MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Metabolisme Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor mulai bulan Oktober sampai dengan Nopember 2011. Tahapan meliputi penyediaan hewan percobaan, pemeliharaan, penelitian dan analisis proksimat pakan. Analisis proksimat pakan dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) Institut Pertanian Bogor. Materi Hewan Percobaan Ulat sutera yang digunakan adalah ulat sutera liar Attacus atlas yang berasal dari hasil perkawinan ngengat yang keluar dari kokon. Kokon diperoleh dari Perkebunan Teh Nusantara VIII, Jalan Raya Purwakarta KM 4, Kec. Cikalong Wetan, Kab. Bandung, Jawa Barat. Ngengat yang kawin akan menghasilkan telur fertil yang akan menetas menjadi larva. Ulat sutera yang dipergunakan untuk perlakuan (tiga perlakuan pakan) sebanyak 300 ekor berumur 1 hari (instar I). Pakan Pakan yang diberikan berupa daun tanaman yang ketersediaannya melimpah dan belum banyak dimanfaatkan. Daun tanaman yang digunakan sebagai pakan berupa daun muda berasal dari tanaman sirsak (Annona muricata L), kenari (Canarium commune L.) dan nangka (Artocarpus heterophyllus). Analisis proksimat pakan terdapat pada Tabel 1 sebagai berikut. Tabel 1. Analisis Uji Proksimat Daun Sirsak, Kenari dan Nangka Parameter Analisis Sirsak** Kenari* Nangka* --------------------------------------------- (%) ----------------------------------------Kadar Air 69,88 64,79 65,85 Protein 4,86 3,42 4,85 Lemak 1,40 0,57 0,88 Serat Kasar 7,11 7,77 5,19 Abu 1,11 3,07 3,24 Sumber : *) Hasil Penelitian ini, **) Awan (2007).
Kandang dan Peralatan Kandang kawin yang digunakan terbuat dari kayu yang ditutupi dengan kain kasa berukuran 50 x 50 x 50 cm3, sedangkan tempat penetasan telur yang digunakan adalah 15 buah cawan petri. Kandang ulat kecil digunakan 15 buah cawan petri berdiameter 15 cm dan tinggi 2 cm. Peralatan lain yang digunakan dalam penyediaan hewan percobaan, pemeliharan dan pengumpulan data berupa timbangan digital dengan ketelitian 0,01 g, jangka sorong digital, alat thermometer maksimumminimum, gunting kebun, formalin 4%, alkohol 70%, teepol (cairan pembersih), kapas, oven, almunium foil, kertas label, kamera digital dan peralatan tulis. Prosedur Tahap Persiapan Satu minggu sebelum digunakan kandang dibersihkan, disapu, disikat, dicuci, dan disterilisasi dengan menggunakan desinfektan. Setiap kaki rak kandang kayu diberi oli yang ditempatkan pada botol bekas air mineral untuk melindungi sampel dari predator. Kokon diambil dari perkebunan teh Nusantara Jalan Raya Purwakarta, Kabupaten Bandung. Kokon yang diambil yaitu kokon yang berat dan apabila digoncangkan terdapat isi di dalamnya. Kokon dibiarkan di dalam kandang kasa hingga menjadi imago. Imago yang keluar dikawinkan dalam kandang kasa hingga dihasilkan telur. Telur yang diperoleh dari induk kawin direndam dalam larutan desinfektan formalin 4% selama dua menit dan dibilas menggunakan air mengalir. Desinfeksi telur bertujuan agar telur tidak terkontaminasi mikroorganisme. Telur selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan tissu. Telur yang sudah kering kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri. Telur diinkubasi dan akan menetas dalam 7-10 hari. Kemudian larva yang menetas pada hari yang sama dipindahkan ke beberapa cawan petri sesuai perlakuan pakan masing-masing. Tiap cawan yang merupakan unit percobaan berisi larva ulat sutera sebanyak 20 ekor. Tahap penelitian Larva ulat sutera A. atlas yang digunakan dalam pemeliharaan berasal dari telur yang menetas dengan masa telur yang sama untuk tujuan keseragaman. Larva instar I yang dipilih adalah larva yang aktif dan sehat. Setelah itu dipindah dalam
17
cawan petri sekaligus sebagai kandang penelitian sesuai dengan pelakuan pakan yang akan diberikan. Masing-masing perlakuan pakan daun (sirsak, kenari dan nangka) diamati sebanyak 20 ekor larva dilakukan ulangan sebanyak lima kali. Bagan penelitian dapat dilihat pada Gambar 8. 300 larva
Pakan sirsak 100 larva
Pakan kenari 100 larva
Pakan Nangka 100 larva
20 larva
20 larva
20 larva
20 larva
20 larva
20 larva
20 larva
20 larva
20 larva
20 larva
20 larva
20 larva
20 larva
20 larva
20 larva
Gambar 8. Bagan Perlakuan Pakan Penimbangan bobot badan dan pengukuran panjang badan dilakukan sejak larva instar I hingga instar III yaitu pada tiap awal dan akhir instar. Penimbangan bobot dan panjang badan dilakukan dengan cara mengambil sampel larva secara acak sebanyak 50% dari total populasi tiap tempat pemeliharaan. Pemberian pakan diberikan secara tidak terbatas (ad libitum) dan diberikan dua kali sehari pada pagi hari (pukul 07.00-08.00) dan sore hari (pukul 16.00-17.00). Pakan yang diberikan dan sisa pakan ditimbang. Selain itu, dilakukan juga penimbangan feses. Pengukuran penguapan daun masing-masing perlakuan dilakukan dengan cara mengambil sampel daun yang sebelumnya telah ditimbang dan diberikan perlakuan sama dengan perlakuan pemberian pakan pada ulat sutera. Sampel daun di tempatkan berdekatan
18
dengan perlakuan. Sampel tersebut ditimbang kembali ketika pergantian pakan. Penyusutan berat pakan akibat transpirasi dapat diketahui dengan perhitungan selisih berat awal daun dengan berat akhir sampel daun yang dipisahkan. Pencatatan suhu dan kelembaban dilakukan setiap hari pada pagi hari (pukul 07.00-08.00), siang hari (pukul 12.00-13.00) dan sore hari (pukul 16.00-17.00). Rancangan dan Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diberikan adalah jenis pakan. Masing-masing perlakuan diberikan ulangan lima kali dan setiap ulangan terdiri atas 20 ekor larva. Model matematik yang digunakan menurut Steel and Torrie (1995) sebagai berikut : Yij = + i + ij Keterangan : Yij i j µ i ij
: Nilai pengamatan performa pertumbuhan larva dengan perubahan pakan kepada ulangan ke- j. : pemberian jenis pakan : ulangan : nilai rataan performa pertumbuhan pada ulat sutera liar. : pengaruh perubahan pemberian pakan pada taraf ke-i : pengaruh galat percobaan dengan perubahan pakan pada taraf ke-i dan ulangan ke-j. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of variance (ANOVA) untuk
mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Jika pada analisis ANOVA didapatkan hasil yang berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji Tukey dengan taraf kepercayaan 95% (Steel and Torrie, 1991). Analisis data dengan menggunakan program Minitab 14 dan Statistik 8. Peubah Pertambahan Bobot Badan (mg) Pertambahan bobot badan yaitu selisih antara bobot akhir instar dengan awal instar. Pengukuran bobot badan larva diukur setiap awal dan akhir instar sebanyak 50% dari populasi dan ditimbang tiap larva. Pertambahan bobot badan setiap tahap
19
instar diperoleh dari selisih antara bobot badan pada akhir instar
dengan
penimbangan bobot badan awal instar. Rumus yang digunakan : Pertambahan bobot badan = BBx – (BBx - i) Keterangan : BBx : rataan bobot badan pada akhir instar BBx-i : rataan bobot badan pada awal instar Pertambahan Panjang badan (cm) Pengukuran panjang badan yaitu selisih antara bobot akhir instar dengan awal instar. Pengukuran panjang larva diukur setiap awal dan akhir instar sebanyak 50% dari populasi dan diukur tiap larva. Pertambahan panjang badan per instar diperoleh dari selisih antara panjang badan pada akhir instar dengan panjang awal instar. Rumus yang digunakan : Pertambahan panjang badan = PBx – (PBx - i) Keterangan : PBx : rataan panjang badan pada akhir instar PBx-i : rataan panjang badan pada awal instar Konsumsi Pakan Segar (mg/larva/instar) Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dimakan seekor larva ulat sutera per tahap instar. Jumlah pakan yang diberikan pada larva pada hari itu ditimbang (a). Sisa pakan keesokan harinya ditimbang kembali (b). Perhitungan konsumsi dihitung dengan memasukkan faktor koreksi. Faktor koreksi (pengupan kandungan air pakan) didapatkan dengan memisahkan sebagian kecil daun (sampel daun) dari daun yang diberikan pada larva. Daun ditimbang diletakkan pada wadah terpisah dan ditempatkan berdekatan dengan perlakuan. Sampel daun tersebut ditimbang kembali keesokan harinya. Perhitungan faktor koreksi yaitu berat awal sampel daun dikurangi berat akhir sampel daun dibagi berat awal daun. Konsumsi pakan segar per larva per hari (X) dihitung menggunakan rumus :
X = konsumsi pakan segar per ekor per hari (mg) a = pakan segar yang diberikan setiap hari b = pakan sisa
20
c = faktor koreksi n = jumlah larva yang berhasil hidup hari tersebut Konsumsi pakan segar per larva per instar dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Konsumsi pakan segar = X1+X2+X3+ ………..+ Xi Kecernaan Pakan (%) Kecernaan adalah persentase pakan yang dicerna oleh tubuh. Kecernaan dapat dihitung dengan cara selisih antara berat kering (BK) pakan yang dikonsumsi dan berat kering feses dibagi dengan berat kering pakan yang dikonsumsi. Rumus yang digunakan :
Pakan Tercerna (mg/larva) Pakan tercerna adalah jumlah pakan segar yang dapat dicerna larva dari pakan yang dikonsumsi. Perhitungan jumlah pakan tercerna untuk mengetahui jumlah pakan yang dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh. Perhitungan jumlah pakan tercerna dengan cara mengalikan jumlah konsumsi pakan dengan besarnya daya cerna. Rumus yang digunakan : Pakan tercerna = kecernaan x konsumsi pakan segar Mortalitas (%) Mortalitas dihitung setiap dilakukan pergantian pakan dan persentase mortalitas dilihat setiap akhir instar. Persentase mortalitas diperoleh dengan membagi selisih jumlah larva pada awal tahapan instar dengan jumlah individu akhir instar instar dikalikan seratus persen. Rumus yang digunakan :
21