MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Blok A dan Blok C, serta Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis Malondialdehida (MDA) dan Glutathione Peroksidase (GSH-Px) dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009 hingga Februari 2010. Materi Ternak Penelitian ini menggunakan 465 ekor DOC (Day Old Chick) ayam broiler strain Ross (unsex) yang dibeli dari Cibadak Indah Sari Farm. Ternak yang dipelihara di kandang Blok A berjumlah 60 ekor dibagi dalam 3 ulangan, masingmasing ulangan terdiri dari 20 ekor, sedangkan ayam yang dipelihara di kandang Blok C berjumlah 405 ekor dibagi dalam 9 perlakuan dan 3 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 15 ekor ayam. Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan adalah kandang sistem litter beralaskan sekam padi. Kandang di Blok A berukuran 1,5 x 3 m sebanyak 3 petak, sedangkan kandang di Blok C berukuran 1,5 x 1,5 m sebanyak 27 petak. Peralatan yang digunakan adalah tempat pakan, tempat air minum, timbangan digital, thermohygrometer, brooder (pemanas) berbahan bakar batu bara, air conditioner (AC), exhaust fan dan tabung darah yang berisi anti-koagulan. Ransum Ransum yang digunakan pada penelitian ini adalah ransum ayam broiler periode starter dan finisher. Ransum yang digunakan disusun dari campuran bahan pakan yang terdiri dari jagung giling, bungkil kedelai, dedak padi, CGM, MBM, CPO, DCP, garam, premix, CaCO3, vitamin E dan selenium dengan ransum berbentuk crumble. Susunan dan kandungan nutrien ransum basal yang digunakan dalam penelitian disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Susunan dan Kandungan Nutrien Ransum Basal Periode Starter dan Finisher Bahan pakan
Ransum Starter (%)
Ransum Finisher (%)
Jagung
47,95
51,64
Bungkil Kedelai
25,00
19,26
Dedak Padi
12,01
12,48
CGM
6,70
3,06
MBM
5,00
8,09
CPO
1,59
5,00
DCP
1,00
-
Garam
0,27
0,22
Premix
0,25
0,25
CaCO3
0,24
-
100
100
Total Kandungan Nutrien*)
Ransum Starter
Ransum Finisher
Bahan Kering (%)
86,02
83,72
Protein Kasar(%)
24,48
22,03
Serat Kasar (%)
4,61
4,28
Lemak Kasar (%)
4,85
5,83
47,20
46,90
Abu (%)
5,09
4.68
Energi Bruto (kkal/kg)
3712
3981
Beta-N (%)
Keterangan :
*)
Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Institut Pertanian Bogor (2010).
Metode Pemeliharaan Pemeliharaan ayam broiler dilakukan pada dua tempat, yaitu di kandang Blok A dengan kondisi lingkungan normal (thermonetral zone) dan di kandang Blok C dengan kondisi lingkungan yang mendukung cekaman panas. Perlakuan pada kondisi suhu normal ini digunakan sebagai pembanding terhadap peubah yang diukur pada kondisi yang mendukung cekaman panas. Penggunaan AC (untuk kondisi normal) dilakukan pada awal minggu ke-4 pemeliharaan dengan tujuan suhu optimum
17
pertumbuhan ayam broiler dapat dipertahankan, sedangkan pada kandang yang mendukung cekaman panas digunakan 10 buah pemanas (brooder) berbahan batu bara yang dipasang untuk mempertahankan suhu lingkungan kandang agar tetap berada pada kondisi cekaman panas. Pada hari pertama dikandangkan, DOC diberikan larutan gula kemudian dilanjutkan pemberian Vita Stress selama 3 hari pertama serta sesudah penimbangan dan vaksinasi. Ransum starter diberikan mulai dari DOC hingga ayam berumur 21 hari, dilanjutkan dengan pemberian ransum finisher mulai umur 22 hari hingga umur 42 hari. Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Tempat pakan dan minum diletakkan cukup tinggi di atas sekam agar tidak cepat kotor. Sanitasi dilakukan terhadap peralatan makan dan minum, serta kandang. Pencegahan terhadap penyakit dilakukan melalui vaksinasi. Vaksin ND (Newcastle Desease) dilakukan saat ayam berumur 3 hari melalui tetes mata dan saat berumur 21 hari secara oral (ditambahkan ke dalam air minum). Vaksin IBD atau gumboro dilakukan secara oral saat ayam berumur 10 hari. Pemeliharaan dilakukan selama 6 minggu, setiap minggu dilakukan penimbangan. Pada minggu ke-6 (42 hari) dilakukan pengambilan sampel darah dan penimbangan bobot organ dalam. Pembuatan Pakan Pakan yang digunakan dibuat secara manual. Proses pembuatan pakan yaitu : 1) Setiap bahan pakan yang akan digunakan dalam penyusunan ransum ditimbang sesuai dengan formulasi yang telah ditentukan; 2) Bahan pakan mikro seperti garam, premix, CaCO3, vitamin E dan selenium dicampur terlebih dahulu dalam plastik ukuran kecil; 3) Jagung dicampur dengan CPO secara manual sampai tercampur rata; 4) Setelah tercampur rata, satu per satu bahan dimasukkan dalam campuran termasuk bahan pakan mikro, kemudian diaduk sampai rata; 5) Setelah semua bahan tercampur rata, ransum kemudian dimasukkan ke dalam mesin pellet sedikit demi sedikit; 6) Pakan yang telah berbentuk pellet kemudian dimasukkan ke dalam mesin crumble, untuk mendapatkan bentuk granulla yang lebih mudah dikonsumsi ayam. 18
Perlakuan Cekaman Panas Perlakuan cekaman panas dilakukan dengan menambahkan pemanas berbahan bakar batu bara sebanyak 10 buah yang disimpan di sepanjang lorong antarsekat. Sumber panas batu bara disesuaikan dengan keadaan suhu kandang yang mendukung cekaman panas. Sumber panas lain adalah bohlam berdaya 60 watt yang dipasang pada masing-masing kandang. Lampu ini menyala selama 24 jam. Selain itu, sisi kandang bagian luar ditutup dengan tirai berwarna hitam. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan suhu panas yang lebih ekstrim dari pada suhu normal. Pengukuran Suhu (Robiansyah, 2006) Pengukuran suhu dan kelembaban lingkungan dilakukan pada pagi hari (pukul 07.00 WIB), siang hari (pukul 14.00 WIB) dan sore hari (pukul 18.00 WIB). Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan dengan 2 thermohygrometer yang ditempel pada sisi kanan dan sisi kiri kandang. Nilai suhu dan kelembaban lingkungan yang diperoleh pada pagi hari, siang dan sore hari kemudian dihitung untuk mendapatkan suhu dan kelembaban lingkungan harian dengan rumus:
Analisis Malondialdehida (MDA) dan Glutathion Peroksidase (GSH-Px) Plasma Darah Persiapan analisis kandungan MDA plasma darah dilakukan bersamaan dengan pengukuran bobot bursa fabricius. Ayam tersebut dipotong, lalu darah ditampung secukupnya ke dalam tabung darah yang telah ditambah anti koagulan. Tabung darah tersebut dikocok secara perlahan agar darah tidak membeku dan disimpan dalam termos es. Setelah itu dilakukan analisis kandungan MDA dan GSHPx plasma darah. 1) Analisis Malondialdehida (MDA) Plasma Darah Analisis kandungan MDA plasma darah dilakukan dengan menggunakan metode Thiobarbituric Acid Reactive Subtances (TBARS) menurut Rice-Evans dan Anthony (1991) dengan sedikit modifikasi. Prosedur analisis yaitu; sebanyak 1,784 ml HCl pekat, 12 g asam trikloroasetat (TCA) dan 0,304 g asam tiobarbiturat (TBA) dimasukkan dalam tabung untuk membuat larutan campuran lalu ditambahkan 80 ml
19
aquadest. Larutan campuran tersebut diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan dalam tabung kemudian dicampurkan dengan sampel darah sebanyak 100 μl. Campuran tersebut dipanaskan pada suhu 80 oC (oven) selama 1 jam, selanjutnya didinginkan dengan air mengalir dan disentrifuse 2500 rpm selama 10 menit. Supernatan hasil sentrifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 532 nm. 2) Analisis Glutathion Peroksidase (GSH-Px) Plasma Darah Analisis kandungan MDA plasma darah dilakukan menurut Pigeolet et al. (1990). Pembuatan sampel 100 μl plasma darah ditambah dengan 200 μl buffer phosfat pH 7,0; kemudian divortex. Larutan disentrifuse pada 3.000 rpm selama 5 menit dalam kondisi dingin. Supernatan digunakan untuk mengukur aktivitas glutathione peroksidase (GSH-Px). Dua ratus μl buffer phosfat 0,1 M pH 7,0 mengandung 0,1 mM EDTA ditambahkan dengan 200 μl sampel. Dua ratus μl glutathione tereduksi (GSH) 10 nM dan 200 μl enzim glutathione reduktase 2,4 unit kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37ºC. Tambahkan 200 μl NADPH 1,5 mM kedalam larutan, diinkubasi lagi pada suhu yang sama selama 3 menit. Tambahkan 200 μl H2O2 1,5 mM. Absorbansi dibaca pada spektrofotometer diantara waktu 1-2 menit pada panjang gelombang 340 nM. Perhitungan aktivitas GSH-Px: mUnit GSH-Px = Keterangan: Δabs = Perubahan absorban Vt
= Volume total dalam ml
Vs
= Volume sampel dalam ml
6,22 = Koefisien ekstensik dari NADPH 2
= 2 mol GSH yang setara dengan untuk mengoksidasi 1 mol NADPH
1000 = Perubahan menjadi milliunit Pengukuran Bobot Bursa Fabricius dan Timus Pengukuran bobot bursa fabricius dan timus dilakukan pada minggu ke-6. Ayam yang digunakan sebanyak 1 ekor dari setiap ulangan berdasarkan rataan bobot badan pada ulangan tersebut (total 30 ekor ayam). Ayam ditimbang untuk
20
mengetahui bobot hidupnya kemudian dipotong. Setelah itu dibedah untuk diambil bagian bursa fabricius dan timusnya kemudian ditimbang. Persentase bobot bursa fabricius dan timus diperoleh dengan cara membagi bobot organ dengan bobot hidup dikali 100%. Persentase bobot bursa fabricius atau timus (%) =
100%
Rancangan Percobaan dan Analisis Data Perlakuan Perlakuan yang digunakan adalah penambahan vitamin E (sebagai faktor 1) dan penambahan selenium (sebagai faktor 2) yang dicampurkan dalam ransum basal. Level pemberian vitamin E dan selenium yang digunakan adalah sebagai berikut : 1) Level pemberian vitamin E E1 = Ransum Basal + Vitamin E 0 ppm E2 = Ransum Basal + Vitamin E 100 ppm E3 = Ransum Basal + Vitamin E 200 ppm 2) Level pemberian selenium S1 = Ransum Basal + Selenium 0 ppm S2 = Ransum Basal + Selenium 0,15 ppm S3 = Ransum Basal + Selenium 0,30 ppm Kombinasi level pemberian vitamin E dan selenium yang digunakan sebagai perlakuan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Kombinasi Level Pemberian Vitamin E dan Selenium Level Vitamin E
Perlakuan
Level Selenium
E1
E2
E3
S1
E1S1
E2S1
E3S1
S2
E1S2
E2S2
E3S2
S3
E1S3
E2S3
E3S3
21
Model Statistik Model statistik yang digunakan adalah sebagai berikut : Yijk= µ + αi + βj +(αβ)ij + εijkl Keterangan : Yijk
= Hasil pengamatan perlakuan suplementasi vitamin E dan selenium terhadap peubah yang diukur
µ
= Rataan umum peubah yang diukur
αi
= Pengaruh perlakuan suplementasi vitamin E
βj
= Pengaruh perlakuan suplementasi selenium
(αβ)ij = Pengaruh interaksi perlakuan suplementasi vitamin E dan Selenium Εijk
= Galat akibat pengaruh suplementasi vitamin E dan Selenium
Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL Faktorial) 3x3 dengan 3 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan yang nyata akan dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (Steel dan Torrie, 1993). Peubah yang Diukur Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah kadar Malondialdehida (MDA) dan Glutathion Peroksidase (GSH-Px) plasma darah serta persentase bobot organ limfoid yang terdiri dari bursa fabricius dan timus.
22