Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
PEMANFAATAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) DAN PENAMBAHAN AIR KELAPA DALAM MEDIA TANAM JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) Utilization of Water Hyacinth (Eichornia crassipes) And Coconut Water Addition In Growing Media White Oyster Mushroom (Pleurotus ostreatus) Panji Nusantara, Sri Wahyuni, Sukarsono Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Telogomas 246 Malang Telf 464318 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian eceng gondok (Eichornia crassipes) dan penambahan air kelapa terhadap pertumbuhan misellium dan hasil produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Penelitian dilakukan di Unit Produksi Jamur Universitas Muhammadiyah Malang. Penelitian yang digunakan adalah experimen sungguhan dengan metode rancangan acak kelompok (RAK) dengan analisis Anava dua faktor yaitu pemberian eceng gondok 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan penambahan air kelapa 100 ml dan 150 ml. Hasil uji Anava dua faktor menunjukan tidak ada perbedaan pengaruh pemberian air pemberian eceng gondok (Eichornia crassipes) dan penambahan air kelapa terhadap pertumbuhan misellium dan hasil produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Berdasarkan hasil penelitian pertumbuhan misellium lebih cepat pada perlakuan E4K2 .dengan eceng gondok 40% dan air kelapa 150 ml sedangkan hasil produksi jamur tiram putih lebih berat pada perlakuan E1K2 dengan eceng gondok 10% dan air kelapa 150 ml. Kata Kunci: Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), Eceng gondok (Eichornia crassipes), Air kelapa Abstract The research purpose is finding out about water hyacinth (Eichornia crassipes) usage and coconut water to misellium growth and production result of white oyster mushroom (Pleurotus ostreatus). Research is done in Mushroom Production Unit, University of Muhammadiyah Malang. Research used is real experiment with group random design (RAK) method with two factor Anava analysis, which is water hyacinth provision of 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50% and coconut water addition for 100 ml and 150 ml. Two factor Anava test result shows there's no difference between water provision of water hyacinth (Eichornia crassipes) and coconut water to misellium growth and production result of white oyster mushroom (Pleurotus ostreatus). According to research, misellium growth is faster in treatment E4K2 with water hyacinth 40% and coconut water 150 ml while white oyster mushroom production result tend to treatment of E1K2 with water hyacinth of 10% and 150 ml coconut water. Keywords: White oyster mushroom (Pleurotus ostreatus), water hyacinth (Eichornia crassipes), coconut water PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan tropis yang luas. Kekayaan flora yang dimiliki membuat Indonesia terdapat pohon-pohon dan tumbuhan tingkat tinggi serta tingkat rendah, salah satunya jamur. Jenis-jenis jamur pelapuk kayu atau jamur kayu banyak terdapat di hutan-hutan Indoneia dan salah satu jamur pelapuk kayu yang sudah 1168
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
terkenal dan memiliki potensial adalah jamur tiram (Pleurotus sp).Jenis jamur tiram (Pleurotus sp) ada bermacam-macam menurut warnanya seperti putih, kecoklat-coklatan, keabu-abuan, kuning, merah dan lainnya (Suriawiria, 2000). Kebutuhan jamur tiram didelapan kota besar di Indoneisa pada tahun 2012 sebesar 44,25 ton/hari dan kebutuhan akan jamur dimasyarakat mengalami peningkatan sebesar 5% per tahun (Untung, 2013). Tingkat produksi jamur tiram putih di Indonesia mengalami penurunan produksi pada tahun 2012. Capaian produksi tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 61,75% jika dibandingkan dengan tahun 2011 dari 45.854 ton menjadi 17.541 ton pada tahun 2012. Penurunan hasil produksi jamur tiram dipengaruhi oleh kurangnya inovasi teknologi maju jamur, penelitian dan pengembangan penelitian ke Badan Litbang masih terbatas dan rendahnya penerapan teknologi pasca panen (Ibrahim, 2012). Budidaya jamur tiram di Indonesia banyak menggunakan serbuk kayu jenis kayu albasia (sengon).Kayu albasia memiliki kandungan selulosa sebesar 48,33%, lignin 27,28 %, dan hemiselulosa sebesar 16,75%. Penggunaan kayu albasia dalam budidaya jamur dikarenakan kandungan lignin yang tidak terlalu tinggi akan memudahkan jamur untuk melakukan pelapukan sedangkan kandungan selulosa dan hemiselulosa yang terkandung dalam kayu albasia memberikan nutrisi pada jamur dalam pertumbuhan (Hamdiyati, 2010). Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan tanaman gulma di wilayah perairan yang hidup terapung pada air yang memiliki aliran tenang. Jika dilihat dari kandungannya, diketahui eceng gondok yang selama ini dianggap gulma memiliki kandungan selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang cukup baik (Putera, 2012). Menurut Bolennz et al (dalam Rachmawati 2013) eceng gondok (Eichornia crassipes) memiliki kandungan selulosa sebesar 25%, hemiselulosa 33% dan lignin sebesar 10%.Kandungan hemiselulosa dan selulosa yang cukup tinggi berpotensi digunakan sebagai bahan alternatif pada media tanam jamur tiram putih. Air kelapa merupakan air alami steril mengandung kadar K dan Cl tinggi, selain itu air kelapa mengandung sukrosa, fruktosa, dan glukosa (Netty, 2002 dalam Kristina, 2012). Air kelapa tua memiliki kandungan vitamin (B1, B2, B3, B5 dan B6) dan kandungan mineral yaitu P, K, Mg, Fe, Na, Zn dan Ca yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan (Kristina, 2012). Kandungan yang dimiliki oleh air kelapa tua yang merupakan limbah pasar dapat dimanfaatkan sebagai penambah nutrisi pada media tanam jamur tiram putih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan eceng gondok dan air kelapa terhadap pertumbuhan miselium dan hasil produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Unit Produksi Jamur Pusat Pengembangan Bioteknologi UMM pada tanggal 17 Mei sampai 20 Juli 2015. Bibit jamur tiram yang digunakan adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan dua faktorial. Faktor pertama eceng gondok (Eichornia crassipes) dan faktor kedua air kelapa. Pembuatan media tanam dengan penambahan eceng gondok 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, 1169
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
dan 50% serta air kelapa 100 ml dan 150 ml. Kombinasi perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Proses pembuatan media tanam jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dengan pencampuran seluruh bahan pada masing-masing perlakuan, pengomposan selama 1 hari, pengisian dalam plastik baglog dan membuat baglog, sterilisasi, penanaman bibit jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) pada baglog, memasukkan baglog sudah ditanam pada ruang inkubasi sela 30 hari. Pengamatan yang dilakukan adalah mengamati pertumbuhan miselium pada masingmasing perlakuan selama 3 hari sekali selama satu bulan dan menghitung hasil produksi setelah baglog jamur diamati selama 1 bulan. Data dianalisis dengan menggunakan anava dua faktor dan dilanjutkan dengan uji beda nyata Duncan taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian eceng gondok (Eichornia crassipes) dan penambahan air kelapa terhadap pertumbuhan miselium pada media tanam dan hasil produksi jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Tabel 1. Pertumbuhan miselium No
Perlakuan
1.
E0K0
2.
E0K1
3.
E0K2
4.
E1K1
5.
E1K2
6.
E2K1
7.
E2K2
8.
E3K1
9.
E3K2
Ulangan
Total
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2
13,1 12,1 12,6 14,1 14,8 14,4 15,1 14,1 14,4 14,3 14,3 14,4 14,7 15,3 14,0 14,0 15,0 14,4 14,1 14,2 14,4 14,3 14,6 14,5 15,3 14,4
Rata-rata 12,6
14,4
14,5
14,3
14,7
14,5
14,2
14,5 14,7 1170
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
10
E4K1
11
E4K2
12
E5K1
13
E5K2
3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
14,3 14,6 13,4 14,9 15,5 15,6 15,3 14,4 14,2 13,8 15,5 15,4 14,4
14,3
15,5
14,1
15,1
Tabel 1 menunjukkan pengamatan pertumbuhan miselium diketahui bahwa perlakuan E4K2 memiliki pertumbuhan miselium lebih cepat sedangkan perlakuan E0K0 memiliki pertumbuhan miselium lebih lambat. Pada perlakuan lain dengan pemberian eceng gondok dan air kelapa lebih rendah pertumbuhan miselium lebih lambat, namun untuk perlakuan dengan eceng gondok dan air kelapa lebih tinggi mengalami penurunan pertumbuhan miselium. Pertumbuhan miselium jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dapat dipengaruhi oleh enzim yang terkandung di dalam bahan yang digunakan. Kayu sengon memiliki kandungan enzim selulosa sebesar 48,33%, lignin 27,28 %, dan hemiselulosa sebesar 16,75% (Husen dkk, 2002). Kandungan enzim dalam eceng gondok yaitu selulosa 64,51%, hemiselulosa 33% dan lignin 7,69% (Aini, 2013). Pertumbuhan miselium dimulai dengan cara melakukan penetrasi dengan melubangi dinding sel kayu. Proses penetrasi yang dilakukan oleh miselium dipengaruhi oleh enzim yang dimiliki, enzim tersebut akan mendorong jamur untuk meningkatkan penetrasi melalui lubang-lubang kecil yang terbentuk. Lignin merupakan komponen bahan organilk yang sukar dirombak sehingga kandungan lignin akan menentukan laju dekomposisi dari media tanam (Ningsih 2008). Eceng gondok memiliki kandungan lignin lebih rendah dari kayu albasia (sengon) yaitu dengan kadar lignin 7,69% sehingga pertumbuhan miselium lebih cepat dibandingkan dengan media tanam yang banyak serbuk kayu albasia (sengon). Kadar lignin yang rendah dalam eceng gondok mendorong miselium untuk merombak dan meningkatkan laju pelapukan pada media tanam sehingga pertumbuhan miselium lebih cepat. Selain kandungan lignin yang lebih rendah terdapat kandungan selulosa yang berpengaruh terhadap pertumbuhan miselium. Kandungan selulosa pada eceng gondok 64,51% lebih besar dibandingkan selulosa pada kayu sengon yaitu 48,33%. Hal ini diungkapkan oleh Hamdiyati (2013) bahwa semakin banyak kandungan selulosa dalam substrat maka dapat meningkatkan pertumbuhan miselium jamur tiram putih. Pertumbuhan miselium pada madia tanam (baglog) dapat dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan oleh jamur. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) membutuhkan nutrisi dari substrat yang tersedia untuk menunjang pertumbuhannya, 1171
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
nutrisi yang dibutuhkan terdiri dari dari C 23,6%; H 4,06%; N 5,99%; Mg 7,72%; Ca 30,13%, Na 1,32%; K 4,47%, Mn 2,22% dan Zn 2,34% (Aini, 2013). Pada penelitian Ningsih (2008) Eceng gondok memiliki nutrisi C 21,23%, N 1,5-4%, dan K 1-2%. Pemberian air kelapa pada media tanam jamur tiram berperan meningkatkan nutrisi yang tersedia dimedia tanam (baglog) untuk pertumbuhan miselium. Nutrisi yang dimiliki oleh air kelapa terdiri dari K 15,37%; Mg 7,52%; Zn 3,18%; Ca 26,50; Na 20,55% (kritiana 2012). Berdasarkan nutrisi yang tersedia pada eceng gondok dan air kelapa maka kebutuhan nutrisis cukup untuk memenuhi kebutuhan jamur tiram selama pertumbuhan miselium selain yang telah disediakan oleh kayu sengon dan nutrisi dari bahan lain Tabel 2. Hasil Produksi Ulangan No Perlakuan 1 2 3 52 4 5 1. E0K0 6 1 41 5 5 2. E0K1 7 2 53 5 6 3. E0K2 1 2 63 5 4 4. E1K1 3 2 57 6 6 5. E1K2 8 1 42 5 4 6. E2K1 6 3 41 7 5 7. E2K2 0 3 45 5 5 8. E3K1 0 0 50 6 5 9. E3K2 0 4 50 5 4 10. E4K1 5 3 55 5 5 11. E4K2 6 8 55 4 4 12. E5K1 2 6 58 5 6 13. E5K2 3 4
Total (Xi)
Rerata
149
49,67
150
50,00
166
55,33
158
52,67
186
62,00
141
47,00
164
54,67
145
48,33
164
54,67
148
49,33
169
56,33
143
47,67
175
58,33
Tabel 2 menunjukkan pengamatan hasil produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) bahwa perlakuan E1K2 memiliki berat lebih tinggi sedangkan perlakuan E2K1 memiliki berat produksi lebih rendah. 1172
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Hasil produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dapat dipengaruhi kondisi media tanam (baglog). Eceng gondok merupakan tumbuhan air yang mampu menyerap dan menyimpan air lebih banyak dibandingkan kayu sengon. Oleh karena itu apabila pada substrat ditambahkan bahan yang memiliki kemampuan menyimpan air dengan kapasitas lebih tinggi akan mengakibatkan kondisi anaerob pada media tanam (Sumiati dalam Aini, 2013). Kondisi anaerob pada media tanam jamur tiram memungkinkan terjadi peningkatan panas pada media tanam sehingga pertumbuhan akan lebih lambat dan mempunyai berat kurang optimal. Pertumbuhan miselium secara tidak langsung mempengaruhi pembuahan pada jamur tiram putih. Menurut seswati (2013) perkembangan tubuh buah jamur membutuhkan materi yang mengandung nitrogen yang disuplai oleh miselium. Berdasarkan pernyataan tersebut maka kadar nitrogen dalam substrat mempengaruhi pembentukan tubuh buah jamur secara optimal. Eceng gondok memiliki kandungan nitrogen sebesar 1,5-4%% sedangkan jamur membutuhkan nitrogen sekitar 5,99%, hal ini dapat mempengaruhi pembuahan pada jamur tiram putih sehingga berat jamur tiram lebih ringan (Ningsih, 2008). Pembuahan jamur tiram putih dapat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara pada media tanam (baglog). Karbohidrat merupakan salah satu unsur hara yang diperlukan oleh jamur tiram putih sebagai sumber energi untuk pertumbuhan tudung jamur sampai maksimal (Sutono, 2015). Penggunaan air kelapa pada media tanam meningkatkan sumber energi pada media untuk proses pembuahan, hal ini disebabkan air kelapa mengandung sukrosa yang merupakan salah satu sumber karbohidrat dengan kandungan sebesar 3,45% (Kristiana, 2012). Penggunaan air kelapa dalam penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan air kelapa 150 ml lebih baik dalam hasil produksi jamur tiram dibandingkan penggunaan air kelapa 100 ml. KESIMPULAN Penambahan eceng gondok (Eichornia crassipes) dan air kelapa pada media tanam jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) tidak ada perbedaan pengaruh pada pertumbuhan miselium dan hasil produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Penambahan eceng gondok (Eichornia crassipes) dan air kelapa lebih cepat pada pertumbuhan miselium dengan perlakuan E4K2 eceng gondok 40% dan air kelapa 150 ml sedangkan hasil produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) lebih berat pada perlakuan E1K2 eceng gondok 10% dan air kelapa 150 ml DAFTAR PUSTAKA Aini. Fitriah. 2013. Pengaruh Penambahan Eceng Gondok (Eichornia crassipes) Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Paper. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITS. Surabaya. Astuti. Wardhani. Dkk. 2010. Pemanfaatan Limbah Eceng Gondok (Eichornia crasssipes) Sebagai Alternatif Media Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Alex. M. 2012. Untung Besar Budi Daya Aneka Jamur. Yogyakarta. Pustaka Baru Press. 1173
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Djarijah. 2005. Budi Daya Jamur Tiram. Yogyakarta. Penerbit Kanisius. Hamdiyati. Kusnadi. Slamet. 2010. Penggunaan Berbagai Macam Media Tumbuh Dalam Pembuatan Bibit Induk Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Jakarta. Husen, S. (2002). Pengaruh Macam Serbuk Gergaji Terhadap Produksi dan Kandungan Nutrisi Tiga Jenis Jamur Kayu. Jurnal Tropika. 10(1), 79-86. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. Ibrahim. 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Direktorat Jendral Hortikultura. Jakarta. Kristina. Syahid. 2012. Pengaruh Air Kelapa Terhadap Multiplikasi Tunas Invitro, Produksi Rimpang, dan Kandungan Xanthorrhizol Temulawak di Lapangan. Jurnal Littri 18(3), Halaman 125-134. Maulana. E. 2012. Panen Jamur Tiap Musim. Yogyakarta: Andi. Merina. Yulinah. 2011. Produksi Bioetanol dari Eceng Gondok (Eichornia crasipes) dengan Zymomonas mobilis dan Saccharomyce cerevisiae. Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII MMT-ITS. Netty, W. 2002. Optimasi Medium untuk Multiplikasi Tuans Kana (Canna hibryda Hort) dengan Penambahan Sitokinin. Jurnal Biosain dan Bioteknologi Indonesia 2(1): 2731. Ningsih. 2008. Pengaruh Jenis Media Tanam Dan Konsentrasi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Tiram Merah (Pleurotus flabelatus). UIN Malang. Pujawati. Eny. 2006. Pertumbuhan Eceng Gondok (Eichornia crassipes Mart. Solm) Pada Air Bekas Penambangan Batubara. Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Putera. 2012. Rizky. Etraksi Serat Selulosa dari Tanaman Eceng Gondok (Eichornia crassipes) dengan Variasi Pelarut. Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Jakarta. Rachmawaty. R. Sintesis Selulosa Diasetat dari Eceng Gondok (Eichornia crassipes) dan Potensinya untuk Pembuatan Membran. Jurnal Teknologi Kimia dan Indutri. Vol. 2, No 3, Halaman: 8-16. Setiawati. Evi. 2004. Kajian Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sebagai Fitoremedia 134 Cs. Berkala Fisika Vol. 7, No. 1, Halaman 11-15. Seswati. 2013. Pengaruh Pengaturan Keasaman Media Serbuk Gergaji Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Tiram Cokelat (Pleurotus cystidiosus O.K. Miller.). Universitas Andalas. Padang. Soenanto. Hardi. 1999. Jamur Tiram Budidaya dan Peluang Usaha. Semarang: Aneka Ilmu. Sujarwati. Fathonah. Dkk. 2011. Penggunaan Air Kelapa untuk Meningkatkan Perkecambahan dan Pertumbuhan Palem Putri (Veitchia merillii). SAGU, Maret 2011 Vol. 10. No.1: 24-28. Suriawiria. 2000. Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu. Jakarta: Penebar Swadaya. Sutono. 2015. Pengaruh air buah kelapa terhadap pertumbuhan danproduksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Universitas Taman Siswa. Padang. Untung.Triono. 2013. Bisnis Jamur Tiram. Jakarta: Agromedia Pustaka 1174