Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
I. PENDAHULUAN Studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment Study) atau disingkat dengan Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke desa/kelurahan. Data yang dikumpulkan dari Studi EHRA akan digunakan Pokja kabupaten/kota sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih Sanitasi (BPS), penetapan area beresiko dan Strategi Sanitasi Kabupaten/kota (SSK) Karena berbagai hal tersebut diatas, kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA, deangan alasan karena: 1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat. 2. Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda. 3. Isu sanitasi dan hygiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas usulan melalui Musrenbang desa/kelurahan, Musrenbang Kecamatan maupun melalui Musrenbang Kabupaten. 4. Masih terbatasnya kesempatan dialog antara masyarakat dan pihak pengambil keputusan dalam pembangunan sanitasi. 5. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa 6. EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektor-sektor pemerintahan secara eksklusif 7. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan warga di tingkat kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders kelurahan/desa Secara umum Studi Environmental Helath Risk Assessment (EHRA) berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat, seperti: A. Fasilitas sanitasi yang diteliti: a. Sumber air minum. b. Layanan pembuangan sampah. c. Jamban. d. Saluran pembuangan air limbah. B. Perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi dengan mengacu pada STBM: a. Buang air besar. b. Cuci tangan pakai sabun. c. Pengelolaan sampah dengan 3R d. Pengelolaan air limbah rumah tangga (drainase lingkungan) Studi EHRA dirancang sedemikian rupa agar Pemerintah Kabupaten/Kota dapat melakukan pengulangan Studi EHRA dalam kurun waktu tertentu seperti misalnya setiap 3 (tiga) tahun sekal. Biaya yang dipergunakan dapat eminim mungkin tanpa harus mengorbankan kualitas informasi yang diperoleh. Pengulangan studi EHRA ini dapat juga dijadikan bagian dari kegiatan monitoring dan evaluasi (MONEV). Studi EHRA memanfaatkan sumber daya setempat untuk pengumpulan data (enumerator) umumnya menggunakan tenaga kader Posyandu, yang jelas punya banyak keunggulan dibandingkan dengan menggunakan tenaga lain.
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
1
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah: 1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan 2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi 3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey yang handal 4. menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR Sedangkan manfaat yang dihasilkan adalaha bahwa hasil survey digunakan sebagai salah satu bahan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Startegi Sanitasi Kabupaten/kota. Adapun Output dari pelaksanaan Studi EHRA ini adalah : 1. Mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan. 2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi. 3. Menyediakan dasar informasi yang valid dalam penilaian resiko kesehatan lingkungan. Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR. Selanjutnya, data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten.
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
2
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
II. METODOLOGI DAN LANGKAH EHRA 2011 EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja AMPL dan Dinas Kesehatan Kabupaten OKU TIMUR. Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 2 (dua) hari berturut-turut. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen. Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Bapak (Kepala Rumah Tangga) atau Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten OKU TIMUR . Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang telah terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS. Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri dire-check kembali oleh tim Pokja AMPL. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali. Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kabupaten/Kota semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Penanggungjawab Koordinator Survey Anggota Koordinator wilayah/kecamatan Supervisor Tim Entry data Tim Analisis data Enumerator
2.1
: Pokja Kabupaten OKU TIMUR : Pokja - Dinas Kesehatan : BAPPEDA, Bappermas, KLH, DKP, Infokom, dll : Kepala Puskesmas : Sanitarian Puskesmas : Bag. Pengolahan Data, Bappeda, BPS : Pokja Kabupaten OKU TIMUR : Kader aktif kelurahan (PKK, Posyandu, KB, dll)
Penentuan Target Area Survey Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
3
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
“Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten OKU TIMUR mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan. Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut: 1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa. Sementara untuk kabupaten umumnya hanya mempunyai data kepadatan penduduk hanya sampai tingkat kecamatan saja. Pada banyak daerah, tingkat kepadatan penduduk tidak merata. Ada beberapa kecamatan/desa memiliki kepadatan penduduk relative tinggi akan tetapi pada tempat lainnya masih sangat rendah. Oleh karena itu Studi EHRA di Kabupaten OKU TIMUR dilaksanakan pada wilayah kecamatan dan desa/kelurahahn dengan kepadatan penduduk lebih dari 25 jiwa per hektar. 2.
Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut: (∑ Pra-KS + ∑ KS-1) Angka kemiskinan = ---------------------------------- X 100% ∑ KK
3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat. 4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut yang ditentukan oleh Pokja Kabupaten OKU TIMUR. Klastering wilayah dalam suatu kabupaten/kota akan menghasilkan kategori klaster. Wilayah (kecaamtan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik tingkat resiko kesehatan yang identik/homogen. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan memiliki kecamatan dan desa/kelurahan yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil Studi EHRA dengan metode Cluster Ramdom Sampling akan bisa memberikan peta area beresiko dalam skala kabupaten/kota. Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kabupaten OKU TIMUR menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada hasil Studi EHRA. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kabupaten OKU TIMUR. Penentuan klaster di sebuah kabupaten/kota yang akan melaksanakan Studi EHRA dilakukan dalam dua tahap yaitu: a. Tahap I, klastering pada tingkat kecamatan yang dilakukan oleh Pokja berdasarkan ke empat criteria klastering diatas untuk menunjukkan indikasi awal lingkungan beresiko tingkat kecamatan. b. Tahap II, klastering pada tingkat desa/kelurahan yang dilakukan oleh Pokja bersama petugas kecamatan atau oleh petugas kecamatan saja, berdasarkan ke empat criteria klastering untuk menunjukkan indikasi awal lingkungan beresiko pada tingkat desa/kelurahan.
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
4
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
Tabel 1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko Katagori Klaster
Kriteria
Klaster 0
Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko.
Klaster 1
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Klaster 2
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Klaster 3
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Klaster 4
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Klastering wilayah di Kabupaten OKU TIMUR menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada tabel 2 tentang hasil Klastering desa/kelurahan di Kabupaten OKU TIMUR. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku hygiene dalam skala kota sebaiknya semua kecamatan/desa/kelurahan di kota tersebut diambil sebagai target area survey. Bagi Pokja sanitasi kota yang memiliki anggarn EHRA mencukupi dan biasa mengambil sapel dalam jumlah besar, bias saja mengambil seluruh kecamatan/desa/kelurahan sebagai area survey. Akan tetapi untuk wilayah kabupaten yang mempunyai anggaran EHRA relative kecil, dengan jumlah kecamatan/desa/kelurahan yang cukup banyak serta wilayah yang cukup luas, maka pengambilan seluruh kecamatan atau desa/kelurahan sebagai area survey menjadi sangat riskan. Apabila demikian, maka penentuan jumlah lokasi area survey untuk tiap klaster dapat menggunakam metode Proporsionate Startifield Random Sampling yang artinya populasi tidak homogeny dan strata berbeda, sehingga sampel diambil berdasarkan persentase (%) untuk tiap starat/kluster. Adapun cara untuk menetapkan sampel ada 2 (dua) yaitu: 1. Pokja dan Tim EHRA bias mengambil kebijakan dengan mengambil porsi tertentu dari jumlah kecamatan dan desa/kelurahan pada tiap klasternya sebagai area survey. Kriteria penentuan kecamatan atau desa/kelurahan area survey adalah hanya mengambil kecamatan dan desa yang memiliki kepadatan lebih dari 25 jiwa per hektar. 2. Pokja dan Tim EHRA menetukan jumlah sampel responden yang akan digunakan berdasarkan kemampuan anggaran biaya survey pada skala kabupaten. Situasi di kabupaten umumnya berbeda dari situasi di kota. Sebuah kabupaten biasanya memiliki banyak desa, dengan demikian harus mengikuti prosedur khusus untuk pengambilan sampel di kabupaten, yaitu: 1. Tipe 1 : Kabupaten dengan pusatnya di ibukota kabupaten, mempunyai desa dan banyak penduduk yang tinggal di daerah peri-urban tepat di dekat perbatasab dengan kabupaten lain. 2. Tipe 2 : Kabupaten dengan banyak desa dan ibukota kabupaten hanya sebagai pusat pemerintahan dan pasar yang menyerupai kota kecil.
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
5
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
6
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
7
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
8
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
9
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
10
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
11
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
Untuk menentukan target area survey untuk kedua tipe kabupaten seperti yang telah dibahas pada hal 5, Pokja kabupaten terlebih dahulu harus menentukan ruang lingkup studi, sebagai berikut: a. Alternatif 1 : bila survey hanya dilakukan di daerah pusat ibukota kabupaten (IKK) dan peri-urban, maka semua kecamatan dan kelurahan dijadikan target area survey dan responden dipilih secara acak di semua kelurahan. b. Alternatif 2 : bila survey dilakukan tidak hanya di daerah IKK dan peri-urban, tetapi juga di daerah perdesaan, maka dilakukan klastering kecamatan dan desa/kelurahan berdasarkan 4 (empat) criteria yang telah dibahas sebelumnya. Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam klaster tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
JUMLAH DESA
HASIL KLASTERING DESA KABUPATEN OKU TIMUR 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
95
63
64 52
27
0
1
2
3
4
KLASTER
Gambar 1 Hasil Klastering Studi EHRA Kab. OKU TIMUR
2.2
Penentuan Jumlah/Besar Responden Jumlah sampel untuk tiap kelurahan/desa diambil sebesar 40 responden. Sementara itu jumlah sampel RT per Kelurahan/Desa minimal 8 RT yang dipilih secara random dan mewakili semua RT yang ada dalam Kelurahan/Desa tersebut. Jumlah responden per Kelurahan/Desa minimal 40 rumah tangga harus tersebar secara proporsional di 8 RT terpilih dan pemilihan responden juga secara random, sehingga akan ada minimal 5 responden per RT. Apabila dalam suatu desa/kelurahan jumlah RT kurang dari 8 RT, maka responden harus diambil secara merata dari seluruh RT yang ada. Yang menjadi responden dalam Studi EHRA tahun 2012 di Kabupaten OKU TIMUR adalah para kepala keluarga, ibu atau anak perempuan yang sudah menikah (dengan atau tanpa anak) dan berumur antara 18-60 tahun. Namun demikina batas usia ini mesti diperlakukan secara hati-hati. Kadang bias dijumpai mereka yang berusia di bawah 55 tahun tapi kurang dapat merespon pertanyaan enumerator atau mereka yang berusia diatas 60 tahun namun masih bias merespon pertanyaan-pertanyaan enumerator.
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
12
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
a. b. c. d. e. f.
Berdasarkan kaidah statistic, ukuran sampel dalam suatu kabupaten/kota ditentukan oleh: Tingkat presisi yang diharapkan (CI = Confidence Interval) Tingkat kepercayaan (CL = Confidence Level) Prosentase baseline (bila ada = 50%) Perkalian factor efek dari desain (Desain Effect, maksiman 2) Antisipasi untuk sampel gagal (5-10%) Besar/jumlah populasi
Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota digunakan “Rumus Slovin” sebagai berikut:
• • •
Dimana: n adalah jumlah sampel N adalah jumlah populasi d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d=0,05) Asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.
Dengan jumlah populasi rumah tangga sebanyak 155.864 KK maka jumlah sampel minimum yang harus dipenuhi adalah sebanyak 399. Namun demikian untuk keperluan keterwakilan desa/ kelurahan berdasarkan hasil klastering, Pokja Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR metetapkan jumlah desa/kelurahan yang akan dijadikan target area survey sebanyak 30 sehingga jumlah sampel yang harus diambil sebanyak 30 X 40 = 1.200 responden.
2.3
Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di atas maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 30 desa/kelurahan secara random. Hasil pemilihan ke- 30 desa/kelurahan tersebut disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut: Tabel 2. Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Klaster 0 1 2
3
Kecamatan
Desa/Kel Terpilih
Martapura Martapura Martapura
Kel. Bukit Sari Kel. Terukis Rahayu Kel. Veteran Jaya Desa. Tj Kemala Barat Belitang Desa Serbaguna Belitang Mulya Desa Sariguna Martapura Kel. Dusun Martapura Kel. Pasar Martapura Kel. Sungai Tuha Desa Kotabaru Desa Perjaya
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
Jumlah Dusun
Jumlah RT 15 13 14 8 2 6 16 6 25 19 20
Jml Dusun/RT terpilih 8 8 8 8 2 6 8 6 8 8 8
Jumlah Responden 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
13
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
No
Klaster
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Kecamatan
Desa/Kel Terpilih
Belitang
4
Desa Tegal Rejo Desa Bedilan Desa Sidomulyo Desa Sidodadi Belitang Mulya Desa Purwodadi Desa Srimulyo Martapura Kel. Paku Sengkunyit Desa Tanjung Kemala Belitang Desa Gumawang Desa Pujo Rahayu Desa Harjowinangun Desa Sidogede Desa Sidomakmur Cempaka Desa Cempaka Desa Gunung Batu Desa Campang 3 Ulu Desa Sukabumi Desa Campang 3 Ilir Belitang Mulya Desa Petanggan
Jumlah Dusun
Jumlah RT 10 13 21 7 18 16 15 10 24 8 7 12 9 9 14 10 5 7 6
Jml Dusun/RT terpilih 8 8 8 7 8 8 8 8 8 8 7 8 8 8 8 8 5 7 6
Jumlah Responden 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Sumber : Data Studi EHRA Kab. OKU TIMUR Tahun 2012
2.4
Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per RW per kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per kelurahan adalah 8 (delapan) RT. Untuk menentukan RT terpilih, silahkan ikuti panduan berikut. • Urutkan RT per RW per kelurahan. • Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan jumlah yang akan diambil. Jumlah total RT kelurahan : X. Jumlah RT yang akan diambil : Y Maka angka interval (AI) = jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang diambil. AI = X/Y (dibulatkan) misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z • •
Untuk menentukan RT pertama, kocoklah atau ambilah secara acak angka antara 1 – Z (angka random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang diperoleh adalah 3. Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z= ... dst.
Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Tahapannya adalah sbb. • Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung. • Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil, misal 5 (lima) diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
14
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
• •
Ambil/kocok angka secara random antara 1 – AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh dibawah misal angka mulai 2 Menentukan rumah selanjutnya adalah 2 + AI, 2 + 5 = 7 dst.
2.5. Pemilihan Supervisor dan Enumerator Pemilihan Supervisor dan enumerator untuk pelaksanaan Studi EHRsepenuhnya merupakan kewenangan Tim Studi EHRA. Secara rinci tugas utama supervisor Studi EHRA selama pelaksanaan survey adalah : a. Menjamin proses pelaksanaan survey sesuai dengan kaidah dan metode pelaksanaan studi EHRA yang telah ditentukan b. Menjalankan arahan dari coordinator kecamatan dan pokja Kabupaten/Kota c. Mengkoordinasikan pekerjaan enumerator d. Monitor pelaksanaan studi EHRA di lapangan e. Melakukan pengecekan/pemeriksaan hasil pengisian kuesioner oleh Enumerator f. Melakukan spot check sejumlah 5% dari total responden g. Membuat laporan harian dan rekap harian untuk disampaikan kepada koordinator kecamatan Sedangkan tim EHRA bersama koordinator Kecamatan dan Supervisor menentukan halhal berikut ini antara lain : a. Menentukan kriteria Enumerator,yaitu Kader kesehatan, dll b. Memilih Enumerator c. Menentukan perencanaan sampling berdasarkan kebijakan sampling d. Tata cara memilih responden dalam satu RT e. Menentukan responden pengganti bila responden terpilih tidak ada atau tidak tersedia diwawancara.
2.6. Pelatihan Studi EHRA Tim EHRA Pokja Kabupaten/Kota melatih koordinator Kecamatan Survisor agar mereka memahami maksud,tujuan, metode dan targe/output studi HER,A. Selanjutnya tim EHRA dan Supervisor melatih Enumerator mengenai tata cara pelaksanaan survey, pemahaman kuesioner, teknik wawancara pengamatan serta cara mengisi jawaban dengan benar. Hal-hal yang perlu diperhatikan seorang enumerator pada saat melakukan wawancara antara lain : a. Memperkenalkan dirinya b. Memberikan suatu pendahuluan yang jelas dan sopan c. Meminta izin untuk wawancara d. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tanpa memberikan jawaban e. Menunggu responden untuk menjawab tanpa memberikan jawaban sendiri f. Tahu kapan harus memberikan opsi dan ketika catatan hanya satu jawaban g. Tahu kapan harus membaca dan kapan tidak h. Memeriksa apakah semua jawaban dalam kuesioner telah lengkap sesuai dengan alur logika pengisian kuesioner.
2.7. Pelaksanaan Studi EHRA Pelaksanaan Studi EHRA diatur dalam lima langkah kerja harian yang melibatkan enumerator, supervisor dan coordinator. Lima langkah kerja harian dalam Studi EHRA tersebut adalah sebagai berikut:
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
15
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
1. Langkah pertama : brefing/pertemuan singkat antara enumerator dan supervisor yang membicarakan hal-hal sebagai berikut: Mengecek kelengkapan peralatan (sarana dan prasarana anatar enumerator dengan supervisor) sebelum turun ke lapangan. Penyegaran singkat pemahaman kuisioner terutama pada hari pertama. Menentukan target dan wilayah sasaran survey bersama enumerator. Menyusun startegi dan penentuan sampel rumah tangga bersama enumerator. Mencatat proses pertemuan dalam laporan kegiatan harian dan meminta enumerator untuk memberikan tanda tangan pada kolom yang tersedia. 2. Langkah kedua : enumerator mengumpulkan data dari rumah ke rumah. Pengumpulan data hanya pada lokasi RT yang terpilih yang telah ditetapkan sebelumnya, sedangkan pemilihan rumah tangga yang didata dengan cara random. Pengumpulan data dengan cara wawancara, pengamatan dan pencatatatn sesuai dengan kuisioner tersedia. 3. Langkah ketiga : Supervisor memonitor dan melakukan cross check lapangan. Supervisor perlu melakukan pemantauan kerja enumerator dilapangan serta melakukan cross check sebanyak 5% dari jumlah sampel yang diambil. 4. Langkah keempat : debriefing/pertemuan hasil kerja. Setelah pendataan dilaksanakan, pertemuan sore atau malam hari untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: Supervisor memfasilitasi enumerator untuk menyampaikan pengalaman mereka. Enumerator menceritakan pengalaman (kesulitan dan permasalahan). Enumerator menyampaikan hasil kerja. Supervisor mencatat pengalaman enumerator dan memberikan komentar/solusi. Supervisor memimpin proses peer review atas seluruh kuisioner hasil wawancara antar sesame enumerator. Supervisor memeriksa hasil isian kuisioner. Hasil pemeriksaan supervisor di berikan kepada enumerator. Menyepakati waktu dan tempat koordinasi singkat hari berikutnya. 5. Langkah kelima : koordinasi dan evaluasi tingkat kecamatan. Koordinasi harian antata supervisor dan coordinator dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: Supervisor menceritakan pengalaman dan kesulitan/permasalahan. Koordinator mencatat dan memberikan masukan terhadap kesulitan/permasalahan. Koordinator kecamatan menyerahkan hasil survey kepada coordinator data entry secara bertahap. Ketua tim EHRA mencatat rekap hasil kerja harian dari coordinator kecamatan dan hasil serah terima kuisioner hasil survey.
2.8. Data Entry dan Analisis Entry data merupakan salah satu aktifitas kritis dalam menjaga validitas hasil studi EHRA. Untuk itu Pokja AMPL Nasional telah menyipakan paket aplikasi perangkat lunak Epi Info khusus untuk keperluan entry data hasil Studi EHRA. Proses entry data hasil Studi EHRA dilakukan di bawah koordinasi Supervisor entry data yang bertugas sebagai berikut: 1. Mengkoordinir para operator untuk terlebih dahulu melakukan pemeriksaan atas setiap kuisioner yang masuk secara seksama sebelum melakukan entry data. Apabila kuisioner yang dinilai mengandung kesalahan pengisisan atau belum lengkap, maka pihak operator menyerhakan kepada supervisor entry. Selanjutnya supervisor entry menghimpun semua kuisioner yang masih bermasalaha untuk diserahkan kembali kepada coordinator kecamatan guna perbaikan sebagaimana mestinya. 2. Memperhatikan lompatan alur mengisi kuisioner sesuai dengan intruksi.
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
16
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
3. Memeriksa kepatuhan terhadap kode menjawab: Angka: harus menjadi pilihan jawaban tunggal,dan huruf untuk pilihan jawaban lebih dari satu. 4. Menandai jawaban yang kosong (tidak diisi) dan jawaban yang meragukan 5. Memeriksa jawaban yang terkait dengan jawaban pertanyaan sebelumnya (logika) 6. Menandai jawaban yang ekstrim atau jika ditemukan jawaban yang perlu klarifikasi, silakan kembali kuesioner pada supervisor lapangan 7. Menyiapkan laporan harian pada jumlah formulir yang bersih dan kekurangan, dan jenis kesalahan yang ditemukan. 8. Tim data entri memasukan data dari survey EHRA menggunakan aplikasi perangkat lunak Epi info sebagaimana disebutkan di atas. Pelatihan entri dan analisis data agar petugas data entri memahami dan mampu menganalisis data.kegiatan ini bias dilakukan parallel dengan aktivitas survey lapangan. Tim analis data akan melakukan tugas sebagai berikut: a. Melakukan transfer data EHRA dari format epi-info ke dalam format SPSS untuk analisis statistic lebih lanjut. b. Melakukan “cleaning” data c. Menjalankan paket aplikasi SPSS yang telah disiapkan oleh PIU A/E pokja AMPL nasional guna menghasilkan berbagai table hasil rakapitulasi pengisian kuesioner serta beberapa table hasil analisis cross tab. d. Mentransfer table-table hasil SPSS ke dalam table format Microsoft Excel e. Mengembangkan berbagai variasi penyajian informasi hasil studi EHRA dalam bantu table dan grafik serta penyajian informasi awal area beriiko berdasarkan hasil studi EHRA.
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
17
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
III. HASIL STUDI EHRA 2012 KABUPATEN OKU TIMUR 3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Secara umum pengelolaan sampah di Kabupaten OKU TIMUR cukup baik walaupun masih banyak kendala yang dihadapi terutama dalam hal sarana prasarana dan tingkat layanan persampahan. Sarana TPA yang ada di Kabupaten OKU TIMURbaru tersedia 1 (satu) yaitu di Kecamatan Buay Pemuka Peliung untuk melayani sampah di Kecamatan Martapura dan sekitarnya. Dari hasil studi EHRA masih sekitar 28.8% sampah yang ada di daerah permukiman yang belum terkelola dengan baik/masih berserakan. Kondisi sampah ini menyebabkan hal-hal yang dapat mengurangi kesehatan lingkungan seperti lalat beterbangan (13.4%), tikus (18%), nyamuk (37.2%) dan binantang lainnya seperti anjing dan kucing (4.3%). Dalam hal pengelolaan sampah di tingkat lingkungan, sebagian besar sampah masih di bakar yang sebenarnya tidak dianjurkan untuk dilakukan. Hanya sekitar 0,3% yang melakukan daur ulang dan sekitar 8.9% yang membuang ke TPS. Berikut ini data hasil Studi EHRA dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga yaitu pada table 4 dan gambar 2 berikut ini Tabel 4 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kabupaten OKU TIMUR No 1 2 3 4 5 6 7 8
Kategori Pengelolaan Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang sampah Dikumpulkan dan dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Di bakar Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak dituutp dengan tanah Dibuang ke sungai/kali/laut/danau Dibiarkan saja membusuk Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk
Persentase (%) 0.3 8.9 67.1 1.3 7.0 6.6 0.9 7.9
Sumber : Hasil Studi EHRA Kab. OKU TIMUR, 2012
Pengelolaan Sampah di Kabupaten OKU TIMUR 0,30 0,90 7,90
8,90
6,60 7,00
Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang sampah Dikumpulkan dan dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Di bakar Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak dituutp dengan tanah Dibuang ke sungai/kali/laut/danau
1,30
67,10
Dibiarkan saja membusuk Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk
Gambar 2 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kabupaten OKU TIMUR
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
18
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
Dalam hal pengelolaan sampah juga, dalam studi EHRA yang telah dilaksanakan di Kabupaten OKU TIMUR menunjukkan bahwa masih ada sekitar 33.3% yang menyatakan petugas mengangkut sampah tidak pernah mengangkut sampah dari rumah. Dalam hal ketepatan pengangkutan sampah mencapai 66.7% dari seluruh responden yang ada.
3.2. Pembuangan Air Limbah Domestik Tingkat Kepemilikan jamban pribadi di Kabupaten OKU TIMUR cukup tinggi yaitu sekitar 86.3% atau hanya sekitar 13.8% yang tidak memiliki jamban pribadi. Umumnya masyarakat belum menggunakan jamban umum/MCK/WC umum (hanya sekitar 3.3%). Akan tetapi masih ada juga yang buang air besar sembarangan seperti di kebun/pekarangan (0.8%), di sungai (7.7%) atau di selokan/drainase (0.4%). Hal ini yang harus segera di tangani agar perilaku ini dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Berikut pada gambar 3 dapat dilihat tempat buang air besar yang ada di Kabupaten OKU TIMUR berdasarkan hasil Studi EHRA.
0,4
Tempat Buang Air Besar (BAB) Kabupaten OKU TIMUR 1 Jamban Pribadi
0,4 0,8 3,7 0,3 3,3
MCK/WC Umum WC Helikopter
7,7
Sungai Kebun/Pekarangan Selokan/Parit/Got Lubang Galian Lainnya 86,3
Tidak Tahu
Gambar 3 Tempat Buang Air Besar di Kabupaten OKU TIMUR Pembuangan air kotor/limbah tinja manusia dan lumbur tinja di Kabupaten OKU TIMUR di dominasi dengan pemakaian closet jongkok leher angsa (79.9%), sedangkan sisanya menggunakan closet duduk siram leher nagsa, plengsengan, cemplung dan lain-lain. Sedangka untuk pembuangan akhir umumnya masyarakat di Kabupaten OKU TIMUR menggunanakn tanki septictank (70.8%), dan cubluk/lubang tanah (17.3%), sedangkan sisanya menggunakan pipa sewer, langsung ke drainase, sungai,kolam atau kebun/tanah lapang. Berikut ini table 5 tentang jenis kloset yang di pakai di Kabupaten OKU TIMUR Tabel 5 Jenis Kloset yang di pakai masyarakat Di Kabupaten OKU TIMUR No 1 2 3 4 5
Jenis Kloset Kloset Jongkok Leher Angsa Kloset duduk Siram Leher Angsa Plengsengan Cemplung Tidak Punya Kloset
Jumlah (%) 79.9 0.9 0.3 11.0 7.9
Sumber : Hasil Studi EHRA Kab. OKU TIMUR, 2012
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
19
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
Sedangkan pada table 6 berikut ini dapat dilihat data tentang penyaluran pembaungan akhir limbah tinja manusia. Tabel 6 Jenis Penyaluran Pembuangan Akhir Limbah Tinja Di Kabupaten OKU TIMUR No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Penyaluran Tanki septictank Pipa Sewer Cubluk/lubang tanah Langsung ke drainase Sungai/danau/parit Kolam/sawah Kebun/tanah pekarangan Tidak tahu lainnya
Jumlah (%) 70.8 1.6 17.3 0.7 7.1 0.2 0.2 1.6 0.6
Sumber : Hasil Studi EHRA Kab. OKU TIMUR, 2012
Walaupun sebagian besar masyarakat di Kabupaten OKU TIMUR telah memiliki jamban pribadi dengan kloset dan tanki septictank, akan tetapi dalm hal perawatan msih kurang baik. Secara umum kondidi septictank yang di bangun adalah berusia antara lebih dari 5-10 tahun (30.5%), 1-5 tahun (28.8%) dan lebih dari 10 tahun (27.4%). Bahkan sekitar 90.4% dari septictank yang ada tidak pernah dikosongkan. Hal ini menyebabkan tingkat pencemaran dari tanki sangat tinggi, yang dapat menyebabkan pencemaran terhadap air tanah dan sumber-sumber air bersih lainnya. Berikut ini pada table 7 dapat dilihat tingkat keamanan tanki septictank dan pencemaran yang terjadi. Tabel 7 Tingkat kemanan dan Pencemaran dari Tanki Septictank Di Kabupaten OKU TIMUR
No
Variabel
Kategori Tidak aman Suspek Aman
Jumlah (%) 46.5 53.5
1
Tanki Septic Suspek Aman
2
Pencemaran karena Pembuangan isi Tanki Septictank
Tidak Aman Aman
84.1 15.9
3
Pencemaran karena SPAL
Tidak Aman Aman
54.5 45.5
Sumber : Hasil Studi EHRA Kab. OKU TIMUR, 2012
3.3. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir Kondisi topografi dan ketinggian di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur berkisar antara 35 – 67 meter di atas permukaan laut Bentuk lapangan (topografi), keadaan tanah di wilayah Kabupaten OKU TIMUR dapat digolongkan ke dalam wilayah datar (peneplain zone), bergelombang (piedmont zone) dan berbukit (hilly zone). Wilayah datar umumnya terdapat di daerah aliran sungai Komering yang cukup rawan terjadi banjir terutama pada saat musim penghujan akibat luapan sungai Komering. Selain itu juga daerah yang cukup padat penduduknya seperti di wilayah kecamatan Martapura dan Kecamatan Belitang juga cukup rawan terjadi banjir akibat penyumbatan drainase atau luapan saluran pembuangan lainnya.
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
20
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
Iklim di Kabupaten OKU TIMUR adalah termasuk tropis basah dengan variasi curah hujan antara (54 – 555) mm per bulan. Bulan terkering adalah Bulan Juli dengan curah hujan sekitar 54 mm, sedangkan bulan Januari adalah bulan yang tertinggi curah hujannya. Suhu bervariasi dengan ratarata 220C – 310C. Angin bertiup antara (15 – 20) Km/jam. Di wilayah Kabupaten OKU TIMUR terdapat Sungai Komering yang merupakan salah satu dari sembilan sungai besar di Provinsi Sumatera Selatan. Kondisi hidrologi dan tata air yang terdapat di wilayah Kabuapaten OKU TIMUR ini ditentukan oleh keadaan batuan geologi, proses geomorfologi, klimatologi (curah hujan), ketiga faktor tersebut menyebabkan terjadinya pola aliran air sungai maupun terbentuknya danau dan telaga. Secara umum di lingkungan permukiman kejadian banjir yang terjadi relative jarang (16.9%), akan tetapi untuk area lain seperti persawahan masih sangat sering terjadi akibat kondisi drainase yang kurang baik. Pada wilayah-wilayah yang sering terkena banjir, secara rutin setiap tahun terjadi (51%), bahkan sebagian banjir ikut menggenangi rumah (44.4%). Banjir yang terjadi umumnya setinggi lutut orang dewasa (30.9%) dan setinggi setengah lutut orang dewasa (30.9%). Lama genangan sekitar lebih dari satu hari (63.2%). Berikut ini desa/kelurahan di wilayah Kabupaten OKU TIMUR yang sering terkena banjir seperti pada table 8 berikut ini Tabel 8 Jumlah desa yang diindentifikasi sering terjadi banjir Di Kabupaten OKU TIMUR
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kecamatan Martapura Bunga Mayang Jayapura Buay Pemuka Peliung Buay Madang Buay Pemuka Bangsa Raja Buay Madang Timur Madang Suku I Madang Suku II Madang Suku III Belitang Belitang II Belitang III Belitang Madang Raya Belitang Jaya Belitang Mulya Semendawai Suku III Semendawai Timur Semendawai Barat Cempaka Jumlah
Jumlah Kelurahan/Desa 16 8 8 13 17 7 27 12 17 9 22 24 20 15 13 12 19 17 12 13 301
Jumlah Kelurahan/Desa Sering Banjir 7 0 3 5 0 5 0 7 7 4 16 0 7 0 0 5 9 6 9 13 103
Sumber : Hasil Studi EHRA Kab. OKU TIMUR, 2012
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
21
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
3.4. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga Pelayanan air minum di Kabupaten OKU TIMUR dilayani oleh perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Way Komering yang menyediakan kebutuhan air minum bagi sebagian masyarakat Kab. OKU TIMUR. Namun pelaksanaan pelayanan air minum dari PDAM Kabupaten OKU TIMUR tidak hanya sebatas dalam wilayah Kota Martapura. tetapi juga meliputi sebagian wilayah Kecamatan Belitang, Belitang III dan Cempaka. Cakupan pelayanan Tahun 2011 baru mencapai 2.437 pelanggan. Sumber air yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku pada sistem penyediaan air minum PDAM Tirta Way Komering Kabupaten OKU TIMUR berasal dari air sungai Komering dan Irigasi Bendungan Komering. Sistem penyediaan dan Pengelolaan air bersih Kabupaten OKU TIMUR dapat dilihat pada tabel 9 Tabel 9. Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Kabupaten OKU TIMUR No
Uraian
Satuan
Sistem Perpipaan
1
Pengelola
2
Tingkat Pelayanan
%
3
Kapasitas Produksi
Lt/Detik
90
4
Kapasitas Terpasang
Lt/Detik
115
5
Jumlah Sambungan Rumah (Total)
Unit
2.439
6
Jumlah Kran Air
Unit
6
7
Kehilangan Air (UFW)
%
8
Retribusi/Tarif (Rumah Tangga)
M3
9
Jumlah Pelanggan per Kecamatan
Keterangan
PDAM 7
25.18 Rp. 2.004
1. Martapura
Pelanggan
1.247
2. Jayapura
Pelanggan
-
3. Bunga Mayang
Pelanggan
-
4. BP Peliung
Pelanggan
-
5. Buay Madang
Pelanggan
-
6. Buay Pemuka Bangsa Raja
Pelanggan
-
7. Buay Madang Timur
Pelanggan
-
8. Madang Suku I
Pelanggan
-
9. Madang Suku II
Pelanggan
-
10. Madang Suku III
Pelanggan
-
11. Belitang
Pelanggan
12. Belitang Madang Raya
Pelanggan
-
13. Belitang Jaya
Pelanggan
-
14. Belitang II
Pelanggan
-
15. Belitang III
Pelanggan
16. Belitang Mulya
Pelanggan
17. Cempaka
Pelanggan
18. Semendawai Barat
Pelanggan
-
19. Semendawai Suku III
Pelanggan
-
20. Semendawai Timur
Pelanggan
-
339
253 600
Sumber : PDAM Kab.OKU TIMUR
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
22
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
Berdasarkan hasil Studi EHRA Kabupaten OKUTIMUR tahun 2012, pengolahan air minum di Kabupaten OKU TIMUR umumnya sebagian di rebus (97.9%), dalam hal penyimpanan juga cukup higienis yaitu sebagian besar disimpan dalam panci dengan tutup (50.9%) dan disimpan dalam teko/ketel/ceret (36.7%). Berikut ini gambar 4 tentang cara pengolahan air minum di kabupaten OKU TIMUR dan gambar 5 tentang tempat penyimpanan air minum. Cara Pengolahan Air Minum di Kabupaten OKU TIMUR 0,1 0,9 1,2
Direbus Ditambahkan Kaporit Menggunakan Filter Keramik Lainnya
97,9
Gambar 4 Cara Pengolahan Air Minum tingkat Rumah Tangga di Kabupaten OKU TIMUR
3,1 2,5 1,1 3,1 2,7 Tidak Disimpan Dalam Panci Terbuka Dalam Panci Tertutup Dalam Teko/Ceret/Ketel
36,7 50,9
Dalam botol/Termos Dalam Galon Isi Ulang Lainnya
Gambar 5 Cara Penyimpanan Air Minum tingkat Rumah Tangga di Kabupaten OKU TIMUR
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
23
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
3.5
Perilaku Higiene Praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) di lima waktu penting berdasarkan hasil Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR cukup rendah yaitu haya sekitar 15.1%, walaupun tingkat ketersediaan sabun di dalam atau di dekat KM/WC/jamban cukup tinggi yaitu 60.4%. hal ini berarti perlu adanya perubahan perilaku masyarakat untuk lebih meningkatkan perilaku CPTS dalam kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan sabun alm kehidupan sehari-hari sangat dominan dipergunakan saat mandi (97.8%), mencuci peralatan dapur (81.8%) serta pada saat mencuci pakaian (81.4%). Sedangkan perilaku cuci tangan pakai sabun umumnya dilakukan pada saat sebelum makan (85.2%) dan pada saat selesai makan (73.7%). Perilaku cuci tangan pakai sabun pada saat setelah buang air besar hanya sekitar 46.6%, padahal paa saat setelah buang air besar perlu dilakukan cuci tangan pakai sabun untuk menghilangkan kotoran dari tinja. Berikut table 10 berikut kebiasaan cuci tangan dengan menggunakan sabun hasil Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR tahun 2012. Tabel 10. Kebiasaan Cuci Tangan dengan Menggunakan Sabun Kabupaten OKU TIMUR No 1
Variabel Sebelum ke Toilet
2
Setelah Menceboki bayi/anak
3
Setelah buang air besar
4
Sebelum makan
5
Sesudah makan
6
Sebelum memberi/menyuapi anak
7
Sebelum menyaipakn makanan
8
Setelah memegang hewan
9
Sebelum sholat
10
lainnya
Kategori Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya
Persentase (%) 93.9 6.1 72.7 27.3 53.4 46.6 14.8 85.2 26.3 73.7 75.1 24.9 67.1 32.9 80.3 19.8 88.3 11.7 98.0 2.0
Sumber : Hasil Studi EHRA Kab. OKU TIMUR, 2012
Kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah umumnya dibakar baik langsung dibakar (38.3%) maupun di bakar di dalam lubang (35.7%). Akan tetapi cara ini tidak dianjurkan karena hasil pembakaran sampah dapat mencemari udara. Lebih dari itu, masih ada juga masyarakat yang membuang sampah si sungai (7.7%) dan di biarkan saja berserakan di halamn rumah (0.4%). Sekeliling pekarangan rumah pada rumah tangga yang menjadi sampel dalam Studi EHRA sebagian besar bersih yaitu sekitar 76.3%, sedangkan sisanya masih terlihat kotor dengan sampah yang berserakan (23.8%).
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
24
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
3.6
Kejadian Penyakit Diare Kejadian penyakit diare yang terjadi di Kabupaten OKU TIMUR berdasarkan hasil Studi EHRA, sudah lama terjadi. Kejadian penyakit diare terjadi lebih dari 8 bulan yang lalu (78.9%) dan umumnya terjadi pada anak-anak balita. Berikut pada gambar 5 adalah gembar tentang kejadian terakhir penyakit diare di Kabupaten OKU TIMUR. Sedangkan pada table 11 dapat dilihat kejadian penyakit diare yang terjadi menurut tingkatan usia.
0,6 0,4 3,0 3,4
24 jam terakhir 1 minggu terakhir
4,1 3,5 6,1
1 bulan terkahir 3 bulan terakhir
78,9
6 bulan terkahir lebih dari 6 bulan yang lalu Tidak pernah terjadi Lebih dari 8 bulan yang lalu
Gambar 6 Waktu Terakhir Kejadian Penyakit Diare di Kabupaten OKU TIMUR Tabel 1. Kejadian Penyakit Diare Menurut Tingkatan Usia Kabupaten OKU TIMUR No 1
Variabel Anak Anak Balita
2
Anak Anak Non Balita
3
Anak Remaja Laki-Laki
4
Anak Remaja Perempuan
5
Orang dewasa LAki-Laki
6
Orang Dewasa Perempuan
Kategori Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya
Persentase (%) 56.9 43.1 85.4 14.6 90.9 9.1 88.5 11.5 88.9 11.1 80.2 19.8
Sumber : Hasil Studi EHRA Kab. OKU TIMUR, 2012
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
25
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
3.7
Indeks Risiko Sanitasi Berikut ini grafik/gambar Indeks Resiko sanitasi hasil Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR tahun 2012.
Grafik Indeks Risiko Sanitasi Kabupaten OKU Timur 2012 250
200
48
53 41
100
8
60
150
-
49
61
53
28 44
5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT. 4. GENANGAN AIR. 3. PERSAMPAHAN.
13
2. AIR LIMBAH DOMESTIK. 50
50 35
66
65
36
37
1. SUMBER AIR
50 26
31 46 -
21
27
CLUSTER 0 CLUSTER 1 CLUSTER 2 CLUSTER CLUSTER 4 3
Gambar 7 Grafik Indeks Resiko Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
26
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
PENUTUP Studi EHRA yang memanfaatkan sumber daya setempat untuk pengumpulan data seperti penggunakan tenaga kader posyandu atau dengan menggunakan tenaga bidan desa seperti dalam pelaksanaan Studi EHRA di Kabupaten OKU TIMUR, jelas lebih unggul apabila dibandingkan dengan menggunakan tenaga lainnya. Selain kader posyandu/bidan desa lebih memahami kondisi sekitarnya sehingga lebih mempermudah pengumpulan data, juga dengan adanya studi yang melibatkan kader posyandu/bidan desa secara tidak langsung juga berarti ikut melaksanakan aspek promosi terutama promosi kesehatan terhadap masyarakat. Bidan desa/kader posyandu pada saat melaksanakan survey, secara otomatis juga melaksanakan promosi dan penyuluhan kepada masyarakat tentang kesehatan lingkungan dan berbagai cara dalam menjaganya. Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke kelurahan. Hasil yang di dapat pada pelaksanaan Studi EHRA ini direncanakan akan dijadikan bahan advokasi pengarusutamaan pembangunan sanitasi, sebab data-data dan hasil analisa akan dijadikan acuan dalam memperbaiki kondisi kesehatan lingkungan dan dijadikan acuan dalam perencanaan pembangunan sanitasi serta langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menanggulangi permasalahan yang ada. Hasil dari pelaksanaan Studi EHRA ini akan digunakan sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kota (SSK). Selain itu juga hasil Studi EHRA ini juga akan dipergunakan dalam Penyusunan Strategi Komunikasi dalam rangka pembangunan sanitasi di Kabupaten OKU TIMUR. Buku Putih Sanitasi (BPS) yang merupakan kondisi riil tentang sanitasi dapat digunakan dalam menyusun strategi pembangunan sanitasi yang disebut Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK). Dalam SSK ini juga terdapat strategi komunikasi dalam rangka pembangunan sanitasi yang menyusunnya mengacu pada Buku Putih Sanitasi (BPS). Dengan demikian hasil Studi EHRA ini merupakan salah satu basic data yang akan dipergunakan dalam perencanaan pembangunan sanitasi. Studi EHRA dirancang sedemikian rupa agar Pemerintah Kabupaten/Kota dapat melakukan pengulangan Studi EHRA dalam kurun waktu tertentu seperti misalnya setiap 3 (tiga) tahun sekali. Biaya yang dipergunakan dapat seminim mungkin tanpa harus mengorbankan kualitas informasi yang diperoleh. Pengulangan studi EHRA ini dapat juga dijadikan bagian dari kegiatan monitoring dan evaluasi (MONEV). Selanjutnya pelaksanaan Studi EHRA pada tahun 2012 ini merupakan studi pertama yang dilaksanakan di Kabupaten OKU TIMUR, sehingga apapun hasil dari Studi ii hendaknya menjadi acuan dalam rencana pelaksanaan studi-studi di tahun yang akan datang. Ada beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat dilakukan pada studi-studi apabila Studi EHRA ini akan dilaksanakan kembali di Kabupaten OKU TIMUR: 1. Tenaga enumerator yang digunakan hendaknya adalah tetap menggunakan bidan desa/kader posyandu sebab lebih mengenali wilayahnya dan sekaligus juga dapat memberikan advokasi tentang sanitasi kepada masyarakat. 2. Perlu pelatihan yang lebih intensif lagi bagi tenaga pelaksanan Tim EHRA terutama tenaga enumerator dan tenaga entry data sehingga dapat diperoleh data yang benar-benar valid dan dapat dipertanggungjawabkan. 3. Perlu pelatihan bagi tenaga analisa data hasil Studi EHRA. Pada Studi Ehra tahun 2012, pengolahan dan analisis data masih dilakukan oleh tim Pokja AMPL nasional. Alangkah baiknya apabila analisis data pada studi EHRA tahun yang akan datang dilakukan oleh tim EHRA Kabupaten OKU TIMUR.
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
27
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
4. Studi EHRA yang dilaksanakan oleh Pokja PPSP Kabupaten OKU TIMUR pada tahun 2012, pendanaannya adalah menggunakan APBD Kabupaten OKU TIMUR melalui SKPD Bappeda OKU TIMUR, yang pelaksanaannya dilakukan/dikoordinir oleh SKDP Dinas Kesehatan Kabupaten OKU TIMUR. Hendaknya pada Studi EHRA pada tahun yang akan datang pendanaan ini di biaya oelh SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten OKU TIMUR sehingga secara koordinasi dan keuangan lebih mudah.
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
28
Kelompok Kerja (POKJA) Percepatan Pembangunan Sanitas Permukiman (PPSP)
Kabupaten OKU TIMUR
LAMPIRAN I.
Tabel-tabel dasar hasil studi EHRA: 1) Berdasarkan klaster 2) Berdasarkan desa/ kelurahan di tiap lokasi studi/ survey. II. Organisasi dan personel pelaksana Studi EHRA III. Dokumentasi lain yang dianggap perlu terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan Studi EHRA.
Laporan Studi EHRA Kabupaten OKU TIMUR Tahun 2012
29