2,09
3.
Karyawan Swasta
5.857
54,79
4.
Wiraswasta/Pedagang
725
6,78
5.
Tani
1.912
17,89
6.
Pertukangan
429
4,01
7.
Buruh Tani
712
6,66
8.
Nelayan
64
0,60
9.
Pemulung
21
0,20
10.
Jasa
219
2,05
Jumlah
10.689
100,00
Sumber : Monografi Kelurahan Nunukan Timur Tahun 2005.
Adapun bidang pertanian, walaupun Kelurahan Nunukan Timur sangat minim sekali lahan pertaniannya, mereka tidak hanya bertani di wilayah mereka sendiri, tetapi juga menggarap lahan di wilayah lain seperti di Kelurahan Nunukan Barat dan Nunukan Selatan. Kedua Kelurahan tersebut menurut penuturan Lurah dan Camat Nunukan, adalah Kelurahan yang cukup memiliki lahan pertanian yang cukup luas dan sekitar 398 jiwa penggarapnya adalah dari masyarakat Kelurahan Nunukan Timur, 58 jiwa diantaranya berasal dari RT 24. Adapun penduduk di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur, jumlah mereka yang bekerja dapat dilihat pada Tabel 5.
25
Tabel 5 Jumlah Penduduk RT 24 yang Bekerja Berdasarkan MataPencaharian di Kelurahan Nunukan Timur Tahun 2006 No.
Mata Pencaharian
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1.
PNS
21
10,94
2.
Pedagang
26
13,54
3.
Petani
101
52,60
4.
Swasta
27
14,06
5.
Nelayan
3
1,56
6.
Pertukangan
5
2,60
7.
Jasa
9
4,70
192
100
Jumlah Sumber : Hasil Olah Data Wawancara, 2006.
Di Kelurahan Nunukan Timur juga terdapat 8 buah Koperasi Simpan Pinjam, 7 buah Kelompok Usaha Ekonomi Bersama (KUBE), 178 buah toko dan warung, baik skala besar maupun kecil dan 1 buah pasar kecil sebagai penggerak roda perekonomian masyarakat setempat. Selain itu terdapat juga 7 buah Kelompok Tani lokal dengan komoditinya adalah sayur-sayuran dan tanaman pangan yang diusahakan di Kelurahan Nunukan Timur, khususnya yang berada di sekitar kawasan hutan lindung (RT 24 dan 25). Keberadaan kelompok tani ini sejak tahun 2000–2004 merupakan peralihan mata pencaharian masyarakat Nunukan, karena pada masa silam masyarakat Nunukan bergerak di bidang ilegal logging baik di Hutan Lindung Pulau Nunukan, maupun hutan Iuar Pulau Nunukan. Persediaan kayu mulai menipis dibarengi dengan operasi keamanan hutan yang semakin ketat telah membuat mereka kehilangan mata pencaharian, yang pada akhirnya mereka beralih usaha dengan membentuk kelompok tani dan ada juga yang bewiraswasta dengan berdagang. Permasalahannya, walaupun mereka telah membentuk kelompok tani, selain masalah pengetahuan yang minim, adalah masalah pemasaran hasil tani. Menurut penuturan para petani, akhir-akhir ini harga sayur kian merosot karena hasil panen sayur yang ada melimpah, sehingga mereka memilih untuk bercocok tanam dengan cara berspekulasi terhadap jenis tanaman yang dapat meningkatkan pendapatan mereka.
26
Kepemimpinan Lokal
Menurut informasi yang diperoleh bahwa kepemimpinan yang muncul di Kelurahan Nunukan Timur adalah berdasarkan pada posisi apa yang dijabat oleh seseorang, adanya pendukung dari satu etnis yang sama yang menokohkan seseorang dan pada segmen mana tokoh tersebut berada. Berdasarkan hal tersebut, maka tokoh-tokoh kepemimpinan lokal yang ada di Kelurahan Nunukan Timur, terdiri dari : 1. Tokoh Formal 2. Tokoh Agama 3. Tokoh Informal lainnya (sepeti Ketua Kerukunan) 4. Tokoh Pemuda Keberadaan para pemimpin formal di Kelurahan Nunukan Timur memiliki peranan yang sangat penting. Masyarakat patuh kepada pemimpin formal (RT, Lurah dan Camat) adalah menyangkut hal-hal yang bersifat prosedural, seperti pengurusan Kartu Tanda Penduduk, Surat Rekomendasi untuk berbagai kegiatan dan Surat Pengantar untuk ke level pemerintahan yang lebih tinggi. Pemimpin formal di tingkat Rukun Tetangga, dipilih secara demokratis melalui musyawarah masyarakat dengan memperhatikan wibawa, kharisma dan kemampuan mengayomi yang dimiliki oleh seseorang dan faktor kedekatan dengan masyarakat. Ketua RT akan terpilih berulang-ulang setelah selesai periode kepemimpinannya (2 tahun). Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat sudah percaya dengan kepemimpinan seseorang yang ditokohkan tersebut. Masyarakat sangat loyal dan akan memberi dukungan kepada pemimpin yang mempunyai kepedulian terhadap masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Pemimpin informal, misalnya tokoh agama peranannya sangat terlihat, terutama dalam hal pembinaan generasi muda. Mereka senantiasa memberikan motivasi kepada para generasi muda untuk aktif dalam kegiatan keagamaan, seperti kegiatan remaja masjid dan kegiatan peringatan keagamaan, sehingga dapat meredam timbulnya kenakalan remaja. Keberadaan tokoh masyarakat dianggap cukup memegang peranan penting terhadap keberhasilan pembangunan di wilayah ini, baik pembangunan secara fisik maupun mental. Hal ini dapat dilihat pada saat kegiatan Temu Karya Pembangunan tingkat kecamatan yang selalu dilaksanakan setiap tahun, sumbang saran dari tokoh masyarakat setiap kelurahan turut menentukan dalam
27
penentuan prioritas pembangunan di kelurahannya dan nantinya akan menjadi usulan bagi Pemerintah Kabupaten Nunukan. Keberadaan tokoh masyarakat tidak hanya karena ketokohannya, ada juga tokoh masyarakat setiap etnis yang ditunjuk sekaligus menjadi ketua kerukunan masing-masing etnis yang ada di kelurahan ini. Peranan ketua etnis ini pun tidak kalah pentingnya dengan tokoh masyarakat umumnya. Segala permasalahan yang terjadi yang dilakukan oleh masyarakat, misalnya pencurian atau perkelahian, selama belum ditangani oleh aparat berwajib, maka yang bersangkutan akan diserahkan kepada ketua kerukunan sepanjang etnisnya diketahui dan ada kerukunannya, dan selanjutnya akan diselesaikan oleh kerukunan masing-masing. Saat ini di Kelurahan Nunukan Timur telah terdapat sekitar 15 buah kerukunan etnis yang dilihat dari asal provinsi dan keseluruhan berjalan dengan baik. Peranan kerukunan ini akan sangat tampak, apabila terdapat seorang warga yang meninggal dan mungkin tidak mempunyai sanak saudara di Nunukan, biasanya para TKI yang sakit atau dipulangkan, maka dengan kesadaran yang tinggi segala
sesuatu berkaitan dengan penyelenggaraan
jenazah yang bersangkutan menjadi tanggung jawab dari etnis warga yang meninggal tersebut. Namun walaupun demikian, hal ini juga tetap menjadi perhatian masyarakat lain di luar etnis tersebut. Berdasarkan kondisi di atas, dapat terlihat jelas bahwa sesungguhnya respon masyarakat terhadap kepemimpinan di Kelurahan Nunukan Timur cukup baik. Partisipasi warga cukup tinggi dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh tokoh-tokoh atau pemimpin di wilayah ini. Hal inilah yang dapat mengurangi terjadinya perselisihan antar warga, baik sesama etnis, berbeda etnis maupun antar agama. Begitupun halnya dalam kegiatan pertanian, peran tokoh masyarakat dalam memberikan pengaruhnya kepada masyarakat cukup besar. Petani miskin sendiri sebenarnya sangat menghargai keberadaan para pemimpin formal dan informal, khususnya dalam melaksanakan program yang diberikan kepada mereka.
Lembaga Kemasyarakatan
Lembaga kemasyarakatan yang ada di Kelurahan Nunukan Timur ada yang formal, seperti LPM, PKK Kelurahan dan Gudep Pramuka, ada juga yang
28
bersifat non formal yang terbentuk atas dasar inisiatif masyarakat sendiri dan juga dari pihak luar dalam rangka pemberdayaan masyarakat, seperti Forum Pemberdayaan Ummat (LSM Format), Kelompok Fardhu Kifayah, Majelis Ta’lim, Kelompok Ibu-ibu Shalawat, Ikatan Pemuda dan Remaja Masjid, Arisan Qurban dan Pemuda-pemudi Gereja. Lembaga kemasyarakatan yang berkaitan dengan masalah keagamaan didukung dengan keberadaan sarana-sarana rumah ibadat. Adapun sarana peribadatan sebagai pendukung lembaga kemasyarakatan yang ada di Kelurahan Nunukan Timur terdiri dari 8 buah masjid, 4 buah mushalla/surau dan 10 buah gereja. Lembaga ekonomi yang ada di kelurahan ini adalah Koperasi Simpan Pinjam dan KUBE. Lembaga bentukan pemerintah, seperti LPM belum berfungsi maksimal
karena
baru
dibentuk.
Tim
Penggerak
Pemberdayaan
dan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kelurahan cukup aktif menjalankan kegiatan seperti posyandu, arisan, penyuluhan dan pemanfaatan pekarangan untuk tanaman obat keluarga. Dalam bidang kepemudaan, ada satu buah Karang Taruna ‘Borneo’ yang baru dibentuk bulan Oktober 2005. Selain itu, sebagaimana telah diutarakan pada bagian sebelumnya, di Kelurahan ini terdapat juga kelompok-kelompok tani. Dalam bidang pendidikan, di kelurahan ini terdapat Sekolah Dasar sebanyak 5 buah, SLTP/MTs Swasta 1 buah dan SLTA Negeri 1 buah. Adapun siswa yang ada di sekolah-sekolah tersebut, tidak hanya berasal dari Kelurahan Nunukan Timur, tetapi juga berasal dari luar kelurahan bahkan dari luar Pulau Nunukan. Dalam bidang kesehatan, di kelurahan ini terdapat 1 buah Puskesmas. Keberadaan Puskesmas ini sangat membantu masyarakat khususnya dalam hal pencegahan dan pengobatan penyakit.
Sumber Daya Lokal
Hubungan antara komponen ekosistem yang ada di Kelurahan Nunukan Timur, dapat dilihat dari bagaimana pemanfaatan sumber daya yang ada di lingkungan oleh masyarakat setempat. Saat ini, hubungan antara masyarakat dengan lingkungan dapat dikatakan cukup baik, karena masyarakat secara perlahan telah sadar akan pentingnya kelestarian alam. Misalnya saja seperti adanya hutan lindung di kelurahan ini, mereka sudah tidak lagi melakukan
29
perambahan, tetapi mulai memanfaatkan lahan-lahan tidur bekas perambahan hutan di masa lampau. Walaupun tidak dapat dipungkiri, masih ada saja terdapat masyarakat yang masih kurang sadar dengan kelestarian lingkungan, seperti yang terjadi di daerah hilir aliran Sungai Bolong, masyarakat ada yang melakukan penggalian batu koral dan membuang sampah rumah tangga di aliran sungai tersebut. Padahal air sungai itu digunakan sebagai sumber air bagi pengolahan air minum oleh Perusahaan Daerah Air Minum Nunukan. Mengenai pengelolaan khususnya pengamanan potensi sumber daya alam, hutan dan air yang ada saat ini di Kelurahan Nunukan Timur masih menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Nunukan melalui Polisi Pamong Praja dan aparat keamanan lainnya. Berdasarkan penuturan masyarakat setempat, mereka belum dilibatkan secara maksimal, ironisnya di antara mereka pun masih belum mengetahui dimana batas hutan lindung sebenarnya. Hal ini terjadi karena di satu sisi masyarakat Kelurahan Nunukan Timur sudah berhenti merambah hutan, sedangkan di sisi lain masyarakat Kelurahan Nunukan Selatan masih terus merambah, bahkan saat ini menurut mereka sudah hampir tembus ke batas wilayah Kelurahan Nunukan Timur. Adapun mengenai sumber daya lokal yang ada di Kelurahan Nunukan Timur adalah : a. Lahan Luas lahan pertanian yang dapat diusahakan oleh masyarakat setempat yang ada di wilayah ini seluas 8,5 Ha. Lahan lain sudah terisi oleh pemukiman penduduk, bangunan umum, empang, jalur hijau dan pemakaman. Luas yang sedikit ini keseluruhannya diusahakan sebagai lahan perkebunan sayur dan tanaman pangan. Pola penguasaan tanah adalah dikuasai secara pribadi dan belum ada yang menyewakan kepada pihak lain. Jumlah lahan pertanian yang sempit tidak menunjukkan bahwa tekanan penduduk terhadap lahan sangat tinggi, karena masyarakat masih mempunyai alternatif untuk mencari lahan di kelurahan lain. b. Tenaga Kerja Jumlah penduduk usia kerja yang cukup besar dengan kualitas pendidikan yang relatif baik, yaitu 12.974 jiwa berpendidikan SLTA atau sekitar 86,899 % dari usia kerja yang ada (monografi Kelurahan Nunukan Timur). Kondisi ini secara umum akan dapat membentuk suatu sumber daya di Kelurahan Nunukan Timur.
30
c.
Modal Permasalahan modal yang ada di Kelurahan Nunukan Timur ini terkait di
dalamnya adalah modal ekonomi dan modal sosial. Modal ekonomi berkaitan dengan asset produksi (seperti tanah dan tenaga kerja) yang dimiliki oleh para pelaksana kegiatan ekonomi lokal serta merupakan dana investasi. Adapun modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat Kelurahan Nunukan Timur adalah adanya kerukunan-kerukunan etnis, kelembagaan sosial dan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya, yang dibentuk dengan adanya kepercayaan, jaringan kerja dan kerja sama yang baik antara mereka. Akhirnya dengan adanya modal ini, segala kegiatan ekonomi lokal dan sosial dapat terus berjalan tanpa adanya gesekan-gesekan antara masyarakat di kelurahan ini.
Masalah Kesejahteraan Sosial
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat dan Lurah,
diperoleh informasi bahwa beberapa masalah yang
berkaitan dengan kesejahteraan sosial adalah sebagaimana tampak pada Gambar 3. Gambar 3
Masalah Kesejahteraan Sosial di Kelurahan Nunukan Timur Tahun 2005
15 Wanita Tuna Susila Rumah tidak layak huni
698
Pengangguran
812 Wanita rawan sosial ekonomi Kemiskinan Penyandang cacat Orang Gila
5 112
4 13
Sumber : Hasil Wawancara, 2005.
Memperhatikan
data
di
atas,
terlihat
bahwa
sebenarnya
seluruh
permasalahan kesejahteraan sosial yang ada di Kelurahan Nunukan Timur ini akhirnya bermuara ke permasalahan kemiskinan, seperti wanita tuna susila,
31
rumah tidak layak huni, pengangguran dan wanita rawan sosial ekonomi. Namun, pengklasifikasian masalah kesejahteraan sosial di Kelurahan Nunukan Timur ini berdasarkan informasi dari Lurah Nunukan Timur adalah berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya dari pemerintah dan melihat dari aktivitas ekonomi harian dari masyarakat. Kemiskinan pun tampak telah menyebar di daerah-daerah lain yang jauh dari pusat kota. Jumlah keluarga miskin di Nunukan Timur merupakan jumlah terbanyak di Kecamatan Nunukan, yaitu sekitar 33,92 % dari jumlah seluruh keluarga miskin yang ada di Kecamatan Nunukan. Penyebaran keluarga miskin di Kelurahan Nunukan Timur lebih banyak di wilayah selatan kelurahan ini, yakni wilayah RT 24 dan 25. Mayoritas mata pencaharian mereka adalah petani dan buruh tani dengan tingkat pendidikan SLTP. Salah satu upaya Pemerintah Kabupaten untuk membantu mereka mengatasi kemiskinan itu ialah dengan membentuk kelompok tani di wilayah mereka, yang kemudian akan diberikan bantuan modal untuk pengembangan selanjutnya. Kenyataannya, walaupun telah dibentuk kelompok-kelompok tani dengan lahan di wilayah mereka sendiri, dengan maksud untuk memberdayakan masyarakat, ternyata sampai saat ini belum tampak kemajuan yang berarti. Berdasarkan dialog dengan beberapa anggota kelompok tani, mereka sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah. Menurut informasi dari Lurah, tokoh masyarakat dan Pimpinan Pertanian Kecamatan Nunukan, permasalahan yang ada di lapangan berkaitan dengan keberadaan kelompok tani di Kelurahan Nunukan Timur adalah : a. Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam pengolahan lahan yang ada. Petani yang ada di RT 24 merupakan pendatang dari luar Nunukan dan mereka pernah menjadi TKI di Tawau (Malaysia Timur). Mereka memilih untuk menetap di Nunukan dan enggan pulang karena disamping karena keterbatasan biaya, mereka cenderung malu dengan keluarga di kampung jika kembali ke kampung halaman tidak membawa apa-apa. Latar belakang mereka adalah masyarakat awam dan baru mengenal pertanian setelah menjadi TKI. Selama menjadi TKI pun, mereka hanya menjadi buruh harian lepas yang sama sekali tidak mendapatkan keterampilan dan pengetahuan tambahan selain dari perintah majikan. Hal inilah yang menyebabkan mereka mengusahakan lahan secara sederhana dengan bekal dan pengalaman yang ada.
32
Petani mulai membentuk kelompok setelah mendapat arahan dari PPK Nunukan tentang akan adanya bantuan modal dari pemerintah. Mereka pun membentuk kelompok berdasarkan kedekatan tempat tinggal dan hubungan kekerabatan. Kelompok yang terbentuk ini direncanakan akan mendapat bimbingan teknis dari PPL Pertanian yang ada, namun karena keterbatasan tenaga dan biaya, maka PPL hanya datang 1 (satu) kali dalam sebulan dan itu pun belum pasti. Akhirnya, pengetahuan para petani pun tidak mengalami peningkatan. Kondisi ini sejalan dengan penuturan Bapak SMN, OB dan DS berikut. Kami ini bertani ya sudah lama sih, tapi turun temurun dan belum pernah mengikuti pelatihan apa-apa. Makanya, Bapak jangan heran kalau lahan kami mungkin terlihat kurang tertata rapi dan tanamannya pun tidak begitu bagus hasilnya. Bibit saja kami dapat dari PPL kemarin, tapi kami tidak pernah dibimbing secara dekat untuk menanam sayur dengan hasil yang lebih baik. Para PPL itu datangnya untung-untungan dan sudah kami tanyakan dengan PPK, katanya PPL lagi bertugas di tempat lain, ya sudah kami pun begini-begini saja, yang penting ada hasil dan bisa buat cukup makan hari-hari lah, Pak. b. Keterbatasan lahan yang dapat diolah. Permasalahan lahan ini disebabkan karena kondisi ekonomi mereka saat ini yang memang tidak mampu untuk memperluas lahan dan dibarengi dengan kebijakan pemerintah yang menegaskan kembali tentang tata batas hutan lindung. Hal ini senada dengan penuturan Bapak AGS yang menceritakan sekilas tentang cara perolehan lahan yang mereka gunakan saat ini. Kami ini dari Tana Toraja sana, dulunya kami ini mau pergi ke Tawau untuk jadi TKI. Sempat 2 tahun kami jadi TKI, tapi gaji kami sendat-sendat dan sering ada razia dari polis (maksudnya polisi)Malaysia. Daripada terjadi apa-apa, kami memilih pulang ke Indon (maksudnya Indonesia) dan singgah di Nunukan ini. Sampai di sini saya coba jumpa keluarga, ternyata ada, dan akhirnya saya menumpang. Ya, syukurlah saya masih punya simpanan sikit dan pas waktu itu ada orang yang perlu duit mau jual tanah, nah makanya saya beli, dulu sekita tahun 1989 an tanah seluas ini (1 Ha) dia jual sama saya hanya Rp 700.000,- atau sekitar RM 300 an lah. Nah, kondisinya waktu itu pun masih semak belukar, disampingnya pun masih semak belukar dan belum ada yang punya. Pelan-pelan ya saya mulai merintis sendirilah hingga sampai 2 Ha lebih dan saya bagi-bagi sama sanak saudara yang lain. Kalau sekarang mau cari tanah lagi susah, harga sudah jauh beda dengan waktu dulu. Paling murah itu per m2 untuk tanah kebun Rp 5.000,- itupun kalau ada yang jual. Mau merintis hutan sering jadi masalah, padalah orang-orang luar banyak yang merintis. Tapi buat saya cukuplah daripada nambah masalah, lebih baik segini aja yang saya punya.
33
Awalnya, warga dapat melakukan perluasan lahan dengan melakukan perambahan lahan sampai termasuk ke dalam areal hutan lindung, namun setelah kondisi Sungai Bolong semakin mengering (tahun 1998), pemerintah setempat mulai menata kembali batas-batas hutan lindung dan melakukan penertiban terhadap perambahan hasil hutan, baik oleh masyarakat sekitar maupun masyarakat luar, walaupun diakui oleh Camat Nunukan bahwa upaya yang dilakukan belum begitu optimal, karena kurangnya koordinasi dan komitmen dari instansi terkait. Terus terang, untuk masalah hutan lindung di Nunukan ini belum bisa diatasi secara baik. Pada awal terbentuknya Kabupaten Nunukan pada tahun 1999 kemarin, kewenangan pemerintah kabupaten masih semrawut, dan pengelolaan kehutanan masih ditangani oleh Kantor Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Bulungan Utara dengan Polsusnya, itu pun aksinya tidak terlihat. Dinas Kehutanan dan Perkebunan baru terbentuk tahun 2000 an dan itu pun kinerjanya masih belum optimal. Sekarang ini saja pemerintah mulai gencar dengan hutan lindung, karena Nunukan sudah mulai susah air. Camat sendiri tidak mempunyai kewenangan yang jelas untuk masalah ini, tetapi kami pada prinsipnya siap jika memang ditugaskan untuk penertibannya. Hanya saja semuanya tergantung bagaimana Pemerintah Kabupaten lah. c. Kerjasama di dalam kelompok belum berjalan maksimal. Dampak lain dari tidak optimalnya penyuluhan dari PPL juga dirasakan oleh petani dengan kelompok tani yang telah dibentuk. Anggota kelompok yang terbentuk hanya akan bertemu ketika pencairan dana. Adapun untuk kegiatan selanjutnya diserahkan kepada masing-masing kelompok dan mereka sebelumnya belum pernah menjadi anggota kelompok tani, sehingga keberadaan kelompok tidak begitu berpengaruh terhadap kemajuan usaha tani mereka, baik secara perorangan terlebih secara kelompok. Bapak Agustinus selaku salah seorang ketua kelompok juga menyatakan bahwa dalam kelompok tidak ada pertemuan rutin anggota kelompok untuk membicarakan hasil dan
pengembangan usaha
selanjutnya.
Setelah
menerima bantuan modal, para petani lebih cenderung berusaha masingmasing dan belum pernah ada upaya untuk memanfaatkan kelompok secara optimal. d. Kurangnya jaringan pemasaran. Permasalahan lain yang juga dihadapi oleh para petani adalah masalah pemasaran. Namun, hal ini bagi para petani merupakan masalah yang bersifat insidentil tetapi juga sangat berpengaruh terhadap pendapatan mereka.
34
Jumlah pasar yang ada secara keseluruhan di Pulau Nunukan hanyalah 2 buah dan pasokan sayur berasal dari seluruh Kelurahan yang ada di Pulau Nunukan. Para petani sampai saat ini dalam memasarkan sayurnya tidak melalui pedagang pengumpul, namun langsung membawa sendiri ke pasar. Masalah harga pun tergantung dari kesepakatan antara petani dan pedagang di pasar. Mereka juga ada yang memasarkannya langsung dengan berkeliling di jalan-jalan. Masalah yang sering terjadi adalah apabila pasokan sayur melimpah yang menyebabkan harga jatuh, dan para petani mengalami kerugian. Faktor-faktor di atas menyebabkan keberadaan kelompok tani tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal ini berdampak pada masalah baru seperti menurunnya tingkat pendapatan, terbatasnya kemampuan pemenuhan kebutuhan keluarga dan semakin banyak lahan tidur yang tidak difungsikan. Pada akhirnya akan memunculkan masalah kemiskinan dan tetap menjadikan daerah ini sebagai kantong kemiskinan di Kelurahan Nunukan Timur kembali. Hal ini membuktikan bahwa perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan, baik oleh
pemerintah,
LSM
maupun
organisasi
lainnya
untuk
melakukan
pemberdayaan terhadap masyarakat yang ada di Kelurahan Nunukan Timur, khususnya di lingkungan RT 24. Mengatasi masalah yang ada, beberapa tokoh masyarakat setempat berpendapat bahwa sangat perlu adanya pendampingan dari para tenaga teknis dalam rangka penguatan usaha mereka tanpa perlu melakukan perombakan kelompok tani yang ada.