Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK BERMINERAL TERHADAP KECERNAAN NEUTRAL DETERGENT FIBER (NDF) DAN PRODUKSI LEMAK SUSU SAPI PERAH LAKTASI ANIS MUKTIANI, FAJAR WAHYONO, SUTRISNO,
dan YULISTIATI
INDIKA
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Komplek Kampus UNDIP Tembalang, Semarang
ABSTRAK P-nelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik bermineral Zn, Cr dan Se terhadap kecernaan NDF dan produksi lemak susu pada sapi perah . Penelitian secara in vivo dilaksanakan di CV Arga-ari Kabupaten Boyolali, menggunakan sapi perah sebanyak 16 ekor dengan masa laktasi 2-4 bulan. Bahan pakan yang digunakan terdiri dari hijauan rumput gajah dan konsentrat (50 : 50) serta suplemen berupa probiotik Saccharomyces cerevisiae (Sc) dan Aspergillus oryzae (Ao) bermineral Seng (Ao-Zn), Kromium (Ao-Cr) dan Selenium (Ao-Se) serta Saccharomyces cerevisiae (Sc) . Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 4 perlakuan, yaitu TO = Ransum kontrol (K) tanpa probiotik ; T1 = K + 1% Sc/kg BK + 40 ppm Ao-Zn ; T2 = K + 1% Sc/kg BK + 40 ppm Ao-Zn + lppm Ao-Cr; T3 = K + 1% Sc/kg BK + 40 ppm Ao-Zn + I pprn Ao-Cr + 0,3 pprn Ao-Se. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian probiotik bermineral tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kecernaan NDF dan produksi lemak susu, namun meningkatkan produksi dan kadar lemak susu (P<0,05) . Pemberian probiotik Sc+Ao-Zn menghasilkan produksi susu tertinggi (17,30 kg/ekor/hari), sedangkan ransum kontrol 14,37 kg/ekor/hari . Kadar lemak susu tertinggi diperoleh dengan penambahan probiotik bermineral Sc+Ao-Zn+Ao-Cr yaitu sebesar 4,63% dengan produksi lemak susu 727 g/ekor/hari, sedangkan ransum kontrol 3,87% dan 556 g/ekor/hari. Kata kunci : Probiotik, NDF, seng, kromium, selenium, lemak, susu, sapi perah PENDAHULUAN Sapi perah adalah sapi yang dipelihara dengan tujuan menghasilkan susu . Rata-rata produksi susu di tingkat peternak masih sangat rendah (<10 liter), sehingga produksi susu dalari negeri belum dapat memenuhi kebu :uhan . Untuk itu kurang lebih 904 .000 ton susu harus diimpor seriap tahunnya (DITJEN BINA PRODUKSI PETERNAKAN, 2001) . Di samping produksinya yang rendah, kualitas susu dalam negeri juga seringkali belum dapat mem ~muhi standar dari pabrik pengolah air susu maupun konsumen lainnya . P3nyebab kondisi tersebut diatas antara lain adalah kualitas pakan yang kurang balk dan akibat dari cekaman yang kurang men€ ;untungkan yang menyebabkan ternak mud<
ternak menjadi rentan terhadap penyakit dan menghambat laju produksinya . Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut diatas yaitu dengan pemberian probiotik pada ternak . Menurut HARYANTO et al. (1999) probiotik adalah campuran berbagai spesies mikroorganisme, terutama mikoorganisme yang mampu memecah komponen serat (cellulolytic microorganism) . Pemanfaatan probiotik dalam pakan mampu meningkatkan produktivitas ternak dan efisiensi pemanfaatan pakan yang lebih tinggi (SOEDJANA dan SUPRIYATI, 1999) . Secara umum probiotik tersebut kaya akan mikrobia selulolitik, lignolitik, proteolitik, amilolitik dan bakteri nitrogen fiksasi non simbiotik (SUHARTO, 1995), sehingga diharapkan dapat meningkatkan kecernaan fraksi serat dalam bahan pakan khususnya NDF . SOELISTYONO (1976) menyatakan kadar lemak susu sangat bergantung pada kadar serat kasar makanan . Pakan serta di dalam rumen akan mengalami proses fermentasi dan akan menghasilkan asam lemak volatile (VFA) yaitu
313
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
asetat, propionat dan butirat . Asetat dan butirat adalah bahan baku sintesis lemak susu, sedangkan propionat akan mengalami glukoneogenesis menghasilkan glukosa . Selanjutnya glukosa selain digunakan untuk sintesis laktosa susu juga digunakan sebagai sumber gliserol bagi sintesis lemak susu . Mikromineral seperti Zn, Cr dan Se merupakan mineral esensial yang sangat diperlukan dalam metabolisme pada ternak . Mineral Zn (seng) merupakan salah satu mineral yang berperan untuk mengaktivasi enzim dan hormon yang berhubungan dengan dengan metabolisme . Peranan Cr yang paling penting adalah merupakan bagian darf faktor toleransi glucose (Glukose Tolerance Factor/ GTF) . yang berperan meningkatkan pasokan glukosa ke dalam sel melalui peningktan potensi aktivitas insulin (SCWARZ dan MERTZ, 1959) . Perkembangan penelitian pada sapi perah belakangan ini mendapatkan bahwa suplementasi Cr mampu menurunkan sensitifitas jaringan hati dan otot terhadap insulin (YANG el al., 1996) . Hal ini dinilai menguntungkan karena glukosa akan lebih banyak dialirkan ke sel kelenjar ambing untuk sintesis laktosa. Sedangkan selenium (Se) berfungsi sebagai anti oksidan, komponen pembentuk enzim Glutation peroksidase dan daya kebal tubuh, Pada penelitian ini dicoba sintesis probiotik bermineral Zn, Cr dan Se serta suplementasinya pada ransum sapi perah . Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik bermineral terhadap kecernaan NDF dan produksi dan kadar lemak susu . MATERI DAN METODE Suatu percobaan secara in vivo telah dilaksanakan di CV . Argasari Kabupaten Boyolali dan tahap analisis dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang pada bulan Juli sampai September 2004 . Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sapi perah sebanyak 16 ekor masa laktasi 2-4 bulan, probiotik berupa Saccharomyces cerevisiae (Sc) dan Aspergillus ory:ae (Ao) bermineral yaitu Ao bermineral Seng (Ao-Zn), Ao bermineral Kromium (Ao-Cr)
3 14
dan Ao bermineral Selenium (Ao-Se) . 13ahan pakan yang digunakan terdiri dari hijauan rumput gajah dan konsentrat d : ngan perbandingan 50 :50 . Produksi probiotik bermineral Pembuatan probiotik Se dan Ao bermineral diawali dengan menyiapkan larutan mineral Zn 3000 ppm, Cr 1500 ppm dan Se 250 ppm . Selanjutnya adalah menyiapkan SLbstrat (media tumbuh) untuk masing-masing probiotik bermineral yaitu campuran dari 100 g onggok + 100 ml larutan mineral + 10 ml medium selektif cair Ao + 40 ml aquadest . Campuran substrat disterilkan dengan autoclave selama 15 menit pada suhu 121 °C, selanjutnya substrat diratakan pada h yang alumunium atau loyang plastik dan diinoi
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Berat krusibel+sampel-berat krusibel Kadai
NDF =
x 100 BK
Berat sampel x % BK sampel Kecernaan NDF diperoleh dari pengurangan konsumsi NDF dengan NDF feses . Kadar lemak susu ditentukan dengan metcde Gerber . Sebanyak 10,75 ml susu dipipetkan ke dalam butirometer lalu ditarbahkan 10 ml H 2 SO4 91-92% dan 1 ml amil alkohol . Selanjutnya dikocok supaya larutin bercampur kemudian dimasukkan dalam penangas air bersuhu 65-70 °C selama 10 inenit dan disentrifus dengan kecepatan 120C rpm selama 5 menit, kemudian dibaca kadar lemaknya pada skala yang tertera pada butirometer . Produksi lemak susu diperoleh dengan mengalikan kadar lemak susu dan produksi susu . Data basil penelitian diolah secara statistik menggunakan analisis ragam (uji F 5%) dan dilarjutkan dengan uji wilayah Duncan 5% untulc melihat perbedaan nilai tengah antar per] a kuan .
HASIL DAN PEMBAHASAN Fercobaan perlakuan pemberian probiotik bermineral pada sapi perah laktasi menghasilkan kecernaan NDF seperti tertera pada Tabel 1 . Tabe 11 . Pengaruh pemberian probiotik bermineral terhadap kecernaan NDF Per akuan TO T1 T2 T3
Kecernaan NDF (%) 47,94 51,73 60,41 55,51
Superskrip dengan huruf kecil yang sama pada Mom yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan (P>5%)
pengaruh nyata (P>0,05) terhadap kecernaan NDF . Hal ini disebabkan meskipun probiotik yang terdiri dari Saccharomyces cerevisiae mempunyai kemampuan mencerna pati dan Aspergillus oryzae mempunyai kemampuan mencerna selulosa dan hemiselulosa, namun karena ditambahkan dalam jumlah yang seuikit dan efeknya terhadap proses pencernaan pakan tidak secara langsung yaitu hanya pada awal pencernaan sebelum pakan dapat dicerna oleh bakteri rumen, maka penambahan probiotik tersebut menghasilkan kecernaan NDF ransum yang tidak berneda nyata dengan kontrol . Meskipun demikian, bila dilihat dari rata-rata kecernaan NDF ransum perlakuan terlihat lebih tinggi dibading kontrol (47,94%), kecernaan NDF tertinggi dicapai oleh perlakuan T2 yang diberi probiotik dengan suplementasi mineral Zn + Cr yaitu sebesar 60,41%. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang melaporkan bahwa penambahan Ao dapat meningkatkan kecernaan NDF pada sapi perah, karena probiotik kaya akan mikrobia selulitik, lignolitik, proteolitik, amilolitik dan bakteri nitrogen fiksasi non simbiotik. Produksi dan kadar lemak susu hasil percobaan pada sapi perah laktasi tertera dalam Tabel 2 . Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian probiotik bermineral tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap produksi lemak susu, namun berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap produksi susu dan kadar lemak susu . Dilihat dari rata-rata produksi susu, perlakuan yang memperoleh probiotik bermineral menghasilkan produksi susu yang lebih tinggi dari kontrol . Senada dengan kecernaan NDF, pemberian probiotik dengan suplementasi mineral Zn + Cr (T2) menghasilkan produksi lemak susu tertinggi yaitu T2 742 g/ekor/hari, diikuti perlakuan T 3 654 g/ekor/ hari, T, 616 g/ekor/hari dan TO 556 g/ekor/ hari .
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pem')erian probiotik bermineral tidak berTabc12 . Pengaruh pemberian probiotik bermineral terhadap produksi dan kadar lemak susu Per lakuan TO T1 T2 T3
Produksi susu (kg/e/hari) 14,37 17,30' 16,03' 15,58"
Kadar lemak susu (%) 3,87 3,56 a 4,63' 4,20 -
Produksi lemak susu (g/e/hari) 556 616 742 654
Supei skrip dengan huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan (P>5%)
315
Lokaka,ya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - ternak
Produksi lemak susu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi kadar lemak dan produksi susu . Produksi susu masing-masing perlakuan berturut-turut To , T I , T2 dan T3 adalah 14 .37 ; 17 .30 ; 16.03 ; 15 .58 kg/hari, sedangkan kadar lemak susunya adalah 3 .87 ; 3 .56; 4 .63 dan 4.20% . Kadar lemak air susu ruminansia sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku untuk sintesis susu . Perlakuan T2 menghasilkan kadar lemak dan produksi lemak susu tertinggi, hal disebabkan karena selain pengaruh Zn yang sangat esensial sebagai komponen (aktivator) beberapa enzim seperti karbonat anhidrase, karboksilpeptidase dan laktat dehidrogenase, dengan aktifnya enzim-enzim tersebut maka proses fermentasi rumen lebih efisien sehingga produk metabolisme rumen (VFA) akan meningkat, yang pada akhirnya menambah ketersediaan nutrien dan energi bagi kelenjar ambing untuk mensintesis susu. Sedangkan penambahan Cr yang mampu meningkatkan IGF-I yang homolog dengan reseptor insulin (SUBIYATNO et al ., 1996) . Hal ini mengakibatkan meningkatnya transpor glukosa ke dalam selsel kelenjar ambing. akan meningkatkan uptake glukosa ke dalam sel kelenjar ambing . Glukosa selain merupakan bahan baku sintesis laktosa, juga merupakan penyedia gliserol bagi sintesis lemak susu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk memperoleh produksi susu yang tinggi suplementasi probiotik Se + Ao-Zn saja sudah cukup, sedangkan untuk memperoleh produksi susu dengan kadar lemak yang tinggi atau produksi lemak susu yang tinggi maka selain Sc + Ao-Zn perlu pula ditambahkan Ao-Cr . KESIMPULAN Berdasarkan basil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian probiotik bermineral tidak meningkatkan kecenaan NDF ransum, namun dapat meningkatkan produksi dan kadar lemak susu . Pemberian probiotik Sc + Ao-Zn menghasilkan produksi susu tertinggi, sedangkan kadar lemak dan prduksi lemak susu tertinggi dihasilkan dengan penambahan Sc + Ao-Zn + Ao-Cr.
316
DAFTAR PUSTAKA
M . Kimia dan teknologi pengolahan air susu . Andi Offset, Yogyakarta .
ADNAN,
1984 . Makanan Temak Umum. Edisi ke-2 . Cetakan k e-3 . PT . Gralnedia, Jakarta .
ANGGORODI, R .
FOLEY, R .C ., D .L . BATH, TUCKER . 1981 .
F.N . DICKINSONS and H.A. Dairy catltle science: Principles, practice, problem, profits . Lra and Fabiger, Philadelphia . B . A . THALIB dan IsBANDI . 1999 . Pemanfaatan probiotik dalam upaya peningkatan efisiensi fermentasi pak :In di dalam rumen . Pros . Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Petemakan, Bogor. Him : 496-497 .
HARYANTO,
A . 2002 . Pengaruh hidrolisat bulu ayam dan sorgum serta suplemen cromium untuk meningkatkan produksi susu pada sapi perah . Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor . (Thesis Magister Ilmu Teinak) .
MUKTIANI,
dan SuPRIYATi . 1999 . Pemanfaatan probiotik dalam pakan untuk meningkatkan produktivitas ternak . Pros . Seminar Nasional Petemakan dan Veteriner . Puslitbang Peternakan, Bogor . Him : 88-107 .
SOEDJANA, T.D .
1976 . Ilmu Bahan Makanan Temak. Fakultas Petemakan, Universitas Diponegoro, Semarang . (Unpublish) .
SOELISTYONO, H .S .
B . 1987A . Kamus Istilah Peteniakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta .
SRIGANDONO,
A ., D. N . MOWAT DAWN . and Z . YANG . 1996 . Metabolit and hormonal respon : ;es to glucose or propionat infusions in periparturient dairy cows suplemented with chromium. J. Dairy Sci. 79-1436 .
SUBIYATNO,
A . 1983 . Produksi sapi perah. Departemen limu Produksi Ternak. Fakultas Peteniakan . Institut Pertanian Bogor, Bogor .
SUDONO,
1995 . Pemanfaatan probiotik dalam pakan untuk meningkatkan efisiensi produksi ternak di pedesaan . Pros . Pertemuan Ilmiah Komunikasi dan Penyaluran Hasil Pent titian. Buku 1 . Sub Balai Penelitian Ternak Klepu . Puslitbang Peternakan, Badan L .tbang Pertanian. Semarang. Him : 34-35 .
SUHARTO.
1992 . Prinsip Kimia dan Teknologi Susu . Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi . Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta .
SUPARNO.
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
TILLMAN, A . D .H . HARTADI . S . LEBDOSUKOTYO. S . P . KUSUMO dan S . REKSOHADIPRODJO. 1998 .
Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta .
VAN
SOEST, T .J .
Ruminant . Oregon .
1994 . Nutrition Ecology of Cornell University, Corvalis,
3 17