Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
PENGKAJIAN SISTEM INTEGRASI JAGUNG-SAPI DI PROVINSI GORONTALO DENGAN MODEL KEMITRAAN RASALI . H . MATONDANG' dan M . RUSL,yADIZ 'Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan J1 Raya Pajajaran, Bogor 16143, Jawa Barat 'Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo Jl. Kopi No. 270 Kecamatan Tilong Kabila Kabupaten Bone Bolango Gorontalo - 96183
ABSTRAK Provinsi Gorontalo sebagai salah satu provinsi baru mempunyai potensi pertanian yang cukup besar untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian, seperti tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan . Dalam rangka pengembangan program agropolitan, jagung dijadikan komoditas unggulan . Lahan kering potensial di Provinsi Gorontalo cukup luas bila dibandingkan dengan lahan-lahan berpengairan teknis, yaitu 437 .597,59 ha vs lahan sawah potensial sekitar 26 .055,5 ha ditrambah lahan kering yang belum dimanfaatkan sekitar 312 .138,81 ha atau 71,33%. Metodologi yang digunakan dalam pengkajian ini, yaitu melakukan identifikasi permasalahan dan kendala dalam usahatani jagung serta peluang mengatasinya dilaksanakan dengan metoda participatory rural appraisal (PRA) terutama pilihan komponen teknologi PTT di agroekosistem kering, Kabupaten Boalemo . PRA dilaksanakan di lokasi yang dominan tanaman jagung oleh tim peneliti dari berbagai disiplin ilmu dan dilaksanakan bersama-sama dengan 12 orang petani dan petugas di tingkat kecamatan . Pengkajian integrasi sistem tanaman-ternak dikelola secara terintegrasi dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) . Ada tiga komponen teknologi utama yaitu: (1) Teknologi budidaya ternak, terdiri dari : sistem pengandangan ternak secara berkelompok, teknologi peningkatan kelahiran anak melalui aplikasi teknologi IB (bila dipandang perlu) dan teknologi pemberian pakan ; (2) Teknologi budidaya jagung, melalui pendekatan PTT ; dan (3) Teknologi pengolahan jerami/sisa tanaman jagung dan kompos serta teknologi untuk menyimpan dan meningkatkan mutu gizi jerami melalui sistem fermentasi . Dari basil survai PRA dapat disimpulkan, antara lain adalah: (1) produksi jagung pada tingkat petani sebesar 4 ton/ha dengan keuntungan sebesar Rp . 940.000,- setiap panen ; (2) penggunaan air sungai untuk pengairan belum dimanfaatkan ; (3) infrastruktur masih terbatas ; (4) pola tanam di Desa Pangeya yaitu: padi ladang-bera dan palawija - bera; (5) tanaman yang dominan adalah jagung ; (6) limbah hasil panen belum digunakan secara maksimal ; (7) kotoran ternak belum dimanfaatkan ; (8) daerah penelitian berpeluang cukup besar untuk pengembangan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan melalui berbagai bentuk intervensi, seperti intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi dengan mempertimbangkan penggunaan lahan yang telah ada (existing land use) . Dari basil pengkajian sistem integrasi jagung-sapi dapat diinformasikan beberapa kesimpulan : (1) tinggi tanaman jagung varietas Lamuru lebih pendek dari jagung varietas Bisma, Semar-10 dan sukmaraga ; (2) tinggi tongkol tertancap pada batang, untuk varietas Bisma dan Lamuru lebih rendah dibandingkan dengan Semar-10, dan Sukmaraga ; (3) panjang tongkol keempat varietas relatif sama ; (4) varietas Lamuru, Semar- 10, dan Sukmaraga mempunyai skor klobot 2 dan Bisma skor klobot 1 ; (5) varietas Semar dan Sukmaraga mempunyai bobot tongkol yang paling berat dibandingkan Bisma dan Lamuru; (6) jumlah bans biji per tongkol semar lebih sedikit dibandingkan dengan yang lainnya; (7) kadar air masih tinggi dibandingkan dengan pengkajian di Tenilo demikian pula produksi dan produktivitas lebih rendah dibandingkan dengan hasil kajian di Tenilo ; (8) bibit sapi Bali sebanyak 12 ekor termasuk kelas diantara I dan II ; (9) sebanyak 9 ekor sapi telah bunting 2 bulan yang diperkirakan beranak pada bulan Juni 2004 Pada pengukuran ke III dimana semua kriteria peubah yang diukur menunjukkan peningkatan . Selanjutnya saran yang perlu diperhatikan antara lain, pemberdayaan kelembagaan dan peningkatan kualitas SDM ; pendampingan teknologi dan penyuluhan yang professional ; kemitraan dengan swasta untuk pemasaran dan penyediaan input; jaminan keamanan, kepastian berusaha serta dukungan kebijakan eksponimpor . Perlu antisipasi terhadap penyediaan air terutama pada tanaman yang masih berumur muda di musim kemarau. Kata kunci : Jagung, sapi, integrasi
107
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
PENDAHULUAN Kebutuhan jagung untuk bahan makanan, pakan, dan industri terus meningkat . Rataan impor jagung Indonesia selama 1995-1999 mencapai 715 .000 ton per tahun, sedangkan ekspornya hanya mencapai 160 .000 ton . Jagung sebagai bahan pakan hijauan (forage) telah menimbulkan minat banyak pihak untuk pengembangan jagung yang lebih luas . Provinsi Gorontalo sebagai salah satu provinsi baru mempunyai potensi pertanian yang cukup besar untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian, seperti tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan . Dalam rangka pengembangan program agropolitan, jagung dijadikan komoditas unggulan utama. Luas tanam jagung di Provinsi Gorontalo dari tahun 1999 sampai dengan 2002 tidak memperlihatkan peningkatan yang signifikan, walaupun tingkat produktivitas cenderung meningkat . Bila dibandingkan dengan lahanlahan berpengairan teknis, lahan kering di Provinsi Gorontalo cukup luas, yaitu sekitar 437 .597 ha dibandingkan dengan lahan irigasi teknis sekitar 26 .055 ha ditambah lahan kering yang belum dimanfaatkan sekitar 312 .138 ha atau 71,33% (ANONIMOUS, 2002) . Potensi lahan kering merupakan pilihan berikutnya setelah lahan basah untuk mendukung ketahanan pangan dan peningkatan pendapatan petani . Dalam pemanfaatan lahan kering penerapan pola usahatani terpadu sangat penting, terutama bila diinginkan adanya tanaman pangan semusim . Usahatani pada lahan kering marginal yang bertumpu hanya pada tanaman pangan saja tidak akan memenuhi kebutuhan keluarga tani dan juga tidak menjamin kelestariannya. Ini disebabkan kompleksnya interaksi faktor-faktor pembatas sumberdaya lahan dan Iingkungan, antara lain rendahnya produktivitas lahan, rendahnya efisiensi pemupukan, tingginya serangan hama/penyakit serta rendahnya efisiensi pemasaran hasil pertanian. Selain itu, pendapatan petani juga dibatasi oleh kurangnya modal kerja, sempitnya lahan garapan, dan teknologi yang kurang sesuai . Oleh karena itu, diperlukan suatu pola usahatani yang dapat mengantisipasi beberapa permasalahan tersebut .
108
Penelitian sistem integrasi padi-ternak (SIPT) sebelumnya telah dilakukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, D .I . Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Bali, NTB, dan Sulawesi Selatan di lahan sawah irigasi . Sistem integrasi tanaman ternak (integrated crop livestock system) harus dikelola secara terintegrasi antara teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) dengan ternaknya . Sistem integrasi tanaman-ternak dengan pendekatan zero waste merupakan penyempurnaan dari sistem intensifikasi padi yang telah berkembang di kalangan masyarakat pedesaan . Ada tiga komponen teknologi utama, yaitu : 1 . Teknologi budidaya ternak, terdiri atas sistem pengandangan ternak secara berkelompok, teknologi peningkatan frekuensi kelahiran anak melalui aplikasi teknologi inseminasi buatan (IB) dan teknologi pemberian pakan . 2 . Teknologi budidaya jagung melalui pendekatan PTT . 3 . Teknologi pengolahan pakan ternak dan kompos serta teknologi penyimpanan dan peningkatan mutu gizi pakan . Implementasi komponen-komponen teknologi tersebut di setiap lokasi kegiatan SITT perlu didukung melalui pembangunan kandang ternak kelompok, bangunan tempat pengolahan pakan ternak, kompos, dan gudang tempat penyimpanan pakan ternak yang telah diproses (PUSLITBANGNAK, 2002) . Teknologi SITT mempunyai nilai keuntungan yang tinggi dari hasil utama berupa kompos untuk perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah lahan sawah . Dari aspek sosial, pengembangan sistem ini dapat menekan perkembangan penyakit ternak, mengurangi pencurian ternak, dan yang lebih penting meningkatkan kepercayaan petani karena meningkatnya asset yang mereka miliki (PUSLITBANGNAK, 2002) . Keadaan populasi sapi di Provinsi Gorontalo meningkat dari tahun ke tahun, namun demikian produksi daging belum memenuhi kebutuhan daging yang juga meningkat setiap tahun . Rendahnya peningkatan populasi ini mendapat perhatian yang besar dari Pemda Provinsi Gorontalo . Upaya mengatasi masalah populasi tersebut, maka pada awal bulan Agustus tahun 2003 Gubernur Gorontalo mencanangkan penggunaan Inseminasi Buatan dengan harapan pada tahun
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
2004 jumlah sapi dapat meningkat menjadi satu juta ekor sapi . Untuk mengatasi soil sickness yang mengakibatkan menurunnya produktivitas lahan dapat diatasi dengan penambahan bahan organik . Sebagai sumber bahan organik digunakan brangkasan jagung . Brangkasan jagung dengan pupuk kandang akan menghasilkan kompos yang lebih baik.Oleh sebab itu, introduksi ternak(sapi)ke ekosistem lahan kering mempunyai efek sinergis dimana brangkasan jagung dapat dijadikan pakan ternak dan sebagian dengan tambahan pupuk kandang dapat diolah menjadi kompos . Kompos untuk memperbaiki soil sickness menjadi tersedia in situ dan sekaligus petani mendapat nilai tambah dari pertambahan populasi ternak maupun daging . Di samping itu penyerapan tenaga kerja juga meningkat dan distribusi tenaga kerja menjadi lebih merata . Pemecahan ke tiga masalah yang disebutkan di atas, diperlukan paket teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas jagung yang masih rendah, produktivitas lahan yang semakin menurun dan pencapaian sejuta ekor sapi pada tahun 2004 . Maka salah satu cara yang dikaji adalah SITT dengan pendekatan zero waste karena sistem ini mencakup beberapa teknologi, yaitu : teknologi budidaya jagung, teknologi budidaya ternak dan teknologi pengolahan sisa tanaman jagung untuk pakan ternak dan kompos . Disamping itu, budidaya tanaman hijauan pakan ternak juga dikaji sebagai teknologi alternatif dalam sistem pengelolaan tanaman terpadu (PTT) .
produktivitas per hektar menduduki tempat terendah dibandingkan limbah-limbah lain. Namun, perkiraan produksi gizi per hektar dari jerami jagung ternyata menduduki tempat kedua setelah jerami padi didasarkan atas nilai bahan kering tercerna BKT (digestible dry matter-DDM) dan bahan organik tercerrna BOT (digestible organic matter-DOM) (TANGENJAYA dan GUNAWAN, 1988) . Jerami jagung yang terdiri dari daun dan batang, setelah panen termasuk daun tongkol dapat merupakan makanan ternak ruminansia. Seluruh tanaman dapat diberikan kepada ternak manakala jagung tidak bisa dipanen, misalnya karena akibat kemarau panjang . Tanaman jagung yang ideal untuk dicacah sebagai pakan ternak adalah jagung yang berumur 75-85 hari termasuk bagian buah/tongkolnya . Dalam stadia ini "bahan kering" tanaman sudah cukup optimum, kandungan air tidak terlalu tinggi, dan daya cerna sudah cukup balk . Kandungan nutrisi jerami jagung masih lebih baik daripada kandungan nutrisi jerami padi yang ditandai dengan kandungan protein kasar berturut-turut sebesar 7,4% vs 4,5% .
Tujuan
Pada lokasi kegiatan dibangun kandang ternak untuk 12 ekor sapi dengan ukuran 8 m x 14 m, bangunan tempat pengolahan jerami menjadi kompos ukuran 4 m x 10 m bangunan tempat pengolahan jerami padi menjadi pakan ternak ukuran 4 m x 10 m, dan gudang tempat penyimpanan pakan ternak yang telah diproses ukuran 4 m x 8 m . Lokasi bangunan berada pada areal lahan dengan luas 4500 m 2 . Dana untuk pengadaan bangunan dilakukan secara kemitraan dengan petani . Pemilihan lokasi berdasarkan pada hasil karakterisasi dan analisis zona agro ekosistem (ZAE) di Provinsi Gorontalo (BP 2TP, 2002) dan kegiatan PRA yang melibatkan 12 orang petani kooperator . Dari hasil kedua kegiatan dengan mempertimbang-kan akan dibangun 4
Model pengembangan usahatani jagung dan sapi secara terpadu dilahan kering dengan model kemitraan. Dasar pertimbangan Jagung dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan limbah jagung sebagai pakan ternak, meski belum dimanfaatkan secara penuh . Penggunaan limbah lebih lanjut akan banyak membutuhkan teknologi baru seperti pengolahan dan pengawetan limbah, penyimpanan sederhana tetapi murah harganya seperti silo . Perkiraan produksi limbah jagung dibandingkan dengan limbah lainnya secara
Keluaran yang diharapkan Alternatif paket teknologi Sistem Integrasi Tanaman Ternak dan Sistem Penglolaan Tanaman Terpadu pada sistem usahatani tahan kering yang dapat meningkatkan pendapatan petani. MATERI DAN METODE
109
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
unit bangunan dalam satu lokasi, Desa Pangeya telah dipilih yang secara administratif termasuk wilayah Kecamatan Wonosari . Petani kooperator yang terlibat dalam penelitian ini adalah petani yang memiliki luas lahan minimal 1 hektar lahan kering dengan tanaman jagung sebagai tanaman dominan . Disamping itu, petani kooperator telah berpengalaman memelihara sapi, rata-rata memiliki satu ekor sapi . Pada penelitian ini, setiap petani kooperator ternak mendapat bantuan benih jagung varietas Lamuru sebanyak 23,33 kg untuk luas lahan I hektar dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm dan setiap lubang dimasukkan 2 butir bibit jagung . Pada umur 21 hari dilakukan penjarangan, sehingga satu lubang satu tanaman . Dengan demikian jumlah tanaman dalam satu petak 40 tanaman, dengan luasan 4 x 6 m . Pemberian pupuk tanggung jawab petani dengan dosis pemupukan, yaitu : I urea-SP 36-KC1 (100200-100) kg/ha dan pemupukan II hanya menggunakan pupuk urea sebanyak 200 kg/ha . Pencegahan penyakit yang mungkin terjadi telah disediakan pestisida . Disamping mendapat bibit jagung, petani kooperator juga diberikan ternak masingmasing satu ekor sapi betina Bali berumur 2 tahun dengan bobot hidup ± 200 kg (slap kawin) . Dengan demikian jumlah sapi yang dipelihara petani 12 ekor. Sistem pemeliharaan adalah gaduhan yang telah disepakati dan dituangkan dalam surat perjanjian pemeliharaan ternak sapi . Bahan pakan yang diberikan untuk setiap hari per ekor sapi adalah jerami jagung yang difermentasi 5-6 kg, dedak padi 3 kg (R1 = 6 ekor sapi), rumput atau jerami jagung 10% dari bobot hidup, dan konsentarat 1,5% bobot hidup (R2 = 6 ekor sapi ) . Peralatan yang digunakan untuk mencacah jerami jagung adalah mesin chopper . Pencegahan penyakit menggunakan obat cacing, antibiotik, vaksin Brucella, dan vitamin diperlukan . Pada lahan di sekitar kandang dilakukan pengkajian terhadap 4 varietas jagung, yaitu : Lamuru, Bisma, Sukmaraga (jagung bersari bebas), dan Semar-10 (hibrida) dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm dengan 3 ulangan dan ukuran setiap petak adalah 3 m x 4 m per ulangan . Jumlah seluruh petakan sebanyak 144 petak dan setiap petani bertanggung jawab terhadap 12 petak . Pemberian pemupukan I per
1 10
petak masing-masing urea = 120 gram, SP-36 = 240 gram dan, KCI = 120 gram dan pemupukan II hanya menggunakan urea 240 gram per petak pada umur 30 hari setelah tanam . Pencegahan penyakit menggunakan Furadan 3G . Data yarg dikumpulkan terdiri dari tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah tanaman, jumlah tongkol, skor klobot, bobot tongkol, jumlah baris biji per tongkol, tinggi tertancap tongkol, panjang tongkol, bobot biji basah, bobot biji kering, bobot 100 biji, dan kadar air . Sedangkan untuk sapi induk, data yang dikumpulkan, yaitu : tinggi pundak, lingkar dada, panjang dada, dalam dada (jarak lurus tulang dada dari kiri luar ke kanan), dan lebar dada (jarak kaki depan antara kiri dan kanan bagian dalam) . Pengukuran dilakukan setiap satu bulan . Lama kebuntingan, penimbangan anak dan interval berahi kembali setelah beranak juga dicatat. Data lingkungan yang dikumpulkan terdiri dari dari curah hujan, suhu, kelembaban, dan jenis tanah di analisis di laboratorium . Data sosial dan ekonomi terdiri dari profil rumah tangga petani, penggunaan input produksi, curahan tenaga kerja pria dan wanita, modal usahatani, aset produksi maupun non produksi, keragaan usahatani yang sedang dikaji, dan persepsi dan penerimaan petani . Data yang dikumpulkan diolah dan ditabulasi, selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan analisis statistik . Untuk mengetahui hubungan fungsional antara nilai produksi (output) dengan masukan (input) yang mempengaruhinya digunakan analisis regresi linier berganda bentuk produksi cobb douglas .
HASIL DAN PEMBAHASAN Integrasi jagung-sapi Hasil pengkajian terlihat pada Tabel 1 . Produksi jagung per hektar dengan pemupukan urea 300 kg/ha, SP-36 200 kg/ha dan KCI 100 kg/ha dengan penambahan pupuk kompos 4 ton/ha lebih tinggi dibandingkan dengan hanya menggunakan pupuk anorganik urea 300 kg/ha, SP-36 200 kg/ha dan KCI 100 kg/ha tanpa penambahan pupuk kompos . Namun demikian standar produksi jagung verietas Lamuru yang
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
ditanam belum tercapai . Hal ini disebabkan penggunaan pupuk kompos masih relatif rendah . Disamping itu, biomassa dari tanaman
jagung yang diberi pupuk organik lebih berat dibandingkan dengan pemberian pupuk anorganik (Tabel 1) .
Tabel 1 . Rataan panjang tongkol kupasan, bobot tongkol kupasan, bobot biji per tongkol, bobot kering pipil, kadar air dan produksi jagung Lamuru di Desa Pangeya, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo MK . 2004 Perlakuan Organik Anorganik Pangeya*
Panjang Bobot Bobot tongkol tongkol biji per kupasan (cm) kupasan (gram) tongkol (gram) 17,6 210 172,5 14,3 150 127,5 13,8 150 129,2
Bobot kering pipil per kadar air tongkol (gram) 147,5 113,0 98,3
14,1 11,4 23,6
Produksi ton/ha 6,62 4,92 4,07
Keterangan : *Rata-rata produksi pada lahan petani (12 ha)
Bobot rata-rata jerami jagung sebagai sumber pakan sapi pengganti rumput sebesar 121,25 gram per batang. Untuk luas lahan satu (1) hektar dapat menghasilkan jerami jagung 8 ton per musim tanam yang dapat menampung satu ekor sapi dewasa per tahun dengan bobot hidup 200 kg . Sedangkan jagung yang diberi pupuk anorganik hanya 6,8 ton per hektar per musim, kurang 200 kg untuk dapat menampung sapi 1 ekor selama satu tahun dengan bobot hidup yang sama . Apabila dalam satu tahun tanaman jagung dua kali tanam
berarti dapat menampung sapi dewasa sebanyak 2 ekor . Dengan demikian petani dapat memelihara sapi dewasa sebanyak 3 ekor dengan memanfaatkan rumput selama musim hujan . Total jumlah ternak yang dapat dipelihara petani dalam satu tahun sebanyak 3 ekor sapi dewasa dan 3 ekor anak sapi . Oleh karena itu, pengelolaan pakan sangat diperlukan agar jumlah kepemilikan dapat ditingkatkan yang selanjutnya dapat meningkatkan pendapatan petani .
Tabel 2 . Rataan bobot jerami jagung, bobot tongkol + klobot, dan biomas pada dua macam pemupukan di Desa Pangeya, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo MK . 2004 Ulangan
Pemupukan organik Bobot Bobot jerami jagung tongkol + klobot
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rataan
125 105 65 230 155 150 172,5 65 70 75 121,25
270 225 150 335 225 300 270 142,5 175 257,5 235
Teknologi pemberian pakan ternyata dapat mempercepat pertumbuhan yang dapat dilihat pada Tabel 3 . Disamping pertumbuhan yang lebih baik ternyata dalam 2 bulan pemeliharaan sapi dara (calon induk) sudah dapat dikawinkan. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi pakan dapat mempercepat pertumbuhan yang
Pemupukan anorganik Bobot Bobot Biomass Biomass jerami jagung tongkol + klobot gram 395 80 200 280 330 75 180 255 215 90 75 165 565 110 180 290 380 95 150 245 450 160 140 300 442,5 75 100 175 207,5 105 155 260 245 180 190 370 332,5 65 165 230 356,25 103,5 153,5 257 kemudian memperbaiki alat-alat reproduksi sapi betina dewasa .sehingga tingkat kelahiran sapi menjadi meningkat . Disamping itu lama pemeliharaan juga diperpendek yang berarti menghemat penggunaan pakan yang selanjutnya akan meningkatkan pendapatan petani Tabel 4 dan 5 .
11 1
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Tabel 3 . Rataan persentase pertumbuhan lingkar dada, tinggi pundak, panjang dada, dalam dada, dan lebar dada pada sapi Bali calon induk yang diberikan jerami jagung tanpa dan fermentasi di Desa Pangeya, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo, 2004 Perlakuan Jerami jagung tanpa fermentasi Jerami jagung fermentasi
Lingkar dada 10,41
Tinggi pundak 8,09
Panjang badan 12,75
Dalam dada 11,42
Lebar dada 27,58
11,00
0
13,3
18,8
27,80
Tabel 4 . Rataan biaya dan pendapatan pemeliharaan satu ekor sapi calon induk ras Bali selama 14 bulan dengan pemberian pakan jerami jagung tanpa fermentasi + konsentrat di Desa Pangeya, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo, 2004 Uraian Jumlah (unit) I . Biaya produksi sapi bibit nilai awal tahun: Bibit sapi I ekor Tenaga kerja (HOK) 425 HOK Jerami jagung 125 kg/14 bl/ekor . Obat/vaksin 8500 kg/14 bl/ekor Listrik dan air 1 unit Lainnya Jumlah II. Penerimaan: Penjualan sapi 1 ekor 1 ekor (umur 5 bulan) Kelahiran Nilai akhir Penjualan pupuk kandang 5 kg x 425 hari kering Jumlah III. Keuntungan Benefit cost ratio (B/C) Keterangan : Diasumsikan bila sapi dijual
Harga (Rp/unit)
Nilai (Rp)
2 .250 .000 1500 530 100 50.000
2 .250 .000 637 .500 675 .750 850 .000 50 .000 4 .463 .250
3 .000 .000 1 .750 .000 100
3 .000 .000 1 .750 .000 212 .500 4 .962 .500 499 .250 0,10
Tabel 5 . Rataan biaya dan pendapatan pemeliharaan satu ekor sapi calon induk ras Bali selama 14 bulan dengan pemberian pakan jerami jagung fermentasi + konsentrat di Desa Pangeya, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo, 2004 Uraian I . Biaya produksi sapi bibit Nilai awal tahun Bibit sapi Tenaga kerja (HOK) Pakan konsentrat: Jerami jagung fermentasi Obat/vaksin Listrik dan air Lainnya Jumlah II. Penerimaan : Penjualan sapi Kelahiran Nilai akhir : Penjualan pupuk kandang kering Jumlah III. Keuntungan Benefit cost ratio (B/C) Keterangan : Diasumsikan bila sapi dijual
1 12
Jumlah (unit)
Harga (Rp/unit
Nilai (Rp)
1 ekor 425 HOK
2 .250.000 1500
2 .250 .000 637 .500
1275 kg/14 bl/ekor 3400 kg/14 bl/ekor 1 unit
530 265 50 .000
675 .750 901 .000 50.000 4 .514 .250
I ekor 1 ekor (umur 5 bulan)
3 .000 .000 1 .750 .000
3 .000 .000 1 .750 .000
5 kg x 425 hari
100
212.500 4 .962 .500 448 .250 0,09
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Tabel 6. Analisis usahatani kegiatan jagung-temak di Desa Pangeya, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo, 2004 Keterangan Pendapatan : Produksi (Kg/ha) Hargajagung(Rp/kg) Pendapatan (Rp ./ha) Biaya : Bibit (Rp ./ha) Persiapan lahan (Rp ./ha) Penanaman (Rp ./ha) Upah pemberantasan hama/penyakit Penyiangan Insektisida (Rp ./ha) Fungisida (Rp ./ha) Pemupukan (Rp ./ha)(upah) Urea (Rp ./ha) Sp-36 (Rp ./ha) KC1(Rp./ha) Pupuk kandang (4 ton /ha) Pengairan Panen (Rp.) Pajak (Rp./ha) Total Biaya Keuntungan Benefit cost ratio (B/C) BEP produksi (kg) BEP harga (Rp .) R/C
Sebelum
Sesudah
4 .000 650 2 .600 .000
6620 700 4.634 .000
187.500 450.000 120.000 30 .000 120.000 120.000
187 .500 450.000 120.000 30.000 120 .000 120.000
120.000 187.500 150.000 75 .000
120.000 315 .000 400.000 200.000 400.000
100 .000
100.000
1 .660 .000 940 .000 0,57 2 .554 415 1,57
2.562 .500 2.071 .500 0,81 3 .660 387 1,81
Tabel 7 . Analisis biaya dan pendapatan usahatani jagung unggul per hektar di lahan keying di tiga provinsi sentra produksi, MK 2002 Uraian Produksi(kg) Nilai produksi (Rp) Biaya produksi (Rp) Benih Pupuk Pestisida tenaga kerjal Lain-lain 2 Keuntungan (Rp) B/C Biaya per unit (Rp/kg)
Sumatera Utara (Karo) 6.057 6.153 .912 3 .278 .029 325 .718 676.180 43 .518 2.186 .530 46 .083 2 .875 .883 0,88 541
Lampung (Lampung Tengah) 4 .685 5 .036 .375 3 .138 .006 451 .980 715 .073 77 .305 1 .856 .720 36.928 1 .838 .369 0,56 669
NTT (TTS) 3 .110 3 .421 .000 1 .907 .216 61 .290 83 .136 0 1 .734 .214 28 .576 1 .513 .784 0,79 613
Rata-rata 4 .617 4.870.429 2 .774.417 279 .662 266.070 40 .274 1 .925.821 37 .197 2 .076.012 0,75 608
Keterangan : I Biaya tenaga kerja total yakni biaya traktor, temak dan tenaga kerja manusia baik dalam keluarga maupun luar keluarga 2 Antara lain pajak/retribusi, biaya pengariran/penyiraman, tidak termasuk nilai lahan Sumber: DJnnaN et a!. (2002) . Perkembangan sistem usahatani jagung Dari analisis finansial usahatani diperoleh hasil seperti disajikan pada Tabel 6. Hasil analisis menunjukkan bahwa produksi jagung yang dicapai petani sebesar 4 ton/ha per musim
tanam diperoleh keuntungan sebesar Rp. 940 .000 dan setelah penambahan pupuk kompos dan pupuk anorganik seperti tersebut di atas pendapatan petani meningkat menjadi
113
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Rp . 2 .071 .500/musim tanam . Jika dibandingkan dengan propinsi lain (Tabel 6) ternyata pendapatan petani di Provinsi Gorontalo termasuk terbaik . KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil pengkajian sistem integrasi jagung-sapi dapat diinformasikan beberapa kesimpulan : 1 . Keragaan agronomis tanaman jagung dengan pengelolaan tanaman terpadu tinggi tanaman jagung varietas Lamuru lebih pendek dari jagung varietas Bisma, Semar10 dan Sukmaraga. Tinggi tongkol tertancap pada batang, untuk varietas Bisma dan Lamuru lebih rendah dibandingkan dengan Semar-10, dan Sukmaraga . Panjang tongkol keempat varietas relatif sama ; varietas Lamuru, Semar-10, dan Sukmaraga mempunyai skor klobot 2 dan Bisma skor klobot 1 . Varietas Semar dan Sukmaraga mempunyai bobot tongkol yang paling berat dibandingkan Bisma dan Lamuru . Jumlah baris biji pertongkol semar lebih sedikit dibandingkan dengan yang lainnya ; 2. Kadar air masih tinggi dibandingkan dengan pengkajian di Tenilo, demikian pula produksi dan produktivitas lebih rendah dibandingkan dengan basil kajian di Tenilo ; 3 . Bibit sapi Bali sebanyak 12 ekor termasuk kelas diantara I dan II ; 4. Sebanyak 9 ekor sapi telah bunting 2 bulan yang diperkirakan beranak pada bulan Juni 2004 . Pada pengukuran ke III dimana semua kriteria peubah yang diukur menunjukkan peningkatan . Saran Saran yang perlu diperhatikan antara lain, pemberdayaan kelembagaan dan peningkatan kualitas SDM ; pendampingan teknologi dan penyuluhan yang professional ; kemitraan dengan swasta untuk pemaharan dan penyediaan input ; jaminan keamanan, kepastian berusaha serta dukungan kebijakan ekspor-impor . Perlu antisipasi terhadap penyediaan air terutama pada tanaman yang masih berumur muda di musim kemarau .
1 14
DAFTAR PUSTAKA
J ., D . SETYORINI, dan T. PRIHATINI . 1995 . Pengelolaan hara terpadu untuk mencapai produksi pangan yang mantab dan akrab lingkungan . Pros . Pertemuan Teknis Penelitian Tanah dan Agroklimat . Makalah Kebijakan. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian . Him 55-70 .
ADININGSIH, S .
M .O . 1996 . Proses perakitan, pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian . Prosiding Lokakarya/BPTP se Indonesia, BPTP Naibonat 1996.
ADNYANA,
Guideline training partisipatory rural appraisal (PRA) .
ANONIMOUS . 2000 .
2003 . Participatory dan shuttle breeding penerapan pada pengujian varietas jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia . Badan Litbang Pertanian .
ANONIMOUS .
LITBANG PERTANIAN . 1998 . Panduan lokakarya pemahanan pedesaan secara partisipatif (Participatory rural appraisal) . Badan Litbang Pertanian, Jakarta .
BADAN
BADAN
LITBANG PERTANIAN . 2001 . Inovasi teknologi pertanian mendukung agribisnis . Laporan Tahunnan, 2001 . Badan Litbang Pertanian . Jakarta.
Participatory dan shuttle breeding penerapan pada pengujian varietas jagung . Balai penelitian Tanaman Serealia . Makassar .
BALIT SEREALIA . 2002 .
DINAS PERTANIAN dan GORONTALO . 2002 .
KETAHANAN
PANGAN
Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo. Pemilihan farming system zone penelitian, pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian di BPTP Provinsi Gorontalo.
DJAENUDDIN . 2002 .
A, N . SYAFA'AT, dan F . KASRYNO . 2002. Perkembangan sistem usahatani jagung . dalam ekonomi jagung Indonesia . Badan Litbang Pertanian, Jakarta .
DJULIN,
S dan A .M . FAGL 2000 . Pengelolaan tanaman terpadu : Konsep dan penerapan . Pros . Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Tanaman Pangan . Konsep dan Strategi Peningkatan Produksi Pangan . Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan . Badan Litbang Pertanian . Him. 75-89 .
KARTAATMADJA,
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
PROFIL PROVINSI GoRONTALO . 2002 . Privinsi Gorontalo Tahun 2002.
Pemerintah
PUSLITBANOTAN . 2000 . Deskripsi varietas unggul padi dan palawija 1999-2000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor . PUSLITBANGNAK . 2002. Petani melalui pengembangan sapi persawahan . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan . SESDAL BIMAS . 2000 . Program Bimas intensifikasi padi, jagung, kedelai dan hortikultura tahun anggaran 2000 . Sekretariat Pengendali Bimas, Jakarta .
TANGENJAYA dan GUNAwAN . 1998 . Jagung dan limbahnya untuk makan temak . disitasi SUBANDI, MAHYUDDIN SYAM dan ADI WIDJoNo . Balai Penelitian Ternak, CiawiBogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. WARISNO . 1998 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. Badan Litbang Pertanian . Jakarta. ZAINI,
SosTENIS . 2000 . Pemahaman pedesaan secara partisipatif di Desa Mattoanging, Maros dan Desa Macinnae, Pinrang pada Penelitian Pengelolaan Tanaman Terpadu .
Z. and ERYTHRINA. 1999. Indonesia experience in using leaf color chart for nitrogen management in irrigated, transplanted rice : Case of North Sumatra Province . Paper presented at 2`d CREMNET Workshop Cum Group Meeting . 24-27th August, 1999 . Thanjavur, India
SUBANDI . 1998 . Corn varietal improvement Indonesia : Progress and future strategis . Indon, Agric. Res Dev. J . 20 (1) : 1 13 .
ZAINI Z. 2002 . Pemahaman pedesaan secara partisipatif menunjang usahatani terpadu. Badan Litbang Pertanian, Jakarta .
SUMARNO, I. G . ISMAIL, dan S. PARTOHARDJONO . 2000. Konsep usahatani ramah lingkungan . Pros. Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Tanaman Pangan. Konsep dan Strategi Peningkatan Produksi Pangan . Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan . Badan Litbang Pertanian, Jakarta . Hlm . 55-74 .
1 15