Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN MODEL AGROPOLITAN BERBASIS AGRIBISNIS SAN POTONG : STUDI KASUS DI KABUPATEN AGAM WAHYUNINO K. SEJATI ; KHAIRINA M . NOEKMAN dan I WAYAN RUSASTRA Pusat Analisis Sosial Ekonami dan Kebijakan Pertanian Jl. Jenderal Ahmad Yani No. 10, Bogor 16151 ABSTRAK Sasaran pengembangan agropolitan adalah harmoni dan fungsionalisasi hubungan desa-kota dalam konte''cs pengembangan ekonomi wilayah dan kesejahteraan masyarakat di kawasan agropolitan . Tulisan ini dimaksudkan untuk melihat alternatif model agropolitan dalam mendukung pengembangan ekonomi wilayah berbasis agribisnis sapi potong yang meliputi : struktur keterkaitan desa-kota dan pembangunan wilayah ; kinerja produksi komoditas pertanian unggulan dan strategi kebijakan pengembangan usahatani ; kinerja pasar input dan pasar output serta strategi kebijakan yang terkait dengan pasar sarana produksi utama ; dan pasar produk primer komoditas pertanian unggulan . Pengamatan dilakukan pada tahun 2004, di Kabupaten Agam, Suma :era Barat . Hasil pengamatan menunjukkan adanya perubahan positif pada struktur ekonomi pedesaan . Kineria pasar input mampu memberikan insentif peningkatan produksi dan pendapatan bagi petani peserta program agropolitan. Beberapa indikasi menunjukkan perolehan sarana produksi pertanian yang relatif baik karen i didukung oleh aksesibilitas fisik dan daya beli yang memadai ; Kelemahan mendasar adalah belum berke nbangnya kelembagaan pemasaran bersama, sehingga kemampuan penetrasi dan perluasan pasar relatif terbatas ; Pasar input mengikuti mekanisme pasar, relatif kompetitif dan harga relatif tidak bergejolak. Kinerja pasar output memberikan beberapa informasi menarik yaitu pemasaran temak sapi potong memiliki efisiensi dan potensi pasar yang tinggi, serta struktur pasar yang relatif kompetitif . Kata kunci : Agropolitan, kelembagaan, agribisnis, sapi potong PENDAHULUAN P-,ndekatan kelembagaan model agropolitnn pada hakekatnya adalah mensinergikan pengembangan kelembagaan agribisnis dalam konteks pengembangan ekonomi wilayah, sehingga total nilai tambah dalam pengembangan agribisnis dapat dinikmati oleh masyarakat setempat . Hasil tinjauan empirik hubungan desakota dalam perspektif pengembangan model agropolitan dalam mendukung pengembangan ekonomi wilayah berbasis agribisnis (RUS ASTRA et al ., 2002 ; COLLIER et al ., 1993) dapat dirumuskan beberapa antisipasi permasalahan seperti : (1) Relatif lemahnya pemahaman konsep yang integratif dan komprehensif tentang keterkaitan desa-kota yang mencakup siklus pembangunan wilayah yang kondusif dan proses pembangunan agropolitan yang mencakup struktur dan hubu igan keterkaitan desa-kota ; (2) Lemahnya pemahaman konsep, siklus, dan proses peng,mbangan model agropolitan yang
berdampak terhadap rancangan dan pelaksanaan, serta rumusan intervensi kebijakan yang dibutuhkan . Keberhasilan pelaksanaan program pengembangan agropolitan akan memberikan dampak teknis dan ekonomis secara nyata terhadap pembangunan wilayah, dalam bentuk : (a) Harmonisasi dan keterkaitan hubungan yang saling menguntungkan antara daerah pedesaan dan perkotaan ; (b) Peningkatan produksi, diversifikasi, dan nilai tambah pengembangan agribisnis yang dinikmati secara bersama-sama oleh masyarakat dalam kawasan pengembangan agropolitan ; (c) Peningkatan pendapatan, pemerataan kesejahteraan, perbaikan penanganan lingkungan, dan keberlanjutan pembangunan pertanian dan pedesaan . Tulisan ini dimaksudkan untuk melihat alternatif model agropolitan dalam mendukung pengembangan ekonomi wilayah berbasis agribisnis sapi potong yang meliputi : struktur keterkaitan desa-kota dan pembangunan wilayah ; kinerja produksi produk primer dan
323
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
produk olahan komoditas pertanian unggulan dan strategi kebijakan pengembangan usahatani dan agroindustri ; kinerja pasar input dan strategi kebijakan yang terkait dengan pasar sarana produksi utama ; kinerja pasar output dan strategi kebijakan yang terkait dengan pasar produk primer komoditas pertanian unggulan . POKOK BAHASAN Karakteristik wilayah pengamatan Kabupaten Agam merupakan satu diantara delapan kabupaten yang ditetapkan untuk melaksanakan Program Rintisan Pengembangan Kawasan Agropolitan dengan ternak sebagai komoditi unggulan . Sebagaimana diatur dalam Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan, penetapan Kabupaten Agam sebagai kawasan agropolitan sudah berdasarkan pemikiran untuk melanjutkan dan mengoptimalkan hasil-hasil program sebelumnya. Beberapa program sub sektor peternakan yang pernah dilaksanakan sebelumnya adalah : (a) Village breeding centre (VBC) untuk pembibitan sapi potong di Kecamatan IV Angkat Candung dan Koto Ilalang . Program tersebut dilaksanakan sejak tahun 1987 dengan melakukan persilangan antara sapi lokal (turunan sapi Ongole) dengan sapi Simmental cross (pejantan) yang didatangkan dari Australia; (b) Gerakan Pembangunan Nagari (Gerbang Nagari) tahun 1998, berupa perbaikan keturunan ternak melalui inseminasi buatan (IB) . Sampai saat ini keturunannya sudah mencapai F3 dan banyak dicari oleh peternak dari daerah lain ; (c) Kawasan Sentra Produksi Peternakan (KSP Peternakan) tahun 1999 meliputi 3 kecamatan yaitu IV Angkat Candung, Baso dan Tilatang Kamang ; (d) Proyek Ketahanan Pangan bidang peternakan dengan kegiatan pemberian bantuan modal kepada kelompok peternak di Baso . Berdasarkan kesepakatan bersama, Pemerintah Kabupaten Agam menetapkan kawasan agropolitan di Kabupaten Agam
3 24
dikembangkan di dua kecamatan yaitu IV Angkat Candung dan Candung dengan enam kecamatan lain sebagai hinterlan 1-nya. Penetapan kawasan ini diatur m elalu . SK Bupati No . 29 tahun 2003 . Kabupaten Agam terletak pada ketinggian 2-1 .031m diatas permukaan laut, dengan batas-batas wilayah : Utara dengan Kabupaten Pasaman, Timur dengan Kabupaten 50 kota, Selatan dengan Kabupaten Padang Pariaman, dan Barat dengan Samudera Indonesia . Pada tahun 2003, Kabupaten memiliki 15 Kecamatan . Kecamatan Ampek Angkek Canduang terletak di dataran tinggi Kabupaten Agam di kaki/lereng Gunung Merapi, tepatnyz di 100,36-43 BB dan 0,17-85 LU, dengan batas wilayah sebelah Utara dengan Kecainatan Tilatang Kamang, sebelah Timur dengan Kecamatan Candung, sebelah Barat dengan Kota Bukittinggi dan sebelah Selatan dengan Kecamatan Baso . Kecamatan ini terletak pada ketinggian 800-899 meter di atas perm u kaan laut . Salah satu indikator untuk mengc •tahui keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu wilayah adalah tingkat pertumbuhan ekonominya . PDRB subsektor pertanian tanaman pangan memberikan sumbangan yang tertinggi, yaitu lebih dari 20% dari seluruh lapangan usaha . Komoditas yang meronjol pada sub sektor pertanian tanaman pangan di Kabupaten Agam adalah padi sawah, ubi jalar serta sayur-sayuran . Sumbangan subsektor peternakan dalam perekonomian Kabupaten Agam berdasarkan PDRB menurut lapangan usaha pada tahun 2002 adalah 2,57 pcrsen . Meskipun dibandingkan dengan FDRB pertanian tanaman pangan relatif kecil, n .imun demikian wilayah ini dinilai cukup potcnsial untuk pengembangan ternak khususnya Ornak sapi potong . Gambaran mengenai dinn •m ika populasi ternak sapi potong di Kabupaten Agam dan di Provinsi Sumatera Barat dari tahun 1998-2002 disajikan dalam Tabel 1 . Sementara dinamika pemilikan ternak sapi sebelum dan sesudah adanya Program Agro Politan (PAP) terlihat pada Tabel 2 .
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Tabel
1 . Dinamika populasi temak sapi potong di Kabupaten Agam dan Sumatera Barat, tahun 1998-2002
Tahun 1998 1999 2000 2001 2002
Kabupaten Agam' 34 .153 34 .941 35 .269 42 .719 46 .597
Sumatera Barat 420.668 425.338 459 .673 501 .356 546 .862
Pangsa Agam terhadap Sumatera Barat (%) 8,11 8,21 7,67 8,52 8,52
Sumb _r: 'DINAS PhIE,RNAKAN PROVINSI SUMATERA BARAT (2003') Tabel
2 .Dinamika pemilikan ternak sapi pada petani sampel, sebelum dan setelah PAP
Status temak
Sebelum PAP (ekor)
Setelah PAP (ekor)
Pedctjantan Pedc :t betina Mudajantan Mucla betina Dewasa jantan Dewasa betina
0,2 0,3 0,2 0,6 1,5
0,5 0,6 0,2 0,4 0,1 1,7
Jum lah pemilikan
2,8
3,5
Siklu s dan struktur keterkaitan desa-kota
Ditetapkannya Kecamatan IV Angkat Candung dan Kecamatan Candung sebagai kawasan agropolitan adalah berdasarkan berb,-.gai pertimbangan yang terkait dengan Tabe''.I
lingkungan strategis domestik dan internasional . Gambaran lingstrat domestik sebelum dan sesudah adanya program pengembangan kawasan agropolitan dapat dilihat dari Tabel 3 .
3 . Lingstrat domestik dan intemasional di kawasan pengembangan agropolitan, Kabupaten Agam, 2004
Urai an Lingstrat domestik a . Pengembangan infrastruktur' - Fisik - Kelembagaan b . R ;layanan dasar2 - Teknologi/litbang - Penyuluhan/pendampingan - Pasar input - Pasar output c . Organisasi dan manajemen 3 - Sistem produksi - Pasar input - Pasar output - Implementasi kebijakan
Sebelum PAP
Sesudah PAP
3 3
2 2
3 3 3 3
2 2 2 2
2 2 3 3
2 2 3 3
Keterungan :
I Dukungan infrastruktur : I = sangat tinggi ; 2 tinggi ; 3 = sedang ; 4 = kurang 2Kwalifikasi pelayanan dasar : I = sangat baik ; 2 = balk ; 3 = sedang; 4 = kurang 3Dukungan organisasi dan manajemen : I = sangat balk ; 2 = balk ; 3 = sedang ; 4 = kurang
325
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Dukungan infrastruktur sebelum adanya program agropolitan dinilai belum memadai oleh karena itu pengembangan kawasan diarahkan untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan produktivitas seperti jalan usahatani dan perbaikan sistem pengairan, peningkatan pemasaran dan perbaikan lingkungan perumahan agar kualitas SDM juga meningkat. Hasil pengembangan infrastruktur fisik dinilai masyarakat mencukupi terutama pembangunan jalan usahatani sehingga memudahkan mereka untuk membawa sarana produksi dan hasil produksi . Demikian juga dengan pengembangan kelembagaan . Kelompok peternak di kawasan ini sudah terbentuk sebelum program agropolitan yaitu Ika Pasla, Tunas Muda, dan Harapan . Setelah ada program, kegiatan kelompok ditingkatkan dengan lebih memperbanyak frekuensi pertemuan kelompok dan bantuan kredit BLM diberikan kepada anggota kelompok . Pemerintah juga membentuk Perkumpulan Petani Cinta Lingkungan (PPCL) yang merupakan wadah dari beberapa kelompok tani yang anggota kelompoknya sudah mulai menerapkan budidaya tanaman dengan pendekatan organic farming serta menerapkan pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan agensi hayati . Pelayanan dasar yang meliputi teknologi, penyuluhan, pasar input dan output juga menjadi perhatian pemerintah . Pelayanan dasar di bidang teknologi/litbang dilaksanakan dengan menjalin kerjasama dengan beberapa instansi seperti LIPI, Balitsa, BPTP, BATAN dan UNAND . Penyuluhan/pendampingan juga diberikan terutama dari tim pembina dan tim pelaksana pengembangan kawasan agropolitan . Nagari Lambah ditetapkan sebagai Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) . Fasilitas yang tersedia di desa ini antara lain hanyalah berupa : (a) Kantor KCD Peternakan dengan staf sebagai berikut: Dokter Hewan I orang ; Mantri Hewan I orang; Petugas insiminator, pemeriksa kebuntingan dan vaksinator yang sekaligus bertugas sebagai penyuluh peternakan 3 orang; (b) Lembaga keuangan : BRI Cabang Kecamatan IV Angkat Candung; Bank Nagari Lambah .
326
Walaupun aksesibilitas ke desa ini cukup tinggi tetapi pusat pertumbuhan ini belum mempunyai fasilitas pendukung lain yang dibutuhkan sebagai sebuah kota pertanian misalnya sarana pengolahan hasil pro(l uksi, lembaga permodalan agribisnis, pasar dalam arti luas yaitu pasar hasil-hasil pertanian, pasar sarana pertanian dan alsintan serta jasa penunjang lainnya seperti gudang dan penyimpanan dengan alat pendingin . Satt ini pemerintah kabupaten dengan ba ituan pemerintah pusat dan provinsi sedang berusaha membangun pasar petani sebagaimana yang dipersyaratkan dalam membangun kawasan agropollitan . Belum terlihat adanya keterkaitan z ntara pusat pertumbuhan dengan desa-desa lain yang ada di kawasan maupun desa-desa hinterlandnya . Produksi pupuk kandang di desa pusat pertumbuhan belum dimanfaatkan oleh petani sayuran di desa-desa hinterland. Disanmping karena masih rendahnya produksi r upuk kandang dan hanya dapat dimanfaatkan sendiri oleh peternak, petani sayur lebih suka meriakai pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam . Kinerja dan internalisasi dampak inv , :stasi dasar di pedesaan diperlihatkan pada Tabel 4 . Investasi dasar di pedesaan diarahkan uintuk peningkatan produktivitas, peningkatan pemasaran dan perbaikan lingkungan . Dt ngan pembangunan jalan usahatani, perbaikan sistem pengairan dan pembangunan air b ersih dirasakan dampak positifnya bagi masyarakat . Namun karena aplikasi teknologi sebeluni dan sesudah program tidak berubah secara signifikan dampaknya terhadap produksi dan pasar baik input maupun output juga tidak signifikan . Demikian juga internalisasi dampaknya terhadap kesempatan kerja dan kesem 3atan berusaha serta peningkatan pendapatan dan distribusi pendapatan . Perluasan kesem )atan kerja di sub sektor peternakan belum terlihat signifikan mengingat skala usaha ternak saat ini berada pada tingkat yang masih •J apat ditangani sendiri oleh peternak sehingga mereka hampir tidak pernah memakai tcnaga kerja luar keluarga .
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Tabel 4 .
Kinerja dan internalisasi dampak investasi dasar di pedesaan yang terkait dengan komoditas unggulan yang dikembangkan di kawasan agropolitan, Kabupaten Agam, 2004
Ura ian Kin-,rja investasi dasar di pedesaan t a. Produksi dan pasar input b . Produksi usahatani c. P aska panen dan pengolahan d . Pardagangan output Internalisasi dampak2 a. Kesempatan kerja b . K esempatan berusaha c. P .-ningkatan pendapatan d . L istribusi pendapatan e. Kesejahteraan dalam arti Was Dampak terhadap sektor perkotaan3 a . Partumbuhan pusat perbelanjaan b . P-layanan jasa kesehatan, hiburan, dli c . P isar input dan pelayanan produsen d . P .-masaran produk ekspor
Sebelum PAP
Sesudah PAP
2 3 4 3
2 2 4 3
3 3 3 3 3
3 3 3 3 3
4 4 3 3
4 4 3 3
Keterangan : I Kinerja investasi dasar di pedesaan : I = sangat tinggi ; 2 = tinggi ; 3 = sedang ; 4 = rendah 2 lntemalisasi dampak investasi pedesaan : I = sangat balk ; 2 = baik ; 3 = sedang; 4 = rendah 3 Dampak investasi dasar dan intemalisasi dampaknya terhadap permintaan/kebutuhan pelayanan sektor perkotaan: I = sangat tinggi ; 2 = tinggi ; 3 = sedang; 4 = rendah Lliversifikasi ekonomi mulai terlihat . Petetnak mulai mengolah kotoran ternaknya menjadi pupuk kandang . Limbah pertanian tidak lagi dibuang tapi dimanfaatkan untuk paka 1 ternak baik untuk ternak sendiri maupun untul ; ternak yang lain . Peningkatan produktivitas melalui efisiensi juga mulai terlilat terutama dengan adanya jalan usahatani dan perbaikan pengairan . Kondisi tersebut diharapkan menjadi basis bagi perluasan kesetpatan, kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan . Mas~ , arakat juga melihat arah perubahan yang positif bagi pemulihan sumberdaya, Iingkungan dan ekologis . Apalagi pemerintah memfasilitasi pembentukan Perkumpulan Petani Cinta Lingkungan (PPCL) serta pemltangunan sarana air bersih bagi mas) arakat .
Kinerja dan kebijakan pengembangan komoditas unggulan Sesuai dengan Surat Menteri Pertanian No .144/OT .210/A/V/2002, Kabupaten Agam ditunjuk sebagai salah satu wilayah Rintisan
Pengembangan Kawasan Agropolitan dengan komoditi utama sapi potong. Kemudian berdasarkan surat tersebut Bupati Agam melalui SK . Bupati No . 29 Tahun 2003 menetapkan Wilayah Kawasan Pengembangan di Kecamatan IV Angkat Candung dan Candung serta 6 kecamatan lain sebagai hinterland-nya. Kawasan IV Angkat Candung sejak dulu dijadikan sebagai kawasan sentra produksi peternakan yaitu kawasan yang dikembangkan untuk memproduksi bibit/bakalan/anak sapi potong hasil Inseminasi Buatan (kawin suntik) . Masyarakat sangat berminat dan cenderung memelihara ternak sapi betina dan sangat mengenal kegiatan Inseminasi Buatan . Jenis sapi yang dikembangkan di kawasan ini khusus sapi unggul peranakan sapi Simental, Limousine dan Frrisien Holstein (FH) . Tetapi pada umumnya jenis sapi yang dipelihara adalah sapi Simental dengan rata-rata pemilikan 4-10 ekor, sebelum agropolitan ratarata pemilikan 2-3 ekor . Pemeliharaan sapi dilakukan dengan cara dikandangkan pada malam hari, sedangkan pada pagi hari sampai menjelang maghrib sapi diikat dengan tali + 15 meter di bawah pohon dekat padang rumput
327
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
sehingga sapi dapat leluasa makan rumput di sekitarnya. Peternak selain mengusahakan miliknya sendiri juga melakukan sistem bagi hasil (seduaan/maro) dengan pola 1 : 1, dalam hal ini biaya pengobatan vaksin serta IB menjadi tanggungjawab pemilik . Masyarakat di kawasan agropolitan ini sudah sejak lama memelihara ternak dengan teknologi semi modern sehingga adanya agropolitan tidak drastis menyebabkan perubahan aplikasi teknologi . Ini tercermin dari
analisa R/C pada Tabel 5 . yang menunjukkan bahwa sesudah program agropolitan R/C hanya naik sebesar 5 persen (dari 1,25 menjadi 1,29) . Dari Tabel 5 tampak juga tahwa pendapatan peternak sesudah program agropolitan meningkat dari Rp . 1 .554 .800 menjadi Rp . 2 .022 .400, atau meningkat sebesar 30 persen dari sebelum adanya program agropolitan . Peningkatan pendapatan terjadi bukan karena peningkatan efisiensi tetapi lebih disebabkan naiknya harga sapi baik sapi induk maupun anak sapi .
Tabel 5. Analisa usaha ternak sapi potong kawasan agropolitan Kabupaten Agam, Sumatera Barat . 2004 (dalam rupiah) Uraian Biaya : 1 . Sapi induk awal 2 . Pakan hijauan 3 . Konsentrat 4. Vitamin 5 . Obat-obatan 6 . Vaksin 7 . Bahan IB Total biaya Penerimaan : 1 . Nilai sapi induk akhir 2 . Nilai anak sapi umur 5 - 7 bulan Total penerimaan Pendapatan: R/C
Sebelum agropolitan
Sesudah agropolittn
4 .685 .173
5.249 .285
1 .319.457 135 .000 217.580 93 .258 31 .222 6.481 .690
1 .319 .457 135 .000 212 .670 98 .112 32 .681 7 .047 .142
5 .135 .173 2 .901 .323 8 .036 .496 1 .554 .800 1,25
5 .750 .285 3 .319 .239 9 .069 .524 2 .022 .382 1,29
Keterangan : I Jangka waktu analisa I x 1,5 tahun, tidak termasuk biaya TK dan penyusutan kandang 2Umur sapi induk minimal 2,5 tahun - Lama kebuntingan + 9 bulan - Calving interval 2 - 3 bulan PPakan hijauan pada umumnya diambil dari kebun sendiri Dalam pengelolaan usaha temaknya hampir tidak ada peternak yang mengambil tenaga kerja luar keluarga (tenaga upahan) mengingat skala usahanya saat ini masih pada skala yang dapat ditangani sendiri . Penggunaan tenaga kerja menurut jenis kegiatan pada usaha ternak disajikan pada Tabel 6 . Informasi yang dapat dilihat dari Tabel tersebut tampak bahwa terjadi peningkatan penggunaan tenaga kerja baik tenaga pria maupun wanita. Keadaan ini
328
tidaklah mengindikasikan adanya penggunaan tenaga kerja yang lebih intensif tetapi karena terjadinya peningkatan skala usaha ternak . Kebijakan pengembangan komoditas unggulan saat ini yang ditempuh pemerintah kabupaten adalah meningkatkan rata-rata pemilikan sapi oleh peternak dari skala usaha sambilan (2-3 ekor/peternak) menjadi skala usaha ekonomi (minimal 7 ekor/peternak) .
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Tabe 16 . Penggunaan tenaga kerja dalam usahatemak sapi potong selama 1 tahun (HOK) di kawasan agropolitan Kabupaten Agam, 2004 Jcnis kegiatan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Sinitasi/perawatan kandang Menyabit rumput Menggembalakan ternak Memberi pakan dan minum Memandikan temak P .rbaikan kandang
Total penggunaan TK
Sebelum program TKDKP TKDKW 49,28 22,81 75,28 45,62 48,36 45,62 31,48 26,46 23,27 10 237,67 140,51
Sesudah program TKDKP TKDKW 52,93 22,81 95,81 68,43 43,34 45,62 34,42 41,98 28,74 15 270,24 178,84
Keteringan : - 1 HOK =8jam kerja - TKDKP = Tenaga kerja dalam keluarga pria - TKDKW = Tenaga kerja dalam keluarga wanita
Kinerja dan kebijakan strategis pasar input Input produksi usaha ternak terdiri dari bibit. pakan kombinasi (rumput lokal dan rumput gajah), kosentrat (limbah pertanian dan dedak), obat-obatan, vaksin dan vitamin . Pengadaan sapi induk sebelum program, peternak membeli sendiri sapinya, sedangkan sesudah ada program 55,56 persen responden memperolehnya dari kredit program, dalam hal ini responden membeli sendiri tetapi uangnya diperoleh dari pinjaman atau kredit program . Pada umumnya responden membeli sapi induk (sapi bakalan) dari peternak lain di kecamatannya. Pembayarannya dilakukan dengan tunai dan sapi diambil di rumah penjual . Hijauan makanan ternak (HMT) jarang dibeli responden karena biasanya diambil dari kebuii/ladang milik sendiri . Peternak di kawasan ini sudah biasa menanam rumput untul : makanan ternak terutama jenis rumput unggal seperti rumput gajah dan rumput raja . Penaiaman rumput ini sudah menyebar di seluruh daerah kabupaten dengan luas pengisahaan minimal 0,25 ha . Sedangkan kosentrat berupa limbah pertanian (kulit singkong, bungkil jagung) dan dedak dapat diusahakan sendiri oleh peternak . Di kawasan ini kulit singkong dapat dengan mudrh diperoleh karena IV Angkat Candung dan sekitarnya terkenal sebagai penghasil kripik singkong/sanjai . Dedak diperoleh dari penggilingan padi, biasanya berasal dari padi sendiri namun apabila tidak ada baru dibeli dari pemilik penggilingan tersebut .
Vitamin, obat-obatan dan vaksin biasanya dibeli sendiri baik sebelum atau sesudah ada program . Peternak membelinya di kios atau dari petugas dinas peternakan kecamatan . Bagi peternak yang mendapat bantuan kredit diambil kebijakan oleh petugas setempat untuk mengkoordinir pembelian obat-obatan dan vaksin yaitu sebesar Rp. 100 .000/ekor/tahun sehingga jika setiap sapi program sakit atau perlu vaksinasi, peternak tidak perlu membayar lagi . Bahan inseminasi buatan dibeli peternak dari petugas dinas peternakan kecamatan dan biasanya petugas akan datang setelah mendapat laporan dari peternak bahwa sapinya sudah menunjukkan tanda-tanda birahi . Untuk mendukung pengembangan usaha ternak, pemerintah kabupaten sudah mendirikan 1 Pos IB induk di Kota Hilalang dan I Pos Kesehatan Hewan . Dengan adanya program agropolitan kegiatan kawin suntik ditingkatkan di kawasan antara lain dengan memperbanyak droping semen dari Balai IB Tuah Sakato milik pemerintah provinsi . Biaya IB yang dikeluarkan peternak adalah Rp . 20 .000/suntikan dengan catatan jika gagal sapi akan disuntik kembalil tanpa bayar . Hampir semua responden menyatakan bahwa pasar input bersifat kompetitif kecuali bahan IB . Walaupun obat-obatan dan vaksin dibeli dari petugas dinas peternakan tapi obatobatan dan vaksin juga tersedia di banyak tempat dengan harga bersaing . Bahan IB hanya dapat dibeli dari petugas karena merupakan input yang kualitasnya sangat dijaga dan untuk memproduksinya membutuhkan teknologi tertentu .
329
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Menurut peternak dengan adanya pembangunan jalan usahatani aksesibilitas fisik menjadi meningkat terutama transportasi ternak menjadi lebih mudah . Sementara itu aksesibilitas ekonomi masih dianggap rendah karena peternak masih belum mampu meningkatkan skala usahanya sedangkan bantuan modal dari pemerintah baru menyentuh sebagian kecil peternak . Kinerja dan kebijakan strategis pasar output
Peternak pada umumnya menjual ternaknya kepada pedagang pengumpul desa yang biasanya berkeliling dari desa ke desa 2-3 hari sebelum hari pasar dari berbagai pasar di seputar Kabupaten Agam dan kabupaten lain sekitarnya . Kepada siapa responden menjual ternaknya dan berapa proporsi ternak yang dijual kepada pedagang tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7 . Tabel 7 . Pedagang yang membeli ternak responden di kawasan agropolitan Kabupaten Agam, 2004 Tingkatan pedagang Sebelum (%) Sesudah (%) Pedagang 65,39 69,23 pengumpul desa Pedagang 7,69 7,69 pengumpul kecamatan Campuran 26,92 23,08 Dari Tabel 7 di atas terlihat bahwa sebelum adanya program 65,39 persen peternak menjual ternaknya ke pedagang pengumpul yang berkeliling dari desa ke desa, hanya 7,69 persen yang menjual ternaknya ke pedagang pengumpul kecamatan . Hampir 27 persen peternak menjual ternaknya ke beberapa tingkatan pedagang . Terjadi sedikit perubahan sesudah program agropolitan yaitu lebih banyak petemak yang menjual ternaknya ke pedagang pengumpul desa . Antara peternak dan pedagang Cidak ada ikatan, sehingga peternak bebas menjual ternaknya ke pedagang yang memberikan harga yang layak. Pada umumnya setelah terjadi kesepakatan harga, pedagang memberikan panjar dan 2-3 hari kemudian pedagang akan datang untuk mengambil ternak
330
dan melunasi pembayarannya . Pedagang pengumpul tersebut akan menjual ternaknya di pasar-pasar hewan terdekat baik yang ada di Kabupaten Agam maupun Kabupaten tetangganya (Kabupaten Tanah Datar dan Lima Puluh Koto) . Pada umumnya peternak menjual sapinya yang berusia kurang dari 6 bulan (sapi p : det) . Kebanyakan sapi pedet yang dijual adalali sapi pedet jantan karena sapi pedet betina akan dikembangbiakan lagi oleh peternak, demikian juga dengan sapi muda betina . Sapi dewasa betina dijual biasanya karena tidak bisa iamil setelah beberapa kali penyuntikan . "Cidak terlihat perbedaan mencolok dari jenis sapi yang dijual sesudah dan sebelum prcgram pengembangan agropolitan . Sebagian besar peternak menyerahkan sapinya ke pedagang di rumah peternak yang bersangkutan atau dapat dikatakan peda ; ;anglah yang datang ke rumah responden . Tidak ditemui peternak yang langsung menjualnya ke pasar ternak karena di pasar ternak berlaku tata cara khusus antara penjual dan pembeli yang dikenal dengan istilah "transaksi di balik sarung" . Pedagang pengumpul desa/kecarnatan yang membawa sapinya ke pasar hewan biasanya menyilangkan sarungnya di pu idaknya . Sesampainya di pasar hewan, ia akan didatangi oleh seorang pedagang dan pedagang tersebut memberikan kode harga penawarannya ke pedagang pengumpul di balik sarung pedagang pengumpul tersebut . Apabila tidak ada pedagang lain yang menawar lebih linggi dari pedagang pertama maka sapi-sapi tersebut akan dijual ke pedagang yang pertama . Pada prinsipnya sapi akan dijual kepada penawar tertinggi namun harga penawaran lianya diketahui oleh pedagang pasar dan pedagang pengumpul yang bersangkutan . Walaupun daya beli penduduk lokal menurun namun produk ternak dan sa ;vuran Sumatera Barat dapat dipasarkan ke provinsi tetangga seperti Riau dan Jambi . Beb : rapa petemak mengeluhkan tentang turunnya iarga sapi selama setahun terakhir . Penurunan iarga diduga terjadi karena masuknya daging impor ilegal yang harganya jauh lebih rendah dari daging sapi lokal . Belum terlihat adanya usahausaha untuk meningkatkan nilai tambah baik untuk produk utama maupun sampingann 3 a .
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Sementara untuk struktur pasar serta aksesibilitas peternak dalam menjual ternak di Kabi.paten Agam disajikan pada Tabel 8 . Tabel 8 . Struktur pasar, pembentukan harga serta aksesibilitas fisik pada pasar output usahaternak sapi potong di kawasan agropolitan Kabupaten Agam, 2004 Urai an Stru ktur pasar : 1 . Monopsoni 2 . Oligopsoni 3 . Kompetitif Pembentukan harga : 1 . P "ice taker
2 . Mekanisme pasar Aks -sibilitas fisik : 1 . Sangat sulit 2 . Sulit 3 . N udah 4 . Sangat mudah Dayi serap pasar: 1 . K urang 2 . St .dang 3 . T nggi 4 . Sangat tinggi
Sebelum program
Sesudah program
6,67
6,67
93,33
93,33
-
100
100
100
100
37,5 62,5
25 75
Dari masukan yang diperoleh di lapang (Tabel 8) menunjukkan bahwa struktur pasar sapi potong di Kabupaten Agam bersifat kompetitif, yaitu terdapat banyak pedagang di pasar . Dengan struktur pasar seperti ini pembentukan harga yang terjadi ditentukan oleh mekanisme pasar, sehingga diharapkan dapal mengangkat harga jual sapi di tingkat peterak . Akseeibilitas fisik dari lokasi peternak ke pasar relatif mudah dilakukan . Hal ini juga yang telah memberi manfaat bagi peternak dalani usahanya untuk menjual ternak maupun mencari pakan ternak. Dari masukan yang didapat, dengan adanya program agropolitan ini t .-rdapat peningkatan daya serap pasar (12,53'o) dibandingkan sebelum adanya program agropolitan .
KESIMPULAN 1 . Perubahan struktur dan keterkaitan desa-kota menunjukkan perubahan positif pada struktur ekonomi pedesaan yang direfleksikan oleh regim produksi, pelestarian alam, infrastruktur, !an lingkungan ; 2 . Kinerja pasar input mampu memberikan insentif peningkatan produksi dan pendapatan bagi petani peserta program agropolitan. Kinerja pasar input menunjukkan beberapa indikasi perolehan sarana produksi pertanian yang relatif baik karena didukung oleh aksesibilitas fisik dan daya beli (aksesibilitas ekonomi) yang memadai ; 3 . Kelemahan mendasar adalah belum berkembangnya kelembagaan pemasaran bersama, sehingga kemampuan penetrasi dan perluasan pasar relatif terbatas ; Pasar input mengikuti mekanisme pasar, relatif kompetitif dan harga relatif tidak bergejolak ; 4 . Kinerja pasar output memberikan beberapa informasi menarik yaitu : Pemasaran ternak sapi potong memiliki efisiensi dan potensi pasar yang tinggi, serta struktur pasar yang relatif kompetitif. DAFTAR PUSTAKA K . SANTOSO, SOENTORO and R. 1993 . A new approach to rural development in Java : Twenty Years of Village Studies . PT. Intersys Kelola Maju, Jakarta .
COLLIER, W .L .,
WIBOwo .
DINAS
PETERNAKAN . 2003 . Statistik petemakan Provinsi Sumatera Barat tahun 2002 . Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Padang .
dan B . RACHMAN . 2002 . Pembangunan ekonomi pedesaan berbasis agribisnis . Analisis Kebijakan : Pembangunan Pertanian Andalan Berwawasan Agribisnis (Editor: T. SUDARYANTO et al., 2002). Monograph Series No . 23 . Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor .
RUSASTRA, 1 .W., P. SIMATUPANG
331