BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka
1. Pendidikan Jasmani a. Pengertian Pendidikan Jasmani Penjas merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, penjas bukan hanya dekorasi atau ornament yang ditempel pada program sekolah alat untuk membuat anak sibuk. Akan tetapi Penjas adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui Penjas yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan hidup sehat, berkembang secara social, dan menyumbangkan hidup sehat, berkembang secara social, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya. Meskipun penjas menawarkan kepada anak untuk bergembira, tidaklah tepat untuk mengatakan Penjas diselenggarakan semata-mata agar anak-anak bergembira dan bersenang-senang. Apabila demikian seolah-olah Penjas hanyalah sebagai mata pelajaran pelajaran “selingan”, tidak berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik. Penjas merupakan wadah
pendidikan,
yang
memberikan
kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran Penjas tidak kalah penting dibandingkan dengan pelajaran lain seperti: Matematika, Bahasa, IPS, IPA, dan lain-lain. Namun demikian tidak semua guru penjas menyadari hal tersebut, sehingga banyak anggapan bahwa Penjas boleh dilaksanakan secara serampangan. Hal ini tercermin dari berbagai gambaran negatif tentang pembelajaran Penjas, mulai dari proses kelemahan yang menetap. Misal membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil pembelajaran, seperti kebugarna jasmani yang rendah.Di kalangan guru penjas sering ada anggapan bahwa pelajaran Penjas dapat dilaksanakan seadanya, sehingga pelaksanaannya cukup dengan menyuruh anak
6
7 pergikelapangan, menyediakan bola sepak untuk anak laki dan bola voli untuk perempuan. Guru tinggal mengawasi dilapangan, kelengahan ini berpangkal pada ketidak pahaman guru tentang arti dan tujuan Penjas di sekolah, di samping ia mungkin kurang mencintai tugas itu dengan sepenuh hati.Penjas adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.Definisi tersebut, mengukuhkan bahwa penjas merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan umum.Tujuannya adalah untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menjadi manusia Indonesia seutuhnya.Pencapaian tujuan tersebut berpangkal pada perencanaan pengalaman gerak yang sesuai dengan karakteristik anak. Menurut James A. Baley dan Devid A.Field (2001; dalam Freeman, 2001:4) menyebutkanbahwa: “Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organic, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional, dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagi aktifitas jasmani”. Aktifitas jasmani yang dipilih disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan kapabilitas peserta didik.Aktifitas fisik yang dipilih ditekan pada berbagai aktivitas jasmani yang dipilih ditekan pada berbagai aktivitas jasmani yang sangat membutuhkan upaya keras seperti untuk kegiatan olahraga kepelatihan atau prestasi.Pendidikan jasmani memusatkan diri pada semua bentuk kegiatan aktifitas jamani yang mengaktifkan gerak kasar (gross motorik), memusatkan diri pada gerak fisik dalam permaianan, olahraga, dan fungsi dasar tubuh manusia. Penjas diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga. Inti pengetiannya adalah mendidik anak. Yang membedakannya dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insane, manusia yang bergerak secara sadar oleh gurunya
8 dan diberikan dalam situasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
b. Tujuan Pendidikan Jasmani Tujuan penjas adalah untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dalam berolahraga. Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk: 1) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan
aktivitas
jasmani,
perkembangan
estetika,
dan
perkembangan social. 2) Mengembangkan
kepercayaan
diri
dan
kemampuan
untuk
menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani. 3) Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksnakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali. 4) Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan. 5) Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan peserta didik berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang. 6) Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktifitas jasmani, termasuk permainan olahraga. Diringkas dalam terminologi yang populer, tujuan pembelajaran pendidik jasmani mencakup dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan domain afektif. Pengembangan domain psikomotor secara umum dapat diarahkan pada dua tujuan utama, pertama mencapai perkembangan aspek kebugarn jamani, dan kedua, mencapai perkembangan aspek perceptual motorik.Ini menegaskan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani harus melibatkan aktifitas fisik yang mampu merangsang kemampuan
9 kebugaran jasmani serta sekaligus bersifat pembentukan penguasaan gerak keterampilan itu sendiri. Kebugaran jasmani marupakan aspek penting dari domain psikomotor, yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologis organ tubuh.Lebih banyak pada persoalan peningkatan efisiensi fungsi faal tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah system (misal system peredaran darah, sistem pernapasan, system metabolisme.) Penekanan proses pembelajarannya lebih banyak ditujukan pada proses perangsangan yang bervariasi, sehingga setiap kali anak selalu mengerahkan kemampuannya dalam mengolah informasi, ketika akan menghasilakan gerak. Dengan cara itu, kepekaan system saraf anak semakin dikembangkan. Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih penting lagi adalah penalaran dan kemempuan memecahkan masalah.Aspek
kognitif
dalam
pendidikan
jasmani,
tidak
saja
menyangkut penguasaan pengetahuan faktual semata-mata, tetapi meliputi pula pemahaman terhadap gejala gerak dan prinsipnya, termasuk yang berkaitan dengan landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga serta manfaat pengisian waktu luang. Domain afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsure kepribadian yang kukuh.Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan, tetapi yang lebih penting adalah konsep dri dan komponen kepribadian lainnya, seperti intelegensi emosional dan watak.Konsep diri menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang tentang kelebihannya.Konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa kelak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, tujuan pendidikan jasmani dapat diartikan membantu anak tumbuh kembang secara wajar dan menjadi warga indonesia seutuhnya, dengan tercapainya aspek psikomotor, kognitif dan afektif.
10 c. Hakikat Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistic dalam kualitas individu, baik dalam hal
fisik, mental serta
emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan peserta didik sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk social, dari pada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Definisi pendidikan jamani tidak hanya menunjuk pada pengetian tradisional dari aktivitas fisik. Melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh. Pendidikan jasmani ini harus menyebabkan perbaikan dalam pikiran (psikis) dan tubuh (fisik) yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistic tubuh jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif dan afektif. Pendidikan jasmani diharapkan mampu menciptakan tubuh yang baik bagi pikiran atau jiwa. Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, siakp sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur
secara
seksama
untuk
meningkatkan
petumbuhan
dan
perkembangan seluruh ranah, yaitu jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif. Materi pelajaran pendidikan meliputi pengalaman mempraktikan keterampilan dasar permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan uji diri, aktivitas rikmik. Aktifitas aquatic (aktivitas air), pendidikan luar kelas (outdoor aduccation), dan kesehatan. Materi-materi semacam ini disajikan untuk membantu peserta didik agar memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakuakan gerakan secara aman, efisien dan efektif. Adapun implementasinya perlu dilakukan secara
11 terencana, bertahap dan berkelanjutan yang pada gilirannya peserta didik diharapkan dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri dan menghargai manfaat aktivitas jasmani.
2. Belajar dan Pembelajaran a. Belajar Belajar merupakan proses perubahan yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan tidak pernah dibatasi usia. Bukti bahwa seseorang telah melakukan belajar ialah adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut baik secara kognitif, afektif dan psikomotor. Abdillah (2002) menyatakan bahwa, “Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu” (Annurahman, 2009: 35). Dalam kegiatan pendidikan formal di sekolah, istilah belajar dipergunakan untuk menyatakan aktivitas keseharian peserta didik yang berkenaan dengan upaya untuk mendapatkan informasi dan untuk memperluas pengetahuan tentang sesuatu yang telah dimiliki sebelumnya. Menurut Oemar Hamalik (2014: 37), mengatakan bahwa, “Belajar juga merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Perubahan tingkah laku dalam proses belajar merupakan akibat dari interaksi peserta didik dengan lingkungannya, interaksi ini berlangsung secara disengaja. Hal ini terbukti dari adanya tujuan ingin dicapai, motivasi untuk belajar, dan kesiapan peserta didik untuk belajar baik secara fisik maupun psikis. Berdasarkan pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa, belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja, yang dapat menimbulkan perubahan perilaku, penguasaan pengetahuan dan menghasilkan keterampilan dari hasil pengalaman yang menyangkut aspek-aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik.
12
b. Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang dalam mempelajari sesuatu yang baru yang dapat berupa nilai atau kemampuan. Di dalam sebuah pembelajaran terjadi kegiatan timbal balik antara guru dan peserta didik yang saling mempengaruhi satu sama lain. Aunurrahman (2009: 34) mengatakan bahwa, “Pembelajaran adalah sebagai upaya mengubah masukan berupa peserta didik yang belum terdidik menjadi peserta didik yang terdidik, peserta didik yang belum mengetahui pengetahuan tentang sesuatu, menjadi peserta didik yang memiliki pengetahuan”. Sedangkan, Dimyati dan Mudjiono (2010: 297) bahwa, “Pembelajaran juga dapat diartikan kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat peserta didik belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”. Menurut Waluyo (2013:18) bahwa “ Pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”. Dalam pembelajaran tujuan yang harus dicapai adalah berupa aspek kognitif,
afektif,
dan
psikomotor.
Pencapaian
tujuan-tujuan
itu
akanmenjadi indikator keberhasilan dari proses pembelajaran. Berkaitan dengan tujuan pembelajaran Husdarta & Yudha M. Saputra (2010: 9) mengatakan bahwa, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menggariskan penjabaran tujuan kedalam berbagai tingkatan, yaitu tujuan nasional, tujuan institusional (lembaga), tujuan kurikuler (bidang studi), dan tujuan pembelajaran (instruksional) umum dan khusus”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang diciptakan oleh guru secara terencana dan sistematis untuk membuat peserta didik aktif dalam berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkah laku peserta didik sesuai dengan apayang diharapkan.
13 c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Supaya tujuan belajar dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan, guru hendaknya memperhatikan secara cermat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi atau menentukan ketercapaian tujuan belajar tersebut. Salah satu yang harus diperhatikan guru adalah berkenaan dengan prinsipprinsip belajar dan asas-asas pembelajaran. Dimyati dan Mudjiono menyebutkan bahwa, “Prinsip-prinsip pembelajaran meliputi perhatian, motivasi,
keaktifan
peserta
didik,
keterlibatan
langsung
atau
berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual” (2010: 42). Prinsip-prinsip pembelajaran merupakan hal yang penting untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar sehingga guru dapat memahami, menggali dan mengembangkan potensi yang terdapat dalam diri peserta didik. Menurut Davies (1991: 32), berikut ini penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan tersebut untuknya. 2) Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar. 3) Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement). 4) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti. 5) Apabila murid diberikan tanggungjawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik (Aunurrahman, 2009: 113-114). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, prinsip belajar diartikan sebagai pandangan mendasar dan dianggap penting untuk dijadikan sebagai pegangan didalam melaksanakan kegiatan belajar. Oleh sebab itu ketika menyusun perencanaan pembelajaran, disamping memilih
14 dan menentukan metode pembelajaran, guru juga perlu mengkaji prinsipprinsip belajar secara cermat agar peserta didik aktif dalam proses belajar.
d. Hasil Belajar Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yaitu hasil dan belajar. Hasil menunjukan suatu perolehan, sementara belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan. Dalam hubungannya dengan belajar, hasil belajar dilakukan guna untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik telah menguasai bahan yang sudah diajarkan. Menurut Nana Sudjana (2009: 3) menyatakan bahwa, “Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan terjadi pada peserta didik setelah melalui proses belajar mengajar, perubahan tingkah laku tersebut mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor”. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono(2010: 200) mengemukakan, “Tujuan utama hasil belajar yaitu untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol”. Di sekolah, hasil belajar atau prestasi belajar ini dapat dilihat dari penguasaan
peserta
didikakan
mata
pelajaran
yang
telah
ditempuhnya.Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Ketiga ranah tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom, Krathwol & Simpson membagi hasil belajar dalam tiga kategori ranah antara lain: 1) Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2) Ranah Afektif
15 Ranah afektif meliputi lima aspek yaitu: penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, pembentukan pola hidup. 3) Ranah Psikomotor Berkenaan dengan kemampuan motorik yang terdiri dari tujuh aspek yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks,
penyesuaian
pola
gerakan,
kreativitas.
(Aunurrahman, 2009: 49-53). Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang sebagai hasil yang diperoleh peserta didik setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar dapat dicapai apabila peserta didik sudah memahami belajar dengan diringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi baik pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Ketiga ranah tersebut bukan merupakan bagian-bagian yang terpisahkan, akan tetapi merupakan satu kesatuan yang saling terkait antara satu dengan yang lain.
e. Komponen Pembelajaran. Komponen-komponen dalam belajar dan mengajar menurut Nana Sudjana (2013: 30) adalah sebagai berikut: 1) Tujuan proses pengajaran 2) Materi atau bahan pelajaran 3) Metode dan alat yang digunakan dalam proses pengajaran 4) Penilaian dalam proses pengajaran Tujuan pembelajaran merupakan hal yang paling penting dalam proses pengajaran sebagai indikator keberhasilan pembelajaran. Bahan pelajaran diharapkan dapat melengkapi dan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.Metode dan alat berfungsi sebagai jembatan atau media pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai, sehingga harus efektif dan
16 efisien.Sedangkan penilaian berperan untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan pengajaran. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2011: 9) bahwa komponen sistem pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Peserta didik sebagai subjek dalam pembelajaran dijadikan pusat dari segala kegiatan. Artinya perencanaan dan desain pembelajaran disesuaikan dengan kondisi peserta didik yang bersangkutan, baik sesuai dengan kemampuan dasar, minat dan bakat, motivasi belajar, dan gaya belajar peserta didik itu sendiri. 2) Tujuan adalah komponen terpenting dalam pembelajaran setelah komponen peserta didik sebagai subjek belajar. Tujuan merupakan persoalan tentang visi dan misi suatu lembaga pendidikan. 3) Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong peserta didik aktif belajar baik secara fisik maupun nonfisik. 4) Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengalaman belajar meliputi: lingkungan fisik seperti tempat belajar, bahan dan alat yang dapat digunakan, personal seperti guru, petugas perpustakaan dan ahli media, siapa saja yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar. 5) Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. f. Pengertian Media Pembelajaran Secara harfiah, media berarti perantara atau pengantar.Association For Education Communication Technology menartikan media sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi. National Education Association mendefinisikan media sebagai segala hal yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta pirantinya untuk kegiatan tersebut.Secara umum dapat dinyatakan bahwa media sering juga disebut perangkat lunak atau materi, maksudnya adalah segala hal yang memuat pesan atau bahan ajar untuk ditransmisikan melalui sesuatu alat tertentu.
17 R.Rahardjo (1984:48) menyatakan bahwa “media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyaluran ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan”. Lebih lanjut dinyatakan bahwa materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan tujuan yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa tujuan media itu pada dasarnya agar peserta didik itu belajar. Berdasarkan tujuannya itu maka kedudukan media dalam proses belajar mengajar itu menjadi penting sama penting dengan guru itu sendiri. Oleh karena itu, ada kecenderungan dari pakar teknologi pendidikan untuk mendesain suatu system belajar tanpa guru. Guru digantikan media pembelajaran, salah satu produknya ialah belajar berprogram dengan computer. Menurut AECT (1977) terdapat empat tipe pola proses belajar mengajar, yaitu: tradisional, guru dengan media, guru dan media berbagi tanggung jawab, dan pembelajaran per media tanpa guru. Pada pola yang pertama, yaitu pola tradisional merupakan hubungan guru peserta didik dan guru. Guru merupakan satu-satunya sumber belajar. Tipe kedua adalah guru merupakan sumber utama proses belajar-mengajar sedangkan sumber yang lain seperti media, teknik, dan lingkungan hanya penunjang saja. Tipe ketiga adalah pola guru dan media bersama menjadi sumber utama proses belajar mengajar. Guru melibatkan diri dengan system pembelajaran yang di mediakan. Guru berbagi tanggung jawab dengan media. Tipe keempat adalah pembelajaran yang dimediakan di mana satu-satunya sumber utama proses belajar mengajar adalah media.(hlm.88) Berdasarkan anggapan yang lebih modern, media ini mempunyai kemampuan yang lebih luas dari hanya sekedar alat bantu. R.Rahardjo (1984:51) secara lebih rinci kemampuan tersebut sebagai berikut: 1) membuat kongkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk mejelaskan system peredaran darah. 2) Membawa objek yang berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar. 3) Menampilkan objek yang terlalu besar, misalnya lapangan bola, lapangan basket, dan sebagainya.
18 4) Mengamati gerakan yang terlalu cepat, misalnya dengan slow motion. 5) Memungkinkan peserta didik berinteraksi dengan lingkungannya. 6) Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar peserta didik 7) Membangkitkan motivasi 8) Member kesan perhatian individual untuk seluruh anggota kelmpok belajar. 9) Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan. 10) Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak, mengatasi batasan waktu dan ruang, dan mengontrol arah maupun kecepatan belajar peserta didik.(Trisna Rahayu, 2013:183) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media tersebut jelas dapat dimanfaatkan untuk proses belajar-mengajar pendidikan jasmani, misalnya gerak lambat suatu tugas gerak, menampilkan gerakan yang sukar dan berbahaya dan sebagainya. Masalahnya ialah bagaimana mendesain media itu untuk membelajarkan gerak pada peserta didik.Media mekanik yang cocok untuk gerak masih sedikit sehingga perlu kreasi guru pendidikan jasmani itu sendiri. 3. Bermain a. Pengertian Bermain Bermain merupakan cara untuk bereksplorasi dan bereksperimen dengan dunia sekitar sehingga anak akan menemukan sesuatu dari pengalaman bermain. Loy, McPherson dan Kenyon (1978:21) mendefinisikan bahwa bemain adalah berbagai aktifitas yang besifat : 1) Bebas 2) Terpisah 3) Tak pasti atau berubah-ubah 4) Secara sepontan 5) Tidak mempertimbangkan hasil dan 6) Diatur oleh peraturan serta membuat kepercayaan (Furqon Hidayatullah, 2008:4)
19 Hurlok (1991:320) menyatakan bahwa bemain adalah “setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir” (Furqon Hidayatullah, 2008:4). Bermain adalah aktifitas yang menyenangkan, serius dan sukarela, dimana
anak
berada
dalam
dunia
yang
tidak
nyata
atau
sesungguhnya.Bermain bersifat menyenangkan karena anak diikat oleh sesuatu
yang
menyenangkan,
pemikiran.Bermain
bersifat
dan
serius
tidak
banyak
memerlukan
karena
bermain
memberikan
kesempatan untuk meningkatkan perasaan anak untuk menguasai sesuatu dan untuk memunculkan rasa menjadi manusia penting.Bermain bersifat tidak nyata karena anak berada diluar kenyataan, dan memasuki suatu dunia imajiner.Bermain memberikan suatu tempat dimana anak masuk atau terlibat untuk menghilangkan dirinya, namun secara berlawanan asa anak kadang-kadang menemukan dirinya melalui bermain. b. Pengertian Permainan Menurut Loy, Mcpherson dan Kenyon (1978:21) permainan adalah berbagai bentuk kompetisi bermain penuh yang hasilnya ditentukan oleh: 1) Keterampilan fisik 2) Strategi 3) Atau kesempatan 4) Yang dilakukan secara perorangan atau gabungan
(Furqon
Hidayatullah, 2008:4) Permainan dimainkan dengan membutuhkan banyak keterikatan dan banyak energi, lebih kuat dan serius dari pada bermain, dan lebih memungkinkan memberikan penghargaan terhadap pemenuhan dan keberhasilan.Oleh karena itu, permainan dapat didefinisikan sebagai aktifitas yang dibatasi oleh aturan-aturan yang lengkap dan terdapat suatu kontes di antara para permain agar supaya menghasilkan hasil yang dapat diprediksi.
Dengan
kata
lain
menurut
Morris,
dan
stiehl
(1989:5)permainan adalah “kontes sukarela yang dibatasi peraturan dan
20 tujuan-tujuan yang dinyatakan dengan jelas”(Furqon Hidayatullah, 2008:5). Meskipun permainan dapat dianggap suatu kontes, tetapi ada perbedaan-perbedaan penting diantara permainan dan kontes-kontes yang lain. Morris, dan Stiehl (1989:5) menyatakan bahwa Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Permainan berada di dalam modalitas bermain (Play modality), misalnya keluar dari dunia nyata; 2) Menang atau kalah adalah kondisi yang tidak langgeng (short-lived condition) yang hanya relevan untuk permainan; 3) Perminan dapat dimainkan kembali dengan lawan yang sama; dan 4) Permainan memerlukan kerjasama diantara para pemain dalam mengikuti dan mentaati peraturan yang tegas dan perilaku-perilaku bermain-permainan (game-play behaviors) yang lengkap (Furqon Hidayatullah, 2008:5). c. Fungsi Permainan Permainan
dapat
memainkan
peran
yang
penting
dalam
mengembangkan dan memperhalus berbagai kemampuan gerak dasar, jika permaianan secara tepat dimasukan ke dalam progam pengembangan gerak.Seringkali guna memberikan permainan untuk menumbuhkan kesenangan anak atau menguatkan keterampilan sosial tertentu.Meskipun hal ini memiliki tujuan yang bermanfaat, maka permainan harus tidak dipandang sebagai tujuan utama, melainkan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Jika permainan memiliki berbagai nilai yang nyata, maka juga harus ditinjau dari perspektifi perkembangan anak. Sebagaimana telah ditemukan sebelumnya bahwa anak usia sekolah dasar dalam taraf pengembanagan gerak dasar. Oleh karena itu, permainan harus secara hati-hati dipilih dan diimplementasikan dengan mangaitkan kemampuan gerak lokomotor, manipulasi dan stabilitas. Gallahue
(1975:178)
mengemukakan
bahwa
“pada
masa
prasekolah dan tahun-tahun awal sekolah dasar(kelas 1-3), permainan sangat penting untuk membantu anak didalam belajar mengenai
21 bagaimana cara bergerak dengan efisien dan pengendalian yang lebih besar”. Dengan demikian guru harus tidak menganggap selalu benar bahwa permaian akan mengembangkan dan memperhalus sejumlah kemampuan gerak dasar yang perlu untuk kinerja yang baik. Pada mulanya, anak harus diberikan berbagai pengalaman gerak secara individu yang direncanakan untuk mempertinggi kemampuan gerak anak sebelum memasukkan keterampilan ini ke dalam permainan. Sebagai pengalaman gerak yang melibatkan eksplorasi gerak dan pemecahan
masalah
harus
sebelum
bermain
permainan
yang
menggunakan gerakan-gerakan tertentu. Dengan kata lain, permainan untuk anak kecil harus dipandang sebagai alat untuk meningkatkan dan mengimplementasikan pola-pola gerak tertentu lebih lanjut yang berkaitan dengan bagian pelajaran individu. Permainan yang dipilih untuk meningkatkan kemampuan gerak lokomotor dan manipulasi memiliki karakteristik, yaitu; 1) Memberikan aktifitas maksimum pada semua anak. 2) Mudah divariasi dan dimodifikasi. 3) Membantu pengembangan berbagai kemempuan gerak. 4) Menyenangkan bagi anak yang bermain
d. Tujuan Permainan Banyak sekali permainan lokomotor yang menjadikan anak senang melakukannya.Kebanyakan permaian lokomotor dirancang berisi lari sebagai mode gerak utama. Guru harus memiliki berbagai alternatif untuk mengganti gerak lokomotor yang disesuaikan dengan hakikat pelajaran dan keterampilan yang ditekankan. Tiap permainan dapat dimodifikasi dalam berbagai cara untuk menyesuaikan kebutuhan tertentu dan tingkat usia anak. 1) Meningkatkan keterampilan gerak dan lokomotor, yaitu lari, lompat, loncat, skipping, dan congklang. 2) Meningkatkan kelincahan dan koordinasi tubuuh secara umum.
22 3) Meningkatkan penampilan ritmik mengenai gerak lokomotor. 4) Meningkatkan kemampuan untuk berpartisipasi di dalam kerja tim. 5) Mengembangkan keterampilan untuk mengamati memperhatikan. 6) Meningkatkan kemampuan untuk mengikuti pengarahan dan mematuhi aturan. e. Penerapan dan Manfaat Bermain Bermain adalah segala kegiatan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi anak.Bermain dilakukan anak dengan suka rela tanpa paksaan atau tekanan dari luar.Kegiatan bermain tidak mempunyai aturan kecuali yang ditetapkan oleh permain itu sendiri. Pada setiap usia, anak melakukan kegiatan bermain sesuai dengan tahap yang ia lalui. Anak mendapatkan kebahagiaan dan kegembiraann melalui kegiatan bermain. Ada beberapa ciri kegiatan dipandang sebagai aktivitas bermain, yaitu: 1) Dilakukan dengan suka rela. Anak melakukan kegiatan bermain tanpa ada unsur paksaan dari manapun. 2) Dilakukan secara spontan. Anak akan secara spontan melakukan kegiatan bermain saat anak ingin melakukannya. 3) Berorientasi pada proses, bukan pada hasil. Yang terpenting bagi anak adalah bagaimana proses kegiatan bermain, bukan bagaimana hasil permainan. 4) Menghasilkan kepuasan. Anak yang dapat melakuakan kegiatan bermain, secara otomatis akan mendapatkan kepuasan dari dalam diri. Bermain memberi pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan diri anak, baik secara fisik maupun mental. Beberapa pengaruh bermain bagi perkembangan anak adalah sebagaimana dijelaskan oleh Hurlock (1998) sebagai berikut : 1) Perkembangan fisik, bermain berguna untuk mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuh. Bermain juga berfungsi untuk
23 menyalurkan tenaga yang berlebihan yang bila dibiarkan dapat mengganggu kesehatan fisik anak dan mental anak 2) Dorongan berkomunikasi melalui aktifitas bermain, anak terdorong untuk berbicara dan berkomunikasi dengan teman lain. Dan tanpa disadari anak anak belajar mengungkapkan pikiran dan perasaannya pada orang lain, serta belajar memahami pembicaraan orang lain. 3) Penyaluran energi emosional yang terpendam, bermain merupakan sarana bagi anak untuk menyalurkan berbagai keteganagn emosional. Dengan demikian bermain merupakan terapi cepat dan murah bagi pengembalian kondisi psikis anak yang terganggu. 4) Penyaluran dari keinginan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Tidak semua keinginan dan kebutuhan anak dapat terpenuhi. Keinginan
yang
tidak
terpenuhi
dalam
dunia
riil
dapat
dikompensasikan melalui kegiatan bermain. 5) Sumber belajar, melalui bermain anak belajar berbagai hal, baik bersifat fisik maupun pengembangan mental. 6) Rangsanagan kreatifitas dalam bermain, anak bebas memillih dan bebas
bereksplorasi.
Maka
bermain
dapat
mengembangkan
kreatifitas anak sedemikian rupa. 7) Belajar bersosialisasi semakin tambah usia, anak akan cenderung bermain dengan semakin banyak teman. Dengan demikian secara otomatis anak akan belajar bersosialisasi dan berinteraksi. 8) Belajar standar moral, melalui kegiatan bermain, anak belajar hal-hal yang dapat diterima oleh lingkungan, dan hal-hal yang ditolak. 9) Mengembagkan kepribadian. Secara pelan dan pasti kepribadian anak akan terbentuk malalui kegiatan bermain. Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditegaskan manfaat dari kegiatan bermain, yaitu : 1) Secara fisik, mengembangkan kemampuan otot dan kesehatan tubuh 2) Secara psikis, mengembangkan berbagai aspek kepribadian dan sikap mental
24 f. Pendekatan Bermain Karena peserta didik kelas III merupakan masa anak-anak yang memiliki karakteristik senang bermain, maka dalam pembelajaran lari jarak pendek dapat diterapkan dengan pendekatan bermain.Pendidikan jasmani ingin mewujudkan sumbangannya terhadap perkembangan anak, sebuah perkembangan yang tidak berat sebelah. Perkembangan bersifat menyeluruh, sebab yang dikembangkan bukan saja aspek jasmaniah yang lazim disebut dalam istilah psikomotor. Namun juga, perkembangan pengetahuan dan penalaran yang dicakup dalam istilah kognitif.Selain itu dicapai juga perkembangan watak serta sifat-sifat kepribadiannya, yang tercakup dalam istilah perkembangan afektif. Pendekatan keterampilan gerak dasar lari dan Iompat melalui pendekatan bermain sangatlah tepat diberikan untuk anak sekolah dasar, karena pada dasamya dunia anak adalah bermain. Lebih lanjut penelitian Offord dalam Toho Cholik Mutohir dan Gusril (2001: 65) menyatakan “anak laki-Iaki dan perempuan yang berumur 5 sampai dengan 12 tahun di Canada menghabiskan waktu kira-kira 14 jam seminggu dalam aktivitas fisik”. Sementara itu Racick dalam Toho Cholik Mutohir dan Gusril (2001: 65) menyatakan anak awal masa sekolah menginginkan 4 atau 5 jam minimum setiap hari melakukan aktivitas fisik, sedangkan remaja menginginkan setengah sampai dua jam. Gerak dasar lokomotor merupakan gerakyang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, seperti: jalan, lari, lompat, dan sebagainya. Sedangkan gerak dasar non lokomotor merupakan gerak yang dilakukan di tempat, seperti: membungkuk, membalik, meliuk, dan sebagainya. Sementara itu gerak dasar manipulasi merupakan gerak untuk bertindak melakukan sesuatu bentuk gerak dari anggota
badannya
secara
lebih
terampil,
seperti:
menendang,
melempar,menangkap dan sebagainya. “Pada dasarnya gerak dasar manusia adalah jalan, lari, lompat dan lempar” (Aip Syarifuddin dan Muhadi, 1992:24). Bentuk gerakan dasar tersebut telah dimiliki oleh murid -murid sekolah dasar.gerak dasar lari
25 dan lompat merupakan gerak dasar Iokomotor yangperlu dikembangkan di sekolah dasar di samping gerak dasar yang lainnya. Gerak dasar lokomotor merupakan dasar macam-macam keterampilan yang sangat perlu adanya bimbingan,
latihan,
dan
pengembangan
agar
anak-anak
dapat
melaksanakan dengan benar dan baik. Sebagian besar gerak dasar lokomotor berkembang sebagai hasil dari beberapa tahap kematangan. Namun yang menjadi permasalahannya sekarang adalah bagaimana caramenanamkan dan mengembangkan bentuk-bentuk gerak dasar yang telah dimiliki yaitu, agar dapat dilakukan dengan benar dan baik. Rusli Lutan (2001: 21) menyatakan bahwa “kemampuan gerak dasar dapat diterapkan dalam aneka permainan, olahraga, dan aktivitas jasmani yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari”. Melalui aktivitas bermain, sangatlah tepat untuk mengembangkan keterampilan gerak dasar anak di sekolah dasar, karena pada dasamya dunia anak-anak adalah bermain. Untuk itulah penulis pada kesempatan ini akan mencoba menyajikan model-model pengembangan gerak dasar lari dan lompat untuk anak-anak di sekolah dasar melalui pendekatan bermain
4. Gerak Dasar a. Pengertian Gerak Dasar Kemampuan gerak yang perlu ditingkatkan pada peserta didik sekolah dasar adalah kemampuan gerak dasar, yaitu suatu pola gerakan yang mendasari suatu gerakan mulai dari kemampuan gerak yang sederhana hingga kemampuan gerak yang kompleks. Pada dasarnya gerak dasar manusia adalah jalan, lari, lompat, dan lempar. Semua kemampuan tersebut harus dimiliki anak dengan baik, agar anak memiliki landasan untuk mengembangkan kemampuan gerak yang lebih kompleks. Kemampuan tersebut menurut beberapa ahli mempunyai pengertian yang sama dengan kemampuan gerak (motor ability), yang berarti keadaan dari seseorang untuk menampilkan berbagai variasi kemampuan gerak. Menurut Samsudin (2008), menyatakan bahwa:
26 Gerak (motor) sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak manusia, Sedangkan psikomotor digunakan untuk mempelajari perkembangan gerak pada manusia. Jadi gerak (motor) ruang lingkupnya lebih luas daripada psikomotorik. Meskipun secara umum sinonim digunakan dengan istilah motor (gerak), sebenarnya psikomotor mengacu pada gerakan-gerakan yang dinamakan alih getaran elektorik dari pusat otot besar (hlm.8). Kemampuan gerak dasar atau sering disebut dengan istilah “kemampuan motorik”.Kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir.Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991: 24) menyatakan, “Gerak dasar manusia adalah jalan, lari, lompat dan lempar”.Menurut Mulyono B. (1994: 298) bahwa, “kemampuan motorik atau kemampuan gerak dasar adalah kemampuan bawaan dan kemampuan yang diperoleh dalam melakukan keterampilan gerak (motor skill) dari sifat umum atau fundamental, di luar kemampuan olahraga spesialisasi tingkat tinggi”.Sedangkan menurut Department of Education (2013: 15), “Fundamental Movement Skills (FMS) are movement patterns that involve such skills as running, hopping, catching, throwing, striking and balancing”.Maksudnya keterampilan gerak dasar adalah pola gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh yang berbeda seperti berlari, melompat, menangkap, melempar, memukul, dan keseimbangan. Dalam mempelajari kemampuan gerak dasar terdapat beberapa perubahan yang dapat kita amati dari sejak manusia lahir sampai dewasa. Perubahan tersebut yaitu dari gerak bebas yang tidak bermakna menjadi gerak yang terarah dan tidak bermakna, dari gerak kasar menjadi gerak halus, dari gerak yang tidak beraturan menjadi beraturan. Dengan adanya perubahan tersebut akan sangat membantu terhadap kemampuan gerak tertentu, yang dapat diterapkan kedalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya kemampuan gerak dasar dapat diklasifikasikan ke dalam
tiga
kategori
yaitu
lokomotor,
non-lokomotor
dan
manipulatif.Ketiga klasifikasi tersebut merupakan gerakan yang mendasari aktivitas fisik yang kompleks. Adapun tiga kategori tersebut, meliputi:
27 1) Keterampilan lokomotor merupakan gerakan yang sangat penting bagi transportasi manusia. Keterampilan ini diidentifikasi sebagai keterampilan yang menggerakan individu dalam suatu ruang atau dari tempat ke tempat lain. Gerak lokomotor terdiri dari jalan, lari, loncat, lompat dll. 2) Keterampilan non-lokomotor dalam istilah lain disebut keterampilan stabilitas, yaitu gerakan yang dilakukan dengan meminimalisasi atau tanpa bergerak dari tempatnya atau landasan, sebagai contoh meliukkan badan, mengayunkan anggota badan, membungkuk dll. 3) Keterampilan manipulatif, ada dua klasifikasi dalam keterampilan manipulatif yaitu receptive dan propulsive, keterampilan receptive adalah keterampilan menerima sesuatu objek seperti menangkap, trapping(menerima dan mengontrol bola) dll, sedangkan keterampilan propulsive ditandai dengan penerapan gaya terhadap suatu objek seperti melempar, dan memukul dll (Samsudin, 2008: 75-103). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, gerak dasar dapat diartikan sebagai gerak pengulangan yang dilakukan terusmenerus
dari
kebiasaan
serta
menjadikannya
sebagai
dasar
daripengalaman yang dibagi menjadi tiga pola atau kategori, yaitu gerak lokomotor, gerak non-lokomotor dan gerak manipulatif.
b. Karakteristik Kemampuan Motorik Anak Sekolah Dasar Menurut Sukintaka (1992:41) karakteristik jasmani dan tahap perkembangan motorik anak umur 6-12 tahun (Kelas I-VI) adalah sebagai berikut: 1) Karakteristik motorik anak umur 6-8 tahun (kelas I dan II) a) Keterampilan menggunakan mekanika tubuh yang baik dalam berbaring, duduk, berjalan, dan berlari. b) Mengembangkan keseimbangan tendo otot dan kekuatan otot untuk membentuk tubuh yang layak dan benar c) Mengembangkan keterampilan dan relaksasi d) Mengembangkan latian kekuatan, kecepatan, kelincahan, dan daya tahan untuk berpartisipasi dalam aktivitas. 2) Karakteristik motorik anak 9-10 tahun (kelas III dan IV) a) Belajar rileks bila merasa lelah b) Belajar tentang masalah-masalah hambatan gizi c) Dapat menggunakan mekanika tubuh yang baik d) Mengatasi kekurangan sebaik mungkin e) Berusaha untuk menguasai keterampilan sebaik mungkin
28 f) Memperbanyak kegiatan untuk meningkatkan kemampuan jasmani dengan latihan-latihan dasar 3) Karakteristik motorik anak 10-12 (kelas V-VI) a) Mengembangkan dasar bermain dan keterampilan gerak (movement skill) b) Mengembangkan endurance seperti perkembangan otot dan memperbaiki koordinasi c) Memperbaiki kecepatan dan ketepatan d) Mengembangkan perlawanan terhadap kelelahan, menambah aktifitas yang intensif e) Mengetahui bagaimana rifleks dan menggunakan masa istirahat (sukintaka, 1992:41) c. Periode Perkembangan Gerak Dasar Anak Sekolah Dasar Perkembangan gerak dasar anak sekolah dasar dibagi menjadi tiga periode yaitu “(1) fase perkembangan gerak dasar usia 2-7 tahun, (2) fase transisi usia 7-10 tahun, (3) fase spesifikasi usia 10-13” (Yudha M Saputra, 2001: 14). Pada fase perkembangan gerak dasar usia 2-7 tahun, anak mulai belajar berjalan pada saat mereka berusia kira-kira dua tahun dan bentuk-bentuk lain gerak lokomotor. Anak berusia 2-7 tahun pada dasarnya sedang menjalani masa pertumbuhan, mengalami bertambahnya pengalaman, mereka bergantung pada instruksi dan meniru yang lain. Mereka menjadi lebih terampil dalam menguasai keterampilan gerak dasar.Pada fase ini anak sudahsiap untuk menemukaninformasi dengan guru. Guru sudah dapat memberikan keterampilan persepsi motorik, keterampilan gerak dasar, keterampilan multilateral dan keterampilan terpadu. Pada fase transisi usia 7-10 tahun ini, anak secara individu mulai dapat mengkombinasikan dan menerapkan gerak dasar yang terkait dengan penampilan dalam aktivitas jasmani. Gerakan yang dilakukanberisikan unsur-unsuryang sama, seperti gerak dasar, tetapi dalam pelaksanaannya lebihakurat dan terkendali.Selama periode ini anak terlibat secara aktif dalam pencarian dan pengkombinasian berbagai macam pola gerak dan keterampilan. Pada umumnya kemampuan mereka akan sangat cepat meningkat.
29 Pada fase spesifikasi usia 10-13 tahun ini, anak sudah dapat menentukan pilihannya akan cabang olahraga yang disukainya, secara umum mereka sudah memiliki kemampuan dalam koordinasi dan kelincahan yang jauh lebih baik. Pada fase ini mereka memilih untuk mengkhususkan pada salah satu cabang olahraga yang dianggap mampu untuk dilakukan.Mereka juga sudah mulai bisa menilai kelebihan dan kekurangan yang dimiliknya.Anak mulai mencari atau menghindari aktivitas yang tidak disukainya. Dari ketiga fase perkembangan gerak dasar yang terjadi pada usia sekolah dasar ini perlu. Adanya upaya dari guru pendidikan jasmani dalam mengembangkan kemapuan gerak dasar anak sesuai dengan tingkatannya.
d. Gerak Dasar Lokomotor Gerakan-gerakan lokomotor adalah gerakan-gerakan yang pergi ke mana saja. Demikian mungkin anak-anak akan memberi batasan terhadap istilah yang satu ini. Sebenarnya dengan batasan yang diberikan anak-anak demikian, apa yang tergambarkan dari istilah tersebut tidaklah salah, walaupun mungkin terlalu sempit arti. Para ahli mendefinisikan gerakan lokomotor sebagai gerakan-gerakan yang menyebabkan tubuh berpindah tempat atau mengembara dalam berbagai ruang, sehingga dalam bahasa Inggris disebut juga Traveling. Ini tentunya merupakan kebalikan dari gerakan nonlokomotor, yang tidak menyebabkan tubuh berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya Ke dalam gerakan lokomotor ini termasuk gerakan-gerakan seperti berjalan,
berlari,
melompat,
mengguling,
melayang,
dan
lain
sebagainya.Gerakan-gerakan inilah yang kemudian menjadi dasar bagi perkembangan koordinasi gerakan yang melibatkan otot-otot besar (grossmuscles), pertumbuhan otot, daya tahan dan stamina, di samping merupakan bagian yang menggembirakan anak.
30 e. Macam-macam Gerak Dasar Lokomotor 1) Gerak Dasar Berjalan Berjalan adalah suatu proses menghilangkan keseimbangan dan mengembalikannya secara bergantian ketika bergerak ke depan dalam posisi tegak. Pada pelaksanaannya, gerak berjalan hanya menunjukkan sedikit sekali gerakan ke atas dan ke bawah serta gerakan ke samping.Lengan dan kaki bergerak secara berlawanan. Dalam berjalan, kaki bergerak secara bergantian, dengan salah satu kaki selalu kontak dengan bumi atau lantai. Ini berarti bahwa kaki yang melangkah harus ditempatkan pada bumi sebelum kaki yang lain diangkat. Jadi tidak ada saat melayang.Berat tubuh dipindahkan dari tumit ke arah bola kaki dan kemudian ke jari-jari untuk mendapatkan dorongan. Jari-jari kaki terarah lurus ke depan dan lengan diayun bebas dari bahu dengan arah berlawanan dengan kaki. Badan tegak, mata terfokus ke depan dan sedikit mengarah lebih rendah dari ketinggian mata sendiri. Tungkai berayun dengan lembut dari panggul, dengan lutut bengkok hingga cukup terangkat dari bumi. Pola berjalan yang sudah mencapai tahap matang terlihat lembut, halus dan diselesaikan dalam rangkaian yang mudah. 2) Gerak Dasar Melompat Melompat adalah suatu gerak lokomotor yang membuat tubuh terlontar ke udara yang menyebabkan tubuh lepas kontak dari tanah atau dari alat dan sesaat menimbulkan fase melayang. Baik sebagai aksi gerakan terpisah maupun ketika digabungkan dengan gerakan dasar yang lain, melompat terutama pada fase melayangnya merupakan aksi tubuh yang sangat menyenangkan bagi anak. Lompatan biasanya dilakukan dengan dua arah; pertama, menaikkan tubuh secara vertikal (lurus ke atas) untuk mencapai ketinggian, atau, kedua, menaikkan tubuh dengan momentum horisontal untuk memperoleh jangkauan jarak yang jauh.Anak yang diajari melompat secara efektif, baik untuk ketinggian maupun untuk jarak jauh,
31 pada dasarnya dipersiapkan untuk siap terlibat dalam berbagai aksi seperti permainan, dansa, senam, dan lain-lain, di mana anak perlu menguasai dengan baik kemampuan melompat. Kemampuan melompat biasanya sudah akan dikuasai pertama kali oleh anak pada usia dua tahun (24 bulan). Wickstrom (1977) dalam Graham et al. (2007) menjelaskan bahwa jenis kemampuan melompat dari anak-anak pra sekolah secara progresif berkembang sesuai kesulitannya. 3) Gerak Dasar Leaping dan Hopping Leaping adalah lompatan yang dilakukan dengan tolakan satu kaki dan mendarat dengan kaki yang lain. Para pesenam melakukannya dengan gerakan split di udara, yaitu suatu langkah yang dipanjangkan untuk mencapai jarak yang cukup jauh. Biasanya gerakan ini digabungkan dengan berlari. Dalam bahasa Indonesia, leaping sering diterjemahkan sebagai lari kijang. Hopping adalah bentuk gerakan meloncat dengan satu kaki. Artinya, melompat dan mendarat dengan kaki yang sama. Dalam melakukannya, tubuh agak condong ke depan, kaki yang tidak dipergunakan dan kedua lengan bertindak sebagai penyeimbang gerakan. Dalam bahasa Indonesia, hop atau hopping disebut jangkit atau jengkek. f. Jenis – jenis Gerak Dasar Lokomotor Lari Daya minat siswa cukup besar pada olahraga permainan, sehingga upaya yang harus dilakukan adalah membuat dan menyajikan aktifitas atletik kedalam situasi bermain yang lebih menyenangkan. Materi dasar tentang atletik ini dipelajari dan dipahami untuk kemudian diterapkan dengan baik.Dari beberapa sumber tentang implementasi teori atletik menyatakan bahwa atletik yang terdiri dari banyak gerakan.Berikut gambaran tentang bagaimana atletik diterapkan dalam sebuah aktivitas. 1) Lari ke depan, ke belakang, ke samping 2) Lari di lintasan lurus dan atau di jalur lintasan tikung 3) Melakukan gerak lari dengan gerakan cepat atau lambat
32 4) Lari yang disertai sambil bercakap (running conversation pace) dan atau tanpa suara (silent run). 5) Lari mendaki atau naik dan menurun. 6) Lari berirama (tempo) atau tidak berirama. 7) Lari dengan memanfaatkan koordinasi gerak tungkai dan lengan. 8) Lari langkah pendek dengan terus menerus. 9) Lari dilakukan sendiri, berpasangan atau dalam kelompok/grup. 10) Lari dengan menggunakan peralatan, melewati rintangan dan atau melewati gawang.
g. Gerak Dasar Lokomotor Lari Dibandingkan dengan berjalan, berlari adalah pergerakan kaki yang cepat secara bergantian, pada saat yang sekejap, kedua kaki meninggalkan
bumi
sebelum
salah
satu
kaki
segera
bertumpu
kembali.Berlari dibedakan dari yang cepat (sprint) hingga yang pelan. Tubuh, walaupun berbeda tingkatnya sesuai kecepatan, harus sedikit condong ke depan. Lutut dibengkokkan dan diangkat, kedua lengan berayun depan dan belakang dari bahu, dan siku bengkok. Sebagian besar anak sekolah dapat berlari pada kecepatan relatif tinggi dan dengan mudah dapat mengubah arah larinya. Tahapan pola lari yang sudah matang akan menunjukkan hal-hal esensial berikut ini: 1) Kaki bertolak dengan kuat sampai lutut hampir lurus, kaki diangkat setinggi rata-rata air. 2) Tungkai diayunkan agar memperoleh langkah yang lebar, lebar langkah ini disesuaikan dengan panjang tungkai, semakin panjang tungkai, maka semakin lebar langkah yang diperoleh. 3) Badan condong kedepan dengan sudut + 25 - 30ᵒ dan badan rileks. 4) Siku diayunkan disamping badan secara wajar dan membentuk sudut 90ᵒ, tangan boleh menggenggam kendor maupun terbuka, apabila gerakan lengan cepat maka gerakan kaki juga mengimbangi cepat juga.
33 5) Pandangan lurus kedepan yaitu kegaris finis (untuk sprint 100 m). 6) Yang harus diperhatikan pelari adalah frekuensi kaki harus cepat dan langkah yang lebar dengan tidak mengurangi kecepatan.
Gambar 2.1 Gerak Dasar Lari
h. Tujuan Pembelajaran Lokomotor Berlari Tujuan
dari
pembelajaran
gerakan
berlari
adalah
untuk
meningkatkan kemampuan gerak dasar fundamental yang paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun sifatnya sangat alamiah, dan semua anak normal biasanya sudah menguasai gerakan dasar ini pada usia-usia awal mereka, bukan berarti bahwa gerakan dasar tersebut tidak perlu dilatih. Melatih atau memperbanyak pengalaman anak dalam berjalan dan berlari, tentunya akan meningkatkan efisiensi dari gerakan itu sendiri, di samping akan membantu anak dalam meningkatkan kekuatan dan daya tahan dari otot-otot yang digunakan. Hal lain yang perlu disadari adalah hakikat dari perluasan yang mungkin dilakukan ketika gerak dasar ini dilakukan dengan cara-cara yang berbeda. Anak secara tidak langsung diperkaya perbendaharaan geraknya, sehingga memiliki khasanah gerak dasar yang juga semakin kaya. Dan ketika hal tersebut dieksplorasi oleh guru dan anak, maka secara langsung atau tidak langsung, hal itu pun berpengaruh kepada struktur kognitif anak yang semakin banyak menerima rangsang berupa gerak, sehingga semakin memperkaya konsep gerak dasar di dalam otak anak.
34 i. Cabang – Cabang Atletik Lari Lari sangat banyak macamnya dari yang berjarak pendek (dalam hitungan meter) hingga jarak jauh ( dalam hitungan km). berikut adalah cabang-cabang lari yang sering diperlombakan baik itu dalam kejuaraan daerah hingga kejuaraan dunia. Tabel 2.1 Nomor – nomor atletik yang sering diperlombakan No
Cabang – cabang lari
Jarak yang ditempuh
1
Jarak Pendek
100 m 200 m 4 x 400 m 4 x 100 m 400 m gawang 110 m gawang 100 m gawang
2
Jarak Menengah
800 m 1.500 m 3.000 m 5.000 m
3
Jarak Jauh
10.000 m 20.000 m Maraton (42 km)
(Sumber: Giri wiarto hal: 8) 1) Sprint Berlari merupakan unsur gerakan yang dapat menunjang pelari untuk mancapai hasil kecepatan yang maksimal. Setelah melakuakan gerakan start dengan langkah-langkah peralihan yang meningkat makin lebar dan condong badan yang berangsur-angsur berkurang, kemudian dilanjutkan dengan gerakan lari cepat. Dalam berlari gerakan kaki ketika melangkah harus lebar dan kaki mencengkram kuat pada lintasan. Cengkraman, ini bertujuan untuk
35 mendapatkan reaksi dari lintasan agar dapat melayang diudara dan kecepatan. 2) Lari Jarak Menengah Pada lari jarak menengah ada sedikit perbedaan dari lari Sprint. Perbedaan tersebut terletak pada cara kaki menapak dilintasan. Untuk lari Sprint, kaki menapak dengan ujung-ujung kaki dan tumit sedikit sekali menyentuh lintasan. Sedangkan untuk lari jarak menengah kaki yang menapak adalah ujung kaki, tumit dan menolak dengan ujung kaki. Lari jarak menengah merupakan olahraga yang membutuhkan daya tahan endurance, sehingga dilakuakan dengan
gerakan-gerakan
yang
ekonomis
untuk
menghemat tenaga. 3) Lari Jarak Jauh Untuk lari jarak jauh ini harus dilakukan dengan gerakan ekonomis dan hemat tenaga. Dalam lomba jarak jauh, pelari harus mengenal diri sendiri. Maksudnya adalah pelari harus mampu mengendalikan dan mengatur kecepatan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. 4) Lari Estafet Lari sambung pada dasarnya adalah melakukan gerak lari secepat mungkin dengan membawa tongkat. Pada lari sambung terjadi perpindahan tongkat dalam regu. Satu regu lari sambung beranggotakan empat pelari, yaitu pelari pertama, pelari kedua, pelari ketiga, dan pelari keempat. Jarak nomor lari sambung yang diperlombakan adalah 4 x 100 m dan 4 x 400 m. Hal ini menunjukan bahwa lari sambung termasuk lari jarak pendek atau lari cepat. Hal yang perlu diperhatikan oleh dalam lari sambung adalah cara perpindahan tongkat antar pelari.
36 j. Jenis-jenis Bermain Gerak Dasar Lokomotor Lari Bermain guna meningkatakan gerak dasar lokomotor lari dengan tiga tahap pembelajaran.Tahap menemukan, tahap pengembangan, dan tahap penguatan.
1) Tahap pembelajaran a) Tahap menemukan: Aktifitas dalam tahap ini melibatkan anak menemukan jalan yang berbeda dalam berlari: dalam keadaan, melalui tingkat dan jalan alur yang berbeda, dan kecepatan bervariasi. Dalam tahap ini karakteristik dari lari adalah sebagai berikut: (1) Kaki berayun terbatas, dengan kaku, langkah yang tidak seimbang. (2) Tidak ada saat melayang. (3) Tungkai dan kaki berayun keluar dari tubuh. (4) Pola lari menunjukan semangat yang sangat besar. b) Tahap perkembangan: Mempraktikan lari secara evisien, dalam kecepatan yang berbeda dan dalam arah yang bervariasi adalah tujuan dari tahap pembelajaran
ini.
Anak-anak
dalam
tahap
perkembangan
keterampilan lari memperlihatkan karakter berikut: (1) Langkah kaki yang lebih mantab. (2) Sebuah tahapan melayang jelas. (3) Kaki belakang memluas untuk mendorong dan member lebih bayak daya gerak. (4) Tahap berayun meingkatkan dan terjadi lebih dekat dengan tubuh. c) Tahap memperkuat Anak-anak dalam tahap ini menerapkan konteks yang berbeda dalam keterampilan berlari, termasuk mendukung lari dan aktifitas cepat, menghindari lawan (sepeti permainan-permainan
37 melarikan diri), dan berlari dengan teman yang lain. Pola pendewasaan lari meliputi karakter berikut: (1) Langkah dengan panjang yang baik, mempunyai irama yang mantab dan meliputi sebuah batas tahap melayang. (2) Didukung oleh luas kaki secara penuh (3) Lengan bengkok dan berayun kedepan dan belakang berlawanan dengan gerakan kaki. 2) Contoh Bermain Tabel 2.2 Tabel contoh gerak dasar lokomotor lari. Tahap pembelajaran
Nama kegiatan
Keterampilan gerak/konsep
Grup ukuran
running free
Berlari, kesadaran tempat (arah dan tingkat), dan kesadaran tubuh (waktu dan energi)
1
Lapangan rumput atau halaman
29
1
Lapangan rumput atau halaman
30
2-4
Lapangan rumput atau halaman
31
6-8
Lapangan rumput atau halaman
32
4
Lapangan rumput atau halaman
33
Korero kiri
Menemukan Running journey
changin g speed
halft and halfs relays
Berlari, kesadaran tempat (jalan alur, bagian tubuh), Kesadaran tubuh (waktu dan energi) dan hubungan (dengan objek dan yang lain) Berlari, kesadaran tempat (arah dan tingkat), dan hubungan (dengan objek) berlari secara efisien dalam bervariasi kecepatan dan hubungan (dengan yang lain) pendukung lari dan hubungan (dengan yang lain)
Tempat yang disarankan
hal
38 firefighter's bucket
pendukung lari Lapangan dan hubungan 3-4 rumput atau (dengan yang lain) halaman City gates Berlari secara efisien, berlari Lapangan cepat dalam 4-6 rumput atau Pengembangan lintasan dan halaman berlari cepat dalam wadah fast cars Berlari cepat dan Lapangan berlari dalam 4-6 rumput atau lingkaran halaman Three berlari cepat, person tag menghindari dan Lapangan menjauh dan 3 rumput atau hubungan (dengan halaman yang lain) Radishes cepat memulai, Lapangan and raisins berlari cepat dan 8+ rumput atau menghindari halaman Quick star start berdiri dan Lapangan duduk, dan berlari 5 rumput atau dengan kecepatan halaman Rob the nest start cepat, berlari Lapangan dengan kecepatan 3-4 rumput atau dan berbalik halaman dengan cepat Bump berlari cepat dan Lapangan menghindari 6-8 rumput atau pemburu halaman Penguatan Destinati Pendukung lari, ons membaca peta, Lapangan dan 2 rumput atau memperhitungkan halaman jarak colour of berlari cepat dan Lapangan number run hubungan (dengan 8+ rumput atau yang lain) halaman Leader of Berlari cepat, the pack berlari dengan Lapangan kelompok (wadah) 4-6 rumput atau dan bergantian halaman langkah (Sumber :Developing Fundamental Movement Skills Manual 2012:28)
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
39 a) Tahap penemuan Korero kiri Peralatan Anak-anak menyebar dilapangan rumput atau dihalaman. Satu orang terpilih menjadi “Kiri” Kegiatan: Kiri mengatakan sebuah instruksi ke kelompok.Bila instruksi diawal dengan “kiri berkata”, maka kelompok tersebut harus melakukan kegiatan tersebut (sesuai instruksi Kiri).Tetapi bila instruksi tidak diawali dengan “kiri berkata” maka kelompok tersebut melakukan kegiatan yang dilakuakan. Variasi: Peserta didik dibariskan membuat satu garis lurus “mangsa” (korero), satu orang menjadi “pemburu” (kiri).Pemburu berada pada barisan
paling
ujung
mulai
bergerak
berbelok-belok
seperti
ular.Gerakan bisa bervariasi mulai dari berjalan, melompat, langkah samping, gerakan mengikuti “pemburu”.Setelah ada aba-aba bunyi peluit, pemburu dengan mangsa berlari ketempat semula. Pemburu berusaha mendapatkan mangsa dengan cara menyentuh. Mengsa berusaha menyelamatkan diri dengan cara kembali kegaris awal Ukuran lapangan : 9x6 meter
40 Zona aman
\ Setelah aba-
Gambar 2.2Gambar permainan “korero kiri” Keterangan: : Pemburu : mangsa
: arah lari : arah gerakan b) Tahap pengembangan Half and half Relays Peralatan Halaman atau lapangan yang mempunyai garis start dan garis batas 3-8 meter, gunakan cone atau tanda lain bila tidak ada garis. 1 kelompok 4 orang: setiap anak di setiap cone sesuai nomor.. Kegiatan 1: kegiatan awal 1,5 m
3
1 5m
5m
5 5m
4
1,5 m
2
Gambar 2.3 Gambar permainan “half and half relays”
41 Keterangan: : Pemain atau pelari 1
: Cone : jarak dan arah lari
saat aba-aba “go” (1) Pelari 1 berlari menuju tanda pelari 2 digaris batas dan berhenti disana, kemudian. (2) Pelari 2 berlari menuju tanda pelari 3 digaris start dan berhenti disana,kemudian. (3) Pelari 3 berlari menuju tanda pelari 4 digaris batas dan berhenti disana. (4) Ulangi sampai semua anak kembali keposisi semula. Kegiatan 2: putar kembali Saat aba-aba “go” (1) Pelari berlari menyilangi area permaianan, dan mengelilingi pelari 2 dan 4, kemudian memberi tanda pelari 2, kemudian (2) Pelari 2 berlari menyilang area permainan, dan mengelilingi pelari 3 dan memberi tanda pelari 3 (3) Ulangi beberapa kali Dapatkah kamu melihat? (1) Kepala katas (2) Gerakan kaki dan tangan berlawanan (3) Tangan bengkok berayun kedepan dan kebelakang (4) Mendarat dengan rumit, mendorong bola-bola kaki (5) Lembut dan irama berlari Anda dapat menanyakan Untuk dapat berlari tanpa terengah-engah, apa yang perlu dilakukan? Bagaimana pengulangan ini menjadi berbeda jika kamu telah berlari cepat, mengarahkan agar menjadi tim yang pertama menyelesaikan?
42 Variasi: Mengubah kecepatan: mencoba berlari dengan cepat: Pemenangnya tim yang pertama kembali yang telah menyelesaikan dan kembali keposisi awal dengan tenang. c) Tahap penguatan Rob the Nest Perlengkapan Bola, simpai (holahop) 4 tim setiap tim terdiri dari 3-4 anak; setiap tim ditandai dengan sebuah angka. Bola ditaruh didalam holahop (sarang) di letakkan ditengah area bermain, setiap tim berdiri disekitar holahop Kegiatan Saat ada panggilan sebuah angka, pelari yang timnya disebutkan mengumpulkan telur dari tengah kesarang meraka, diberi waktu (30-40 detik). Ketika bola yang ditengah sudah habis mereka boleh mengambil telur dari tim yang lain. Tidak diperbolehkan ada gangguan dari pemain tim yang lain, satu poin berkurang jika mengganggu. Mungkin hanya satu telur yang dapat diambil dengan waktu tesebut. Skor tim berasal dari jumlah telur yang dikumpulkan dalam waktu tersebut.
Gambar 2.4 Gambar “Rob the nest”
43
Dapatkah anda melihat ? (1) Berlari yang semangat (2) Fairplays Anda dapat bertanya Tim mana yang akan kembali ambil telurnya ketika telur yang ditengah kosong? Sepeti apa contoh yang tidak fairplay? Variasi Aturan yang dimodifikasi : untuk melibatkan lebih banyak anak, kurangi jumlah tim dan taruh lebih banyak bola. Sebutkan angka baru kapan saja untuk menggantikan pelari. Siapapun yang membawa bola ketika angka disebutkan, maka telur harus dikembalikan kesarangnya d) Tarzan, delia dan harimau Kegiatan: Tarzan takut kepada delia kalau sedih atau marah, sehingga tarzan kalah dengan delia. Delia takut kepada harimau kalau nanti dimakan oleh pemangsa daging tersebut, sehingga delia kalah dengan harimau. Sedangkan harimau takut dengan tarzan karena tarzan adalah majikannya. Setiap kelompok memikirkan salah satu karakter tersebut dan setiap kelompok harus kompak salah satu karakter tersebut. Variasi: Peserta didik dibariskan menjadi dua bersaf setiap saf diberi jarak 1,5 meter, setiap saf adalah satu kelompok, setiap kelompok dberi waktu satu menit untuk mendiskuskan karakter apa yang akan dipakai. Setelah diberi waktu untuk berunding setiap saf berbaris membelakangi dengan jarak setiap saf 1,5 meter. Ketika guru membunyikan peluit semua kelompok mengekpresiakan diri
44 sesuai karakter yang disepakati oleh kelompok.Secara sepontan kelompok yang karakternya menang harus lari mengejar yang kalah, yang kalah harus lari menjauh hingga batas garis pengejaran yaitu 10 meter.
Gambar 2.5 Gambar permainan Tarzan Keterangan: : Pemain
: Arah lari
: Batas awalan/star : Batas mengejar e) Burung unta Perlengkapan Bola, simpai (holahop), Leader 2 tim setiap tim terdiri dari 5-10 anak; setiap tim ditandai dengan sebuah angka. Bola ditaruh didalam holahop (sarang) di letakkan diujung area bermain, setiap tim berdiri disekitar holahop
Kegiatan: Peserta didik sebagai burung unta berlari memindahkan telur disarang lama kesarang yang baru. Variasi:
45 Peserta didik dibariskan menjadi 2 (dua) bersaf, setiap barisan berlari melewati rintangan yaitu Leader atau tangga tidur dengan langkah-langkah yang baik dan benar. Orang pertama berlari mengambil telur yang ada disarang yang baru dan seterusnya, apabila telur yang sudah dipindahkan penuh maka dipindahkan lagi kesarang semula sampai semua burung memindahkan telur.
Gambar 2.6 Gambar permainan “Burung Unta” Keterangan : :Pemain : Hola hop : Bola f) Bintang emas Kegiatan: Peserta didik yang kalah dalam undian menjadi pemburu bintang, bintang yang menyala atau peserta didik yang berdiri harus sembunyi dari pemburu dengan cara jongkok. Variasi: Peserta didik dibariskan menjadi dua kelompok putra dan putri, lalu setiap kelompok melakukan undian yang kalah menjadi pemburu bintang.Peserta didik harus berlari menghindari kejaran pemburu, ketika pemburu sudah dekat bisa bersembunyi
46 meredupkan cahaya dengan sikap jongkok, jika ingin bersinar harus disentuh oleh bintang emang yang lain, bintang yang meredupnya terlalu dekat dengan jarak kedua lengan tangan pemburu makan akan diundi dan bergantian menjadi penjaga. Pemain tidak boleh keluar dari garis permainan, dengan batas 10x10 meter.
Gambar 2.7 Gambar permainan bintang emas Keterangan: : Pemburu : Bintang mas
g) Menjaring Ikan Peralatan Anak-anak menyebar dilapangan rumput atau halaman. Dua orang terpilih menjadi jaring dan yang lain menjadi ikan Kegiatan: Peserta didik yang menjadi jaring harus menangkap atau menjaring ikan lalu ikan tersebut menjadi jaring dan seterusnya. Variasi
47 Peserta didik dibariskan lalu mengundi siapa yang menjadi jaring, dua undian terakhir menjadi jaring. Peserta didik yang menjadi jaring harus berpegangan tangan supaya jaring tidak berlubang dan ikan lepas. Ikan harus ditangkap dengan jaring yang berada diujung kanan dan kiri, jika hanya kanan saja atau kiri saja ikan bisa lepas dan tidak menjadi jaring. Ikan dibatasi menghindar dari tangkapan jaring dengan batas 10 x 10 meter.
Gambar: 2.8 Gambar permainan menjaring ikan Keterangan: : Jaring ikan : Ikan
B. Kerangka Berfikir Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan mata pelajaran yang tidak kalah pentingnya dalam mata pelajaran yang lainnya.Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peran penting untuk mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan olahraga, dimana pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mempunyai maksud dan tujuan untuk mendidik peserta didik. Hal yang
48 membedakan dengan mata pelajaran lainnya adalah alat yang digunakan yaitu gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar. Gerak tersebut direncang secara sadar oleh gurunya untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Pembelajaran atletik sampai akhir-akhir ini masih menjadi mata pelajaran yang kurang disenangi oleh sebagian besar peserta didik. Penyebab hampir pasti dikarenakan pembelajaran masih tradisional dengan sifat kaku, yang terikat pada peraturan dan teknik dasar, dengan penguasaan prestasi (sport oriented). Pembelajaran gerak dasar lokomotor lari, dengan pendekatan bermain merupakan cara belajar dalam bentuk permainan. Dalam hal ini gerak dasar lari dipelajari dalam bentuk permainan. Permainan telah dikonsep oleh guru.Konsep permainan gerak dasar larimengunakan media pembelajaran yang mengarah pada pola gerak dasar lokomotor lari. Maksud dan tujuan dari pembelajaran gerak dasar lokomotor lari, dengan pendekatan bermain adalah untuk memenuhi hasrat gerak anak, dapat menimbulkan rasa senang dan gembira, meningkatkan hasil belajar dan kesegaran jasmani peserta didik. Disamping itu juga melalui permainan peserta didik dituntut memiliki inisiatif dan kreatifitas, sehingga hal iniakan merangsang kemampuan berfikir dan memecahkan masalah yang terjadi dalam permainan. Kemampuan peserta didik untuk memahami konsep permainan, dapat meningkatkan penguasaan gerak dasar lokomotor lari. Berdasarkan ciri-ciri dari pendekatan bermain tersebut menunjukan bahwa, pendekatan bermain merupakan metode pembelajaran yang dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak. Secara sederhana, kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digunakan pada gambar dibawah ini:
49
Guru
Kondisi awal
Model Pembelajaran yang Sport oriented dan kurang menyenangkan
Peserta didik Banyak peserta didik nilai dibawah kkm Murid kurang senang pada materi yang diajarkan
Siklus I:
Tindakan
Kondisi akhir
Menerapkan pendekatan bermain pada pembelajaran atletik terutama gerak dasar lokomotor lari,
Guru dan peneliti menyusun bentuk gerkan dan teknik dengan menggunakan pendekatan bermain dengan tujuan peserta didik mampu menguasai gerak dasar lokomotor lari dalam atletik.
Melalui pendekatan bermain peserta didik senang dengan materi yang diajarkan serta dapat manguasai gerak dasar lokomotor lari dalam atletik.
Gmabar 2.9 Alur kerangka berpikir
C. Hipotesis Tindakan Melalui kerangka pemikiran yang telah disusun sebelumnya maka dapat dirumuskan hipotesis terhadap penelitian adalah sebagai berikut: “Penerapan pendekatan bermain dapat meningkatakan hasil gerak dasar lokomotor lari pada peserta didik kelas III SD Negeri Soropadan No. 108 Surakarta tahun ajaran 2015/2016”