16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 1060 45’ 50’’ Bujur Timur dan 1060 45’ 10’’ Bujur Timur, 60 49’ 29’’ Lintang Selatan dan 60 50’ 44’’ Lintang Selatan yang berjarak 120 Km dari Ibukota Negara (Jakarta) dan 96 Km dari Ibukota Propinsi (Bandung). Wilayah Kota Sukabumi seluruhnya berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi yakni: • Sebelah Utara
: berbatasan dengan Kec. Cisaat dan Kec. Sukabumi,
• Sebelah Timur : berbatasan dengan Kec. Sukaraja, Kab. Sukabumi. • Sebelah Barat
: berbatasan dengan Kec. Cisaat, Kab. Sukabumi
• Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kec. Nyalindung Kab. Sukabumi Secara administratif wilayah Kota Sukabumi berdasarkan PP No.3 tahun 1995 seluas 48 Km² terbagi dalam 5 kecamatan dan 33 desa/kelurahan. Selanjutnya berdasarkan Perda Nomor 15 Tahun 2000 tanggal 27 September 2000, wilayah administrasi Kota Sukabumi mengalami pemekaran menjadi 7 kecamatan dengan 33 kelurahan.
Gambar 2. Peta Administratif Kota Sukabumi
17 Tujuh kecamatan yang ada di Sukabumi antara lain Kecamatan Baros, Citamiang, Warudoyong, Gunung Puyuh, Cikole, Lembursitu, dan Cibeureum. Tabel 1. Pembagian Luas Wilayah Kecamatan di Kota Sukabumi No.
Kecamatan
Jumlah Desa/
Luas
Persentase
Kelurahan
(Km2)
(%)
1.
Baros
4 Kelurahan
6,11
12,73
2.
Citamiang
5 Kelurahan
4,04
8,42
3.
Warudoyong
5 Kelurahan
7,60
15,84
4.
Gunung Puyuh
4 Kelurahan
5,50
11,45
5.
Cikole
6 Kelurahan
7,08
14,75
6.
Lembursitu
5 Kelurahan
8,90
18,54
7.
Cibeureum
4 Kelurahan
8,77
18,27
Total
33 Kelurahan
48,00
100,00
Sumber : BPS (Kota Sukabumi Dalam Angka, 2007) Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Lembursitu dengan luas 8,90 Km2 atau 18,54% dari total luas kota Sukabumi, sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu Kecamatan Citamiang dengan luas 4,04 Km2 atau 8,42% dari total luas kota Sukabumi. Kondisi Iklim Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jarak dari pantai. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan orographi dan perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam tiap bulannya. Secara umum Kota Sukabumi beriklim tropis dengan suhu udara minimum 15ºC dan suhu udara maksimum 30ºC. Rata-rata curah hujan tertinggi pada tahun 2006 terjadi pada bulan Februari dengan curah hujan 483,5 mm (26 hari hujan, rata-rata curah hujan 17,4 mm), sedangkan terendah pada bulan Agustus dengan curah hujan 2 mm (2 hari hujan, rata-rata curah hujan 1 mm). Sebagaimana daerah
18 tropis lainnya, Sukabumi mengenal 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Dengan kondisi iklim mikro seperti ini, maka Kota Sukabumi relatif nyaman bagi manusia untuk tempat peristirahatan dan beraktivitas dalam berbagai aspek kehidupan. Kondisi Topografi dan Ketinggian Wilayah Wilayah Kota Sukabumi merupakan lereng selatan dari Gunung Gede dan Gunung Pangrango. Secara morfologis Kota Sukabumi berada pada ketinggian rata-rata 550 meter di atas permukaan laut pada bagian selatan, 770 meter di atas permukaan laut pada bagian utara, dan rata-rata 650 meter di atas permukaan laut pada bagian tengah. Dilihat dari bentuk bentangan alamnya, Kota Sukabumi berupa perbukitan bergelombang dengan sudut lereng beragam. Di bagian selatan berlereng datar dengan kemiringan antara 0%-3% sedangkan pada bagian utara landai dengan kemiringan antara 3%-8%. Kondisi fisik ini secara langsung ikut mempengaruhi aspek pengembangan dan pembangunan kota secara teknis seperti pengaruh terhadap sistem distribusi air bersih kota, sistem saluran pembuangan, dan juga terhadap berbagai aspek teknis lain, misalnya pekerjaan konstruksi/pekerjaan sipil, tata bangunan dan lain sebagainya.
Gambar 3. Peta Lereng Kota Sukabumi
19 Kondisi Tanah dan Penggunaan Lahan Kondisi tanah di Kota Sukabumi, terbentuk pada jaman kuarter dan merupakan batuan vulkanik Gunung Gede. Sebagian besar batuannya terdiri dari batuan Breksi Tufaan dan Lahar, Andesit dengan Oligloklas Andesin, Piroksin, dan bahan Heron Blando. Tanah di wilayah Kota Sukabumi sebagian besar berupa lempung pasir yang mempunyai sifat fisik kurang baik untuk bangunan berat, karena berdasarkan informasi dari penelitian yang telah dilakukan tebal tanah penutup ini kurang dari 10 meter. Karena sebagian daerahnya merupakan lereng Gunung Api (Gunung Gede), wilayah Kota Sukabumi mempunyai kecenderungan terkena bencana alam yang berkaitan dengan aktivitas gunung api seperti lahar, gempa bumi, dan longsor-longsoran pada bagian atas lereng. Bencana alam yang kerap kali menimpa Kota Sukabumi adalah gempa bumi. Sedangkan gerakan tanah terdapat di daerah – daerah yang terjal dengan lereng yang tidak stabil. Wilayah Kota Sukabumi memilki lereng terjal pada bagian utara dan selatan. Jenis tanah umumnya lempung pasir dan pasir. Ketebalan tanah pada bagian utara kurang dari 5 meter, sedangkan bagian selatan relatif lebih tipis. Penggunaan lahan di Kota Sukabumi dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu lahan pertanian sekitar 2.316 Ha (48,25%) dari seluruh wilayah dan sisanya seluas 2.384 Ha (51,75%) adalah lahan darat/kering. Lahan pertanian adalah lahan yang secara fungsi dan pola penggunaannya adalah untuk pengembangan komoditas padi. Lahan pertanian yang ada di Kota Sukabumi tergolong lahan yang produktif, dimana intensitas panen mencapai tiga kali dalam satu tahun. Sedangkan untuk lahan darat/kering terdiri dari kawasan terbangun, tegalan, kolam dan penggunaan lainnya yang dikategorikan bukan sawah. Kondisi Kependudukan Kota Sukabumi yang memiliki luas sekitar 4800 ha ditempati oleh 243.185 jiwa pada tahun 2000. Kemudian berdasarkan Susenas Tahun 2005 jumlah penduduk kota Sukabumi meningkat menjadi sebanyak 277.769 jiwa, terdiri dari 141.225 penduduk laki-laki dan 136.544 penduduk perempuan. Pada akhir tahun 2006 berdasarkan hasil registrasi penduduk jumlah penduduk Kota Sukabumi
20 tercatat sebanyak 263.479 jiwa. Jika dilihat dari data tersebut, menunjukkan angka pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu 2000-2006 yaitu sebanyak 20.294 jiwa, angka pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan luasan kota Sukabumi. Berdasarkan jumlah penduduk setiap kecamatan, diketahui bahwa Kecamatan Cikole memiliki jumlah penduduk paling banyak (54.757 jiwa), sedangkan Kecamatan Baros merupakan kecamatan yang paling sedikit penduduknya (29.379 jiwa). Jika dilihat dari jumlah penduduk relatif terhadap luas area atau biasa disebut kepadatan penduduk, ternyata Kecamatan Citamiang merupakan wilayah yang paling padat penduduknya yaitu sekitar 11.328,71 jiwa/ km2, sedangkan Kecamatan Cibeureum merupakan wilayah yang jarang yaitu sekitar 3.382,24 jiwa/km2. Ditinjau dari kepadatan secara menyeluruh, dapat diketahui bahwa penyebaran penduduk kota Sukabumi belum seimbang. Terdapat beberapa kelurahan yang kepadatannya tinggi, seperti Kelurahan Kebonjati dan Kelurahan Tipar serta adapula beberapa kelurahan yang relatif kepadatan penduduknya masih rendah, terutama di Kecamatan Baros. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi (tahun 2007), penduduk usia 0-4 tahun merupakan kelompok usia yang paling tinggi, diikuti dengan kelomok usia 15-19 dan usia 20-24 tahun. Faktor ini turut mempengaruhi laju perkembangan kota yang secara tidak langsung menyebabkan peningkatan sarana dan prasarana perkotaan dan kebutuhan akan kawasan pemukiman. Apalagi jika melihat angka persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan usahanya dimana sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan rata-rata sebesar 33,36% dari jumlahn penduduk yang telah bekerja. Kondisi Ekonomi Salah satu indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat perkembangan dan struktur perekonomian di kota Sukabumi adalah nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang terbagi atas harga berlaku dan atas harga konstan 2000. PDRB kota Sukabumi pada tahun 2006 atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha mencapai 1.742 milyar rupiah atau naik dari
21 tahun 2005 yang sebesar 1.546 milyar rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha mencapai 589 milyar rupiah atau naik dari tahun sebelumnya sebesar 558 milyar rupiah. Berdasarkan kontribusi terhadap perekonomian di wilayah kota Sukabumi, sektor yang memberikan kontribusi terhadap PDRB adalah dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, yaitu mencapai 45,00%. Urutan terbesar kedua dan ketiga secara berturut-turut adalah sektor jasa-jasa serta sektor pengangkutan dan komunikasi yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 16,30% dan 14,40%. Sedangkan sektor yang kontribusinya paling kecil terhadap PDRB adalah sektor pertambangan dan penggalian yang hanya 0,01%. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku dari tahun 2001-2004 mengalami peningkatan 34,13%, yaitu dari Rp. 4,740.813,72,- menjadi Rp. 6.359.220,00,-. Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan 1993, dari tahun 2001-2004 hanya mengalami peningkatan 9,24%, yaitu dari Rp. 1.967.818,73,- pada tahun 2001 menjadi Rp. 2.149.585,41,- pada tahun 2004.