6
AgroinovasI
SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu mempunyai perut ganda, di mana pada perut bagian depan yang terdiri dari rumen dan reticulum terdapat mikroorganisme yang mampu mencerna pakan berserat tinggi, sedangkan perut belakang (omasum, abomasums dan usus) pakan dicerna secara enzimatis seperti ternak non ruminansia. Dengan demikian ternak ruminansia dapat bertahan hidup dengan pakan sumber serat seperti rumput ataupun hijauan dedaunan lain seperti hijauan yang berasal dari pohon-pohonan leguminosa (lamtoro, glirisidia, turi, kelor, kaliandra, albasia). Namun demikian bila ternak ruminansia hanya bergantung pada hijauan yang segar seperti yang dilakukan oleh peternakan kambing dan domba di pedesaan, maka akan menghadapi masalah terutama dengan kondisi ikilm di Indonesia yang mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan pada saat musim penghujan ketersediaan hijauan melimpah sedang pada musim kemarau ketersediaannya terbatas karena menurunnya pertumbuhan hijauan. Di samping itu kendala lain di daerah padat penduduk adalah keterbatasan lahan untuk penanaman hijauan pakan ternak karena prioritas pemanfaatan lahan adalah untuk industri, perumahan dan penanaman tanaman pangan. Terbatasnya ketersediaan pakan dapat menyebabkan turunnya produktivitas ternak seperti turunnya bobot badan, turunnya produksi susu, jeleknya kondisi tubuh induk sehingga bila dikawinkan induk tidak bunting-bunting. Untuk mengatasi kondisi tersebut, peternak perlu mencari alternatif pakan yang dapat dimanfaatkan pada musim kemarau ataupun mengelola hijauan makanan ternak dan mengolah limbah pertanian pada saat produksi berlebihan (pada saat musim panen) dengan cara difermentasi atau diawetkan. Limbah pertanian sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak ruminansia karena bahan pakan ini tidak bersaing dengan kebutuhan manusia dan kebutuhan ternak monogastrik (berperut tunggal). Berbagai macam limbah pertanian telah dimanfaatkan Edisi 18-24 Juli 2012 No.3466 Tahun XLII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
7
sebagai pakan ternak seperti jerami, jerami jagung, jerami kacang tanah, kacang panjang, pucuk tebu, kulit buah kakao dan lain-lain. Pada usahatani jagung pipilan dihasilkan produk utama berupa jagung pipilan dan produk sampingan berupa jerami jagung (batang dan daun jagung), kulit dan janggel jagung. Produk samping tersebut sudah biasa dipakai untuk bahan pakan sapi kecuali tongkol jagung. Tongkol jagung biasanya dibuang atau dibakar padahal sebetulnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia Pemanfaatan tongkol jagung yang umumnya adalah untuk bahan bakar, bioetanol setelah difermentasi. Sedangkan pemanfaatannya sebagai pakan ternak belum banyak dikembangkan secara optimal. Hal ini mungkin disebabkan oleh kualitasnya yang relatif rendah seperti pada limbah pertanian lainnya. Tongkol jagung ini mempunyai kadar protein yang rendah (2,94) dengan kadar lignin (5,2%) dan cellulose yang tinggi (30%), dan kecernaan ± 40%. Tongkol jagung yang hanya digiling biasanya dipakai untuk campuran ransum sapi potong hanya sebanyak 10% dari susunan ransum. Tongkol jagung sangat mudah terkontaminasi oleh kapang aspergilus flavus yang memproduksi senyawa beracun sehingga perlu dicari cara pengawetannya sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu lama sebagai persediaan pakan saat rumput susah didapatkan terutama saat musim kemarau. Silase merupakan salahsatu cara pengawetan yang sudah lama dikembangkan terutama untuk bahan pakan dari tanaman yang mengandung kadar air yang tinggi yang di mana tidak memungkinkan untuk dikeringkan (rumput dan hijauan lain) atau tanaman yang akan mudah rusak kualitasnya bila dibiarkan mengering (jagung dan sorghum). Silase yang paling populer adalah silase tanaman jagung lengkap banyak dilakukan di dunia. Silase sangat palatable dan sedikit sisa yang terbuang bila diberikan kepada ternak, namun silase tidak memperbaiki nilai nutrisi bahan yang disilase. Pengawetan bahan dalam proses silase terjadi karena proses fermentasi anaerobic, dalam fermentasi ini karbohidrat terlarut diubah oleh bakteri asam laktat menjadi asam-asam organik, sebagai akibatnya pH turun sampai mencapai pH 4 atau lebih rendah dengan pH yang demikian (pH asam) bahan pakan yang disilase menjadi awet mikroba yang merugikan mati sehingga silase dapat disimpan dalam waktu yang lama. Produk asam organik yang utama dalam proses silase adalah asam laktat. Produksi asam laktat ini lebih disukai karena sangat Badan Litbang Pertanian
Edisi 18-24 Juli 2012 No.3466 Tahun XLII
8
AgroinovasI
palatable dan lebih menghemat energi yang diubah menjadi asam. Dalam proses pembuatan silase melibatkan fermentasi anaerob dari bahan yang basah sehingga beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas silase adalah oksigen, kandungan bahan kering, pH dan ketersediaan karbohidrat terlarut. Dalam pembuatan silase harus kondisi penyimpanan dalam keadaan kedap udara, kandungan bahan kering 30-40% atau kandungan kadar air 60-70%. pH silase 3 – 4. Apabila karbohidrat terlarut tidak cukup tersedia maka material tersebut tidak terfermentasi secara baik karena tidak cukup tersedia sumber karbohidrat untuk diubah menjadi asam laktat oleh bakteri lactobaccilus, akibatnya akan dihasilkan silase dengan kualitas yang rendah. Beberapa sumber karbohidrat terlarut yang biasa dipakai dalam pembuatan silase di antaranya molasses, dedak padi ataupun pati. Tongkol jagung mempunyai kandungan dinding sel yang tinggi (>75%) sehingga kandungan isi selnya termasuk karbohidrat terlarutnya rendah sehingga dalam pembuatan silase perlu ditambahkan sumber karbohidrat. Beberapa sumber karbohidrat terlarut yang pernah dicoba adalah: molasses, dedak padi, jagung giling halus dan onggok. Di antara sumber karbohidrat tersebut yang dapat memperbaiki kualitas silase tongkol jagung adalah dedak padi, molasses dan jagung giling. Cara pengolahan tongkol dengan proses silase, caranya tongkol jagung digiling dicampur dengan sumber karbohidrat terlarut (dedak padi, molasses dan jagung giling) sebanyak 2% dari bahan kering, kemudian dibasahi dengan air sehingga didapatkan kadar air + 60%, kemudian ditutup rapat dalam keadaan kedap udara disimpan selama 21 hari, setelah itu baru dibuka dan siap digunakan untuk pakan ternak, silase yang bagus baunya agak asam manis karena adanya fermentasi oleh bakteri asam laktat yang mengubah karbohidrat dalam tongkol jagung menjadi asam laktat, pH harus asam biasanya di bawah pH 4. Silase ini dapat disimpan lama asal disimpan dalam keadaan tertutup rapat. Silase biasanya sangat palatabel karena terbentuknya asam laktat, silase biasanya tidak meningkatkan kualitasnya tetapi merupakan cara pengawetan dan meningkatkan palatabilitas. Tongkol jagung palatabilitasnya rendah, sehingga dengan dibuat silase konsumsinya dapat meningkat. Pengalaman sebelumnya domba yang diberi pakan dasar silase tongkol jagung (yang tidak diberi tambahan sumber karbohidrat terlarut) dan disuplementasi Edisi 18-24 Juli 2012 No.3466 Tahun XLII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
9
dengan konsentrat sebanyak 350 g/ekor/hari dapat memberikan kenaikan berat badan 60 g/ekor/hari. Sedangkan bila silasenya ditambahkan sumber karbohidrat terlarut (jagung giling atau molasses) kenaikan bobot badan hariannya domba meningkat menjadi 104 g/ekor/hari. Dwi Yulistiani Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor PO Box 221, Bogor 16002
Badan Litbang Pertanian
Edisi 18-24 Juni 2012 No.3466 Tahun XLII
10 AgroinovasI
Edisi 18-24 Juli 2012 No.3466 Tahun XLII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
Badan Litbang Pertanian
11
Edisi 18-24 Juli 2012 No.3466 Tahun XLII