II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Proses produksi pada suatu usaha merupakan suatu proses dimana barang atau jasa yang disebut input diubah menjadi barang lain yang disebut output. Proses produksi akan meningkatkan nilai tambah dari suatu produk yang akan berpengaruh terhadap keuntungan pengusaha. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis usaha untuk mengetahui kekuatan suatu usaha secara keseluruhan. Penelitian terdahulu mengenai analisis usaha yang telah dilakukan adalah penelitian Suhesti (2007) yang diketahui bahwa usaha agroindustri geplak di Kabupaten Bantul mempunyai nilai profitabilitas sebesar 15,33%. Dengan
keuntungan
rata-rata
yang
diperoleh
produsen
sebesar
Rp 2.101.597,09. Efisiensi usaha sebesar 1,15 menunjukkan agroindustri tersebut sudah efisien, artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan oleh produsen akan memperoleh penerimaan sebanyak 1,15 kali dari biaya yang dikeluarkan tersebut. Selain penelitian analisis usaha pembuatan jenang kudus pada industri “PJ. Muria” di Kabupaten Kudus yang dilakukan Hidayat (2010) juga menunjukkan bahwa usaha pembuatan jenang sudah efisien, hal ini ditunjukkan dengan nilai R/ C rasio sebesar 1,36. Selain itu usaha pembuatan keripik belut juga mampu memberikan rata-rata keuntungan sebesar Rp 33.447.220,83 per bulan. Walaupun menguntungkan, tetapi usaha pembuatan jenag juga mempunyai kemungkinan rugi, hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien variasi (CV) sebesar 1,44 dan nilai batas bawah keuntungan adalah – Rp. 62.984.735,24. Sedangkan penelitian tentang agroindustri yang merupakan jenis industri yang sama adalah penelitian yang dilakukan Janani (2010) tentang agro industri jenang ketan di Kabupaten Ponorogo, dari penelitian ini dapat diketahui bahwa industri jenang ketan skala rumah tangga dapat meningkatkan keuntungan keluarga di pedesaan. Hal ini dibuktikan dengan
9
10
besarnya rata-rata keuntungan per bulan yang diperoleh pada industri jenang ketan, yaitu Rp 5.061.628,29. Selain itu dapat diketahui juga bahwa industri jenang ketan sudah efisien, hal ini dibuktikan dengan nilai R/C rasio yang lebih besar dari satu yaitu 1,81. Usaha agroindustri jenang ketan memiliki risiko usaha yang rendah, hal ini karena memiliki nilai CV lebih rendah 0,5 yaitu sebesar 0,32 dan nilai batas bawah keuntungan adalah Rp 1.838.528,56 per bulan. Sedangkan penelitian tentang usaha industri di lokasi yang sama adalah penelitian mengenai pengendalian mutu dan konsep HACCP pada jenang krasikan “Bunga Melati” yang dilakukan Savitri (2012) di Desa Tangkisan Kabupaten Sukoharjo. Pada penelitian ini lebih meneliti mengenai pengendalian mutu mulai dari bahan baku, proses produksi hingga akhir produksi. Dari hasil analisis yang dilakukan kadar abu dan cemaran kapang tidak sesuai dengan SNI. Sedangkan pembuatan konsep HACCP bertujuan untuk memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan serta dapat memenuhi kepuasan konsumen terhadap produk jenang krasikan. Dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa usaha agroindustri sudah mampu memberikan penghasilan bagi produsen meskipun masih dalam jumlah yang relatif kecil, selain itu usaha tersebut juga sudah efisien secara ekonomis. Walaupun demikian juga dapat diketahui bahwa usaha agroindustri mempunyai kemungkinan rugi, oleh sebab itu produsen harus siap menanggung kerugian. B. Tinjauan Pustaka 1. Beras Ketan Padi (Oryza sativa L.) merupakan famili graminae dan genus Oryza. Padi jenis lain yaitu Oryza glaberrima, merupakan tanaman liar, tetapi bila dibudidayakan tidak dapat menghasilkan beras seperti Oryza sativa L. Padi ditanam lebih dari 100 negara dari semua benua kecuali antartika. Padi ditanam pada daerah 53o LU-40o LS sampai ketinggian 3000 m di atas permukaan laut (Koswara, 2009).
11
Beras (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok Asia. Beras memiliki manfaat kesehatan potensial. Di India bubur nasi dapat digunakan dalam mengatasi pencernaan yang tidak teratur, keluhan usus diare dan disentri. Air beras juga dapat menawar rasa sakit, dan di beberapa negara dengan meminum air beras dapat meredakan penyakit demam dan inflamasi usus. Studi epidemiologis menunjukkan bahwa konsumsi biji-bijian dan produk berbasis gandum dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit kronis karena komposisi phyto-chemical yang unik (Sircar, 2016). Beras ketan putih (Oryza sativa glutinosa) merupakan salah satu varietas padi yang termasuk dalam famili Graminae. Butir beras sebagian besar terdiri dari zat pati (sekitar 80-85%) yang terdapat dalam endosperma yang tersusun oleh granula-granula pati yang berukuran 3-10 milimikron. Tepung ketan berasal dari beras ketan putih yang memiliki warna putih, tidak transparan dan telah melalui tahap penggilingan sampai mencapai ukuran granula yang diinginkan. Tepung ketan dapat diperoleh dengan cara perendaman beras ketan selama 2-3 jam. Setelah itu beras ketan dicuci bersih dan ditiriskan lalu digiling dan diayak sampai diperoleh tepung ketan yang halus (Yuwono, 2015). Beras ketan (Oryza sativa L var. glutinosa) banyak terdapat di Indonesia dengan jumlah produksi sekitar 42.000 ton pertahun. Namun penggunaannya di Indonesia masih terbatas pada industri makanan. Beras ketan mengandung amilopektin sangat tinggi yaitu 99,7% dan bersifat tidak mengembang dalam air dingin (Kadan et al, 1997). Beragam pangan tradisional seperti lemper, bubur ketan hitam, dodol, rengginang, brem, tape dan lapis terbuat dari ketan atau berbahan baku ketan. Berbeda dari beras, ketan memiliki butir opak, kadar amilosa sangat rendah dan memiliki tekstur nasi yang sangat lengket. Berdasarkan komposisi pati dalam ketan, disamping memiliki kadar amilosa yang sangat rendah, ketan memiliki kadar amilopektin yang tinggi. Lebih lanjut, kadar amilopektin yang tinggi inilah yang bertanggung jawab terhadap
12
tekstur lengket ketan. Butir ketan beragam warnanya, ada yang berwarna putih, merah atau hitam. Ketan hitam atau merah, seperti beras merah, mengandung antioksidan yang dipercaya baik bagi kesehatan tubuh. Ketan putih biasa dikonsumsi dalam bentuk ketan sosoh sempurna, sedangkan ketan merah atau hitam biasa dipasarkan dalam bentuk ketan pecah kulit atau ketan sosoh sebagian. Disamping itu, tepung ketan putih juga banyak dijumpai dipasaran (Balitbangtan, 2015). 2. Jenang Krasikan Jenang Krasikan merupakan makanan tradisonal yang juga banyak penggemarnya. Makanan ini merupakan jajanan pasar yang cukup terkenal dikalangan masyarakat dari jaman dulu. Makanan ini hampir mirip dengan dodol, namun teksturnya tidak terlalu lembut dan sedikit agak kasar. Tekstur kasar ini bukan berasal dari batu, melainkan beras ketan yang ditumbuk sehingga membuat rasanya menjadi unik (Farera, 2014). Krasikan atau ada yang menyebutnya dengan Kue Ladu adalah makanan ringan khas tradisional. Sebutan lengkapnya adalah Jenang Krasikan. Bahan dasarnya adalah beras ketan yang disangrai (sebelumnya di rendam dulu). Setelah disangrai, lalu digiling atau ditumbuk menjadi tepung. Untuk proses memasaknya, santan direbus sampai menjadi arih kemudian dimasukkan gula merah baru tepung cengkaruk diawur-awurkan ke dalam arih tadi. Biar harum di tambah vanili secukupnya. Berikut ini merupakan cara untuk membuat Jenang Krasikan yaitu : 1. Merendam beras ketan dengan air kapur 2. Sangrai ketan hingga kecoklatan kemudian ditumbuk hingga halus 3. Sangrai kelapa parut hingga kecoklatan kemudian ditumbuk hingga halus 4. Merebus gula jawa dengan santan sampai mendidih. 5. Setelah itu masukan ketan dan kelapa tumbuk, aduk hingga kering dan merata
13
6. Menuangkan adonan ke dalam loyang kemudian ditekan-tekan supaya padat setelah itu potong-potong sesuai ukuran yang diinginkan (Muhtarom, 2012). 3. Agroindustri Agroindustri berasal dari dua kata agricultural dan industry yang berarti suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha pertanian. Definisi tersebut dapat dijabarkan sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebgai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Dengan demikian agroindustri meliputi industri pengolahan hasil pertanian, industri yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri input pertanian (pupuk, pestisida, herbisida dan lain-lain) dan industri jasa sektor pertanian. Apabila dilihat dari sektor agribisnis, agroindustri merupakan bagian (subsistem) agribisnis yang memproses dan menstransformasikan bahan-bahan hasil pertanian menjadi barang-barang setengah jadi yang langsung dapat dikonsumsi dan barang atau bahan hasil produksi industri yang digunakan dalam proses produksi seperti traktor, pupuk, pestisida, mesin pertanian dan lain-lain (Kusnandar, et al 2010). Berdasarkan karakteristik fisik, Agroindustri didefinisikan sebagai pertanian secara luas, yang meliputi tanaman pangan dan hortikultura, perikanan, dan perkebunan kehutanan. Oleh karena itu, pengembangan agroindustri akan menghasilkan: (1) bahan makanan dan bahan baku makanan untuk manusia dan pakan untuk ternak dan hewan, (2) bahan serat bahan baku untuk tempat tinggal, perumahan, kertas untuk kain derivatif berikut, (3) bio-energi terbarukan dalam bentuk biodiesel (minyak sawit dan kelapa sawit) atau etanol (alkohol) yang berasal dari umbi-umbian, jagung atau tebu, dan (4) bahan baku obat dan bahan obat baku yang berasal dari tanaman obat tropis, rempah-rempah dan tanaman tropis dan binatang asli lainnya. Dengan keragaman produk agro, itu akan
14
menjadi produk agro pasar terbuka lebar, tidak hanya di pasar domestik tetapi juga peran pasar luar negeri (Nusantara, et al 2014). Dalam kaitannya dengan pengembangan ekonomi, agroindustri merupakan jawaban paling tepat karena mempunyai keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang panjang. Hal ini perlu dikembangkan strategi dan kebijaksanaan yang menempatkan agroindustri sebagai salah satu sektor unggulan. Industri kecil perdesaan dalam hal ini agroindustri dapat mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi karena dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar (Maharani, et al 2010). Usaha industri pembuatan Jenang Krasikan merupakan industri pengolahan yang proses produksinya menggunakan bahan baku beras ketan, kelapa dan gula jawa. Sehingga usaha industri ini dapat dikatakan sebagai agroindustri. Hal ini
karena menurut Soekartawi (2001)
agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian. 4. Biaya Menurut Nurdin (2010), dalam kegiatan produksi untuk mengubah input menjadi output, perusahaan atau perseorangan tidak hanya menentukan input apa saja yang diperlukan, tetapi juga harus mempertimbangkan harga dari input tersebut yang merupakan biaya produksi dari output. Produksi menunjuk pada jumlah input yang dipakai dan jumlah fisik output yang dihasilkan, sedangkan biaya produksi menunjukkan pada perolehan input tersebut (nilai uangnya). Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi (Daniel, 2002). Pada proses produksi usaha pembuatan jenang krasikan diperlukan biaya-biaya yang digunakan untuk mengubah input (faktor-faktor produksi) menjadi output. Biaya terdiri dari tiga konsep yang berbeda. Pertama, konsep biaya opportunitas yaitu pendapatan bersih yang dikorbankan. Konsep
15
biaya yang kedua adalah biaya akuntansi yaitu biaya dipandang sebagai pengeluaran nyata, biaya historis, depresiasi dan biaya lain yang berhubungan dengan masalah pembukuan. Konsep biaya yang terakhir adalah biaya ekonomi yang didefinisikan sebagai pengeluaran yang sepantasnya atau sewajarnya saja untuk menghasilkan suatu barang atau jasa (Nicholson, 1994). Menurut Gilarso (1991) biaya dibedakan menjadi biaya implisit dan biaya eksplisit. a. Biaya implisit adalah biaya yang secara ekonomis harus ikut diperhitungkan sebagai biaya produksi, meskipun tidak dibayar dalam bentuk uang. Misalnya upah tenaga kerja sendiri. b. Biaya eksplisit adalah semua pengeluaran yang dipergunakan untuk membayar faktor produksi, bahan bahan, transportasi, energi dan sebagainya. Menurut Mankiw (2003) Biaya adalah segala yang kita korbankan untuk memperoleh sesuatu. Dimana konsep biaya opportunitas (opportunity cost) dari suatu hal mencakup semua hal lain yang harus dikorbankan untuk memperoleh hal tersebut. Dengan demikian maka para ekonom memasukkan biaya eksplisit dan biaya implisit sebagai biaya total (total cost) ketika menghitung biaya dari sebuah perusahaan. 5. Penerimaan Menurut Soekartawi (1995) nilai penerimaan total (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Q) dengan harga jual (P). Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut : TR = Q x P Keterangan: TR
= Penerimaan total
Q
= Jumlah produk
P
= Harga produk
Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi harga per unit produk yang bersangkutan, maka penerimaan total yang
16
diterima produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan total yang diterima oleh produsen semakin kecil. Total penerimaan (TR) menunjukkan total penerimaan dari penjualan sejumlah produk, yaitu tingkat harga (P) dikalikan dengan jumlah produk (Q). Penerimaan marjinal (RM) menunjukkan perubahan total penerimaan sebagai akibat perubahan jumlah produk yang dijual sebanyak satu satuan (Herlambang, 2002). 6. Keuntungan Tujuan setiap pengusaha dalam menjalankan usahanya adalah untuk memperoleh keuntungan. Demikian juga dengan para pengusaha jenang krasikan yang berusaha untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Menurut Lipsey, et al (1990) keuntungan usaha merupakan selisih antara nilai penjualan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang yang dijual tersebut. Keuntungan adalah penerimaan total dikurangi biaya total. Jadi keuntungan ditentukan oleh dua hal, yaitu penerimaan dan biaya. Jika perubahan penerimaan lebih besar dari pada perubahan biaya dari setiap output, maka keuntungan yang diterima akan meningkat. Jika perubahan penerimaan lebih kecil dari pada perubahan biaya, maka keuntungan yang diterima akan menurun. Keuntungan akan maksimal jika perubahan penerimaan sama dengan perubahan biaya. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : π = TR – TC Keterangan : π
= Keuntungan (Rp)
TR
= Penerimaan total (Rp)
TC
= Biaya total (Rp)
(Lipsey, et al 1990).
17
7. Profitabilitas Untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dihasilkan dari usaha industri jenang krasikan, maka dilakukan analisis profitabilitas. Menurut Downey dan Erickson (1992) profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu istilah rasio profitabilitas merujuk pada beberapa indikator atau rasio yang berbeda yang bisa digunakan untuk menentukan profitabilitas dan prestasi kerja perusahaan. Bagi perusahaan pada umumnya masalah profitabilitas lebih penting daripada masalah keuntungan, karena keuntungan yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Dengan demikian yang harus diperhatikan oleh perusahaan tidak hanya bagaimana memperbesar keuntungan tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi profitabilitasnya. Besar kecilnya profitabilitas ditentukan oleh 2 faktor, yaitu hasil penjualan dan keuntungan usaha. Besar kecilnya keuntungan tergantung pada pendapatan yang merupakan selisih dari penjualan dikurangi dengan biaya usaha (Riyanto,1994). Menurut Riyanto (1997) profitabilitas merupakan perbandingan antara keuntungan dari penjualan dengan total biaya. Adapun perhitungan tingkat profitabilitasnya dengan membandingkan antara keuntungan yang diperoleh dengan biaya total yang dinyatakan dalam presentase. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Profitabilitas =
x 100 % TC
Keterangan : π
= Keuntungan
TC
= Biaya total
Kriteria yang digunakan dalam perhitungan profitabilitas adalah : Profitabilitas > 0 berarti usaha industri yang diusahakan menguntungkan
18
Profitabilitas = 0 berarti usaha industri yang diusahakan mengalami BEP (impas) Profitabilitas < 0 berarti
usaha
industri
yang
diusahakan
tidak
menguntungkan. 8. Efisiensi Usaha Efisiensi produk yaitu banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Kalau efisiensi fisik ini kemudian kita nilai dengan uang maka kita sampai pada efisiensi ekonomi (Mubyarto, 1995). Tersedianya sarana atau faktor produksi atau input belum berarti produktivitas yang diperoleh petani akan tinggi. Namun bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien adalah upaya yang sangat penting .Dalam kaitannya dengan konsep efisien ini dikenal adanya konsep efisiensi teknis/produksi, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi. Efisiensi teknis akan tercapai kalau petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi yang tinggi dapat dicapai bila petani mendapatkan pendapatan besar dari usahataninya, misalnya karena pengaruh harga maka petani tersebut dapat dikatakan mengalokasikan faktor produksi secara efisiensi harga. Selanjutnya kalau petani mampu meningkatkan produksi yang tinggi dengan harga faktor produksi yang dapat ditekan tetapi menjual produksinya dengan harga tinggi, situasi yang demikian
sering
disebut
dengan
istilah
efisiensi
ekonomi
(Soekartawi, 1993). Pengertian efisiensi sangat relatif. Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Efisiensi dapat diketahui dengan menghitung R/C Rasio. R/C Rasio adalah perbandingan antara total penerimaan denga total biaya (Soekartawi, 2001). Efisiensi diperhitungkan melalui analisis R/C (Revenue Cost Ratio) atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematik hal ini dapat dituliskan sebagai berikut :
19
Efisiensi =
TR TC
Keterangan : TR = Penerimaan total dari usaha TC = Biaya total dari usaha. Dimana secara teoritis dengan rasio TR/TC >1 bila suatu usaha itu dikatakan telah efisien dan jika TR/TC <1 berarti usaha tersebut tidak efisien sedangkan TR/TC =1 berarti usaha tersebut belum efisien atau baru mengalami kondisi impas (Soekartawi, 1995). 9. Risiko Usaha Menurut Alwi (1994), ahli-ahli statistik mendefinisikan lebih jelas tentang pengertian risiko dan ketidakpastian sebagai berikut: a. Risiko itu ada jika pembuat keputusan atau perencanaan proyek mampu mengestimasi
kemungkinan-kemungkinan
(probabilities)
yang
berhubungan dengan berbagai variasi hasil yang diterima selama periode investasi sehingga dapat disusun distribusi probabilitasnya. b. Ketidakpastian ada jika pembuat keputusan tidak memiliki data yang bisa dikembangkan untuk menyusun suatu distribusi probabilitas sehingga harus membuat dugaan-dugaan untuk menyusunnya. Para pelaku dalam kegiatan agribisnis dapat menghadapi risikorisiko, seperti risiko produksi (seperti penurunan volume dan mutu produk), risiko pemilikan, risiko keuangan dan pembiayaan, risiko kerugian karena perikatan, serta kerugian karena hubungan tata kerja. Risiko perubahan harga merupakan risiko yang sering menghantui pikiran para pelaku dalam sistem agribisnis (Gumbira, et al 2001). Sekurang-kurangnya ada lima sebab utama terjadinya suatu risiko. Pertama,
ketidakpastian
produksi;
kedua,
tingkat
harga;
ketiga,
perkembangan teknologi; keempat, tindakan-tindakan perusahaan dan orang atau pihak lain; kelima, karena sakit, kecelakaan, atau kematian (Kadarsan, 1992).
20
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Usaha jenang krasikan tingkat rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo telah melakukan produksi sejak lama, bahkan usaha ini telah diwariskan secara turun-temurun. Proses produksinya mudah dan menggunakan peralatan yang sederhana yaitu wajan dan pengaduk untuk pengolahannya. Usaha industri jenang krasikan tersebut tentu memiliki input yang harus dikeluarkan untuk proses produksi yaitu biaya. Karena penelitian ini menggunakan konsep keuntungan, maka biaya dalam usaha jenang krasikan ini dibedakan menjadi dua, yaitu biaya implisit dan biaya eksplisit. Selain itu dalam proses produksinya usaha ini juga menghasilkan output atau keluaran berupa penerimaan. Nilai total dari penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jenang krasikan, yang dirumuskan sebagai berikut : TR = Q × P Keterangan: TR = Total Revenue/ Penerimaan total (Rp) Q = Quantity/ Jumlah Produk (Bungkus) P = Price/ Harga Produk (Rp) Dalam melakukan usaha, setiap produsen akan memperoleh Keuntungan yang merupakan selisih antara penerimaan total dan biaya total. Untuk menghitung jumlah keuntungan yang diperoleh dari proses produksi dapat menggunakan rumus : π = TR – TC Keterangan: π = Keuntungan (Rp) TR = Penerimaan total (Rp) TC = Biaya total (Rp) Usaha
industri
jenang
krasikan
merupakan
usaha
yang
juga
memprioritaskan keuntungan dalam kegiatan produksinya. Sehingga perlu untuk mengetahui tingkat profitabilitas. Tingkat profitabilitas dapat dihitung
21
dengan cara membandingkan antara keuntungan yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi. Kriteria yang digunakan : Profitabilitas > 0 berarti usaha industri jenang krasikan yang diusahakan menguntungkan Profitabilitas = 0 berarti usaha industri jenang krasikan yang diusahakan mengalami impas Profitabilitas < 0 berarti usaha industri jenang krasikan yang diusahakan tidak menguntungkan. Selain berusaha memperoleh keuntungan yang tinggi, produsen juga harus memperhatikan tingkat efisiensi usaha. Efisiensi usaha dapat dihitung dengan menggunakan R/C Rasio, yaitu dengan membandingkan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk berproduksi. R/C Rasio dirumuskan sebagai berikut: Efisien
=
TR TC
Keterangan : TR = Total Revenue/Penerimaan total (Rp) TC = Total Cost/Biaya total (Rp) Kriteria yang digunakan : R/C > 1, berarti usaha industri jenang krasikan yang dijalankan sudah efisien R/C < 1, berarti usaha industri jenang krasikan yang dijalankan tidak efisien R/C = 1, berarti usaha industri jenang krasikan yang dijalankan belum efisien atau masih pada kondisi impas. Dalam menjalankan setiap usaha selain memperoleh keuntungan, pengusaha juga akan menghadapi risiko atas kegiatan usaha tersebut. Risiko merupakan suatu kemungkinan dimana tidak tercapainya tingkat keuntungan yang diharapkan. Risiko dalam usaha industri jenang krasikan ini adalah risiko harga, risiko produksi, dan risiko pasar. Dalam penelitian ini risiko harga, produksi dan pasar tidak diamati, melainkan dapat dihitung dengan ukuran keragaman (variance) dan simpangan baku (standar deviation).
22
Sedangkan hubungan antara simpangan baku dengan keuntungan ratarata dapat diukur dengan koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung produsen dengan jumlah keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung oleh produsen semakin besar dibanding dengan keuntungannya. Batas bawah keuntungan (L) menunjukkan nilai normal yang terendah yang mungkin diterima oleh produsen. Apabila nilai (L) ini sama dengan atau lebih dari nol, maka produsen tidak akan mengalami kerugian. Sebaliknya jika nilai L kurang dari nol maka dapat disimpulkan bahwa dalam setiap proses produksi ada peluang kerugian yang akan diderita produsen. Hubungan antara koefisien variasi (CV) dengan batas bawah keuntungan adalah apabila nilai CV ≤ 0,5 dan nilai L ≥ 0 produsen akan selalu untung atau impas. Sebaliknya apabila nilai CV > 0,5 dan nilai L < 0 produsen akan mengalami kerugian.
23
Adapun kerangka berfikir pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Usaha Industri Jenang Krasikan
Risiko Harga
Masukan (input)
Biaya Eksplisit : 1. Biaya Sarana Produksi a. Biaya Bahan Baku b. Biaya Bahan Bakar c. Biaya Pengemasan d. Biaya Bahan Pelengkap 2. Biaya Lain-Lain a. Biaya Transportasi b. Biaya Pemasaran 3. Biaya Tenaga Kerja Luar
Keluaran (output)
Proses Produksi
Biaya Implisit : 1. Biaya Tenaga Kerja Dalam 2. Biaya Penyusutan Alat 3. Biaya Sewa Tanah 4. Biaya Bunga Modal Investasi
Risiko Produksi
Risiko Pasar
Penerimaan Total
Biaya Total
Analisis Usaha : Keuntungan Tingkat Profitabilitas Efisiensi Risiko Usaha Keterangan : = Variabel-variabel yang diamati pada penelitian ini = Variabel-variabel yang berpengaruh pada penelitian ini tetapi tidak diamati Gambar 1. Kerangka Berfikir Pendekatan Masalah
24
D. Asumsi Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Bahan baku yang digunakan oleh produsen dalam proses produksi berasal dari luar atau melalui pembelian. 2. Produk yang diproduksi semuanya terjual. 3. Faktor produksi berupa tenaga kerja keluarga menerima upah yang besarnya sama dengan upah tenaga kerja luar. 4. Teknologi yang digunakan tidak mengalami perubahan selama penelitian. 5. Aset rumah tidak diperhitungkan karena memiliki fungsi ganda. 6. Harga input dan output menggunakan harga yang berlaku di daerah penelitian. E. Pembatasan Masalah 1. Analisis usaha yang dimaksud dalam penelitian ini didasarkan pada biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi, dan risiko usaha pembuatan jenang krasikan di Kabupaten Sukoharjo. 2. Penelitian ini dibatasi pada produsen yang mengusahakan pembuatan jenang krasikan di Desa Tangkisan Kecamatan Tawangsari dan Desa Kenep Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. 3. Penelitian ini menggunakan data produksi selama periode satu bulan yaitu pada bulan april 2016 dengan rata-rata produksi sekitar 15 kali dalam satu bulan. 4. Penelitian ini menggunakan analisis usaha perbulan atau kegiatan usaha yang di analisis adalah selama 1 bulan masa produksi. F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel 1. Usaha industri jenang krasikan merupakan usaha pengolahan makanan yang menggunakan gula merah sebagai bahan baku utama dan bahan baku pendukung tepung beras ketan, kelapa dan vanilli. Jenang krasikan memiliki warna kecoklatan dan tampak bintik-bintik putih pada permukaan jenang yang merupakan campuran tepung ketan. Jenang krasikan dikemas dalam bungkus sederhana yaitu plastik.
25
2. Proses produksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengolah suatu barang mentah menjadi barang yang lebih bermanfaat dan memiliki nilai tambah. 3. Analisa usaha merupakan analisa terhadap suatu kegiatan usaha dimana dalam hal ini usaha industri yang meninjau dari berbagai hal meliputi: biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi usaha, dan risiko usaha. 4. Biaya eksplisit adalah semua pengeluaran yang dipergunakan untuk membayar sarana produksi (bahan baku, bahan bakar, pengemasan, dan bahan pelengkap), biaya lain-lain (biaya transportasi dan biaya pemasaran), dan tenaga kerja luar. a. Biaya sarana produksi adalah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi secara langsung. Biaya sarana produksi meliputi biaya bahan baku, biaya bahan bakar, biaya pengemasan dan biaya bahan pelengkap. 1) Biaya bahan baku merupakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku utama dalam pembuatan jenang krasikan. Bahan baku dan bahan penunjang dalam pembuatan jenang krasikan yaitu tepung beras ketan, kelapa, dan gula jawa. 2) Biaya bahan bakar adalah bahan penolong untuk proses produksi. Bahan bakar yang digunakan dalam pembuatan jenang krasikan yaitu kayu dan gas. 3) Biaya pengemasan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar bahan yang digunakan untuk membuat tampilan produk lebih menarik dan lebih tahan lama. Bahan yang digunakan dalam pengemasan jenang krasikan adalah plastik pembungkus, plastik mika, dan kertas label. 4) Biaya bahan pelengkap merupakan biaya yang digunakan untuk mendukung
kegiatan
produksi
misalnya
bensin
untuk
menggerakkan mesin dinamo penggilingan beras ketan dan mesin pemarut kelapa.
26
b. Biaya lain-lain merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menunjang keberlangsungan kegiatan industri. Biaya lain-lain yaitu biaya transportasi dan biaya pemasaran. 1) Biaya transportasi adalah biaya untuk sarana pengangkutan dalam pembelian bahan baku. 2) Biaya pemasaran adalah biaya yang digunakan untuk sarana pemasaran produk. c. Biaya tenaga kerja luar merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa tenaga dari seseorang dari luar keluarga. 5. Biaya implisit adalah biaya
yang secara ekonomis harus ikut
diperhitungkan sebagai biaya produksi, meskipun tidak dibayar dalam bentuk uang. Biaya implisit dalam usaha industri jenang krasikan ini meliputi biaya tenaga kerja dalam, biaya penyusutan, biaya sewa tanah, dan biaya bunga modal investasi. a. Biaya tenaga kerja dalam merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa tenaga dari seseorang yang merupakan anggota keluarga. b. Biaya penyusutan merupakan pengurangan nilai suatu input karena umur dan penggunaannya. Rumus penyusutan ialah Penyusutan alat (Rp/tahun) = c. Biaya sewa tanah merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar sewa penggunaan lahan untuk kegiatan produksi yang dinyatakan dalam satuan rupiah. d. Biaya bunga modal investasi merupakan hasil perkalian antara nilai investasi dengaan suku bunga yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). 6. Biaya total adalah semua biaya yang digunakan dalam usaha industri jenang krasikan, yang merupakan hasil penjumlahan antara total biaya implisit dan total biaya eksplisit, yang dinyatakan dengan satuan rupiah (Rp).
27
7. Penerimaan usaha pembuatan jenang krasikan diperoleh dengan cara mengalikan jumlah produksi jenang krasikan yang dihasilkan (Q) dengan harga jual jenang krasikan (P) yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). 8. Keuntungan usaha pembuatan jenang krasikan adalah selisih antara penerimaan total dengan total biaya yang dikeluarkan dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). 9. Profitabilitas merupakan perbandingan antara keuntungan yang diterima oleh pengusaha jenang krasikan dengan total biaya yang dikeluarkan, yang dinyatakan dalam satuan angka. Kriteria yang digunakan : Profitabilitas > 0, berarti usaha industri jenang krasikan yang diusahakan menguntungkan Profitabilitas = 0, berarti usaha industri jenang krasikan yang diusahakan mengalami impas Profitabilitas < 0, berarti usaha industri jenang krasikan yang diusahakan tidak menguntungkan. 10. Efisiensi merupakan ukuran yang digunakan untuk menunjukkan bagaimana baiknya sumberdaya ekonomi digunakan dalam proses produksi sehingga menghasilkan output. Efisiensi usaha pembuatan jenang krasikan adalah perbandingan antara penerimaan total dengan total biaya yang dikeluarkan yang dinyatakan dalam angka. Kriteria R/C sebagai berikut : R/C > 1, berarti usaha industri jenang krasikan yang dijalankan sudah efisien R/C < 1, berarti usaha industri jenang krasikan yang dijalankan tidak efisien R/C = 1, berarti usaha industri jenang krasikan yang dijalankan belum efisien atau masih pada kondisi impas. 11. Risiko Usaha adalah penyimpangan (variasi) hasil pengembalian dari yang diharapkan. Cara mengukur risiko usaha industri jenang krasikan adalah dengan menggunakan perhitungan koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L).
28
a. Koefisien variasi (CV) merupakan hasil bagi antara simpangan baku usaha industri jenang krasikan dengan keuntungan rata-rata usaha industri jenang krasikan. b. Batas bawah keuntungan (L) merupakan nilai normal terendah yang mungkin diterima produsen dan merupakan hasil pengurangan antara keuntungan rata-rata usaha industri jenang krasikan dengan dua kali simpangan baku usaha industri jenang krasikan. Apabila nilai (L) ini sama dengan atau lebih dari nol, maka produsen tidak akan mengalami kerugian. Sebaliknya jika nilai (L) kurang dari nol maka dapat disimpulkan bahwa dalam setiap proses produksi ada peluang kerugian yang akan diderita produsen. c. Kriteria yang digunakan adalah apabila nilai CV ≤ 0,5 dan L ≥ 0 menyatakan bahwa usaha industri jenang krasikan akan selalu terhindar dari kerugian. Sebaliknya apabila nilai CV > 0,5 dan L < 0 maka terdapat peluang kerugian yang akan diterima oleh pengusaha jenang krasikan. 12. Risiko Harga merupakan kemungkinan terjadinya penyimpangan harga input produksi yang tidak sesuai dengan perkiraan untuk kegiatan produksi. Misalnya kenaikkan harga bahan baku, dan lain sebagainya. 13. Risiko Produksi merupakan kemungkinan terjadinya penyimpangan saat kegiatan produksi. Misalnya terjadi kerusakan bahan baku, kerusakan peralatan produksi, terjadinya kesalahan waktu memasak dan lain sebagainya. 14. Risiko Pasar merupakan kemungkinan terjadinya penyimpangan perilaku pasar yang tidak sesuai dengan perkiraan. Misalnya penurunan harga produk, jumlah pembeli yang berkurang dan lain sebagainya.