IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1. Kondisi Geografis dan Administrasi Kalimantan Barat memperoleh status sebagai daerah Propinsi Otonom dengan Ibukota Pontianak pada tahun 1956. Hal ini dimungkinkan dengan keluarnya Undang-Undang No. 25 tahun 1956, yang kemudian diproklamirkan pada tanggal 01 Januari 1957 sebagai hari lahirnya Propinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan luas wilayahnya, Kalimantan Barat merupakan provinsi terluas keempat di Indonesia setelah Provinsi Papua (421.891 km²), Kalimantan Timur (202.440 km²), dan Kalimantan Tengah (152.600 km²),
dengan luas
wilayah sekitar 146.807 km2 (7,53 persen dari luas Indonesia) atau sekitar 1,13 kali pulau Jawa, yang didominasi oleh daratan berdataran rendah dan berbatasan darat langsung dengan Sarawak, Malaysia Timur. Panjang garis perbatasan dengan Sarawak yang membentang dari utara sampai selatan sepanjang 600 km dan dari barat sampai timur sepanjang 850 km (BPS Kalbar, 2005). Apabila diasumsikan bahwa lebar kawasan perbatasan adalah 20 km, maka luas kawasan perbatasan Kalimantan Barat adalah 16.940 km2 atau sekitar 1,6 juta ha yang mencakup 5 kabupaten yaitu yaitu
Kabupaten Sambas,
Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, dan Kabupaten Bengkayang (Bappenas, 2004). Kabupaten Bengkayang merupakan salah satu dari 12 kabupaten di Propinsi Kalimantan Barat yang memiliki kecamatan yang berbatasan langsung dengan Malaysia Timur. Kabupaten Bengkayang memiliki 17 kecamatan setelah mengalami pemekaran terakhir pada tahun 2007 ini, dan dua diantaranya merupakan kecamatan yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia yaitu Kecamatan Jagoi Babang dan Kecamatan Siding. Untuk penelitian disertasi ini berupa Model Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan, dengan studi kasus kecamatan dekat perbatasan di Kabupaten Bengkayang, ditetapkan empat kecamatan terdekat dengan wilayah perbatasan, masingmasing Kecamatan Sanggau Ledo, Kecamatan Seluas, Kecamatan Jagoi Babang, dan Kecamatan Siding. Keempat kecamatan tersebut terletak pada 0058’55”LU-1030’00”LU dan 109032’58”BT-110010’00”BT, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Negara Malaysia Timur (Sarawak)
Sebelah Timur
: Kabupaten Landak dan Kabupaten Sanggau
46 Sebelah Selatan
: Kecamatan Ledo dan Kecamatan Suti Semarang
Sebelah Barat
: Kabupaten Sambas
Secara administratif, Kecamatan Sanggau Ledo terdiri dari 9 desa, Kecamatan Seluas 6 desa, Kecamatan Jagoi Babang 6 desa, dan Kecamatan Siding
8 desa, sehingga secara keseluruhan terdapat 29 desa di empat
kecamatan. Luas wilayah keempat kecamatan tersebut adalah 233.830 ha atau 2.338,3 km2 dengan perincian luas masing-masing kecamatan adalah seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Luas Kecamatan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang pada Tahun 2004. No. 1. 2. 3. 4.
Kecamatan
Luas (ha)
Sanggau Ledo Seluas Jagoi Babang Siding Jumlah Total
61.350,00 50.650,00 65.500,00 56.330,00 233.830,00
Sumber : BPS Kabupaten Bengkayang, 2005.
4.2. Jenis Tanah, Topografi, dan Iklim Secara umum, jenis tanah dekat perbatasan didominasi oleh jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK), selanjutnya Podsol, Latosol, dan Organosol dengan tekstur berkisar dari tekstur halus sampai kasar dimana tekstur kasar umumnya terdapat pada jenis tanah organosol. Luas penyebaran keempat jenis tanah tersebut dirinci seperti Tabel 4 berikut : Tabel 4. Luas Penyebaran jenis Tanah di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang pada Tahun 2005 No. 1. 2. 3. 4.
Kecamatan Sanggau Ledo Seluas Jagoi Babang Siding Jumlah Total
PMK 8.299 27.271 35.266 30.329 101.165
Luas Jenis Tanah (ha) Podsol Latosol 0 53.051 21.601 1.778 27.934 2.300 24.023 1.978 73.558 59.107
Organosol 0 562 726 625 1.913
Sumber : BPS Kabupaten Bengkayang, 2005
Sebagian
besar
kecamatan
dekat
perbatasan
di
Kabupaten
Bengkayang memiliki topografi yang landai berupa perbukitan dan pegunungan hingga datar berawa. Dataran landai bergelombang hingga berbukit dan bergunung umumnya terdapat wilayah bagian Utara dan Timur, sedangkan wilayah bagian Selatan dan Barat merupakan dataran rendah relatif datar dan
47 berawa-rawa. Penyebaran setiap jenis tanah,
menyebar dari daerah datar
hingga daerah perbukitan dan bergunung dengan tingkat kepekaan erosi berkisar antara cukup peka sampai dengan sangat peka (Gambar 9).
Gambar 9 Peta Fisiografi Lahan Kabupaten Bengkayang Keadaan iklim di Kabupaten Bengkayang, relatif hampir sama pada semua kecamatan. Berdasarkan klassifikasi iklim Koppen, kecamatan dekat perbatasan termasuk klassifikasi hujan tropis dengan zona agroklimat B-1 yaitu bulan basah 7-9 bulan dan bulan kering < 2 bulan. Temperatur rata-rata bulanan adalah 25,9
o
C dengan kelembaban nisbi bulanan 86 % dan intensitas
penyinaran 38 %. Berdasarkan data curah hujan selama lima tahun terakhir (2001-2005), menunjukkan bahwa curah hujan rata-rata berkisar 3650,5 mm pertahun atau 304,2 mm perbulan (Diperta Kalbar, 2005 dan BPS Kab Bengkayang, 2005) 4.3. Kebijakan Pembangunan Wilayah Perbatasan di Kabupaten Bengkayang Di dalam Garis-Garis besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 telah mengamanatkan bahwa wilayah perbatasan merupakan kawasan tertinggal yang harus mendapat prioritas dalam pembangunan. Amanat ini telah dijabarkan
48 dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004 yang memuat program-program prioritas selama lima tahun. Komitmen pemerintah melalui kedua produk hukum tersebut pada kenyataannya belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya karena berbagai faktor yang saling terkait, baik dari segi politik, hukum, kelembagaan, sumberdaya, koordinasi, dan faktor-faktor lainnya (Bappenas, 2005a). Terlihat kecenderungan bahwa selama beberapa puluh tahun ke belakang, kebijakan pembangunan wilayah perbatasan masih belum mendapat perhatian yang cukup serius dari pemerintah. Hal ini tercermin dari kebijakan pembangunan yang lebih mengarah dan dominan kepada wilayah-wilayah yang padat penduduk diperkotaan
dengan
akses
yang
lebih
mudah
dibandingkan
dengan
pembangunan wilayah perbatasan. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya kesenjangan pembangunan di wilayah perbatasan baik kesenjangan pembangunan di dalam negeri maupun kesenjangan pembanguann dengan negara tetangga sehingga semakin terisolasi dan terisolir; ketersediaan prasarana dan sarana wilayah maupun fasilitas sosial ekonomi masih jauh dari memadai; dan
rendahnya kualitas
sumberdaya manusia; serta tingginya angka kemiskinan dan jumlah keluarga pra-sejahtera. Kondisi tersebut di atas merupakan permasalahan umum yang dialami oleh setiap wilayah yang berbatasan dengan negara tetangga termasuk wilayah Kabupetan Bengkayang sebagai salah satu kabupaten di Kalimantan barat yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan untuk memenuhi hak-hak masyarakat dalam memperoleh pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan sosial, serta membuka keterisolasian wilayah, maka diperlukan percepatan pembangunan di kawasan perbatasan dengan menggunakan pendekatan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat setempat. Strategi dan kebijakan yang dilaksanakan pemerintah khususnya pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dan pemerintah Kabupaten Bengkayang melalui Program pengembangan wilayah Perbatasan adalah pembentukan Badan Pengelola Wilayah Perbatasan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Kecamatan Jagoi Babang yang diharapkan dapat menjadi Prime Mover pengembangan daerah karena merupakan titik masuk ke Serawak yaitu Serikin. Selain itu, Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat melalui Dinas Pertanian Propinsi Kalimantan Barat
49 telah mencanangkan program pengembangan Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) dan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET). Program KUAT diarahkan dalam rangka pengembangan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura dengan sasaran pendapatan masyarakat mencapai $ 1000/perkapita/tahun. Program KUAT dipusatkan di Kecamatan Sanggau Ledo yang dikenal dengan Sanggau Ledo Komplek yang meliputi Kecamatan Sanggau Ledo, Seluas, Jagoi Babang, dan Siding, sedangkan program
KAPET
masyarakat
diarahkan
melalui
untuk
optimalisasi
mewujudkan
pemanfaatan
pemberdayaan lahan
yang
ekonomi
berwawasan
lingkungan. Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat juga menetapkan kawasan perbatasan Kabupaten Bengkayang sebagai sub kawasan barat bersama dengan Kabupaten Sambas dan Kota Singkawang dengan outlet/inlet ArukBiawak-Jagoi Babang-Serikin melalui perjalanan darat dan Sintete-Pantai Temajuk-Singkawang
melalui
perjalanan
laut.
Selanjutnya
Pemerintah
Kabupaten Bengkayang menetapkan Kecamatan Sanggau Ledo sebagai kawasan pengembangan agropolitan pada tahun 2006. 4.4. Kondisi Sosial, Ekonomi Kabupaten Bengkayang
dan
Budaya
di
Wilayah
Perbatasan
Pembangunan wilayah perbatasan di Kabupaten Bengkayang hingga saat
ini
masih
dirasakan
sangat
tertinggal
bila
dibandingkan
dengan
pembangunan di wilayah lain, apalagi bila dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia yang berbatasan darat langsung dengan Kabupaten Bengkayang. Kenyataan memperlihatkan bahwa kesenjangan yang terjadi cukup besar dari berbagai aspek baik aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta infrastruktur. Ditinjau dari aspek sosial, memperlihatkan bahwa kehidupan masyarakat di wilayah perbatasan relatif miskin. Kurangnya infrastruktur, tingginya angka kemiskinan dan jumlah keluarga pra-sejahtera, dan rendahnya mutu sumberdaya manusia serta belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam menyebabkan masyarakat tidak memiliki aksesibilitas yang memadai sehingga mereka merasa terasing dan terisolasi di negaranya sendiri,
mendorong masyarakat terlibat
dalam kegiatan ekonomi illegal guna pemenuhan kebutuhan hidupnya dan rentan
menimbulkan
kesenjangan
sosial
yang
tinggi
diantara
mereka.
Kesenjangan sosial yang disertai dengan keheterogenitas etnis yang tidak terpelihara dengan baik sering menimbulkan kecemburuan sosial yang jika tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan konflik.
50 Ditinjau Bengkayang
dari
aspek
ekonomi,
memiliki
potensi
yang
wilayah
cukup
perbatasan
besar
untuk
Kabupaten
meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, khususnya dari sektor pertanian sub sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Namun demikian kegiatan perekonomian di wilayah perbatasan ini belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara nyata, hal ini selain disebabkan produksi pertaniannya yang masih rendah dan tidak memiliki daya saing yang tinggi, juga dukungan sarana dan prasarana yang sangat terbatas yang mengakibatkan sulitnya pemasaran produk-produk yang dihasilkan di wilayah ini. Selain itu karena kuatnya pengaruh ekonomi negara tetangga Malaysia mengakibatkan aspek ekonomi dan perdagangan masyarakat lebih condong
ke
negara
tetangga
daripada
ke
dalam
negaranya
sendiri.
Kecenderungan masyarakat perbatasan yang lebih berorientasi ke Malaysia terlihat dari perdagangan dan mata uang yang digunakan mengingat jarak tempuh dari kecamatan terdekat ke Serawak, Malaysia Timur hanya berjarak 4 km. Selain itu, informasi yang mereka terima sebagian besar melalui televisi Malaysia, karena saluran TVRI apalagi saluran TV Swasta belum cukup mampu menjangkau daerah perbatasan di Kabupaten Bengkayang. Ditinjau
dari
aspek
budaya,
Kabupaten
Bengkayang
memiliki
heterogentas etnis yang diikuti oleh keanegaraman budaya masing-masing yang saling berinteraksi dengan baik sejak dahulu kala sampai saat ini. Etnis dayak yang merupakan etnis yang dominan di Kabupaten Bengkayang pada dasarnya memiliki
sifat sosial dan kegotong royongan yang tinggi dengan masyarakat
sekitarnya baik terhadap sesama etnis maupun dengan etnis lainnya. Secara umum,
suku
dayak
yang
tinggal
di
kawasan
ini
memiliki
kaitan
historis/kekerabatan dengan suku dayak di Serawak. Bahkan pada beberapa sub suku, batas negara ternyata tidak memisahkan sistem kekerabatan/adat. Panglima yang tinggal di wilayah Serawak memiliki daerah kekuasaan sampai negara Indonesia,
demikian juga sebaliknya. Penyebaran suku-suku di
Kabupaten Bengkayang seperti pada Gambar 10.
Gambar 10. Peta Penyebaran Suku Dayak di Kabupaten Bengkayang
Sumber : Peta PSSE Kabupaten Bengkayang, 2007.
51
52 4.4.1. Kependudukan Berdasarkan hasil proyeksi BPS Kabupaten Bengkayang, jumlah penduduk Kabupaten Bengkayang sampai pada tahun 2005 berjumlah 205.877 jiwa. Dari empat kecamatan yang ditetapkan sebagai lokasi penelitian masingmasing Kecamatan Sanggau Ledo, Seluas, Jagoi Babang, dan Siding menempati 24,35 % atau sekitar 50.124 jiwa dari seluruh jumlah penduduk Kabupaten Bengkayang dengan kepadatan penduduk sebesar 36 jiwa/km2, 28 jiwa/km2, 13 jiwa/km2, dan 10 jiwa/km2. Jumlah penduduk terbesar adalah di Kecamatan Sanggau Ledo sebesar 22.091 jiwa, dan Kecamatan dengan jumlah penduduk terendah adalah Kecamatan Siding sebesar 5.490 jiwa. Jumlah rumah tangga di empat kecamatan tersebut di atas adalah sebanyak 10.629 rumah tangga. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka rata-rata jumlah anggota rumah tangga adalah sebanyak 4 sampai 5 jiwa perumah tangga. Keadaan jumlah penduduk ini mengalami perkembangan yang meningkat dari tahun ke tahun masing-masing 42.952 jiwa (2002), 47.125 jiwa (2003), 48.596 jiwa (2004), dan 50.124 jiwa (2005). Perkembangan jumlah penduduk di wilayah perbatasan Kabupaten bengkayang sejak tahun 2002 sampai 2005 seperti pada Gambar 11.
Jumlah Penduduk (Jiwa)
25000 20000 15000
Sanggau Ledo Seluas
10000
Jagoi Babang Siding
5000 0
2002
2003
2004
2005
Tahun Sumber : BPS Kabupaten Bengkayang, 2005
Gambar 11. Perkembangan Jumlah Penduduk di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang tahun 2002 - 2005 4.4.2. Mata Pencaharian Penduduk Mata pencaharian merupakan hal yang paling utama dari setiap penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Berdasarkan hasil
53 analisis data Badan Pusat Statistik (BPS) Kebupaten Bengkayang untuk tahun 2005, menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan mata pencaharian yang dominan dibandingkan dengan mata pencaharian lainnya. Hal ini sesuai dengan potensi wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang yang cukup potensial untuk pengembangan sektor pertanian. Mata pencaharian di sektor pertanian menempati sekitar 72,93 % yang disusul oleh sektor perdagangan sebesar 7,86 %, sektor pertambangan, penggalian sebesar 5,38 %, dan lainnya sebesar 0,8 %, serta sisanya belum bekerja. 4.4.3. Tingkat Pendidikan Penduduk Pendidikan masyarakat dapat dijadikan sebagai salah satu indikator yang menunjukkan kualitas sumberdaya manusia yang ada di suatu wilayah atau daerah. Artinya bahwa jika tingkat pendidikan masyarakat tinggi, berarti kualitas sumberdaya manusia juga akan menjadi baik. Dalam kaitannya dengan wilayah perbatasan yang potensial untuk pengembangan sektor pertanian, maka tingkat pendidikan sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan untuk berusaha dan mengelolan lahan pertanian. Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang masih tergolong rendah, didominasi yang tidak lulus SD, dan tidak bersekolah, tetapi sebagian ada dapat melanjutkan pendidikan sampai pada tingkat SLTA dan perguruan tinggi. Rendahnya tingkat pendidikan ini disebabkan oleh minimnya sarana pendidikan yang ada, kondisi ekonomi yang tidak mampu membiayai pendidikan anak-anaknya, dan adanya keengangan dari pada orang tua untuk menyekolahkan anaknya yang lebih cenderung mengeksploitasi tenaga anaknya untuk membantu pekerjaan mereka untuk bertani dibandingkan dengan melanjutkan pendidikan. Selain itu, dipicu oleh peluang pekerjaan di Malaysia sebagai buruh tani, buruh bangunan, atau sebagai pembantu rumah tangga dengan gaji yang lebih besar yang menjadi daya tarik bagi anak usia sekolah untuk memilih bekerja daripada melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
4.5. Kondisi Infrastruktur di Kawasan Perbatasan Kabupaten Bengkayang 4.5.1. Aksesibilitas Di lihat dari akses jalan, terdapat 2 (dua) akses jalan menuju ibu kota Kabupaten Bengkayang dari Pontianak. Akses pertama melalui ruas jalan
54 Pontianak - Sungai Pinyuh - Mempawah - Singkawang - Samalantan Bengkayang sepanjang 211 km dengan waktu tempuh 6 - 7 jam. Akses kedua melalui Pontianak - Sungai Pinyuh - Anjungan - Karangan - Bengkayang sepanjang 154 km dengan waktu tempuh 4 - 5 jam. Kondisi jalan dari Pontianak ke wilayah perbatasan melalui Kabupaten Bengkayang sudah sangat
baik.
Sarana jalan telah dihotmix dengan rata dan lebar, kecuali beberapa kilometer menuju perbatasan masih berupa jalan pengerasan tetapi dapat dilalui kendaraan roda empat dengan lancar. Khusus akses jalan di kecamatan dekat perbatasan seperti Kecamatan Sanggau Ledo, Kecamatan Seluas, dan Kecamatan Jagoi Babang, juga telah memiliki akses jalan resmi yang menghubungkan ketiga kecamatan tersebut dari ibukota propinsi ke kabupaten, sampai ke wilayah perbatasan, Sedangkan Kecamatan Siding masih sangat terisolasi dan sulit ditempuh dengan jalan darat, karena belum memiliki akses jalan darat yang memadai sehingga transportasi yang digunakan masyarakat selama ini dari ibukota kabupaten dan kecamatan lainnya menuju Kecamatan Siding hanya dapat ditempuh melalui transportasi air. Aksesibiltas
beberapa
desa
di
wilayah
perbatasan
Kabupaten
Bengkayang, justru relatif lebih mudah dicapai dengan melalui jalur Serawak (dari negara tetangga) dari pada ditempuh melalui jalan darat dari
sesama
wilayah di perbatasan Kabupaten Bengkayang. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pembangunan infrastruktur jalan sebagai sarana yang vital untuk perkembangan suatu wilayah masih relatif minim dan menyebabkan ekonomi biaya tinggi (high cost economics) karena faktor transportasi. 4.5.2. Kelistrikan Hampir seluruh ibu kota kecamatan dekat perbatasan, kecuali Kecamatan Siding di Kabupaten Bengkayang sudah terdapat jaringan listrik. Sumber daya listrik sebagian besar masih menggunakan bahan bakar minyak, yang disuplai oleh beberapa PLTD di bawah unit kerja PT (Persero) PLN Wilayah Kalbar Ranting Bengkayang Cabang Singkawang dan Ranting Sungai Duri Cabang Singkawang Pontianak. Dalam rencana pengembangannya, PT (Persero) PLN Wilayah Kalimantan Barat Ranting Bengkayang Cabang Singkawang merencanakan untuk menambah pembangkit dengan sistem PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), yaitu Air Terjun Merasap Kecamatan Sanggau Ledo
karena
berpotensi
sebagai
sumber
daya
listrik
alternative
yang
memungkinkan untuk dikembangkan. Apabila rencana tersebut dapat terealisasi,
55 maka diharapkan seluruh kecamatan di Kabupaten Bengkayang termasuk kecamatan dekat perbatasan dapat terlayani sarana listrik. Kapasitas daya listrik yang tersedia khusus di ibu kota Kabupaten Bengkayang sebesar 2.500 kW / 12 mesin, dengan daya listrik yang terpakai/ terjual sebesar 1.103.284 kWh.
4.5.3. Sarana Air Bersih Sarana air bersih merupakan sumberdaya vital bagi keberlangsungan kehidupupan manusia. Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan air bersih di Kabupaten Bengkayang, Pemerintah Kabupaten Bengkayang saat ini secara bertahap berupaya memprioirtaskan pembangunan sarana dan prasarana air bersih baik di ibukota kabupaten maupun di ibukota kecamatan. Dari keseluruhan pelayanan air bersih di Kabupaten Bengkayang, baru sekitar 40 % masyarakat terlayani air bersih yaitu dengan telah dibangunnya prasarana air bersih Riam Madi dengan kapasitas 100 liter/ detik pada tahun 2003. Alternatif penyediaan sarana air bersih di wilayah perbatasan dengan kapasitas produksi yang lebih besar, dapat dilakukan dengan memanfaatkan dwifungsi air terjun Merasap Kecamatan Sanggau Ledo selain sebagai pembangkit tenaga listrik, juga untuk memenuhi kebutuhan air bersih wilayah sekitarnya. Disamping itu sungai Seluas yang terletak di Kecamatan Seluas, juga dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah sebagai sumber air bersih. Dengan memanfaatkan kedua sumber air tersebut untuk memenuhi kebutuhan air bersih bersama dengan sumber air bersih lainnya, diharapkan seluruh penduduk Kabupaten Bengkayang dapat terpenuhi kebutuhan air bersihnya. Saat ini, hanya Kecamatan Sanggau Ledo yang sudah memiliki Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang melayani kebutuhan konsumen akan air bersih walaupun dengan kapasitas yang terbatas, sedangkan kecamatan lainnya pada umumnya masih menggunakan air yang berasal dari sungai, sumur galian dan air hujan 4.5.4. Telekomunikasi Saat Bengkayang perkembangan
ini
pembangunan
semakin dibidang
meningkat
sarana
telekomunikasi
seiring
telekomunikasi.
dengan
Kondisi
di
semakin
sarana
dan
Kabupaten pesatnya prasarana
telekomunikasi yang terdapat di wilayah Kabupaten Bengkayang meliputi: Telepon Rumah, wartel, telepon seluler, telepon satelit dan Kantor Pos dan Giro
56 yang tersebar di wilayah Kecamatan. Namun demikian, ketersediaan sarana dan prasarana telekomunikasi tersebut masih dominan di kecamatan dekat ibukota kabupaten, sedangkan kecamatan dekat perbatasan seperi Kecamatan Sanggau Ledo, Kecamatan Seluas, Kecamatan Jagoi Babang, dan Kecamatan Siding, baru sarana telepon seluler dan kantor Pos dan Giro yang tersedia. Kondisi ini menyebabkan komunikasi diantara masyarakat dapat menjadi terhambat karena dengan menggunakan telepon seluler, masyarakat harus mengeluarkan biaya komunikasi yang lebih besar dibandingkan dengan sarana komunikasi lainnya, sementara penggunaan media pos dan giro, meskipun dengan biaya yang lebih murah, tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama agar informasi sampai ketempat yang dituju. 4.5.5. Sarana Pendidikan, Kesehatan, dan Keagamaan Sarana pendidikan, kesehatan, dan keagamaan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang pada umumnya cukup baik dan tersebar hampir pada setiap desa. Ini terkait dengan komitmen yang kuat dari Pemerintah Kabupaten Bengkayang dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan. Sebagian besar sarana yang ada baik sarana pendidikan, kesehatan, keagamaan telah direnovasi dengan kondisi bangunan yang umumnya dibangun dengan sistem betonisasi dan beratapkan multiroof serta dilengkapi dengan sarana pendukung lainnya seperti meubelair yang memadai. Di Kecamatan Sanggau Ledo terdapat sekitar 36 buah sarana pendidikan yang meliputi 7 buah Taman Kanak-Kanak (TK), 20 buah Sekolah Dasar/sederajat, 5 buah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)/sederajat, 2 buah Sekolah Menengah Umum (SMU)/sederajat, 1 buah pondok pesantren, dan 2 buah lembaga pendidikan komputer. Untuk sarana kesehatan terdapat sekitar 59 buah yang meliputi 1 buah puskesmas, 8 buah puskesmas pembantu, 13 buah tempat praktek dokter dan bidan, 26 buah posyandu, 9 buah polindes, dan 2 buah toko obat/jamu. Sedangkan sarana keagamaan terdapat sekitar 106 buah yang meliputi 18 buah mesjid, 37 langgar/surau, 29 buah gereja kristen, 20 buah gereja katholik, 1 buah pura, dan 1 buah vihara. Di Kecamatan Seluas terdapat 24 buah sarana pendidikan yang meliputi 20 buah Sekolah Dasar/sederajat, 3 buah SLTP, dan 1 buah SMU. Untuk sarana kesehatan sekitar 29 buah yang meliputi 1 buah puskesma, 5 buah puskesmas pembantu, 3 buah tempat praktek bidan, 13 buah posyandu, 6 buah polindes, dan 1 buah toko obat.jamu. Sedangkan sarana keagamaan terdapat
57 sekitar 50 buah yang meliputi 6 buah mesjid, 14 buah surau/langgar, 17 buah gereja kristen, dan 13 buah gereja katholik. Di Kecamatan Jagoi Babang terdapat 16 buah sarana pendidikan yang meliputi 14 buah SD/sederajat, 1 buah SLTP, dan 1 buah SMU. Sarana kesehatan sekitar 19 buah yang meliputi 1 buah puskesmas, 4 buah puskesmas pembantu, 12 buah posyandu, dan 2 buah polindes. Sedangkan sarana keagamaan terdapat sekitar 18 buah yang meliputi 3 buah mesjid, 4 buah langgar/surau, 6 buah gereja kristen, dan 5 buah gereja katholik. Di Kecamatan Siding terdapat 10 sarana pendidikan yaitu 10 buah SD/sederajat. Sedangkan sarana kesehatan terdapat sekitar 25 buah yang meliputi 7 buah puskesmas pembantu, 15 buah posyandu, dan 3 buah polindes. Sedangkan sarana keagamaan terdapa sekitar 18 buah yang meliputi 1 buah langgar/surau, 9 buah gereja kristen, dan 8 buah gereja katholik. Keberadaan sarana pendidikan dan kesehatan secara rinci terlihat dalam lampiran analisis skalogram. 4.6. Kondisi Pertanian di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang 4.6.1. Sistem Pertanian Dilihat dari sistem pertanian, masih ada kelompok masyarakat yang melakukan sistem perladangan berpindah, namun secara umum mereka sudah melakukan sistem pertanian menetap dengan mengusahakan beberapa komoditas unggulan.
Lahan yang dimilki oleh petani terbagi dua yaitu lahan
sawah dan lahan kering dengan persentase kepemilikian lahan kering yang lebih besar dibandingkan dengan lahan sawah. Lahan tersebut dimanfaatkan untuk usahatani tanaman pangan, tanaman perkebunan, maupun komoditas lainnya termasuk untuk kegiatan beternak sapi dan kambing. Dalam kegiatan usahatani, petani umumnya menanam beberapa komoditas unggulan. Sistem penanaman umumnya monokultur mengingat kepemilikan lahan mereka masih tergolong luas. Sistem monokultur yang dimaksud adalah dalam satu luasan petak lahan usahatani, lahan kemudian dibagi menjadi petak-petak yang lebih kecil dan setiap petakan kecil kemudian ditanami dengan tanaman yang berbeda. Hal ini berbeda dengan sistem tumpang sari yang biasa dilakukan oleh petani pada umummnya. Sistem penanaman dengan sistem tumpang sari yaitu dengan menanam beberapa jenis tanaman dalam satu areal, sudah ada juga yang melakukan tetapi jumlahnya relatif lebih sedikit. Dalam kasus lainnya, petani juga melakukan diversifikasi pengusahaan tanaman dengan pengusahaan ternak seperti ternak sapi, kambing, ayam, dan itik. Sedangkan ternak babi dilakukan
58 pada halaman-halaman rumah yang dibiarkan tumbuh dan berkembang secara liar. Ternak ini dikembangkan untuk kepentingan konsumsi semata. 4.6.2. Pemanfaatan Lahan Pemanfaatan lahan di wilayah studi bervariasi, mulai dari pemanfaatan lahan untuk pekarangan sampai hutan negara. Tabel 5 berikut memperlihatkan data pemanfaatan lahan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang untuk tahun 2005. Tabel 5.
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Sebaran Pemanfaatan Lahan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang
Pemanfaatan Lahan Sawah Pekarangan Tegal/Kebun Ladang/Huma Pdng Rumput Rawa-Rawa Kolam/Empang Hutan Rakyat Hutan Negara Perkebunan Tdk Terpakai Lain-Lain Jumlah
Luas Kecamatan (ha) Sanggau Ledo Seluas Jagoi Babang Siding Luas % Luas % Luas % Luas % 2.425 4,0 98 0,2 1.000 1,5 288 0,5 1.729 2,8 545 1,1 297 0,5 320 0,6 8.069 13,2 3.750 7,4 653 1,0 374 0,7 5.132 8,4 2.300 4,5 1.215 1,9 971 1,7 100 0,2 0 0,0 12 0,02 11 0,02 418 0,7 0 0,0 750 1,2 248 0,4 25 0,1 35 0,1 100 0,2 61 0,1 3.613 5,9 9.992 19,7 55 0,08 46 0,08 20.125 32,6 21.875 43,2 46.552 71,1 45.441 80,7 3.516 5,7 8.500 16,8 8.920 13,6 1.636 2,9 14.484 23,6 2.980 5,9 4.960 7,6 6.251 11,1 1.714 2,8 575 1,1 986 1,5 683 1,2 61.350 100 50.650 100 65.500 100 56.330 100
Sumber : BPS Kabupaten Bengkayang, 2005.
4.6.3. Produksi dan Produktivitas Komoditas Pertanian Pengusahaan beberapa komoditas secara beragam pada dasarnya bertujuan untuk menjaga stabilitas pendapatan pada waktu tertentu, dimana apabila harga komoditas tertentu mengalami penurunan harga jual dan komoditas lainnya memiliki harga jual yang lebih tinggi maka pendapatan diharapkan stabil. Dengan demikian, petani tidak mengalami kerugian dalam kegiatan usahataninya. Namun saat ini secara umum petani di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang merasakan bahwa kegiatan usahatani yang mereka lakukan masih kurang menguntungkan mengingat harga jual yang relatif rendah dibandingkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan yang sangat besar. Disamping itu, penggunaan sarana produksi yang relatif kecil dan sentuhan teknologi pertanian yang masih kurang. Data BPS Kabupaten Bengkayang tahun 2005 dan informasi dari masyarakat setempat, menunjukkan bahwa banyak komoditas pertanian yang
59 dapat dikembangkan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. Komoditas tersebut meliputi komoditas tanaman pangan dan hortikultura, tanaman perkebunan, tanaman sayuran, tanaman obat-obatan, tanaman kehutanan, dan komoditas peternakan, serta komoditas perikanan. Komoditas-komoditas yang dikembangkan ini selain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari, juga untuk komersial. Perkembangan beberapa komoditas pertanian di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang pada tahun 2005 seperti terlihat pada Tabel 6 dan 7. Tabel 6. Realisasi Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Pangan di wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Komoditas Padi sawah Padi ladang Jagung Ubi kayu Ubi jalar Kacang tanah Kedelai Kacang hijau
Luas Panen (ha) 1.556 6.979 21.291 137 17 60 29 18
Produktivitas (ton/ha) 3,89 2,49 4,49 16,31 8,00 0,93 1,28 0,72
Produksi (ton) 6.056 17.353 95.532 2234 136 56 37 13
Sumber : BPS Kabupaten Bengkayang, 2005
Tabel 7. Realisasi Luas Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan di wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Komoditas Karet Kelapa Dalam Kelapa Hybrida Lada Kakao Kelapa Sawit
Luas Tanam (ha) TBM TM TR 2.056 5.347 1.738 37 96 12 56 71 2 436 1.021 381 204 176 38 2.097 4.410 0
Total Areal Produksi (ha) (ton) 9.141 3.804 145 53 129 31 1.838 1.064 418 119 6.507 43.560
Sumber : BPS Kabupaten Bengkayang, 2005 Keterangan : TBM = Tanaman belum menghasilkan, TM = Tanaman menghasilkan, TR = Tanaman Regenerasi
Untuk komoditas peternakan, pada tahun 2005 ternak sapi potong mencapai 92 ekor, kambing 75 ekor, babi 374 ekor dan ayam 14.658 ekor masing ayam buras 5.088 ekor, ayam pedaging 6.796 ekor, dan ayam petelur 2.774 ekor, serta itik 131 ekor (BPS Kabupaten Bengkayang, 2005). Berdasarkan data di atas, hanya data untuk komoditas tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan yang ditampilkan dalam tulisan ini berhubung data untuk komoditas ini tersedia per kecamatan, sedangkan untuk
60 komoditas
lainnya seperti komoditas sayuran, buah-buahan, dan perikanan
merupakan data akumulasi dari seluruh kecamatan sehingga sulit untuk memisahkan data empat kecamatan yang berada di dekat perbatasan kabupaten Bengkayang yang merupakan lokasi kajian. 4.6.4. Kelembagaan Kelembagaan yang ada dan masih aktif di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang seperti kelompok tani, kelompok pengajian, kelompok kebaktian, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Poliklinik Desa (Polinde), karang taruna, Pedagang Pengumpul Desa (PPD), dan Lembaga Keuangan Mikro yaitu Credit Union. Kelembagaan kelompok tani yang masih aktif terlihat umumnya di Kecamatan Sanggau Ledo dengan aktivitas memfasilitasi petani dalam memperoleh saprodi dan alsintan.
Kelompok tani ini juga aktif melakukan
pertemuan bulanan untuk membahas permasalahan-permasalahan yang dialami dalam mengelola usahataninya sekaligus sebagai ajang untuk tukar-menukar informasi berkaitan dengan perkembangan pertanian. Namun
demikian,
beberapa kelompok tani yang berjalan kurang aktif karena pandangan para anggotanya bahwa bekerja secara sendiri-sendiri lebih baik dan lebih bebas. Kelompok pengajian dan kelompok kebaktian juga masih terlihat aktif mengadakan
pertemuan-pertemuan
bulanan
atau
mingguan.
Kelompok
pengajian dan kebaktian ini hampir terdapat pada setiap desa. Kelompok pengajian biasanya mengadakan pengajian-pengajian di mesjid atau kerumahrumah
manakala
pengajian
di
ada
diantara
rumahnya.
anggotanya
Sedangkan
bersedia
kelompok
menyelenggarakan
kebaktian
umumnya
melaksanakan kebaktian di gereja-gereja yang terdapat di setiap desa. Kelembagaan lain yang relatif aktif adalah Posyandu yang merupakan kegiatan rutin dilaksanakan pada setiap bulan untuk memantau perkembangan balita. Kegiatan yang dilakukan antara lain penimbangan bayi, kegiatan immunisasi, dan pemberian vitamin A dosis tinggi. Dari sisi penyediaan sarana produksi dan biaya usahatani, pada dasarnya petani tidak kesulitan karena di wilayah ini sudah terdapat lembaga keuangan mikro berupa Credit Union yang dapat menyediakan biaya usahatani bagi petani dengan proses yang cepat, persyaratan lebih mudah, fleksibel, dan tanpa bunga. Selain itu Pedagang Pengumpul Desa (PPD) juga menyediakan fasilitas pinjaman kepada petani yang membutuhkan untuk kegiatan usahatani dan kebutuhan sehari-hari seperti sarana produksi, sembako, dan kebutuhan
61 sosial lainnya (biaya pendidikan, pesta kawinan dan lain-lain). Pinjaman ini tanpa bunga dan tanpa agunan dan akan dibayar setelah panen. Namun demikian, petani merasa berat dengan sistem pinjaman yang diberikan oleh PPD karena walaupun tanpa bunga tetapi terjadi mark up terhadap barang-barang yang dipinjam petani. Petani juga tidak bisa mengatur harga karena harga ditingkat petani ditentukan oleh PPD. Dalam hal pemasaran hasil pertanian, PPD sangat membantu petani dalam memasarkan hasil pertanian mereka. PPD membeli langsung hasil panen petani di lokasi usahatani dan selanjutnya dijual kepada Pedagan Pengumpul Kabupaten (PPK) dan selanjutnya kepada pedagang besar atau dijual langsung ke ibukota kabupaten, kota Singkawang atau Pontianak dengan biaya transportasi ditanggung langsung oleh PPD. PPD pada umumnya adalah penduduk desa setempat yang mempunyai profesi selain sebagai pedagang pengumpul, tetapi juga petani sendiri, guru, atau profesi lainnya. Selain PPD yang membeli produk pertanian petani, Koperasi Serba Usaha Kalimantan Membangun (KSU-KM) biasanya membeli produk pertanian di wilayah ini khususnya jagung, tetapi ini tidak berlangsung lama (kurang dari satu tahun) karena petani lebih suka menjual kepada PPD karena adanya fasilitas pinjaman yang diberikan tanpa bunga dan tanpa kredit dan KSU-KM juga biasanya mendapat teror atau ancaman dari PPD. Para petani juga sering memasarkan hasil pertanian mereka. Mereka menjual langsung ke wilayah sekitar, kabupaten, atau ke negara tetangga yaitu di kota Serikin, Malaysia Timur.