BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI
Setelah memaparkan hal-hal yang menjadi dasar penulisan skripsi ini pada Bab I, maka pada Bab II akan diulas mengenai kajian pustaka, konsep penulisan skripsi, landasan teori yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis objek yang akan diteliti. 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui keaslian suatu karya ilmiah. Untuk mengetahui keaslian penelitian ini maka akan dipaprkan bebrapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. 2.1.1 Penelitian terdahulu Novel Empress Orchid karya Anchee Min yang diterbitkan pada tahun 2004 yang difokuskan pada seorang tokoh utama yaitu Putri Anggrek atau Putri Yehonala atau 慈禧太后 (Ci Xitaihou) atau 兰皇后 (Lan Huanghou) pada umumnya sudah pernah ada yang meneliti namun penelitian yang berkaitan dengan psikologi sastra belum ada yang pernah meneliti. Sedangkan di Cina sendiri, dikarenakan oleh suatu alasan buku ini sejak cetakan perdananya tidak diterbitkan di Cina maka sepengetahuan penulis novel ini belum pernah ada yang meneliti, namun karena novel ini sendiri bergenre tentang sejarah yang bertema kekuasaan seorang wanita yang kejadiannya sendiri bersetting pada masa Dinasti Qin maka ada beberapa mahasiswa serta Instansi tertentu dari Cina itu
Universitas Sumatera Utara
sendiri yang meneliti tentang Putri Anggrek atau Yehonala atau 慈 禧 太 后 (Ci Xitaihou) atau 兰皇后 (Lan Huanghou). 《 On Queen Mother Ci Xi’s Attitude to Movement of 1898 》 by Wu Renming,Zhang Zihan,Wei Yan(Journal Of ChengDu University Of Humanities and Law) pada tahun 2007. Penelitian ini bercerita tentang Putri Anggrek atau Yehonala atau 慈禧太后 (Ci Xitaihou) atau 兰皇后 (Lan Huanghou) yang menganalisa sifat beliau dalam pergerakannya yang berkisar di tahun 1898. 《The Really Queen Mother Ci Xi 》oleh : Zhu Jiangren.Disini sifat dan karakter Putri Anggrek atau Putri Yehonala atau 慈禧太后 (Ci Xitaihou) atau 兰皇后 (Lan Huanghou) lebih terperinci lagi diceritakan, mulai dari karakternya sebelum menjadi selir, segi kecerdasan, dan kecintaannya pada sang suami.
2.2 Konsep Konsep akan mengulas sedikit tentang variabel dan istilah yang terikat dalam judul penelitian, seperti novel, tokoh, dan kepribadian. Seperti : 1. Novel : adalah suatu bentuk karya sastra yang bercerita tentang kehidupan manusia dan segala yang terjadi disekitar lingkungannya. 2. Tokoh : adalah pelaku dalam karya sastra, yang berfungsi sebagai media deskripsi dalam tema atau masalah yang diangkat oleh suatu karya sastra. 3. Kepribadian : adalah keseluruhan pola sikap, perasaan, ekspresi dan tempramen seseorang yang akan terwujud dalam tindakan seseorang jika berhadapan pada suatu situasi.
2.3 Landasan Teori
Universitas Sumatera Utara
Teori adalah dasar pijakan seorang peneliti untuk bekerja menganalisis objek yang hendak dikaji dalam menulis sebuah karya ilmiah. Dalam analisis tokoh utama dalam novel Empress Orchid (2004), peneliti menggunakan teori Sigmund Freud (Id, Ego, Superego) menganalisis kepribadian tokoh utama tersebut. 2.3.1 Sastra Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu (Mursal Esten, 1978 : 9).
Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).
Sastra adalah suatu karya sastra yang mengangkat tema manusia dan lingkungannya serta segala sesuatu yang terjadi didalamnya. Sastra sering kali dijadikan media untuk mengkspresikan diri, emosi, dan perasaann pengarang yang kemudian ditumpahkan dalam suatu jenis karya sastra.
Novel adalah jenis dan genre Prosa dalam karya sastra. Prosa dalam bahasa kesusastraan juga disebut sebagai karya fiksi. Karya fiksi yang mengarah kepada suatu karya sastra yang menceritakan kejadian yang bersifat rekaan, khayal, sesuatu yang tidak ada dan tidak pernah benar-benar terjadi hingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata (Nurgiyantoro, 1995:2).
Universitas Sumatera Utara
Istilah novel datang berasal dari bahasa Italia yaitu Novella yang secara harafiah memiliki arti “sebuah barang baru yang kecil” yang lalu kemudian diartikan sebagai “cerita pendek dalam bentuk prosa” (Abrams dan Nurgiyanto, 1995:9). Dalam bahasa Jerman novel disebut dengan novel, yang kemudian disempurnakan dalam Bahasa Indonesia menurut EYD. Ada juga karya sastra fiksi atau novel yang berdasarkan diri pada fakta. Karya fiksi yang demikian oleh Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:4) digolongkan sebagai fiksi dan non-fiksi yang terdiri atas : 1. Fiksi historis atau novel historis, dimana penulisan novel berpijak pada fakta sejarah. 2. Fiksi biografis atau novel biografis, dan yang menjadi acuan penulisan adalah fakta biografis. 3. Fiksi sains atau novel sains, jika yang menjadi acuan dasar penulisan adalah fakta ilmu pengetahuan.
Jika ditelisik dari penggolongan novel diatas maka objek yang akan diteliti oleh peneliti yang berjudul “Emperess Orchid” (2004) karya Anchee Min ini termasuk kedalam kategori novel historis dimana setting kejadiannya berlangsung pada masa Dinasti Qing dibawah kepemimpinan bangsa Manchu pada masa tersebut. Menurut Jacob Sumardjo (1999:11-12), novel adalah genre sastra yang berupa cerita yang dibaca dan dicerna, juga kebanyakan mengandung unsur suspense dalam alur ceritanya sikap penasaran bagi pembacanya. Novel adalah salah satu dari beberapa karya sastra yang menghadirkan tokoh sebagai pusat untuk mengekspresikan masalah yang diangkat dalam menulis karya
Universitas Sumatera Utara
sastra, khususnya novel. Dibawah ini akan dijelaskan pengertian tokoh dan pengklasifikasian tokoh secara umum.
2.3.2 Tokoh Dalam sebuah novel tokoh memegang peranan yang sangat penting, namun tak lepas dari itu, tokoh dalam novel memegang peranan yang berbeda-beda. Ada tokoh yang penting ada pula tokoh tambahan. Biasanya di dalam suatu cerita fiksi terdapat tokoh cerita atau pelaku cerita. Tokoh cerita bisa satu atau lebih. Tokoh yang paling banyak peranannya di dalam suatu cerita di sebut tokoh utama.Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama. Sedangkan tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena pemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu (Aminuddin, 1987:79).
Untuk memahami seluk beluk novel, fungsi tokoh utama sangat penting. Pembaca mengikuti alur cerita karena mengikuti gerak tokoh utama cerita. Tokoh utama biasanya adalah cermin dari cerita atau tema yang diangkat pengarang. Sering kali tokoh utama dijadikan sebagai media untuk menyampaikan isi cerita dan pesan yang tersirat. Selain tokoh utama sebagai pusat pelaku dalam novel atau karya sastra lainnya, ada juga tokoh pendukung. Selain tokoh utama, tokoh pendukung juga unsur wajib dalam penulisan karya sastra novel khususnya. Bedanya dengan tokoh utama bahwa masalah yang diangkat tidak berpusat pada tokoh pendukung sehingga kemunculan
Universitas Sumatera Utara
tokoh pendukung lebih sedikit jika dibandingkan dengan tokoh utama. Ini adalah karakter yang muncul sepanjang cerita, tetapi bukan fokus utama. Antara tokoh yang satu dengan yang lain ada keterkaitan. Tindakan tokoh cerita ini merupakan rangkaian peristiwa antara satu kesatuan waktu dengan waktu yang lain. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tokoh tentu ada penyebabnya dalam hal ini adalah tindakan-tindakan atau peristiwa sebelumnya. Jadi mengikuti atau menelusuri jalannya cerita sama halnya dengan mengikuti perkembangan tokoh melalui tindakan-tindakannya.
2.3.3 Hubungan Sastra dan Psikologi Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh yang tercantum dalam suatu karya sastra
2.3.3.1 Psikologi Istilah Psikologi berasal dari bahasa Yunani. Secara Estimologis Psikologi Yunani yang berasal dari dua suku kata yaitu phsyce dan logos. Kata Phsyce berarti “jiwa”, dan logos yang berarti “ilmu”. Jadi secara harafiah, Psikologi berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang segala gejala-gejala kejiwaan. Menurut Paul Mussen dan Mark R.Rosenwieg dalam Pshycology and Introduction “psikologi” diartikan sebagai ilmu yang mempelajari mind atau pikiran, namun dalam perkembangannya kata mind berubah menjadi behaviour (tingkah laku), sehingga psikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia (Mussen&Rosenwieg, 1975:5).
Universitas Sumatera Utara
Namun demikian ada juga pendapat para pemikir yang mendefenisikan psikologi secara sama.yaitu Henry Gleitman : “ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana makhluk tersebut berpikir dan berperasaan” (Henry GleitmanSyah, 1995:8).
2.3.3.2 Psikologi Sastra Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan. Karya sastra dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh. Jatman (1985:165) berpendapat bahwa karya sastra dan psikologi memang memiliki pertautan yang erat, secara tak langsung dan fungsional. Pertautan tak langsung,karena baik sastra maupun psikologi memiliki hubungan fungsional karena sama-sama untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain, bedanya dalam psikologi gejala tersebut riil, sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif.
1. Psikologi menurut Sigmund Freud. Freud adalah seorang tokoh pencetus psikologi yang menghubungkannya dengan sastra. Dalam teorinya, kepribadian menurut Freud pada umunya dibagi menjadi tiga, yaitu : (a). ID atau Es (b). EGO atau ICH (c). SUPER EGO atau UBER ICH. Menurut Freud, kreasi seni merupakan alternatif, sebagai sublimasi dan kompensasi kehidupan sehari-hari yang tak terpenuhi. Dalam menulis skripsi penelitian ini, penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Karena dianggap lebih sesuai dengan tokoh utama
Universitas Sumatera Utara
yang dijadikan penulis sebagai objek kajian untuk diteliti. Freud memiliki pemahaman tentang kepribadian manusia dibangun berdasarkan pengalamannya dengan sejumlah pasiennya, analisis tentang mimpinya sendiri, dan bacaannya yang luas dalam bidang ilmu pengetahuan dan humaniora. Sigmund Freud dalam sejarahnya dipandang mencetuskan ide psikologi sastra, seorang dokter muda dari Wina. Ia mengemukakan gagasannya bahwa kesadaran adalah sebagian kecil dari kehidupan mental sedangkan sebagian besarnya adalah ketidaksadaran atau tak sadar dalam diri orang tersebut. Psikologi umum menguraikan dan menyelidiki kegiatan kegiatan psikis pada umumnya dari manusia dewasa dannormal termasuk kegiatan pengamatan, intelgensi, perasaan, kehendak, motif-motif dan seterusnya. Perspektif topografis dalam kehidupan psikis :
“yang tak sadar “
“yang pra-sadar”
“yang sadar”
2. Struktur Kepribadian Sigmeund Freud Ini merupakan salah satu penemuan terbesar psikoanalaisis adalah adanya kehidupan sadar dan tidak sadar manusia. Selama ini diyakini para ilmuwan bahwa manusia rasional yang sepenuhnya sadara akan segala perilakunya. Ketidak sadaran adalah segi pengalaman yang tak pernah kita sadari. Menurut Freud (2003:3) ketidaksadaran merupakan salah satu inti pokok teorinya. Segi-segi terpenting perilaku manusia justru ditentukan oleh alam tak sadarnya. Ia membayangkan kesadaran manusia sebagai gunung es dimana hanya sebagian saja yaitu puncak teratasnya yang tampak terapung dilaut.
Universitas Sumatera Utara
Bagian yang terendam ini dapat dibagi menjadi dua yaitu bagian pra-dasar yang dengan usaha kita angkat kekesadaran dan bagian tak sadar yang hanya muncul dalam perbuatanperbuatan tak sengaja, fantasi, khayalan, mimpi, mitos, dongeng, dan sebagainya. Tahun 1923 Freud secara tegas mengemukakan dalam bukunya, THE EGO AND THE ID, pandangannya mengenai struktur kepribadian manusia, yaitu terdiri dari tiga bagian yakni: Id, Ego, Super ego yang tumbuh secara kronologis. Bila dikaitkan dengan pandangan toporagfis sebelumnya, Id terletak dalam ketidaksadaran, ego dan superego meliputi ketiga tingkat kesadaran manusia.
a. Id (Das Es) adalah sistem kepribadian yang Id merupakan sumber energi psikis. Maksudnya bahwa Id itu merupakan sumber dari instink kehidupan (eros) atau dorongan-dorongan biologis (makan, minum, tidur, bersetubuh, dsb) dan instink kematian atau instink agresif (tanatos) yang menggerakkan tingkah laku. Prinsip kesenangan merujuk kepada pencapaian kepuasan yang segera dari dorongandorongan biologis tersebut. Id adalah sistem kepribadian manusia yang paling dasar dan tertua. Id adalah acuan penting untuk memahami mengapa seniman atau sastrawan menjadi kreatif (Atmaja:1988:231). Id adalah aspek kepribadian yang “gelap” dalam alam bawah sadar manusia yang berisi insting dan nafsu-nafsu tak kenal nilai dan agaknya berupa “energi buta”. Id adalah system kepribadian yang ada sejak lahir bahkan mungkin sebelum lahir, dan diturunkan secara genetik, langsung berkaitan dengan dorongn-dorongan biologis manusia dan merupakan sumber energi manusia, sehingga Freud mengatakan bahwa ini adalah jembatan antara segi biologis dan psikis manusia. Id bekerja berdasarkan prinsip-prinsip yang amat primitif sehingga bersifat kacau tanpa aturan, tidak mengenal moral dan tidak memiliki rasa
Universitas Sumatera Utara
benar-salah. Id memiliki prinsip kesenangan yang merujuk kepada pencapaian kepuasan yang segera dari dorongan biologis tersebut.
Satu-satunya yang diketahui Id adalah perasaan tidak senang, sehingga diakatakan bahwa id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan. Ia selalu mengejar kesenangan dari ketegangan. Teori Freud sebagai keseluruhannyaTeori Freud sebagai keseluruhannya juga dikenal sebagai teori penurunan ketegangan. Untuk menjalankan fungsinya, Id memiliki dua mekanisme dasar yaitu gerakan-gerakan refleks dan proses primer. Dalam keadaan lapar seorang bayi akan berteriak menangis. Bila bagian tubuh dipukul dengan benda tumpul dengan keras makan akan terasa sakit dan begitu seterusnya. Walaupun demikian refleks tidak selalu efisien dalam meredakan ketegangan,sehingga diperlukan proses dimana manusia membentuk citra dari objek yang berguna bagi pemuasan suatu kebutuhan mendasar. Proses pembayangan ini disebut proses primer dan memiliki ciri, tidak logis, tidak rasional, tidak dapat membedakan antara khayalan dan realitas. Untuk dapat bertahan hidup seorang bayi mutlak harus harus dapat membedakan yang khayal mana yang kenyataan, maka berkembanglah sistem kepribadian yang kedua yaitu Ego.
b. Ego (ICH) adalah aspek psikologi kepribadian yang harus tunduk pada Id dan harus mencari dalam realitas apa yang dibutuhkan Id sebagai pemuas kebutuhan dan pereda ketegangan. Dengan demikian EGO adalah segi kepribadian yang dapat membedakan antara khayalan dan kenyataan serta mau menanggung ketegangan dalam batas tertentu. Dalam perkembangannya ego, adalah kepribadian implementatif, yaitu berupa kontak dengan dunia luar. Berlawanan dengan Id yang bekerja berdasarkan prinsip realitas, artinya ia dapat menunda pemuasan diri atau mencari
Universitas Sumatera Utara
pemuasan lain yang lebih sesuai dengan batasan lingkungan fisik maupun sosial dan hati nurani. Ego menjalankan proses sekunder artinya ia menggunakan kemampuan berfikir secara rasional dalam mencari pemecahan masalah terbaik.
c. Super-ego merupakan perwakilan dari pelbagai nilai dan normanya yang ada dalam masyarakat dimana individu itu hidup. Super ego juga adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang bersifat evaluatif (menyangkut baik buruk). Anak mengembangkan SuperEgonya dari pelbagai dari larangan dari orangtuanya. Freud membagi superego dalam dua subsistem yaitu hati nurani dan ego ideal. Hati nurani diperoleh melalui penghukuman pelbagai perilaku anak yang dinilai baik oleh orangtua. Anak mengejar keunggulan dan kebaikan dan bila berhasil akan memiliki diri dan kebanggaan diri. Lain dengan Ego yang berpegang prinsip realitas, superego yang menginginkan manusia dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
3. Kepribadian Kata ”kepribadian” (personality) sesungguhnya berasal dari bahasa latin: pesona. Pada mulanya, kata pesona ini menunjuk kepada topeng yang biasa digunakan oleh pemain sandiwara di zaman Romawi dalam memainkan peran-perannya. Lambat laun kata pesona(personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyaraktnya,yang kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial(peran) yang diterimanya (Koswara, 1991:10).
Universitas Sumatera Utara
Allport (1971) dalam bukunya PERSONALITY mendefinisikan kepribadian sebagai berikut: kepribadian adalah organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Koentjaraningrat (1980) menyebut “kepribadian” atau personality sebagai susunan unusr-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan-tindakan dari tiap-tiap individu manusia. Dalam bahasa populer istilah “kepribadian” juga berarti ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten, yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus. Jika dalam bahasa sehari-hari kita menganggap bahwa seseorang mempunyai kepribadian, yang kita maksudkan adalah orang tersebut mempunyai beberapa ciri watak yang diperlihatkannya secara lahir, konsisten, konsekuen dalam tingkah lakunya tersebut memiliki identitas khusus yang berbeda dari individu lainnya. Newcomb (1950:344-345), yaitu bahwa kepribadian merupakan orgainisasi dari sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar terhadap perilakunya.
Demikian penjelasan mengenai BAB II yang mengulas tentang Kajian Pustaka, Konsep yang digunakan dalam meneliti, dan Landasan Teori yang digunakan menganalisis kepribadian tokoh utama Putri Yehonala dalam novel Empress Orchid (2004).
Universitas Sumatera Utara