MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2012. Persiapan telur tetas dan penetasan dilaksanakan di Laboratorium Penetasan Telur, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pengamatan perkembangan somite dan embrio ayam dilakukan di Laboratorium Embriologi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas nutrien telur dilakukan di Laboratorium Industri dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas pakan dilakukan di Laboratorium Pusat Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. Materi Telur Tetas Ayam Arab Materi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 99 telur tetas ayam Arab Hibrid berumur 0 hari. Telur tetas ayam Arab diperoleh dari breeder ayam Arab “Trias Farm”, Leuwiliang, Bogor. Telur berasal dari induk yang berbeda, yaitu induk berumur 36, 42, dan 54 minggu masing-masing sebanyak 30 telur untuk pengamatan kualitas telur dan somite serta tiga butir telur untuk pengujian kualitas nutrien dalam telur pada masing-masing umur induk. Alat dan Bahan Penelitian ini menggunakan mesin tetas manual. Peralatan yang digunakan adalah termometer bola kering bola basah, mesin tetas manual Lyon Rural Electric™, timbangan digital model BL-1500, jangka sorong, candler, mikrometer Mitutoyo™ 0,01 mm, kamera digital, pemanas, alat bedah (pinset, gunting bengkok, dan lurus), pipet, cawan petri kaca (diameter 9 cm), cawan petri plastik (diameter 5 dan 3,5 cm), gelas piala 30 ml, kertas saring, object glass, cover glass 22 mm, dan mikroskop Olympus model CH20. Bahan yang digunakan pada pengamatan somite adalah embrio ayam (24, 33 dan 48 jam inkubasi), NaCl 0,72% (123 mM), larutan Bouin (asam pikrat jenuh :
18
formalin 37% : asam asetat glacial= 15 : 5 : 1), ethanol 70%, alkohol 96%, alkohol absolute, xylol, entellan, dan pewarna carmin. Prosedur Persiapan Mesin Tetas dan Telur Tetas Persiapan mesin tetas diantaranya adalah fumigasi mesin tetas. Fumigasi bertujuan meminimalkan jumlah mikroorganisme patogen penyebab kematian embrio. Fumigasi mesin tetas dilakukan sehari sebelum inkubasi. Bahan yang digunakan untuk fumigasi mesin tetas adalah formalin dan kalium permanganat. Fumigasi mesin tetas menggunakan tiga kali kekuatan yaitu dengan dosis 120 ml formalin 40%, kalium permanganat (KMnO4) 60 gram untuk setiap volume ruang sebesar 2,83 m3. Sampel telur tetas yang digunakan segera dikoleksi setelah ditelurkan oleh ayam. Telur tetas kemudian diseleksi berdasarkan kebersihan dan bentuk telur tetas menurut Robert (2008). Telur tetas diamati karakteristik eksteriornya seperti: indeks bentuk telur, kedalaman kantung udara dan berat telur. Telur kemudian disanitasi. Sanitasi telur tetas menggunakan fumigasi telur tetas dengan satu kali kekuatan. Dosis satu kali kekuatan adalah 40 ml formalin 40%, kalium permanganat (KMnO4) 20 gram untuk setiap volume ruang sebesar 2,83 m3. Koleksi Embrio Ayam Embrio dipanen pada jam ke 24-26 jam untuk embrio tahap 24 jam, 33-36 jam untuk embrio tahap 33 jam, dan 48-52 jam untuk embrio tahap 48 jam. NaCl 0,72% dipanaskan pada suhu 32-37 °C. Telur kemudian diletakkan di atas gelas piala dengan posisi ujung tumpul diatas. Kerabang telur dikupas setengahnya secara perlahan dengan mengetuk secara perlahan ujung atas telur dengan ujung pinset, kemudian putih telur dibuang, lalu kuning telur dituangkan ke cawan petri besar. Kuning telur digulingkan hingga posisi embrio tepat di atas. Embrio diambil dengan cara menempelkan kertas saring berbentuk raket pada permukaan embrio, selaput vitelin kemudian digunting pada daerah di sekeliling kertas saring, lalu kertas saring diangkat sehingga embrio menempel pada kertas saring. Kuning telur yang melekat pada embrio dibersihkan dengan NaCl hangat di dalam cawan petri kecil, setelah itu embrio dipindahkan ke cawan petri bersih yang
19
berisi NaCl hangat. Selaput vitelin dipisahkan dari embrio dengan menggoyanggoyangkan kertas saring sampai embrio (blastoderm) terlepas. Embrio dicuci beberapa kali dengan NaCl hangat dengan cara memipet NaCl dari cawan petri lalu NaCl baru ditambahkan tanpa memindahkan embrio. Setelah embrio bersih, NaCl yang tersisa dipipet sambil diatur posisi embrio agar terentang sempurna (tidak terdapat lipatan). Fiksasi embrio menggunakan larutan Bouin (Bellairs, 1963). Larutan ini diteteskan secara perlahan hingga embrio terendam dengan cukup (2/3 tinggi cawan petri). Larutan Bouin diganti setelah 24 jam dengan ethanol 70%, kemudian diganti 2-3 kali dengan selang 24 jam dengan ethanol 70% sampai warna kuning dari pikrat hilang. Embrio dapat disimpan sampai proses pembuatan preparat selanjutnya selama larutan ethanol 70% dijaga agar tidak habis menguap. Pembuatan Preparat Whole Mount Embrio yang telah difiksasi dan dicuci dengan ethanol 70%, diwarnai dengan pewarna carmin selama 18-24 jam (Nurunnabi et al., 2010). Embrio kemudian dicuci sebanyak 3-6 kali dalam larutan ethanol 70% dengan selang 15-30 menit hingga intensitas warna sesuai kebutuhan. Embrio dibandingkan dengan preparat yang telah jadi untuk perbandingan warna. Pemucatan dapat dilakukan dengan penambahan 0,5% HCl dalam ethanol 70%. Embrio kemudian diganti berturut-turut ke dalam ethanol 96% sebanyak dua kali, ethanol absolute sebanyak dua kali dan xylol sebanyak tiga kali dengan selang masing-masing 15-30 menit. Perekat entellan digunakan pada mounting embrio dengan meneteskan pada gelas obyek dan ditutup dengan kaca penutup berukuran 18x18 mm (untuk embrio 18-24 jam) dan gelas obyek cekung untuk embrio 48-72 jam. Pembuatan preparat ini dijaga agar jangan sampai terbentuk gelembung udara. Setelah satu minggu, preparat diperiksa kembali untuk melihat ada atau tidaknya gelembung udara pada preparat. Embrio dapat di-mounting ulang dengan merendam ke dalam xylol hingga embrio terlepas dan mengulangi kembali tahap mounting embrio. Preparat dapat diamati pada mikroskop.
20
Peubah yang diamati pada penelitian ini antara lain: 1) Kualitas Telur Tetas a) Kualitas Eksterior i)
Bentuk telur diamati secara visual disesuaikan dengan bentuk telur menurut Robert (2008) (Gambar 3). Telur diseleksi berdasarkan bentuknya.
ii) Indeks bentuk telur diperoleh dari perhitungan lebar dan panjang telur. Rumus perhitungan indeks telur adalah sebagai berikut: Indeks Bentuk Telur = Lebar Telur / Panjang Telur iii) Besarnya rongga udara dilihat dengan cara peneropongan atau candling. Rongga udara diukur dengan memberi tanda menggunakan pensil, kemudian diukur kedalaman atau tinggi menggunakan official egg air cell gauge. Besar rongga 1/8 inchi masuk dalam kriteria AA, 3/16 inchi masuk ke dalam kriteria A, dan 3/8 inchi ataulebih besar masuk ke dalam kriteria B (United States Department of Agriculture, 2002). iv) Berat telur diperoleh dengan cara menimbang telur dengan timbangan digital. b) Kualitas Interior i) Berat kerabang diperoleh dengan cara menimbang kerabang yang telah dikeringkan dengan timbangan digital. ii) Tebal kerabang telur diukur menggunakan mikrometer setelah selaput putih dalam kerabang dilepas. iii) Komposisi kimia telur ayam Arab seperti kandungan abu, protein kasar, lemak kasar dianalisis menggunakan metode Association of Official Analytical Chemistis (2005). Kandungan Ca dan P kerabang dianalisis dengan Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS) dan fotometri. 2) Kualitas Pakan Pakan ayam Arab dianalisis komposisi kimianya (kandungan abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar) menggunakan metode Association of Official Analytical Chemistis/AOAC (2005). Kandungan Ca dan P pakan dianalisis
21
dengan Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS) dan fotometri. Kandungan Energi Bruto dianalisis dengan metode Bomb Calorimetry. 3) Suhu dan Kelembaban Suhu dan kelembaban dicatat pada pukul 07.00, 13.00, dan 19.00 WIB selama dua hari inkubasi. Data suhu diambil dari suhu bola kering termometer. Data kelembaban didapat dari tabel pada termometer bola kering dan bola basah. Data suhu dan kelembaban disajikan dalam bentuk kisaran. 4) Somite Pengamatan somite dilakukan dengan mengamati preparat embrio pada tahap 24, 33, dan 48 jam. Perkembangan somite disesuaikan dengan Radbound University Nijmegan (2011) dan Nurunnabi et al. (2010). 5) Perkembangan Awal Embrio Pengamatan
perkembangan
embrio
pada
setiap
tahap
diamati
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 4 x 10. Rancangan dan Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (Gasperz, 2001). Setiap perlakuan terdiri atas tiga ulangan dengan menggunakan sepuluh butir telur per ulangan (n=10) Model matematikanya sebagai berikut: Yij
= µ + Pi + €ij
Keterangan: Yijk = hasil pengamatankualitas eksterior dan interior telur ayam Arab pada umurinduk ke-i dan ulangan ke-j µ
= rataan umum kualitas eksterior dan interior telur ayam Arab
Pi
= pengaruh perbedaan umur induk ke-i (36, 42, dan 54 minggu)
€ij = pengaruh galat pada umur induk ayam ke-i dan ulangan ke-j
22
Hipotesisnya sebagai berikut: H0 : Umur induk yang berbeda (36, 42, dan 54 minggu) tidak berpengaruh terhadap kualitas eksterior, dan kualitas interior telur ayam Arab. H1 : Umur induk yang berbeda (36, 42, dan 54 minggu) berpengaruh terhadap kualitas eksterior, dan kualitas interior telur ayam Arab. Data indeks bentuk telur, berat telur, tebal kerabang, dan berat kerabang) dianalisis ragam menggunakan ANOVA (Minitab 16), jika hasil menunjukkan berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Tukey menggunakan program Statistix 8. Data perkembangan somite dan perkembangan awal embrio dianalisis secara deskriptif.
23