Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN DOMBA GARUT BERBASIS JERAMI PADI S. RUSDIANA
dan CHALID
THALIB
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jl. Raya Pajajaran Kav E - 59, Bogor 16151
ABSTRAK Pengamatan menggunakan ternak domba jantan Garut yang mendapat perlakuan dan kontrol dengan sistem keraman dan ternak domba dikandangkan selama 4 bulan . Pemberian jerami padi fermentasi (JPF) sebanyak 0,5 kg kering diberikan I kali dalam satu hari (pagi) . Untuk menutupi kekurangan gizi dan mineral sebagai upaya meningkatkan bakteri rumen, diberi tambahan pakan penguat. Sedangkan domba kontrol diberikan hijauan (rumput gajah) dan sisa limbah pertanian . Metode pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif serta analisis ekonomi B/C ratio dan analisis Paired comparison mean T-test yaitu untuk menguji perbandingan nilai rata-rata berdasarkan skala usaha (R0 dengan R I ) ditingkat peternak. Uji regresi linear digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ternak domba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan dari hasil usaha penggemukan ternak domba skala 50 ekor selama masa penggemukan 4 bulan memberikan keuntungan sebesar Rp . 11 .771 .160 . Hasil uji t pada skala usaha ternak domba antara R o dan R, menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,001) selama 4 bulan . Ternak yang memperoleh pakan perlakuan sangat nyata menunjukkan pertumbuhan bobot hidup yang lebih baik dari kontrol . Ternak dengan pakan perlakuan menunjukkan peningkatan bobot hidup rata-rata sebesar 11,62 kg/ekor per 4 bulan atau rata-rata sebesr 96,83 gram/hari/ekor . Pertumbuhan bobot hidup ternak dengan pakan kontrol (R o ) dan perlakuan (R,) dapat digunakan dengan persamaan regresi Y k= 20,89 + 1,28 dan Yp = 20,9 + 4,17, dengan koefisien determinan R2 = 0,99 atau sebesar 99%. Kata kunci : Domba Garut, jerami padi, analisis ekonomi, penggemukan PENDAHULUAN Untuk mendukung pembangunan sektor peternakan dalam jangka panjang, kemampuan petani ternak untuk memanfaatkan sumber daya ternak secara optimum merupakan satu ciri ketangguhan sektor peternakan . Hal ini sudah disadari bersama bahwa tuntutan kebutuhan produk peternakan semakin meningkat dari hari kehari, sedangkan sumber daya pendukung pengembangan peternakan terutama lahan dan tenaga terdidik cenderung berkurang (WAHYONO et al., 1995) . Usaha ternak domba di Jawa Barat selama ini masih tergantung kepada pola pemeliharaan tradisional dengan tiga ciri utama yaitu modal terbatas, input rendah dan skala kepemilikan ternak sedikit antara 3-12 ekor per kepala keluarga . Hal ini merupakan kendala dalam menghadapi tantangan usaha peternakan untuk bersaing di pasar global karena usaha yang tradisional (kecil) ini tidak dapat menjamin suplai bakalan ternak domba secara kontinu dengan harga yang kompetitif. Meskipun
394
demikian secara umum dikemukakan bahwa usaha ternak domba ini merupakan komponen penting dalam sistem usahatani ternak dengan kontribusi yang nyata terhadap total pendapatan keluarga petani ternak di berbagai wilayah pedesaan di Indonesia (SABRANI et al., 1995) . Pada dasarnya usahatani ternak yang telah dikembangkan adalah . peternakan sebagai usaha sambilan (cabang usaha) . Usaha ternak dikatakan sebagai usaha sambilan jika sumbangan usaha ternak terhadap pendapatan usahatani kurang dari 30%, sehingga usaha ternak hanya merupakan pendukung terhadap komoditas pertanian yang lain . Jika sumbangannya mencapai 30-70%, usaha ternak dikatakan sebagai cabang usaha, karena pengusahaan ternak bersifat campuran dengan usaha lain . Jika pengusahaannya bersifat tunggal dan terhadap pendapatan usaha tani ternak mencapai 70-100% maka digolongkan sebagai usaha pokok . (SIMATUPANG, 1995) . Melihat nilai kontribusi usahatani ternak domba terhadap pendapatan usaha di sektor
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
pertanian, maka usahatani ternak domba digolongkan sebagai cabang usaha yang bersifat sambilan . Selain pengembangan penggemukan ternak domba, juga terdapat usaha intensifikasi domba Garut dengan tujuan lebih meningkatkan pendapatan keluarga . (SARAGIH, 2001) .
Aplikasi teknologi terhadap peningkatan produktivitas ternak domba cukup berpengaruh . Hal itu diperkuat oleh analisis ekonomi sebagai pedoman untuk mencapai pendapatan yang layak dari usaha perbaikan mutu genetik ternak domba . Namun demikian perlu ditinjau dan dikaji ulang sejauh mana tambahan input dalam usaha penggemukan ternak domba, dapat memberikan nilai tambah . Hal penting agar dapat memberikan gambaran yang jelas, baik sebagai pola usaha peternakan rakyat maupun komersial . MATER! DAN METODE Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat, pada bulan Oktober 2006 s/d bulan Januari 2007 . Keiatan diawali dengan menyiapkan jerami padi fermentasi (JPF) dan mempersiapkan ternak bakalan yang akan digemukkan selama 4 bulan .
Sedangkan domba kontrol hanya diberikan hijauan dan sisa limbah pertanian . Untuk mengetahui pertambahan bobot hidup harian akan dihitung dengan cara bobot hidup akhir dikurangi dengan bobot hidup awal, kemudian dibagi dengan lama penggemukan yaitu 4 bulan . Analisis data Analisis data menggunakan analisis deskriptif serta analisis ekonomi yang menggambarkan pendapatan usaha penggemukan ternak domba. B/C ratio dihitung berdasarkan besarnya biaya yang dikeluarkan dan hasil usahanya. Analisis pendapatan Analisis pendapatan usaha digunakan untuk menggambarkan faktor keuntungan usaha . Pendapatan dapat didefinisikan sebagai selisih antara penerimaan total dengan biaya total, atau dapat dirumuskan sebagai berikut : Fl =TR-TC Dimana : [1= Keuntungan (benefit) TR = Penerimaan total (total revenue) TC = Biaya total (total cost) Analisis imbangan penerimaan dan biaya (B/C Rasio)
Metode pengamatan Pengamatan menggunakan ternak domba Garut jantan yang dikelompokkan dalam 2 grup . Kelompok pertama diberi perlakuan , sementara kelompok lainnya dipergunakan sebagai kontrol . Ternak domba dikandangkan terus menerus selama periode penggemukan 4 bulan . Khusus untuk perlakuan, pakan penggemukan yang diberikan tiap hari sesuai dengan aturan . Pemberian jerami padi fermentasi (JPF) sebanyak 0,5 kg kering yang setara dengan 1 kg jerami segar diberikan 1 kali dalam sehari yaitu jam 07 .30 pagi . Untuk menutupi kekurangan gizi dan mineral sebagai upaya meningkatkan bakteri rumen, diberi tambahan pakan penguat yaitu : dedak padi, bungkil kedelai, ampas tahu dan obat-obatan .
Untuk mengetahui berapa besar penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh petani ternak dalam kegiatan usaha penggemukan ternak domba dapat dilihat dari rasio penerimaan terhadap biaya . Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus . R/C rasio = TR TC Dimana : R/C = Imbangan penerimaan dan biaya TR = Penerimaan total (total revenue) TC = Biaya total (total cost)
395
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Analisis titik impas produksi (BEP-Q) Analisis titik impas produksi (BEP-Q/ break even point quality) bertujuan untuk
mengetahui berapa volume produksi minimal yang tidak mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian . BEP diukur dengan menggunakan rumus : TFC BEP-Q = P-AVC Dimana: TFC =Total biaya tetap P = Harga jual/ekor AVC= Biaya variabel/ekor Analisis titik impas penjualan (BEP-S) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya penjualan minimal yang tidak mengakibatkan usaha penggemukan ternak domba mengalami kerugian BEP penjualan dinyatakan dalam rupiah, dengan menggunakan rumus : TFC BEP = 1-TVC S Dimana: TFC = Total biaya tetap 1- TVC = Total biaya variabel S = Nilai penjualan ternak Analisis ROI (Return on investment) Analisis ini digunakan untuk menyatakan seberapa efisien modal usaha yang dipakai dalam usaha penggemukan ternak domba tersebut . Analisis ROI dinyatakan dalam % dengan rumus : ROI = Laba usaha x 100% Total biaya HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan umum Usaha penggemukan ternak domba Garut jantan pada kegiatan ini merupakan ternak yang baru didatangkan dari petani ternak di sekitarnya atau dari desa lain yang dijadikan ternak domba bakalan untuk usaha
396
penggemukan dengan menggunakan dua perlakuan yaitu: Domba Perlakuan dan Domba Kontrol . Ternak domba dikandangkan/individu dengan luas 1,5 m2/ekor, dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam, untuk memancing pakan yang akan diberikan kepada ternak domba penggemukan . Setelah itu ternak diberi pakan jerami padi fermentasi, dan diberikan sedikit demi sedikit sehingga dengan waktu yang telah ditentukan + 3 hari ternak tersebut sudah bisa beradaptasi dengan pakan jerami padi fermentasi . . Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat perkembangan ternak domba penggemukan . Penimbangan pertambahan bobot hidup dilakukan setiap 1 (satu) bulan sekali selama 4 bulan . Domba Kontrol tidak menggunakan cara tersebut diatas namun dikandangkan dan yang terpenting adalah ternak tersebut nyaman, terjaga kebersihan serta lingkungan yang cukup masuk matahari . Untuk melihat perkembangan dan pertambahan bobot hidup ternak maka di timbang setiap 1 (satu) bulan sekali selama 4 bulan sesuai dengan sistem perlakuan. Jerami padi sudah biasa digunakan petani sebagai pakan ternak ruminansia besar dan kecil namun hanya sebatas pakan biasa saja. Kadang kala jerami padi habis panen dibuang atau dibakar dengan begitu saja karena mempunyai kandungan nutrisi yang kurang baik. Setelah dibuat dan direkayasa menjadi jerami padi fermentasi dapat dipakai sebagai pakan penguat ternak ruminansia kecil dan ternyata memiliki kandungan nutrisi yang cukup memadai . Proses peningkatan nutrisi jerami padi fermentasi dengan menggunakan probiotik, urea dan air garam serta pemberian air minum secukupnya dipandang sangat efektif dan berpengaruh terhadap pertambahan bobot hidup . Hal tersebut dapat menanggulangi keterbatasan tersedianya pakan ternak pada musim kemarau . Jerami padi fermentasi tersebut dapat disimpan selama 1-4 bulan ditempat yang tidak lembab . Kandungan nutrisi jerami padi fermentasi terlihat pada Tabel 1 . Hasil analisis proksimat jerami padi fermentasi tersebut menunjukkan adanya peningkatan kandungan protein kasar menjadi 6,49% dan serat kasar mengalami penurunan dari 28,50% menjadi 22,35% . Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggemukan ternak domba Garut jantan yang dikandangkan secara
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
kolektif dan diberi jerami padi fermentasi secara teratur ditambah dengan pakan hijauan, dedak padi, tepung kedelai, ampas tahu dan bioplus memberikan pertambahan bobot hidup lebih baik dibandingkan dengan penggemukan
ternak domba Garut jantan dengan sistem domba kontrol, yang hanya diberi pakan hijauan atau rumput alam dan limbah pertanian seadanya (Tabel 2) .
Tabel 1 . Rata-rata kandungan nutrisi jerami padi fermentasi dan jerarni padi non fermentasi di tempat
penelitian daerah Garut Nutrisi Kadar air Abu Serat kasar Protein kasar Lemak P K BETN Keterangan : BETN (Bahan ekstrak tiada N) Sumber:
SARIUBANG et
Jerami fermentasi (%) 8 .00 17,00 22,35 6,49 15,00 0,05 0,42 30,69
Jerami non fermentasi (%) 8,15 10,90 28,50 2,08 9,00 0,04 0,55 40,78
al. (2005)
Tabel 2 . Rata-rata pertambahan bobot hidup ternak domba Garut jantan skala 50 ekor per 4 bulan
Uraian Perlakuan Kontrol
BH awal (kg) PBH/hari (gr) 20,90 0,140 20,89 0,041 Keterangan : PBH: Pertambahan bobot hidup Sumber: Data diolah (2007) Bobot hidup akhir dari terak perlakuan terlihat lebih tinggi, mencapai (37,60/kg) . Sedangkan ternak yan tdak mendapat perlakuan hanya mencapai (26,01/kg) . Hal ini disebabkan pengaruh dari perbedaan pemberian pakan konsentrat . Pola usaha penggemukan ternak domba jantan Garut Pola usaha penggemukan ternak domba di daerah Garut yang mengusahakan/memelihara 50 ekor domba dengan lama penggemukan 4 bulan memiliki nilai mortalitas 4%. Biaya yang dipergunakan untuk usaha penggemukan ternak domba skala 50 ekor adalah : Sewa lahan seluas 300 m2 sebesar Rp . 600 .000 per tahun, sehingga sewa lahan sebesar Rp . 200 .000 per periode penggemukan, satu ekor domba membutuhkan luas kandang individual 1,5 m 2 sehingga luas kandang yang dibutuhkan +75 m 2 . Kandang dibangun berbentuk panggung (keraman), luas bangunan kandang adalah + 75 m2 dengan biaya pembangunan Rp . 150 .000 per m2 dengan masa pakai 5 tahun, jadi
PBH/bulan (kg) 4,18 1,28
BH akhir (kg) 37,61 26,01
PBH14 bulan (kg) 16,70 5,12
pembangunan kandang sebesar Rp . 11 .250 .000/5 tahun = Rp. 2 .250 .000/3 bulan = Rp . 750 .000 per periode, sehingga biaya penyusutannya Rp. 750.000 per periode . Kendaraan pengangkut domba disewa dua kali dalam satu periode sebesar Rp . 200 .000 . Bobot awal domba bakalan rata-rata 20 kg dengan harga per kg Rp . 18 .500 dan domba digemukkan selama 4 bulan . Pertambahan bobot hidup harian yang diperoleh adalah 0,14 kg per hari, sehingga bobot akhir domba adalah ± (35 - 37) kg. Pemberian pakan tambahan dilakukan pada pagi hari sebanyak 3,1 kg/ekor/hari . Harga jerami padi fermentasi Rp . 50 per kg ; dedak padi Rp . 1 .000 per kg, bungkil kedelai Rp . 2000 per kg, ampas tahu Rp . 100 per kg, tetraklor 2 kg Rp. 100 .000 dan obat-obatan 1 paket per periode Rp . 50,000 . Tenaga kerja sebanyak 2 orang selama 4 bulan dengan gaji rata-rata Rp . 300 .000 per bulan per orang . Harga jual daging domba adalah Rp. 22 .000/kg bobot hidup . Setiap hari seekor domba menghasilkan 0,375 kg kotoran, sehingga selama penggemukan dihasilkan 37,5 kg kotoran dengan harga Rp . 100/kg .
397
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Biaya variabel (produksi) Domba bakalan 50 ekor (bibit) dengan harga . Rp . 400 .000/ekor Jerami padi fermentasi 0,5 kg x 120 hari x 50 ekor x Rp . 50 Pembelian bahan pakan hijauan 2 kg x 50 ekor x 120 hari x Rp. 50 Konsentrat dedak padi 0,2 kg x 50 ekor x 120 had x Rp .1 .000 Bungkil kedele 0,2 kg x 50 ekor x 120 hari x Rp . 2000 Ampas tahu 0,2 kg x 50 ekor x 120 hari x Rp . 100 Tetraklor dan obat-obatan 1 paket/periode Tenaga keda karyawan kandang 2 orang x Rp . 300.000 per bulan x 4 bulan Jumlah biaya produksi
Rp . 20 .000 .000 Rp . 150 .000 Rp . 600 .000 Rp . 1 .200 .000 Rp . 2 .400 .000 Rp . 120 .000 Rp . 150 .000 Rp . 2 .400 .000 Rp . 27 .020 .000
Biaya tetap (investasi) Sewa lahan (4 bulan) Penyusutan kandang Sewa kendaraan Peralatan kandang Biaya tak terduga di pasar hewan Total biaya investasi
Rp . 200 .000 Rp. 750 .000 Rp . 200 .000 Rp . 150 .000 Rp . 75 .000 Rp . 1 .375 .000
Pendapatan Penjualan domba hasil penggemukan 50 ekor (50 - 4%) x 37,60 kg x Rp . 22 .000 Penjualan kotoran 37,5 kg x 120 hari x Rp. 100 Total pendapatan
Rp. 39 .716 .150 450.000 Rp. Rp. 40.166 .160
Keterangan : 4% risiko kematian Dari hasil usaha penggemukan ternak domba selama 4 bulan ternyata dapat menyumbang terhadap pendapatan rumah tangga petani ternak . Hasil keuntungan usaha penggemukan ternak domba sebesar Rp . 11 .760 .600 dapat dihitung sebagai berikut : Laba usaha = Total pendapatan - total biaya investasi + total biaya produksi) = Rp. 40 .166 .160 - (Rp . 1 .375 .000 + Rp . 27 .020 .000) = Rp . 40 .166 .160 - Rp. 28 .395 .000 = Rp . 11 .771 .160/4 bulan = Rp . 2 .942.790 sebulan Analisis break event point (titik impas) Analisis ini merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel dalam kegiatan usaha, yang menggambarkan posisi biaya total sama dengan penerimaan total . Titik impas usaha penggemukan domba akan dicapai dengan perhitungan sebagai berikut . BEP volume produksi = 28 .395 .000 827 .200/ekor = 34,33
398
Hasil analisis usaha penggemukan ternak domba yang dijalankan selama 4 bulan ternyata jumlah pengeluaran Rp . 28 .395 .000 dibagi 37,61 kg x harga daging Rp . 22 .000/kg ternak domba mendapat 34,33 . Artinya usaha tersebut mempunyai titk impas dengan jumlah ternak sebanyak 34,33 ekor agar peternak mempunyai keuntungan . BEP harga harga = 28 .395 .000 50/ekor = 567 .900/ekor Hasil analisis usaha penggemukan ternak domba yang dijalankan selama 4 bulan mengeluarkan dana sejumlah Rp . 28 .395 .000 di bagi dengan jumlah ternak domba (50 ekor) ternyata mendapat harga satuan ekor Rp . 567 .900 . Artinya titik impas tercapai apabila domba hasil penggemukan dijual dengan harga Rp. 576 .900 per ekor atau harga daging Rp . 22 .000/kg . Analisis kelayakan usaha (R/C Ratio) Metode analisis ini merupakan angka banding antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan pada suatu usaha . Usaha dikatakan layak apabila angka R/C ratio-nya lebih besar
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Untuk usaha penggemukan domba di atas, perhitungan R/C ratio-nya berikut . ratio = 40 .166 .160 28 .395 .000 = 1,415 Dari hasil usaha penggemukan ternak domba yang dijalankan selama 4 bulan diperoleh penerimaan Rp . 40 .166 .160 dibagi jumlah pengeluaran Rp . 28 .395 .000 . Ternyata mendapat 1,415 yang artinya, setiap peningkatan biaya yang sebesar Rp . 1000 . dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp . 1,415 . dari 1 . seperti sebagai R/C
Analisis efisiensi penggunaan modal (return on investmentIR01) ROI = RP- 11 .771 .160 x 100% Rp . 28 .395 .000 = 41,46% Hasil analisis usaha penggemukan ternak domba yang dijalankan selama 4 bulan memperoleh keuntungan Rp . 11 .771 .160 di kali 100% dan dibagi jumlah pengeluaran Rp . 28 .395 .000 ternyata mendapat 41,46% yang artinya, usaha penggemukan ternak domba yang dijalankan menghasilkan pendapatan yang optimal . Sistem kontrol Pola usaha penggemukan ternak domba di daerah Garut sejumlah 50 ekor domba dengan lama penggemukan 4 bulan memiliki nilai mortalitas 4% .
Biaya yang dikeluarkan untuk usaha penggemukan ternak domba skala 50 ekor adalah : Sewa lahan seluas 300 m2 sebesar Rp. 600 .000 per tahun. Sehingga sewa lahan sebesar Rp . 200 .000/periode penggemukan . Satu ekor domba membutuhkan luas kandang individua 1,5 m2 sehingga luas kandang yang dibutuhkan + 75 m2 . Kandang dibangun berbentuk panggung (keraman) dengan total luas bangunan kandang adalah + 75 m2 dan membutuhkan biaya pembangunan Rp . 150 .000/m2 dan masa pakai 5 tahun . Jadi pembangunan kandang sebesar Rp. 11 .250 .000/5 tahun = Rp . 2 .250 .000/3 bulan = Rp . 750 .000/periode . Dengan demikian biaya penyusutannya adalah Rp . pengangkut 750 .000/periode . Kendaraan domba disewa 2 (dua) kali dalam satu periode sebesar Rp . 200 .000 . Domba-domba digemukkan selama 4 bulan, bobot awal domba bakalan rata-rata 20,89 kg dengan harga per kg bobot hidup Rp . 18 .500,- Pertambahan bobot hidup harian yang diperoleh adalah (0,041) kg per hari, sehingga bobot akhir domba adalah 25 kg hingga 26 kg . Selain hijauan sebagai pakan penguat juga diberi sisa pakan tambahan dari limbah pertanian seadanya . Tenaga kerja pencari pakan hijauan (rumput) sebanyak 2 orang dengan selama 4 bulan dengan gaji rata-rata Rp . 300 .000/orang. Harga jual domba adalah Rp . 22 .000/kg bobot hidup setiap hari seekor domba menghasilkan 0,375 kg kotoran, sehingga setiap hari dihasilkan 37,5 kg kotoran 50 ekor dengan harga Rp . 100/kg . Rincian biaya tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
Biaya variabel (produksi) Pembelian domba bakalan 50 ekor (bibit) dengan rata-rata harga. Rp . 400 .000/ekor Tenaga kerja pencari rumput 2 orang x Rp. 300 .000/bulan x 4 bulan Total biaya produksi
Rp . 20 .000 .000 Rp. 2 .400 .000 Rp. 22.400 .000
Biaya tetap (investasi) Sewa lahan (4 bulan) Penyusutan kandang Sewa kendaraan Peralatan kandang Biaya tak terduga di pasar hewan Total biaya investasi
Rp . 200 .000 Rp . 750 .000 Rp . 200 .000 Rp. 150 .000 Rp . 75 .000 Rp . 1 .375 .000
399
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Pendapatan Penjualan domba hasil penggemukan 50 ekor (50 - 4%) x 26,01 kg x Rp. 22 .000 Penjualan kotoran domba 37,5 kg x 120 hari x Rp . 100 Total pendapatan Dari basil usaha penggemukan ternak domba selama 4 bulan dapat menyumbang pendapatan rumah tangga pada petani ternak . Hasil keuntungan usaha penggemukan ternak domba sebesar Rp . 4 .141 .560 dapat dihitung sebagai berikut : Laba usaha = Total pendapatan - (total biaya investasi + total biaya produksi) = Rp . 27 .916 .560 (Rp .1 .375 .000 + Rp. 22 .400 .000) = Rp . 27 .916 .560 Rp . 23 .775 .000 = Rp . 4.141 .560/4 bulan = Rp . 1 .035 .390 sebulan Analisis break event point (titik impas) Analisis ini merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel dalam kegiatan usaha, yang menggambarkan posisi biaya total sama dengan penerimaan total . Titik impas usaha penggemukan domba akan dicapai dengan perhitungan sebagai berikut . BEP volume produksi= 23 .755 .000 572 .220 = 41,53 Hasil analisis usaha penggemukan ternak domba yang dijalankan selama 4 bulan ternyata mengeluarkan Rp. 23 .755 .000 dibagi 26.01 kg x harga daging Rp . 22 .000/kg mendapat 41,53 . Artinya usaha tersebut mempunyai titk impas dengan jumlah ternak sebanyak 41,53 ekor agar peternak mendapat keuntungan . BEP harga harga = 23 .755 .000 50/ekor = 475 .100/ekor Hasil analisis usaha penggemukan ternak domba yang dijalankan selama 4 bulan ternyata mengeluarkan Rp. 23 .775 .000 di bagi jumlah produksi ternak domba 50 ekor dan mendapat harga satuan ekor Rp . 475 .100 . Artinya titik impas tercapai apabila domba hasil penggemukan dijual dengan harga Rp . 475 .500 per ekor atau harga daging Rp . 22 .000/kg.
40 0
ftp . 27 .466 .560 Pp . 450 .000 Pp . 27 .916 .560
Analisis kelayakan usaha (R/C Ratio) Metode analisis ini merupakan angka banding antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan pada suatu usaha . Usaha dikatakan layak apabila angka R/C ratio-nya lebih besar dari 1 . Untuk usaha penggemukan domba seperti di atas, perhitungan R/C ratio-nya sebagai berikut : R/C ratio = 27 .916.560 23 .775 .000 = 1,174 Hasil analisis usaha penggemukan ternak domba yang dijalankan selama 4 bulan memperoleh penerimaan Rp . 27 .916 .560 dibagi jumlah pengeluaran Rp . 23 .775 .000 ternyata mendapat 1,174 . Artinya, setiap peningkatan biaya sebesar Rp . 1000 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp . 1,174 . Analisis efisiensi penggunaan modal (return on investment/ROI) ROI = Rp .4 .141 .560 x 100% Rp . 23 .775 .000 = 17,42% Hasil analisis usaha penggemukan ternak domba yang dijalankan memperoleh keuntungan Rp. 4.141 .560 di kali 100% bagi jumlah pengeluaran Rp. 23 .775 .000 ternyata mendapat 17,42%, yang artinya usaha penggemukan ternak domba yang dijalankan menghasilkan pendapatan yang optimal . Peluang dan kelayakan analisis ekonomi ternak domba Berdasarkan hasil perhitungan, untuk mencapai skala ekonomi pada usaha penggemukan ternak domba minimal dipelihara 10 sampai 50 ekor . Pada skala 50 ekor usaha ternak domba mencapai titik impas bila usaha ternak domba dalam satu kali proses produksi dengan skala 50 ekor memperoleh laba Rp. 11 .771 .160 (Domba Perlakuan) . Sedangakan keuntungan yang diperoleh dengan Sistem Domba Kontrol sebesar Rp .
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
4 .141 .560 untuk satu kali produksi (4 bulan) . 4 bulan menghasilkan penerimaan 41% dan R/C ratio usaha tersebut 1,41 dengan Sistem 17% . Untuk melihat analisis ekonomi Perlakuan dan R/C ratio 1,17 dengan Sistem penggemukan ternak domba Garut jantan, Kontrol, artinya setiap Rp . 100 biaya yang terlihat pada Tabel 3 . dikeluarkan dalam usaha ternak domba, selama Tabel 3 . Analisis ekonomi penggemukan ternak domba jantan Garut dengan skala 50 ekor dengan dua si5tem domba perlakuan dan sistem domba kontrol 2007 Uraian A. Biaya variabel B . Biaya produksi : - Bibit bakalan - Hijauan - Jerami padi fermentasi - Dedak padi - Bungkil kedele -Ampas tahu - Tetraklour + obat-obatan - Tenaga kerja 2 org x Rp .300 .000,Total biaya bariabel + produksi C . Pendapatan - (50 - 4%) x Rp . 22 .000 x 37,60 kg (P) - (50 - 4%) x Rp. 22 .000 x 26,01 kg (K) - (37,5 x 120 hari x Rp. 100) (P) - (37,5 x 120 hari x Rp. 100) (K) Total pendapatan - Keuntungan /periode (4 bulan) - Keuntungan R/C
Perlakuan (Rp) 1 .375 .000 20 .000.000 600.000 150 .000 1 .200 .000 2 .400 .000 120 .000 150 .000 2 .400 .000 28 .395 .000
Kontrol (Rp) 1 .375 .000 20 .000 .000
2 .400 .000 23 .775 .000
39 .716 .160 27 .466 .560 450 .000 40 .166 .160 11 .771 .160 1,41
450 .000 27 .906 .560 4 .141 .560 1,17
Sumber : Data diolah (2007)
Jika di telaah lebih jauh ternyata usaha penggemukan ternak domba Garut jantan dengan menggunakan skala usaha 50 ekor ternak domba dengan Sistem Domba Perlakuan memperoleh keuntungan yang lebih tinggi yaitu Rp . 11 .771 .160 (1,41%) selama 4 bulan dibandingkan dengan usaha penggemukan ternak domba Garut jantan dengan menggunakan skala usaha 50 ekor ternak domba dengan Sistem Domba Kontrol yaitu Rp . 4 .141 .560 (1,17%) selama 4 bulan . Perbedaan ini disebabkan pertambahan bobot hidup (PBH) ternak domba yang dihasilkan dengan Sistem Domba Perlakuan menggunakan tambahan konsentrat . Sedangkan pertambahan bobot hidup (PBH) ternak domba yang dihasilkan dengan Sistem Domba Kontrol tidak menggunakan pakan tambahan konsentrat .
Selanjutnya kinerja ekonomi ini dapat juga dilihat berdasarkan nilai R/C ratio yang menunjukkan perbandingan antara pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan . Jika nilai R/C > 1 maka usaha tersebut dikatakan Iayak untuk dilanjutkan dan apabila nilai R/C < 1 maka usaha tersebut tidak layak (tidak feasibei) . Semakin tinggi nilai R/C maka usaha tersebut makin mendatangkan keuntungan terlihat pada Tabel 3 . R/C yang tinggi pada penelitian dengan Sistem Perlakuan dicapai RJC rationya 1,41 . Paired comparisons mean Nest (Uji
perbandingan rata-rata t-test) Untuk menguji perbandingan rata-rata antara skala usaha Ro dan R, dapat digunakan dengan uji statistik (t-student) sebagaimana tertera pada Tabel . 4 .
40 1
Lokakarya Nasional Per;!~embangan Jejaring Lilkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Tebel 4 . Hasil Uji t hubungan antara skala usaha temak domba (Ro dan RI ) dengan hobot hidup di tingkat peternak Bulan ke 0
Skala usaha Kontrol (Ra ) Perlakuan (R I ) I Kontrol (Ra ) Perlakuan (R I ) II Kontrol (R a ) Perlakuan (RI ) III Kontrol (R e) Perlakuan (RI ) IV Kontrol (Ro) Perlakuan (RI ) Perbedaan pada bulan ke IV
N observasi
db
50
49
50
49
50
49
50
49
50
49
50
49
Rata-rata (kg) 20,89 20,90 22,13 25,06 23,40 29,23 24,69 33,40 26,01 37,60 11,62
T-test
Prob (T)I
356,70
0,001
367,40
0,001
597,77
0,001
785,57
0,001
930,27
0,001
1 .968,32
0,001
Keterangan : N observasi = jumlah pengamatan, db = derajat bebas (n-1), PROB (T) = Probabilitas pada uji T
30
Y
k=
20,89+1,28
-9e E
a b
25
.r' W 20 0
1
2
3
4
5
Bulan keGambar 1 . Pertumbuhan bobot hidup ternak domba selama 5 bulan pada skala usaha domba kontrol
y
=20,9+4,17 p
Bulan
ke-
Gambar 2 . Pertumbuhan bobot hidup ternak domba selama 5 bulan pada skala usaha domba perlakuan Dari hasil uji t pada skala usaha ternak domba yaitu perbandingan antara R o dan R, menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,001) . Selama penelitian percobaan berlangsung pada bulan ke satu, ke dua, ke tiga, ke empat, dan perbedaan (Ro dan R I ) pada bulan ke empat
40 2
menunjukkan berbeda sangat nyata (P< 0,001) . Hal ini berarti bahwa perbedaan skala usaha pada Ro dan R, menunjukkan peningkatan bobot hidup ternak domba sangat signifikan dengan rata-rata sebesar 11,62 kg/ekor per 4 (empat) bulan atau rata-rata sebesr 96,83
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
gram/ekor/hari . Sedangkan untuk mengukur tingkat pertumbuhan bobot idup ternak baik berskala usaha kontrol (R0) maupun berskala usaha perlakuan (R I ) digunakan koefisien regresi yaitu untuk skala usaha kontrol (Ro ) diperoleh persamaan regresi yaitu Yk= 20,89 + 1,28 dan untuk skala usaha perlakuan (R I ) diperoleh persamaan regresi yaitu Yp = 20,9 + 4,17, dimana masing-masing memiliki R2 = 0,99 atau sebesar 99% . Hal ini dapat terlihat pada Gambar 1 dan 2 . KESIMPULAN DAN SARAN Kesimputan 1 . Pola usaha penggemukan 100 ekor ternak domba skala yang terbagi menjadi dua skala usaha masing-masing 50 ekor sistem domba perlakuan (R I ) dan sistem domba kontrol (Ro) dengan lama penggemukan 4 bulan ternyata berpengaruh cukup baik terhadap petambahan bobot hidup ternak domba Garutjantan . 2 . Penerimaan dari hasil usaha penggemukan ternak domba perlakuan skala 50 ekor dengan lama penggemukan 4 bulan dapat memberikan keuntungan sebesar Rp . 11 .771 .160. 3 . Hasil uji t pada skala usaha ternak domba antara Ro dan R I menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,00 1) selama 4 bulan. Perbedaan Ro dan R1 menunjukkan peningkatan bobot hidup ternak domba sangat signifikan, degan rata-rata sebesar 11,62 kg/ekor/4 bulan atau rata-rata sebesr 96,83 g/hari/ekor . 4 . Sedangkan tingkat pertumbuhan bobot hidup ternak baik berskala usaha kontrol (Ro ) dan perlakuan (R 1 ) dapat digambarkan dengan persamaan regresi Yk= 20,89 + 1,28 dan Yp = 20,9 + 4,17, dimana masing-masing memiliki R2 = 0,99 atau sebesar 99% .
Saran a . Jerami padi yang biasanya oleh petani selalu dibuang dan dibakar ternyata setelah diolah dapat memenuhi kebutuhan pakan tambahan (penguat) untuk ternak domba . b . Pakan penguat jerami padi yang difermentasi, tepung kedelai, ampas tahu, dan dedak padi dapat digunakan sebagai pakan tambahan untuk penggemukan ternak domba. c . Kabupaten Garut membentuk suatu kelompok tani ternak sehingga mampu memperluas pemasaran ternak domba dan dapat meningkatkan pendapatan serta memperluas usaha penggemukan ternak domba dari skala kecil ke menengah dan mampu bersaing di pasar luas . DAFTAR PUSTAKA INOUNU, I.C . INIGUEZ, SUBANDRIYO, and B .
G .E . BRADFORD, TIESNAMURTI . 1993 .
Weight gain of Javanese thin tail sheep of prolific and Javanes awes . Small Ruminant Research . Elsevier Science Publisher 12 : 243 . dan P. SiTORUS. 1987. Pengantar tataninaga pertanian jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Bogor .
LIMBONG, W.H .
SARIBUAN dan A NURHAYU. 2004 . Integrasi usahatani tanaman padi ternak ruminansia kecil berwawasan pertanian organik . Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner . Puslitbang Peternakan, Bogor.
MATHIUS
SABRANI . M ., P . SITORUS, M . RANGKUTI dan SUBANDRIYO . 1995 . Laporan survey baseline
ternak kambing dan domba. SR-CRSP . Balitnak, Puslitbang Peternakan, Bogor . B . 2001 . Agribisnis berbasis peternakan, Bogor : Pusat Studi Pembangunan . Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor .
SARAGIH,
40 3
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
P . 1995 . Industrialisasi pertanian sebagai strategi agribisnis dan pembangunan pertanian dalam era globalisasi . Orasi ilmiah dalam rangka pengukuhan Ahli Peneliti Utama, Bogor: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi, Badan Litbang Pertanian .
SIMATUPANG,
T.D . 1992 . Metoda Statistika, Edisi ke 5, Tarsito, Bandung.
SOEDJANA,
4 04
G.D . ROBERT and JAMES H . TORRIE . 1980. Principles and Procedures of Statistics Biometrical Approach 2nd Edition . Mc-GrawHill Book Company, New York. USA .
STEEL,
D .E . 1995 . Pengembangan ternak model kredit gaduhan untuk petani dan buruh tani di lingkungan perkebunan kopi . Pros . Pertemuan Ilmiah Komunikasi dan Penyuluhan Hasilhasil Penelitian . Sub Balai Penelitian Ternak Klepu, Semarang .
WAHYONO,