66
IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. PT. Angkasa Pura I PT. Angkasa Pura I merupakan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) di sektor perhubungan yang bergerak di bidang pelayanan jasa kebandarudaraan sebagai pelopor perusahaan pelayanan jasa keselamatan penerbangan dan jasa kebandarudaraan yang bersifat komersial di Indonesia. PT. Angkasa Pura I yang berdiri pada tanggal 20 Februari 1964, awalnya mempunyai tugas pokok sebagai pengelola dan pengusahaan Bandar Udara Internasional Kemayoran, Jakarta, yang sejak 1985 kegiatan operasinya telah sepenuhnya dialihkan ke Bandar Udara Soekarno Hatta dan Halim Perdana Kusuma. Saat ini PT. Angkasa Pura I mengelola 13 bandar udara utama di kawasan tengah dan kawasan timur Indonesia yaitu : Ngurah Rai di Bali, Juanda di Surabaya, Hasanudin di Makassar, Sepinggan di Balikpapan, Frans Kaisiepo di Biak, Sam Ratulangi di Manado, Adisumarmo di Surakarta, Adisutjipto di Yogyakarta, Syamsudin Noor di Banjarmasin, Ahmad Yani di Semarang, Pattimura di Ambon, Selaparang di Lombok, dan El Tari di Kupang. Kawasan tengah dan timur Indonesia merupakan kawasan yang memiliki prospek untuk berbagai ragam kegiatan bisnis karena keindahan alam, keanekaragaman budaya, serta kekayaan sumber daya alamnya yang berlimpah. Industri pertambangan dan pengolahan sumber daya alam lainnya serta daerah tujuan wisata utama andalan Indonesia terletak di kawasan tersebut, seperti Bali, Lombok, Nusa Tenggara Timur, Toraja, Bunaken, Bandaneira, Dieng dan Yogyakarta. Bagi wilayah kepulauan yang besar dan luas seperti Kawasan Tengah dan Timur Indonesia dimana transportasi darat dan air masih relatif terbatas, transportasi udara dengan bandar udaranya memegang peranan teramat penting dalam mendukung mobilitas penumpang, barang dan jasa. Hal ini dapat diartikan sebagai peluang bagi bisnis jasa kebandarudaraan. 4.1.1. Kondisi PT. Angkasa Pura I Visi PT. Angkasa Pura I adalah menjadi perusahaan jasa kebandarudaraan yang dapat diandalkan di Kawasan Asia Pasifik. Untuk mencapai visi perusahaan
67
di atas, maka ditetapkan misi perusahaan sebagai berikut: (1) penyediaan jasa kebandarudaraan dan jasa navigasi penerbangan beserta pendukungnya; (2) penyediaan jasa konsultasi dan diklat yang berkaitan dengan bidang jasa kebandarudaraan; dan (3) pengusahaan jasa tersebut di atas adalah dalam rangka memupuk keuntungan agar kesinambungan perusahaan terus berlanjut. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, perusahaan melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut: 1) Penyediaan pengusahaan dan pengembangan fasilitas untuk kegiatan pelayanan pendaratan, lepas landas, parkir dan penyimpanan pesawat udara. 2) Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas terminal untuk pelayanan angkutan penumpang, kargo dan pos. 3) Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas elektronika, navigasi, listrik, air dan instalasi limbah buangan. 4) Penyediaan jasa pelayanan penerbangan. 5) Penyediaan / penyewaan lahan untuk bangunan, lapangan dan industri serta gedung/bangunan yang berhubungan dengan kelancaran angkutan udara. 6) Penyediaan jasa pelayanan yang secara langsung menunjang kegiatan penerbangan yang meliputi penyediaan hanggar pesawat udara, perbengkelan pesawat udara, jasa pelayanan teknis penanganan pesawat udara di darat, jasa pelayanan penumpang dan bagasi, jasa penanganan kargo, dan jasa penunjang lainnya yang secara langsung menunjang kegiatan penerbangan. 7) Penyediaan jasa konsultasi, pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan kebandarudaraan. 8) Penyediaan jasa pelayanan yang secara langsung atau tidak langsung menunjang kegiatan bandara meliputi jasa penyediaan penginapan/hotel, jasa penyediaan toko dan restoran, jasa penempatan kendaraan bermotor, jasa perawatan pada umumnya dan jasa lainnya yang menunjang secara langsung atau tidak langsung pada kegiatan bandar udara. Disamping mengembangkan bisnis kebandarudaraan dan jasa navigasi penerbangan, PT. Angkasa Pura I juga memiliki kewajiban memberikan manfaat bagi lingkungannya sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR), diwujudkan dalam bentuk program kemitraan dan
68
bina lingkungan. Program kemitraan adalah program untuk usaha mikro, usaha kecil dan koperasi yang bersifat keberlanjutan, mandiri dan berdaya saing melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong ekonomi masyarakat sekitar, mengurangi pengangguran, ikut mengatasi berbagai masalah sosial sekaligus untuk menciptakan ketenangan usaha bagi PT. Angkasa Pura I. Pada tahun 2006, perusahaan telah menyalurkan dana pinjaman lunak program kemitraan sebesar Rp 11,23 milyar yang terdiri dari Rp 10,39 milyar kepada 472 usaha kecil dan sebesar Rp 840 juta kepada koperasi. Selain itu juga menyalurkan dana hibah pembinaan program kemitraan sebesar Rp 2,72 milyar terdiri atas hibah pendidikan dan pelatihan usaha kecil sebesar Rp 670 juta serta hibah pameran sebesar Rp 2,05 milyar. Tujuan hibah diklat usaha kecil adalah memberikan bekal kepada mitra binaan secara teknis untuk mengelola usaha kecil dengan lebih baik dan berkelanjutan,
sedangkan
kegiatan
hibah
pameran
bertujuan
untuk
mempromosikan produk-produk unggulan sekaligus mitra binaan agar lebih dikenal oleh calon konsumen produk mitra binaan, termasuk kesempatan untuk mengikuti pameran luar negeri. Beberapa mitra binaan telah memanfaatkan kesempatan tersebut dengan harapan terjadinya transaksi dengan konsumen dan wisatawan mancanegara. Program bina lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN di wilayah usaha BUMN tersebut melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan, PT. Angkasa Pura I telah menyalurkan dana untuk bina lingkungan sebesar Rp 2,83 Milyar yang terdiri dari: 1.
Bantuan atas musibah gempa kepada masyarakat di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya sebesar Rp 300 juta serta bantuan bencana alam lainnya di beberapa propinsi sebesar Rp 265,2 juta.
2.
Bantuan pendidikan/pelatihan dalam bentuk beasiswa dan sarana penunjang belajar lainnya sebesar Rp 366,47 juta dan program peningkatan kesehatan masyarakat sebesar 59,5 juta.
69
3.
Program pengembangan prasarana dan sarana umum di lingkungan sekitar perusahaan sebesar Rp 893,8 juta serta bantuan sarana ibadah dalam bentuk kelengkapan fisik dan sarana penunjang ibadah sebesar Rp 946,67 juta. Pengelolaan lingkungan sebagai salah satu wujud penanganan dampak
terhadap lingkungan dilakukan melalui: 1.
Membuat Buffer Zone/Green Barrier di sekitar bandara
2.
Menerapkan Tata Ruang sekitar bandara dengan mempertimbangkan BatasBatas Kawasan Kebisingan (BKK) dan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP)
3.
Mengolah air limbah di IPAL sebelum dibuang ke badan sungai
4.
Saluran drainase dan saluran air limbah dilengkapi dengan kolam sedimentasi
5.
Pengendalian tata guna tanah dan lahan sesuai RTRW
6.
Pengendalian dan pengawasan peruntukkan tanah di sekitar bandara sesuai dengan KKOP dan BKK
7.
Pengelolaan limbah padat dikumpul di TPS dan selanjutnya dibuang di TPA Manggar.
4.1.2. Sumber Daya Manusia Komitmen untuk memberikan yang terbaik bagi pengguna jasa, pemegang saham dan berbagai pihak terkait, tercemin pada tekad manajemen dalam memenuhi tuntutan standar yang tinggi dalam pengelolaan bandar udara melalui ketersediaan SDM yang berkompeten. Di samping jumlah yang cukup, orientasi ke depan lebih menitikberatkan pada peningkatan kualitas SDM. Konsekuensinya, selama kurun waktu empat tahun terakhir terlihat adanya minus growth pada jumlah SDM perusahaan (Tabel 7). Upaya peningkatan kualitas dan pemenuhan kompetensi dilaksanakan melalui penyelenggaraan pendidikan dan latihan, baik di dalam maupun luar negeri. Dalam rangka untuk menjaga motivasi, performansi dan produktivitas pegawai PT. Angkasa Pura I telah menerapkan pola pembinaan SDM berdasarkan sistem prestasi (merit) dengan menekankan pada terwujudnya suasana hubungan industrial yang harmonis.
70
Tabel 7. Jumlah pegawai PT. Angkasa Pura I tahun 2000-2004 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Lokasi
2000 388 881 0 522 481 313 193 208 218 156 180
Kantor Pusat Ngurah Rai Polonia Juanda Hasanudin Sepinggan Frans Kaisiepo Adi Sutjipto Sam Ratulangi Adi Sumarmo Syamsudin Noor 12 Achmad Yani 176 13 Selaparang 143 14 Pattimura 138 15 El Tari 155 Total 4.152 Sumber: Profil Angkasa Pura I (2006)
2001 386 879 0 524 475 311 186 211 219 156 177
Tahun 2002 381 877 0 505 457 302 172 217 216 147 174
2003 361 851 0 493 450 297 167 221 215 140 169
2004 359 864 0 510 474 304 168 225 215 139 173
179 143 130 151 4.127
173 141 128 146 4.036
168 138 123 144 3.937
170 124 140 144 4.009
4.2. Keadaan Umum Bandara Apabila wisatawan melakukan perjalanan udara ke Kawasan Tengah dan Timur Indonesia, kemungkinan besar seorang penumpang akan mengunjungi salah satu di antara 13 bandar udara dalam lingkup PT. Angkasa Pura I. Bandar udara yang menjadi tujuan wisatawan antara lain: Ngurah Rai di Bali, Juanda di Surabaya, Hasanudin di Makassar, Sepinggan di Balikpapan, Frans Kaisiepo di Biak, Sam Ratulangi di Manado, Adisumarmo di Surakarta, Adisutjipto di Yogyakarta, Syamsudin Noor di Banjarmasin, Ahmad Yani di Semarang, Pattimura di Ambon, Selaparang di Lombok, dan El Tari di Kupang. Letak bandar udara yang berada di bawah naungan PT. Angkasa Pura I memiliki posisi strategis di bibir Pasifik, di antara daerah-daerah tujuan wisata utama Indonesia, dan pusat industri sumberdaya alam yang beragam, maka bandar udara tersebut akan tumbuh dan berkembang pesat seiring dengan pertumbuhan kawasan Asia – Pasifik sebagai pusat ekonomi dan industri dunia, terutama industri pariwisata. Adapun kondisi umum bandara-bandara yang dijadikan objek penelitian adalah dapat dijelaskan sebagai berikut.
71
4.2.1. Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali merupakan bandara andalan dari 13 bandara dalam pengelolaan PT. Angkasa Pura I yang terletak di Pulau Bali. Pada tahun 2002, Bandar Udara Ngurah Rai, Bali melayani 4,8 juta penumpang dan pada tahun 2003 bandara ini dianugerahi penghargaan “Pelayanan Prima” dari Departemen Perhubungan yang mencerminkan bahwa bandara ini telah mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggannya. Bandara ini disiapkan untuk mengakomodasi 13 juta penumpang per tahun pada tahun 2020. Pertumbuhan jalur penerbangan antara Asia dan Pasifik menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun yang mencapai puncaknya pada tahun 1997 (5,2 juta penumpang dan 57 ribu pergerakan pesawat). Sejak tragedi WTC tahun 2001 dan Bom Bali tahun 2002, pertumbuhan jalur penerbangan mengalami penurunan dan diharapkan akan pulih kembali pada tahun 2004. Lahan yang terletak di area selatan landasan pacu dapat dikembangkan dengan membangun lapangan golf, driving range atau fasilitas hangar. Bisnis properti yang lain seperti shopping center, gudang, kargo, hotel, restoran, dan bank dapat dibangun pada lahan Kuta yang luasnya lebih kurang 4 Ha dan berlokasi di Jalan Sunset Road yang diharapkan akan banyak dikunjungi oleh wisatawan. Secara garis besar deskripsi Bandara Internasional Ngurah Rai pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Deskripsi Keadaan Bandara Ngurah Rai Tahun 2004 No. Description International Domestic Local/Transit 1 Aircraft 19.276 37.132 2.411 Movement 2 Passangers 2.998.032 2.919.806 107.111 3 Baggage (Ton) 46.908 32.287 4 Cargo (Ton) 38.894 17.341 5 Mail (Ton) 154 464
Total 58.819 6.024.949 79.195 56.235 618
4.2.2. Bandar Udara Internasional Juanda, Surabaya Bandara Internasional Juanda terletak di Jawa Timur dan merupakan salah satu bandara andalan dari 13 bandara yang dikelola PT. Angkasa Pura I. Pada tahun 2002, bandara ini telah melayani 4,7 juta penumpang. Pada tahun 2003
72
Bandara Juanda memperoleh penghargaan dari Departemen Perhubungan berupa “Pelayanan Prima” dengan predikat memuaskan. Pertumbuhan jalur penerbangan Bandara Juanda dari tahun ke tahun memperlihatkan peningkatan yang cukup signifikan dan hal ini dapat dilihat pada tahun 2002 dimana bandara tersebut telah melayani 4,7 juta penumpang. Namun, akibat dari kurang kondusifnya iklim keamanan nasional dan pengaruh wabah SARS serta invasi Amerika ke Irak, pertumbuhan jalur penerbangan pada tahun 2001 mengalami penurunan. Pada akhir tahun 2002, pertumbuhan jalur penerbangan di Bandara Juanda mulai meningkat kembali dan diharapkan pada tahun 2004 dapat pulih kembali. Bandar udara Juanda menyediakan lahan untuk usaha dilantai atas terminal
penumpang
yang
dapat
dikembangkan
menjadi
ruang
pertemuan/konferensi, CIP (Commercial Important Person), hotel transit, pusat informasi bisnis, area promosi, dan industri perdagangan. Adapun lahan-lahan yang tersedia di sekitar bandara dapat dimanfaatkan untuk gudang, business center dan rumah sakit internasional. Secara garis besar deskripsi Bandara Juanda pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Deskripsi Keadaan Bandara Juanda Tahun 2004 No. Description International Domestic Local/Transit 7.138 86.715 3.573 1 Aircraft Movement 2 Passangers 770.122 7.258.348 534.277 3 Baggage (Ton) 12.974 62.657 4 Cargo (Ton) 12.686 51.264 5 Mail (Ton) 6 1.361
Total 97.426 8.562.747 75.631 63.950 1.367
4.2.3. Bandar Udara Internasional Hasanuddin, Makasar Pada tahun 2005, MAATS (Makassar Advance Air Traffic Services) sebagai ATS Center mulai beroperasi penuh di Bandara Hasanuddin Makasar. MAATS berfungsi untuk mengelola wilayah udara mulai dari atas Pulau Kalimantan hingga Pulau Irian, sedangkan untuk wilayah barat dikelola oleh JAATS (Jakarta Advance Air Traffic Services). MAATS adalah suatu sistem yang memandu sistem lalu lintas penerbangan dimana sistem yang dipakai telah terkomputerisasi. Sistem ini menggunakan software buatan Thales ATM versi
73
terbaru, yaitu Erocat – X yang mampu memproses semua data penerbangan, melakukan kalkulasi, dan akhirnya disajikan di hadapan Controller melalui layar Radar Monitor dengan model Electronic Strips (paperless) yang dilengkapi dengan Human Machine Interface yang user friendly. MAATS juga dilengkapi dengan Automatic Weather Observation System (AWOS) yang mampu menampilkan kondisi cuaca terkini. Dengan informasi yang lebih cepat dan akurat, para controller akan lebih mudah dalam melakukan perencanaan dan manajemen lalu lintas pesawat, sehingga dapat memberikan efisiensi kenyamanan bagi para pilot. Pertumbuhan jalur penerbangan Bandara Hasanuddin mencapai puncaknya pada tahun 1997, dimana terdapat 1,5 juta penumpang dan 35 ribu pergerakan pesawat. Kondisi ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 tidak menunjukkan iklim yang kondusif, sehingga pertumbuhan jalur penerbangan mengalami penurunan secara signifikan. Tahun 2003 diharapkan menjadi titik balik peningkatan pertumbuhan jalur penerbangan. Bandara Hasanuddin melayani beberapa jalur penerbangan yang ada di Indonesia diantaranya menuju ke kawasan Indonesia bagian timur. Secara garis besar deskripsi Bandara Hasanuddin pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Deskripsi Keadaan Bandara Hasanuddin Tahun 2004 No. Description International Domestic Local/Transit 1 Aircraft 614 43.759 76 Movement 2 Passangers 69.343 2.514.936 859.144 3 Baggage (Ton) 1.872 30.200 31.072 4 Cargo (Ton) 922 26.780 5 Mail (Ton) 0 914
Total 44.449 3.443.423 32.072 27.702 914
Lahan di lingkungan bandara dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha gudang, hotel transit, dan lain-lain. Selain itu, lahan di Jalan MarosMakasar dapat dikembangkan
menjadi pusat perbelanjaan, SPBU dan
perkantoran. 4.2.4. Bandar Udara Internasional Sepinggan, Balikpapan Bandara Sepinggan, Balikpapan merupakan bandara ke-4 terbesar dari 13 bandara yang dikelola PT. Angkasa Pura I. Posisi bandara yang strategis di
74
kawasan Indonesia Bagian Tengah diharapkan menjadi penghubung kawasan Indonesia Bagian Barat dengan kawasan Indonesia Bagian Timur. Posisi yang strategis dan didukung pula oleh potensi alam Kalimantan Timur yang menjadi daya tarik industri pariwisata, diharapkan akan dapat meramaikan Bandara Sepinggan. Sebagai salah satu bandara yang berada di kawasan Indonesia Tengah, perkembangan penerbanganan dan penumpang terjadi di Bandara Sepinggan terus meningkat sejak pasca krisis ekonomi. Dalam tahun 1999, Bandara Sepinggan telah melayani 25 ribu pergerakan pesawat dan 706 ribu pergerakan penumpang. Kenaikan tersebut berlanjut hingga tahun 2002 yaitu sebesar 33 ribu pergerakan pesawat
dan
1,3
juta
pergerakan
penumpang.
Peningkatan
tersebut
menggambarkan bahwa pemulihan krisis ekonomi untuk Kalimantan Timur relatif lebih cepat dari daerah lainnya. Lahan-lahan yang masih tersedia di sekitar bandara, dikembangkan hotel transit, business center, pusat informasi investasi, warehousing, meeting room, restoran, dan mini market. Pada lahan seluas 70.000 m2 sekitar pantai di selatan bandar udara dapat dikembangkan menjadi lapangan golf, cottages, pantai wisata dan lain-lain. Secara garis besar deskripsi Bandara Sepingan pada Tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Deskripsi Keadaan Bandara Sepinggan Tahun 2004 No Description International Domestic Local/Transit 1 Aircraft 1.243 19.232 939 Movement 2 Passangers 41.703 2.129.239 31.717 3 Baggage (Ton) 339 14.770 4 Cargo (Ton) 642 9.440 5 Mail (Ton) 0 0
Total 21.414 2.202.659 15.109 10.082 0
4.2.5. Bandar Udara Internasional Pattimura, Ambon Bandara Pattimura, disela keindahan Teluk Ambon adalah salah satu pusat dinamika kehidupan di belahan Indonesia bagian Timur dan Kepulauan Maluku. Bandara Pattimura yang telah selesai dikembangkan pada tahun 2003 melalui program bantuan Asian Development Bank (ADB) menjadikan bandara tersebut
75
sebagai bandara tujuan wisata yang modern dan indah serta mempunyai prospek yang cukup cerah pasca kerusuhan. Pulihnya keamanan di Ambon pasca kerusuhan memberikan harapan bagi pertumbuhan jalur penerbangan di Bandara Pattimura seperti tahun-tahun sebelum terjadi kerusuhan. Keberadaan Bandara Pattimura memberikan peran yang cukup dominan bagi pembangunan perekonomian Ambon dan Maluku serta Indonesia secara keseluruhan. Sejalan dengan mulai kondusifnya keamanan di Ambon, pertumbuhan jalur penerbangan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari pencapaian arus pergerakan pesawat pada tahun 2002 sebesar 2 ribu pergerakan pesawat serta 85 ribu pergerakan penumpang. Terminal penumpang yang baru selesai dibangun di Bandar Udara Pattimura dapat menyediakan ruangan untuk perkantoran, CIP room dan sebagainya. Di daerah Air Manis terdapat lahan seluas 18.500 m2 yang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan bisnis pertanian. Secara garis besar deskripsi Bandara Pattimura pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Deskripsi Keadaan Bandara Pattimura Tahun 2004 No Description International Domestic Local/Transit 2 5.986 166 1 Aircraft Movement 2 Passangers 0 321.679 1.684 3 Baggage (Ton) 0 4.337 4 Cargo (Ton) 0 1.779 5 Mail (Ton) 0 33
Total 6.154 323.363 4.337 1.779 33
4.2.6 Sintesis Gambaran Umum Bandara Berdasarkan gambaran umum dari masing-masing bandara yang menjadi lokasi penelitian dapat dilihat bahwa terdapat keragaman atau variabilitas dari masing-masing bandara, mulai dari aircraft movement (pergerakan pesawat), passangers (penumpang), baggage (bagasi), cargo (muatan), sampai kepada mail (surat). Adanya keragaman tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti ketersediaan pesawat dan jumlah rute penerbangan ke bandara tersebut, jumlah penumpang yang bepergian dari dan keluar daerah, jumlah barang/muatan yang dibawa oleh penumpang, dan lain sebagainya sehingga kesemua hal tersebut mempengaruhi tingkat kepadatan bandara.
76
Pada deskripsi keadaan masing-masing bandara dapat dilihat bahwa air movement (pergerakan pesawat) di masing-masing bandara menunjukkan nilai yang sangat berbeda. Pergerakan pesawat terbanyak terjadi pada bandara Juanda, Surabaya, dimana pada tahun 2004, jumlah pesawat yang datang dan pergi melalui bandara tersebut mencapai angka 97.426 pesawat, disusul oleh bandara Ngurah Rai, Bali, dan bandara Hasanudin, Makasar yang masing-masing mencapai angka 58.819 dan 44.449 pesawat. Sementara itu, dua bandara lainnya, yaitu Sepinggan, Balikpapan dan Pattimura, Ambon merupakan bandara yang paling kecil jumlah pergerakan pesawatnya dibandingkan dengan bandara lainnya dengan total pergerakan pesawat masing-masing 21.414 dan 4.154 pesawat. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa bandara Juanda merupakan bandara yang paling padat dibandingkan dengan empat bandara lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya penumpang domestik yang bepergian melalui bandara ini, disamping terdapat pula jumlah pesawat yang transit yang cukup besar pada bandara ini. Akan tetapi, jika dicermati dari pergerakan pesawat internasional, maka bandara yang paling padat adalah bandara Ngurah Rai, Bali. Hal ini dikarenakan provinsi Bali merupakan daerah tujuan wisata mancanegara yang paling banyak dikunjungi oleh turis asing, sehingga hal tersebut turut mempengaruhi tingkat kepadatan bandara di Bali. Hasil yang terlihat pada deskripsi umum masing-masing bandara juga menunjukkan bahwa item-item lainnya, yaitu jumlah passangers (penumpang), baggage (bagasi), cargo (muatan), sampai kepada mail (surat) didominasi oleh Bandara Juanda. Untuk jumlah penumpang yang bepergian melalui Bandara Juanda pada tahun 2004 mencapai angka 8.562.747 penumpang, sedangkan jumlah bagasi, muatan, dan surat masing-masing 75.631 ton, 63.950 ton, dan 1.367 ton dimana jumlah tersebut juga menempati urutan terbanyak dibandingkan dengan empat bandara lainnya. Khusus pada item jumlah penumpang yang transit di
bandara,
bandara
Hasanuddin,
Makasar
menempati
urutan
pertama
dibandingkan dengan empat bandara lainnya, dengan jumlah penumpang yang transit sebesar 859.144 penumpang. Hal ini dikarenakan bandara Hasanuddin merupakan salah satu bandara terbesar di wilayah timur Indonesia yang menjadi
77
pusat transit penumpang yang akan melanjutkan perjalanannya ke berbagai daerah di wilayah timur Indonesia. Berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan lahan disekitar bandara dengan tujuan optimalisasi lingkungan bandara, pengelola bandara di kelima bandara tersebut juga banyak mengembangkan lahan di sekitar bandara menjadi pusat-pusat bisnis dan hiburan yang tentu saja bernilai ekonomis. Lahan-lahan yang masih tersedia di sekitar bandara, dikembangkan menjadi hotel transit, business center, pusat informasi investasi, warehousing, meeting room, restoran, mini market, lapangan golf, cottages, pantai wisata, ruang CIP (Commercial Important Person), pusat informasi bisnis, area promosi, industri perdagangan, gudang, business center, dan rumah sakit internasional. Dengan adanya pusatpusat bisnis tersebut, terdapat berbagai manfaat yang besar, tidak hanya bagi perusahaan pengelola bandara, akan tetapi juga bagi pengusaha dan masyarakat konsumen bandara. Akan tetapi, hal yang sangat perlu menjadi perhatian adalah lingkungan di sekitar bandara juga harus menjadi lebih bersih, tertib, dan rapi serta terjaga dari polusi-polusi yang dapat ditimbulkan oleh adanya aktifitas bisnis tersebut. Sesuai dengan tujuan penumpang yang sebagian besar menggunakan jasa pesawat terbang dalam bepergian ke suatu tempat, dimana kecepatan waktu tempuh, kenyamanan, keselamatan, dan lain sebagainya merupakan faktor-faktor diharapkan oleh penumpang, pengelola bandara dalam hal ini PT. Angkasa Puara I dan pihak manajemen bandara seharusnya terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan di bandara termasuk meningkatkan kualitas dan kenyamanan lingkungan bandara. Pengelola bandara juga harus mampu menunjukkan kualitasnya, tidak hanya dari segi kinerja organisasi, akan tetapi bagaimana perusahaan juga memiliki tingkat kepedulian yang tinggi dalam mengelola lingkungan bandara.