Makalah Seminar Reguler
SILASE ECENG GONDOK SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA
Disusun Oleh AZHARI MUHAMMAD 1105104010010
JURUSAN PETERNAKAN, FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2014
LEMBARAN PENGESAHAN
Setelah membaca dan mempelajari dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat bahwa penulisan makalah seminar reguler ini baik ruang lingkup maupun isinya telah memenuhi syarat untuk diseminarkan pada kegiatan Seminar Reguler dan akan diseminarkan Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Nama Mahasiswa
: Azhari Muhammad
Nim
: 1105104010010
Jurusan
: Peternakan
Judul
: Silase Eceng Gondok Sebagai Pakan Ruminansia
Menyetujui Dosen Pembimbing,
Koordinator Seminar Reguler,
Dr. Ir. Sitti Wajizah, M.Si NIP. 19690228 1993 032001
Dr. Ir. Sitti Wajizah, M. Si NIP. 19690228 1993 032001
Mengetahui Ketua Jurusan Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala
Dr. Ir. Dzarnisa, M. Si NIP. 196909111994032002
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah seminar reguler yang berjudul “Silase Eceng Gondok Sebagai Pakan Ruminansia”. Shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam tidak berilmu pengetahuan ke alam yang berilmu pengetahuan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada koordinator mata kuliah seminar reguler sekaligus sebagai dosen pembimbing (Dr. Ir. Sitti Wajizzah, M. Si), yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah seminar reguler ini. Selanjutmya, tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Darussalam, 10 November 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman LEMBARAN PENGESAHAN ...............................................................
i
KATA PENGANTAR ............................................................................
ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
v
BAB I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ............................................................................
1
1.2 Tujuan .........................................................................................
2
BAB II. PEMBAHASAN 2.1 Sejarah dan Taksonomi Tanaman Eceng Gondok .......................
3
2.2 Dampak Negatif Serta Pemanfaatan Tanaman Eceng Gondok.... 2.2.1 Dampak Negatif Tanaman Eceng Gondok ........................... 2.2.2 Pemanfaatan Tanaman Eceng Gondok .................................
4 4 5
2.3 Potensi Tanaman Eceng Gondok sebagai Pakan Ternak .............
7
2.4 Kandungan Nutrisi Tanaman Eceng Gondok ……………………
8
2.5 Pengolahan Tanaman Eceng Gondok sebagai Pakan Ruminansia (Silase)…………………………….
9
2.6 Aplikasi Pemberian Tanaman Eceng Gondok pada Ternak Ruminansia………………………………………
13
BAB III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan ...................................................................................
15
3.2 Saran ...........................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
16
LAMPIRAN I .........................................................................................
17
LAMPIRAN II ........................................................................................
19
iii
DAFTAR TABEL No. Teks Halaman 1. Kandungan Nutrisi Tanaman Eceng Gondok ................................. 9
iv
DAFTAR GAMBAR No. Teks Halaman 1. Tanaman Eceng Gondok .................................................................. 3 2. Pengolahan eceng gondok menjadi silase eceng gondok ................
v
12
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruminansia merupakan ternak yang sangat ajaib sebab pada dirinya terjadi suatu peristiwa yang sangat menakjubkan, mulai dari pembentukan rumen, retikulum, omasum dan abomasum sampai terjadinya proses-proses pembentukan produk yang dihasilkan dalam rumen untuk memenuhi kebutuhan ternak. Kata ruminant (ruminansia) berasal dari bahasa Latin “ Ruminare” yang artinya berpikir. Istilah ini timbul karena ruminansia berusaha mengatasi masalah yang dihadapinya dengan melakukan remastifikasi dan membuat sendiri zat-zat makanan yang dibutuhkan dari bahan yang lain di rumen-retikulum (Rasjid, 2012). Ternak ruminansia sangat tergantung pada pakan hijauan. Produktivitas hijauan sangat berfluktuasi, berlimpah pada musim hujan, terjadi kekurangan saat kemarau dan pada daerah padat ternak. Permasalahan utama dalam pengembangan produksi ternak ruminansia di Indonesia
adalah
sulitnya
memenuhi
ketersediaan
pakan
secara
berkesinambungan baik mutu maupun jumlahnya. Usaha mencari bahan pakan murah dan penemuan teknologi tepat guna dalam pemanfaatannya masih terus dilakukan, guna membantu pemecahan penyediaan pakan. Strategi pemberian pakan yang efisien adalah memanfaatkan sumber daya lokal yang melimpah dan bernilai gizi bagi ternak. Ketersediaan hijauan pakan untuk ruminansia di musim kemarau sangat terbatas. Oleh karena itu, perlu adanya upaya pencarian pakan
1
alternatif yang tersedia melimpah sepanjang tahun. Salah satunya yaitu pemanfaatan tanaman eceng gondok yang selama ini dikenal sebagai gulma. Eceng gondok yang mempunyai pertumbuhan sangat cepat dikhawatirkan dapat mengganggu fungsi perairan umum. Eceng gondok segar mempunyai KA sebesar 94,09%. Dalam 100% BK mengandung 18% abu, 11,9% PK, 37,1% SK, 2,4% LK dan 30,6% BETN. Dilihat dari kandungan nutrien di atas, eceng gondok mempunyai kualitas yang baik sebagai pengganti pakan hijauan. Eceng gondok memiliki kelemahan pada kadar air yang tinggi, proses pengeringan yang cukup lama, dan tidak dapat kering secara bersamaan seluruh bagian tanaman baik akar, batang dan daun. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menangani kendala pada pemanfaatan eceng gondok yaitu dengan membuat silase ransum komplit. Eceng gondok yang dibuat menjadi silase ransum komplit perlu ditambahkan dengan bahanbahan penyusun konsentrat yang berfungsi sebagai penyerap air eceng gondok sehingga mencapai kadar air yang ideal. 1.2 Tujuan Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui potensi serta nilainilai nutrisi yang terkandung pada eceng gondok dan mengetahui peranan silase eceng gondok sebagai pengganti hijauan untuk pakan ruminansia.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah dan Taksonomi Tanaman Eceng Gondok Tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes) adalah sejenis tanaman air yang tumbuh secara liar di area perairan seperti danau, sungai yang penyebarannya tidak hanya di desa tetapi juga di kota. Tanaman ini memiliki tingkat kecepatan tumbuh dan penyebaran yang tergolong tinggi sehingga dianggap dapat merusak lingkungan sekitarnya. Contohnya di negara kita sendiri, Indonesia yang notabene memiliki banyak daerah perairan. Eceng gondok menjadi hal yang banyak dipermasalahkan terutama oleh masyarakat yang tinggal dan bermata pencaharian di daerahdaerah perairan tersebut, karena cenderung mengganggu keberadaanya.
Gambar 1. Tanaman Eceng Gondok Eceng gondok yang berkembang di Indonesia berasal dari Amerika Selatan (Brazil). Tanaman ini didatangkan tahun 1894 sebagai koleksi di Kebun Raya Bogor. Pada umumnya eceng gondok tumbuh mengapung di atas permukaan air dan lahan–lahan basah atau diantara tanaman–
3
tanaman pertanian yang dibudidayakan di lahan basah. Tanaman ini banyak dijumpai di daerah rendah di pinggiran sawah, danau, waduk, rawa, dan di kawasan industri di pinggir sungai dari hulu sampai hilir (Gerbono, 2005 dan Thayagajaran, 1984). Taksonomi tanaman eceng gondok adalah sebagai berikut; Divisi
Spermatophyta
Sub Divisi
Angiospermae
Kelas
Monocotyledoneae
Suku
Pontederiaceae
Marga
Eichornia
Spesies
Eichornia crasipes Solms
2.2 Dampak Negatif Serta Pemanfaatan Tanaman Eceng Gondok 2.2.1 Dampak Negatif Tanaman Eceng Gondok Tanaman eceng gondok merupakan gulma air, sehingga dampak negatifnya sangat banyak, diantaranya: (1) Mengurangi jumlah oksigen dalam air. Hal ini karena pertumbuhan tanaman eceng gondok yang sangat cepat bisa menutupi seluruh perairan, akibatnya jumlah cahaya yang masuk ke dalam air akan semakin berkurang dan tingkat kelarutan oksigen pun akan berkurang. (2) Berkurangnya jumlah air. Pertumbuhan tanaman eceng gondok yang sangat cepat dan menyebar
ke
seluruh
permukaan
4
air
dapat
menyebabkan
berkurangnya jumlah air. Kondisi ini disebabkan morfologi daun eceng gondok yang lebar menyebabkan tingkat evapotranspirasi tinggi. (3) Perairan menjadi dangkal serta mengganggu lalu lintas di perairan. Tanaman eceng gondok juga dapat menyebabkan pendangkalan perairan yang dapat mengganggu lalu lintas perairan. Pendangkalan tersebut disebabkan tanaman eceng gondok yang sudah mati akan menumpuk sedikit demi sedikit ke permukaan, sehingga seiring berjalannya waktu perairan pun akan menjadi dangkal. Bagi para nelayan sendiri, tumbuhan eceng gondok sangat mengganggu, karena perahu mereka sering terjebak dan sulit untuk bergerak.
2.2.2 Pemanfaatan Tanaman Eceng Gondok Meskipun tanaman eceng gondok banyak menimbulkan masalah pencemaran sungai dan waduk, namun eceng gondok juga mempunyai banyak manfaat, diantaranya: (1) Untuk mencegah akumulasi logam berat. Mengkonsumsi ikan air tawar yang terkontaminasi logam berat secara terus menerus bisa membahayakan bagi tubuh. Mengkonsumsi ikan yang tercemar logam berat dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan akumulasi logam berat dalam tubuh. Akumulasi logam berat dapat menyebabkan bibir sumbing, penyakit minamata, cacat pada bayi dan kerusakan saraf. Tanaman eceng gondok mampu
5
menyerap logam berat dalam perairan dan dapat menekan kandungan logam berat hingga mencapai titik 0. (2) Sebagai pupuk organik. Dari hasil penelitian, tanaman eceng gondok kaya akan asam humat yang
menghasilkan
senyawa
fitohara
yang
berfungsi
untuk
mempercepat pertumbuhan akar pada tanaman, selain itu juga mengandung asam triterpenoid, sianida, alkaloid dan kaya akan kalsium. Kelebihan-kelebihan tersebut memungkinkan eceng gondong untuk dijadikan pupuk organik. Pupuk organik eceng gondok dapat dimanfaatkan untuk jenis sayuran seperti bayam, wortel,cabe, terong dan buah-buahan. (3) Dapat diolah menjadi biogas. Biogas adalah suatu campuran gas-gas yang dihasilkan dari suatu proses fermentasi bahan organik oleh bakteri dalam keadaan anaerobik (Sahidu, 1983). Biogas terutama digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak. Biogas sebagai bahan bakar mempunyai keunggulan karena tidak mengeluarkan asap, sehingga tingkat polusi lebih rendah. (4) Sebagai media pertumbuhan jamur, kerajinan tangan, kertas dan lain sebagainya. Pemberian limbah enceng gondok dapat digunakan sebagai media alternatif pertumbuhan jamur tiram putih. Selain itu, pemberian limbah enceng gondok kering pada media serbuk kayu dapat meningkatkan karakteristik pertumbuhan dan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih.
6
(5) Sebagai pakan ternak. Menurut penelitian Dr. Anis Muktiani, M.Si dan Dr. Eko Pangestu, M.P (belum dipublikasikan), kandungan nutrien enceng gondok sama dengan rumput gajah, yakni protein kasar 10-14 persen, serat kasar 32-47 persen, lemak kasar dan kadar abu sekitar 7-12 persen. Namun karena eceng gondok memiliki kadar air yang tinggi maka untuk mencegah pembusukan, perlu pengolahan dalam pemanfaatannya sebagai pakan ternak (Anonim, 2014). 2.3 Potensi Tanaman Eceng Gondok Sebagai Pakan Ternak Tanaman eceng gondok merupakan limbah perairan dengan pertumbuhan yang pesat dimana 10 individu dapat berkembang menjadi 600.000 individu dalam 8 bulan. Mengingat potensinya yang sangat besar ini, maka keberadaannya di perairan umum seringkali menjadi gulma pengganggu, dan dalam jangka panjang dapat merusak fungsi dan keberadaan perairan umum. Di pihak lain, pengembangan usaha ternak ruminansia (sapi potong/perah, kambing maupun domba) terus dipacu untuk mencapai target swasembada daging pada tahun 2014 dan swasembada susu pada tahun 2020. Kendala utama yang dihadapi peternak ruminansia adalah sulitnya penyediaan pakan yang berkualitas dan berkesinambungan. Upaya penggunaan eceng gondok sebagai pakan dapat mempunyai dua manfaat sekaligus, yaitu mencukupi kebutuhan pakan ternak ruminansia dan menyelamatkan perairan umum. Muktiani et al., (2014) melaporkan bahwa tanaman eceng gondok yang semula hanya menjadi 7
gulma dapat diolah menjadi pakan ternak dengan cara pembuatan silase complete feed. Caranya yaitu dengan mencampur eceng gondok yang telah dicacah menjadi potongan kecil-kecil, dicampur dengan konsentrat agar dapat menurunkan kadar air dari eceng gondok tersebut. Campuran tersebut kemudian diawetkan dengan bantuan bakteri asam laktat yang dapat menurunkan pH dan meningkatkan daya simpan pakan. 2.4 Kandungan Nutrisi Tanaman Eceng Gondok Daun eceng gondok (Eichhornia crassipes) mempunyai kandungan nutrisi yang baik untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif pada ternak karena mengandung pigmen karotenoid terutama pigmen βkaroten dan xantofil, serta memiliki kadar air 93%, BK 7%, dengan PK 11,20%, LK 0,9%, SK 33%, abu 12,6% dan BETN 57% (Rahmawati et al., 2000). Akan tetapi, penggunaan eceng gondok sebagai pakan memiliki beberapa kendala karena kadar air dan kandungan serat kasar yang relatif tinggi serta mempunyai kecernaan yang rendah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penggunaan eceng gondok melalui pengolahan secara fermentasi. Kandungan serat kasar yang tinggi menyulitkan bahan pakan tersebut untuk dicerna dan kandungan air yang tinggi dapat menyebabkan daya simpannya menjadi lebih pendek (Masturi et al., 1992 dan Mahfudz et al., 2000).
8
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Tanaman Eceng Gondok Komponen
Satuan
Bahan Kering (BK)
7%
Protein Kasar (PK)
11,20 %
Serat Kasar (SK)
33 %
Lemak Kasar (LK)
0,9 %
Bahan Ekstak Tanpa Nitrogen (BETN)
57 %
Kalsium (Ca)
1,81 %
Posfor (P)
0,52 %
Abu
16,46 %
Energi Kasar (EK)
33,84 Kal/gram
Sumber: Fushkah, (2000)
2.5 Pengolahan Tanaman Eceng Gondok Sebagai Pakan Ruminansia (Silase) Salah
satu
teknologi
pakan
yang dapat
mempertahankan
kandungan nutrisi suatu bahan adalah melalui pembuatan silase. Silase merupakan pakan yang dihasilkan dari fermentasi tanaman hasil panen, pakan hijauan atau limbah pertanian dengan kandungan air tinggi, umumnya lebih dari 50%. Proses silase disebut ensilase, sedangkan tempat yang digunakan disebut silo (Wallace and Chesson, 1995). Silase dapat dibuat dari bermacam-macam hasil panen dengan tujuan utama yakni untuk menjaga kebutuhan pakan ternak. Karakter bahan yang ideal untuk dijadikan silase adalah mempunyai cukup kandungan
substrat
mudah
difermentasi
9
yakni
Water
Soluble
Carbohydrates (WSC), mempunyai kandungan penyangga (buffering) rendah dan mempunyai kandungan bahan kering (BK) di atas 20%.
Keberadaan
enceng
gondok
sebagai
gulma
air,
banyak
menimbulkan masalah. Daya hidup dan perkembangannya yang cepat menjadi ancaman kelestarian dan fungsi perairan seperti waduk, rawa, danau hingga sungai. Melihat permasalahan tersebut, banyak peneliti mencoba melakukan penelitian dengan memaksimalkan pemanfaatan enceng gondok, dengan cara dibuat silase pakan ternak komplit atau pengawetan bahan pakan melalui fermentasi.
Pembuatan silase pakan komplit sendiri cukup mudah, pertamatama, enceng gondok ditiriskan sekurang kurangnya sehari semalam, sebelum kemudian dicacah. Selanjutnya dilakukan pencampuran dengan komposisi dua enceng gondok dengan satu konsentrat (2:1). Untuk 100 kg tanaman eceng gondok dibutuhkan konsentrat sebanyak 50 kg. Konsentrat ini memiliki kandungan protein sekurang kurangnya 13 persen. Selain itu juga ditambah tetes tebu sekitar 1–2 persen. Campuran tersebut kemudian diperam sekurang kurangnya 2 minggu dalam wadah kedap udara seperti drum, atau kantung plastik dengan tingkat kepadatan 600 kilogram per meter kubik. Setelah itu, pakan dari olahan enceng gondok pun siap digunakan. Menurut Rukmana (2005), silase dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan kadar airnya yakni; 1) High Moisture Silage (HMS), yaitu silase yang memiliki kadar air tinggi (60-70%) dan kadar BK rendah
10
(30-40%); 2) Low Moisture Silage (LMS), yaitu silase yang memiliki kadar air rendah (45-55%) dan kadar BK 45-55%. Untuk menghasilkan silase dari hijauan yang berkualitas maka perlu adanya aditif, pada jenis rumput-rumputan dan leguminosa mempunyai kandungan gula kurang dari 3% (as fed). Karena kandungan gula pada hijauan umumnya rendah, diperlukan penambahan aditif seperti molases. Molases mengandung sekitar 50% sukrosa yang dapat menjadi sumber karbohidrat terlarut (Water Soluble Carbohydrates / WSC) selama proses fermentasi.
11
Pengolahan eceng gondok menjadi silase eceng gondok
Kadar air Keringkan sehari semalam
menjadi 45-55% (setengah Kadar air = kering) 45-55%
Pencacahan eceng gondok
Taburkan konsetrat (35%) & Molases (2%)
Diaduk sampai rata
Dimasukkan kedalam silo
Diamkan selama 3 minggu
Gambar 2. Pengolahan eceng gondok menjadi silase eceng gondok
12
2.6 Aplikasi Pemberian Tanaman Eceng Gondok pada Ternak Ruminansia Kendala utama dari pemanfaatan tanaman eceng gondok sebagai bahan pakan ternak adalah kandungan serat kasar yang tinggi dan protein kasar serta kecernaan yang rendah. Eceng gondok sebagai pakan ternak memiliki kualitas yang sangat rendah, sehingga harus diolah terlebih dahulu untuk meningkatkan kualitasnya. Kadar nutrisi daun eceng gondok dalam bentuk bahan kering (BK) memiliki kadar protein kasar 6,31%, serat kasar 26,61%, lemak kasar 2,83%, abu 16,12%, dan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 48,18% (Mangisah et al., 2009). Eceng gondok segar mempunyai kandungan air sebesar 94,09%, dan dalam 100% bahan kering mempunyai kadar protein 11,95% dan serat kasar 37,1%. Melihat kendala-kendala penggunaan tanaman eceng gondok tersebut, banyak peneliti yang melakukan penelitiannya untuk mengolah tanaman eceng gondok yang akan dipergunakan sebagai pakan untuk ternak ruminansia dengan berbagai cara seperti fermentasi, silase dan lain-lain (Fushkah, 2000). Pemberian eceng gondok sebagai pakan ternak ruminansia terutama dilakukan dalam bentuk silase. Muktiani et al., melakukan penelitian dengan memaksimalkan pemanfaatan enceng gondok, dengan cara dibuat silase pakan ternak komplit atau pengawetan bahan pakan melalui fermentasi. Setelah diteliti, kandungan nutrien enceng gondok berdasarkan bahan kering sama dengan rumput gajah, yakni protein kasar 10-14%, serat kasar 32-47%, lemak kasar dan kadar abu sekitar 7-12%.
13
Dari penelitian ini didapatkan, pemberian silase eceng gondok sebagai pakan komplit pada domba dan sapi potong menghasilkan pertambahan berat badan sangat baik, yaitu masing-masing 90-110 gram/hari dan 0,81,3 kg/hari. Pada waktu pemberian silase kepada ternak diharapkan agar silo jangan sering dibuka-tutup, dalam sehari cuma boleh dibuka sekali (untuk makan ternak pagi dan sore dikeluarkan sekaligus), hal ini dikarenakan kalau sering dibuka tutup kualitas silase akan cepat rusak. Apabila ternak belum terbiasa makan silase, silase diberikan sedikit demi sedikit dengan cara dicampur dengan hijauan yang biasa dimakan. Jika sudah terbiasa dapat seluruhnya diberikan silase sesuai dengan kebutuhan.
14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Tanaman eceng gondok berpotensi sebagai pakan ternak, namun terkendala kandungan air tinggi. Pemanfaatan tanaman eceng gondok dapat ditingkatkan dengan pembuatan silase complete feed. Pemberian silase complete feed dapat meningkatkan produktivitas domba dan sapi. 3.2 Saran Peternak perlu mengoptimalkan penggunaan sumber pakan murah seperti limbah dan gulma, salah satunya tanaman eceng gondok melalui teknologi pakan sehingga dapat meningkatkan produktivitas ternak ruminansia.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2014. Mengubah Eceng Gondok Menjadi Silase Pakan Ternak. http://seputarsemarang.com/mengubah-enceng-gondok-menjadi-silasepakan-ternak/. Diakses 15 November 2014. Fushkah, E. 2000. Eichhornia crasspies. Sebagai Alternatif Sumber Pakan, Indutri dan Kerajinan. Jurnal Ilmiah Sainteks VII(4) : 226-234. Gerbono, A. dan A. Siregar. 2005. Kerajinan Eceng Gondok. Kanisius, Yogyakarta. Mahfudz, L. D., W. Sarengat dan B. Srigandono. 2000. Penggunaan ampas tahu sebagai bahan penyusun ransum ayam broiler. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Peternakan Lokal, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Mangisah, I., B. Sukamto and M. H. Nasution. 2009. Implementation of fermented enceng gondok in duck ration. J. Ind. Trop. Anim. Agric. 34: 127-133. Masturi, A., Lestari dan R. Sukadarwati. 1992. Pemanfaatan Limbah Padat Industri Tahu Untuk Pembuatan Isolasi Protein. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri. Departemen Perindustrian, Semarang. Muktiani, A., B. Utomo, I.G.K. Wiryawan. 2014. Pemanfaatan Eceng Gondok dalam Pembuatan Silase Complete Feed dan Suplementasi Seng Organik untuk Meningkatkan Produktivitas Peternakan Rakyat. Lap. Penelitian Kerjasama Kemitraan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nasional (KKP3N). Rahmawati, D., T. Sutadi dan L.E. Aboenawan. 2000. Evaluasi in vitro penggunaan eceng gondok dalam ransum ruminansia. J. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Peternakan. 23: 18-21. Rasjid, S. 2012. The Great Ruminant Nutrisi, Pakan dan Manajemen Produksi. Cetakan Kedua. Brilian Internasional. Surabaya. Rukmana, R. 2005. Budi Daya Rumput Unggul. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Thayagajaran, G., 1984, “Proseeding of the International Conference on Water Hyacinth “, Hyderabad, Hindia, UNEP, Nairobi. Wallace, J. and A. Chesson. 1995. Biotechnology in Animal Feeds and Animal Feeding. Nutrition Division Rowett Research Institute Bucksburn. Aberdeen Scotland, U.K.
16
LAMPIRAN I
Prosiding Seminar Reguler Judul
: Silase Eceng Gondok Sebagai Pakan Ruminasia
Nama
: Azhari Muhammad
NIM
: 1105104010010
1. Abizar Q : Bagaimana tingkat daya cerna silase eceng gondok pada sapi? A : Nilai kecernaan pakan mencerminkan tingkat nilai nutrien yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak yang digunakan untuk produksi baik kebutuhan hidup pokok maupun kenaikan bobot badan. Nilai kecernaan pakan yang semakin tinggi berarti pakan perlakuan yang dapat dimanfaatkan ternak semakin tinggi. Daya cerna serat kasar pada ternak besar seperti sapi akan lebih tinggi dibandingkan dengan daya cerna pada domba dan kambing, karena selain mempunyai kapasitas rumen yang lebih besar juga populasi mikroba rumen yang lebih beragam. Seperti penelitian Eni Ekawati dkk, tingkat kecernaan silase eceng gondok pada domba yaitu 71,74%. 2. M. Thalal MW Q : Bagaimana cara mengetahui kandungan kadar air turun menjadi 45-55% saat pengeringan tanaman eceng gondok? A : Untuk mengetahui kandungan kadar air menurun hingga 45-55% yaitu bisa dengan cara manual, dengan cara memeras tanaman eceng gondok hingga tidak adanya lagi tetesan air pada eceng gondok tersebut. Akan tetapi pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan sejumlah sample dalam oven pada suhu 105-110oC selama 3 jam atau hingga didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. 3. Agus Setiawan Q : Perombakan apa yang terjadi pada eceng gondok sehingga dapat dijadikan pakan ruminansia? A : Walaupun tanaman eceng gondok tidak diolah menjadi silase, namun eceng gondok ini bisa juga diberikan kepada ruminansia, karena kandungan nutrien enceng gondok sama dengan rumput gajah, yakni
17
protein kasar 10-14 persen, serat kasar 32-47 persen, lemak kasar dan kadar abu sekitar 7-12 persen. Akan tetapi karena kandungan air eceng gondok yang tinggi sehingga perlu pengolahan eceng gondok menjadi silase dengan tujuan utama yaitu untuk pengawetan, bukan untuk perombakan. 4. Iqbal Q : Berapa batas pemberian silase eceng gondok? A : pemberian eceng gondok untuk ruminansia hanya dibatasi sebanyak 65%, sedangkan 35% lagi diberikan konsentrat. Akan tetapi setelah terjadinya pengolahan menjadi silase, silase diberikan sedikit demi sedikit dengan cara dicampur dengan hijauan yang biasa dimakan. Jika sudah terbiasa dapat seluruhnya diberikan silase sesuai dengan kebutuhan. 5. Rini Astika Q : Enzim atau bakteri apa yang berperan saat proses pengolahan silase eceng gondok? A : Bakteri yang berperan saat proses pembuatan silase yaitu bakteri asam laktat, karena bakteri asam laktat ini diperlukan untuk mempercepat terbentuknya asam laktat pada pembuatan silase, sehingga silase yang dihasilkan kualitasnya baik. Semakin banyak penambahan bakteri asam laktat dalam pembuatan silase maka semakin cepat proses ensilase. 6. Ilfizar Q : Apakah logam berat dalam perairan yang diserap oleh eceng gondok akan membahayakan ternak? A : Logam berat yang terserap oleh eceng gondok tidak akan membahayakan ternak, karena pada saat proses pengolahan silase sudah terjadinya proses fermentasi dimana proses fermentasi ini bisa mendegradasi racun-racun yang terkandung pada eceng gondok tersebut. Disisi lain, terserapnya logam berat oleh tanaman eceng gondok akan bermanfaat bagi manusia yang mengkonsumsi ikan di perairan yang tumbuh tanaman eceng gondok. Karena mengkonsumsi ikan yang tercemar logam berat dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan akumulasi logam berat dalam tubuh. Akumulasi logam berat dapat menyebabkan bibir sumbing, penyakit minamata, cacat pada bayi dan kerusakan saraf.
18
LAMPIRAN II
RINGKASAN Latar Belakang Permasalahan utama dalam pengembangan produksi ternak ruminansia di Indonesia adalah sulitnya memenuhi ketersediaan pakan secara berkesinambungan baik mutu maupun jumlahnya. Usaha mencari bahan pakan murah dan penemuan teknologi tepat guna dalam pemanfaatannya masih terus dilakukan, guna membantu pemecahan penyediaan pakan. Strategi pemberian pakan yang efisien adalah memanfaatkan sumber daya lokal yang melimpah dan bernilai gizi bagi ternak. Salah satunya yaitu pemanfaatan tanaman eceng gondok yang selama ini dikenal sebagai gulma. Namun eceng gondok memiliki kelemahan pada kadar air yang tinggi, proses pengeringan yang cukup lama, dan tidak dapat kering secara bersamaan seluruh bagian tanaman, sehingga diolah menjadi silase. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui peranan silase eceng gondok sebagai pengganti hijauan untuk pakan ruminansia. PEMBAHASAN Sejarah dan Taksonomi Tanaman Eceng Gondok Eceng gondok yang berkembang di Indonesia berasal dari Amerika Selatan (Brazil). Tanaman ini didatangkan tahun 1894 sebagai koleksi di Kebun Raya Bogor. Pada umumnya, eceng gondok tumbuh mengapung di atas permukaan air dan lahan–lahan basah atau diantara tanaman–tanaman pertanian yang dibudidayakan di lahan basah. Tanaman ini banyak dijumpai di daerah rendah di pinggiran sawah, danau, waduk, rawa, dan di kawasan industri di pinggir sungai dari hulu sampai hilir (Gerbono, 2005 dan Thayagajaran, 1984). Kandungan Nutrisi Tanaman Eceng Gondok Daun eceng gondok (Eichornia crassipes) mempunyai kandungan nutrisi yang baik untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif pada ternak karena mengandung pigmen karotenoid terutama pigmen β-karoten dan xantofil, serta memiliki kadar air 93%, BK 7%, dengan PK 11,20%, LK 0,9%, SK 33%, abu 12,6% dan BETN 57% (Rahmawati et al., 2000). Akan tetapi, penggunaan eceng gondok sebagai pakan memiliki beberapa kendala karena kadar air dan kandungan serat kasar yang relatif tinggi, sehingga tanaman eceng gondok diolah menjadi silase dengan tujuan mencegah kebusukan.
19
Pengolahan Tanaman Eceng Gondok Sebagai Pakan Ruminansia (Silase)
Diamkan selama 3 minggu
Keringkan sehari semalam
Kadar air menjadi 45-55% (setengah kering)
Pencacahan eceng gondok
Di masukkan kedalam silo
Diaduk sampai rata
Taburkan konsetrat (35%) & Molases (2%)
Aplikasi Pemberian Tanaman Eceng Gondok pada Ternak Ruminansia Pemberian eceng gondok sebagai pakan ternak ruminansia terutama dilakukan dalam bentuk silase. Muktiani et al. (2014) melakukan penelitian dengan memaksimalkan pemanfaatan enceng gondok, dengan cara dibuat silase pakan ternak komplit atau pengawetan bahan pakan melalui fermentasi. Setelah diteliti, kandungan nutrien enceng gondok berdasarkan bahan kering sama dengan rumput gajah, yakni protein kasar 10-14%, serat kasar 32-47%, lemak kasar dan kadar abu sekitar 7-12%. Dari penelitian ini didapatkan, pemberian silase eceng gondok sebagai pakan komplit pada domba dan sapi potong menghasilkan pertambahan berat badan sangat baik, yaitu masing-masing 90-110 gram/hari dan 0,8-1,3 kg/hari. PENUTUP Kesimpulan Tanaman eceng gondok berpotensi sebagai pakan ternak, namun terkendala kandungan air tinggi. Pemanfaatan tanaman eceng gondok dapat ditingkatkan dengan pembuatan silase complete feed. Pemberian silase complete feed dapat meningkatkan produktivitas domba dan sapi.
20
Saran Peternak perlu mengoptimalkan penggunaan sumber pakan murah seperti limbah dan gulma, salah satunya tanaman eceng gondok melalui teknologi pakan sehingga dapat meningkatkan produktivitas ternak ruminansia. DAFTAR PUSTAKA Gerbono, A. dan A. Siregar. 2005. Kerajinan Eceng Gondok. Kanisius, Yogyakarta. Muktiani, A., B. Utomo, I.G.K. Wiryawan. 2014. Pemanfaatan Eceng Gondok dalam Pembuatan Silase Complete Feed dan Suplementasi Seng Organik untuk Meningkatkan Produktivitas Peternakan Rakyat. Lap. Penelitian Kerjasama Kemitraan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nasional (KKP3N). Rahmawati, D., T. Sutadi dan L.E. Aboenawan. 2000. Evaluasi in vitro penggunaan eceng gondok dalam ransum ruminansia. J. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Peternakan. 23: 18-21. Thayagajaran, G., 1984, “Proseeding of the International Conference on Water Hyacinth “, Hyderabad, Hindia, UNEP, Nairobi.
21