Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
OPTIMASI PERAN TERNAK DOMBA DALAM MENUNJANG USAHATANI PADI LAHAN SAWAH DEDI SUGANDI
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayu Ambon No. 80 Kotak Pos 8495, Lembang
ABSTRAK Ternak domba bagi sebagian petani di Jawa Barat merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya, karena selain murah dan mudah dipelihara, juga banyak manfaat yang bisa peroleh dari padanya, Akan tetapi di beberpa wilayah dengan basis usaha pertanian lahan sawah, pemanfaatan ternak domba terlihat belum optimal karena masih dipelihara dengan cara semi intensif . Pengkajian optimasi peran temak dalam menunjang usahatani padi di lahan sawah bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana peran ternak dapat dioptimalkan melalui pendekatan integrasi dengan usahatani padi . Pengkajian dilakukan di di Desa Citarik, Kecamatan Tirtamulya, Kabupaten Karawang, pada tahun 2005-2007, menggunakan pendekatan partisipatif on farm assesment (pengkajian di lahan petani secara partisipatif), melibatkan 22 orang petani pemilik dan pengarap lahan sawah sebagai kooperator . Masing-masing petani kooperator diintroduksi ternak domba dengan komposisi 3 ekor domba betina dan 1 ekor pejantan untuk 11 orang petani kooperator pada tahun pertama. Pada tahun kedua, dipilih lagi 11 orang kooperator baru lalu diintroduksi jenis ternak yang sama masing-masing 4 ekor domba betina dan 1 ekor pejantan . Status ternak berupa bantuan dengan persyaratan harus dipelihara secara intensif di dalam kandang, harus mengembalikan ternak bila anaknya telah berumur dewasa berasal dari anak keturunannya . Jumlah pengembalian temak sesuai dengan jumlah penerimaan awal . Pupuk kandang yang dihasilkan hams dan diguakan pada lahan sawah yang diusahakannya, serta memanfaatkan Iimbah tanaman untuk campuran pakan . Pengamatan dilakukan terhadap kinerja produksi ternak maupun tanaman (padi), serta perilaku petani dalam melaksanakan usaha ternak domba. Data hasil pengamatan selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Hasilnya menunjukan bahwa optimasi peran ternak domba dalam menunjang usahatani padi di lahan sawah baru dirasakan petani dalam mengurangi ketergantungannya terhadap kebutuhan pupuk anorganik P dan K, serta di dalam menanggulangi kebutuhan biaya yang sangat mendesak karena dapat dengan mudah ditukarkan dengan uang . Peran ternak domba untuk memanfaatkan limbah tanaman padi belum berjalan seperti yang diharapkan. Untuk itu perlu dicari solusi yang tepat agar limbah tanaman padi dapat dimanfaatkan secara optimal, sehingga peluang peningkatan kelestarian sumber daya alam dan pendapatan petani semakin terbuka . Kata kunci : Optimasi, peran, domba, usahatani, dan sawah
PENDAHULUAN Ternak domba bagi sebagian petani di Jawa Barat merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya, karena selain murah dan mudah dipelihara, juga banyak manfaat yang bisa peroleh, seperti untuk pupuk, tambahan pendapatan, penghasil tabungan, dan pengisi waktu luang, bahkan di beberapa wilayah, seperti di Kabupaten Garut, Bandung, dan Ciamis, ternak domba telah dijadikan sebagai sumber pendapatan utama bagi petani . Cara pemelihraan ternak ini umumnya dilakukan dengan cara intensif di dalam kandang . Akan tetapi di beberapa wilayah seperti di kawasan Pantai Utara Jawa
Barat yang terbentang dari mulai Kabupaten Karawang di sebelah Barat hingga Kabupaten Cirebon di bagian Timur, pemanfaatan ternak domba terlihat belum optimal karena masih dipelihara dengan cara semi intensif, serta belum terintegrasi dengan usahatani lain . Demikian pula halnya yang terjadi di beberapa lokasi pengembangan ternak domba di Kabupaten Karawang, sebagian petani telah belum memiliki ternak domba namun dipelihara dengan baik, sebagian dibiarkan berkeliaran sendiri pada lahan di sekitar saluran irigasi, tegalan, dan lahan-lahan tidak dan sebagian lagi tergarap (bera), dikandangkan pada saat malam hari, sementara pada saat slang hingga sore hari dilepas di
17
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
bawah pengawasan pemiliknya . Peran ternak domba di lokasi tersebut masih berupa usaha sampingan dan sumber tabungan manakala sewaktu-waktu diperlukan, sementara yang menjadi sumber pendapatan utama adalah usahatani padi . Hubungan antara usahatani padi dengan ternak domba di lokasi tersebut masih bersifat parsial, padahal menurut PRANADJI dan SYAHBUDIN (1992), ternak domba merupakan jenis ternak yang relatif mudah diintegrasikan dengan cabang usahatani lain, serta mampu memberikan peningkatan optimasi sumber daya setempat, karena ternak domba dapat berperan dalam pelestarian kesuburan lahan dan bisa memanfaatkan limbah tanaman sebagai sumber pakan . Dilain pihak kondisi lahan sawah yang ada saat ini diduga sudah mengalami degradasi kesuburan akibat dari pengurasan unsur hara dari dalam tanah yang tidak diikuti dengan pengembalian bahan organik ke dalam tanah, padahal menurut SUWARDJO dan ABDURACHMAN (1982) dalam GUNAWAN et al. (2002) bahan organik di dalam tanah perlu dipertahankan pada tingkat kadar yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Dengan demikian kehadiran ternak domba dalam sistem usahatani di lahan sawah diduga dapat berperan optimal bila diusahakan secara terpadu dan terintegrasi dengan tepat, karena penerapan sistem usahatani yang melibatkan tanaman dan ternak secara terpadu merupakan pilihan yang tepat dalam upaya meningkatkan pendapatan petani sekaligus memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal PUSLITBANGNAK, (2000) . Untuk itu, guna mengetahui lebih jauh peran ternak domba dalam menunjang usatani padi pada lahan sawah telah dilakukan pengkajian . METODE PENGKAJIAN Pengkajian ini dilakukan di Desa Citarik, Kecamatan Tirtamulya, Kabupaten Karawang, pada tahun 2005 - 2007, menggunakan pendekatan partisipatif on farm assesment (pengkajian di lahan petani secara partisipatif), dengan melibatkan 22 orang petani pemilik dan penggarap lahan sawah sebagai kooperator,
18
yang dibina dan dilatih tatacara pemeliharaan ternak domba secara intensif di dalam kandang, mulai dari penyiapan kandang, peyediaan pakan, penanganan kesehatan, perkawinan, dan pengolahan limbah tanaman, maupun pupuk kandang. Masing-masing petani kooperator diintroduksi ternak domba dengan komposisi 3 ekor domba betina dan 1 ekor pejantan untuk 11 orang petani kooperator pada tahun pertama . Kemudian pada tahun kedua 11 petani kooperator baru diintroduksi jenis ternak yang sama masing-masing sebanyak 4 ekor domba betina dan 1 ekor pejantan . Status ternak berupa bantuan dengan persyaratan harus dipelihara secara intensif di dalam kandang, mengembalikan temak berupa anak keturunannya yang telah berumur dewasa (siap kawin) . Jumlah pengembalian ternak sesuai dengan jumlah penerimaan awal . Pupuk kandang yang dihasilkan harus dimanfaatkan pada lahan sawah yang diusahakannya sendiri, serta memanfaatkan limbah tanaman padi untuk campuran pakan . Pengamatan dilakukan terhadap kinerja (performance) produksi ternak maupun tanaman (padi), serta perilaku petani dalam melaksanakan kegiatan usaha ternak domba . Selanjutnya data hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja produksi ternak Kinerja produksi ternak domba yang dpelihara petani koopetrator di lokasi pengkajian sangat dipengaruhi oleh tingkat produktivitas ternak itu sendiri juga keterampilan petani dalam mengelola ternak peliharaannya . Tingkat produktivitas ternak dicerminkan dari angka ratio kawin hingga bunting, jarak antar kelahiran, tipe kelahiran anak, dan angka kematian anak, sedangkan tingkat keterampilan petani dapat dicerminkan dari kemampuan petani dalam menyiapkan kandang, menyediakan pakan, penanganan kesehatan, dan perkawinan . Buah dari perpaduan kedua faktor tersebut diperoleh hasil seperti yang disajikan pada Tabel 1 .
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Tabel 1 . Perkembangan populasi dan mutasi trnak domba dipelihara petani koperator di Desa Citarik, Kabupaten Karawang, Tahun 2007
Dewasa
Parameter Populasi awal (April 2005) Mutasi : Lahir Jual Setor mati Populasi akhir (April 2007)
Jantan
Betina
22
77
1 9 21
3 27 74
Dari Tabel 1, dapat dilihat bahwa perkembangan populasi ternak yang dipelihara petani kooperator, dalam kurun waktu dua tahun terakhir menunjukan peningkatan sebesar hampir dua kali lipat, yaitu 195 persen dari 99 ekor menjadi 194 ekor . Jumlah tersebut sebetulnya bisa lebih tinggi bila angka kematian anak sebesar 33,1 persen dapat ditekan menjadi lebih rendah, karena salah satu tujuan pemeliharaan ternak dengan cara intensif dalam kandang adalah untuk menekan angka kematian anak yang tinggi bila dipelihara dengan cara digembalakan . Hal tersebut sejalan dengan hasil pengamatan PRIYANTO dan SETIADI (1991) di Kabupaten Cirebon, bahwa tingkat kematian anak domba yang dipelihara intensif dalam kandang mencapai 11,57 persen lebih rendah dari domba yang dipelihara dengan cara digembalakan sebesar 14,4 persen . Tingginya tingkat kematian di lokasi pengkajian terutama diakibatkan oleh rendahnya keterampilan petani dalam menangani ternak dengan tipe kelahiran lebih dari dua, hal ini sesuai dengan pernyataan PRIYANTO et al. (1992), bahwa jumlah kematian anak akan meningkat sejalan dengan meningkatnya tipe kelahiran anak . Dari tabel tersebut dapat pula dilihat adanya petani yang telah menjual ternak sebelum memenuhi kewajibannya untuk menyetorkan anak bila sudah ada yang berumur dewasa . Hal ini menunjukan bahwa di satu sisi ada petani yang kurang patuh terhadap kewajiban, tapi disisi lain terlihat adanya peran ternak domba dalam menunjang kebutuhan petani karena bisa dengan cepat ditukar dengan uang .
Jumlah temak (ekor) Muda Jantan
Betina
Anak Jantan
Total (ekor)
Betina 99
44 6
51 8
1 32
1 24
20 1 17 1 19
31 1 26 1 24
146 16 47 40 142
Kinerja produksi padi Petani di lokasi pengkajian umumnya belum terbiasa untuk menggunakan pupuk organik dalam bentuk pupuk kandang bagi padi di lahan sawah . Dalam pengkajian ini telah dicoba pemanfaatan pupuk kandang yang berasal dari kandang domba bagi tanaman padi di lahan sawah miliknya sendiri dengan dosis seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2, yaitu rata-rata sekitar 1,1 ton pupuk kandang per hektar lahan sawah. Aplikasi pemupukan dilakukan pada saat akhir pengolahan tanah yaitu pada saat meratakan lahan . Pada lahan yang menggunakan pupuk kandang, penggunaan pupuk anorganik SP-36 dan KCI dikurangi hingga setengah dari dosis yang direkomendasikan yaitu hanya 50 kg SP-36/ha dan 25 kg KCI/ha, sedangkan penggunaan pupuk urea diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman yang berpedoman pada patokan bagan warna daun . Dari hasil pengamatan terlihat bahwa kondisi tanah maupun pertumbuhan tanaman padi tetap normal, demikian pula dengan jumlah produksi padi yang dihasilkan tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Hal ini membuktikan bahwa pemanfaatan pupuk kandang pada lahan sawah selain dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk an-organik P dan K, juga dalam jangka panjang dapat memperbaiki kondisi fisik dan biologis lahan yang sangat dibutuhkan tanaman .
19
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Tabel 2 . Produksi dan aplikasi penggunaan pupuk kandang pada lahan sawah di Desa Citarik Kabupaten Karawang, tahun 2007 Saat penggunaan
Parameter Produksi pupuk kandang (kg/kandang) Pemanfaatan pada lahan sawah (ha) Produksi padi (t/ha) Dengan pupuk kandang Tanpa pupuk kandang PERILAKU PETANI DALAM PEMANFAATAN LIMBAH TANAMAN UNTUK PAKAN TERNAK Pengembangan ternak domba di areal pesawahan diharapkan mempunyai peluang besar, karena selain tersedia sumber pakan yang melimpah, juga kebutuhan kompos untuk tanaman sangat besar . Dari pertanaman padi, selain dihasilkan gabah sebagai produk utama, juga jerami yang secara tradisional telah dimanfaatkan secara luas untuk pakan sapi dan kerbau, akan tetapi belum banyak yang memanfaatkannya untuk ternak domba . Sebagai bahan pakan, jerami memiliki kandungan gizi yang rendah sehingga perlu adanya substitusi atau penambahan zat dari sumber pakan lain sebagai penguat. Akan tetapi melalui penerapan teknologi fermentasi, jerami padi dapat diubah menjadi sumber pakan yang dapat diandalkan . Hasil penelitian BPTP JAWA BARAT (2001), produksi jerami dapat mencapai 5-8 ton/ha/panen . Dengan perkiraan konsumsi jerami per hari 7 kg untuk setiap ekor ternak domba, maka daya dukung untuk satu hektar lahan sawah adalah 8-12 ekor per musim . Dengan demikian untuk lokasi dengan pola tanam 2 kali padi setahun, jerami yang dihasilkan bisa memenuhi kebutuhan pakan untuk 16-24 ekor ternak domba . Disamping jerami, dari usahatani padi dihasilkan pula dedak yang potensial untuk pakan penguat . Di lokasi pengkajian, ternak domba yang dipelihara petani kooperator diberi pakan berupa campuran rumput lapang, legum, dan limbah pertanian dengan komposisi rata-rata seperti pada Tabel 3 . Jenis rumput lapang yang biasa diberikan petani antara lain berupa rumput pait, gagajahan, dan lain-lain yang diperoleh petani
20
MK-1 399,6 3912
MK-lI 492,5 4322
6,98 6,98
6,42 6,50
disekitar bantaran sungai dan irigaasi, lahan bera, dan kebun di sekitar lokasi, sementara hijauan dalam bentuk daun-danan antara lain aerupa daun gamal, daun nangka, dan lamtoro yang ditanam disekitar pekarangan dan pinggiran jalan desa. Sedangkan limbah pertanian yang biasa diberikan umumnya berupa limbah tanaman jagung, serta tunas padi di pesawahan yang berasal dari rumpun bekas panenan . Tabel 3 . Jenis dan komposisi pakan ternak domba milik petani koperator di Desa Citarik, Kabupaten Karawang, tahun 2007 Jenis pakan Rumput lapang Legum (kacang-kacangan) Limbah pertanian Total
Komposisi (%) 60 30 10 100
Ketiga jenis hijauan tersebut diberikan dalam bentuk segar, dan belum pernah ditemukan petani yang mencoba memberikan jerami padi untuk pakan domba . Walaupun sebelumnya pernah dijelaskan cara pengolahan dan pemafaatan jerami padi untuk pakan ternak, akan tetapi karena pola kebiasaan petani dan ketersediaan jenis pakan dalam bentuk segar masih mudah diperoleh, maka tidak ada petani yang memanfaatkan jerami . Dengan demikian upaya pemanfaatan limbah padi untuk pakan ternak masih perlu dicarikan solusinya . KESIMPULAN Optimasi peran ternak domba dalam menunjang usahatani padi di lahan sawah baru dirasakan petani dalam mengurangi ketergan-
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
tungannya terhadap kebutuhan pupuk anorganik P dan K, serta di dalam menanggulangi kebutuhan biaya yang sangat mendesak karena dapat dengan mudah ditukarkan dengan uang . Namun peran ternak domba untuk memanfaatkan limbah tanaman padi belum berjalan seperti yang diharapkan .
T. dan Z . SYAHBUDIN . 1992. Menempatkan kambing dan domba sebagai alternatif pengurang tingkat kemiskinan di pedesaan. Dalam: Domba dan Kambing Untuk Kesejahteraan Masyarakat. Pros . Sara-sehan Usaha Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II, Kerjasama ISPI dan HPDKI Cabang Bogor .
PRANADJI,
2000 . Proposal Inti Program Pengkajian Sistem Usahatani TanamanTernak (Crop animal production system) . Puslitbang Petrnakan, Bogor .
PUSLITBANGNAK.
SARAN Perlu dicari upaya yang tepat untuk dapat memanfaatkan limbah tanaman padi bagi ternak domba, karena berpotensi dalam meningkatkan kelestarian sumber daya alam dan pendapatan petani . DAFTAR PUSTAKA BPTP
Sistem usahatani integrasi tanaman-ternak pada lahan sawah irigasi . Laporan Ahir Hasil Pengkajian . JAWA
BARAT.
2001 .
GUNAWAN . A ., H. BANJAR, Y. SURDIYANTO, dan S . L . MULYANTI . 2002 . Membangun sistem
usahatani integrasi tanaman-temak pada lahan sawah irigasi . Sistem Usahatani Integrasi Tanaman Ternak di Lahan Sawah . Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
D ., dan B . SETIADI . 1991 . Tingkat kematian anak domba di pedesaan pada kondisi daerah tepi pantai Cirebon . Pros. Seminar Pengembangan Peternakan dalam Menunjang Pembangunan Nasional . Fapet UNSOED Purwokerto.
PRIYANTO,
PRIYANTO D .,
S . WAHYUNI, A . SUPRIYANTO, ISBANDI dan T .B . MARDIATI . 1992 . Potensi daya dukung wilayah dalam usaha pengembangan ternak domba dan kambing pada dua kondisi agro-ekosistem padat ternak . Dalam Domba dan Kambing Untuk Kesejahteraan Masyarakat . Pros . Sarasehan Usaha Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II, Kerjasama ISPI dan HPDKI Cabang Bogor .
21