Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 2 (1) (2017) 30-45
Politik Indonesia Indonesian Political Science Review http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPI
Gapit: Jaringan Mobilisasi Suara di Pilkades George Towar Ikbal Tawakkal1 1
Universitas Brawijaya, Indonesia
Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima 15 Oktober 2016 Disetujui 20 Desember 2016 Dipublikasi 15 Januari 2017 Keywords: Gapit; Vote Broker; Mobilization; Pilkades
Abstrak Masyarakat desa sudah mengenal demokrasi sejak masa kolonial, yakni pemilihan lurah. Instrumen demokrasi tersebut tetap dipertahankan, meskipun terjadi beberapa perubahan rezim. Saat ini, pemilihan lurah dikenal sebagai pemilihan kepala desa (Pilkades). Pilkades memiliki karakteristik yang khas dibanding pemilu lain, yakni ketiadaan partai politik. Hal tersebut memaksa calon membangun mesin politik mandiri untuk mobilisasi suara. Artikel ini akan membahas bagaimana mesin politik tersebut terbentuk, bagaimana bentuk dan cara kerja mesin politik tersebut. Pengamatan langsung dan wawanacara dilakukan di Pilkades Desa Mranggen 2016. Data menunjukkan, masyarakat Mranggen menyebut mesin politik tersebut sebagai gapit. Gapit dibangun atas dasar gengsi, hubungan sosial, dan materi. Proses konsolidasi gapit mencakup dua pola, pengembangan dan penciptaan. Gapit merupakan jaringan, yang memiliki struktur tiga tingkat. Cara kerja gapit meliputi pemetaan pemilih, membangun opini, menyelenggarakan pertemuan warga, membagikan materi calon, dan memastikan pemilih telah mencoblos. Kontribusi keilmuwan artikel ini adalah, mendiskusikan perluasan makna makelar suara, bukan hanya sebagai perantara dalam jual beli suara.
Abstract Villagers have practiced democracy since colonial era. They have lurah election. Government still keep it, although national politics got some regim change. Now, it is called as Village head election (Pilkades). Pilkades has a distinctive character than other election form in Indonesia. No political party in Pilkades. That asked candidates to build political machine for mobilizing voters. This article talk about how the political machine was built, what shape of the political machine is, and how it work. I conducted observation and some interviews to peoples who involved in 2016 Mranggen Village Head Election. The result, Mranggen villagers call the political machine as gapit. Gapit was constructed by prestige, social relationship, and material. Their consolidation can be distinguished in two process, transformating and creating. Gapit is a network, which has structure with three level; coordinator gapit, RW gapit, and RT gapit. They have tasks: mapping voter, developing issue, organizing meeting, distributing goods, and monitoring presence of voters in polling station. This article will contribute to discussing about extending meaning of vote broker, not only as intermediary between candidate and voters in distributing money.
Alamat
© 2017 Universitas Negeri Semarang ISSN 2477 – 8060
korespondensi: Gedung Darsono Lt 2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Email:
[email protected]
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 2 (1) (2017) 30-45
bersifat transaksional antara calon lurah
Pendahuluan Masyarakat desa adalah komunitas
dengan raja. Setelah regulasi diterapkan, pola
politik paling bawah yang ada di Indonesia.
hubungan berubah menjadi hubungan antara
Hal itu ditunjukkan dengan terdapatnya
calon lurah dengan warga desa.
pemerintahan
desa
sebagai
pemerintahan
Demokrasi
desa
dalam
bentuk
paling bawah dari hirarkhi pemerintahan di
pemilihan kepala pemerintahan desa terus
Indonesia. Selain memiliki pemerintahan
diterapkan hingga masa Indonesia, melalui
desa, masyarakat desa juga memiliki budaya
rezim orde lama, orde baru, hingga saat ini.
demokrasi
dalam
Perjalanan panjang demokrasi tersebut juga
penyelenggaraan pemerintahan, khususnya
menempatkan pemilihan kepala desa sebagai
dalam menentukan kepala pemerintahan desa.
pemilu dengan karakteristik yang berbeda
Menurut sejarah, demokrasi desa
dibanding pemilu lain. Perbedaan itu terwujud
adalah demokrasi asli yang sudah ada sebelum
pada pelaksanaan Pilkades yang memiliki
Indonesia terbentuk (Halili, 2009). Salah satu
format berbeda dengan pemilu-pemilu lain.
instrumen demokrasi desa telah hadir di
Pilkades
tidak
melibatkan
masyarakat desa sejak sebelum era Indonesia,
formal,
berbeda
dengan
yakni pemilihan lurah, atau sekarang dikenal
ataupun Pilpres yang mensyaratkan dukungan
dengan pemilihan kepala desa (Pilkades).
partai. Bisa saja secara informal partai
Masyarakat desa mengenal Pilkades ketika
menyediakan mesin partai untuk mendukung
Thomas Stanford Raffles, gubernur jendral
salah satu calon, namun itu tidak lazim di
Indonesia 1811-1816, mengeluarkan regulasi
Pilkades. Apalagi partai tidak memiliki mesin
yang merubah sistem politik masyarakat desa.
mobilisasi yang dapat diandalkan (Tawakkal,
Kepala desa (saat itu dikenal sebagai lurah),
2009),
yang sebelumnya diangkat oleh pemerintah di
Terlepas
atasnya,
oleh
konsekuensi dari perbedaan format tersebut
masyarakat desa. Tujuan penerapan regulasi
adalah, calon kepala desa tidak memiliki
tersebut adalah untuk merubah budaya lurah
mesin politik yang siap digunakan untuk
yang
mobilisasi
untuk
diubah
cenderung
pribumi,
serta
terlibat
menjadi
terikat
dipilih
pada
penguasa
dari
pada
secara
Pilkada
Pilgub
level
lemahnya
pemilih.
Calon
grassroot.
mesin
kepala
partai,
desa
model
dihadapkan pada kenyataan harus membangun
demokrasi barat (Nurkholis, 2011). Penerapan
sendiri mesin politiknya. Calon kepala desa
regulasi
dengan
harus bisa memanfaatkan unsur-unsur yang
dipilihnya lurah oleh warga desa, maka
ada di masyarakat desa untuk membangun
pengaruh raja mengalami penurunan. Model
mesin politik yang kuat, yang mampu
demokrasi
melakukan mobilisasi pemilih. Tidak jarang,
tersebut
barat
memperkenalkan
khususnya
partai
dinilai
tersebut
tepat,
merubah
pola
hubungan lurah. Sebelumnya, jabatan lurah
31
George Towar Ikbal Tawakkal/ Gapit: Jaringan Mobilisasi Suara di Pilkades
pertarungan mesin politik lebih menentukan
suasana transaksional menjadi bagian yang
kemenangan daripada figur calon kepala desa.
mengiringi keberadaan mesin politik tersebut.
Artikel ini membahas bagaimana
Kajian-kajian tentang makelar suara
mesin politik tersebut terbentuk, bagaimana
telah banyak dilakukan di berbagai negara.
bentuk mesin politik tersebut, dan bagaimana
Fenomena transaksional antara kandidat dan
mesin politik tersebut bekerja. Penelitian telah
makelar suara setidaknya ditunjukkan oleh
dilakukan di Pilkades Desa Mranggen 2016,
Hellmann
Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak.
Hellmann
Informasi
diperoleh
melalui
penyediaan dana publik melalui program
langsung
terhadap
mesin
pengamatan politik,
(2014)
dan
Aspinall
(2014)
(2014).
menggambarkan,
dan
pemerintah kepada para makelar suara setelah
wawancara kepada orang-orang yang terlibat
membantu kemenangan calon, menjadi latar
langsung di dalam mesin politik tersebut.
belakang
terbentuknya
hubungan
Dalam literatur kepemiluan terdapat
permakelaran di Jepang. Kemudahan usaha,
beberapa konsep mesin politik tentang orang-
proyek pemerintah, dan jaminan keamanan
orang non struktural partai yang melakukan
bisnis
mobilisasi pemilih, di anataranya adalah
permakelaran
konsep relawan dan konsep makelar suara.
permakelaran suara dapat dilatar belakangi
Fisher, dkk. (2014) menggambarkan relawan
oleh keuntungan materi yang akan didapat
sebagai
yang
oleh makelar suara atas jasa nya (Aspinall,
mengkampanyekan kandidat secara sukarela,
2014). Mengenai bentuk makelar suara,
sebagai bagian dari perjuangan idealisme.
jaringan
Relawan seringkali berasal dari anggota partai
digambarkan dalam kajian makelar suara
di luar struktural. Sedangkan makelar suara
(Hellmann, 2014; Aspinall, 2014; Finan dan
digambarkan sebagai orang non partai yang
Schechter, 2012; Blaydes, 2006; Mattlin,
menghubungkan calon dengan pemilih, dalam
2004). Jaringan tersebut merujuk pada praktek
kerangka jual beli suara (Hellmann, 2014;
makelar suara yang melibatkan beberapa
Aspinall, 2014; Finan dan Schechter, 2012;
orang. Struktur yang disebutkan Aspinall dan
Blaydes,
tersebut,
Sukmajati (2015) sebagai struktur tim sukses,
terdapat perbedaan utama bahwa relawan
memiliki bentuk seperti piramida. Pada
berlatar
idealisme,
tingkat tertinggi, terdapat Tim relawan,
sedangkan makelar suara berlatar belakang
kemudian di bawahnya terdapat Koordinator
suasana transaksional. Dalam konteks mesin
kecamatan. Di bawah koordinator kecamatan
politik di Pilkades, konsep makelar suara
terdapat
lebih tepat untuk menggambarkan bagaimana
koordinator
orang
2006).
belakang
non
struktural
Dari
definisi
suasana
ilegal,
menjadi di
adalah
belakang
Di
Indonesia,
Taiwan.
bentuk
koordinator desa
latar
desa. terdapat
yang
Di
lazim
bawah
koordinator
lapangan. Di bawah koordinator terdapat
32
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 2 (1) (2017) 30-45
relawan. Hellmann (2014: 283) menjelaskan
tersebut.
keberadaan Hua Khanaen di Thailand sebagai
menyediakan jaringan sosial yang dimilikinya
jaringan makelar suara yang digerakkan oleh
untuk
orang-orang yang memiliki pengaruh di
kandidat. Kata “Gapit” berasal dari bahasa
komunitasnya. Hellmann (2014: 282-283),
jawa, yang memiliki beberapa arti dasar:
kemudian juga menjelaskan jaringan Tiau-a-
sesuatu yang digunakan untuk menjepit
ka
memanfaatkan
(Winter, 1928), apit (Padmasusastra, 1903:
interpersonal network yang terdapat pada
1014), atau benda pada wayang yang dipakai
hubungan pertemanan, tetangga, dan lain
untuk memegang (Poerwadarminta, 1939:
sebagainya,
jaringan
132). Gapit juga dapat merujuk pada senjata
makelar suara. Mengenai bagaimana cara
tajam, sebagaimana terdapat pada naskah
kerja
beberapa
Tatacara (Padmasusastra, 2602 : 84)1. Bahasa
perbedaan. Larreguy (2016) memposisikan
jawa juga mengenal kalimat “Baladewa ilang
makelar suara sebagai pihak yang memetakan
gapite”, yang memiliki makna Baladewa
suara pemilih, yang akan digunakan untuk
hilang
jual beli suara di Mexico. Blaydes (2006)
(Padmasukaca, 1967: 9). Bila kita melihat arti
memposisikan makelar suara sebagai pihak
gapit sebelumnya, maka dapat difahami
yang mengkontrol komitmen pemilih dalam
bahwa “kekuasaan/kesaktian” itu diasumsikan
jual beli suara di Mesir. Finan dan Schechter
dengan senjata. Dari berbagai makna tersebut
(2012)
dapat ditarik arti, gapit adalah benda untuk
di
Taiwan.
untuk
makelar
Partai
membentuk
suara,
terdapat
menggambarkan
kemungkinan
Gapit
membantu
adalah
orang
perolehan
kekuasaannya/
Penggunaan
yang
suara
bagi
kesaktiannya
makelar suara bertindak sebagai penguat nilai
menjapit.
kata
Gapit
pada
balas budi pada pemilih atas materi yang telah
konteks kepemiluan adalah sebagai orang.
diterima pemilih di Paraguay.
Merujuk pada arti asal kata “gapit”, maka dapat dimaknai bahwa gapit adalah orang
Kajian Pustaka
yang digunakan untuk “menjapit” orang-orang
Gapit, Makelar Suara di Pilkades
(pemilih).2
Keberadaan orang non partai yang
Fenomena
transaksional
dan
membantu calon untuk mobilisasi pemilih,
keberadaan
Gapit
di
Pilkades
dalam suasana transaksional, ditemukan di
sebenarnya
bukan
hal
yang
Pilkades
masyarakat Mranggen. Peneliti tidak berhasil
Desa
Mranggen.
Masyarakat
2016,
baru
di
Mranggen secara tradisional menyebutnya sebagai Gapit. Merujuk pada kajian literatur di atas yang menyebutkan bahwa makelar suara memanfaatkan jaringan sosial yang sudah ada, gapait juga memiliki karakteristik
1
Tahun yang tertera pada perpustakaan digital adalah 2602. Pihak pengelola memberikan tanda (? AD) yang dapat difahami bahwa pihak pengelola tidak dapat memahami angka yang tertera di naskah. 2 Cara penarikan arti sebagaimana di atas juga disampaikan oleh informan.
33
George Towar Ikbal Tawakkal/ Gapit: Jaringan Mobilisasi Suara di Pilkades
menelusuri sejak tahun kapan kata “gapit”
Demak 2016. Jaringan tersebut tidak berhasil
digunakan,
beberapa
memenangkan calon bupati pada Pilkada
informan, mereka memiliki keyakinan sama
Demak 2015. Sebagai jaringan yang dipimpin
bahwa kata “gapit” sudah lama digunakan di
oleh elit sosial yang memiliki reputasi tinggi
Pilkades. Bila menelusuri kapan pertama kali
secara sosial, kekalahan di Pilkada Demak
masyarakat desa mengenal Pilkades, kita
2015 menjadi pukulan sosial bagi pimpinan
dapat merujuk pada Nurcholis (2011) yang
jaringan
menyatakan bahwa demokrasi prosedural
reputasi, Pilkades Desa Mranggen 2016
sudah diperkenalkan oleh bangsa barat sejak
adalah kontestasi terdekat setelah Pilkada
dua ratus tahun lalu ketika Indonesia dikuasai
Demak
oleh
1811-1816.
pengembalian reputasi. Pimpinan jaringan
Pernyataan informan bahwa gapit muncul
tersebut mendorong seseorang untuk menjadi
sudah
yang
calon, dan bahkan menyediakan dana dan
menyatakan bahwa Pilkades sudah ada sejak
jaringan untuk memenangkan calon tersebut.
lebih dari dua ratus tahun yang lalu, maka
Hasil
dapat disimpulkan bahwa kemungkinan gapit
tersebut. Dana dan gapit dari pimpinan
sudah berusia tua di dalam demokrasi desa.
jaringan tersebut menjadi faktor penentu
namun
Inggris
berdasar
pada
lama,
serta
tahun
fakta
literatur
tersebut.
2015
Untuk
yang
menunjukkan
mengembalikan
dijadikan
arena
kemenangan
calon
kemenangan secara telak. Pertaruhan gengsi juga tercermin pada
Temuan dan Diskusi Gengsi, Wonge Dewe, dan Materi di Seputar
calon lawan. Keberadaan calon yang berasal
Pergapitan
dari
Motivasi seseorang untuk menjadi
organisasi
keagamaan
terbesar
di
Mranggen, menjadi motivasi beberapa gapit
gapit dapat berbentuk berbagai macam. Pada
untuk
Pilkades Desa Mranggen 2016, motivasi
pergerakan
tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga
ketidak relaan bila Mranggen dipimpin oleh
bentuk, yakni gengsi, janji, dan materi. Gengsi
kepala desa yang berasal dari organisasi
merujuk pada aktualisasi harga diri atau status
keagamaan minoritas. Beberapa tokoh agama
sosial
belakangi
dari ormas terbesar bahkan menandatangani
keterlibatan seseorang menjadi gapit. Bagi
selebaran yang menghimbau warga ormas
sebagian gapit, Pilkades Desa Demak 2016
tersebut untuk memilih calon yang berlatar
dapat
belakang
Pilkada
tertentu
dimaknai Demak
mendukung
yang
melatar
sebagai 2015.
argumen
keberadaan jaringan
gapit
tersebut
mencerminkan
Alasan
yang
pendanaan dan jaringan gapit, menjadi latar
adalah,
belakang kekalahan calon tersebut dari calon
Pilkada
lawan yang berasal dari ormas minoritas.
tertentu di
yang
belakang
dari
tersebut
ormas
Latar
kelanjutan
Demak 2015 yang juga hadir di Pilkades
34
memenangkannya.
sama.
Lemahnya
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 2 (1) (2017) 30-45
Selain
gengsi,
per-gapit-an
juga
untuk pimpinan jaringan gapit. Darwan
dilatar-belakangi wonge dewe. Wonge dewe
menjadi gapit atas permintaan majikan nya.
merujuk pada kedekatan hubungan antara
Hubungan
calon dan gapit yang melatar belakangi
hubungan
keterlibatan
Pertemanan
seseorang
menjadi
gapit.
pertemanan yang
lebih
antara
menjadi banyak
calon
bentuk dijumpai.
dengan
gapit,
Kedekatan hubungan tersebut dapat berupa
maupun antara gapit dengan gapit lain. Seperti
hubungan saudara, hubungan kerja, maupun
contoh, salah satu calon berprofesi sebagai
hubungan
pertemanan.
Kandidat
guru. Calon tersebut memanfaatkan guru-guru
memanfaatkan
seluruh
anggota
keluarga
lain
mobilisasi
suara.
Pertemanan antar gapit juga lazim dijumpai
adalah
pada gapit di tingkat RT.
untuk
membantu
Sebagaimana
lazimnya,
desa
untuk
komunitas masyarakat rural dimana satu dan
membantu
Kekosongan
mobilisasi
motivasi
suara.
yang tidak
lainnya masih memiliki kemungkinan besar
dapat dijelaskan dengan gengsi maupun
sebagai keluarga. Saudara, bagi orang desa
wonge dewe, dapat dijelaskan dengan latar
dimaknai lebih luas, bukan hanya individu-
belakang materi. Materi menjadi jembatan
individu sekandung dan turunannya, namun
bagi orang-orang yang berada di luar gengsi
juga individu-individu turunan kakek bahkan
dan wonge dewe. Hubungan mereka menjadi
kakek buyut. Seperti contoh, Jami’an adalah
sangat transaksional. Beberapa orang bersedia
suami dari anak sepupu calon, yang secara
terlibat menjadi gapit dikarenakan keuntungan
aktif menjadi gapit di salah satu RT.
materi
Hubungan
kerja
juga
mendasari
yang
mendapatkan
akan
didapatkan.
Mereka
upah
atas
mereka
jasa
keterlibatan seseorang untuk menjadi gapit.
membantu mobilisasi pemilih. Bahkan, materi
Salah satu bentuk hubungan kerja adalah
menjadi alasan yang paling umum digunakan
antara orang tersebut dengan calon, Salah satu
untuk
calon
menjadi gapit.
memiliki
mempekerjakan
rumah
tangga
yang
beberapa
orang.
Calon
menarik
seseorang
agar
bersedia
Bagaimana berbagai latar belakang
tersebut menggerakkan para pekerjanya untuk
tersebut
membentuk
menjadi gapit. Seperti contoh, Sumini adalah
organisasi
pembantu rumah tangga di rumah calon, yang
dimaksudkan sebagai proses dari keadaan
menjadi gapit untuk menyasar tetangga dan
sebelum jaringan gapit hingga kemudian
anggota keluarga Sumini. Bentuk hubungan
menjadi
kerja lain dapat berupa hubungan kerja orang
organisasi gapit. Terdapat dua karakteristik
tersebut dengan gapit lain. Gapit menyediakan
pola pembentukan, yakni pengembangan dan
pekerjanya untuk ikut terlibat menjadi gapit.
penciptaan. Pengembangan merujuk pada
Seperti contoh, Darwan sehari-hari bekerja
proses terbentuknya organisasi gapit yang
gapit?
hubungan
dirinya
Proses
antar
menjadi
pembentukan
gapit
dalam
35
George Towar Ikbal Tawakkal/ Gapit: Jaringan Mobilisasi Suara di Pilkades
didasarkan pada jaringan sosial lain yang
yang secara sosial bukan wonge dewe. Alasan
sudah mapan. Jaringan sosial yang sudah
yang lazim melatarbelakangi adalah bersifat
mapan
transaksional.
ditandai
dengan
interaksi
antar
individu yang sering di dalam kehidupan sehari-hari.
Jaringan
tersebut
Bagan 2. Penciptaan
kemudian
merubah komunikasi menjadi jaringan gapit. Pola seperti ini memungkinkan terjadi, karena di masyarat desa terdapat elit sosial yang memiliki interaksi kuat dengan follower nya dalam keseharian. Seperti contoh jaringan gapit yang berasal dari ormas keagamaan. Mereka
secara
rutin
memiliki
keagamaan. Dalam konteks
forum
relasi antar
Struktur Jaringan Gapit Pola jaringan gapit berbentuk jaringan multi-level,
yakni
jaringan
gapit
yang
individu, wonge dewe yang berlatar belakang
terstruktur secara bertingkat. Jaringan gapit ini
persaudaraan, kerja, maupun pertemanan,
terdiri lebih dari satu individu. Pada Pilkades
mentransformasikan dirinya menjadi relasi
Desa Mranggen 2016, jaringan tersebut terdiri
per-gapit-an.
dari tiga tingkat, yakni gapit koordinator,
Bagan 1. Pengembangan
gapit RW, dan Gapit RT. Gapit koordinator adalah orang yang menjadi puncak struktur gapit. Gapit koordinator membawahi seluruh gapit yang ada di desa Mranggen untuk calon tertentu. Gapit
RW
adalah gapit yang
memiliki wilayah kerja di rukun warga (RW), yang membawahi gapit-gapit tingkat RT. Karakteristik proses lainnya adalah penciptaan.
Penciptaan
adalah
proses
pembentukan organisasi gapit yang tidak didasari interaksi yang sering di antara mereka dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun antar gapit telah mengenal sebelumnya, namun mereka memiliki interaksi yang lemah secara sosial. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan interaksi secara tiba-tiba. Hubungan
sosial
dan
inetraksi
tersebut
ditujukan untuk kepentingan Pilkades. Pola penciptaan biasanya ditemukan pada gapit
36
Gapit RT adalah gapit terbawah, yang memiliki wilayah kerja di rukun tetangga (RT). Gapit RT berinteraksi langsung dengan pemilih. Tugas tingkatan
gapit
pokok adalah
masing-masing berbeda-beda.
Koordinator bertugas merekrut gapit RW. Koordinator juga sekaligus menjadi manajer atas per-gapit-an. Setelah gapit RW terbentuk, maka tugas gapit RW adalah merekrut gapit RT. Jaringan gapit yang sudah terbentuk ini
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 2 (1) (2017) 30-45
kemudian dilaporkan kepada calon oleh
dan seluruh gapit dari berbagai tingkatan
koordinator.
melalui forum-forum yang diadakan di rumah
Selanjutnya,
koordinator
menyerahkan daftar gapit kepada calon.
calon, namun untuk distribusi uang tetap
Bagan 4. Struktur Gapit
mengikuti struktur organisasi gapit. Hal
menarik dari
struktur
gapit
adalah, mereka tidak dibedakan berdasar latar belakang gapit. Seperti contoh, di RT 6 RW 2, terdapat tiga gapit yang bekerja untuk satu calon. Mereka memiliki latar belakang yang berbeda, Hirarki
dalam
struktur
yakni
hubungan
saudara
dan
gapit
hubungan kerja dengan calon. Mereka saling
mencerminkan wilayah administratif yang ada
berkoordinasi sebagai satu tim gapit di RT
di lingkup desa. Desa Mranggen terdiri dari
tersebut. Dalam hal distribusi uang, meskipun
sembilan (9) Rukun Warga (RW), dan total
seorang gapit RT memiliki hubungan saudara
delapan puluh (80) Rukun Tetangga (RT) di
dengan calon, gapit tersebut tidak menerima
bawah RW. Gapit koordinator biasanya
uang langsung dari calon. Gapit tersebut tetap
dipegang oleh satu orang. Pada tingkat RW,
menerima uang sesuai alur dalam struktur
setidaknya satu gapit. Sedangkan pada tingkat
gapit.
RT, jumlahnya berbeda-beda, antara satu hingga tiga gapit. Setiap calon memiliki
Cara Kerja Gapit
komposisi gapit yang berbeda. Terdapat calon
Poin
penting
per-gapit-an
adalah
dengan jaringan gapit lengkap hingga tingkat
mobilisasi pemilih. Segala tindakan yang
RT, namun juga terdapat calon yang tidak
dilakukan oleh gapit, seharusnya bertujuan
memiliki gapit lengkap. Komposisi juga
untuk mempengaruhi pemilih agar memilih
mencerminkan kekuatan gapit yang dimiliki
calon yang menggunakan jasa gapit tersebut.
calon.
Untuk mencapai dan memaksimalkan tujuan Selain sebagai alur instruksi kerja,
tersebut, gapit melakukan beberapa metode.
pada konteks jual beli suara, struktur hirarki
Pertama, adalah memetakan pemilih. Pada
tersebut juga menjadi alur materi dari calon
salah
kepada pemilih. Koordinator adalah gapit
melaporkan peta pemilih di wilayahnya.
pertama yang memegang amplop berisi uang
Seberapa besar pemilih yang berpotensi
untuk pemilih. Koordinator menyerahkan
memilih calon tertentu, dan peluang-peluang
amplop kepada gapit RW, dan kemudian
penggunaan teknik tertentu, menjadi poin
diteruskan
penting dari pemetaan ini.
Gapit biasanya
diharuskan
pemilih yang
kepada
gapit
RT.
Meskipun
interaksi dan komunikasi terjadi antara calon
satu
jaringan
memiliki
gapit,
data
gapit
harus
37
George Towar Ikbal Tawakkal/ Gapit: Jaringan Mobilisasi Suara di Pilkades
bersedia memilih calon tersebut. Beberapa
membutuhkan kerja keras gapit. Kecerdasan
teknik
adalah,
gapit menganalisa situasi sosial di wilayah
mewawancarai pemilih tentang kesediaan
tertentu, menjadi kunci untuk menentukan
memilih calon tertentu, dan memperkirakan
teknik apa yang akan digunakan di wilayah
potensi suara dari perbincangan-perbincangan
tersebut. Mengingat bahwa peran ini melekat
sosial di wilayah tersebut.
pada gapit RT sebagai gapit terbawah yang
yang
bisa
digunakan
Dengan kedua teknik tersebut, gapit
berinteraksi langsung dengan pemilih, maka
dapat memiliki data akurat tentang pemilih
kualitas
yang berpotensi dipengaruhi, dan pemilih
efektifitas teknik mobilisasi suara.
yang tidak bisa dipengaruhi. Pemilih yang tidak
dipengaruhi,
menjadi
pertaruhan
Kendala yang sering dialami oleh calon adalah lemahnya kemampuan gapit
diketahui dengan menelusuri latar belakang
untuk memetakan pemilih. Kendala tersebut
kedekatan emosional pemilih dengan calon
biasanya disebabkan dua hal, malas dan
lawan, seperti contoh memiliki hubungan
kurang interaktif. Keharusan mewawancarai
persaudaraan dengan calon lawan. Selain
pemilih
menelusuri
jarang
memaksa gapit untuk meluangkan waktu.
secara
Gapit harus mendatangi setiap pemilih untuk
langsung kepada gapit bahwa dirinya tidak
memastikan kesediaannya memilih calon
bisa memilih calon tertentu. Pada kondisi
tertentu. Pada dasarnya, gapit tidak memiliki
umum,
hambatan
latar yang
biasanya
RT
dapat
pemilih
bisa
gapit
belakang,
tidak
mengungkapkan
pemilih
yang
tidak
memiliki
untuk
mendapatkan
berarti
untuk
data
valid,
melakukan
kedekatan emosional dengan calon, lebih sulit
wawancara. Regulasi anti politik uang dan
dipetakan bila berdasar pernyataan. Kebiasaan
benturan dengan gapit calon lawan, tidak
unik
cenderung
menjadi kendala berarti. Sebagai catatan, bila
menyembunyikan sesuatu yang tidak disukai.
pun wawancara akan berujung pada jual beli
Seperti contoh, pemilih sudah memiliki
suara, pada kenyataannya pemilih permisif
pilihan calon tertentu. Ketika gapit datang ke
terhadap fenomena tersebut. Bahkan beberapa
rumah
tentang
pemilih menyatakan menantikan didatangi
kesediaannya memilih calon lain, pemilih
gapit, dan menantikan pemberian uang dari
tersebut sungkan untuk berkata jujur bahwa
calon.
masyarakat
untuk
desa,
mewawancarai
dirinya sudah punya pilihan. Mewawancarai
Gapit yang malas, diperparah dengan
dan menelusuri lewat perbincangan sehari-
dengan minimnya tingkat interaksi antara
hari, menjadi teknik yang ampuh untuk
gapit dengan masyarakat di wilayahnya. Pada
memetakan pemilih.
kasus tertentu, gapit secara sosial memang
untuk
38
Pemetaan peluang teknik tertentu
tidak pernah berbaur dengan masyarakat.
memaksimalkan
Calon
mobilisasi
suara,
bukan
tidak
mengetahui
kualitas
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 2 (1) (2017) 30-45
interaksi gapit, namun calon tidak memiliki
calon tertentu. Pola interaksi yang khas
pilihan lain. Keterbatasan jaringan sosial yang
masyarakat desa, dimana antar individu
dimiliki calon menyebabkan keterbatasan
memiliki
pilihan orang-orang yang dijadikan gapit.
menguntungkan calon untuk menyebarkan isu
Malas dan lemahnya interaksi dengan pemilih,
dengan
menyebabkan
menggunakan
gapit
melakukan
rekayasa
interaksi
mudah
yang
dan
tinggi,
cepat
media
dibanding
seperti
brosur.
pemetaan pemilih. Data yang disampaikan
Masyarakat lebih mudah menerima isu yang
kepada calon menjadi tidak objektif, karna
diterima dari mulut ke mulut, dari pada isu
tidak
yang disebarkan melalui poster, brosur, radio,
didasari
pengumpulan
data
yang
memadai.
atau lainnya.
Mekanisme
kontrol
bisa
Setidaknya terdapat beberapa isu di
dilakukan oleh kandidat terhadap pemetaan
seputar Pilkades Desa Mranggen 2016, yakni
pemilih adalah melalui daftar pemilih tetap
isu organisasi keagamaan, isu latar belakang
yang disediakan oleh penyelenggara Pilkades.
profesi calon, dan isu kedekatan sosial. Isu
Namun,
mampu
organisasi keagamaan merujuk pada adanya
memberikan perkiraan jumlah suara yang bisa
calon yang menganggap dirinya berasal dan
diperoleh. Dari daftar pemilih tetap, calon
mewakili organisasi keagamaan terbesar di
mengetahui
Desa Mranggen. Sedangkan terdapat calon
mekanisme
tertentu.
jumlah
Maka
ini
yang
hanya
pemilih
kemudian
di
wilayah
calon
bisa
lawan yang berlatar belakang organisasi
mencocokkan bila ada penyimpangan data
keagamaan minoritas di Desa Mranggen.
pemilih yang dilaporkan oleh gapit. Itu pun
Pemanfaatan isu organisasi keagamaan paling
hanya pada bila terjadi penggelembungan data
agresif
pemilih oleh gapit, yang berarti lebih besar
pamflet yang berisi himbauan agar memilih
dari jumlah pemilih yang tertera di daftar
calon berlatar belakang organisasi keagamaan
pemilih tetap. Sedangkan mengenai teknik
yang sama. Bahkan di situ tertera tanda tangan
terbaik yang bisa digunakan untuk mobilisasi
yang
suara, calon tidak memiliki mekanisme yang
agama
baik untuk memverifikasi.
melingkupinya
Kedua, adalah membangun opini di masyarakat. berinteraksi
Gapit dengan
harus
secara
masyarakat
aktif di
dilakukan
dengan
mengatas-namakan di
Desa
beberapa
Mranggen.
adalah
organisasi
keagamaan
menjadi
kepala
mengeluarkan
bila
desa,
menguntungkan
sebagaimana di atas, interaksi dengan pemilih
tersebut,
diperlukan
eksistensi organisasi mayoritas.
untuk
memetakan
dan
perkembangan tentu
yang
calon
dari
dapat
berhasil
maka
kebijakan
tokoh
Isu
minoritas
wilayahnya. Selain untuk memetakan pemilih
dan
menyebarkan
akan yang
organisasi mengancam
memasukkan isu yang menguntungkan bagi
39
George Towar Ikbal Tawakkal/ Gapit: Jaringan Mobilisasi Suara di Pilkades
Pertarungan
pada
isu
organisasi
keagamaan ini semakin ramai ketika calon berlatar
belakang
minoritas
organisasi
melakukan
profesi guru ini, hampir tidak mendapat perlawanan dari calon lain.
keagamaan Calon
sosial calon dengan masyarakat. Beberapa
tersebut melakukan beberapa safari politik
calon dikenal memiliki interaksi yang kecil
dengan mendatangi rumah tokoh agama
dengan
organisasi
menjelaskan
kehidupan
sehari-hari
kampanye negatif yang menyerang dirinya,
Sementara
terdapat
dengan mengatakan bahwa tidak akan ada
berinteraksi dan terlibat dalam kegiatan
kebijakan diskriminasi. Bahkan, isu yang
masyarakat. Interaksi yang aktif tercermin
berkembang, tokoh agama penanda tangan
dari intensitas calon mengikuti forum-forum
mendatangi rumah calon tersebut, meminta
informal, seperti jagongan. Bukti interaksi
maaf dan menjelaskan kenapa ada tanda
tersebut adalah tingkat pengenalan yang tinggi
tangan di pamflet tersebut. Tekanan politik
di masyarakat Mranggen, dibandingkan calon-
dari internal organisasi memaksa tokoh
calon lain. Secara politik, calon tersebut
tersebut mengikuti arus organisasi, meskipun
memiliki tingkat popularitas paling tinggi.
antara tokoh tersebut dan calon yang diserang,
Calon
memiliki hubungan pertemanan.
popularitas nya. Isu yang kemudian digulirkan
mayoritas,
perlawanan.
Isu lain, terkait dengan kedekatan
dan
masyarakat
tersebut
Mranggen sebelum calon
dalam Pilkades.
yang
memahami
aktif
kekuatan
Profesi guru, masih menjadi isu
adalah, “calon harus merakyat”. Kalimat
menarik di Pilkades Desa Mranggen 2016.
tersebut merujuk pada bahwa kepala desa
Bagi sebagian masyarakat Mranggen, profesi
harus berasal dari orang yang sering kumpul
guru masih dihormati sebagai profesi mulia.
dengan warga, sering terlibat dalam kegiatan
Calon
guru,
warga, dan dikenal oleh warga. Isu ini
untuk
dihindari oleh calon lain yang memiliki
yang
memanfaatkan
berprofesi posisi
sebagai
sosial
nya
menarik pemilih. Bahkan, dalam spanduk
tingkat interaksi rendah dengan warga.
kampanye yang terpasang di lokasi strategis,
Ketiga,
gapit
memainkan
peran
calon tersebut menyebut gelar guru sebelum
sebagai organizer pertemuan warga. Gapit
nama lengkapnya. Calon tersebut sebenarnya
mengatur, menyiapkan, bahkan menyediakan
mengajar
tempat
di
sekolah
tingkat
menengah
untuk
acara
pertemuan
warga.
pertama, dimana siswa nya belum memiliki
Kegiatan diselenggarakan di tingkat RT.
hak pilih. Namun, puluhan tahun durasi
Pertemuan tersebut memiliki dua tujuan,
pengabdian
yakni
sebagai
guru,
dapat
memperkenalkan
calon,
dan
mempengaruhi para pemilih yang dulu pernah
memperkenalkan gapit. Profil calon akan
merasakan pendidikan dari calon tersebut. Isu
dijelaskan
kepada
pemilih
yang
hadir.
Beberapa pertemuan tidak dihadiri oleh calon,
40
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 2 (1) (2017) 30-45
namun jumlahnya kecil. Calon berusaha
kemudian terdapat uang atau materi dari
menghadiri
yang
kandidat. Pemilih memiliki kesadaran yang
di
tinggi terhadap distribusi materi dari calon.
pertemuan tersebut bukan hanya sebagai
Artinya, pemilih memang menyadari, bahkan
perkenalan, namun bagi warga juga dianggap
berharap, akan ada distribusi uang. Ketika
sebagai
calon
pemilih tidak menerima uang, pemilih akan
dimaknai bahwa calon menghormati warga
menanyakan kepada gapit di wilayahnya.
wilayah tersebut. Ketidakhadiran calon dapat
Pemilih dengan cepat akan memperoleh
dimaknai
informasi
setiap
diselenggarakan.
pertemuan
Kehadiran
kehormatan.
oleh
calon
Kehadiran
pemilih
bahwa
calon
tentang
apakah
calon
menyepelekan warga wilayah tersebut. Sekali
mendistribusikan uang atau tidak. Bila calon
calon
mendistribusikan,
tidak
hadir,
memanfaatkan
ketidak
calon
lain
akan
hadirannya
untuk
menggulirkan isu diskriminasi. Isu tersebut
kuat
dan
mendatangi
warga
di
kesempatan lain.
gapit
tidak
membagikan, maka warga akan mudah untuk mengetahui ketidakjujuran gapit.
dapat dibendung dengan memberikan alasan yang
namun
Bagi pemilih, keuntungan langsung yang didapat dengan menghadiri pertemuan adalah
memperoleh
keuntungan
materi.
Seluruh gapit RT akan hadir di
Beberapa pertemuan memberikan uang saku
pertemuan warga. Warga akan mengetahui
untuk warga yang hadir. Sedangkan beberapa
bahwa orang-orang ini adalah gapit untuk
pertemuan lain tidak memberikan uang saku,
calon tertentu. Tujuan pengenalan ini meliputi
namun memberikan roti atau makanan untuk
beberapa hal. Pengenalan dapat memberikan
dibawa pulang. Tanpa keuntungan langsung
rujukan bagi pemilih yang membutuhkan
yang bisa didapat, warga sulit untuk bersedia
rujukan untuk memutuskan pilihan. Beberapa
menghadiri pertemuan tersebut. Bagi gapit
pemilih mengakui, melihat calon dari siapa
yang jeli, peta pemilih dapat dibaca dari
gapit yang bekerja untuknya. Bila gapit
kehadiran warga di pertemuan. Meskipun
memiliki latar belakang sosial yang baik,
mayoritas
maka pemilih menganggap bahwa calon yang
pertemuan yang diadakan setiap calon, namun
didukungnya memiliki latar belakang sosial
ketidakhadiran
yang
informasi
baik
pula.
Rujukan
juga
berupa
solidaritas, ketika pemilih mengikuti gapit
warga
akan
pemilih
penting
hadir
di
dapat
tentang
sikap
setiap
memberi politik
pemilih tersebut.
karena merasa memiliki hubungan dekat
Keempat, gapit membagikan uang
dengan gapit. Namun, lebih banyak pemilih
atau materi calon kepada pemilih. Sebelum
lain tidak memperdulikan siapa gapitnya.
membahas lebih detail tentang distribusi uang,
Pengenalan juga ditujukan untuk mengkontrol
perlu dipertegas bahwa uang tidak selalu
kinerja gapit secara sosial, khususnya bila
benar benar berasal dari uang kandidat. Pada
41
George Towar Ikbal Tawakkal/ Gapit: Jaringan Mobilisasi Suara di Pilkades
salah satu calon, uang disediakan oleh
paling menentukan dalam distribusi uang. Arti
pimpinan gapit. Penggunaan kalimat “uang
penting kejujuran
calon” pada artikel ini tidak dimaksudkan
amplop
untuk merujuk pada uang milik calon, namun
pemilih. Ketepatan dimaksudkan pada dua
dimaksudkan untuk merujuk pada uang untuk
hal, yakni ketepatan pemilih yang diberikan
memilih calon tertentu. Terlepas dari sumber
uang, dan ketepatan waktu pembagian uang.
uang, gapit bertugas membagikan uang
Secara literatur, fungsi ini menguatkan gapit
tersebut kepada pemilih. Pada kasus dengan
sebagai makelar suara, yang kehadirannya
jumlah gapit RT lebih dari satu gapit di satu
selalu disandingkan dengan distribusi materi
RT, biasanya pembagian uang dilakukan oleh
dalam konteks jual beli suara.
salah satu gapit RT. Namun, sedikit kasus
Kelima, gapit memastikan pemilih datang dan
dilakukan pembagian kerja berdasar jumlah
mencoblos.
rumah tangga pemilih.
pergerakan pemilih di wilayahnya, apakah
yang
terdapat
seharusnya
Gapit
harus
pada jumlah diterima
oleh
memonitor
Gapit RT menerima uang sejumlah
sudah memilih ataukah belum. Terdapat
pemilih yang dilaporkan dalam data pemilih
beberapa teknik yang dilakukan gapit untuk
hasil pemetaan pemilih. Uang tersebut sudah
melaksanakan fungsi ini, yakni mendatangi
dimasukkan di amplop. Artinya, gapit RT
rumah pemilih, menginformasikan lokasi
menerima dalam bentuk amplop, dan tidak
tempat
bersentuhan dengan uang tersebut. Gapit RT
menyediakan transportasi menuju TPS. Gapit
memperoleh sejumlah uang tersebut dari gapit
mengawasi pergerakan pemilih dengan tetap
RW. Sedangkan gapit RW memperoleh uang
berada
tersebut
Gapit
memperoleh informasi bahwa pemilih belum
koordinator memperoleh uang dari pimpinan
mencoblos, gapit akan membuka komunikasi
gapit
dengan pemilih tersebut. Biasanya dengan
dari
maupun
pembungkusan
gapit
koordinator.
dari uang
calon.
Proses
dalam
amplop
ke
dilakukan oleh penyedia dana.
pemungutan
di
mendatangi
wilayah
rumah
suara
RT.
(TPS),
Ketika
pemilih.
dan
gapit
Gapit
memberikan pertanyaan perihal kenapa belum
Keterlibatan gapit dalam pembagian
mencoblos, dan menghimbau agar segera
uang, seringkali dilihat oleh pemilih sebagai
mencoblos. Tentu, himbauan itu mengarahkan
fungsi pokok gapit. Berbicara gapit, pemilih
pemilih untuk memilih calon dari gapit
akan berasumsi tentang distribusi uang.
tersebut.
Kelaziman
Pilkades,
Setelah gapit mendapatkan penjelasan
menyebabkan politik uang adalah sesuatu
dari pemilih, gapit akan menindaklanjuti nya
yang harus dilakukan. Dari sini, peran gapit
sesuai kebutuhan pemilih. Pada Pilkades Desa
menjadi
dan
Mranggen, TPS terpusat pada satu lokasi
ketepatan adalah faktor internal gapit yang
untuk seluruh pemilih. Anehnya, lokasi
42
distribusi
sangat
uang
penting.
di
Kejujuran
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 2 (1) (2017) 30-45
tersebut jauh dari pusat keramaian desa, dan
Latar belakang materi biasa muncul ketika
infrastruktur jalan tidak baik. Banyak pemilih
keterlibatan
yang tidak mengetahui arah TPS. Pada situasi
keuntungan materi yang didapat.
ini, gapit memberikan informasi mengenai
seseorang
Ketiga
latar
didasarkan
belakang
pada
tersebut
rute menuju TPS. Bagi pemilih yang tidak
terkonsolidasi melalui pola pengembangan
memiliki atau kesulitan transportasi, beberapa
dan penciptaan, menjadi satu jaringan gapit
kasus
gapit
bahwa
gapit
yang memiliki struktur tiga tingkat. Gapit
menuju
TPS.
koordinator adalah gapit teratas. Gapit RW
Pemilih akan dikumpulkan, dan akan diantar
berada di tingkat RW, sedangkan gapit RT
ke TPS. Setelah mencoblos, pemilih diantar
berhadapan langsung dengan pemilih di
pulang kembali. Teknik antar-jemput ini
tingkat RT. Gapit koordinator berjumlah satu
dianggap jitu untuk menjaga dan menguatkan
orang, yang membawahi gapit seluruh desa,.
suara pemilih. Selama perjalanan menuju
Gapit RW lazimnya berjumlah satu orang di
TPS, gapit akan memberikan masukan kepada
setiap RW. Sedangkan gapit RT, dapat
pemilih agar mencoblos calon tertentu. Kerja
berjumlah satu hingga tiga orang. Struktur
keras gapit demikian, dihargai pemilih dengan
tiga tingkat ini juga menjadi alur informasi
mencoblos calon tersebut.
dan materi yang dibagikan kepada pemilih.
menyediakan
menunjukkan transportasi
Gapit melakukan mobilisasi pemilih dengan
Kesimpulan Masyarakat
Mranggen
mengenal
melakukan
memetakan
lima
pemilih,
teknik,
yakni
membangun
opini,
mesin politik sebagai gapit. Gapit dibentuk
mengadakan pertemuan warga, membagikan
secara mandiri untuk mobilisasi pemilih. Tiga
materi,
latar belakang kenapa seseorang bersedia
mencoblos.
menjadi gapit adalah, gengsi, wonge dewe,
dengan
dan materi. Gengsi dapat berupa kebanggaan
menganalisa
sosial yang akan didapat oleh gapit ketika
dengan tujuan mengetahui potensi pemilih
calon yang didukungnya menang. Gengsi juga
dan
dapat berbentuk solidaritas organisasi, ketika
Pembangunan
isu mengarah pada persaingan kelompok.
melibatkan diri pada forum-forum informal,
Wonge dewe adalah, merujuk pada istilah
seperti
lokal yang ditujukan pada orang-orang yang
memasukkan isu-isu yang menguntungkan.
sudah memiliki kedekatan emosional antar
Pertemuan warga melibatkan para pemilih
masing-masing.
dapat
tingkat RT, dengan tujuan mengenalkan
persaudaraan,
calon, dan mengenalkan gapit kepada pemilih.
hubungan kerja, dan hubungan pertemanan.
Gapit membagikan materi kepada pemilih
terwujud
pada
Wonge
dewe
hubungan
ini
dan
memastikan Pemetaan
pemilih
pemilih
mewawancarai
penentuan opini
jagongan,
dilakukan
pemilih
perbincangan
strategi
dan
masyarakat,
mobilisasi.
dilakukan
yang
telah
dengan
kemudian
43
George Towar Ikbal Tawakkal/ Gapit: Jaringan Mobilisasi Suara di Pilkades
berdasar data pemilih yang dilaporkan oleh
Pilkades Desa Mranggen 2016. Artinya, gapit
gapit, dengan mendatangi rumah pemilih.
memiliki seluruh karakteristik makelar suara,
Pembagian
seperti memetakan pemilih dan memastikan
bisa
dilaksanakan
satu
hari
sebelumnya, atau pagi hari pemungutan suara.
kedatangan
pemilih.
Peran
melakukan
peran
sebagai
aktor
mobilisasi
pemilih
Namun
lain,
seperti
juga
menjadi
diakhiri dengan memastikan bahwa pemilih di
rujukan,
wilayahnya telah memilih. Gapit melakukan
mempertemukan calon dengan warga dalam
pemantauan
pertemuan warga.
di
wilayahnya,
membuka
membangun
gapit
isu,
dan
komunikasi dengan pemilih yang belum memilihi,
memberikan
informasi
yang
diperlukan, dan menyediakan transportasi menuju tempat pemungutan suara.
Daftar Pustaka Aspinall, E. (2014). When Brokers Betray: Clientelism, Social Networks, and
Merujuk pada bagaimana jaringan
Electoral
Politics
in
Indonesia.
terbentuk, bagaimana bentuk jaringan, dan
Critical Asian Studies, 46 (4), 545-
bagaimana cara kerja, maka makna makelar
570.
suara secara luas tercermin pada gapit. Secara
Aspinall, E., & Sukmajati, M. (2015). Politik
literatur, makelar suara ditopang oleh jaringan
Uang di Indonesia: Patronase dan
sosial yang sudah mapan (Hellmann, 2014;
Klientelisme pada Pemilu Legislatif
Finan
Calon
2014 [Money Politics in Indonesia:
menjadi
Patronage and Clientelism in the
jaringan mobilisasi suara. Kondisi tersebut
2014 Legislative Election]. Research
juga ditemukan pada proses pembentukan
Centre for Politics and Government.
gapit, yang berdasar pada jaringan sosial
Blaydes, L. (2006, August). Who votes in
persaudaraan, kerja, pertemanan, dan lain
authoritarian elections and why?
sebagainya.
politik
Determinants of voter turnout in
cenderung menitik-beratkan peran makelar
contemporary Egypt. In Annual
suara pada distribusi materi kepada pemilih.
Meeting of the American Political
Hal tersebut tidak keliru, pada kenyataannya
Science Association. Philadelphia,
gapit juga melakukan peran tersebut. Namun,
PA, August.
dan
memanfaatkan
Schechter, jaringan
Mayoritas
2012). tersebut
ilmuwan
beberapa literatur juga menyinggung peran lain makelar suara, yakni memetakan pemilih (Larreguy, 2016), menguatkan nilai balas budi (Finan dan Schechter, 2012), dan memastikan kedatangan pemilih (Blaydes, 2006). Peranperan tersebut juga ditemukan pada gapit di
44
Finan, F., & Schechter, L. (2012). Vote‐ buying
and
reciprocity.
Econometrica, 80 (2), 863-881. Fisher, J., Fieldhouse, E., & Cutts, D. (2014). Members are not the only fruit: Volunteer activity in British political
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 2 (1) (2017) 30-45
parties at the 2010 general election.
Padmasusastra.
Bausastra:
Jarwa
The British Journal of Politics and
Kawi. diakses secara online di
International Relations, 16 (1), 75-
www.sastra.org/bahasadanbudaya/3
95.
8-kamus-dan-leksikon/200bausastra-
Halili, O. Praktik Politik Uang Dalam
jarwa-kawi-padmasusastra-1903-
Pemilihan Kepala Desa.
11bagian-3-pa-nga.
Hellmann, O. (2014). Electoral Reform in Asia:
Institutional
Padmasusastra. (1967). Tatatjara. Diakses
Engineering
secara
online
di
against'Money Politics'. Japanese
www.sastra.org/bahasa-dan-budaya-
Journal of Political Science, 15(2),
/62-adat-dan-tradisi/924-
275.
tatacarapadmasusastra-2602-60-
Larreguy, H., Marshall, J., & QUERUBin, P. A. B. L. O. (2016). Parties, brokers,
Mattlin,
(1967).
hlm-060-119. Poerwadarminta. (1939). Bausastra Jawa.
and voter mobilization: How turnout
diakses
buying depends upon the party’s
www.sastra.org/bahasa-dan-
capacity
budaya/38-kamus-dan-leksikon/789-
to
monitor
brokers.
secara
online
di
American Political Science Review,
bausastra-jawa-poerwadarminta-
110(01), 160-179.
1939-75-bagian-09-g.
M.
(2004).
structures:
Nested
Political
pyramid
parties
Tawakkal, George T. I. (2009). Peran Partai
in
Politik Dalam Mobilisasi Pemilih
Taiwanese elections. The China
Studi
Quarterly, 180, 1031-1049.
Pemilu Legislatif
Nurcholis, Hanif. (2011). Dua Ratus Tahun
Kegagalan
Demak
2009.
Parpol di
Tesis
Pada
Kabupaten S2
tidak
Demokrasi Desa: Potret Kegagalan
diterbitkan. Semarang: Universitas
Adopsi
Nilai
Diponegoro)
Bangsa
Indonesia,
Demokrasi
Oleh
Proceeding
Winter.
(1928).
Tembung
Kawi
Mawi
Semnas FISIP-UT 2011. pp. 552-
Tegesipun, diakses secara online di
572.
www.sastra.org/bahasa-dan-
Padmasukaca. (1967). Sarine Basa Jawa. diakses
secara
online
di
www.sastra.org/bahasadanbudaya/3
budaya/38-kamus-dan-leksikon /310-tembung-kawi-mawitegesipunwinter-1928-1506-bagian-4-ma-nga
8-kamus-dan-leksikon/916-sarinebasa-jawapadmasukaca-1967-139hlm-001-046.
45