7
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Keseimbangan Statis a. Definisi Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dan integrasi / interaksi sensorik vestibular, visual dan somato sensorik termasuk propioceptif dan musculoskeletal yang dimodifikasi/ diatur dalam otak sebagai respon terhadap perubahan kondisi eksternal dan internal.(Ma’mun,2000). Keseimbangan statis adalah kemampuan untuk melakukan reaksi terhadap setiap perubahan posisi tubuh,sehingga tubuh stabil.Dalam keseimbangan ini terkandung kemampuan untuk mempertahankanatau mengontrol system saraf otot agar dapat bekerja efisien,baik sewaktu tubuh dalam keadaan diam maupun bergerak ( Nala, 2011) Keseimbangan atau posisi stabil adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dan menunjukkan reaksi terhadap kekuatan. Banyak karakteristik fisik tubuh kita memungkinkan tubuh untuk menunjukkan reaksi seperti duduk,berdiri dan berbaring yang dilakukan secara terkoordinasi. Untuk menjaga keseimbangan banyak bagian dari daerah otak yang diperlukan untuk bekerjasama. Otak merupakan pusat utama untuk mengendalikan keseimbangan mata,telinga dan semua saraf yang melalui tangan dan kaki . Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motoric tidak dapat dipisahkan dari factor lingkungan dan system regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan ( Irfan,2010 : 43). 7
Keseimbangan menurut Permana (2012) ada 2 macam keseimbangan yaitu keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Dalam keseimbangan statis ruang geraknya sangat kecil misal berdiri diatas dasar yang sempit, melakukan hand stand, mempertahankan keseimbangan setelah berputar – putar ditempat. Sedangkan keseimbangan dinamis adalah kemampuan orang untuk bergerak dari satu titik atau ruang ke lain titik dengan mempertahankan keseimbangan. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keseimbangan statis merupakan kemampuan posisi tubuh dalam mempertahankan posisi berdiri dengan ruang gerak yang terbatas. b. Fisiologi keseimbangan Fisiologi keseimbanganmenurut Guyton (2006) adalah diawali dengan adanya informasi keseimbangan tubuh yang ditangkap oleh reseptor vestibular,visual dan propioceptif. Dari ketiga jenis reseptor tersebut , reseptor vestibuler yang punya kontribusi paling besar (>50%) kemudian reseptor visual dan yang paling kecil konstribusinya adalah propioceptik. Apparatus vestibularis adalah organ sensoris yang mendeteksi sensasi – sensasi mengenai keseimbangan.Terdiri dari suatu labirintus osseus yang mengandung labirintus membranaseus, bagian fungsional dari apparatus ini.Utrikulus,sakulus dan kanalis semisirkularis sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan.Pada dinding utrikulus dan sakulus ada daerah kecil dengan diameter yang sedikit lebih besar dari 2mm dan disebut macula. Tiap macula ini merupakan suatu daerah sensoris untuk mendeteksi orientasi kepala berkenaan dengan arah tarikan gravitasi atau gaya percepatan lainnya. Tiap macula dilapisi dengan suatu lapisan gelantinosa tempat tertanam banyak Kristal kecil kalsium
9
karbonat yang disebut otokonia.Didalam macula juga terdapat ribuan sel rambut yang menjulurkan silia keatas kedalam lapisan gelatinosa. Di sekitar dasar sel rambut melilit akson – akson sensoris dari nervus vestibularis.Bahkan dalam keadaan istirahat kebanyakan serabut saraf yang mengelilingi sel rambut tersebut mengirimkan serangkaian impuls saraf yang kontinu. Pembengkokan silia suatu sel rambut kesatu sisi menyebabkan lalu lintas impuls di dalam serabut sarafnya meningkat secara menyolok, pembengkokan silia kesatu sisi yang berlawanan menurunkan lalu lintas impuls tersebut, sering menghentikannya sama sekali. Oleh karena itu ketika orientasi kepala didalam ruang berubah dan berat otokonia membengkokkan silia tersebut, kemudian isyarat – isyarat yang sesuai dikirimkan keotak untuk mengatur keseimbangan.Didalam tiap macula berbagai sel rambut diorientasikan ke berbagai arah sehingga beberapa diantaranya terangsang ketika kepala membungkuk ke depan, beberapa terangsang ketika ia membungkuk kebelakang lainnya ketika ia membungkuk pada satu sisi dan sebagainya. Oleh karena itu suatu pola eksitasi yang berbeda terjadi didalam macula untuk tiap posisi kepala.(Guyton,2006)
Gambar 2.1 Fisiologi keseimbangan c. Komponen Pengontrol Keseimbangan Dalam keseimbangan terdapat beberapa komponen yang berfungsi sebagai pengontrol keseimbangan yaitu : 1) Sistem informasi Sensoris Sistem sensoris disini terdiri dari: a). Visual Visual memegang peranan penting dalam sistem sensoris. Keseimbangan akan berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar focus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasikan dan mengatur
jarak gerak sesuai
lingkungan tempat
berada.Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar berasal dari objek sesuai jarak pandang.Dengan informasi visual maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan
11
kerja otot yang sinergi mempertahankan keseimbangan tubuh. Dengan demikian visual berperan sebagai control jarak terhadap objek dan memberikan sinyal posisi gerakan kepala sebagai respon pada objek dan lingkungan. b). Sistem Vestibular Komponen
vestibular
merupakan
system
sensoris
berfungsi
penting
dalamkeseimbangan, control kepala, gerak bola mata.Reseptor sensorisvestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada system vestibular meliputi kanalis semisirkularis,utrikulus serta sakulus. Reseptor dari system sensoris ini disebut dengan system labyrinthine.System labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut.Melalui reflek vestibule ocular mereka mengontrol gerak mata terutama ketika melihat obyek yang bergerak.Mereka meneruskan pesan melalui kedelapan saraf kranialis ke nucleus vestibular yang berlokasi di batang otak.Beberapa stimulus tidak menuju nucleus vestibular tetapi keserebellum,reticular formasi, thalamus dan korteks serebri.Nucleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth,reticular formasi dan serebellum. Keluaran (output) dari nucleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medulla spinalis, terutama ke motor neuron yang menginnervasi otot – otot proksimal,kumparan otot pada leher dan otot – otot punggung (otot – otot postural). System vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot – otot postural.Peran vestibular antara lain menjaga midline tubuh,posisi dan gerakan kepala,control postur dan tonus.
Gambar 2.2 sistem vestibular (Sumber . www.snipview.com) c). Somatosensoris System somatosensoris terdiri dari taktil atau propioceptif serta persepsi kognitif.Informasi propioceptif disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medulla spinalis.Sebagian besar masukan (input) propioceptif menuju cerebellum ,tetapi adapula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan thalamus. Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indera dalam dan sekitar sendi. Alat indera tersebut adalah ujung – ujung saraf yang
beradaptasi lambat
di synovial dan
ligamentum.Impuls dari alat indera ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain, serta otot diproses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang. 2) Respon Otot Postural Yang Sinergis Respon otot – otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukanuntuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot – otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi,titik tumpu, gaya gravitasi dan aligment. Perlu dipahami
13
bahwa masalah utama dari system motor control tidak hanya pada aktivitas otot agonis semata atau yang sering disebut sebagai primemover,akan tetapi melibatkan komponen otot antagonis dan otot stabilisator postur yang bekerja secara sinergis dan terintegrasi.
Gambar 2.3 postural control (Guyton,2006) 3) Kekuatan Otot (Muscle Strength) Kekuatan otot diperlukan dalam melakukan berbagai aktivitas.Kekuatan otot adalah kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal maupun beban internal.Kekuatan otot sangat berhubungan dengan system neuromuscular yaitu seberapa besar kemampuan system saraf mengaktivasi otot untuk melakukan kontraksi.Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktivasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. Kekuatan otot dari kaki,lutut serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya tekanan gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya gravitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh. Kemampuan otot untuk melakukan reaksi tegak dan stabil merupakan bentuk dari aktivitas otot untuk
menjaga keseimbangan baik saat statis maupun dinamis.Hal tersebut dilakukan jika otot memiliki kekuatan dengan besaran tertentu. 4) Adaptive System Merupakan kemampuan adaptasi akan memodifikasi masukan sensoris dan keluaran motoric ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan. Kemampuan adaptasi terhadap lingkungan dan perubahannya akan sangat menentukan proses pembelajaran motoric sampai menghasilkan gerakan trampil dan fungsional. 5) Lingkup Gerak Sendi (Joint Range Of Motion) Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi serta keterjangkauan lingkup gerak sendi untuk memenuhi kebutuhan gerak yang memungkinkan untuk seimbang. d. Faktor – faktor yang mempengaruhi keseimbangan Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keseimbangan yaitu : 1). Gaya gravitasi bumi Gaya gravitasi merupakan gaya tarik bumi terhadap sesuatu benda, hal ini berlaku pada tubuh manusia dimana tekanan gravitasi bekerja pada tubuh manusia baik dalam keadaan statis maupun dinamis. 2). Pusat gravitasi (Center Of Gravity COG) Pusat gravitasi terdapat pada semua objek. Pada benda pusat gravitasi terletak tepat ditengah benda tersebut.Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat diatas pinggang diantara depan dan belakang vertebra sacrum kedua.
15
Kemampuan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan dalam berbagai bentuk posisi tubuh sangat dipengaruhi oleh kemampuan tubuh menjaga centre of gravity untuk tetap dalam area batas stabilitas tubuh (stability limit). Stability limit merupakan batas dari luas area dimana tubuh mampu menjaga keseimbangan tanpa adanya perubahan tumpuan. 3). Garis gravitasi (line of gravity –LOG) Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertical melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi ,pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah untuk menentukan derajat stabilitas tubuh.
Gambar 2.4 Gravity Line (Sumber: Irfan,2010)
4). Bidang Tumpu (Base of support –BOS) Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan.Ketika garis gravitasi tepat berada dibidang tumpu tubuh dalam keadaan seimbang. Semakin besar bidang tumpu , semakin tinggi stabilitas.
Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Base of support (BOS) pada gerak manusia akan memberikan reaksi pada pola gerak individu. BOS merupakan komponen stabilisasi pada fungsi gerak, sehingga kondisi BOS akan menghasilkan reaksi gerak pada tubuh. Akibat adanya perbedaan letak dari BOS tersebut,maka reaksi gerak tubuh yang dihasilkan juga mengalami perbedaan yaitu pola gerak yang dilakukan simpanse lebih mengayun kesisi lateral (samping).
Gambar 2.5 Bidang Tumpu (Sumber : Irfan,2010) e. Standing stork test 1). Definisi Merupakan suatu tes untuk mengetahui keseimbangan statis pada atlet saat berdiri satu kaki . Untuk tes keseimbangan fungsional standing stork test umumnya dipakai sebagai gold standar dibanding test keseimbangan lainnya pada usia 15 – 30 tahun Tabel 2.1 standing stork test Fitness level
Man and women
17
Excellent
50 detik
Good
40 – 49 detik
High Average
26 – 39 detik
Low Average
11 – 25 detik
Poor
< 10 detik
(Sumber:Evaluating Health Related Fitness Workbook Cambrigde University)
2). Prosedur a. Testee berdiri tegak tanpa sepatu dengan mata tertutup dan kaki bertumpu pada satu kaki b. Ujung jari kaki yang lain ditempelkan pada lutut bagian dalam dan kedua tangan bertolak pinggang c. Setelah aba – aba, kaki jinjit dan pertahankan sikap ini selama mungkin tanpa menggeser telapak kaki dari tempat semula atau memindahkan kedua tangan dari pinggang. 3). Perlengkapan a. Stop watch b. Balok yang permukaan rata 4). Penilaian Waktu terbaik dari dua kali percobaan dicatat sampai dalam detik 2. Latihan metode Core Stability
a.
Pengertian Core Stability Core stability secara definisi adalah kemampuan untuk mengontrol posisi dan gerakan batang badan melalui panggul dan kaki untuk memungkinkan produksi optimal,transfer dan control kekuatan dan gerakan ke segmen terminal dalam aktifitas rantai kinetic terintegrasi (Kibler,2006). Core stability merupakan komponen penting dalam memberikan kekuatan lokal dan keseimbangan untuk memaksimalkan aktivitas secara efisien (Lederman, 2009). Core stability berhubungan dengan bagian tubuh yang dibatasi oleh dinding perut, pelvis, punggung bagian bawah dan diafragma serta kemampuannya untuk menstabilkan tubuh selama gerakan.Otot-otot utama yang terlibat meliputi transversus abdominis, obliques internal dan eksternal, Quadratus lumborum dan diafragma. Diafragma adalah otot utama untuk menghirup napas pada manusia dan lain sebagainya, sangat penting dalam memberikan kekuatan core stability saat bergerak dan mengangkat beban(Lederman, 2009). Core adalah daerah lumbo pelvic hip kompleks. Daerah core adalah letak atau tempat dari pusat perkenaan gaya gravitasi dan tempat awal semua gerakan. Efisiensi dari core dimaksudkan untuk memelihara hubungan pemanjangan normal dari fungsi agonis dan antagonis, yang mana akan meningkatkan hubungan
dari
kedua
kekuatan
pada
daerah
lumbopelvic
hipcomplex
(Kibler,2006). Core stability merupakan kemampuan untuk mengontrol posisi dan pergerakan bagian tengah tubuh. Latihan stabilitas inti menargetkan otot di dalam perut yang terhubung ke tulang belakang, panggul dan bahu yang membantu
19
dalam maintanance dari postur yang baik dan menyediakan fondasi untuk semua gerakan lengan dan kaki. Core stability merupakan salah satu factor penting dalam postural set. Core stability merupakan komponen penting dalam memberikan kekuatan local dan keseimbangan untuk memaksimalkan aktivitas secara efisien (Ahmadi et al,2012). Latihan core stabilityakan membantu memelihara postur yang baik dalam melakukan gerak serta menjadi dasar untuk semua gerakan pada lengan dan tungkai.Hal tersebut menunjukkan bahwa hanya dengan stabilitas postur (aktivitas otot core stability) yang optimal, maka mobilitas pada ekstremitas dapat dilakukan dengan efisien. Menurut (Kibler,2006) peningkatan pola aktivitas core stability juga menghasilkan level aktivasi pada ekstremitas atau anggota gerak sehingga mengembangkan kapabilitas untuk mendukung atau menggerakkan ekstremitas. Core stability memerlukan gerakan thrunk control dalam 3 bidang.Dalam mempertahankan stabilitas semua bidang gerak otot – otot teraktivasi dalam pola yang berbeda dari fungsi utamanya sebagai stabilisator saat aktivasi dari bidang frontal. Aktivasi otot quadrates lumborum terjadi pada gabungan dengan fleksi,ekstensi dan lateral fleksi untuk menopang spine dalam bidang gerak sehingga membuatnya lebih dari sekedar stabilisasi pada bidang frontal. Salah satu sumber dari otot – otot core adalah diafragma,kontraksinya terjadi secara simultan dari diagfragma (kahle ,2009) Core stability exercise bertujuan untuk meningkatkan stabilitas dan keseimbangan, meningkatkan fungsi sensomotor dan memudahkan tubuh untuk bergerak secara efektif dan efisien. Latihan core stability dapat membentuk
kekuatan pada otot – otot postural hal ini akan meningkatkan stabilitas pada trunk dan postur,sehingga dapat meningkatkan keseimbangan. Selain itu pada saat terjadi peningkatan core akan diikuti oleh gerakan ekstensi hip,knee dan peningkatan kekuatan otot – otot ankledan juga terjadi perbaikan konduktifitas saraf. Pemberian core stability mempunyai kaitan antara core stability dengan hip,knee dan ankle. Hal ini karena semua bagian tubuh terhubung satu sama lain baik secara langsung ataupun tidak langsung. Selain itu juga sesuai dengan teori iradiasi yaitu bila terdapat stimulus yang kuat pada satu region tertentu maka stimulus tersebut akan disebarkan keregio lain (terutama region yang berdekatan dengan region yang terstimulus tersebut). Jika core kuat maka otot – otot pada hip,knee dan ankle juga akan menjadi kuat. Dengan adanya kekuatan pada core otot – otot hip,knee dan ankle dapat meningkatkan kecepatan. Kekuatan merupakan salah satu factor selain power dan daya koordinasi yang mempengaruhi kecepatan bergerak atlet sehingga akurasi dapat tercapai,karena semakin tinggi kekuatan otot dan power,kecepatan bergerak dan akurasi semakin meningkat. Pada core stability selain terjadi peningkatan kekuatan otot juga akan terjadi peningkatan fleksibilitas. Hal ini terjadi karena pada saat suatu otot berkontraksi,maka terjadi penguluran atau stretch pada otot – otot antagonisnya. b. Anatomi Core stability Core Stability berpengaruh terhadap stabilitas.Pada aktifitasnya core stability dipengaruhi oleh otot – otot superficial (global) dan otot – otot deep (core).Otot – otot superficial (global) dan otot – otot dalam (core) fungsi utamanya untuk mempertahankan postur. Otot – otot global yang multi segment merupakan suatu
21
hubungan besar yang merespon beban eksternal yang dikenakan pada trunk yang bergeser pada pusat massa tubuh (center of mass) . Reaksi dari core stability adalah reaksi yang spesifik untuk mengontrol oreintasi pada spinal. Otot – otot global tidak mampu untuk melakukan stabilisasi pada individual segment spinal kecuali melalui penekanan beban pada vertebra.Jika suatu individual segment tidak stabil,penekanan beban dari hubungan global dapat mengakibatkan atau menimbulkan nyeri sebagai stress yang terdapat pada jaringan inert pada akhir dari lingkup segmen tersebut. Terdapat beberapa fungsi dari global musclediantaranya adalah : a) Menghubungkan kepala dan leher ke trunk b) Menstransfer beban eksternal antara trunk dan panggul c) Pengendalian orientasi tulang belakang dalam ruang (global postural control) d) Penghasil torsi besar e)Pada beban rendah bertindak secara mandiri untuk memulai gerakan f) Pada beban tinggi bertindak secara bilateral untuk menstabilkan trunk dengan splinting. g)Memiliki pengaruh langsung pada zona netral dan segmental control h)Target oleh latihan dan kekuatan pelatihan umum i)Terlibat dalam strategi substitusi Sedangkan Global muscle terdiri dari beberapa macam otot diantaranya adalah: a) M. rectus abdominis b) M. obliques external dan internal c) M. quadrates lumborum d) M. erector spine
e) M. illopsoas Sedangkan fungsi deep/local muscleadalah : a) Terletak dalam,dekat dengan pusat rotasi,yaitu ideal untuk mengendalikan gerak intersegmental b) Otot intersegmental kecil mungkin memiliki peran propioceptif c) Peningkatan gerak zona netral menyimpang dapat diatasi oleh aktivitas system
Gambar 2.6 Otot Bagian Core (Sumber :amazone)
c. Efek Latihan metode Core stability Core stability adalah kemampuan untuk mengontrol posisi dan gerak dari thrunk sampai pelvic yang digunakan untuk melakukan gerakan secara optimal dalam proses perpindahan,kontrol tekanan dan gerakan saat aktivitas. Core stability memerlukan gerakan thrunk control dalam 3 bidang. Dalam mempertahankan stabilitas semua bidang gerak otot – otot teraktifasi dalam pola yang berbeda dari fungsi primer atau utamanya. Diantaranya M. Quadratus lumborum fungsi utamanya sebagai stabilisator saat aktifasi dari bidang frontal. Aktivasi dari M.quadratus
23
lumborum terjadi pada gabungan dengan fleksi,ekstensi dan lateral fleksi untuk menopang spine dalam bidang gerak sehingga membuatnya lebih dari sekedar stabilisasi pada bidang frontal. Salah satu sumber dari otot – otot core adalah diafragma, kontraksinya terjadi secara simultan dari diafragma. Otot – otot pelvic floor dan abdominal diperlukan untuk meningkatkan intra abdominal pressure dan memberikan rigiditas cylinder untuk menopang thrunk,menurunkan beban pada otot – otot spine dan meningkatkan stabilitas trunk. Kontribusi diafragma pada intra abdominal pressure penting sebelum menginervasi gerakan – gerakan dari extremitas atau anggota gerak sehingga thrunk menjadi stabil. Pada saat latihan core stability akan terjadi peningkatan kerjasama atau koordinasi intermuscular antara group otot yang berbeda sehingga terjadi peningkatan efisiensi gerakan koordinasi yang terjadi pada 2 – 3 minggu pertama setelah latihan rutin. Kemudian dihasilkan berupa meningkatnya kerjasama serabut otot untuk memproduksi tenaga perubahan ini terjadi selama 4 – 6 minggu latihan. Selain efek terhadap otot pada sendi yaitu adanya propioceptif pada sendi tersebut maka pada saat latihan sendi akan lebih stabil karena ditunjang juga oleh kekuatan otot dan stabilitas dari ligament sehingga terjadi peningkatan stabilitas sendi. d. Bentuk Latihan metode Core Stability Untuk meningkatkan keseimbangan ada 6 macam bentuk latihan metode Core Stability diantaranyaadalah : 1). Crunche
a. Posisi awal
: berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan kaki datar
dilantai b. Gerakan
: “Crunch” atau fleksi trunk, untuk mengangkat bahu dari lantai
cobalah untuk tidak menggunakan otot – otot fleksor pinggul untuk melakukan gerakan ini atau gunakan lengan untuk menarik kepala.
Gambar 2.7 Crunche 2). Dynamic leg and back a.
Posisi : asumsikan posisi yang sama seperti untuk “static leg and back”
b. Gerakan : turunkan panggul tetapi tidak memungkinkan untuk memiringkan atau menyentuh lantai ini harus lambat,gerakan terkontrol. Kemudian kembali keposisi semula,mengembalikan garis lurus dari bahu sampai kaki.
25
Gambar 2.8 Dynamic leg and back 3). Superman a.
Posisi : seimbangkan tangan dan lutut pada lantai serta punggung harus rata dan
pinggul sejajar dengan lantai. b.
Gerakan : Tengkurap diatas matras dengan lengan dan kaki diluruskan, bawa
tangan kedepan dan angkat setinggi bahu, mempertahankan posisi ini, angkat berlawanan lengan dan kakiu yang berlawanan memastikan bahwa pinggul Anda tetap menempel dengan matrastahan selama 3-5 detik dan sisi sebaliknya
Gambar 2.9 Superman
4). Static leg and back
a.
Posisi : berbaring telentang dengan lutut membungkuk dan kaki rata di lantai.
Angkat panggul sehingga memebentuk posisi jembatan dengan garis lurus berjalan dari bahu ke lutut. b.
Gerakan : angkat kaki kanan dari lantai dan memperpanjang sehingga
melanjutkan garis lurus harus dapat merasakan panggul kiri,punggung dan perut bagian bawah bekerja untuk menjaga posisi. Tahan selama 30 detik kemudian ulangi pada kaki yang lain.
Gambar 2.10 Static leg and back 5). Hundreds a.
Posisi : berbaring telentang dengan tangan disisi tubuh.
b.
Gerakan : angkat kaki dan tekuk sehingga membentuk sudut siku – siku
dipinggul dan lutut. Fokus pada menjaga pinggul dan kaki benar – benar diam dan punggung rata.
27
Gambar 2.11 Hundred 6). The Plank a. posisi : berbaring di atas matras dengan lengan/siku dimatras. b. gerakan : bangun sehingga anda bertumpu pada lengan bawah dan kaki, mempertahankan keseimbangan pada perut serta punggung harus benar – benar lurus.tahan posisi ini selama 15 detik – 1 menit.
Gambar 2.12 the plank
3. Pilates
a.
PengertianPilates Pilatesadalah suatu latihan yang menggabungkan kedua unsur fisik dan mental.
Teknik ini berfokus pada "kekuatan tubuh " sebagai inti. Pada Pilates intinya terletak pada perut, gluteal, dan otot-otot paraspinal pada khususnya. Latihan Pilates melibatkan perjalanan multiplanar progresif pada batang tubuh dan anggota badan. Masing-masing dimulai dengan menstabilkan otot-otot inti dan kemudian hasil melalui berbagai pengendalian gerak.Tujuan adalah untukmeningkatkan kekuatan ototdan daya tahanserta fleksibilitasdanmemperbaiki postur tubuhdan keseimbangan (akhutota,2008) Latihan
ini
ditujukan untuk
meningkatkan
fleksibilitas
tubuh dan
kesehatan,kekuatan inti,postur,dan koordinasi bernafas dengan gerakan (Neil et all,2004). Saat kekuatan otot inti meningkat maka memberikan kontribusi untuk stabilitas regio lumbo pelvic,sehingga menyebabkan kerja otot-otot lain dalam melakukan gerakan tubuh menjadi lebih baik dan ringan. Selain dapat meningkatkan stabilitas tubuh,pilates juga memperbaiki postur tulang belakang terhadap
postur
tubuh
normal
dan
mengatasi
masalah-masalah
yang
ditimbulkannya.Jika tulang belakang dalam posisi yang normal maka dapat menahan beban dengan baik sehingga tubuh bisa bergerak dengan efisien dan bebas. b. Prinsip dasarPilates Metode pilates
menggabungkan teori moderen ilmu olahraga dan
rehabilitasi tulang belakang melalui lima prinsip dasar. Sebagai dasar teknik dari latihan, prinsip-prinsip biomekanik yang terkait dengan kesadaran tubuh dan keselarasan. Bukannya entitas yang terpisah, lima prinsip: bernafas, penempatan
29
panggul, penempatan tulang rusuk, gerakan belikat dan stabiliasi, penempatan kepala dan leher. Bekerja sama untuk menciptakan latihan cerdas yang aman dan efektif. Ini akan membantu meningkatkan ketrampilan kemudian menuai keuntungan penuh dari metode ini . 1) Pernafasan Menggabungkan pernafasan yang tepat selama latihan dapat membantu rileksasi otot-otot dan menghindari ketegangan yang tidak diperlukan.Pola nafas santai dan penuh dapat
meningkatkan fokus dan konsentrasi disetiap
gerakan.Pernafasan yang tepat juga dapat membantu mencapai stabilitas yang dinamis selama latihan.Dalam semua latihan nafas, kesadaran dan stabilisasi harus terjadi sebelum gerakan yang sebenarnya. Pola nafas digunakan selama latihan pilates harus memberikan kontribusi untuk pelaksanaan gerakan. Bernafas pendek-pendek hanya bagian dari kasus rusuk yang dapat menyebabkan terlalu sering menggunakan otot-otot pernafasan aksesoris dan meciptakan ketegangan didaerah leher dan bahu. Disini dianjurkan untuk bernafas dengan menggunakan ruang tiga dimensi yang ada dirusuk, memperluas rib posterior dan lateral.Harus ada keterlibatan tekanan dinding perut dan diafragma yang menyebabkan perut untuk memperluas sedikit juga penting untuk lobus bawah paru-paru, karena ada pertukanran gas yang lebih efisien. 2) Penempatan panggul Pilates menekankan stabilisasi panggul dan tulang belakang lumbar dalam berbagai posisi. Ada dua posisi yang sering digunakan untuk mencapai stabilitas yaitu netral dan imprint.
Dalam penempatan netral kurva normal, sedikit cembung anterior, ada celah dibawah lumbar, dalam banyak kasus ketika terlentang, segitiga yang dibentuk ASIS dan simfisis pubis harus terletak sejajar dengan matras. Ini adalah yang paling stabil dan optimal dalam menjaga kestabilan dan merupakan posisi yang baik dalam membentuk pola gerakan yang efisien.Jika tulang kemalan lebih redah dari ASIS, hasilnya adalah anterior panggul, jika tulang kemaluan lebih tinggi, hasilnya panggul posterior. Posisi imprint harus digunakan untuk memastikan stabilitas panggul dan lumbar jika keselarasan netral tidak bisa untuk stabil. Saat beban lebih besar dari kekuatan otot perut, menempatkan mereka pada posisi yang dipersempit akan memberikan keuntungan mekanis untuk mempertahankan keterlibatan dan menstabilkan
daerah
lumbo-panggul.
Ini
akan
sangat
bermanfaat
ketika
kecenderungan postur tertentu seperti hiper lordosis. Ketika anggota tubuh bagian bawah aman diatas matras dalam open chain kinetik, panggul dan lumbar idealnya adalah netral.Melakukan suatu latihan kinetik dengan open chain kinetikakan meningkatkan stabilitas untuk panggul dan tulang belakang.Jika kekuatan otot perut sudah cukup kuat untuk menstabilkan, penempatan netral dapat digunakan untuk open chain kinetik. 3) Penempatan tulang rusuk Sebagai otot perut menempel pada tulang rusuk yang lebih rendah, mereka harus direkrut untuk mejaga tulang rusuk dan tulang thorakal sejajar dengan baik, sering tulang rusuk akan cenderung untuk mengangkat dari posisi terlentang atau menyimpang kedepan dalam posisi duduk saat melakukan gerakan tangan diatas kepala.
31
Memanfaatkan pola yang digambarkan dalam prinip pernafasan dan mempertahankan keterlibatan perut setiap saat, dapat memantau keselarasan dada.Ketika terlentang dalam posisi netral, tidak memungkinkan tulang rusuk untuk terangkat dari matras, atau mendorong tulang rusuk ke matras. Memposisikan tulang rusuk keposisi posterior, lateral dan anterior setiap inhalasi memungkinkan kedua sisi tulang rusuk untuk menutup satu sama lain selama pernafasan. Menghindari terlalu menekan rusuk ke matras selama pernafasan, yang dapat menyebabkan fleksi berlebihan dari tulang dada, hiperextensi dari servical dan menyebabkan deaktivasi transfersus abdominis. 4) Gerakan dan stabilisasi scapula Menstabilkan skapula pada tulang rusuk sangat penting karena berfungsi sebagai jangkar untuk lengan serta mendukung tulang leher.Ketika hal ini tidak dilakukan, ada kecenderungan untuk kerja paksa otot leher dan bahu.Menyadari scapular stabilisasi setiap saat.Ketika tulang belakang netral dan lengan dengan sedang istirahat, ketika tulang belakang meregang atau meluas, ketika lengan bergerak kesegala arah.Dalam membuat ROM yang lebih besar bagi lengan, skapula dapat bergerak ke elevasi, depresi, protraksi, retraksi, dapat memutar ke arah upword atau downword, atau melakukan kombinasi diatas. 5) Penempatan leher dan kepala Leher
harus
dalam
posisi
kurva
netral
dan
tengkorak
harus
menyeimbangkan langsung diatas bahu ketika vertical.Hubungan ini juga harus dipertahankan di semua posisi. Jika ada kiposis atau postur kepala kedepan, bantal busa mungkin diperlukan dalam posisi terlentang untuk mencegah leher overextending dan
menciptakan ketegangan yang tidak perlu.Dalam banyak kasus, cervikal harus segaris dengan thorakal selama flexi, extensi, lateroflexi dan rotasi.Saat fleksi, thorakal melengkung sedangkan leher hanya mengikuti dan tidak memaksakan leher untuk fleksi.Fleksi cranio vertebral hanya ada dua ruas yang bergerak dari cervical yaitu C0 dan C1. c. Manfaat Pilates Pemberian latihan pilates memberikan banyak manfaat, diantaranya : 1) Meningkatkan rekruitmen motor unit sehingga menciptakan peningkatan kekuatan otot 2) Aktivasi local muscle 3) Meningkatkan fleksibilitas 4) Memperbaiki alignment 5) Memberikan keseimbangan kerja otot sehingga mampu mencegah cedera muskuloskeletal 6) Pola nafas yang lebih efisien dan sirkulasi darah yang lebih baik d. Bentuk-bentuk gerakan Pilates 1) Spine strect forward Posisi awal : Duduk tegak di tulang duduk dengan pelvis dan dan punggung netral dan vertikal, fleksi hip 90 derajat dengan menempel di matras, stabilisasi bahu, angkat kedua lengan setinggi bahu, memanjang ke depan. Inhale : untuk persiapan Exhale: dimulai dari atas kepala dan secara berurutan mengartikulasikan punggung sampai flexi ke depan, jaga bahu tetap stabilisasi.
33
Inhale: ditempat jaga posisi flexi ke depan Exhale: dimulai dari tulang duduk dan kembali keposisi awal
Gambar 2.13 Spine strect forward 2) Pelvic curl Posisi awal: Supine, pelvis dan punggung netral. Lutut flexi, kaki abduksi, pinggul dengan kaki jaga jarak tidak terllau dekat ataupun terlalu jauh, tangan memanjang disamping badan, palm menghadap ke bawah. Latihan: Inhale: ditempat Exhale: dimulai dari tulang ekor dan tulang belakang secara berurutan mengartikulasikan melalui flexi sampai bertumpu pada punggung atas. Extensi hip join sebanyak mungkin tanpa extensi yang berleihan pada lumbar. Inhale : jaga posisi, memperluas samping dan belakang dari tulang rusuk Exhale: dimulai dari thoracal dan secara berurutan mengartikulasikan tulang belakang sampai flexi pada matras, terakhir kembali ke posisi netral.
Gambar 2.14 Pelvic curl 3) Criss cross Posisi awal : Supinasi dengan badan bagian atas fleksi dari matras.Posisi netral.Kaki menempel di matras dengan lutut dibuka selebar panggul. Tangan diletakkan dibelakang kepala Latihan: Inhale: ditempat Exhale: putar badan kearah kanan dengan punggung tetap fleksi Inhale: kembali posisi tengah Exhale: putar adan kearah kiri dengan punggung tetap fleksi Inhale: kembali ke tengah Exhale: turukan badan dan kembalikan keposisi netral.
Gambar 2.15 Criss cross
35
4) One leg circle Posisi awal: Supinasi, pelvis dan punggung netral. Kaki lurus, satu kaki memanjang 1 garis dengan tulang duduk, yang satunya memanjang ke atas dengan fleksi hip 90 derajat, ankle plantar fleksi, jari kaki point, lengan memanjang samping badan, palms menghadap ke bawah, stabilisasi scapula. Latihan: Inhale : untuk pertama setengah dari lingkaran, bawa kaki digaris tengah kemudian arahkan setengah lingkaran kedalam. Exhale: untuk setengah lingkaran yang kedua, bawa kaki digaris tengah kemudian bikin setengah lingkaran lagi untuk memenuhi lingkaran. Putar tungkai 5 kali dalam satu arah dan 5 kali dalam arah yang berlawanan.
Gambar 2.16 One leg circle 5) Hundred Posisi awal:
Supine, posisi imprint.Kaki paralel dan abduksi di atas dengan fleksi knee, enkle plantar flexi (posisi tabletop).Tangan memanjang disamping badan, telapak tangan menghadap ke bawah, stabilisasi skapula. Latihan: Inhale: di tempat Exhale: angkat dan lengkungkan punggung dengan flexi neck dan stabilisasi dari belikat, angkat tangan ssetinggi bahu. Inhale: untuk 5 hitungan, jaga posisi punggung tetap flexi, scapula dan pelvic stabilisasi saat melakukan pulses vertikal kecil dengan bahu. Exhale: untuk 5 hitungan, selanjutnya untuk puls bahu
Gambar2.17 Hundred
6) Mermaid stretch Posisi awal:
Duduk tegak dengan kedua kaki menyilang atau satu kaki tekuk
kedepan dan satu kaki ditekuk kebelakang, satu tangan memanjang ke atas langitlangit dan satu tangan rilek disamping badan Latihan: Inhale : untuk persiapan
37
Exhale: bawa satu tangan kanan kearah langit-langit, turunkan bahu sebelah kiri dan lengkungkan bada kesisi kiri Inhale : kembalikan badan keposisi awal dengan tangan kakan tetap mengkadap kelangit-langit Exhale: turunkan tangan sebelah kanan Inhale: bawa tangan kiri kearah langit-langit Penuhi 8-10 pengulangan dimasing-masing sisi.
Gambar 2.18 Mermaid stretch 7) Rolling like a ball Posisi awal: Keseimbangan dalam posisi duduk, dengan ASIS tergulung dari femur untuk membawa berat dari punggung ke tulang duduk.Punggung flexi, membentuk curva C, dengan mata fokus memandang kearah lutut.tungkai adduksi, hip dan knee fleksi, kaki plantar fleksi, jari-jari kaki menempel di matras dan point.Tangan disamping lutut, stabilisasi skapula. Latihan:
Inhale : jaga kurva C dan jarak dari tungkai ke dada, dimulai dari kontraksi perut untuk memperdalam fleksi dari lumbar dan roll backward tidak melebihi daerah dada bagian atas. Exhale : jaga kurva C dan jarak dari tungkai ke dada, dimulai dari kontraksi abdominal untuk memperdalam fleksi dan roll ke depan untuk kembali keposisi awal. Ulang 8-10kali
Gambar 2.19 Rolling like a ball 8) Single leg stretch Posisi awal: Supinasi dengan badan bagian atas fleksi dari matras.Posisi imprint.Kaki ke tabletop.Tangan pegangan di tungkai, stabilisasi skapula. Latihan: Inhale :Untuk persiapan ambil nafas Exhale: ekstensikan satu tungkai dengan diagonal, majukan pegangan tangan pada kaki, tangan berada didalam pada lutut yang fleksi Inhale: mulai beralih kaki dan tangan
39
Exhale: sepenuhnya extensi kaki yang lain, ganti tangan untuk fleksi tungkai penuhi 8-10 pengulangan.
Gambar 2.19 single leg stretch 9) Double leg stretch Posisi awal: Supinasi dengan badan bagian atas fleksi dari matras.Posisi imprint. Kaki ke table top. Tangan pegangan di tungkai, stabilisasi skapula. Latihan: Inhale : Untuk persiapan ambil nafas Exhale: jaga tubuh bagian atas tetap fleksi, stabilisasi scapula dan letakkan kedua tangan disamping lutut dengan sedikit fleksi elbow. Panjangkan kaki sampai serendah imprint masih bisa terjaga. Inhale: tekuk lutut ke posisi tabletop dan lengan membentuk lingkaran yang membuka dan memutar ntuk kembali ke kaki.
Gambar 2.20 Double leg stretch 10) Rest position Posisi awal: Duduk dengan lutut ditekuk, duduk di tumit, kedua kaki sedikit abduksi, punggung fleksi ke depan melebihi tungkai, bahu rileks memanjang ke depan atau kesamping toro di matras. Latihan: Inhale : jaga abdominal yang terlibat dan kembangkan rusuk bagian belakang, jaga kepala dan bahu rilek Exhale : memungkinkan tulang belakang meanjang untuk melepaskan breathing.Penuhi beberapa nafas.
Gambar 2.21 Rest position a.
Mekanisme keseimbangan statis dengan metode latihan Pilates
41
Pada
latihan
Pilates,
semua
gerakan
fokus
pada
awareness
of
movement.Sehingga gerakan ini akan mengaktivasi local muscle (otot stabilisator) yang kerjanya lebih dominan.Pada awareness of movement dimana adanya kesadaran gerak dan kesadaran mengaktivasi otot mana yang harusnya dominan dan tidak dominan. Pada gerakan seperti rolling like a ball,dimana tubuh kembali ke matras dengan gerakan spine menyentuh lantai secara berurutan dan kontrol gerak yang sadar. Maka akan terjadi aktivasi local muscle, sehingga otot yang bekerja lebih dominan akan release dan terjadi perubahan alignment dari spine. Dengan kembalinya kurva pada keadaan normal maka secara otomatis akan merekruit otot global untuk bekerjasama secara efisien kembali. Pada perubahan postur abnormal terjadi penurunan fungsi kerja dari global muscle (otot penggerak). Dengan gerakan hundred di pilates, sampel melakukan gerakan tangan keatas dan bawah dengan fokus pada kontraksi abdominal, sehingga terjadi kontraksi maksimal pada otot abdominal. Kontraksi maksimal pada otot abdominal akan mengaktifkan banyak motor unit pada otot tersebut yang akan menimbulkan peningkatan kekuatan otot abdominal. Karena,
dengan
peningkatan rekruitmen motor unit akan meningkatkan kekuatan otot, sedangkan dengan sedikitnya motor unit yang aktif maka kontraksi otot yang dihasilkan akan kecil. Kemudian pada gerakan single leg circles, single leg stretch, criss-cross dan spine stretch forward selain tetap fokus pada kontraksi maksimal otot abdominal, akan terjadi juga stretch (penguluran) pada back ekstensor dan fleksor hip. Otot-otot yang
tight ini akan terulur secara optimal. Karena dilakukan terus menerus, maka akan memberikan edukasi pada otot tersebut sehingga otot akan memanjang dan flexible. Dengan kembalinya kerja otot secara normal, maka akan membuat otot bekerjasama kembali secara efisien yang akan membuat tubuh stabil dan meningkatkan keseimbangan statis. 4. Jenis kelamin Perbedaan nyata antara laki – laki dan perempuan jelas nampak dalam aspek anatomi akan tetapi dari segi fisiologis perbedaan tidak begitu jelas. Perbedaan anatomi itulah yang menyebabkan kaum laki – laki secara umum lebih mampu melakukan kegiatan fisik yang memerlukan kekuatan. Namun demikian banyak dari perbedaan tersebut yang dapat diubah melalui latihan fisik, sehingga banyak wanita terlatih mampu melampaui parameter fisiologis kaum laki – laki yang kurang terlatih. Bagian besar dari perbedaan antar jenis kelamin tidak relevan dalam olahraga,oleh karena dalam olahraga wanita biasanya bertanding dengan wanita. Pada orang dewasa dimensi fisik pria rata – rata 7- 10 % lebih besar daripada wanita. Perbedaan ukuran itu pada anak – anak sangat sedikit sampai batas usia pubertas,dikala itu untuk sementara anak perempuan bahkan lebih tinggi atau lebih besar daripada anak laki – laki. Hal ini disebabkan oleh karena awal pubertas yang lebih dini pada anak perempuan (9 – 13 tahun) daripada anak laki – laki (10 – 14 tahun) dengan waktu yang lebih panjang pula. Dibawah pengaruh hormone pria testosterone laki – laki tumbuh lebih tinggi dengan gelang bahu yang lebih luas,panggul yang lebih sempit dan tungkai yang lebih panjang. Wanita melalui pengaruh hormone estrogen berkembang dengan dengan bahu yang lebih sempit
43
,panggul yang lebih luas relatif terhadap tinggi badannya dan” carrying angle” yang lebih besar pada sendi siku yang mengakibatkan kerugian mekanik bagi lari dan melempar. Tingkat kekuatan pada anak laki – laki dan wanita relatif sama sampai dengan usia 13 tahun. Walaupun lebih kuat anak laki – laki pada tinggi badan yang sama. Seperti yang telah dibahas anak laki – laki mencapai massa otot pada saat remaja dan anak wanita saat terjadi peningkatan sekresi endogen. Kenyataannya anak laki – laki meningkat kekuatannya pada saat mendekati usia 18 tahun yang berhubungan dengan peningkatan sekresi androgen. Maka tidak heran jika laki – laki lebih kuat daripada wanita. Kenyataannya wanita hanya dapat menghasilkan 60 – 80% gaya dari yang bisa dilakukan laki – laki. Walaupun perbedaan ini lebih banyak pada otot lengan dan bahu dibandingkan kekuatan dari togok dan tungkai. Hanya setelah dari perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh dan otot. Karenanya ada faktor lain yang berperan. Nilai kebudayaan kemungkinan berperan dalam perbedaan ini. Jika anak laki – laki tidak menunjukkan peningkatan sampai 3 kali kedatangan, anak wanita menunjukkan peningkatan pada setiap kedatangan dan peningkatannya mencapai 2/8 dari kekuatan sebelumnya. Saat akibat ini dipelajari ada kemungkinan tes yang diberikan dapat diterima oleh anak wanita dan mereka telah terbiasa. Kekuatan otot adalah kemampuan tubuh untuk mengeluarkan kekuatan. Mudahnya, ini adalah kemampuan untuk mengerahkan usaha maksimal seseorang. Anak-anak yang terlibat dalam aktivitas bermain sehari-hari telah memperkuat kakinya denga cara berlari dan naik sepeda. Kekuatan lengan mereka bertambah dengan cara mengangkat, membawa obyek, memegang alat, atau mengayunkan
mainan. Kekuatan bisa diklasifikasikan sebagai isotonic, isometric, atau isokinetic. Kekuatan isometric adalah pengerahan usaha terhadap benda tidak bergerak. Ada kontraksi otot, tetapi hanya ada sedikit perubahan jarak. Kekuatan isotonic merujuk pada kemampuan otot untuk melakukan gerakan dengan jarak maksimal. Otot yang diperlukan mengalami kontraksi, dan ada gerakan memajangkan dan memendekkan otot saat melakukan gerakan.Gerakan mengangkat barbel dan bench press merupakan contoh dari kekuatan isotonic. Kekuatan isokinetic adalah kemampuan untuk melakukan kontraksi otot dan menjaga kontraksi itu pada satu gerakan utuh. Kekuatan isokinetic diukur menggunakan mesin khusus yang mengakomodir penolakan pada tingkat tertentu saat otot bekerja. Pada keseimbangan beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang perbedaan usia dan jenis kelamin dalam penampilan keseimbangan bahwa, keseimbangan meningkat dari usia 3 sampai 18 tahun. Kesulitannya, bagaimanapun juga, muncul dalam pembandingan langsung informasi lebih yang ada pada keseimbangan. Ukuran yang sangat banyak telah digunakan selama bertahun-tahun untuk menguji baik keseimbangan statis maupun dinamis, dan, sebagai hasilnya, pembandingan antar penelitian tidak mungkin dilakukan. Hal ini mungkin, bagaimanapun juga, untuk menyimpulkan bahwa keseimbangan cenderung meningkat bersama usia yang bertambah selama masa kanak-kanak dan masa muda. Lalu, wanita mengungguli pria baik dalam ukuran keseimbangan statis maupun dinamis selama masa kanak-kanak, tapi wanita tidak memiliki keuntungan yang jelas selama masa muda . B. Penelitian Yang Relevan
45
Penelitian mengenai keseimbangan sudah banyak dilakukan, beberapa hasil temuan penelitian yang menarik dan memiliki relevansi yang dekat dengan penelitian ini akan diungkapkan kembali sebagai berikut : 1. The effect of pilates Mat Exercise on the Balance Ability of Elderly Females.( Ju Hyun PT,MS, Kak Hwangbo.Phd, Chac Woolee PT,MS 1) Hasil : setelah melakukan latihan selama 3 kali dalam satu minggu selama 12 minggu terdapat peningkatan keseimbangan statis dan dinamis pada perempuan lanjut usia. 2. Effect of 8 week pilates exercise training program on balance of untrained male youth boys. (Dr Raj Kumar ) Hasil : setelah melakukan latihan selama 3 x dalam 1 minggu selama 8 minggu dengan intensitas pengulangan pada minggu 1 - 5x pengulangan dan selanjutnya pada minggu ke 5 – 8 ditingkatkan menjadi 10 x pengulangan terjadi peningkatan keseimbangan . 3. Pelatihan Core Stability Dan Balance Board Exercise Lebih Baik Dalam Meningkatkan Keseimbangan Dibandingkan Dengan Balance Board Exercise Pada Mahasiswa Usia 18 – 24 Tahun Dengan Kurang aktivitas Fisik ( Abdurrahman Berbudi NL, 2014) Hasil : kelompok perlakuan core stability dan balance board dengan hanya balance board saja dapat meningkatkan nilai keseimbangan standing stork test mahasiswa dengan kurang aktivitas fisik. C. Kerangka Berpikir 1. Perbedaan pengaruh metode latihan Core Stability dan metode latihan Pilates terhadap keseimbangan.
Adanya penurunan tingkat keseimbangan bisa dipengaruhi oleh factor in aktivitas.Akibat kurangnya aktivitas ditunjang dengan posisi badan yang monoton secara terus menerus sehingga menyebabkan adanya penurunan kekuatan otot , selain itu juga bisa menyebabkan peningkatan spasme. Keseimbangan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain somatosensoris, kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan bidang tumpu. Pada gerakan pilates yang paling diperhatikan adalah awareness of movement. Jadi, gerakan yang dilakukan benar-benar untuk menstimulasi kesadaran gerak dan kesadaran mengaktivasi otot mana yang harusnya dominan dan tidak dominan dalam gerakan. Kontrol gerakan yang baik dan sadar akan mengaktivasi local muscle dan otot yang tightness akan lebih release. Pada latihan metode Pilates, semua gerakan fokus pada awareness of movement. Sehingga gerakan ini akan mengaktivasi local muscle (otot stabilisator) yang kerjanya lebih dominan. Pada awareness of movement dimana adanya kesadaran gerak dan kesadaran mengaktivasi otot mana yang harusnya dominan dan tidak dominan. Pada gerakan seperti rolling like a ball, dimana tubuh kembali ke matras dengan gerakan spine menyentuh lantai secara berurutan dan kontrol gerak yang sadar. Maka akan terjadi aktivasi local muscle, sehingga otot yang bekerja lebih dominan akan release dan terjadi perubahan alignment dari spine. Dengan kembalinya kurva pada keadaan normal maka secara otomatis akan merekruit otot global untuk bekerjasama secara efisien kembali. Pada keseimbangan terjadi penurunan fungsi kerja dari global muscle (otot penggerak).Dengan gerakan hundred di Pilates, sampel melakukan gerakan tangan
47
keatas dan bawah dengan fokus pada kontraksi abdominal, sehingga terjadi kontraksi maksimal pada otot abdominal.
Kontraksi maksimal pada otot abdominal akan
mengaktifkan banyak motor unit pada otot tersebut yang akan menimbulkan peningkatan kekuatan otot abdominal. Karena,
dengan peningkatan rekruitmen
motor unit akan meningkatkan kekuatan otot, sedangkan dengan sedikitnya motor unit yang aktif maka kontraksi otot yang dihasilkan akan kecil. Kemudian pada gerakan single leg circles, single leg stretch, criss-cross dan spine stretch forward selain tetap fokus pada kontraksi maksimal otot abdominal, akan terjadi juga stretch (penguluran) pada back ekstensor dan fleksor hip. Otot-otot yang tight ini akan terulur secara optimal. Karena dilakukan terus menerus, maka akan memberikan edukasi pada otot tersebut sehingga otot akan memanjang dan flexible.Dengan kembalinya kerja otot secara normal, maka akan membuat otot bekerjasama kembali secara efisien. Selain itu diberikan latihan core stability. Core stability merupakan komponen penting dalam memberikan kekuatan lokal dan keseimbangan untuk memaksimalkan aktivitas secara efisien. Dalam kenyataanya core stability menggambarkan kemampuan untuk mengontrol atau mengendalikan posisi dan gerakan sentral pada tubuh diantaranya: headand neck alignment, alignment dari vertebral column thorax dan pelvic stability/mobility, ankle dan strategi hip (Anahita dkk, 2013). Menurut (Anahita dkk, 2013), Peningkatan pola aktivasi core stability juga menghasilkan peningkatan level aktivasi pada ekstremitas atau anggota gerak sehingga mengembangkan kapabilitas untuk mendukung atau menggerakkan ekstremitas. Core stability memerlukan gerakan thrunk control dalam 3 bidang.
Dalam mempertahankan stabilitas semua bidang gerak otot-otot teraktifasi dalam pola yang berbeda dari fungsi utamanya. Diantaranya Otot Quadratus Lumborum fungsi utamanya sebagai stabilisator saat aktifasi dari bidang frontal. Aktivasi Otot Quadratus Lumborum terjadi pada gabungan dengan fleksi, ektensi dan lateral fleksi untuk menopang spine dalam bidang gerak, sehingga membuatnya lebih dari sekedar stabilisasi pada bidang frontal.Salah satu sumber dari otot-otot core adalah diafragma, kontraksinya terjadi secara simultan dari diafragma (Anahita dkk, 2013). Otot-otot pelvic floor dan abdominal diperlukan untuk meningkatkan Intra Abdominal Pressure (IAP) dan memberikan rigiditas cylinder untuk menopang thrunk, menurunkan beban pada otot-otot spine dan meningkatkan stabilitas thrunk. Kontribusi diaphragma pada Intra Abdominal Pressure (IAP) penting sebelum menginervasi gerakan-gerakan dari extermitas atau anggota gerak,sehingga trunk menjadi stabil. Pada akhir komponen yang terpenting pada trunkterhadap otot core adalah otot pelvic floor karena kesulitan untuk menilai otot inisecara langsung sehingga sering diabaikan. Sedangkan pada otot abdominal yangterdiri dari Otot Tranversus Abdominalis, Internal Obliques, External Obliquesdan Rectus Abdominalis. Kontraksi Tranversus Abdominalis meningkatkan IntraAbdominal Pressure (IAP) dan tekanan fascia thorakolumbal.Kontraksi otot abdominal menghasilkan sebuah rigid cylinder yangmeningkatkan kekakuan (stiffness) dari lumbar spine. Otot Rectus Abdominalis dan Oblique abdominal mengaktivasi pola yang spesifik dengan berperan pentingterhadap gerakan anggota gerak bawah, sekaligus memberikan postural support sebelum anggota gerak bawah bergerak. Oleh karena itu, kontraksi yang
49
meningkatkan tekanan Intra Abdominal terjadi sebelum inisiasi gerakan segmenyang besar pada anggota gerak atas (Lederman, 2009). Dalam hal ini, spine (core of the body) terjadi stabilisasi sebelum adanya gerakan-gerakan pada anggota gerak yang terjadi untuk membuat angggota gerak menjadi lebih stabil dalam melakukan gerakan dan akfitas otot. Pada sebagian kecil, short muscle seperti Otot Multifidus yang memberikan stabilisasi otot-otot pada single joint maupun multiple joint berfungsi untuk bekerja lebih efisien dalam mengontrol gerakan spine. Secara klinis dapat dilihat bahwa dengan hanya sebuah peningkatan kecil dalam mengaktifkan Otot Multifidus dan Abdominal membuat segmen spinal menjadi stiffness (Maksimal kontraksi volunter pada aktivitas seharihari sekitar 5% dan 10% sebagai maksimal kontraksi volunter untuk aktivitas tertentu). Pola aktivasi sinergis yang meliputi otot-otot abdominalis, diaphragma dan pelvic floor memberikan base of support pada seluruh thrunk dan otot spinalis. Dalam membentuk base of support yang baik juga dipengaruhi gabungan struktur hip dan pelvic dari keduanya.Hip dan pelvic terdapat gabungan otot-otot besar pada daerah crosssectional.Seperti halnya Otot Gluteus merupakan stabilisator dari thrunk sampai kedasar kaki dan menyediakan power untuk gerakan melangkah kedepan. 2. Perbedaan keseimbangan antara mahasiswa laki – laki dan perempuan Kemampuan untuk memelihara keseimbangan dan kontrol postur seseorang secara efisien tampaknya memerlukan proses waktu reaksi yang berfungsi secara memadai. Akan tetapi, waktu reaksi hanya merupakan salah satu dari beberapa faktor yang berinteraksi untuk memelihara keseimbangan dan kontrol postur. komponenkomponen berikut ini yang mungkin memainkan sebuah peranan yang berpengaruh
dalam kontrol terhadap keseimbangan seseorang: (1) sinergi respon otot postural; (2) sistem visual, vestibular dan somatosensorik; (3) sistem adaptif; (4) kekuatan otot; (5) jangkauan sendi gerak; dan (6) morfologi tubuh. Sinergi respon otot postur mengacu pada waktu dan urutan aktivasi kelompok otot yang dibutuhkan untuk memelihara keseimbangan atau kontrol postur. Beberapa kelompok otot pada tubuh bagian bawah dan tubuh bagian atas mungkin diperlukan untuk memelihara postur tubuh tegak lurus yang terkontrol atau mengatur keseimbangan dengan lancar dalam berbagai macam situasi gerak. Sistem visual memberikan informasi yang bermanfaat mengenai posisi tubuh dalam kaitannya dengan lingkungan, dan sistem vestibular dan somatosensori menyumbangkan input sensorik mengenai tubuh dan posisi kepala dalam kaitannya dengan gravitasi dan kesadaran posisi sendi. Sistem adaptif membiarkan terjadinya modifikasi input sensorik dan output gerak ketika perubahan terjadi pada persyaratan tugas atau pada karakteristik lingkungan. Kekuatan otot pada pergelangan kaki, lutut dan pinggang harus cukup untuk memelihara kedudukan postur tertentu atau untuk mengontrol pemulihan keseimbangan pada saat keseimbangan terganggu.Berbagai macam gerak pada berbagai sendi tubuh menentukan seberapa bebas atau terbatasnya sebuah gerak apabila gerak itu memerlukan derajat keseimbangan yang tinggi. Yang terakhir, unsur-unsur morfologi seperti tinggi, pusat massa, lama kaki, dan distribusi berat badan yang mempengaruhi fungsi biomekanik untuk memelihara stabilitas. Struktur laki-laki dan perempuan secara anatomis, fisiologis dan biologis terdapat perbedaan. Keseimbangan cenderung meningkat bersama usia yang
51
bertambah selama masa kanak-kanak dan masa muda. Wanita mengungguli pria baik dalam ukuran keseimbangan statis maupun dinamis selama masa kanak-kanak, tapi wanita tidak memiliki keuntungan yang jelas selama masa muda. Dari uraian tersebut diatas, dapat diduga bahwa perbedaan jenis kelamin antara laki – laki dan perempuan dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap keseimbangan. 3. Pengaruh Interaksi antara metode latihan Core Stabilitydengan metode LatihanPilates dan Jenis Kelamin terhadap keseimbangan Metode latihan Core Stability dan metode latihan Pilates merupakan latihan yang memfokuskan pada otot – otot inti pada bagian perut dan punggung. Dalam hal ini berperan untuk mengaktivasi pola yang spesifik dengan berperan penting terhadap gerakan anggota gerak bawah, sekaligus memberikan postural support sebelum anggota gerak bawah bergerak. Dalam hal ini spine terjadi stabilisasi sebelum adanya gerakan – gerakan pada anggota gerak yang terjadi stabilisasi sebelum adanya gerakan pada anggota gerak yang terjadi untuk membuat anggota gerak yang terjadi untuk membuat anggota gerak menjadi lebih stabil dalam melakukan gerakan dan aktifitas otot. Kemampuan untuk memelihara keseimbangan secara efisien membutuhkan sinergi respon otot postural. Beberapa kelompok otot pada tubuh bagian bawah dan tubuh bagian atas diperlukan untuk memelihara dan mengatur keseimbangan dengan lancar dalam berbagai macam situasi gerak. Keseimbangan cenderung meningkat bersama usia yang bertambah selama masa kanak – kanak wanita lebih baik dalam keseimbangan dibandingkan laki – laki tetapi pada masa remaja laki – laki lebih unggul.
Dari uraian diatas maka dapat diduga ada interaksi antara latihan pilates dan core stability dengan jenis kelamin terhadap keseimbangan.
D. Hipotesis
Pada penelitian ini, hipotesis yang penulis buktikan adalah: 1. Ada perbedaan pengaruh metode latihan Core stability dengan metode latihan Pilates terhadap keseimbangan statis. Metode latihan Core Stability lebih baik daripada metode latihan Pilates 2. Ada perbedaan keseimbangan statis antara laki – laki dan perempuan . laki – laki lebih baik keseimbangannya daripada perempuan 3. Ada interaksi antara metode latihan Core Stability dan metode latihan Pilates dengan jenis kelamin terhadap keseimbangan statis.