93
IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Administratif Kabupaten Indramayu, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, yang membentang sepanjang pesisir pantai utara Pulau Jawa, dengan pemerintahan yang berpusat di Kecamatan Indramayu. Kabupaten ini berbatasan dengan laut Jawa di sebelah utara, Kab. Cirebon di tenggara, Kab. Majalengka dan Kab. Sumedang, serta Kab. Subang di sebelah barat. Kab. Indramayu terdiri atas 31 kecamatan, yang terdiri dari 313 desa dan kelurahan. Pada tahun 2010 jumlah penduduk tercatat mencapai 1.769.423 jiwa. Secara geografis, Kab. Indramayu terletak pada 107o 52o - 108o 36o bujur timur dan 6o 15o - 6o 40o lintang selatan (ls). Berdasarkan topografinya sebagian besar Kab. Indramayu merupakan dataran/daerah landai dengan kemiringan tanahnya rata-rata 0% - 2%. Kondisi ini berpengaruh terhadap drainase, dan bila curah hujan cukup tinggi, maka daerah-daerah tertentu dapat digenangi air (Kabupaten Indramayu 2011).
4.2. Iklim Suhu udara Kabupaten Indramayu cukup tinggi yaitu berkisar 18o - 28oC. Rata-rata curah hujan Kabupaten Indramayu sepanjang 2006 adalah sebesar 61,06 mm, dengan curah hujan tertinggi di Kecamatan Kertasemaya kurang lebih 70 mm dengan jumlah hari hujan 2.491 hari, sedang curah hujan terendah terjadi di Kecamatan Pasekan kurang lebih 55 mm dengan jumlah hari hujan 683 hari (Kabupaten Indramayu 2011).
4.3. Penggunaan Tanah Berdasarkan data dari Kabupaten Indramayu (2011), luas wilayah Kabupaten Indramayu mencapai 204.011 hektar (Ha) yang terdiri dari 110.887 Ha tanah sawah (54,35%). Dari jumlah tersebut tanah sawah dengan irigasi teknis luasnya mencapai 72.591 Ha, dan 11.868 Ha diantaranya merupakan tanah sawah dengan irigasi setengah teknis, 4.365 Ha mendapatkan irigasi sederhana dinas Pekerjaan Umum (PU) dan 3.129 Ha irigasi non PU sedang 18.275 Ha
94
diantaranya adalah sawah tadah hujan. Selain sawah juga terdapat tanah kering yang luasnya mencapai 93.134 Ha atau sebesar 45,65%, dan jika dibandingkan dengan luas areal tanah sawah di tahun 2005 yang luasnya 110.548 Ha (54,19% dari luas wilayah), maka di Kab. Indramayu terjadi perubahan penggunaan lahan.
4.4. Agama Kabupaten Indramayu merupakan salah satu Kabupaten yang mayoritas penduduknya beragama islam dan terdapat 6 (enam) macam agama atau kepercayaan yang dianut oleh penduduknya, yaitu Islam, Protestan, Katolik, Budha, Hindu dan Konghuchu. Dibawah ini daftar dan jumlah pemeluk agama di Kabupaten Indramayu pada tahun 2010 yang berusia 15 tahun keatas (Kabupaten Indramayu 2011), seperti ditunjukkan pada Tabel 21 dan Tabel 22.
Tabel 21 Jumlah pemeluk agama (Kabupaten Indramayu 2011) No
Agama
Jumlah Jiwa
Persen (%)
1.
Islam
1.676.373
99
2.
Protestan
5.686
0,33
3.
Katolik
2.835
0,17
4.
Budha
298
0,017
5.
Hindu
159
0,001
6.
Konghucu
13
0,0008
Jumlah
1.685.364
100
Tabel 22 Jumlah tempat ibadah (Kabupaten Indramayu 2011) No
Tempat Ibadah
Jumlah
1.
Masjid
761
2.
Langgar
4.229
3.
Mushola
549
4.
Gereja
24
5.
Vihara
2
Jumlah
5.564
95
4.5. Pendidikan Salah satu indikator keberhasilan pembangunan manusia adalah kemajuan di bidang pendidikan. Berdasarkan data dari dinas pendidikan Kabupaten Indramayu pada tahun ajaran 2008 - 2009, Kabupaten Indramayu memiliki jumlah SD sebanyak 880, SLTP sebanyak 148, dan SLTA sebanyak 52 buah (Kabupaten Indramayu 2011), seperti ditunjukkan pada Tabel 23 dan Tabel 24.
Tabel 23 Sekolah Umum (Kabupaten Indramayu 2011) No.
Jenjang
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Drop
Pendidikan
Sekolah
Kelas
Murid
Guru
Out
1.
TK
246
628
10.373
1.247
-
2.
SD
880
6.472
193.959
1.247
122
3.
SLTP
148
1547
63.301
3.385
605
4.
SLTA
52
452
16.528
1.378
106
5.
SMK
45
422
15.645
1.144
124
Tabel 24 Madrasah (Kabupaten Indramayu 2011) No.
Jenjang
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Pendidikan
Sekolah
Kelas
Murid
Guru
1.
RA
95
125
3.896
285
2.
MI
126
787
19.380
1.194
3.
MTS
71
489
19.648
1.539
4.
MA
28
133
5.874
747
4.6. Pertanian Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten yang menjadi daerah sentra pertanian sehingga sektor ini menyumbang 43% dari total PDRB (produk domestik regional bruto) Kabupaten Indramayu. Pada tahun 2008, terdapat sekitar 632.458 orang petani, baik petani pemilik, petani penggarap, maupun sebagai buruh tani. Produksi padi pada tahun 2008 adalah 1.299.476,75 ton dari luas lahan panen 190.090 Ha. Beberapa tanaman pangan dan holtikultura yang diusahakan di Kabupaten Indramayu adalah palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan. Buah-buahan yang dihasilkan di Indramayu antara lain mangga, semangka, jeruk, jambu biji, sawo, pisang, pepaya, semangka, blewah, timun suri,
96
dan sebagainya, dan dari sekian banyak jenis buah-buahan, produksi mangga adalah sebagai komoditas unggulan yaitu golek, harumanis, bapang, cengkir dan gedong gincu. Jenis buah mangga cengkir/mangga dermayu dan gedong gincu merupakan ciri khas Kabupaten Indramayu sebagai Kota Mangga (Kabupaten Indramayu 2011).
4.7. Peternakan Potensi peternakan di Kabupaen Indramayu dengan dukungan alam yang cukup mendukung peluang pengembangannya akan mempunyai nilai investasi yang besar terhadap kegiatan pembangunan di Indramayu. Pada tahun 2008 jenis ternak yang ada di Indramayu antara lain adalah kuda 152 ekor, sapi potong 7.140 ekor, kerbau 2.112 ekor, kambing 55.685 ekor, domba 70.873 ekor, ayam ras 1.439.663 ekor, ayam kampung 1.927.770 ekor, itik 1.372.579 ekor. Pencapaian produksi asal ternak pada tahun 2008 berupa daging sapi 1.514.028 kg, daging kambing 328.911 kg, dan daging domba 3.043.290 kg, dan daging ayam 343.808 kg, sedangkan produksi telur tahun 2008 sebanyak 4.842.668 kg yang berasal dari telur ayam ras, ayam kampong dan telur itik (Kabupaten Indramayu 2011).
4.8. Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu sebagai daerah yang berada di wilayah pesisir pantai, berpotensi untuk kegiatan perikanan dan kelautan dengan potensi pendapatan bruto pembudidaya atau nelayan adalah Rp 46.741.860/tahun. Dalam pencapaian tersebut sarana yang tersedia di Kabupaten Indramayu adalah 6.062 unit perahu kapal dan 7.299 unit alat tangkap lainnya. Tempat yang digunakan untuk menghasilkan produksi ikan itu di Kabupaten Indramayu adalah tambak seluas 22.625 ha; kolam air tawar 419,99 ha; tempat budidaya laut 70 ha; dan perairan umum seluas 868,57 ha (Kabupaten Indramayu 2011). Tenaga kerja yang berkecimpung di bidang perikanan dan kelautan pada tahun 2010 adalah 80.877 orang. Jumlah nelayan & juragan sekitar 38.123 orang. Jumlah pembudidaya ikan di tambak 18.343 orang, pembudidaya ikan di kolam 8.574 orang, dan pembudaya ikan di laut 70 orang. Jumlah penangkap ikan di
97
perairan umum adalah 9.298 orang. Jumlah pengolah produk perikanan 5.344 orang dan pedagang ikan/bakul ikan 1.125 orang (Kabupaten Indramayu 2011). Produksi perikanan tahun 2010 tercatat hasil laut/perikanan tangkap 108.554,60 ton (Rp 1.332.083.650); hasil tambak 82.149,79 ton (Rp 1.539.713.259); hasil kolam air tawar 51.852,35 ton (Rp 531.012.660); hasil perairan umum 5.544,10 ton (Rp 73.660.498); dan hasil budidaya laut 970,27 ton (Rp 1.498.252). Produksi olahan hasil perikanan dan kelautan 16.718.020 ton (sebesar Rp 4.501.024.485), ada kenaikan 24,59 % dari tahun 2009 yaitu Rp 3.612.714.995. Sarana pendukung untuk pengembangan perikanan oleh Dinas Perikanan & Kelautan Kabupaten Indramayu memiliki 14 tempat pelelangan ikan (TPI); 1 unit balai benih ikan (BBI); 1 laboratorium kualitas air dan kesehatan ikan. Kabupaten Indramayu memiliki pulau-pulau kecil sebagai kawasan konservasi laut daerah (KKLD) yaitu Pulau Biawak, Pulau Gosong dan Pulau Candikian (Kabupaten Indramayu 2011).
4.9. Kehutanan Kabupaten Indramayu memiliki potensi hutan yahng relatif cukup luas terdiri dari hutan negara seluas 40.653,41 ha dan hutan rakyat seluas 17.476,43 ha. Hutan negara terdiri dari hutan produksi tetap (HP) seluas 32.629,86 ha, yaitu hutan produksi terbatas (HPT) seluas 321,56 ha dan hutan lindung (HL) seluas 8.060,70. Pengelolaan hutan negara diserahkan kepada Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan
Hutan
(KPH)
Indramayu
yang
dibagi
berdasarkan
kelas
perusahahan, terdiri dari kelas perusahaan jati 21.070,78 ha; kelas perusahaan kayu putih 11.559,08 ha; dan kelas perusahaan payau 8.023,55 ha. Penyebaran hutan negara terdapat di Kecamatan Cikedung, Terisi, Kroya dan Gantar (Kabupaten Indramayu 2011).
4.10. Perkebunan Kab. Indramayu mempunyai potensi perkebunan 15.416,67 ha yang terdiri dari perkebunan rakyat 9.065,47 ha dan perkebunan negara 6.351,20 ha. Usaha tani yang dikembangkan pada perkebunan rakyat adalah cengkeh, jambu mete,
98
jarak pagar, kapok/randu, kelapa, kenanga, kopi, melinjo dan tebu. Komoditas kelapa dan melinjo merupakan komoditi unggulan Kabupaten Indramayu yang mempunyai nilai rata-rata 0,87 ton/ha dan 0,18 ton/ha. Perkebunan negara dikelola oleh Pabrik Gula Jati Tujuh yang mengembangkan komoditi tebu dengan produksi rata-rata 65,34 kw/ha (Kabupaten Indramayu 2011). Mengingat potensi lahan perkebunan di Indramayu masih cukup luas maka berbagai usaha pengembangan selalu diusahakan seperti kegiatan diversifikasi tanaman perkebunan, pembinaan teknis usaha perkebunan rakyat
khususnya
komoditi kelapa, melinjo, tebu tegalan dan pengembangan desa mandiri energi jarak pagar. Jarak pagar merupakan komoditi strategis karena merupakan bahan bakar nabati sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar minyak. Dalam rangka menunjang program swasembada gula oleh Dinas Kehutanan & Perkebunan berupaya mengembangkan tebu rakyat yang diarahkan di areal histories seperti Kecamatan Cikedung, Terisi, Gantar. Luas areal tebu rakyat untuk musim tanam 2009/2010 seluas 392 ha dengan produksi rata-rata 1,85 ton/ha yang dikelola oleh 6 kelompok tani (42 KK) (Kabupaten Indramayu 2011).
4.11. Potensi Minyak dan Gas Bumi Salah satu potensi bidang pertambangan dan energi adalah migas. Kabupaten Indramayu merupakan daerah yang terbentuk dari endapan laut dan pantai berjuta tahun silam yang di dalamnya mengandung minyak dan gas yang cukup potensial. PT. Pertamina, merupakan perusahaan nasional yang menguasai eksplorasi, pengolahan dan produksi minyak dan gas bumi dengan wilayah kerja untuk Eksplorasi dan Produksi (EP III) di Mundu Cirebon, dan Unit Pengolahan (UP VI) di Balongan Indramayu (Kabupaten Indramayu 2011). PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan beroperasi sejak tahun 1994 berlokasi di Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu yang memasok kebutuhan produk unggulan, seperti premium, solar, minyak tanah, dan produk lainnya, seperti pertamax, pertamax plus, pertamina DEX, LPG dan propylene serta gas ke DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat. PT. Pertamina (Persero)
99
Refinery Unit VI Balongan mempunyai kontribusi besar dalam menjaga kestabilan pasokan bahan bakar (Kabupaten Indramayu 2011).
4.12. Profil Industri Pengolah Gas Ikutan Menurut Rangkuti (2009), jumlah kandungan gas di Indonesia yang sangat besar dan semakin meningkatnya kebutuhan gas domestik khususnya penggunaan LPG di Indonesia, telah mendorong masyarakat untuk lebih memanfaatkan LPG sebagai alternatif energi yang murah dan ramah lingkungan. Peran sektor swasta (private sector) untuk memberikan kontribusi kepada pemerintah dalam memenuhi kebutuhan domestik LPG juga semakin dibutuhkan. Hal ini dipengaruhi oleh semakin meningkatnya permintaan LPG sebesar 5 - 10% per tahun dengan total kebutuhan domestik 1.000.000 - 1.200.000 ton per tahun. Menurut Rangkuti (2009), kebutuhan LPG domestik ini dipenuhi diharapkan terjadi alih penggunaan pemanfaatan bahan bakar minyak (BBM) kepada penggunaan gas sebagai energi dan kelangkaan BBM juga dapat dikurangi. Sehingga pemerintah juga mampu untuk mengurangi subsidi BBM dan beban subsidi tersebut dapat dialokasikan kepada sektor lain yang lebih membutuhkan, misalnya pendidikan dan kesehatan. Pengembangan investasi di sektor minyak dan gas tentunya dapat membantu meningkatkan penyerapan tenaga kerja di daerah operasi. Kebutuhan terhadap tenaga terlatih dan terdidik yang diserap dari daerah sekitar, juga turut membantu meningkatkan pengalaman dan kesejahteraan mereka. Hal ini juga turut membantu sektor ekonomi formal dan non-formal yang berada di daerah sekitar untuk dapat berkembang melalui suplai kebutuhan logostik dan makanan. Keberadaan investasi ini juga turut membantu meningkatkan tingkat perolehan pendapatan daerah sehingga turut membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Rangkuti (2009), rincian proyek yang diperlukan untuk melakukan pengolahan gas ikutan adalah sebagai berikut : Gas ikutan yang dapat dimanfaatkan oleh PT. XS adalah sebanyak 4,5 hingga 6,5 MMscfd, dengan potensi pemanfaatan hingga 11 MMscfd apabila dilakukan penambahan fasilitas pengolahan gas ikutan di lapangan XT.
100
PT. XS mengoperasikan LPG plant yang ada pada saat ini dan dapat menambah peralatan baru guna memproses kelebihan gas yang belum dimanfaatkan selama ini. Penambahan peralatan dan alat tersebut dapat melipatgandakan hasil produksi LPG, kondensat dan lean gas. Keseluruhan hasil produksi sepenuhnya menjadi milik PT. Pertamina dan atas pengolahan gas tersebut diperkirakan PT. XS dapat memperoleh jasa pengolahan atas masing-masing produksi sebagai berikut : o LPG sebesar US$ 150/Ton o Kondensat sebesar US$ 15/Bbl o Lean gas sebesar US$ 1,20/MMbtu PT. Pertamina dapat menyalurkan gas dengan jumlah tertentu tanpa biaya kepada PT. XS guna proses kilang LPG Tugu Barat. Pada masa konstruksi sampai pada saat selesainya pembangunan instalasi peralatan tambahan, maka PT. XS dapat memperoleh imbalan jasa pengolahan sesuai sesuai dengan hasil produksi kulang minyak saat ini, sebesar 70% dari jasa pengolahan termaksud. Masa kontrak bisa dalam waktu 10 tahun dan selanjutnya dapat dilakukan perpanjangan setiap 10 tahun sejak pembangunan instalasi baru selesai, yang dapat dilaksanakan dalam waktu 12 bulan sejak kontrak kerjasama ditandatangani.
4.13. Pemanfaatan Gas CO2 Dalam laporan PT. XS (2008), bahwa PT. XS bermaksud untuk membeli gas CO2 dari bekas lapangan Subang sejumlah 4 MMscfd yang dapat diproses menjadi CO2 cair dengan standar food grade dan industrial grade. Tujuan dan nilai tambah yang dapat diperoleh dari pengembangan proyek CO2 ini adalah : 1. Lingkungan hidup: dapat mengurangi jumlah gas CO2 yang dibuang secara terkonsentrasi ke udara . 2. Pengembangan daerah: • Menciptakan investasi baru • Membuka lapangan kerja baru
101
• Menggerakkan roda perekonomian di sekitar lokasi proyek 3. Nilai Tambah: dapat memberikan keuntungan bagi PT. Pertamina dan PT. XS. Menurut PT. XS (2008), pemanfaatan gas CO2 dalam berbagai bentuk pada umumnya digunakan oleh pemakai dengan tujuan sebagai berikut: 1. Multi industry uses: dalam bentuk solid dan liquid digunakan untuk refrigeration and cooling, dan sebagai inert gas pada chemical process, pada penyimpanan carbon powder dan untuk bahan pemadam api fire extinguisher. 2. Metals: dalam skala besar sebagai shield gas pada MIG (metal inert gas) atau MAG (metal active gas) welding, yang menjadikan CO2 berfungsi sebagai pelindung metal las yang masih cair terhadap oksidasi oleh udara di sekitarnya. Campuran antara argon dan CO2 sangat umum digunakan untuk mencapai rate pengelasan yang lebih besar dan mengurangi keharusan untuk melakukan treatment setelah pengelasan. 3. Manufacturing and construction: dry ice pellet digunakan sebagai pengganti sand blasting untuk membuang cat pada permukaan dan cara ini sangat membantu mengurangi biaya pembuangan kotoran dan pembersihan. 4. Chemical pharmaceuticals and petroleum: dalam jumlah besar digunakan sebagai bahan baku dalam proses kimia industri, terutama dalam memproduksi metanol dan urea. CO2 juga digunakan pada sumur-sumur minyak untuk mengekstraksi minyak dan menjaga tekanan dalam formasi. Dalam sumur minyak, sebagian terlarut dalam minyak, mengurangi kekentalannya sehingga minyak lebih mudah terekstraksi dari lapisannya, sehingga jumlah minyak yang didapat menjadi lebih banyak. 5. Food and beverages : CO2 liquid maupun solid digunakan untuk pengdinginan secara cepat, pembekuan permukaan, pendingin ataupun pembeku dalam transportasi bahan makanan. Gas CO2 digunakan untuk karbonasi soft drinks, beers dan wine serta untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur. 6. Health care : CO2 digunakan sebagai additive pada oksigen dan dalam bidang pengobatan sebagai respiration stimulant. 7. Environmental : sebagai propelant pada kaleng aerosol, merupakan alternatif pengganti bahan aerosol yang lebih berbahaya bagi lingkungan.