MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2009 di Laboratorium Pemulian Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, sedangkan analisis darah dilakukan di Laboratorium Klinik Cimanggis, Depok. Materi Hewan Percobaan Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley berumur 21 hari berjenis kelamin jantan. Tikus penelitian diperoleh dari Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Kandang dan Peralatan Tikus penelitian dipelihara selama delapan minggu dalam kandang, beralaskan sekam dan penutup kawat yang dilapisi kain, dan cawan untuk tempat batang rokok, juga dilengkapi dengan tempat minum dan tempat pakan. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan. Ransum, Tepung Buah dan Biji Delima, dan Rokok Ransum kontrol yang digunakan selama penelitian adalah ransum komersial yaitu ransum tikus dengan PK 18 % berbentuk mash. Tepung buah dan biji delima komersial digunakan sebagai bahan antioksidan, sedangkan rokok (Marlboro Full Flavor) digunakan sebagai bahan pemicu terjadinya oksidasi. Prosedur Pembuatan Ransum Pellet Ransum kontrol dan ransum percobaan yang digunakan pada penelitian ini dibuat dalam bentuk pellet. Prosedur pembuatannya adalah tepung delima komersial dicampur dengan ransum tikus komersial yang berbentuk mash hingga homogen, kemudian campuran tersebut dibuat dalam bentuk pellet. Setelah itu, dilakukan analisis proksimat untuk mengetahui kandungan zat makanan ransum.
Penerapan Perlakuan Pemeliharaan tikus dilakukan selama delapan minggu, dimulai dengan periode preliminary selama satu minggu dan dilanjutkan pemberian perlakuan serta pengamatan peubah. Sebelum digunakan tikus ditimbang terlebih dahulu. Selanjutnya setiap minggu tikus ditimbang untuk mengetahui perubahan bobot badannya. Perlakuan yang diberikan pada tikus putih adalah pengasapan pada kandang tikus dengan menggunakan asap rokok, sehingga udara disekitar tikus putih terkontaminasi oleh radikal bebas yang berasal dari asap rokok tersebut. Pakan diberikan setelah tikus dikondisikan dalam lingkungan yang terkontaminasi oleh asap rokok selama ± 30 menit. Proses pengasapan rokok yang dilakukan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Metode Pengasapan Keterangan gambar : 1.
Batang rokok ditempatkan pada cawan rokok.
2.
Bagian ujung rokok dibakar dengan api hingga mengeluarkan asap.
3.
Rokok yang telah terbakar di dalam cawan dimasukkan ke dalam kandang individu.
4.
Kandang individu ditutup dengan kawat penutup. Rokok yang ada di dalam kandang individual dipastikan tetap terbakar dan mengeluarkan asap.
5.
Selanjutnya kandang individu ditutup dengan kardus dan ditunggu hingga rokok habis terbakar dan seluruh permukaan kandang dipapar asap rokok.
Pakan diberikan dalam tiga waktu, yaitu pagi, siang dan sore hari. Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Konsumsi pakan dihitung setiap minggu sekali. Ransum tiap perlakuan dimasukkan ke dalam plastik, masing-masing sebanyak 25-50 gram untuk sepuluh ulangan per perlakuan sebagai persediaan selama satu minggu. Sisa ransum dihitung dari ransum yang tersisa dalam plastik, tempat pakan dan yang tercecer di kandang. Penelitian ini menggunakan tiga macam ransum masing-masing dengan sepuluh ulangan yang dicobakan pada 30 ekor tikus putih jantan. Tiga ransum perlakuan tersebut adalah sebagai berikut : R0
= Ransum kontrol (tanpa diberi tepung buah dan biji delima)
R1
= 95% R0 + 5% tepung buah dan biji delima
R2
= 90% R0 + 10% tepung buah dan biji delima
Pengukuran Bobot Badan dan Lingkar Perut Tikus putih yang digunakan dalam penelitian ini bobot badannya ditimbang terlebih dahulu. Kemudian, selama penelitian bobot badan tikus putih diamati dengan cara melakukan penimbangan bobot badan setiap satu minggu sekali, sehingga akan terlihat ada atau tidaknya peningkatan bobot badan tikus putih setiap minggunya selama periode penelitian. Setelah ditimbang, lingkar perut tikus diukur dengan pita ukur. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita ukur satuan centimeter pada posisi perut bagian tengah yang diukur melingkar pada tonjolan tulang rusuk terakhir. Pengumpulan Feses Pengumpulan feses dilakukan pada minggu kedua dan kelima penelitian. Feses yang ada dalam kandang terlebih dahulu dipisahkan dari sekam yang menempel pada feses. Cara pemisahan feses dilakukan dengan cara dijemur dibawah matahari sampai kering, kemudian baru dipisah satu persatu dari sekam. Selanjutnya feses yang terkumpul ditimbang dengan menggunakan timbangan manual. Sampel feses yang terkumpul kemudian dikomposit, dan diambil sebanyak yang diperlukan untuk analisa proksimat.
Pengambilan Sampel Darah Pengambilan sampel darah dilakukan pada akhir penelitian yaitu pada minggu kedelapan. Sebelum darah diambil, tikus dipuasakan terlebih dahulu selama delapan jam. Sampel darah diambil melalui ekor dengan cara memotong sedikit bagian ujung ekor tikus sehingga mengeluarkan darah. Darah yang keluar ditampung di dalam tabung yang berisi anti koagulan. Sampel darah kemudian dikirim ke Laboratorium Klinik di Cimanggis, Depok untuk dianalisa.
Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Konsumsi Lemak Kasar (g/ekor/hari) Jumlah konsumsi zat makanan lemak kasar diperoleh dari perhitungan selisih antara jumlah lemak kasar yang diberikan dengan sisa lemak kasar.
2.
Konsumsi Serat Kasar (g/ekor/hari) Jumlah konsumsi serat kasar diperoleh dari perhitungan selisih antara jumlah serat kasar yang diberikan dengan sisa serat kasar.
3.
Konsumsi BETA-N (g/ekor/hari) Jumlah konsumsi BETA-N diperoleh dari perhitungan selisih antara jumlah BETA-N yang diberikan dengan sisa BETA-N.
4.
Kecernaan Lemak Kasar (%) Kecernaan lemak kasar dihitung dari selisih antara konsumsi lemak kasar ransum dengan produksi lemak kasar feses dibagi dengan konsumsi lemak kasar dikali seratus persen.
5.
Kecernaan Serat Kasar (%) Kecernaan serat kasar dihitung dari selisih antara konsumsi serat kasar ransum dengan produksi serat kasar feses dibagi dengan konsumsi serat kasar dikali seratus persen.
6.
Kecernaan BETA-N (%) Kecernaan BETA-N dihitung dari selisih antara konsumsi BETA-N ransum dengan produksi BETA-N feses dibagi dengan konsumsi BETA-N dikali seratus persen.
7.
Kadar Glukosa Darah, Kolesterol, Trigliserida, dan HDL (mg/dl) Kadar glukosa darah, kolesterol, trigliserida, dan HDL diukur dengan menggunakan metode gas kromatografi.
8.
Kadar LDL (mg/dl) Kadar LDL diukur dengan menggunakan rumus Friedewald: kolesterol-(trigliserida/5+HDL)
9.
Lingkar Perut (cm) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita ukur satuan centimeter pada posisi perut bagian tengah yang diukur melingkar pada tonjolan tulang rusuk terakhir.
Rancangan dan Analisis Data Rancangan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan sepuluh ulangan. Tiga perlakuan tersebut adalah R0 = ransum kontrol (tanpa diberi tepung buah dan biji delima), R1 = 95% R0 + 5% tepung buah dan biji delima, dan R2 = 90% R0 + 10% tepung buah dan biji delima. Perlakuan ini diberikan secara acak, tiga puluh tikus percobaan pada sepuluh ulangan adalah jumlah tikus yang digunakan dalam masing-masing perlakuan. Model matematik dari rancangan adalah sebagai berikut : Xij = + i + ij Keterangan :
= Rataan umum pengamatan
i
= Pengaruh pemberian ransum (i = 1, 2, 3)
ij
= Pengaruh galat ransum ke-i dan ulangan ke-j (j = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,9,10)
Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis menggunakan analisa sidik ragam (Analyses of Variance, ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati dan untuk mengetahui perbedaan di antara perlakuan dilakukan Uji Ortogonal Kontras (Steel dan Torrie, 1993).