23
METODE KAJIAN
Proses dan Metode Kajian
Tahap Proses Kajian. Kegiatan Kajian dilaksanakan melalui tiga tahap. Tahap pertama, Praktek Lapangan I dilaksanakan di Gampong Telaga Tujuh pada tanggal 26 Desember 2006 sampai dengan 14 Januari 2007. Kegiatannya adalah pemetaan sosial. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang situasi kependudukan, sistem sosial, struktur komunitas, organisasi kelembagaan, sumber dan potensi lokal dan masalahmasalah sosial yang ada di Gampong Telaga Tujuh Kecamatan Langsa Timur, Pemerintah Kota Langsa. Tahap kedua, Praktek Lapangan II dilaksanakan di Gampong Telaga Tujuh pada tanggal 13 April sampai dengan 8 Mei 2007. Kegiatannya adalah mengenali dan mengevaluasi program-program atau kegiatan pengembangan masyarakat yang telah dilaksanakan di Gampong Telaga Tujuh tersebut. Tahap
ketiga,
ialah
pelaksanaan
kajian
perencanaan
program
pengembangan masyarakat (Revitalisasi peran kelembagaan Panglima Laôt) di Gampong Telaga Tujuh hingga laporan penulisan kajian, yang dilaksanakan pada tanggal 03 September sampai dengan tanggal 23 September 2007. Serangkaian kegiatan tersebut dilaksanakan di Gampong Telaga Tujuh Kecamatan Langsa Timur Pemerintah Kota Langsa, dan semua tahap kegiatan merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dan saling melengkapi, artinya bahwa data yang diperoleh pada tahap pertama dan kedua dipadukan dengan data tahap kegiatan pengkajian yang selanjutnya digunakan untuk menulis laporan kajian ini. Secara rinci jadwal pelaksanaan kajian pengembangan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 1:
24
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat
2006
No
JENIS KEGIATAN
2008
BULAN 12
1. 2. 3 4. 5. 6. 7. 8.
TAHUN 2007
1 4 7 8 9 10
11
12
1
2
3
Praktek Lapangan I Praktek Lapangan II Persiapan Kolokium Penyusunan Provosal Kajian Lapangan Penyusunan KIA Seminar dan Ujian Penggandaan Laporan
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Jenis Data. Data yang digunakan dalam kajian lapangan ini adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer ialah data yang diperoleh dari sumber data ‘responden atau informan’ diskusi kelompok dan juga dari hasil pengamatan langsung oleh pengkaji. Data sekunder ialah data yang diperoleh dari data statistik, literatur dan laporan-laporan dari instansi terkait serta data pendukung dari Gampong Telaga Tujuh, misalnya: data monografi Gampong, laporan Tahunan Gampong, data potensi Gampong, data dari buku administrasi para kepala dusun serta data dari dokumen lainnya yang dibutuhkan oleh pengkaji dalam kegiatan kajian. Perolehan data yang berupa data primer dari responden adalah data dari para Nelayan, Panglima Laôt, Sekretaris Panglima Laôt, dan Pawang Laôt, terutama tentang peran masing-masing dalam kelembagaan Panglima Laôt. Perolehan data dari informan adalah data dari para tokoh formal dan informal yang dapat digunakan sebagai pendukung data dari responden. Tokoh formal antara lain adalah; Kepala Gampong, Kepala Dusun, Perangkat Gampong, dan juga dari Pejabat instansi terkait tingkat Pemerintah Kota dan Kecamatan. Tokoh informal yang dijadikan sumber data antara lain para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan warga masyarakat yang dianggap mampu memberikan data yang berkaitan dengan kajian.
25
Penetapan
sumber
data
‘informan’
didasari
atas
pertimbangan
penguasaannya terhadap materi kajian, ialah: 1. Kegiatan peran Panglima Laôt dalam pengembangan. 2. Kegiatan kemitraan oleh pemilik modal dengan Nelayan. 3. Program dan kebijakan yang berkaitan dengan masyarakat pesisir. Pengumpulan Data. Untuk mendukung prosedur analisis data, dalam pengumpulan data pengkaji menggunakan metode triangulasi. Metode triangulasi adalah tehnik pengumpulan data dengan memadukan berbagai tehnik-tehnik metode pengumpulan data. Dimana dalam penelitian ini digunakan kegiatan diskusi kelompok, observasi dan wawancara. Untuk memperoleh data, baik berupa data primer maupun data sekunder, dilakukan dengan menggunakan tehnik: 1. Wawancara Teknik wawancara adalah suatu cara perolehan data yang berkaitan dengan permasalahan kajian melalui kegiatan tatap muka yang dilakukan oleh pengkaji dengan tineliti (responden dan informan). Pertanyaan yang diajukan tidak harus terstruktur tetapi terpusat pada topik kajian. Wawancara disini bersifat mendalam adalah suatu proses temu muka berulang antara peneliti dan subyek tineliti, melalui cara ini pengkaji hendak memahami pandangan subyek tineliti tentang hidupnya, pengalamannya, permasalahan yang dihadapi dalam usahanya, harapan-harapan serta situasi dan kondisi sosial yang ada dilingkungannya. Sasaran wawancara dalam kajian adalah 15 orang responden nelayan, Panglima Laôt (ketua), Sekretaris Panglima Laôt, dan Pawang jhareng4 satu orang, Pawang Kawe5 satu orang dan Pawang Pukat6 satu orang. Sedangkan untuk informan yang diwawancara adalah pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Langsa, pegawai Syahbandar Kuala Langsa, Kepala Gampong Telaga Tujuh, dan Tokoh masyarakat. 2. Observasi Langsung (direct observation) Teknik pengumpulan data primer ini dilakukan juga secara pengamatan langsung. Pengumpulan data direct observation (pengamatan langsung) tidak
4 5 6
Pawang jhareng artinya orang yang ahli penangkapan ikan menggunakan alat tangkap jaring. Pawang Kawe artinya orang yang ahli penangkapan ikan menggunakan alat tangkap pancing. Pawang Pukat artinya orang yang ahli penangkapan ikan menggunakan alat tangkap jaring lingkar.
26
menggunakan instrumen apapun kecuali alat komonikasi/dokumentasi. Teknis ini dilakukan khusus, jika ada indikasi data yang sulit terungkap atau kurang memuaskan dari hasil wawancara mendalam. Moleong (1977) mengemukakan
alasannya
bahwa
tampaknya
pengalaman
langsung
bersama objek penelitian atau pandangan mata merupakan alat yang ampuh untuk mengetes/menguji suatu kebenaran. Jika suatu data yang diperoleh melalui intrumen lain kurang meyakinkan, bisa saja peneliti menanyakannya kepada subjek, tetapi kebanyakan informasi justru kurang terfokus dan kurang akurat, maka untuk meyakinkan tentang keabsahan data tersebut, jalan yang lebih efektif dapat ditempuh dengan cara mengamati sendiri berarti melihat langsung peristiwanya. Pengamatan langsung dilakukan oleh peneliti dalam menyingkap pola tabiat tingkah laku dan kelakuan sehari-hari masyarakat nelayan, pengurus kelembagaan Panglima Laôt, dan memonitoring keberadaan pemanfaatan dan kerusakan sumberdaya alam. 3. Observasi Peran Serta Pengamatan berperan serta (penulis dengan masyarakat nelayan pesisir) dilakukan guna mengungkapkan secara pandangan mata terhadap peran kelembagaan Panglima Laôt dan terhadap kegiatan yang telah dan sedang dikerjakan di gampong tersebut. Pengamatan peran serta dalam penyelesai kasus perselisihan penangkapan ikan di laut antara nelayan, laporan nelayan tetang aktifitas kegiatan dilaut, kegiatan jual beli hasil tangkapan nelayan tradisional oleh sekretaris Panglima Laôt, dan kegiatan usaha pengolahan ikan (UPI) oleh nelayan di Gampong Telaga Tujuh. Namun diamati juga terhadap kegiatan lain yang berkaitan dengan peran kelembagaan Panglima Laôt. 4. Focus Group Discussion (FGD) Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dilaksanakan oleh pengkaji dalam rangka untuk mendapatkan gambaran data yang lebih akurat dan untuk menyusun rencana program kegiatan yang tepat guna mengatasi masalah yang ada berdasarkan data yang telah didapatkan sebelumnya. Menurut Sumardjo dan Saharudin (2006), Focus Group Discussion (FGD) merupakan suatu forum yang dibentuk untuk saling membagi informasi dan pengalaman
27
di antara para peserta diskusi dalam satu kelompok untuk membahas satu masalah khusus yang telah terdefinisikan sebelumnya. Dalam FGD peneliti berperan ganda yaitu sebagai fasilisator diskusi dan pengamat jalannya diskusi dalam menyusun program aksi yang di inginkan oleh masyarakat gampong Telaga Tujuh. Di ikut sertakan dalam Focus Group Discussion (FGD) yaitu; Nelayan, Panglima Laôt, Sekretaris Panglima Laôt, Pawang Laôt,Tokoh Masyarakat, dan Dinas Kelautan dam Perikanan. 5. Participatory Rural Appraisal (PRA) yaitu pengkajian peran Panglima Laôt dalam pengembangan masyarakat nelayan di Gampong Telaga Tujuh. Dalam hal ini pengkaji menggunakan metode dimaksud adalah suatu kegiatan bersama-sama antara masyarakat dan peneliti dalam pemetaan suatu wilayah untuk mengindentifikasi masalah, potensi, dan kebutuhan masyarakat dalam upaya pengembangan masyarakat gampong Telaga Tujuh, sehingga bisa membuat perencanaan program dengan baik. Data skunder yang dibutuhkan yaitu peta gampong, data potensi gampong, dokumen, dan lain- lainnya yang dibutuhkan untuk analisis peneliti. 6. Studi Dokumentasi Kegiatan pengumpulan data dari teknik studi dokumentasi yaitu; data pendukung yang ada di kantor Gampong Telaga Tujuh, dokumen/laporan Tahunan Gampong, dokumen/laporan Panglima Laôt, kepala dusun, laporan dan data yang bersumber dari instansi terkait baik yang ada di tingkat Pemerintah Kota maupun Kecamatan. Pengolahan dan Analisis Data. Berbagai data yang telah terkumpul, dikerjakan, diolah dan dimanfaatkan sedemikian rupa dalam rangka untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam kajian lapangan. Teknik pengolahan data tersebut adalah
dengan
menggunakan tabulasi data,
sedangkan teknik menganalisisnya adalah dengan menggunakan analisis data kualitatif. Menurut Miles dan Huberman (1992) dalam Sitorus dan Agusta (2005), analisa data kualitatif meliputi: 1. Reduksi data, adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transpormasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
28
2. Penyajian data, adalah sekumpulan data informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 3. Kesimpulan, adalah proses menemukan makna data yang bertujuan untuk memahami tafsiran dalam konteknya dengan masalah secara keseluruhan. Secara rinci tentang tujuan kajian, data yang diperlukan dan cara pengumpulan data kajian lapangan di Gampong Telaga Tujuh dapat dilihat pada Tabel 2: Tabel 2, Kelengkapan Metode No
Tujuan Kajian
Aspek
Parameter
Sumber Data
Instrumen
1
2
3
4
5
6
1.
Mengkaji peran kelembagaan Panglima Laôt dengan melakukan pemetaan sosial di Gampong Telaga Tujuh dan menelaah tatanan kelembagaan yang berlaku sehubungan dengan peran Panglima Laôt.
A. Pemetaan Sosial:
1. Letak geografis Gampong Telaga Tujuh. 2. Mata pencaharian penduduk Gampong Telaga Tujuh.
Luas wilayah dan batasan wilayah. Jenis mata pencaharian.
3. Kehidupan rumah tangga nelayan.
Kegiatan yang dijalankan oleh nelayan.
4. Struktur komunitas nelayan.
Proses intraksi dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan nelayan.
B. Peran Panglima
Laôt : 1. Peran memelihara dan mengawasi hukum adat dan istiadat. 2. Peran mengkoordinir penangkapan ikan di laut. 3. Peran menyelesaikan perselisihan antara sesama anggota nelayan atau kelompok. 4. Peran penyelenggarakan upacara adat laôt.
Interaksi Panglima Laôt dengan nelayan [[[
Pola hubungan Panglima Laôt dengan pemerintah. Interaksi Panglima Laôt dengan nelayan
]
Interaksi Panglima Laôt dengan
1. WawancaPanglima ra, obserLaôt, tokoh masyarakat, vasi dan studi nelayan, dokumenPawang tasi. Laôt, Pemerintah. 2. Laporan Dokumen PL I dan peran catatan Panglima harian. Laôt /adat Laôt dan Pemerintah
29 Tabel 2 (Lanjutan). masyarakat pesisir, termasuk dengan tokoh masyarakat yang ada didalamnya.
2.
5. Peran menjaga pohon-pohon ditepi pantai, dan sebagainya jangan ditebang.
Interaksi Palingma Laôt dengan masyarakat pesisir dan Pemerintah.
6. Peran sebagai penghubung antara nelayan dengan pemerintah dan Pawang Laôt dengan Pawang Laôt lainnya.
Kerjasama yang sinergi antara Panglima Laôt, Pemerintah, kelembagaan lokal.
Mengevaluasi 1. Program programpenanggulangan program kemiskinan untuk pengembangan nelayan di pesisir masyarakat oleh Dinas terkait yang dalam pengadaan berhubungan kapal penangkapan dengan ikan tidak sesuai pengembangan dengan kebutuhan peran masyarakat kelembagaan (Panglima Laôt tidak dilibatkan Panglima Laôt dalam indentivikasi kebutuhan) 2. Program BRR NADNias dalam usaha pengolahan ikan (UPI) hanya 2 kelompok sedangkan yang membutuhkan 10 kelompok. Panglima Laôt tidak dilibatkan dalam indentivikasi kebutuhan.
3.
Menyusun 1. Pemelihara dan program Pengawas pengembangan ketentuanperan Panglima ketentuan hukum Laôt di adat dan istiadat. kalangan 2. Mengkoordinir masyarakat setiap usaha nelayan penangkapan ikan di laut.
Bentuk bantuan. Ketepatan sasaran. Kebutuhan nelayan. Keterlibatan Panglima Laôt dalam program.
Keuchik, 1. Wawancatokoh ra, masyarakat, observasi Nelayan, dan studi dokumenPanglima Laôt, tasi. Pemerintah, kelompok 2.Laporan penerima PL II. bantuan
Bentuk bantuan. Ketepatan sasaran. Kebutuhan nelayan. Keterlibatan Panglima Laôt dalam program. Pemerintah, FGD Interaksi Panglima Laôt Juragan dengan nelayan (Ureung poe hareukat), Pedagang Pola hubungan Perantara Panglima Laôt (Toke Bangku). dengan Panglima Pemerintah Laôt
30 Tabel 2 (Lanjutan). 3. Menyelesaikan perselisihan /sengketaan yang terjadi di antara sesama anggota nelayan atau kelompoknya.
Interaksi Panglima Laôt dengan nelayan
4. Memutuskan dan menyelenggarakan upacara adat laôt.
Interaksi Panglima Laôt dengan masyarakat pesisir, termasuk dengan tokoh masyarakat yang ada didalamnya.
5. Menjaga/mengawasi agar pohonpohon di tepi pantai jangan ditebang.
Interaksi Panglima Laôt dengan masyarakat pesisir dan Pemerintah.
6. Merupakan badan penghubung antara nelayan dengan Pemerintah dan Pawang Laôt dengan Pawang Laôt lainnya .
Kerjasama yang sinergi antara Panglima Laôt, Pemerintah, kelembagaan lokal.
Metode Penyusunan Program Sebagai upaya Pengembangan Masyarakat nelayan di Gampong Telaga Tujuh, pengkaji menggunakan metode Participatory Rural Apparisal (PRA) untuk penyusunan program kegiatan. Metode ini dipakai oleh pengkaji guna menganalisis masalah, potensi, kebutuhan, situasi dan kondisi sosial yang ada di masyarakat Gampong Telaga Tujuh yang dominan penduduknya bermata pencaharian Nelayan. Data yang diperoleh, dianalisis bersama partisipan dan secara bersama-sama pula mencari pemecahan masalah yang dihadapi oleh Masyarakat nelayan. Disini pengkaji bertindak sebagai fasilitator program, sehingga
peran
dan
tanggung
jawabnya
seperti
mengumpulkan
data,
memfasilitasi diskusi kelompok maupun kegiatan lain dalam rangka bersamasama menyusun program yang tepat. Dengan demikian dalam kegiatan diskusi kelompok tersebut, pengkaji bukan sebagai orang penggagas program.
31
Serangkaian kegiatan yang dapat dilakukan oleh pengkaji berkaitan dengan fungsinya sebagai fasilitator adalah: 1. Melakukan identifikasi data tentang masalah komunitas, potensi dan sumbersumber
lokal
dan
kebutuhan
masyarakat
melalui
teknik
observasi,
wawancara, diskusi kelompok dan studi dokumentasi untuk dijadikan materi dalam diskusi kelompok ataupun FGD. 2. Memfasilitasi terlaksananya diskusi kelompok dan diskusi terfokus (FGD) untuk bersama-sama para tokoh masyarakat baik formal maupun informal, stakeholders yang terkait, kelembagaan Panglima Laôt dan juga masyarakat nelayan;
untuk
menyusun
rencana
program
yang
sesuai
dengan
permasalahan dan potensi yang ada, sehingga program adalah benar-benar murni kesepakatan dan hasil dari masyarakat bawah. 3. Bersama-sama masyarakat secara luas, melakukan evaluasi rencana program yang telah disusun, guna diketahui secara bersama-sama kemungkinan adanya hambatan maupun dukungan terhadap program yang telah disepakati bersama. Untuk mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, pengkaji memandang perlu melakukan penggalian aspirasi dari berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) yang ada, dan itu dimungkinkan menjadi faktor keberhasilan program melalui analisis keterkaitan stakeholders dengan rencana program kegiatan. Hal lain yang perlu dilakukan pengkaji adalah pemahaman didalam mengidentifikasi permasalahan dan prioritas program melalui teknik pohon masalah. Dengan demikian diharapkan program yang tersusun untuk masyarakat nelayan adalah sesuai dengan kepentingan lokal khususnya masyarakat nelayan.