bab
MODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA
lima belas
MODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA Pendahuluan Di Indonesia, ternak domba diduga telah mulai dikenal sejak nenek moyang pertama bangsa Indonesia mendiami Indonesia. Adanya ternak domba asH Indonesia seperti domba ekor gemuk, domba Priangan, dan domba-domba Iokal lainnya yang tersebar di seluruh nusantara, memberi petunjuk bahwa nenek moyang pertama bangsa Indonesia telah melakukan domestikasi ternak domba. Menurut beberapa laporan tentang sejarah kerajaan tertua di Indonesia, kegiatan produksi dan perdagangan ternak domba merupakan salah satu kegiatan ekonomi tertua dalam sejarah masyarakat Jawa Barat Pada masa Kerajaan Sunda, kegiatan ekonomi yang berbasis pada ternak domba telah berkembang dan telah menjadi bagian dari kegiatan 6 (enam) kota pelabuhan di wilayah Kerajaan Sunda, yaitu: Bantam, Pontang, Cigede, Tamgara, Kelapa, dan Cimanuk. Bahkan kegiatan adu ketangkasan domba yang kita kenal di Jawa Barat dewasa mi telah mulai dikembangkan pada masa kejayaan Kerajaan Sunda.
171
bab_15.indd 171
Agribisnis Berbasis Peternakan
3/8/2010 8:47:44 AM
MODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA
Pengembangan kegiatan ekonomi berbasis ternak domba di Jawa Barat juga memperoleh perhatian semasa pemerintahan kolonial Belanda. Pada saat pemerintah kolonial Belanda memasuki Nusantara, mereka juga membawa ternak domba untuk kepentingan penyediaan daging bagi orang-orang Belanda. Salah satu bentuk pengembangan saat itu adalah dengan didatangkannya bangsa domba sub-tropis tipe wol (Merino, Rambouillet,Romney) dan tipe pedaging (Corridale, Soffolk). Diduga persilangan bangsa domba sub-tropis tersebut dengan domba lokal Priangan telah menghasilkan bangsa domba Garut yang kita kenal saat ini. Sejak awal Orde Baru, kegiatan ekonomi berbasis ternak domba semakin berkembang, baik di Jawa Barat maupun di luar Jawa Barat termasuk ke luar Jawa. Perkembangan kegiatan ekonomi berbasis ternak domba ke luar Jawa Barat ini dimungkinkan dengan adanya dukungan penyediaan bibit dari wilayah Jawa Barat. Di sisi lain, laju pertumbuhan konsumsi daging domba di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dalam kurun waktu 1969-1993, konsumsi daging domba meningkat rata-rata 5,6 per sen per tahun, Bahkan, pada kurun waktu 1990-1993, pertumbuhannya mencapai 7,5 persen. Peningkatan konsumsi daging domba tersebut juga disertai dengan peningkatan pangsa daging domba dalam struktur konsumsi daging nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa daging domba baru mencapai 3,6 persen dari total konsumsi daging diluar unggas, maka tahun 1993 meningkat menjadi 6,6 persen. Perkembangan kegiatan ekonomi berbasis ternak domba juga meluas pada diversifikasi produk (kulit dan produk kulit), Industri perkulitan memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian Indonesia. Secara nasional, nilai net ekspor industri perkulitan tahun 1994 mencapai US$ 1,7 milyar, dimana sekitar US$ 170 juta berasal dari kegiatan industri perkulitan yang mengolah kulit domba menjadi sepatu, alas kaki, dan barang-barang dari kulit (PSP IPB, 19%).
172
bab_15.indd 172
Agribisnis Berbasis Peternakan
3/8/2010 8:47:44 AM
MODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA
Data-data di atas menunjukkan bahwa kegiatan agribisnis ternak domba telah lama berkembang mengikuti perkembangan perekonomian nasional. Hanya saja, perkembangan agribisnis ternak domba yang ada masih terpisah-pisah (belum terkoordinasi dalam suatu sistem), sehingga perkembangannya tidak secepat yang diharapkan dan pembagian manfaat yang ditimbulkannya belum proporsional. Dalam hal ini pelaku agribisnis yang berada pada bagian hilir (pedagang, pengusaha kulit) menikmati manfaat yang relatif besar, sementara para peternak hanya menikmati manfaat yang relatif keciL Selain itu, peluang-peluang pasar yang telah lama terbuka di berbagai kawasan internasional, seperti Timur Tengah dan ASEAN belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Meskipun demikian, kegiatan ekonomi ternak domba yang ada dapat dijadikan sebagai landasan pengembangan agribisnis ternak domba yang lebih modern di masa yang akan da tang. Dengan melihat kegiatan ekonomi yang terpisah-pisah itu sebagai suatu sistem agribisnis maka kita dapat mengarahkan kegiatan ekonomi ternak domba untuk memanfaatkan peluangpeluang pasar di berbagai kawasan internasional.
Sistem Agribisnis Ternak Domba Kegiatan ekonomi her basis ternak domba yang terpisahpisah tersebut di atas tidak terlepas dari paradigma lama pembangunan peternakan yang kita gunakan di masa lalu. Pada paradigma lama, peternakan hanya kita lihat secara terbatas yaitu sebagai usaha peternakan (on-farm), sehingga pembangunan peternakan juga hanya terbatas pada usaha peternakan. Cara melihat peternakan yang terbatas itu, tidak sesuai lagi dengan perkembangan peternakan yang ada, dimana sebagian besar sarana produksi peternakan (sapronak) berasal dari luar usaha peternakan dan produksinya berorientasi pasar. Oleh sebab itu, untuk mengembangkan kegiatan ekonomi berbasis ternak domba di masa yang akan datang, kita perlu mengubah paradigma lama tersebut ke paradigma baru yang melihat kegiatan ekonomi berbasis ternak domba sebagai suatu sistem agribisnis.
173
bab_15.indd 173
Agribisnis Berbasis Peternakan
3/8/2010 8:47:44 AM
MODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA
Suatu sistem agribisnis ternak domba dapat dibagi atas 4 (empat) subsistem, yaitu: (1) subsistem agribisnis hulu (upstream off-farm agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi (produksi, perdagangan) yang menghasilkan sapronak seperti pembibitan domba, usaha/industri pakan, industri obat-obatan, industri inseminasi buatan, dan Iain-lain, beserta kegiatan perdagangannya; (2) subsistem agribisnis budidaya ternak domba (on-farm agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi yang selama ini kita sebut sebagai usaha ternak domba; (3) subsistem agribisnis hilir(doumstream off-farm agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah dan memperdagangkan hasil usaha ternak domba, Kedalam subsistem ini termasuk industri pemotongan ternak domba, industri pengalengan daging domba, industri pengawetan kulit mentah domba, industri penyamakan kulit, industri sepatu dan alas kaki, industri barang-barang kulit beserta kegiatan perdagangan, baik domestik rnaupun ekspor; (4) subsistem jasa penunjang (supporting institution), yaitu kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis ternak domba seperti perbankan, asuransi, transportasi, penyuluhan, puskesnak, holding ground, kebijakan pemerintah (Dinas Peternakan), lembaga pendidikan dan penelitian, dan Iain-lain. Dengan sistem agribisnis ternak domba yang demikian, maka pembangunan ekonomi berbasis ternak domba adalah membangun keempat subsistem tersebut secara simultan dan konsisten, Hal ini perlu dilakukan karena daya saing agribisnis ternak domba tidak hanya ditentukan oleh satu subsistem saja, akan tetapi ditentukan oleh keseluruhan subsistem tersebut. Sebagai contoh, ternak domba yang berkualitas tinggi yang dihasilkan dari agribisnis hulu, tidak akan bermanfaat optimal bila tidak disertai dengan teknologi fattening yang baik pada budidaya dan teknologi pengolahan dan cara pemasaran yang baik pada agribisnis hilir dan sebaliknya. Contoh Iain adalah kualitas kulit domba yang bermutu tinggi (tanpa cacat) tidak mungkin diperoleh bila tidak didukung oleh teknik pemotongan dan teknik pemeliharaan ternak domba yang baik. Dengan kata lain, keragaan produk akhir dari ternak domba ditentukan oleh keragaan sistem agribisnis mulai dari hulu hingga ke hilir.
174
bab_15.indd 174
Agribisnis Berbasis Peternakan
3/8/2010 8:47:44 AM
MODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA
Dengan melihat kegiatan ekonomi berbasis ternak domba sebagai suatu sistem agribisnis, maka agribisnis ternak domba da pat memanfaatkan keunggulan komparatif secara lintas wilayah melalui pengembangan subsistem yang relevan pada wilayah yang bersangkutan. Dengan demikian terbuka kesempatan untuk mengembangkan model kemitraan (aliansi) wilayah dalam pengembangan agribisnis ternak domba.
Model Kemitraan Wilayah Agribisnis Ternak Domba Di masa lalu agribisnis ternak domba nasional masih terbatas pada orientasi pasar domestic sehingga perkembangannya relatif lamban. Di masa yang akan datang, agribisnis ternak domba perlu diarahkan agar mampu memanfaatkan peluang pasar internasional Pasar hasil ternak domba cukup terbuka di berbagai kawasan internasional seperti kawasan Timur Tengah, ASEAN dan Asia Timur (Tabel 9). Untuk memanfaatkan peluang-peluang pasar di berbagai kawasan internasional, perlu dikembangkan pola kemitraan (aliansi) wilayah agribisnis ternak domba, dimana wilayah Jawa Barat khususnya wilayah Garut, berfungsi sebagai wilayah penyedia bibit/bakalan ternak domba. Arah pengembangan sistem agribisnis ternak domba di masa yang akan datang dapat dilihat pada Gambar 2. Model kemitraan wilayah agribisnis ternak domba yang prospektif untuk dikembangkan di masa yang akan datang adalah sebagai berikut Pertama, kemitraan wilayah antara Jawa Barat dengan wilayah Sumatera Utara-Aceh untuk memanfaatkan peluang pasar di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Dalam pola ini, wilayah Jawa Barat khususnya wilayah Garut berperan sebagai penyedia bakalan/bibit domba yang akan digemukkan di kawasan perkebunan Aceh dan Sumatera Utara. Wilayah Sumatera Utara dan Aceh memiliki sumberdaya pakan yang relatif melimpah, baik hijauan (cover crop perkebunan), limbah
175
bab_15.indd 175
Agribisnis Berbasis Peternakan
3/8/2010 8:47:44 AM
MODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA
perkebunan (bungkil inti sawit, sludge, pucuk tebu, dan IainIain) serta biji-bijian. Dengan mengembangkan subsistem budidaya penggemukan di wilayah Sumatera Utara - Aceh dan didukung penyediaan bibit/bakalan dari Jawa Barat agribisnis ternak domba nasional diharapkan dapat memanfaatkan peluang pasar ternak domba nasional, peluang pasar ternak domba di kawasan Timur Tengah, bahkan kawasan Afrika. (TABEL 9. HAL 139) Kedua, kemitraan wilayah antara Jawa Barat dengan wilayah Riau dan Sumatera Selatan untuk memanfaatkan peluang pasar
9. nsi Pasar Daging Domba dan Domba Hidup di Kawasan Timur Tengah, Asia Timur dan ASEAN/AFTA tahun 1990-2005
1990
1991
l Timur Tengah l Asia Timur l ASEAN/AFTA l
96.7 84.9 15046 15227.6
136.1 86.9 14556 14779
l Timur Tengah l Asia Timur l ASEAN/AFTA l
1.8 66210 75595.2
2.9 70640 79342.5
Tahun 1992 1993 1994 Daging Domba (000 metrik ton) 149.1 109.5 96.7 96.7 181.3 77.5 17943 17044 17507 18188.8 17334.8 17681.2 Domba Hidup (000 ekor)
Trend
2.4 73110 82222.4
1.4 54230 67907.2
1.4 66620 78779.5
1997
Proyeksi 2003
2005
3 11 4.4
105.3 102.9 19833 20041.2
122.7 153.9 24486 24762.6
128.5 170.9 26037 26336.4
0.35 1.8
1.4 70223 85706.3
1.4 77428 99559
1.4 79830 104177
ber : Diolah dari FAO Yearbook : Trade (berbagai terbitan), PSP-LP IPB (1996) 39.
ternak domba di kawasan segitiga per turn buhan SIJORI (Singapura, Johor, Riau). Di wilayah Riau dan Sumatera Selatan dewasa ini sedang berkembang pesat usaha perkebunan yang juga memiliki potensi sumber pakan yang cukup besar dan dapat dimanfaatkan untuk penggemukan ternak domba, Ketiga, kemitraan wilayah antara Jawa Barat dengan wilayah Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, untuk
176
bab_15.indd 176
Agribisnis Berbasis Peternakan
3/8/2010 8:47:45 AM
MODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA
memanfaatkan peluang pasar ternak domba di wilayah Malaysia Timur, Brunei Darussalam, dan kawasan Asia Timur. Wilayah Kalimantan Barat dan Tengah memiliki areal perkebunan yang luas sebagai sumber pakan, Selain itu, pembukaan lahan gambut satu juta hektar di Kalimantan Tengah, pada gilirannya akan menghasilkan sumber-sumber pakan ternak, baik sebagai produk sampingan (by product) tanaman pertanian, maupun penanaman rumput hijauan untuk memperkuat bangunan tanggul irigasi di lahan gambut, Dengan mengembangkan usaha penggemukan di wilayah Kalimantan Barat dan Tengah yang didukung oleh penyediaan bakalan dari wilayah Jawa Barat, agribisnis domba nasional dapat memanfaatkan peluang pasar di kawasan Malaysia Timur, Brunei Darussalam, dan Asia Timur.
TA tahun 1990-2005
royeksi 2003
2005
122.7 153.9 24486 4762.6
128.5 170.9 26037 26336.4
1.4 77428 99559
1.4 79830 104177
(GAMBAR 2. HAL 140)
Untuk memudahkan agribisnis ternak domba nasional memasuki pasar di berbagai kawasan tersebut kita perlu mempromosikan peluang agribisnis domba kepada para investor negara-negara tujuan ekspor domba sedemikian rupa, sehingga bersedia menanamkan modainya pad a agribisnis domba polakemitraan wilayah tersebut. Pada pola kemitraan Jawa Barat dengan Aceh-Sumatera Utara, kita dapat mengundang investor Timur Tengah untuk rnenanamkan modalnya pada usaha penggemukan maupun pembibitan ternak domba. Demikian juga pada pola kemitraan Jawa Barat dengan Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, kita dapat mengundang pengusaha Brunei Darussalam dan Malaysia untuk menanamkan
177
bab_15.indd 177
Agribisnis Berbasis Peternakan
3/8/2010 8:47:45 AM
MODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA
modalnya baik pada penggemukan ternak domba maupun pada pembibitan. Untuk mendukung kemitraan wilayah agribisnis ternak domba yang telah diuraikan di atas, maka wilayah Jawa Barat khususnya wilayah Garut harus mengembangkan industri pembibitan ternak domba disamping meningkatkan kapasitas pembibitan yang sudah ada. Dalam hal ini industri Grand Parent Stock (GPS) sebaiknya ditangani oieh pemerintah melalui pusat pembibitan ternak domba seperti BPT-HMT Margawati, selain membangun beberapa pusat pembibitan ternak domba lainnya. Sementara pada industri Parent Stock (PS) sebaiknya dikembangkan dengan melibatkan pihak swasta. Kerjasama pemerintah dan pihak swasta memegang peranan penting dalam penyediaan domba bibit (Final Stock) untuk mendukung kemitraan wilayah agribisnis ternak domba di Indonesia. Dalam pelaksanaan kemitraan wilayah agribisnis ternak domba, kepentingan peternak yang berada pada subsistem budidaya penggemukan domba harus menjadi salah satu perhatian utama. Selama ini dalam tataniaga ternak domba (domba potong dan bibit), peternak belum memperoleh manfaat yang proporsional dari tataniaga ternak domba dan produknya seperti kulit domba. Untuk meningkatkan manfaat yang diterima peternak dalam pengembangan kemitraan wilayah agribisnis ternak domba tersebut, maka perlu dibentuk suatu wadah koperasi agribisnis di tingkat peternak. Koperasi agribisnis ini berperan untuk mernudahkan akses peternak dalam memperoleh pakan dan obat-obatan ternak. Disamping itu, koperasi ini sebaiknya juga memiliki industri pemotongan ternak domba, dan atau jika memungkinkan industri pengawetan kulit mentah basah. Dengan adanya industri pemotongan ternak domba di tingkat peternak melalui wadah koperasi, maka peternak akan memperoleh manfaat dari kulit domba dengan mengumpulkan kulit mentah basah untuk bahan baku industri pengawetan kulit mentah basah. Dengan demikian, industri penyamakan
178
bab_15.indd 178
Agribisnis Berbasis Peternakan
3/8/2010 8:47:45 AM
MODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA
kulit dan industri produk jadi asal kulit domba hanya bisa memperoleh kulit mentah basah yang telah diawetkan melalui koperasi peternak. Dengan memperoleh manfaat dari kulit domba, peternak akan mempunyai insentif untuk melakukan praktek penggemukan ternak domba yang dapat menghasilkan kulit domba yang berkualitas baik. Namun demikian, bagaimana model koperasi agribisnis ternak domba yang perlu dikembangkan di tingkat peternak masih memerlukan studi danpengkajian lebih lanjut, baik di wilayah Jawa Barat maupun di wilayah pengembangan yang baru, seperti Sumatera Utara-Aceh, Riau-Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat-Kalimantan Tengah.
179
bab_15.indd 179
Agribisnis Berbasis Peternakan
3/8/2010 8:47:45 AM
MODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA
180
bab_15.indd 180
Agribisnis Berbasis Peternakan
3/8/2010 8:47:45 AM