IV. KONDISI UMUM WILAYAH
4.1. Kondisi Geografis dan Administrasi Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo (2008) melaporkan bahwa Kabupaten Situbondo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang cukup dikenal dengan sebutan Daerah Wisata Pantai Pasir Putih yang letaknya berada di ujung Timur Pulau Jawa bagian Utara dengan posisi di antara 7035’ – 7044’ Lintang Selatan dan 113 030’ – 114042’ Bujur Timur. Letak Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur, berbatasan dengan: - Sebelah Utara
: Selat Madura.
- Sebelah Timur
: Selat Bali.
- Sebelah Selatan : Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi. - Sebelah Barat
: Kabupaten Probolinggo.
Luas Kabupaten Situbondo adalah
1 638.50 km2 atau 163 850 ha,
bentuknya memanjang dari Barat ke Timur lebih kurang 150 km. Pantai Utara umumnya berdataran rendah dan di sebelah Selatan berdataran tinggi dengan rataan lebar wilayah lebih kurang 11 km. Untuk penelitian disertasi model pengembangan kawasan agropolitan berkelanjutan berbasis peternakan di Kabupaten Situbondo ditetapkan 5 (lima) kecamatan, yaitu: Kecamatan Asembagus, Kecamatan Jangkar, Kecamatan Arjasa, Kecamatan Kapongan, dan Kecamatan Mangaran. Kelima kecamatan tersebut berbatasan dengan: - Sebelah Utara
: Selat Madura.
- Sebelah Timur
: Kabupaten Banyuwangi.
- Sebelah Selatan : Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi. - Sebelah Barat
: Kecamatan Situbondo dan Kabupaten Bondowoso.
Secara administratif Kecamatan Asembagus terdiri atas 10 (sepuluh) desa, yaitu: 1. Desa Mojosari, 2. Desa Kertosari, 3. Desa Kedung Lo, 4. Desa Bantal, 5. Desa Awar- Awar, 6. Desa Perante, 7. Desa Trigonco, 8. Desa Asembagus, 9. Desa
Gudang, dan 10. Desa Wringin Anom.
Kecamatan
Jangkar terdiri atas 8 (delapan) desa, yaitu: 1. Desa Sopet, 2. Desa Curah Kalak, 3. Desa Palangan, 4. Desa Jangkar, 5. Desa Gadingan, 6. Desa Kumbang Sari, 7. Desa Pesanggrahan, dan 8. Desa Agel.
Kecamatan Arjasa terdiri atas 8
(delapan) desa, yaitu: 1. Desa Curah Tatal, 2. Desa Jati Sari, 3. Kayumas, 4. Desa
73
Bayeman, 5. Desa Ketoan, 6. Desa Kedung Dowo, 7. Desa Lamongan, dan 8. Desa Arjasa. Kecamatan Kapongan terdiri atas 10 (sepuluh) desa, yaitu: 1. Desa Kandang, 2. Desa Curah Cotok, 3. Desa Peleyan, 4. Desa Wonokoyo, 5. Desa Seletreng, 6. Desa Landangan, 7. Desa Kapongan, 8. Desa Kesambi Rampak, 9. Gebangan, dan 10. Desa Pokaan. Kecamatan Mangaran terdiri atas 6 (enam), yaitu: 1. Desa Tanjung Kamal, 2. Desa Tanjung Glugur, 3. Desa Tanjung Pecinan, 4. Desa Semiring, 5. Desa Trebungan, dan 6. Desa Mangaran. Jumlah desa secara keseluruhan di lima kecamatan adalah: 42 (empat puluh dua) desa. Luas wilayah di lima kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Luas kecamatan lokasi penelitian pada tahun 2008 Luas km2
Luas ha
Asembagus 118.74 Jangkar 67.00 Arjasa 216.38 Kapongan 44.55 Mangaran 35.70 Jumlah 482.37 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
11 874 6 700 21 638 4 455 3 570 48 237
No
Kecamatan
1 2 3 4 5
4.2. Jenis Tanah, Topografi, dan Iklim Jenis tanah di lokasi penelitian basis peternakan di Kabupaten Situbondo dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Luas penyebaran tanah di lokasi penelitian pada tahun 2008 No
Kecamatan
Alluvial
Regosol
Renzina
Grumosol
589 362 2 179 395 Asembagus 201 410 2 133 1 226 Jangkar 150 555 1 253 1 860 Arjasa 2 158 853 1 007 1 350 Kapongan 1 807 1 025 1 350 232 Mangaran 4 905 3 205 7 922 5 063 Jumlah Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
1 2 3 4 5
Mediteran
Latosol
Andosol
3 887
3 692
770
2 730
1 025
650
5 430
5 430
3 063
1 340
760
245
250
340
13 637
11 247
320 5 048
74
Pada umumnya topografi di daerah lokasi penelitian adalah datar dan dataran rendah dan hanya sebagian kecil saja yang mempunyai topografi berbukit yaitu: Desa Curah Tatal, Jatisari, dan Kayumas yang terletak di Kecamatan Arjasa. Keadaan iklim di Kabupaten Situbondo hampir sama pada semua kecamatan. Temperatur daerah ini lebih kurang 24.7o C – 27.9o C dengan ratarata curah hujan antara 994 mm – 1 503 mm per tahunnya dan daerah ini tergolong kering (Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008).
4.3. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya Kabupaten Situbondo Pembangunan wilayah di Kabupaten Situbondo sampai saat ini dirasakan agak lamban apabila dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Jawa Timur. Kenyataan di lapangan menunjukkan perbedaan dan kesenjangan yang cukup besar dari berbagai aspek, baik dari aspek sosial, ekonomi, budaya, dan infrastruktur.
Ditinjau dari aspek sosial, menunjukkan bahwa kehidupan
masyarakat di daerah perdesaan lebih banyak yang miskin di bandingkan dengan masyarakat perkotaan. Kurangnya infrastruktur, tingginya angka kemiskinan dan banyaknya jumlah keluarga pra-sejahtera, rendahnya mutu sumberdaya manusia, dan belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam menyebabkan perbedaan tingkat kesejahteraan antara masyarakat perkotaan dan perdesaan semakin tinggi. Adanya perbedaan pembangunan antara wilayah perkotaan dengan perdesaan serta kesenjangan sosial yang cukup tinggi sering menimbulkan kecemburuan sosial, dan jika tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan konflik. Ditinjau dari aspek ekonomi, Kabupaten Situbondo memliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, khususnya melalui sektor pertanian sub sektor peternakan. Produksi sub sektor peternakan dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan yang positif. Populasi ternak tahun 2007 menunjukkan perkembangan yang meningkat. Jumlah ternak sapi meningkat dari 137 058 ekor menjadi 137 394 ekor, ternak kambing meningkat dari 48 507 ekor menjadi 48 601 ekor, ternak domba meningkat dari 78 993 ekor mejadi 79 108 ekor, ayam ras meningkat dari 27 618 ekor menjadi 29 000 ekor, dan itik meningkat dari 47 753 ekor menjadi
48 295 ekor. Satu-
75
satunya populasi ternak yang mengalami penurunan adalah ayam buras dari 557 916 ekor menjadi 530 988 ekor. Demikian pula apabila dilihat dari produksinya, yaitu produksi daging meningkat dari 2 677 ton menjadi 3 356.9 ton (naik 25.40 %), produksi telur meningkat dari 276.9 ton menjadi 740.6 ton (naik 167.46 %), kulit sapi meningkat dari 5 239 lembar menjadi 8 337 lembar (naik 59.13 %), kulit kambing meningkat dari 200 lembar menjadi 712 lembar (naik 256 %), dan kulit domba meningkat dari 600 lembar menjadi 2 678 lembar (naik 246.33%). Pasar produk peternakan memberikan peluang pasar yang sangat baik. Selain produk peternakan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat Kabupaten Situbondo, juga untuk melayani permintaan dari kota-kota lain seperti Surabaya, Malang, dan Jakarta. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya ternak dan unggas yang dipotong serta ternak yang keluar setiap tahunnya. Kontribusi sektor peternakan dan hasil-hasilnya pada tahun 2007 dapat menyumbangkan produk domestik regional bruto (PDRB) sebanyak 9.87 % atau sebesar Rp 146 804 670 000,- juta (Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008). Ditinjau dari aspek budaya, Kabupaten Situbondo didominasi oleh Suku Madura, dan Jawa, serta sebagian kecil suku Sunda, Minangkabau, Bugis, dan Cina. Heterogenitas etnis yang diikuti oleh keanekaragaman budaya masingmasing sudah saling berinteraksi dengan baik sejak dulu sampai saat ini. Suku Madura dan Jawa yang merupakan suku paling dominan di Kabupaten Situbondo pada dasarnya memiliki sifat sosial dan gotong royong yang tinggi dengan masyarakat sekitarnya baik terhadap sesama suku maupun dengan suku lainnya, sehingga kehidupan di Kabupaten Situbondo cukup harmonis dan kondusif. Salah satu sifat Suku Madura yang cukup menonjol dan dikenal masyarakat umum adalah kecintaannya terhadap ternak, terutama ternak sapi telah membantu perkembangan peningkatan populasi ternak sapi di Kabupaten Situbondo. Usaha ternak sapi potong yang dahulunya bersifat ekstensif dan sebagai tabungan, akhirakhir ini berkembang cukup pesat dengan digiatkannya kawin suntik atau inseminasi buatan (IB) dengan bibit-bibit ternak sapi potong unggul, seperti: Simental, Limousin, Brahman, Angus, Peranakan Onggol, dan lain sebagainya. Performan yang menarik dan bobot badan dewasa yang bisa mencapai lebih 1 000 kg/ekor serta harga yang tinggi menambah peternak semakin intensif untruk
76
memelihara jenis ternak ini. Menurut laporan Dinas Peternakan (2006) bahwa Kabupaten Situbondo merupakan salah satu lumbung ternak sapi potong di Provinsi Jawa Timur.
4.3.1. Kependudukan Hasil perhitungan yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk Kabupeten Situbondo pada tahun 2007 telah mencapai 638 537 jiwa, yang terdiri atas 311 199 penduduk laki-laki dan 327 338 penduduk perempuan. Perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan atau sex ratio sebesar 95.07 % artinya dalam setiap 100 penduduk perempuan terdapat penduduk laki-laki 95 jiwa. Dengan demikian penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki. Jumlah penduduk di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Jumlah penduduk di lokasi penelitian pada tahun 2008 No
Kecamatan
Jumlah (jiwa)
(%)
Kepadatan Penduduk (jiwa/ km2)
1 2 3 4 5
Asembagus 48 960 7.67 412 Jangkar 36 082 5.65 539 Arjasa 40 032 6.27 185 Kapongan 36 583 5.73 821 Mangaran 30 556 4.79 650 Jumlah 192 213 30.11 2 607 (rataan=521 jiwa/km2) Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
4.3.2. Mata Pencaharian Penduduk Berdasarkan hasil analisis data Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo (2008) menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan mata pencaharian yang paling banyak dibandingkan dengan mata pencaharian lainnya. Kondisi ini sesuai dengan potensi wilayah Kabupaten Situbondo yang merupakan daerah agraris dan cukup potensial untuk pengembangan sektor pertanian.
Lima jenis mata
pencaharian yang paling banyak dijumpai di Kabupaten Situbondo adalah pertanian, perdagangan, jasa-jasa, industri, dan komunikasi. Jumlah persentase penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 7.
dan
77
Tabel 7 Jumlah dan persentase penduduk Kabupaten Situbondo menurut mata pencaharian pada tahun 2008 No Mata Pencaharian Jumlah (orang) % 1 Pertanian 180 798 2 Perdagangan 59 904 3 Jasa-jasa 55 501 4 Industri 23 352 5 Komunikasi 14 585 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
52.67 17.45 16.17 6.80 4.25
Jumlah penduduk dari lima kecamatan yang ditetapkan sebagai lokasi penelitian mempunyai sebaran mata pencaharian seperti pada Tabel 8.
Tabel 8 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di lokasi penelitian pada tahun 2008 No
Mata Pencaharian
Kec. Asembagus
Kec. Jangkar
Kec. Arjasa
1 Petani 11 363 6 993 2 Buruh Tani 7 189 10 156 3 Nelayan 180 1 207 4 Peternakan 6 836 11 350 5 Penggalian 7 157 6 Industri 205 596 7 Perdagangan 4 533 2 426 8 Pengangkutan 1 228 679 9 Bank/Keuangan 29 15 0 PNS 851 111 11 TNI & POLRI 163 22 12 Jasa Lainnya 607 717 13 Pensiunan 264 77 14 Pencari Kerja 1 150 511 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo
8 365 8 388 37 6 619 62 205 1 697 256 3 217 21 881 107 549 2008
Kec. Kapongan
Kec. Mangaran
6 963 8 464 807 5 591 42 391 2 005 692 10 237 21 431 107 774
2 602 5 347 1 152 4 249 0 304 1 677 473 7 318 19 510 152 839
4.3.3. Tingkat Pendidikan Penduduk Tingkat pendidikan masyarakat dapat dijadikan sebagai salah satu indikator yang menunjukkan kualitas sumberdaya manusia yang ada di suatu wilayah atau daerah. Artinya jika tingkat pendidikan masyarakat tinggi, berarti kualitas sumberdaya manusia juga akan menjadi baik. Dalam kaitannya dengan
78
pengembangan sub sektor peternakan, maka tingkat pendidikan sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, pemahaman, kemampuan untuk berusaha dan pengelolaan peternakan. Tingkat pendidikan masyarakat di Kabupaten Situbondo pada umumnya di dominasi oleh masyarakat yang belum tamat sekolah dasar. Namun demikian tidak sedikit masyarakat yang mampu melanjutkan sampai ke perguruan tinggi. Jumlah persentase penduduk yang berumur di atas 10 tahun adalah sebagai berikut: tidak tamat sekolah dasar 40.61 %, tamat Sekolah Dasar 30.66 %, tamat SLTP 12.52 %, tamat SLTA 11.78 %, dan tamat Diploma I/II 1.21 %, tamat Akademi 0.53 %, tamat Perguruan Tinggi 2.68 %. Dari lima kecamatan yang ditetapkan sebagai lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan di lokasi penelitian pada tahun 2008 No Pendidikan
Kec. Asembagus
Kec. Jangkar
Kec. Arjasa
1 Tidak Tamat SD 16 737 12 335 13 685 2 SD 12 637 9 314 10 333 3 SLTP 5 161 3 803 4 220 4 SLTA 4 854 3 578 3 969 5 Diploma I/II 498 367 407 6 Akademi 220 162 180 7 Sarjana 1 107 816 905 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
Kec. Kec. Kapongan Mangaran
12 506 9 443 3 856 3 627 372 164 827
10 445 7 887 3 221 6 438 311 137 691
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa penduduk di lokasi penelitian masih cukup banyak yang pendidikannya tidak tamat sekolah dasar (39.77 %), tamat sekolah dasar (30.03 %), tamat SLTP (12.26 %), tamat SLTA (13.60). Namun demikian, sebagian masyarakat sudah ada yang melanjutkan sampai ke perguruan tinggi, yaitu: tamat Diploma I/II (1.18 %), tamat Akademi (0.52 %), dan tamat
Sarjana (2.64 %).
Masyarakat yang pendidikannya rendah pada
umumnya banyak yang berkecimpung menjadi buruh tani, petani, peternak, dan nelayan, sedangkan yang berpendidikan menengah sampai perguruan tinggi pada umumnya banyak menjadi PNS, bekerja di industri dan perdagangan. Masyarakat masih beranggapan bergerak di bidang pertanian (pertanian, peternakan, dan perikanan) tidak menjanjikan masa depan yang baik.
79
4.4. Kondisi Infrastruktur 4.4.1. Aksesibilitas Sarana transportasi yang menghubungkan antar daerah baik antar desa, kecamatan, maupun antar kota seluruhnya dapat dilalui dengan jalan darat dan sebagian dengan laut. Panjang jalan di Kabupaten Situbondo dapat dibedakan atas Jalan Negara, Jalan Propinsi, dan Jalan Kabupaten. Panjang Jalan Negara di Kabupaten Situbondo sepanjang 110.03 km dengan status kondisi jalan baik tergolong kelas I, Jalan Propinsi sepanjang 16.98 km status kondisi jalan baik, dan sepanjang 5.25 km status kondisi jalan sedang. Akses jalan di ibu kota Kabupaten Situbondo sudah sangat baik, demikian juga akses jalan ke lokasi penelitian dari Situbondo – Kapongan – Arjasa – Jangkar – Asembagus (Jalan Negara yang dilalui kendaraan jurusan Bali) dan Situbondo – Mangaran sudah cukup baik, dihotmix, rata, dan lebar. Akses jalan di lokasi penelitian (antara kecamatan satu dengan lainnya) telah mempunyai akses jalan yang resmi yang menghubungkan kelima kecamatan tersebut (Kecamatan Mangaran, Kapongan, Arjasa, Jangkar, dan Asembagus) dari ibu kota provinsi (Surabaya) ke ibu kota kabupaten Situbondo. Jarak antara ibukota kecamatan dan kota Situbondo dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Jarak antara ibukota kecamatan dan kota Situbondo Situbondo 6 Mangaran 7 7 Kapongan 15 15 8 Arjasa 28 28 21 13 Jangkar 29 29 19 11 4 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
Asembagus
Aksesibilitas beberapa desa di lokasi penelitian (lima kecamatan) sudah cukup memadai, karena setiap desa mempunyai jalan/akses ke masing-masing ibukota kecamatan yang bisa dilalui kendaran roda empat. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pembangunan infrastruktur jalan sebagai sarana yang vital untuk perkembangan suatu wilayah di Kabupaten Situbondo sudah cukup memadai.
80
Di lokasi penelitian juga ada pelabuhan penyeberangan Jangkar yang terletak di Kecamatan Jangkar yang menghubungkan transportasi laut dari Jangkar ke Kalianget – Pulau Madura dan beroperasi setiap hari. Sarana ini paling banyak digunakan oleh masyarakat yang ingin bepergian ke Pulau Madura. Selain Pelabuhan Jangkar, di lokasi penelitian juga ada Pelabuhan Kalbut di Desa Semiring dan Pelabuhan Tanjung
Kamal,
Kecamatan Mangaran,
yang
dicadangkan apabila di Pelabuhan Kalbut terjadi air laut pasang/ombak besar. Kedua pelabuhan tersebut melayani tujuan Pulau Sepudi dengan perahu dan tidak setiap hari beroperasi, tetapi hanya hari Selasa, Rabu, dan Sabtu. Perahu-perahu dari Pulau Sepudi tiba di Pebuhan Kalbut/Tanjung Kamal pada hari Minggu, Senin, dan Kamis.
4.4.2. Kelistrikan Seluruh desa yang berada di daerah Kabupaten Situbondo sudah terdapat jaringan listrik. Sumber daya listrik sebagian masih menggunakan bahan bakar minyak, yang disuplai oleh PLTD di bawah unit kerja PT (Persero) PLN dan sebagian dari PLTU Paiton. Jumlah desa yang telah masuk listrik di Kabupaten Situbondo sebanyak 134 desa dari jumlah 136 desa atau sebanyak 98.53 %. Jumlah listrik masuk desa di lokasi penelitian dapat di lihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Jumlah listrik masuk desa di lokasi penelitian pada tahun 2008 No Uraian Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Asembagus Jangkar Arjasa Kapongan Mangaran 1 2 3
Jumlah Desa 10 8 8 Desa Berlistrik 10 8 7 Persentase (%) 100 100 87,50 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
10 10 100
6 6 100
bertahap
berupaya
4.4.3. Sarana Air Bersih Pemerintah
Kabupaten
Situbondo
secara
memprioritaskan pembangunan sarana dan prasarana air bersih di ibukota maupun di ibukota kecamatan. Produksi air bersih dan yang didistribusikan di Kabupaten selama tahun 2007 adalah sebanyak 7 430 371 m3 yang digunakan oleh pelanggan yang berjumlah 21 450 pelanggan. Jumlah pelanggan air bersih pada umumnya
81
banyak terdapat di daerah perkotaan, sedangkan di daerah perdesaan masih banyak menggunakan sumur pompa, sumur gali, dan mata air. Di lokasi penelitian (lima kecamatan) pada umumnya sudah memiliki Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang melayani kebutuhan konsumen akan air bersih walaupun dengan kapasitas yang terbatas. Seperti masyarakat Kecamatan Kapongan menggunakan air bersih dari PDAM sebanyak 3.37 % (215 KK), Sumur pompa 34. 78 % (2 218 KK), Sumur Gali
61.47 % (3 920 KK),
Mata Air 0.37 % (24 KK). Sumber air bersih masyarakat di lokasi penelitian sebagian besar menggunakan sumur gali dan sumur pompa. Hal ini disebabkan sumber air tidak terlalu dalam dan kualitas air cukup baik serta masyarakat dapat menghemat pengeluaran biaya setiap bulannya.
4.4.4. Telekomunikasi Kondisi sarana dan prasarana telekomunikasi yang terdapat di Kabupaten Situbondo meliputi: telepon rumah, telepon umum coin, telepon seluler, internet, warnet, wartel, serta Kantor Pos dan Giro yang tersebar di wilayah kecamatan. Ketersediaan sarana dan prasarana telekomunikasi pada umumnya masih banyak didominasi kecamatan-kecamatan yang berdekatan dengan ibukota kabupaten. Jumlah pelanggan telepon pada tahun 2007 di Kabupaten Situbondo adalah: 15 186 pelanggan, internet 708 pelanggan, Telepon umum coin 238 unit, Warnet 14 pelanggan, Wartel 720 pelanggan. Kondisi sarana dan prasarana telekomunikasi yang terdapat di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 12.
No
Tabel 12 Jumlah sarana telekomunikasi di lokasi penelitian pada tahun 2008 Uraian Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Asembagus Jangkar Arjasa Kapongan Mangaran
1 Kantor Pos 1 1 1 2 Wartel 14 6 4 3 Telepon 861 3 318 1 504 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
1 14 187
1 9 160
82
Saat ini perkembangan telepon seluler di Kabupaten Situbondo cukup pesat peningkatannya, apalagi biaya komunikasi beberapa operator cenderung lebih murah dibandingkan telepon biasa, sehingga penggunaan media pos dan giro mengalami penurunan, ditambah pelayanan pos dan giro membutuhkan waktu yang cukup lama agar informasi sampai ke tempat tujuan.
4.4.5. Sarana Pendidikan Sarana pendidikan di Kabupaten Situbondo pada umumnya sudah cukup baik dan tersebar di seluruh pelosok desa, hal ini dapat ditunjukkan oleh perkembangan institusi/lembaga, jumlah guru, murid, dan tingkat partisipasi sekolah dari tahun ke tahun yang meningkat. Jumlah lembaga pendidikan dapat dilihat pada Tabel 13. No
Tabel 13 Jumlah lembaga pendidikan di Kab. Situbondo tahun 2008 Sekolah 2006 2007 Naik %
1 TK 216 2 SD 455 3 SLTP 58 4 SLTA 13 5 Kejuruan 11 6 Perguruan Tinggi 3 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
225 457 63 14 12 3
4.17 0.44 8.62 7.69 9.09 0
Kondisi sarana pendidikan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Jumlah lembaga pendidikan di lokasi penelitian tahun 2008 No Sekolah Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Asembagus Jangkar Arjasa Kapongan Mangaran 1 TK 8 7 12 2 SD 34 23 35 3 SLTP 4 3 4 4 SLTA 1 0 0 5 Kejuruan 0 0 0 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
13 27 1 1 1
6 19 5 0 0
83
4.4.6. Sarana Kesehatan Sarana kesehatan dan pembangunan di bidang kesehatan dari waktu ke waktu terus mendapat perhatian yang serius sebab merupakan salah satu indikator yang turut menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat, terlebih dalam kondisi ekonomi yang belum menentu, utamanya bagi masyarakat yang tinggal di perdesaan. Pelayanan kesehatan di Kabupaten Situbondo diusahakan oleh pemerintah daerah, seperti Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sebanyak 1 unit, Puskesmas (17 unit), Puskesmas Keliling (27 unit), Puskesmas Perawatan (5 unit), Poliklinik Desa (69), Posyandu (894 unit), Kader Kesehatan (3 577 orang), Dokter (36 orang), tenaga Paramedis (169 orang), Dukun Bayi (270 orang), dan juga terdapat Rumah Sakit Swasta Elisabeth milik PTPN XI yang juga melayani kepentingan umum. Sarana kesehatan yang terdapat di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Jumlah sarana kesehatan di lokasi penelitian pada tahun 2008 No Uraian
Kec. Asembagus
Kec. Jangkar
Kec. Arjasa
1 Puskesmas 1 1 2 Puskesmas Keliling 3 1 3 Puskesmas Pembantu 3 3 4 Poliklinik Desa 8 6 5 Dokter 4 3 6 Bidan 13 7 7 Mantri 8 10 8 Posyandu 75 51 9 Dukun Bayi 21 54 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo
1 2 5 3 3 7 9 64 50 2008
Kec. Kapongan
1 1 3 6 2 9 3 59 16
Kec. Mangaran
1 0 2 3 4 7 2 54 28
4.4.7. Sarana Keagamaan Sarana keagamaan di Kabupaten Situbondo pada umumnya sudah cukup baik dan tersebar di seluruh pelosok desa, hal ini dapat ditunjukkan oleh perkembangan tempat ibadah dari tahun ke tahun yang terus meningkat. Jumlah tempat ibadah di Kabupaten Situbondo adalah sebagai berikut: Masjid 645 unit,
84
Langgar 2 880 unit, Mushalla 1 441, Gereja Protestan 19, Gereja Katolik 18, Wihara 2 unit. Jumlah tempat ibadah di lokasi penelitian pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Jumlah tempat ibadah di lokasi penelitian pada tahun 2008 No
Tempat Ibadah
Kec. Asembagus
Kec. Jangkar
Kec. Arjasa
1 Masjid 43 39 52 2 Langgar 197 119 215 3 Musholla 105 51 20 4 Gereja Protestan 2 0 0 5 Gereja Katolik 1 0 0 6 Wihara 0 0 0 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
Kec. Kec. Kapongan Mangaran
35 207 73 0 0 0
37 108 76 1 0 0
Jumlah pondok pesantren di Kabupaten Situbondo adalah 145 pondok dengan jumlah santri 27 919 orang, Ormas Islam: 315
Majelis Taqlim: 324,
TPQ/TPA: 244, Muballigh 267, Khotib: 2 069, dan Ulama 273. Jumlah sarana keagamaan di lokasi penelitian pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Jumlah sarana keagamaan di lokasi penelitian pada tahun 2008 No Sarana Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Keagamaan Asembagus Jangkar Arjasa Kapongan Mangaran 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pondok Pesantren 15 9 4 Santri 1 251 475 54 Guru 65 68 4 Ormas Islam 47 4 118 Majelis Taqlim 53 3 27 TPQ/TPA 15 12 9 Mubaligh 31 8 19 Khotib 157 100 135 Ulama 5 1 6 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
7 2 005 230 11 7 10 23 168 14
8 921 86 9 16 5 17 173 5
85
4.5.
Kondisi Pertanian di Wilyah Kabupaten Situbondo
4.5.1. Sistem Pertanian Potensi sektor pertanian di Kabupaten Situbondo yang memberikan kontribusi terbesar diantaranya: produksi pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan laut, tambak, dan kehutanan. Produksi pertanian meliputi: tanaman pangan (padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau, dan kedelai), perkebunan (tebu, tembakau, kopi, kelapa, dan kapuk), peternakan (sapi, domba, kambing, ayam, dan itik), tambak (udang dan ikan mujair), serta kehutanan (kayu jati dan kayu rimba). Sistem pertanian di Kabupaten Situbondo pada umumnya menggunakan sistem pertanian semi intensif, dan sebagian lagi menggunakan intensif dengan mengusahakan beberapa komoditas unggulan. Lahan yang dimiliki oleh petani pada umumnya lahan sawah dan sebagian kecil lahan kering atau tegalan. Lahan tersebut digunakan untuk usahatani tanaman pangan, perkebunan, dan komoditas lainnya termasuk kegiatan peternakan. Dalam kegiatan usahatani, pada umumnya petani menanam beberapa komoditas unggulan. Sistem penanamannya adalah monokultur, yaitu dengan cara menanam suatu komoditas tanaman dalam satu luasan petak usahatani, lahan kemudian dibagi menjadi petak-petak yang lebih kecil dan setiap petakan kecil ditanami dengan tanaman yang berbeda. Para petani di wilayah ini, selain membudidayakan tanaman pangan dan perkebunan, juga memelihara ternak, seperti: sapi potong, domba, dan kambing. Petani memanfaatkan limbah pertanian, seperti: jerami padi, daun jagung, daun kacang tanah, dan daun pucuk tebu, serta limbah agroindustri, seperti: ampas tahu, dedak padi, tongkol jagung, dan tetes tebu untuk diberikan sebagai pakan ternak. Sementara kandang diletakkan di sekitar rumah atau pekarangan rumah, sehingga usaha peternakan sapi potong, domba, dan kambing tidak mengurangi lahan pertanian. Limbah peternakan yang berupa pupuk kandang dimanfaatkan oleh petani sebagai pupuk organik untuk diberikan kepada tanaman yang dibudidayakan. Pola peternakan sapi potong terpadu dengan tanaman pangan dan perkebunan sebenarnya sudah diterapkan oleh petani di wilayah ini, namun sistem pengelolaannya masih bersifat tradisional tanpa memperhitungkan nilai ekonomi.
86
Petani beberapa tahun belakangan ini menghadapi masalah yang cukup serius, yaitu masalah ketersediaan air irigasi yang bersumber dari Sungai Sampeyan semakin berkurang dan kurang memadai untuk budidaya tanaman pangan. Kondisi ini mengakibatkan petani hanya bisa menanam padi 1-2 kali saja dalam setahun, sedangkan sisanya ditanami palawija atau dibiarkan saja menunggu datangnya hujan.
Dalam menghadapi situasi seperti ini, usaha
peternakan sapi potong merupakan salah satu solusi untuk menambah pendapatan petani yang semakin berkurang akhir-akhir ini. Usaha peternakan sapi potong di wilayah ini cepat berkembang, karena tidak membutuhkan lahan yang luas, mudah dilaksanakan, pakan cukup tersedia, permintaan pasar cukup tinggi, sesuai dengan kondisi agroklimat, bibit mudah diperoleh, dan dukungan pemerintah terhadap usaha peternakan sapi potong cukup baik.
4.5.2. Pemanfaatan Lahan Pemanfaatan lahan di wilayah Kabupaten Situbondo bervariasi, mulai dimanfaatkan untuk permukiman sampai perkebunan.
Luas wilayah menurut
penggunaan tanah dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Luas wilayah menurut penggunaan tanah di Kabupaten Situbondo pada tahun 2008 No
Pemanfaatan Lahan
Luas (ha)
1 Permukiman 2 Sawah 3 Pertanian Tanah Kering 4 Kebun Campuran 5 Perkebunan 6 Hutan 7 Rawa 8 Tambak 9 Padang Rumput 10 Tanah Tandus 11 Lain-lain Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo
2 841.72 30 405.95 27 997.13 414.00 1 780.26 73 407.00 174.00 1 875.30 7 464.10 17 052.10 438.44 2008
Persentase (%)
1.73 18.56 17.09 0.25 1.09 44.80 0.11 1.14 4.56 10.41 0.27
87
Adapun luas pemanfaatan tanah di lokasi penelitian pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Luas pemanfaatan tanah (ha) di lokasi penelitian pada tahun 2008 No Pemanfaatan Lahan
1 2 3 4 5
Kec. Asembagus
Kec. Jangkar
Kec. Arjasa
Kec. Kec. Kapongan Mangaran
Sawah Berpengairan 2 964.00 2 858.00 3 338.00 Sawah Tadah Hujan 8.00 46.00 0.00 Tegal 223.30 304.50 790.93 Pekarangan 305.00 558.00 146.15 Lainnya 0.00 0.00 133.50 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
2 296.00 0.00 1 433.33 2 693.84 90.58
1 567.00 0.00 0.00 419.30 496.03
4.5.3. Produksi dan Produktivitas Komoditas Pertanian Komoditas pertanian yang diusahakan oleh petani di Kabupaten Situbondo pada umumnya sangat beragam, hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas pendapatan pada waktu tertentu dan kesesuaian lahan yang diusahakan serta nilai ekonomis masing-masing komoditas pertanian. Diharapkan dengan keragaman komoditas pertanian yang diusahakan, maka pendapatan petani menjadi lebih baik dan tidak mengalami kerugian dalam usahataninya. Saat ini secara umum petani di Kabupaten Situbondo merasakan sarana produksi relatif agak mahal demikian juga ongkos tenaga kerja buruh tani relatif mahal, sehingga biaya produksi yang dikeluarkan sangat besar. Sementara harga jual komoditas pertanian di kabupaten Situbondo relatif rendah. Dalam rangka menghadapi situasi seperti ini, sub sektor peternakan menjadi alternatif sambilan atau pendamping yang sangat cocok dalam rangka meningkatkan pendapatan petani. Hasil survey dan informasi masayarakat setempat serta data BPS Kabupaten Situbondo tahun 2008, menunjukkan banyak komoditas pertanian yang dapat dikembangkan di daerah ini, antara lain: tanaman pangan dan hortikultura, tanaman perkebunan, tanaman sayuran, tanaman obat-obatan, tanaman
kehutanan,
komoditas
peternakan,
dan
komoditas
perikanan.
Komoditas-komoditas yang dikembangkan selain dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, juga untuk komersial.
Perkembangan beberapa komoditas
pertanian di Kabupaten Situbondo dapat dilihat pada Tabel 20.
88
Tabel 20 Luas panen dan produksi komoditas pertanian di Kabupaten Situbondo pada tahun 2008 No
Jenis Tanaman
Luas Panen (ha)
Produksi (kw)
1 Padi Sawah 32 206 2 057 277.37 2 Padi Gogo 396 14 762.88 3 Jagung 42 087 2 048 242.58 4 Ubi Kayu 623 115 659.95 5 Kacang Tanah 406 7 774.55 6 Kacang Hijau 423 3 921.21 7 Kacang Kedelai 135 1 573.75 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
Rataan (kw/ha)
63.88 37.28 48.67 185.65 19.15 9.27 11.66
Adapun luas panen dan produksi tanaman pangan di lokasi penelitian pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 21, sedangkan luas areal dan produksi perkebunan pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 21 Luas panen dan produksi tanaman pangan di lokasi penelitian pada tahun 2008 No
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Luas Panen Padi Sawah Produksi Padi Sawah Luas Panen Padi Gogo Produksi Padi Gogo Luas Panen Jagung Produksi Jagung Luas Panen Ubi Kayu Produksi Ubi Kayu Luas Panen Kcg Tanah Produksi Kcg Tanah Luas Panen Kcg Hijau Produksi Kcg Hijau Luas Panen Kedelai Produksi Kedelai
Kec. Asembagus
Kec. Jangkar
1 357 80 172 16 596 4 258 197 809 0 0 0 0 0 0 0 0
2 925 191 841 20 746 4 192 219 467 0 0 109 2 083 121 1 122 0 0
Kec. Kec. Kec. Arjasa Kapongan Mangaran 2 419 162 648 81 3 020 6 473 297 395 407 75 560 114 2 188 53 491 0 0
Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
3 388 226 742 0 0 1 233 59 767 21 3 899 15 288 0 0 17 202
2 478 150 166 0 0 1 407 113 139 0 0 0 0 0 0 0 0
89
Tabel 22 Luas areal dan produksi tanaman perkebunan pada tahun 2008 No
Komoditas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tebu Tembakau Kapas Jarak Kelapa Kopi Cengkeh Jambu Mete Kapuk Randu Siwalan Pinang Asam Jawa
Luas Areal (ha) 9 943 1 882 5 405 4 343 1 356 18 45 523 16 241 234
Produksi (ton) 62 399 1 331 3 24 4 730 314 2 18 138 48 135 374
Produktivitas (kg/ha) 6 275 707 614 60 1 493 383 285 610 376 3 684 781 2 092
Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
4.5.4. Produksi dan Produktivitas Komoditas Peternakan Usaha peternakan di Kabupaten Situbondo yang meliputi: sapi potong, kambing, domba, ayam ras dan bukan ras, serta itik pada awalnya hanya bersifat sambilan dan hobi. Namun demikian, beberapa tahun belakangan ini dengan dicanangkannya program kawin suntik menggunakan bibit-bibit ternak unggul dan dijumpainya beberapa kendala dalam pengelolaan pertanian (misalnya: ketersediaan air irigasi semakin berkurang dan kurang memadai untuk budidaya tanaman pangan dan perkebunan, pendapatan petani yang kurang optimal, harga jual produk pertanian yang tidak menentu, harga-harga sarana produksi yang semakin mahal, ongkos tenaga kerja semakin mahal, pupuk sering sulit ketersediaannya/hilang di pasaran, dan banyaknya hama serta penyakit yang menyerang tanaman) membuat petani banyak yang menekuni usaha peternakan sapi potong selain bercocok tanam. Usaha peternakan sapi potong di Kabupaten Situbondo menjadi salah satu komoditas unggulan yang banyak diminati oleh masyarakat. Sistem pemeliharaan ternak sapi potong pada umumnya dilakukan secara semi intensif dan sebagian lagi secara intensif. Pakan ternak yang diberikan sebagian besar adalah rumput lapangan dan limbah pertanian tanaman pangan dan perkebunan, serta limbah agroindustri yang banyak tersedia di wilayah ini. Kandang ternak sapi potong diletakkan di sekitar rumah atau pekarangan rumah,
90
sehingga usaha peternakan sapi potong, tidak mengurangi lahan pertanian. Letak kandang yang berkumpul dengan rumah sedikit mengganggu estetika dan menimbulkan bau yang kurang sedap. Limbah peternakan yang berupa pupuk kandang dimanfaatkan oleh petani sebagai pupuk organik untuk diberikan kepada tanaman yang dibudidayakan. Pola peternakan sapi potong terpadu dengan tanaman pangan dan perkebunan merupakan salah satu kegiatan pertanian organik, dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yang didaur ulang secara efektif. Produksi subsektor peternakan dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23 Populasi ternak ruminansia dan unggas (ekor) di Kabupaten Situbondo No Jenis Ternak 2003 2004 2005 2006 2007 1 Sapi Potong 134 799 135 068 136 253 2 Sapi Perah 67 72 72 3 Kerbau 732 735 733 4 Kambing 47 465 47 804 48 222 5 Domba 77 292 77 872 78 540 6 Ayam Buras 564 321 568 222 562 116 7 Ayam Ras 24 900 25 500 26 529 8 Itik 45 069 45 600 46 893 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
137 058 73 735 48 507 78 993 557 916 27 618 47 753
137 394 60 721 48 601 79 108 530 988 29 000 48 295
Populasi ternak tahun 2007 menunjukkan perkembangan yang positif, antara lain ditunjukkan oleh kenaikan populasi sapi potong dari 137 058 menjadi 137 394 atau naik 0.25 %; populasi ternak kambing dari 48 507 menjadi 48 601 atau naik 0.19 %; populasi ternak domba dari 78 993 menjadi 79 08 atau naik 0.15 %; ayam ras dari 27 618 menjadi 29 000 naik 5 %, populasi ternak itik 47 753 menjadi 48 295 naik 1.14 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 23. Jenis ternak sapi potong, kambing, domba, ayam kampung, dan itik adalah jenis ternak yang banyak dipelihara oleh masyarakat di wilayah penelitian. Populasi beberapa jenis ternak di lima kecamatan lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 24.
91
Tabel 24 No
Populasi ternak ruminansia dan unggas (ekor) di lokasi penelitian tahun 2007
Jenis Ternak
Kec. Asembagus
Kec. Jangkar
Kec. Arjasa
1 Sapi potong 10 806 26 129 12 749 2 Sapi Perah 6 0 0 3 Kerbau 0 0 14 4 Kambing 1 737 1 613 2 752 5 Domba 4 836 6 845 5 785 6 Ayam Buras 38 343 37 332 22 429 7 Ayam Ras 0 0 0 8 Itik 1 722 2 184 2 753 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
Kec. Kec. Kapongan Mangaran
14 528 8 15 4 450 8 940 58 010 0 5 253
11 052 0 0 3 856 6 302 48 438 0 2 529
Komoditas ternak yang paling banyak dipotong adalah ayam buras, ayam ras, sapi potong, domba, dan kambing. Jumlah ternak dan unggas yang dipotong di Kabupaten Situbondo dapat dilihat pada Tabel 25.
No 1 2 3 4 5 6
Tabel 25 Jumlah ternak ruminansia dan unggas (ekor) yang dipotong di Kabupaten Situbondo dari tahun 2003 - 2007 Jenis Ternak 2003 2004 2005 2006 2007
Sapi Potong 7 987 8 019 8 279 Kerbau 0 0 0 Kambing 692 711 714 Domba 2 701 2 677 2 700 Ayam Buras 483 603 488 685 493 710 Ayam Ras 443 789 457 728 466 588 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
8 323 0 712 2 700 493 889 480 571
8 464 0 727 2 733 493 027 441 210
Komoditas ternak yang paling banyak dipotong di lokasi penelitian adalah ayam ras/broiler, ayam buras, sapi potong, domba, dan kambing. Adapun jumlah ternak dan unggas yang dipotong di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 26.
92
Tabel 26 Jumlah ternak ruminansia dan unggas (ekor) yang dipotong di lokasi penelitian pada tahun 2007 No
Jenis Ternak
Kec. Asembagus
Kec. Kec. Jangkar Arjasa
1 Sapi Potong 2 078 18 32 2 Kerbau 0 0 0 3 Kambing 67 28 23 4 Domba 272 85 63 5 Ayam Buras 54 875 12 854 13 913 6 Ayam Ras 100 082 27 813 12 905 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
Kec. Kec. Kapongan Mangaran
25 0 21 69 34 124 10 916
45 0 39 145 17 249 9 256
Produksi daging, telur, susu, dan kulit di Kabupaten Situbondo dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Produksi komoditas ternak di Kabupaten Situbondo dapat dilihat pada Tabel 27.
No
Tabel 27 Produksi daging, telur, susu, dan kulit di Kabupaten Situbondo dari tahun 2004 – 2007 Uraian 2004 2005 2006 2007
1 Daging (ton) 2 541.0 2 609.0 2 Telur (ton) 258.7 273.8 3 Susu (liter) 67 198.0 64 884.0 4 Kulit Sapi (lembar) 7 859.0 7 851.0 5 Kulit Kambing (lembar) 690.0 710.0 6 Kulit Domba (lembar) 2 614.0 2 621.0 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
2 677.0 276.9 70 291.0 5 239.0 714.0 2 600.0
3 357.0 740.6 48 069.0 8 337.0 712.0 2 678.0
4.5.5. Kelembagaan Kelembagaan yang masih ada dan aktif di Kabupaten Situbondo antara lain: kelompok tani, kelompok ternak, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Poliklinik Desa (Polindes), Tim Penggerak PKK, Karang Taruna 136, Palang Merah Remaja 1 083, Korps Sukarela
70, Himpunan Petani Pemakai Air
(HIPPA) 125. Kelompok pengajian, Ormas Islam, Majlis Ta’lim, dan kelompok kebaktian di Kabupaten Situbondo terlihat aktif mengadakan pertemuanpertemuan bulanan dan mingguan. Kelompok pengajian hampir terdapat di setiap desa. Kelompok pengajian pada umumnya mengadakan pengajian-pengajian di
93
masjid atau di rumah-rumah warga manakala ada diantara anggotanya bersedia menyelenggarakan pengajian di rumahnya. Ada juga kelompok pengajian yang berbentuk arisan yang dilaksanakan setiap minggu atau sebulan sekali, sedangkan kelompok kebaktian pada umumnya melaksanakan kebaktian di gereja-gereja yang terdapat di ibukota kecamatan. Jumlah lembaga keagamaan di kabupaten Situbondo pada tahun 2007 adalah sebagai berikut: 315 Ormas Islam, 324 Majlis Ta’lim, 244 TPA/TPQ, 150 Penyuluhan Agama, dan 206 Seni Islam. Banyaknya lembaga keagamaan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28 Jumlah lembaga keagamaan di lokasi penelitian pada tahun 2007 No Lembaga Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kegamaan Asembagus Jangkar Arjasa Kapongan Mangaran 1 2 3 4 5
Ormas Islam 47 4 118 Majlis Ta’lim 53 3 27 TPQ/TPA 15 12 9 Penyuluhan Agama 10 5 4 Seni Islam 24 11 4 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
11 7 10 8 17
9 16 5 6 14
Kelembagaan lain yang relatif aktif adalah Posyandu yang merupakan kegiatan rutin dilaksanakan pada setiap bulan untuk memantau perkembangan balita.
Kegiatan yang dilakukan antara lain: penimbangan bayi, kegiatan
immunisasi, pemeriksaan ibu hamil, pemberian makanan pada balita, dan pemberian vitamin A dosis tinggi.
4.6.
Kondisi Sistem Agribisnis Kawasan
4.6.1. Subsistem Agribisnis Hulu ( upstream off-farm agribusiness ) Subsistem agribisnis hulu kegiatan
(upstream off-farm agribusiness), yaitu
ekonomi (produksi dan perdagangan) yang menghasilkan sapronak.
Kondisi sarana dan prasarana pada subsistem ini seperti kios sapronak, bibit ternak/IB, obat-obatan/vitamin, dan pakan konsentrat
tersedia pada kota
kecamatan, sedangkan untuk gudang peralatan dan mesin bersifat individual maupun secara berkelompok (kelompok tani).
Pos Keswan (pos kesehatan
94
hewan) tersedia pada setiap kecamatan yang melayani penyediaan bibit ternak sapi potong melalui inseminasi buatan (IB) dan pengobatan ternak. Pelayanan ini dilakukan oleh 1 (satu) orang mantri hewan untuk satu kecamatan.
Pakan
konsentrat diperoleh di kios sapronak maupun di pabrik agroindustri yang terdapat di sekitar peternak, seperti: konsentrat, ampas tahu, dedak padi, ampas kecap, dan ampas tebu. Industri pakan ternak masih belum tersedia di kawasan ini, sehingga peternak
dalam
menyusun
ransum
mencari
bahan
baku
sendiri
dan
mencampurnya kemudian diberikan kepada ternak.
4.6.2. Subsistem Agribisnis Budidaya Peternakan (on-farm agribusiness) Subsistem agribisnis budidaya peternakan (on-farm agribusiness) yaitu, kegiatan ekonomi yang selama ini disebut sebagai usaha ternak yang akan menghasilkan produk peternakan primer, seperti: daging, susu, dan telur serta hasil ikutannya dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual/ditukar yang berguna bagi kepentingan manusia. Pemeliharaan ternak sapi potong di lokasi ini dilakukan secara semi intensif, penerapan program panca usaha ternak potong (PUTP), seperti: perbaikan mutu bibit, pakan, penanganan kesehatan ternak, pemeliharaan, dan reproduksi ternak belum sepenuhnya dilaksanakan. Pakan yang diberikan sebagian besar dalam bentuk pakan hijauan dan limbah pertanian, berupa: jerami padi, daun jagung, daun ketela pohon, daun kedelai, daun kacang tanah, dan pucuk tebu yang cukup tersedia di lokasi ini, serta limbah agroindustri (dedak padi, ampas tahu, ampas kecap, dan molases/tetes tebu). Lokasi kandang ternak pada umumnya berkumpul dengan rumah atau jadi satu dengan tempat tinggal. Kondisi ini akan mengganggu kesehatan masyarakat demikian juga bau yang ditimbulkan, sehingga mengganggu kenyamanan masyarakat.
Kebersihan kandang pada umumnya masih kurang diperhatikan,
sehingga kotoran ternak (feses) cukup banyak dan hanya sebagian kecil saja feses yang dimanfaatkan untuk dikelola menjadi pupuk organik. Pengelolaan reproduksi ternak pada umumnya memanfaatkan teknologi inseminasi buatan (IB) yang tersedia dan berjalan sangat baik di lokasi ini. Demikian juga penanganan kesehatan ternak sudah berjalan cukup baik, karena di setiap kecamatan sudah dibangun pos kesehatan hewan (Poskeswan) yang didukung dengan tersedianya tenaga yang cukup memadai, seperti: mantri hewan dan petugas penyuluh
95
peternakan (PPL). Air baku yang digunakan dalam usahaternak pada umumnya berasal dari air sumur yang cukup banyak tersebar di kawasan ini. Kondisi jalan produksi (jalan usahatani) masih banyak berupa jalan tanah sehingga memerlukan peningkatan perbaikan
untuk memperlancar trasportasi.
Dalam sistem
usahaternak, penjualan ternak dilakukan dengan cara membawa ternak ke pasar ternak menggunakan mobil pick up atau pedagang ternak (belantik kandang) yang mendatangi rumah peternak. Jual beli ternak dilakukan dengan cara taksiran (tawar menawar), bukan berdasarkan berat badan hidup ternak. Model pengembangan ternak sapi di kawasan ini terbagi dua, (1) sebagian besar ternak sapi yang dipelihara adalah kepunyaan sendiri dan (2) sistem gaduhan atau bagi hasil. Dalam sistem gaduhan agak merugikan peternak yang memelihara, karena setiap hari peternak harus menyediakan pakan, merawat, dan membersihkan kandang. Jika peternak tidak tekun dalam merawat ternaknya, banyak peternak yang merugi dan keuntungan banyak dinikmati oleh pemilik modal.
4.6.3. Subsistem Agribisnis Hilir (downstream off-farm agribusiness) Subsistem agribisnis hilir (downstream off-farm agribusiness),
yaitu
kegiatan ekonomi yang mengolah dan memperdagangkan hasil usahaternak. Dalam subsistem ini termasuk industri pemotongan ternak, industri pengalengan dan pengolahan daging, serta industri pengolahan kulit. Pada kawasan ini industri pengolahan hasil ternak sangat kurang, kalaupun ada hanya sebatas home industri (industri rumah tangga), seperti pembuatan bakso daging sapi, dendeng, abon, dan kerupuk kulit yang jumlahnya
sangat terbatas. Jenis produk yang dihasilkan
dalam usaha peternakan pada umumnya dalam bentuk produk primer peternakan yaitu: anak sapi (pedet), daging, telur, dan susu, sedangkan produk olahan hasil ternak (produk sekunder peternakan sangat sedikit. Jumlah agroindustri peternakan yang belum berkembang, mengakibatkan kontribusi dari subsektor peternakan belum optimal dalam memberikan sumbangan PDRB terhadap daerah Kabupaten Situbondo. Pasar ternak di kawasan ini baru tersedia satu unit berskala pasar kecamatan yaitu terletak di Desa Kertosari Kecamatan Asembagus, demikian juga rumah potong hewan (RPH) hanya tersedia satu unit yang terletak di Desa Asembagus Kecamatan Asembagus.
96
4.6.4. Subsistem Jasa Penunjang Agribisnis (supporting institution) Subsistem jasa penunjang agribisnis (supporting institution) yaitu kegiatan yang menyediakan jasa agribisnis ternak, seperti: perbankan, asuransi, koperasi, transportasi, penyuluhan, poskeswan, kebijakan pemerintah, lembaga pendidikan serta penelitian, dan lain-lain. Kondisi subsistem jasa penunjang (supporting institution) di kawasan ini masih belum memadai. Lembaga penyuluhan pertanian/Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), sudah terdapat di daerah ini, namun demikian perlu ditingkatkan lagi aktifitasnya terutama dalam frekuensi penyuluhan dan pelatihan terhadap pengelolaan usaha peternakan agar dapat secara bertahap mengubah perilaku peternak dalam mengelola usaha peternakan ke arah yang lebih maju/intensif dan berkelanjutan. keuangan mikro (LKM) di daerah ini sangat sedikit
Ketersediaan lembaga yang khusus untuk
menyediakan dana kegiatan usaha peternakan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan usaha peternakan, keberadaan LKM sangat dibutuhkan untuk lebih mempermudah dalam pelayanan kegiatan ekonomi masyarakat. Kelompok tani ternak walaupun sudah terbentuk di beberapa daerah namun aktivitasnya belum maksimal. Demikian juga koperasi tani ternak di kawasan ini masih belum terbentuk, padahal keberadaan koperasi dapat menjadi media bagi peternak untuk secara bersama-sama membangun usahanya secara terintegrasi dari subsistem hulu sampai subsistem hilir, agar peternak dapat memperoleh nilai tambah yang lebih baik. Kawasan ini juga masih belum memiliki Balai Penelitian Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPT – HMT) yang merupakan sarana pusat informasi dan penelitian ternak serta ajang promosi ternak di kawasan ini.