MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang bertempat di Laboratorium Pengolahan Limbah Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan serta di Laboratorium Lapang University Farm, Institut Pertanian Bogor. Materi Penelitian ini menggunakan bahan kotoran domba, batang pisang, larutan gula, molases, bioaktivator berupa MOL tapai, EM4, tanah latosol, polybag, dan benih kangkung lokal. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah drum plastik, gayung, pisau, timbangan, karung, sekop, dan penggaris. Prosedur Penelitian Pembuatan Kompos Salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan dekomposisi proses pengomposan yakni ukuran partikel bahan. Untuk mendapatkan ukuran bahan yang sesuai standar 2,5 hingga 4 cm (Metcalf dan Eddy, 2004), maka dilakukan pencacahan pada batang pisang. Tahapan penelitian selanjutnya, yakni melakukan karakterisasi bahan pengompos. Karakterisasi dilakukan untuk mengetahui nilai rasio pengomposan. Parameter yang diukur yakni kadar C/N masing-masing bahan. Kemudian, dilakukan penentuan jumlah bahan organik yang akan dicampurkan persamaan person squere methode. Rasio C/N batang pisang 55 dan rasio C/N kotoran domba 29. Setelah dihitung, diketahui persen perbandingan batang pisang dan kotoran domba dengan C/N kompos yang diinginkan adalah 35 yaitu 77 % : 23 %. Jika kompos yang dibuat ukuran 10 kg maka diperlukan batang pisang 2,3 kg dan kotoran domba 7,7 kg. Taraf yang digunakan adalah penambahan MOL tapai 1% , 5%, 10% dengan kontrol berupa EM4. Aktivasi larutan EM4 pada kompos 10 kg dilakukan dengan penambahan 500 g dedak, 500 g gula pasir dan diencerkan dengan air sampai volume
10
400 ml. MOL disiapkan dengan mencampur 25 ml MOL dengan 375 ml air. Bahan kemudian dimasukkan dalam drum dan ditutup agar terjadi pengomposan anaerobik. Bobot bahan baku kompos yang sesuai dengan perhitungan formulasi di atas, kemudian dicampurkan. Pencampuran bahan dilakukan sesuai dengan taraf percobaan yang akan dilakukan yakni: perlakuan pemberian MOL tapai dengan taraf (1 %, 5 % dan 10 %) dan kontrol (dengan tambahan aktivator EM4). Kemudian, bahan dimasukkan dalam drum 10 kg dan ditutup agar terjadi pengomposan secara anaerob. Pengadukan dilakukan agar proses pengomposan terjadi dengan baik. Pengambilan data meliputi produksi bobot akhir kompos, kandungan karbon (C) organik, kandungan nitrogen (N) total, kandungan fosfor (P) total, kandungan K2O total, rasio karbon/nitrogen (C/N), pH akhir kompos. Penanaman Tanaman Kangkung Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase, dan aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Pengolahan tanah dalam penelitian ini meliputi penjemuran tanah latosol dan juga penyaringan tanah latosol. Penelitian uji tanaman kangkung menggunakan 4 pupuk yang berbeda (EM4, MOL tapai 1%, MOL tapai 5%, dan MOL tapai 10%) dengan 1 kontrol berupa tanah latosol 4 kg. Dosis yang diberikan pada masing-masing kompos ada 3 (80 g, 160 g dan 240 g). Setiap kombinasi jenis kompos dan dosis ditanaman pada polybag berukuran 35 cm x 35 cm dengan jumlah tanah masing-masing polybag 4 kg dan diulang sebanyak 3 kali. Banyaknya petak percobaan yang digunakan adalah 45 petak. Kombinasi perlakuan EM4 80 g, EM4 160 g, EM4 240 g, MOL tapai 1% 80 g, MOL tapai 1% 160 g, MOL tapai 1% 240 g, MOL tapai 5% 80 g, MOL tapai 5% 160 g, MOL tapai 5% 240 g, MOL tapai 10% 80 g, MOL tapai 10% 160 g, MOL tapai 10% 240 g. Polybag yang telah terisi tanah dan juga pupuk kompos dengan berbagai dosis tersebut kemudian ditanami benih kangkung lokal dengan jarak yang memadai. Setiap polybag mempunyai 4 lubang dam setiap lubang dimasukkan 6 biji kangkung. Penyulaman dilakukan pada minggu pertama setelah penanaman dengan melihat jumlah terkecil tanaman yang tumbuh. Penyiraman secukupnya dilakukan setelah 11
benih ditanaman. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan pengambilan data dilakukan setiap minggu Tanaman kangkung sudah dapat dipanen pada saat berumur 3 minggu setelah penanaman. Pada saat panen tanaman dipisahkan antara tajuk dengan akarnya yang kemudian dikeringkan untuk mengetahui biomasa tanaman.
Peubah yang Diamati Kadar Karbon (C) Pupuk sebanyak 0,25 g dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambah 5 ml K2Cr2O7 dan 2,5 ml H2SO4 perlahan-lahan. Larutan lalu dikocok sampai bereaksi sempurna. Sebanyak 1 ml larutan yang telah dibuat dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 125 ml dan ditambah 9 ml aquades kemudian dititrasi dengan Fe2SO4
0,1 N dengan indikator diphenylalamin sebanyak 2-3 tetes. Titrasi
dihentikan jika warna larutan sudah berwarna biru. Nitrogen Total Total nitrogen dianalisa dengan metode Kjedahl, titrimetri. Sampel kompos yang akan diujikan ditambah dengan H2SO4, H2O2 dan katalis selenium mixtur (Se + CuSO4 + Na2SO4) kemudian didestruksi sampai menjadi jernih/putih (semua N diubah menjadi (NH4)2 SO4), kemudian didinginkan, setelah itu didestilasi dengan menambahkan 20 ml NaOH 50% untuk melepaskan NH3 yang ditampung dengan larutan asam borat 1%. Sampel yang telah didestilasi selanjutnya ditritasi dengan HCl encer (0,05) dengan indikator Conway Kadar Fosfor (P2O5) Pupuk sebanyak 2 g dicampur dengan 10 ml HCl 25% dan disimpan selama ± 24 jam. Rendaman tersebut diambil sebanyak 2 ml dan ditambah 18 ml aquades. Larutan hasil pengenceran ditambahkan 0,5 ml NH4 molybdat serta 2-3 tetes SnCl2 kemudian diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 693 mm. Hasil pengukuran yang didapatkan dibandingkan dengan kurva standar. Kadar Kalium (K) Pupuk sebanyak 1 g ditambahkan dengan 25 ml HCl 25% kemudian didekstruksi. Campurkan HNO3 65% dan HClO4 37% sampai sampel berwarna
12
putih. Hasil destruksi diencerkan sampai 250 ml kemudian dipipet sebanyak 5 ml dan diencerkan menjadi 10 ml, kemudian diukur dengan menggunakan spektrofotometer AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometer). Nilai pH Pupuk Derajat keasaman (pH) merupakan ukuran derajat keasaman atau kebasaan suatu larutan atau bahan. Pengukuran derajat keasaman pada penelitian ini menggunakan pH meter pada akhir pengomposan. Tinggi Vertikal (cm) Tinggi vertikal dapat diperoleh dengan mengukur tanaman kangkung dari permukaan tanah sampai ujung tanaman yang tertinggi. Variabel yang diukur adalah pertambahan tinggi vertikal tanaman yang diukur setiap minggu dengan cara menyatukan tanaman sampai tegak lurus kemudian dilakukan pengukuran secara vertikal pada bagian tanaman yang paling tinggi dari permukaan. Jumlah Daun (unit) Jumlah daun dihitung berdasarkan jumlah daun setiap individu kangkung dari tanaman yang tertinggi dari satu lubang tanam. Berat Kering Akar (g) Bobot kering akar diperoleh dengan cara menimbang akar yang telah dikeringkan dengan sinar matahari selama 48 jam dan pengeringan oven 60 0C selama 48 jam Berat Kering Tajuk (g) Produksi kering tajuk diperoleh dengan cara menimbang tajuk setelah dikeringkan dengan sinar matahari 48 jam dan pengeringan oven 60 0C selama 48 jam. Rancangan Percobaan Proses Pengomposan Rancangan percobaan yang digunakan untuk pengomposan adalah metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) meliputi 4 taraf dengan 3 ulangan. Perlakuan pada penelitian ini adalah taraf biokativator MOL tapai yaitu 1%, 5%, 10% dengan EM4 sebagai kontrol. 13
Model matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Yij = µ + Gi + ∑ij Keterangan : Yij
= Nilai pengamatan pada taraf ke-i (konsentrasi MOL tapai dan kontrol) pada ulangan ke-j
µ
= Nilai tengah umum
Gi
= Pengaruh taraf MOL tapai ke-i
∑ij
= Pengaruh galat percobaan pada MOL tapai ke-j Data diolah dengan metode ANOVA, selanjutnya hasil sidik ragam yang
menunjukkan pengaruh perlakuan yang nyata diuji banding dengan menggunakan uji Tukey (Mattjik dan Sumertajaya, 2000).
Pengujian ke Tanaman Kangkung Rancangan percobaan yang digunakan dalam uji tanam ini adalah Rancangan Faktorial dengan faktor pertama yaitu 4 macam kompos yaitu kompos dengan penambahan MOL tapai 1%, 5%, 10%, dan EM4. Faktor kedua yaitu dosis pemberian kompos 80 g, 160 g, dan 240 g. Kedua jenis perlakuan ini diberikan secara acak. Untuk masing-masing perlakuan dilakukan tiga kali ulangan. Model matematika dari rancangan adalah sebagai berikut : Yijk =
+ αi + βj + (αβ)ij + εijk
Keterangan : Yijk
= Nilai pengamatan faktor M taraf ke-i, faktor X taraf ke-j, dan ulangan ke-k = Rataan umum pengamatan
αi
= Pengaruh perlakuan i
βj
= Pengaruh perlakuan j
(αβ)ij
= Pengaruh interaksi perlakuan i dan j
εijk
= Pengaruh galat pupuk ke-i, dosis ke-j, dan ulangan ke-k (k = 1, 2,3) Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis menggunakan analisa ragam
(Analyses of Variance / ANOVA) dan bila terjadi perbedaan dilanjutkan dengan Uji Tukey (Mattjik dan Sumertajaya, 2000).
14
B. Pisang
Kotoran domba
Cacah
Karakterisasi Bahan
Pencampuran, Homogenisasi, pemberian aktivator sesuai taraf Metode MT1
Metode E
Metode MT5
Metode MT10
Proses Pengomposan. Pengadukan bahan dilakukan setiap 5 hari sekali
Kompos E (kontrol)
Kompos MT1
Kompos MT5
Kompos MT10
Uji Kualitas Selesai Keterangan : E= EM4; MT1= Mol tapai 1%; MT5= Mol tapai 5%; MT10= Mol tapai 10%; A= Dosis 80 g; B= Dosis 160 g; C= Dosis 240 g.
Gambar 2. Bagan Alir Proses Pembuatan Kompos
Media Tanam
E
A
B
MT1
C
A
B
MT5
C
A
B
MT10
C
A
B
C
Keterangan : E= EM4; MT1= Mol tapai 1%; MT5= Mol tapai 5%; MT10= Mol tapai 10%; A= Dosis 80 g; B= Dosis 160 g; C= Dosis 240 g.
Gambar 3. Media Tanam yang Digunakan
15