53
IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan Pulau Rupat di Propinsi Riau yang memiliki panjang ± 72.4 km dan lebar (dari garis pantai Dumai hingga pantai Pulau Rupat) 3.8 – 8 km. Pulau Rupat merupakan sebuah pulau yang termasuk wilayah administrasi Kabupaten Bengkalis dan pada umumnya masih belum memiliki aktivitas selain perkebunan rakyat. Oleh sebab itu kondisi di daratan Pulau Rupat secara signifikan tidak mempengaruhi ekosistem perairan Selat Rupat, namun aktivitas di Kota Dumai sangat mempengaruhi kondisi lingkungan perairan Selat Rupat. Kota Dumai merupakan salah satu kota hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis, yang terbentuk pada tanggal 27 April 1999 berdasarkan UndangUndang Nomor 16 Tahun 1999, yang ditetapkan dalam lembaran Negara nomor 50 Tahun 1999. Secara geografis Kota Dumai terletak antara 1010.23’.27’ – 1010.28’ 13’ Lintang Utara dan antara 10.23’ - 10.24’-23’ Bujur Timur, dengan luas wilayah: 1.727.385 km2 dan merupakan kota terluas ke dua di Indonesia setelah Manokwari. dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: - Sebelah utara berbatasan dengan Selat Rupat - Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis - Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Mandau dan Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis - Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tanah Putih dan Kecamatan Bangko, Kabupaten Rokan Hilir Secara administratif, Kota Dumai terdiri atas 5 kecamatan dan 32 kelurahan, yaitu Kecamatan Bukit Kapur, Kecamatan Medang Kampai, Kecamatan Sungai Sembilan, Kecamatan Dumai Barat, dan Kecamatan Dumai Timur. Pemekaran Kota Dumai mendorong laju pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dengan pesat. Dumai memiliki topografi yang relatif datar dengan ketinggian 1.3- 6.3 m dari permukaan laut dan kemiringan 0-3 % sehingga sangat potensial dikembangkan sebagai pelabuhan utama di Pulau Sumatera. Sebagai pintu
54
gerbang pelayaran internasional, Dumai mampu berkembang menjadi pusat pelayanan jasa dan perdagangan. Pelabuhan Dumai mampu melayani aktifitas ekspor–impor barang dan penumpang domestik maupun manca negara. Selat Rupat berfungsi sebagai pintu gerbang pantai Timur Pulau Sumatera dengan jalur pelayaran Dumai - Batam, Dumai - Penang Malaysia. Secara geografis, Kota Dumai berdekatan langsung dengan Negara Malaysia. Aksesibilitas pelayaran yang tinggi dari dan keluar wilayah Indonesia membutuhkan pengamanan pelayaran yang ketat, karena wilayah ini berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia. 4.2 Iklim Menurut Tjasjono (1995), iklim didefinisikan sebagai kondisi rata-rata cuaca dalam periode waktu yang panjang (tahunan). Perubahan iklim merupakan akumulasi efek langsung maupun tidak langsung dari unsur-unsurnya seperti suhu udara, kelembaban udara dan tekanan udara. Wilayah Kota Dumai sebagian besar merupakan daratan rendah, sangat dipengaruhi oleh proses konvergensi udara yang cukup tinggi yang menyebabkan mudah turunnya hujan. Menurut Klasifikasi Wladimir Koppen, Kota Dumai tergolong tipe iklim Af (iklim hujan tropis). dengan jumlah bulan kering < 2 bulan dan bulan basah lebih dari > 10 bulan. 4.2.1 Curah Hujan Berdasarkan catatan Stasiun Meteorologi dan Geofisika Stasiun Bandara Pekanbaru (1998 – 2007), curah hujan rata-rata tahunan di Kota Dumai adalah 180 mm dan rata-rata hari hujan tahunan adalah 158 hari. Jumlah curah hujan rata-rata bulanan sebesar 183 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata adalah 13 hari. Jumlah curah hujan bulanan berkisar 70–284 mm dan jumlah hari hujan berkisar 8–20 hari. Berdasarkan data curah hujan dan jumlah hari hujan rata-rata bulanan di Kota Dumai selama 10 tahun terakhir dapat disimpulkan: o Periode hujan terbanyak secara berturut-turut terjadi pada bulan Agustus hingga Desember. Jumlah curah hujan rata-rata pada bulan-bulan tersebut berkisar antara 199–211 mm dengan jumlah rata-rata hari hujan 13–19 hari dalam sebulan.
55
o Periode relatif kering, terjadi pada bulan Januari - Maret dengan rata-rata curah hujan berkisar 69-137 mm/bulan dengan jumlah hari hujan terjadi selama 7-10 hari dalam sebulan. Rata-rata curah hujan dan jumlah hari hujan selama 10 tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 1. 4.2.2 Suhu Udara Suhu merupakan unsur iklim yang sangat penting karena secara fisik akan direspon oleh permukaan bumi yang variatif sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan suhu di berbagai tempat permukaan bumi. Disamping itu suhu juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu di tempat yang sama karena berkaitan dengan rotasi bumi. Berdasarkan data Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika Pekanbaru selama 10 tahun, suhu udara di Kota Dumai berkisar 21.62 0C–35.02 0C dengan suhu maksimum berkisar 33.12 0C – 35.02 0C dan suhu minimum berkisar 21.62 – 22.67 0C. Hasil pengukuran suhu rata-rata selama 10 tahun terakhir (1998-2007) dapat dilihat pada Lampiran 2. 4.3 Hidrologi Di wilayah Kota Dumai
terdapat
banyak sungai yang mengalir dan
bermuara ke Selat Rupat. Beberapa sungai dapat dilayari oleh kapal bermotor hingga hulu sungai. Sungai-sungai di daerah Dumai umumnya merupakan sungai abadi yaitu sungai yang airnya dapat mengalir sepanjang tahun. Sungai-sungai besar yang ada di Kota Dumai yang memegang peranan penting dalam studi ini dan bermuara ke Selat Rupat dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Nama-nama sungai di Kota Dumai yang bermuara ke Selat Rupat No
Nama Sungai
1 2 3
Sungai Buluhala Sungai Mampu Sungai Mesjid
Lokasi
Kec. Sei Sembilan Kec. Sei Sembilan Kec. Sei Sembilan Kec. Dumai Barat Sungai Dumai Kec. Dumai Barat 5 Sungai Pelintung Kec. Medang Kampai Sumber: BPS Dumai 2007 dan data olahan
Lebar ratarata (m) 75 50 90
Panjang (km) 30 8 29
35 25
15 8,5
Debit rata-rata (m3/jam) 119 000 68 000 137 862 72 000 55 000
56
Dari lima sungai tersebut, Sungai Mesjid dan Sungai Dumai diperkirakan memiliki kontribusi besar terhadap peningkatan polutan minyak di Selat Rupat karena besarnya aktivitas industri dan domestik di sekitarnya. Pesisir Kota Dumai memiliki garis pantai sepanjang 215.65 km yang digunakan untuk pengembangan kawasan perikanan, kawasan pelabuhan dan kawasan industri.
Kawasan
pengembangan perikanan terdapat di bagian utara yaitu di Desa Basilam Baru sepanjang ± 25 km, sedangkan kawasan perindustrian terdapat di Pantai Lubuk Gaung dan Pelintung dengan panjang pantai sepanjang ± 15 km. Kawasan pelabuhan, permukiman dan pengembangan lainnya berada di Pantai Dumai Barat dan Dumai Timur hingga Pelintung dengan panjang garis pantai ± 40 km. Selain itu kawasan di sekitar Pantai Dumai ditumbuhi oleh berbagai spesies mangrove yang berfungsi mencegah abrasi dan menjaga kelestarian ekosistem pantai. 4.4 Perekonomian Kota Dumai Pertumbuhan perekonomian Kota Dumai diprediksikan tumbuh rata-rata 7,6% per tahun diharapkan terus mengalami peningkatan (BPS Dumai 2007). Salah satu indikator yang paling penting adalah produk domestik regional bruto (PDRB), yaitu jumlah produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk Kota Dumai dalam kurun waktu satu tahun. Kemajuan perekonomian suatu daerah dapat ditentukan dengan produksi yang diukur melalui PDRB. Besaran PDRB digunakan sebagai indikator untuk menilai kinerja perekonomian suatu wilayah, terutama dikaitkan dengan kemampuan daerah dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya.
Pengangkutan & Komunikasi; 14,73%
Keuangan, Persew aan dan Jasa Perusahaan; 3,18%
Jasa-Jasa; 11,22%
Pertanian; 7,64%
Pertambangan & Penggalian; 0,51%
Industri Pengolahan; 22,05%
Listrik, Gas dan A ir Bersih; 0,83% Perdagangan, Hotel & Restoran; 24,14%
Bangunan; 15,71%
Gambar 8 Sektor perekonomian Dumai (BPS Dumai 2007)
57
Berdasarkan Gambar
8, perekonomian Kota Dumai didominasi oleh
sektor perdagangan (24.14 %) dan industri (22.05 %) yang didukung oleh transportasi dan jasa dengan persentase masing-masing 14.7 % dan 11.2 %. Tingginya sektor perdagangan dan industri didukung oleh posisi Kota Dumai yang strategis dengan sarana pelabuhan di pantai Selat Rupat yang merupakan jalur transportasi penting yang
berbatasan langsung dengan negara tetangga
Malaysia. Selat Rupat, merupakan jalur transportasi penting dan merupakan pilihan rute kapal yang produktif. Pelabuhan Dumai juga merupakan pelabuhan ekspor dan impor berbagai komoditi. Sebagai pelabuhan kapal ferry, Dumai banyak dikunjungi oleh kapal-kapal penumpang, baik antar pulau di wilayah Indonesia maupun manca negara. Kunjungan kapal setiap tahunnya (2002-2008) berkisar 4089 – 7332 kali dengan jumlah penumpang berkisar 731.188 hingga 1.012.529 orang (ADPEL Dumai 2009). 4.5 Kependudukan Berdasarkan olahan data Badan Pusat Statistik Kota Dumai (2001 dan 2007), pertumbuhan penduduk Kota Dumai pertahun adalah 5.6 %. Pada tahun 2001 jumlah penduduk Kota Dumai adalah 153.783 jiwa dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 231.121 jiwa dengan kepadatan 133.8 jiwa/km. Pertumbuhan jumlah penduduk ini relatif tinggi. Jumlah penduduk Kota Dumai tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah penduduk berdasarkan kecamatan di Kota Dumai Luas Wilayah (Km2)
Persen (%)
Jumlah Penduduk
Persen (%)
Densitas Jiwa/Km2
1. Bukit Kapur
200.00
11.58
32.385
14.01
161.93
2. Medang Kampai
373.00
21.59
5.982
2.59
16.04
3. Sungai Sembilan
975.38
56.47
18.286
7.91
18.75
4. Dumai Barat
120.00
6.95
87.320
37.78
727.67
5. Dumai Timur
59.00
3.42
87.148
37.71
1 477.08
100,00
231.121
100.00
133.80
Kecamatan
Jumlah 1 727.38 Sumber : BPS Dumai (2007)
58
Berdasarkan Tabel 7, jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Dumai Barat dan Dumai Timur dengan kepadatan rata-rata 727,67 jiwa/km2 dan 1477.08 jiwa/km2. Kecamatan Sungai Sembilan adalah kecamatan terluas di Kota Dumai. Luas wilayah Kecamatan Sungai Sembilan adalah 975.38 km2 dengan jumlah penduduk 18 286 jiwa dan kepadatan 18.75 jiwa/km2.