MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang untuk proses pembuatan silase daun singkong, kandang Balai Penelitian Ternak Ciawi untuk proses perlakuan penelitian, Laboratorium Analisis Kimia Balai Penelitian Ternak Ciawi untuk analisis kandungan nutrien dan Laboratorium Ilmu Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor untuk analisis kualitas susu. Materi Ternak Percobaan Penelitian ini menggunakan ternak percobaan berupa kambing perah peranakan etawah sebanyak 12 ekor yang sedang laktasi bulan ke 2 dengan rataan bobot badan 30,27±3,22 kg. Kambing-kambing tersebut dibagi ke dalam 3 perlakuan dan 4 ulangan. Kandang dan Peralatan Kambing perah dipelihara pada kandang individu dengan peralatan berupa ember sebagai tempat air minum dan tempat makan terpisah antara hijauan dan konsentrat. Timbangan pada penelitian ini digunakan untuk menimbang bobot awal ternak pada awal penelitian. Gelas ukur digunakan untuk mengukur jumlah susu yang diproduksi oleh masing-masing kambing yang diberi perlakuan. Pakan Kambing perlakuan diberi pakan berupa rumput raja, konsentrat dan silase daun singkong pada taraf yang berbeda. Konsentrat yang digunakan pada penelitian ini diproduksi di Balai Penelitian Ternak Ciawi. Komposisi bahan pakan yang digunakan untuk konsentrat disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi Bahan Pakan pada Konsentrat Bahan Pakan
Pemakaian (%)
Bungkil Inti Sawit Fermentasi
50%
DGDS (Dried Distiled Grain Soluble)
20%
Polard
10%
Ampas Kecap
19%
Mineral
1%
(Keterangan : Hasil Formulasi Balai Penelitian Ternak Ciawi, 2011)
Pada perlakuan kontrol (CLS-0) diberikan 50% rumput raja dan 50% konsentrat, pada perlakuan pertama (CLS-1) diberikan 50% rumput raja, 40% konsentrat, dan 10% silase, sedangkan perlakuan kedua (CLS-2) diberikan 50% rumput raja, 30% konsentrat, dan 20% silase. Jumlah bahan kering keseluruhan yang diberikan adalah 5,2% bobot badan. Air minum diberikan ad libitum pada setiap kambing yang dipelihara. Bahan pakan yang digunakan dan komposisi nutrien pada pakan tiap perlakuan disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6. Tabel 5. Bahan Pakan yang Digunakan Bahan Makanan Konsentrat
Bahan Kering (%) 84,00
Protein (%) 19,68
Lemak (%) 8,33
Abu (%) 13,86
Serat Kasar (%) 16,49
Energi (kkal/kg) 4537,00
Rumput Raja
20,00
11,36
2,19
11,61
34,55
3780,00
Silase
23,15
27,43
6,00
8,25
54,82
5831,53
(Keterangan : Hasil Analisis Laboratorium Analisis Kimia Balai Penelitian Ternak Ciawi, 2011)
Tabel 6. Komposisi Nutrien pada Pakan Tiap Perlakuan
CLS-0
Bahan Kering (%) 52,00
Protein (%) 15,52
Lemak (%) 5,26
Abu (%) 12,74
Serat Kasar (%) 25,52
CLS-1
45,92
16,30
5,03
12,17
29,35
CLS-2
39,83
17,07
4,79
11.61
33,19
Perlakuan
Keterangan: CLS-0= 0% pemberian silase, CLS-1= 10% pemberian silase, CLS-2= 20% pemberian silase. Hasil Analisis Laboratorium Analisis Kimia Balai Penelitian Ternak Ciawi (2011)
22
Alat yang Digunakan Peralatan yang digunakan untuk pembuatan silase daun singkong adalah gunting, selotip besar, plastik hitam, plastik ukuran 5 kg. Pengukuran produksi susu menggunakan gelas ukur, dan plastik bening HDPE untuk menyimpan susu sebelum dianalisis. Untuk pengukuran kualitas susu digunakan butyrometer, buret, gelas ukur, laktodensimeter, sentrifuse, termometer, labu Erlenmeyer, pipet volumetrik, pipet Mohr, dan penangas air. Pengukuran kecernaan dan zat nutrien masing-masing komponen ransum menggunakan oven dan peralatan penunjang lainnya untuk analisis proksimat. Prosedur Pembuatan Silase Daun, tangkai dan batang singkong yang masih muda dipotong menjadi ukuran panjang ±2 cm. Potongan-potongan tersebut dilayukan 3 jam di ruang terbuka yang terhindar dari sinar matahari langsung. Setelah itu, daun, tangkai, dan batang yang masih dapat dikonsumsi dicampur dalam tempat terpisah hingga homogen. Setelah homogen, daun, tangkai dan batang singkong masing-masing dikemas dalam kantong plastik tahan panas ukuran 5 kg kemudian dicampurkan dengan 5% molases (dari bobot segar keseluruhan potongan daun, tangkai, dan batang muda), kemudian dimasukan dalam kantong plastik hitam. Penambahan molases dilakukan sebagai tambahan karbohidrat mudah tersedia sehingga proses ensilase berlangsung dengan baik. Silase disimpan dalam ruangan dengan suhu kamar selama minimal 4 minggu. Silase diberikan ke ternak sesuai dengan rancangan percobaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amaliah (2010) Silase daun singkong yang ditambahkan 5% dan 10% molases menghasilkan kecernaan in vitro dan sifat fisik terbaik dibandingkan silase daun singkong yang ditambahkan dedak padi 5% dan 10%, serta tepung tapioka 5% dan 10%. Penerapan Perlakuan Pada awal penelitian kambing ditimbang bobot badannya untuk mengetahui jumlah pakan yang akan dikonsumsi. Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali. Ternak dibagi menjadi 3 perlakuan dengan 4 ulangan. Perlakuan pemberian pakan dilakukan selama 6 minggu dengan 2 minggu masa adaptasi ternak
23
terhadap pakan perlakuan dan 4 minggu masa pengamatan terhadap parameter. Pada minggu ke 4 pengamatan dilakukan pengumpulan feses (collecting feces) yang akan digunakan untuk uji kecernaan bahan pakan. Perbandingan antara hijauan, konsentrat, dan silase adalah 50:50:0 (CLS-0), 50:40:10 (CLS-1), dan 50:30:20 (CLS-2). Koleksi Feses Koleksi feses total digunakan untuk mengukur kecernaan bahan makanan berupa serat kasar dan protein kasar. Selama penelitian berlangsung dilakukan koleksi sebanyak 1 kali pada akhir masa penelitian. Koleksi dilakukan selama 7 hari berturut-turut.
Penampungan
feses
dilakukan
dengan
memasang
tempat
penampungan feses di bagian bawah kandang. Setiap pagi selama 7 hari feses yang ditampung tersebut dikumpulkan. Feses yang diperoleh pada setiap masa koleksi terlebih dahulu ditimbang sehingga diperoleh bobot feses segar. Feses segar kemudian diambil 10 % dari jumlah tersebut, selanjutnya sampel feses tersebut dikeringkan dalam oven bersuhu 60 oC selama 2x24 jam dan digiling halus, untuk dilanjutkan dengan analisis terhadap bahan kering dan kandungan nutrien sampel. Pengukuran Peubah Penelitian Konsumsi Bahan Kering (g/ekor/hari). Konsumsi bahan kering ransum diperoleh dengan cara mengurangi jumlah bahan kering ransum yang diberikan dengan bahan kering ransum sisa pada keesokan harinya. Pengukuran ini dilakukan setiap hari. Kecernaan Bahan Kering.Kecernaan nutrien ditentukan dengan metode koleksi total pada kandang metabolis. Ransum yang diberikan dikompositkan dan diambil 10% untuk dianalisis kandungan nutriennya. Feses yang diekskresikan setiap hari, dikumpulkan dan ditimbang beratnya kemudian dioven 60 ◦C selama 2 hari. Setelah kering feses ditimbang dan disimpan dalam kantong plastik yang tertutup rapat. Sampel feses yang terkumpul dikompositkan dan diambil 10% untuk analisis komposisi kimianya. Kecernaan nutrien dapat dihitung dengan rumus (Pond et al., 1995), yaitu.
24
Kecernaan = Nutrien yang dikonsumsi (g) – Nutrien dalam feses (g) x 100% Nutrien yang dikonsumsi (g) Keterangan: Nutrien yang dikonsumsi Nutrien dalam feses
= ∑ konsumsi BK x kandungan nutrien ransum = ∑ produksi feses x BK feses x %nutrien dalam feses
Produksi Susu. Pengambilan sampel susu dilakukan setiap hari selasa dan sabtu. Frekuensi pemerahan dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pagi pada jam 06.00 serta sore jam 16.00 WIB. Pemerahan dilakukan dengan cara manual tanpa alat bantu pemerahan. Sampel susu diukur dengan menggunakan gelas ukur skala 1 liter. Produksi susu (ml 4% FCM/ hari) ditentukan dengan konversi sebagai berikut. Produksi susu 4% FCM = (0.4 x PS) + (15 x PS x %L) Keterangan :
PS L
= Produksi susu rata-rata harian (ml/ekor/hari) = % kadar lemak susu
Kualitas Susu a. Lemak Susu Sampel susu diambil 50 ml per ekor kemudian disimpan di dalam freezer. Penentuan kadar lemak susu dilakukan dengan cara Gerber (Badan Standardisasi Nasional, 1999). Prosedurnya antara lain, ditambahkan 10,75 ml susu ke dalam butyrometer. Diambil sebanyak 10 ml asam belerang dengan konsentrasi 9192%, kemudian dimasukkan ke dalam butyrometer. Ditambahkan 1 ml amylalkohol ke dalam butyrometer. Butyrometer ditutup dengan sumbat karet dan dikocok perlahan-lahan dengan membentuk angka delapan sampai zat-zat yang ada di dalam butyrometer tercampur secara homogen. Kemudian butyrometer diletakkan ke dalam penangas air dengan suhu 65-70 ºC selama 10 menit. Setelah itu, botol butyrometer tersebut disentrifuse dengan kecepatan 1200 putaran per menit. Butyrometer yang telah disentrifuse dimasukkan ke dalam pengangas air selama 5 menit. Setelah 5 menit, keluarkan sedikit demi sedikit penyumbat karet dari butyrometer tersebut untuk mendapatkan skala nol pada batas antara lemak dengan zat lainnya.
25
b. Protein Susu Kadar protein susu dapat ditentukan dengan metode titrasi formol (Badan Standardisasi Nasional, 1999). Caranya adalah dengan mentitrasi campuran yang terdiri atas 10 ml susu + 0.4 ml larutan kalium oksalat dan 3 tetes phenolptalin 1% yang ditempatkan di dalam gelas beaker, dengan larutan NaOH sampai warna menjadi merah muda. Susu yang berubah warna tersebut ditambah 2 ml formalin 40% dan warna menjadi putih susu kembali. Campuran tersebut dititrasi kembali sampai timbul warna merah muda, dan volume titrannya dicatat (a). Selanjutnya, dibuat blanko dengan mengganti contoh susu dengan aquadest dan dititrasi sampai warna merah muda. Volume titran dicatat (b). Kadar protein (%) = (a – b) x 1,95 Keterangan : 1,95 = faktor protein untuk susu kambing
c. Berat Jenis Susu Penentuan berat jenis susu dapat dilakukan dengan laktodensimeter. Sebanyak 250 ml sampai 500 ml susu diukur ke dalam gelas ukur, kemudian dicelupkan laktodensimeter ke dalam gelas ukur pada suhu kamar (±27,2 ºC). Pengukuran berat jenis susu hanya dapat dilakukan setelah 3 jam dari waktu pemerahan atau bila suhu susu sudah terletak antara 20 sampai 30 ºC, karena pada kondisi ini susu telah stabil keadaannya. d. Bahan Kering Susu Bahan kering susu dapat diukur dengan rumus Fleischman (Badan Standardisasi Nasional, 1999), yaitu.
Keterangan :
Bahan Kering = 1, 23 + 2,71 100 (BJ-1) BJ BJ = Berat jenis susu
Rancangan dan Analisis Data Rancangan Rancangan percobaan yang akan digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Pengelompokkan ternak dilakukan berdasarkan perbedaan minggu laktasi pada ternak. Model matematika yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1993)
26
Yij = μ+ βi + τj + εij Keterangan : Yij : nilai pengamatan perlakuan ke-i, blok ke-j μ : nilai rataan umum perlakuan : efek perlakuan ke-i βi τj : efek blok ke-j εij : galat percobaan pada perlakuan ke-i dan blok ke-j i : jumlah pemberian silase daun singkong j : blok Analisis Statistik Perbedaan tingkat pemberian silase dianalisis dengan metode analysis of variance (ANOVA), dan jika terdapat perbedaan yang nyata diuji lanjut dengan uji beda nyata terkecil (BNT) (Steel dan Torrie, 1993). Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi nutrien dalam ransum, kecernaan nutrien dalam ransum, produksi susu, dan kualitas susu.
27