BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Tolak Peluru a. Pengertian Tolak Peluru Tolak peluru adalah salah satu nomor lempar yang terdapat dalam cabang olahraga atletik. Meskipun termasuk dalam nomor lempar, namun penyebutannya bukan lempar peluru, tapi tolak peluru. Hal ini karena peluru tidak dilemparkan, tetapi ditolakkan atau didorong dari bahu. Eddy Purnomo dan Dapan (2011:131) menyatakan, “Tolak Peluru adalah suatu gerakan menolak suatu benda yang berbentuk bulat dengan berat tertentu yang terbuat dari logam (peluru) untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Berdasarkan pengertian tolak peluru tersebut menunjukkan bahwa peluru adalah suatu alat yang bundar yang terbuat dari logam, tembaga tau kuningan yang memiliki berat tertentu yang pelaksanaannya harus ditolakkan dari bahu untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Ada dalam peraturan IAAF untuk ukuran berat peluru yang digunakan adalah sebagai berikut : “(1) Putra junior dan Putra/junior/senior adalah 4 kg ; (2) Putra remaja adalah 5 kg ; (3) Putra junior adalah 6 kg ; dan (4) Putra senior 7,25 kg” (IAAF, 2006/2007:163). Sedangkan dalam pelaksanaannya, menolak peluru dapat digunakan dengan dengan menyamping (gaya ortodoks) atau membelakangi sektor lemparan (gaya O’brien). b. Teknik Tolak Peluru Teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang memungkinkan tercapainya hasil yang baik dalam suatu pertandingan maupun latihan. Peningkatan prestasi dalam olahraga menuntut adanya perbaikan dan pengembangan unsur teknik untuk mencapai tujuan. Peningkatan prestasi tolak peluru selalu menuntut perubahan teknik. Hal ini 7
8 berarti setiap saat teknik selalu berkembang sesuai dengan tuntutan peningkatan prestasi olahraga atau terjadi sebaliknya dengan dikemukakannya teknik-teknik baru, maka prestasi olahraga menjadi meningkat. Menolak peluru sejauh-jauhnya merupakan tujuan utama dari tolak peluru. Untuk dapat menolak peluru sejauh-jauhnya harus menguasai teknik tolak peluru yang baik dan benar. Menurut Jess Jarver (2009.75) teknik tolak peluru yang harus dikuasai meliputi, “(1) Cara memegang peluru, (2) Sikap badan pada waktu akan menolakkan peluru, (3) Cara menolakkan peluru, (4) Sikap badan setelah menolakkan peluru, (5) Cara mengambil awalan”. Untuk lebih jelasnya teknik pelaksanaan tolak peluru diuraikan secara singkat sebagai berikut: 1) Cara Memegang Peluru Peluru diletakkan pada telapak tangan bagian atas atau pada ujung telapak tangan bagian atas, yang dekat dengan jari-jari tangan. Jari-jari tangan direnggangkan atau dibuka, jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk, dipergunakan untuk menahan dan memegang peluru bagian belakang. Sedangkan jari kelingking dan ibu jari digunakan untuk memegang/menahan peluru bagian samping, yaitu agar peluru tidak tergelincir ke dalam atau ke luar. Ke dalam ditahan oleh ibu jari dan ke luar ditahan oleh jari kelingking. Perhatikan gambar berikut ini:
Gambar 2.1 Cara Memegang Peluru (Yoyo Bahagia. 2000:65)
9 Setelah peluru tersebut dapat dipegang dengan baik, kemudian letakkan di bahu dan menempel (melekat) pada leher. Siku diangkat ke samping sedikit agak serong ke depan. Pada waku memegang dan meletakkan peluru pada bahu, usahakan agar keadaan seluruh badan dan tangan jangan sampai kaku, tetapi harus dalam keadaan lemas (rileks). Tangan dan lengan yang lain membantu menjaga keseimbangan. Perhatikan gambar berikut:
Gambar 2.2 Sikap Badan dan Letak Peluru (Eddy Purnomo & Dapan. 2011:126) 2) Sikap Badan Pada Waktu Akan Menolak Berdiri tegak menyamping ke arah tolakan, kedua kaki dibuka lebar (kangkang), kaki kiri lurus ke depan, kaki kanan dengan lutut dibengkokkan ke depan sedikit agak serong ke atas lemas. Tangan kiri berfungsi untuk membantu dan menjaga keseimbangan, pandangan diarahkan ke arah tolakan. Perhatikan gambar berikut:
Gambar 2.3 Sikap Badan Pada Waktu Akan Menolak (Eddy Purnomo & Dapan. 2011:127)
10 3) Cara Menolakkan Peluru Bersamaan dengan memutar badan ke arah tolakan, siku ditarik serong ke atas ke belakang (ke samping kiri), pinggul dan pinggang serta perut di dorong agak ke depan atas hingga dada menghadap ke depan serong ke atas ke arah tolakan. Dagu diangkat dan agak ditengadahkan, pandangan ke arah tolakan. Pada saat seluruh badan (dada) menghadap ke arah
tolakan,
secepatnya peluru itu ditolakkan sekuat-kuatnya ke atas ke depan ke arah tolakan (parabola) bersamaan dengan bantuan menolakkan kaki kanan dan melonjakkan seluruh badan ke atas serong ke depan (kalau menolak dengan tangan kanan, sedangkan dengan tangan kiri dengan sebaliknya). Perhatikan gambar berikut:
Gambar 2.4 Cara Menolakkan Peluru (Edy Purnomo & Dapan 2011:130) 4) Sikap Badan Setelah Menolakkan Peluru Sikap akhir menolak peluru merupakan salah satu faktor yang menentukan sah tidaknya tolakan yang dilakukan. Menurut Edy Purnomo & Dapan (2011:131) cara melakukan gerakan dan sikap akhir setelah menolak sebagai berikut: Setelah peluru ditolakkan atau didorong itu lepas dari tangan, secepatnya kaki yang digunakan untuk mendarat dengan lutut agak dibengkokkan. Kaki kiri diangkat ke belakang lurus dan rileks untuk membantu keseimbangan. Badan condong ke depan, dagu diangkat, badan
11 agak miring ke samping kiri pandangan ke arah jatuhnya peluru. Tangan kanan dan siku agak dibengkokkan berada di depan sedikit agak ke bawah badan, tangan atau lengan kiri rileks lurus ke belakang untuk membantu menjaga keseimbangan. Perhatikan gambar berikut:
Gambar 2.5 Sikap Badan Setelah Menolakkan Peluru (Edy Purnomo & Dapan 2011:131) 5) Cara Mengambil Awalan Di dalam perlombaan tolak peluru, tolakan selalu menggunakan awalan guna mendapatkan kekuatan tolakan secara maksimal. Awalan dalam tolak peluru sangat penting yaitu untuk memadukan antara gerak awal dalam mengambil sikap menolak serta dilanjutkan dengan sikap menolak. Menurut Edy Purnomo & Dapan (2011:131) cara mengambil awalan dalam tolak peluru adalah sebagai berikut: Pada waktu akan melakukan tolakan, kaki yang depan (kaki kiri) digerakkan ke depan ke belakang, atau diputar guna mendapatkan keseimbangan yang sempurna. Bersamaan dengan menolakkan kaki kanan ke depan ke arah tolakan, kaki kiri digerakkan ke depan agak ke samping kiri lurus hingga menyentuh balok panahan. Usahakan badan agak rendah dengan lutut kaki kanan agak dibengkokkan. Pada saat kaki kiri menyentuh balok panahan, secepat mungkin badan diputar ke arah tolakan, bersama dengan pinggul, pinggang, dan perut didorong ke depan hingga badan menghadap arah
12 tolakan. Secepat mungkin peluru ditolakkan sekuat-kuatnya ke depan atas dengan bantuan menggerakkan seluruh tenaga badan.
Gambar 2.6 Cara Mengambil Awalan (Edy Purnomo & Dapan 2011:131) c. Tolak Peluru Awalan Menyamping Tolak Peluru awalan menyamping adalah suatu gaya dalam tolak peluru yang awalannya menggunakan gaya menyampingi arah tolakan (sektor). Berkaitan dengan tolak peluru awalan menyamping, Edy Purnomo & Dapan (2011:127) menyatakan, “bahwa sampai sekarangpun masih ada yang mempergunakan gaya ini, dan terutama oleh para atlet pemula dan dalam proses kelangsungan belajar mengajar tolak peluru di sekolah-sekolah”. Oleh karena itu tolak peluru awalan menyamping sangat baik untuk atlet maupun siswa yang masih dibangku sekolah-sekolah, guna mengetahui pembelajaran tolak peluru yang sesungguhnya.
Gambar 2.7 Tolak Peluru Awalan Menyamping (Ortodoks) (Edy Purnomo & Dapan 2011:127)
13 2. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Dalam buku Educational Psycology, Witherington yang dikutip Aunurrahman mengemukakan bahwa, “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian” (2012:35). Belajar tidak hanya memliki arti yang sempit menurut Hamdani (2011:20) belajar yaitu : Suatu proses yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu ini sendiri didalam interaksi dengan lingkungan yang terkait dengan lingkungannya yang terkait dengan aspek kognitif, psikomorik dan afektif. Manusia sepanjang hidupnya akan terus belajar tentang hal-hal yang ada di sekitarnya. Melalui pengalaman yang didapatnya, manusia mulai belajar melihat, mengamati dan memahami sesuatu sehingga menjadi lebih bermanfaat dalam kehidupannya. b. Prinsip-prinsip Belajar Suprijono (2012: 4) menyatakan prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut: Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari, Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup Positif atau berakumulasi Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan Permanen atau tetap Bertujuan dan terarah
14 8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistematik yang dinamis konstruktif, dan organ. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. Ketiga, Belajar merupakan bentuk pengalaman yang ada dasarnya adalah hasil dari interaksi anatara peserta didik dengan lingkunganya. Prinsip-prinsip pembelajaran yang telah dijelaskan diatas sangat penting untuk diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, agar pembelajaran yang dilakukan dapat menghasilkan hasil belajar yang optimal (hlm. 4). c. Pengertian Pembelajaran Menurut Depdiknas (2003) dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas pasal 1 ayat 20, “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. (Udin S. Winataputra, dkk, 2008: 1.20). Sedangkan pembelajaran menurut Dimyati & Mudjiono (2009: 157) bahwa “proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap”. Aunurrahman (2009:34) menyatakan bahwa “pembelajaran merupakan sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancanag, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal, sehingga pembelajaran adalah proses belajar mangajar dimana di dalamnya terjadi interaksi guru dan siswa dan antara sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku siswa”.
15 Menurut Miftahul Huda (2013: 2) “pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi dan meta kognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman”. Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian pembelajaran yaitu upaya yang direncanakan dan dilakukan untuk memungkinkan terjadinya kegiatan belajar pada diri siswa berguna untuk mencapai tujuan belajar. Dengan melalui kegiatan pembelajaran, pendekatan pembelajaran merupakan aspek yang sangat penting dan mempunyai hubungan fungsional untuk mencapai tujuan instruksional. Untuk itu seorang guru harus memilih atau menentukan pendekatan pembelajaran mana yang sesuai untuk pembelajaran yang tepat dan dapat memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran secara efektif dalam kegiatan interaksional. d. Komponen Pembelajaran Komponen-komponen dalam belajar dan mengajar menurut Nana Sudjana (2000: 30) adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4)
Tujuan proses pengajaran Materi atau bahan pelajaran Metode dan alat yang digunakan dalam proses pengajaran Penilaian dalam proses pengajaran
Tujuan pembelajaran merupakan hal yang paling penting dalam proses pengajaran sebagai indikator keberhasilan pembelajaran. Bahan pelajaran diharapkan dapat melengkapi dan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Metode dan alat berfungsi sebagai jembatan atau media pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai, sehingga harus efektif dan efisien. Sedangkan penilaian berperan untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan pengajaran.
16 Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2011: 9) bahwa komponen sistem pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Siswa sebagai subjek dalam pembelajaran dijadikan pusat dari segala kegiatan. Artinya perencanaan dan desain pembelajaran disesuaikan dengan kondisi siswa yang bersangkutan, baik sesuai dengan kemampuan dasar, minat dan bakat, motivasi belajar, dan gaya belajar siswa itu sendiri. b. Tujuan adalah komponen terpenting dalam pembelajaran setelah komponen siswa sebagai subjek belajar. Tujuan merupakan persoalan tentang visi dan misi suatu lembaga pendidikan. c. Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong siswa aktif belajar baik secara fisik maupun nonfisik. d. Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar meliputi: lingkungan fisik seperti tempat belajar, bahan dan alat yang dapat digunakan, personal seperti guru, petugas perpustakaan dan ahli media, siapa saja yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar. e. Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. 3. Pembelajaran Tolak Peluru Menurut Purnama dalam blognya yang dikutip dari website: http://www.volimaniak.com/2014/09/tahap-tahap-pembelajaran-tolak-peluru.html tahap-tahap pembelajaran tolak peluru sebagai berikut: a. Pembelajaran Pertama 1) Berdiri dengan kaki segaris, badan condong sedikit ke belakang. 2) kedua tangan di depan dada. 3) Melangkah ke depan dengan kaki kiri dan tolakkan peluru dengan gerak meluruskan lengan dan kaki secara serentak dengan tujuan melatih gerak kaki dan lengan dalam gerakan melempar. b. Pembelajaran Kedua 1) Berdiri dengan kaki terbuka, berat badan di atas kaki kanan yang mengarah ke belakang dan dibengkokkan.
17
c.
d.
e.
f.
2) Badan berputar ke belakang dan merendah sedikit dan lengan kiri dilipat bebas di depan dada. 3) Putar kaki kanan ke depan, putar dan luruskan badan. 4) Luruskan kedua kaki dan tolakkan peluru tersebut. Pembelajaran Ketiga 1) Berdiri dengan kaki kiri menghadap ke depan, badan tegak dan berputar sedikit ke samping. 2) Berjingkat ke depan dengan badan condong ke belakang, kaki kanan mendarat terlebih dahulu, kemudian disusul oleh kaki kiri. 3) Tolakan segera setelah kaki kiri mendarat dengan tujuan mempelajari gerak meluncur dan disambung dengan gerakan akhir (tolakan). Pembelajaran Keempat 1) Berdiri membelakangi arah tolakan dengan kaki kiri diluruskan ke arah tolakan, tariklah kaki kiri ke dalam terhadap kaki belakang dan segera kembalikan ke posisi semula, dengan tetap memelihara badan menghadap ke belakang. 2) Tolakan dapat dibuat dari posisi ini dengan tujuan mempelajari luncuran secara lengkap tanpa mengikutkan fase melayang. Pembelajaran Kelima 1) Ulangi gerakan luncuran dengan tarikan dan tolakan kaki kiri, dorongkan kaki kanan, mendarat dengan kaki yang sama. 2) Ulangi siklus ini (tubuh diusahakan tetap rendah dan lengan kiri rileks) sebanyak 5 – 6 kali. Tujuannya adalah mempelajari teknik gerak meluncur. Pembelajaran Keenam 1) Melakukan tolakan peluru selengkapnya, gerakan terkontrol dengan gerak luncur pendek dan rendah. 2) Gerakan akhir dalam posisi tegak dengan mengkombinasikan berbagai fase tolakan.
4. Pembelajaran Tolak Peluru Dengan Menerapkan Modifikasi Media Pembelajaran Pembelajaran tolak peluru pada siswa sekolah menengah pertama hendaknya disesuaikan dengan karakteristik siswa. Menurut Ettyk Prasanti yang dikutip dari website: http:www.diglib.uns.ac.id/pembelajaran-modifikasi-tolakpeluru.html, pembelajaran tolak peluru dengan menerapkan modifikasi media pembelajaran sebagai berikut:
18 a. Memegang dan Meletakkan Peluru Siswa berbaris 4 saf, baris paling depan melakukan gerakan memegang dan meletakkan peluru, lalu bergantian dengan yang dibelakangnya, dan seterusnya sampai semua siswa melakukan. Cara memegang peluru : 1) Peluru diletakkan diatas jari telunjuk, tangan dan jari manis 2) Sedangkan jari kelingking dan ibu jari menahan peluru disamping Cara meletakkan peluru 1) Peluru diletakkan pada leher bagian bawah rahang dan didukung dengan tangan 2) Peluru bagian atas menempel bagian dagu dan siku tidak lebih dari 45° b. Menolak Berpasangan Siswa berpasangan dengan temannya, salah satu siswa memegang bola basket mini dan melakukan lempar tangkap dengan pasangannya, bola ditolakkan mulai dari leher lalu ditolakkan, teman pasangan berusaha menangkap bola. c. Melakukan Rangkaian Gerak Dasar Tolak Peluru dengan Hitungan 1-5 1) Hitungan ke-1 : Berdiri kangkang, rileks kaki dibuka selebar bahu, posisi menyamping arah tolakan. Siku tangan kiri dibengkokkan didepan dada. 2) Hitungan ke-2 : Gunakan kaki yang terdekat dengan sektor lemparkan sebagai kaki ayun untuk mempersiapkan menolak, pandangan masih lurus ke depan. 3) Hitungan ke-3 : Kaki kiri di depan lurus, kaki kanan di belakang dengan lutut dibengkokkan, berat badan pada kaki kanan, dan badan menyamping arah tolakan. Tangan kiri dengan siku dibengkokkan menuju ke arah tolakan lemas. 4) Hitungan ke-4 : Peluru dari bahu didorong dengan tangan kanan ke atas depan sekuatnya hingga tangan lurus peluru ditolakkan dengan kekuatan tangan, dibantu dengan kekuatan seluruh badan dengan menolakkan kaki kanan dan melonjakkan ke atas depan. 5) Hitungan ke-5 : Kaki kanan digerakkan ke depan menggantikan kaki kiri lurus ke depan dengan rileks, lutut kaki kanan agak ditekuk. Pandangan tertuju pada arah tolakan. d. Menolak Peluru ke Sasaran Poin Siswa dibagi menjadi dua kelompok . Siswa berusaha menolakkan peluru ke sasaran yang paling dekat lalu ke paling jauh. e. Lomba Menolak Peluru dengan Peraturan yang Dimodifikasi Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok besar. Pelaksanaan seperti lomba tolak peluru namun tidak memakai lapangan tolak pelurun sesungguhnya. Pemenang dalam perlombaan ini ialah kelompok yang mendekati jumlah jarak tolakan terjauh dan tidak meninggalkan poin-poin teknik.
19 5. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Suprijono (2013: 5) mengatakan bahwa, “hasil belajar adalah pola perbuatan, nilai-nilai pengertian, sikap, apresiasi dan keterampilan”. Sementara itu Sudjana (2013 :22) mengemukakan bahwa, “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Lebih lanjut Menurut Bloom yang dikutip oleh Suprijono (2012:6-7) menyatakan bahwa: hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan,ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), aplication (menerapkan), analysis (mengorganisasakan,
(menguraikan, menentukan hubungan) syntesis
merencanakan,
membentuk
hubungan)
synthesis
(mengorganisasikan membentuk bangunan baru) dan eveluation (menilai). Domain afektif adalah receving (sikap menerima), responding (memberikan respons) valuing (nilai), organizatioan (organisasi), characteriza-pre-routine, dan rountinized. Sedangkan domain yang ada dalam ranah Psikomotor adalah keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui proses belajar yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dapat berupa pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. b. Fungsi dan Tujuan Hasil Belajar Belajar memiliki beberapa tujuan dan fungsi yang akan dicapai dalam pelaksanaannya. Menurut Hamdani (2010: 302) tujuan dan fungsi hasil belajar adalah sebagai berikut:
20 1) Tujuan Penilaian Hasil Belajar a) Tujuan umum: (1) Menilai mencapai kompetensi siswa (2) Memperbaiki proses pembelajaran (3) Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa b) Tujuan khusus: (1) Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa (2) Mendiagnosis kesulitan belajar (3) Memberikan umpan balik atau perbaikan proses belajar (4) Mengajar (5) Menentukan kenaikan kelas (6) Motivasi belajar siswa dengan mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan 2) Fungsi Penilaian Hasil Belajar a) Bahan Pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas b) Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar; c) Meningkatkan motivasi belajar siswa; d) Evaluasi diri terhadap kinerja siswa. Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa tujuan dan fungsi penilaian hasil belajar diantaranya adalah untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yang telah dicapai siswa selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga apabila terdapat kesulitan-kesulitan belajar yang dialami, guru dapat memberi perbaikan dan motivasi kepada siswa untuk lebih baik lagi di kemudian harinya. c. Penilaian Hasil Belajar Hasil belajar dapat diperoleh melalui mekanisme berupa penilaian hasil belajar. Menurut Sudjana (2008: 3) “Penilaian hasil belajar adalah suatu proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini memiliki arti bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, dalam menilai hasil belajar, peran tujuan yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan dalam kegiatan penilaian”. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2006:3) mengungkapkan bahwa, “Hasil belajar
21 merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil belajar merupakan proses pemberian nilai kepada siswa setelah melalui interaksi tindak belajar dan tindak mengajar antara guru dan siswa sehingga dapat diketahui seberapa jauh pencapaian hasil belajar yang telah diraih siswa. Hamdani (2010: 302) mengemukakan bahwa, “Penilaian hasil belajar secara umum memiliki tujuan untuk menilai pencapaian kompetensi siswa, memperbaiki proses pembelajaran dan dapat digunakan sebagai bahan dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa”. Penilaian hasil belajar yang dilakukan secara objektif akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran selanjutnya. Penilaian hasil belajar yang objektif akan mudah dilakukan apabila berprinsip pada kaidah penilaian. Selain itu, guru dalam melakukan penilaian harus memperhatikan prinsip penilaian yakni berisifat valid, objektif, transparan, adil, terpadu, menyeluruh berkesinambungan, bermakna, sitematis, akuntabel, dan beracuan pada kriteria. Lebih lanjut Hamdani (2010: 303-304) mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip penilaian hasil belajar sebagai berikut”: 1) Valid (sahih), yang berarti penilaian hasil belajar harus mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam standart isi dan standart kompetensi lulusan. 2) Objektif, yang berarti hasil belajar siswa hendaknya tidak dipengaruhi oleh unsur subjektivitas penilai, perbedaan latar belakang agama, sosial-ekonomi, budaya, bahasa, gender, dan hubungan emosional. 3) Transparan (terbuka), yang berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian , dan dasar pengambilan keputusan terhadap hasil belajar siswa dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan.
22 4) Adil, yang berarti hasil belajar tidak menguntungkan atau merugikan siswa karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi dan gender. 5) Terpadu yang berarti penilaian hasil belajar merupakan suatu komponen yang tidak terpiah dari kegiatan pembelajaran 6) Menyeluruh dan berkesinambungan, yang berarti penilaian hasil belajar mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan siswa. 7) Bermakna, yang berarti penilaian hasil belajar mudah dipahami, mempunyai arti, bermanfaat, dan dapat ditindaklanjuti oleh semua pihak, terutama guru, siswa, orang tua, serta masyarakat 8) Sistematis yang berarti hasil belajar dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku 9) Akuntabel, yang berarti penilaian hasil belajar dapat dipertanggung jawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya 10) Beracuan kriteria, yang berarti penilaian hasil belajar didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. d. Hasil Belajar Tolak Peluru 1) Penilaian Proses Tolak Peluru Penilaian ini diukur melalui tes kemampuan psikomotorik siswa sesuai dengan pedoman rubrik penilaian RPP Tabel 2.1 Penilaian Proses Tolak Peluru No. 1
Kriteria
Skor
Melakukan sikap awal tolak peluru gaya menyamping a) Berdiri tegak kaki kiri di depan dan kaki kanan dibelakang. b) Badan dicondongkan kedepan c) Peluru diletakkan pada telapak tangan bagian atas, letakkan di bahu dan menempel pada leher d) Pandangan ke depan. 1) Jika 4 komponen a, b & c dapat dilakukan
100
2) Jika 3 komponen dapat dilakukan
85
3) Jika 2 komponen dapat dilakukan
75
4) Jika hanya 1 komponen dilakukan
65
23 2
Melakukan sikap pelaksanaan tolak peluru gaya menyamping a) Peluru ditolakkan dengan mengayun lengan dari belakang ke depan. b) Kaki yang berada di depan (kaki kiri) sebagai tumpuan. c) Badan dicondongkan di depan. d) Pandangan ke depan.
3
1) Jika 4 komponen a, b, c & d dapat dilakukan
100
2) Jika 3 komponen dapat dilakukan
85
3) Jika 2 komponen dapat dilakukan
75
4) Jika hanya 1 komponen dilakukan
65
Melakukan gerakan akhir tolak peluru gaya menyamping a) Setelah menolak menjaga kesimbangan badan. b) Kaki diangkat ke belakang lurus dan rileks c) Badan dicondongkan ke depan, dagu diangkat, badan agak miring ke samping kiri d) Pandangan ke arah jatuhnya peluru 1) Jika 4 komponen a, b & c dapat dilakukan
100
2) Jika 3 komponen dapat dilakukan
85
3) Jika 2 komponen dilakukan
75
4) Jika hanya 1 komponen dilakukan
65
24 2) Penilaian Produk Tolak Peluru Penilaian ini diukur melalui kemampuan hasil tolakan siswa dalam satuan meter Tabel 2.2 Penilaian Produk Tolak Peluru No.
Perolehan Nilai
Kriteria
Klasifikasi Nilai
Penskoran 1
≥ 4,82 m
100
Sangat Baik
2
3,89 m – 4,81 m
90
Baik
3
2,96 m – 3,88 m
80
Cukup
4
2,03 m – 2,95 m
70
Kurang
5
1,10 – 2,02 m
60
Kurang Sekali
6. Modifikasi Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Istilah media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Azhar Arsyad (mengutip pernyataan Gerlach & Ely, 1971) mengatakan bahwa “media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap” (2007:3). Dalam pengertian ini guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian dalam proses belajar mengajar cenderung diartkan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam suatu proses pembelajaran siswa berfungsi sebagai penerima pesan sedangkan pembawa pesan (media) berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka. Dengan
25 adannya media diharapkan dapat menstimulasi indra siswa untuk menerima sebuah
pesan
atau
informasi.
Terkadang
siswa
diharuskan
untuk
mengkombinasikan beberapa indra mereka agar informasi atau pesan yang didapat semakin lengkap. Pada suatu proses belajar mengajar, pesan yang disalurkan oleh media dari sumber pesan ke penerima pesan itu ialah isi pelajaran. Dengan perkataan lain, pesan itu ialah isi pelajaran yang berasal dari kurikulum yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Pesan ini dapat bersifat rumit dan mungkin harus dirangsang dengan cermat supaya dapat dikomunikasikan dengan baik kepada siswa. b. Fungsi Media Pembelajaran Menurut Sadiman (2011:17), fungsi media pembelajaran ada empat, yaitu: 1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersiftat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera seperti misalnya: (a) Obyek yang terlalu besar-bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model; (b) Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar; (c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography; (d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal; (e) Obyek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan (f) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lainlain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain. 3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk (a) Menimbulkan kegairahan belajar (b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan; (c) Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya
26 4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam: (a) Memberikan perangsang yang sama; (b) Mempersamakan pengalaman; (c) Menimbulkan persepsi yang sama Menurut Sudjana Dan Rivai (2002: 16) fungsi media pembelajaran sebagai berikut: 1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2) Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apabila guru harus mengajar setiap jam pelajaran. 3) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran yang lebih baik. 4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mengamati, melakukan dan mendemostrasikan. Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas, pengertian fungsi media pembelajaran adalah penggunaan media pembelajaran dapat mempermudah mencapai tujuan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran akan semakin efektif dan efisien, serta siswa lebih aktif dalam melakukan praktik dan lebih mudah untuk menerima informasi yang disampaikan oleh guru. c. Definisi Modifikasi Media Pembelajaran Hal-hal yang paling dirasakan para guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari adalah hal-hal yang berkaitan dengan sarana serta prasarana pendidikan jasmani yang merupakan media pembelajaran pendidikan jasmani sangat diperlukan. Minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah-sekolah, menuntut seorang guru pendidikan
jasmani
untuk
lebih
kreatif
dalam
memberdayakan
dan
27 mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada. Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang semenarik mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran pendidikan jasmani yang diberikan. Demikian dapat dipahami bahwa pemahaman konsep yang matang dalam memodifikasi media pembelajaran dibutuhkan agar sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Menurut Bahagia dan Suherman (2000: 1) modifikasi merupakan salah satu usaha para guru agar pembelajaran berjalan dengan baik dan menyenangkan, termasuk didalamnya penyesuaian dengan ukuran tubuh siswa yang sedang belajar. Esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi pelajaran atau latihan dengan cara meruntunkan dalam proses aktivitas belajar atau berlatih yang potensial dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa dari tingkatnya yang tadinya rendah menjadi lebih tinggi. Menurut Bahagia, Yusup, dan Suherman (2000: 35) modifikasi media pembelajaran adalah mengurangi atau dapat menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi media yang digunakan untuk melakukan skill itu, misalnya beratringanya, besar-kecilnya, tinggi-rendahnya, panjang-pendeknya peratan yang digunakan. Lutan (2000: 69) menyatakan bahwa, “Modifikasi peralatan berarti guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan memodifikasi peralatan yang digunakan untuk melakukan skill itu”. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa modifikasi media pembelajaran adalah usaha seorang guru dengan menambah atau mengurangi tingkat kompleksitas bahan ajarnya dalam pelaksanaan pembelajaran. Seperti apabila keterampilan yang diajarkan sulit, maka guru dapat menyederhanakan bahan ajar tersebut agar lebih mudah dipelajari
28 siswanya. Begitupun sebaliknya apabila keterampilan yang diajarkan mudah dipelajari maka guru dapat menambah tingkat kompleksitas bahan ajarnya. d. Tujuan Modifikasi Media Pembelajaran Menurut Lutan (2008: 59) yang dikutip oleh Samsudin, menyatakan modifikasi dalam pendidikan jasmani diperlukan dengan tujuan agar: a) Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran. b) Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi. c) Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar. Modifikasi pembelajaran bila dikaitkan dengan tujuan pembelajaran, dimulai dari tujuan paling rendah sampai tujuan yang paling tinggi. Modifikasi tujuan pembelajaran ini menurut Samsudin (2008: 60) menyatakan dapat dilakukan dengan cara membagi tujuan materi kedalam tiga komponen, yakni: a) Tujuan perluasan. Maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan bentuk atau wujud keterampilan yang dipelajaritanpa memperhatikan aspek efisiensi atau efektifitas. b) Tujuan penghalusan. Maksunya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada prolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan gerak secara efisien. c) Tujuan penerapan. Maksudnya tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolelah pengetahuan dan kemampuan tentang efektif tidaknya gerakan yang dilakukan melalui kriteria tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan siswa
29 e. Modifikasi Media yang Digunakan
Gambar 2.8 Bola plastik yang diisi pasir Sumber:(http://www.google.com/imgres?imgurl=http://bp.blogspot.com) Di unduh pada tanggal 2 November 2016 Bola modifikasi ini terbuat dari bola plastik yang diisi pasir didalamnya dan mempunyai berat yang lebih ringan dari peluru sesungguhnya. Bola Plastik tersebut berdiameter 12 cm. Karakternya yang ringan dan ukurannya yang kecil ini diharapkan dapat memotivasi siswa dalam melakukan pembelajaran tolak peluru.
Gambar 2.9 Bola Basket ukuran mini Sumber: (https://www.google.com/search?q=bola+basket+mini) Di unduh pada tanggal 2 November 2015
30 Bola ini hampir mirip dengan bola basket pada umumnya, namun bola ini memiliki ukuran diameter 13 cm dan berat 400 gram. Melalui bola basket yang kecil dan ringan ini diharapkan siswa lebih berani mencoba melakukan pembelajaran tolak peluru.
Gambar 2.10 Tali rafia Sumber: (https://www.google.com/search?q=tali-rafia-net) Di unduh pada tanggal 7 Desember 2015 Tali rafia ini diikat pada dua tiang dengan ketinggian sekitar 1,5 meter. Media ini digunakan sebagai batasan tinggi lemparan agar peluru bisa terlempar dengan sudut tolakan 40°. Diketahui ketinggian net 1,5 meter, agar sudut tolakan bisa mencapai 40° maka harus menentukan jarak antara posisi menolak dan posisi net. Tan 40° = 1,5 / x x
= 1,5 / Tan 40°
x
= 1,5 / 0,70
x
= 2,14 m
Jadi, jarak antara posisi menolak dan posisi net harus berjarak 2,14 meter agar peluru bisa terlempar dengan sudut tolakan 40°.
31 7. Penelitian yang Relevan Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Kartika Candra Rini dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Tolak Peluru Gaya Ortodoks Melalui Modifikasi Alat Bantu Pembelajaran Pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 10 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012” menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas pada kelas VII A SMP Negeri 10 Surakarta dalam upaya meningkatkan hasil belajar tolak peluru gaya ortodoks melalui modifikasi alat bantu pembelajaran ini telah berhasil meningkatkan hasil belajar tolak peluru gaya ortodoks pada siswa. Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Ettyk Prasanti dengan judul “Upaya Peningkatan Kemampuan Belajar Tolak Peluru Gaya Ortodoks Melalui Media Modifikasi Bola Plastik Diisi Pasir Pada Siswa Kelas V SDN 01 Bandardawung Tawangmangu Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012” menyatakan bahwa melalui modifikasi bola plastik diisi pasir ternyata mampu meningkatkan kemampuan belajar tolak peluru gaya ortodoks pada siswa. B. Kerangka Berfikir Proses pembelajaran tolak peluru gaya menyamping tidak selamanya berjalan dengan lancar. Keterbatasan media pembelajaran menjadi salah satu penyebab pembelajaran tolak peluru gaya menyamping kurang optimal. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya kesempatan siswa untuk mencoba melakukan gerakan tolak peluru sehingga hasil belajar tolak peluru gaya menyamping kurang optimal. Permasalahan umum dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani adalah kurangnya sarana dan peran aktif siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Siswa hanya sebagai objek pembelajaran yang hanya mendengarkan dan melakukan apa yang disampaikan oleh guru. Dalam proses pembelajaran kurang mengoptimalkan media pembelajaran yang dapat meningkatkan peran aktif siswa.
32 Media pembelajaran yang digunakan bola plastik yang diisi pasir, bola basket mini, dan tali rafia. Dengan adanya media pembelajaran yang sudah dimodifikasi diharapkan dapat membuat siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Karangdowo merasa senang dan tertarik untuk mengikuti mata pelajaran olahraga. Siswa secara tidak langsung telah melakukan teknik gerakan tolak peluru awalan menyamping dan diharapkan dapat mengoptimalkan pembelajaran. Penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan hasil belajar tolak peluru awalan menyamping dengan menerapkan modifikasi media pembelajaran pada siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Karangdowo. Pemanfaatan media pembelajaran serta modifikasi media pembelajaran dalam pembelajaran tolak peluru, guru dapat memberi penjelasan yang mendetail dan mempermudah siswa dalam menangkap penjelasan teknik pembelajaran tolak peluru gaya menyamping.
33 Berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini, alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini secara skematis sebagai berikut:
Kondisi awal
Ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran tolak peluru terbilang terbatas
Penggunaan modifikasi media pembelajaran. Tindakan
Kondisi akhir
Melalui penggunaan modifikasi media pembelajaran, siswa akan lebih mudah menguasai materi tolak peluru gaya menyamping sehingga hasil pembelajaran bisa maksimal.
Siswa : - Kurangnya kesempatan mencoba gerakan tolak peluru - Hasil belajar penjas kurang optimal
Siklus I : guru dan peneliti menyusun bentuk pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar tolak peluru awalan menyamping dengan menerapkan modifikasi media pembelajaran yang berupa bola plastik yang diisi pasir, bola basket mini, dan tali rafia.
Siklus II : Apabila capaian pada siklus I belum tercapai maka akan dilakukan siklus II sebagai upaya perbaikan dari tindakan siklus I untuk meningkatan hasil belajar tolak peluru awalan menyamping.
Gambar 2.11 Alur Kerangka Berfikir
34 C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah disusun sebelumnya maka dapat dirumuskan hipotesis terhadap penelitian adalah sebagai berikut : “Dengan menerapkan modifikasi media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar tolak peluru awalan menyamping pada siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Karangdowo tahun pelajaran 2015/2016”.