8
II.
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu Menurut Ningtyas (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Komparatif Usaha Pembuatan Gula Merah dan Gula Semut di Kabupaten Kulon Progo diperoleh rata-rata biaya total yang dikeluarkan pada usaha gula merah per 1 kuintalnya yaitu Rp 11.037,70 dan gula semut adalah Rp 16.684,59, dengan rata-rata penerimaan gula merah sebesar Rp 13.906,67 dan gula semut sebesar Rp 18.336,67. Keuntungan rata-rata untuk gula merah adalah Rp 2.868,96 dan gula semut Rp 1.652,08. Profitabilitas usaha gula merah yang didapat yaitu sebesar 25,99% dan gula semut sebesar 9,90%. Efisiensi usaha gula merah sebesar 1,26 hal ini menunjukkan bahwa usaha pembuatan gula merah dengan pengeluaran Rp 1 akan mendapatkan penerimaan sebesar 1,26 kali pada akhir kegiatan usahataninya. Usaha gula semut memiliki nilai efisiensi 1,10 yang berarti usaha tersebut efisien. Menurut
hasil
penelitian
Yulianto
(2011)
mengenai
Analisis
Komparatif Usahatani Melon Varietas Action-434 dengan Usahatani Melon Varietas M-1000 di Kabupaten Sragen menunjukkan bahwa usahatani melon varietas action-434 memiliki rata-rata pendapatan lebih besar daripada melon varietas M-1000 yaitu sebesar Rp 47.296.885,71/ha karena kualitas buah yang lebih maksimal dibandingkan varietas M-1000. Demikian halnya perhitungan efisiensi usahatani melon varietas action-434 memiliki nilai efisiensi sebesar 1,762 yang berarti bahwa untuk setiap Rp 1,00 biaya pada awal usahatani melon varietas action-434 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,762 pada akhir kegiatan usahataninya. Menurut penelitian Firdauzi (2013) mengenai
Analisis Faktor
Produksi Usahatani Padi Rojolele dan Padi IR 64 di Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten yang bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi dan pengaruhnya. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa perhitungan usahatani Padi Rojolele R/Cratio sebesar 6,24 sedangkan Padi IR 64 adalah 2,49. Hal ini menunjukkan bahwa
8
9
usahatani padi Rojolele di daerah penelitian lebih efisien jika dibandingkan dengan usahatani Padi IR 64. Penelitian Naluri (2013) yang berjudul Analisis Komparatif Usahatani Beras Merah Organik (Oryza Nivara) dan Beras Putih Organik (Oryza Sativa) (Studi Kasus di Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen) yang bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan pendapatan, produktivitas dan efisiensi. Metode dasar penelitian ini mempergunakan metode analitis dengan teknik survai. Lokasi dipilih secara sengaja yaitu di Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo karena wilayah ini termasuk salah satu penghasil padi organik di Jawa Tengah
dengan mempergunakan sistem
organik murni. Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani beras merah organik memiliki besar pendapatan sebesar Rp 18.350.371,58 /ha/MT berbeda dengan beras putih organik yang memiliki pendapatan sebesar Rp 17.113.485,24/ ha/ MT. Nilai produktivitas yang diperoleh dari beras merah organik sbesar 55,97 ku/ha berbeda nyata terhadap produktivitas yang diperoleh dari usahatani beras putih organik yaitu 54,77 ku/ha. Usahatani beras putih organik memiliki tingkat keefisiensian usaha yang lebih besar yaitu sebesar 2,76. Menurut Prediyanto (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Penggunaan Varietas
Max Pada Usahatani Cabai Merah (Capsicum
annuum L.) Ditinjau Dari Peningkatan Pendapatan Usahatani Petani Di Kabupaten Sragen diperoleh hasil bahwa pendapatan usahatani cabai merah varietas Max dalam satu hektar per musim tanam yaitu Rp 2.359.644,47 yang lebih besar daripada usahatani cabai merah varietas Biola sbesar Rp 1.491.941,24. Efisiensi usahatani cabai merah varietas Max (1,33) lebih tinggi daripada efisiensi usahatani cabai merah yang mempergunakan varietas Biola (1,22), sehingga cabai merah varietas Max lebih efisien. Incremeantal B/C Ratioatau kemanfaatan usahatani cabai merah varietas Max dan varietas Biola sebesar239,08 yang berarti kedua usahatani tersebut memberikan kemanfaatan Karena B/C ratio> 1.Nilai resiko usahatani cabai
10
merah varietas Max (0,20) lebih rendah daripada nilai resiko usahatani cabai merah varietas Biola (0,26). Berdasarkan lima penelitian terdahulu diatas, penelitian ini terdapat perbedaan pada lokasi penelitian yang memiliki luas lahan dan produksi terbesar di Kabupaten Klaten pada tahun 2014. Metode analisis data yang dipergunakan pada penelitian
ini yaitu analisa produktivitas lahan,
pendapatan dan efisiensi dari usahatani padi varietas Situ Bagendit dengan varietas IR 64 di Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Pada penelitian ini konsep biaya mempergunakan biaya mengusahakan yang berarti biaya alat-alat luar ditambah dengan biaya tenaga kerja dalam keluarga. Setelah itu, dilakukan uji komparasi untu menganalisa perbedaan dan perbandingan antar variabel yang diteliti untuk mengetahui hasil yang lebih baik dari penggunaan kedua varietas tersebut. B. Tinjauan Pustaka 1. Pertanian Pertanian merupakan salah satu sektor andalan negara Indonesia. Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Sebagian besar penduduk Indonesia (>60%) tinggal di pedesaan dan lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Kontribusi utama sektor pertaian terhadap pembangunan nasional selama PJP I telah berhasil nyata dalam meningkatkan penyediaan bahan pangan terutama beras, menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menunjang sektor nonpertanian
melalui
penyediaan bahan baku untuk industri pengolahan (Daniel, 2002). Menurut Suratiyah (2011), Ilmu pertanian merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu tentang pertanian baik mengenai subsektor tanaman pangan dan hortikultura, subsektor perkebunan, subsektor peternakan ataupun subsektor perikanan. Pertanian juga merupakan
kegiatan
yang
menyangkut
proses
produksi
sehingga
menghasilkan bahan-bahan pangan manusia yang berasal dari tumbuhan dan hewan disertai dengan usaha untuk memperbaharui, memperbanyak dan
11
mempertimbangkan faktor ekonomis. Faktor lingkungan menjadi salah satu unsur penting dari lingkup pertanian sebagai contoh tanah, air, hama, iklim, tanaman, perilaku sumberdaya manusia, kemitraan. Integrasi antar faktorfaktor lingkungan dapat menunjang hasil dari usahatani lingkup dalam peningkatan kesejahteraan hidupnya. 2. Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan utama yang strategis di Indonesia dalam konteks penyediaan beras sebagai bahan pangan nasional. Kebutuhan beras terus meningkat sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk, sehingga peningkatan produksi padi nasional harus terus diusahakan. Padi termasuk salah satu komoditas unggulan
yang
diprioritaskan.
Kementerian
pertanian
tahun
2010
menetapkan lima komoditas unggulan nasional yaitu padi, jagung, kedelai, tebu dan daging sapi (Suharno et al, 2010). Tanaman padi (Oryza sativa L.) termasuk golongan tumbuhan graminae yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tanaman padi bersifat merumpun karena sifat dari tanaman ini dapat beranak. Bibit yang ditanam dalam jumlah satu batang dapat menghasilkan 20-30 anakan/tunas (Siregar, 1981). Tanaman padi merupakan tanaman semusim dan termasuk golongan rumput-rumputan. Berdasarkan ilmu botani, tanaman padi memiliki klasifikasi tumbuhan sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae
Genus
: Oryza
Species
: Sativa
(AAK, 1990).
12
Tanaman padi dapat tumbuh dan berkembang di daerah yang memiliki hawa panas dan banyak mengandung uap air. Suhu yang baik untuk penanaman padi berada pada suhu 23oC ke atas dengan curah hujan 15002000 mm pertahunnya. Kriteria tersebut dapat menunjukkan bahwa tanaman padi membutuhkan penyinaran matahari yang cukup untuk melakukan proses fotosintesis. Selain itu, tanah juga menjadi faktor penting penunjang pertumbuhan padi karena tanah merupakan sebuah tempat tumbuh tanaman dengan kumpulan unsur hara yang lengkap sebagai zat makanan bagi tanaman. Di Pulau Jawa tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki ketebalan lapisan 18-22 cm dengan pH 4-7.Tekstur tanah yang mencukupi kebutuhan tanaman padi yaitu tekstur tanah yang berlumpur supaya tanah dapat mengikat unsur air dengan jumlah yang cukup. Padi diolah menjadi beras (Oryza sativa L.) yang merupakan salah satu tanaman pangan yang paling penting dan sumber utama makanan untuk lebih dari setengah dari populasi dunia. Beras memiliki kaya akan karbohidrat dan sebagian besar penduduk Asia mengkonsumsi beras dalam bentuk olahan menjadi nasi. Kandungan nutrisi yang berada pada beras sangat penting bagi kesehatan mulai dari segala kalangan (Thippeswamy, 2014). Varietas padi yang akan diteliti yaitu padi varietas Situ Bagendit dengan Varietas IR 64. Kedua varietas tersebut memiliki karakteristik masing-masing dalam bentuk fisik maupun ketahanannya terhadap lingkungan. Lebih jelas mengenai karkteristik varietas Situ Bagendit dengan varietas IR 64 telah disajikan pada Tabel 4 mengenai karakteristik padi varietas Situ Bagendit dengan varietas IR 64.
13
Tabel 4. Karakteristik Padi Varietas Situ Bagendit dan Varietas IR 64 Karakteristik Nomor Seleksi
Varietas Situ Bagendit S4325D-1-2-3-1
Varietas IR 64 IR18348-36-3-3
Asal Persilangan
Batur / S2823-7D-8-1-A
IR 5657/ IR2061
Golongan
Cere
Cere
Umur Tanaman
110 – 120 hari
110 – 120 hari
Bentuk Tanaman
Tegak
Tegak
Tinggi Tanaman
99 – 105 cm
85 cm
Anakan Produktif
12-13 batang
20-35 batang
Warna Kaki
Hijau
Hijau
Warna Batang
Hijau
Hijau
Warna Daun
Hijau
Hijau
Posisi Daun
Tegak
Tegak
Bentuk Gabah
Ramping, Panjang
Ramping, Panjang
Warna Gabah
Kuning, Bersih
Kuning, Bersih
Kerontokan
Sedang
Tahan
Kerebahan
Tahan
Tahan
Rata-Rata Hasil
4,0 ton/ha lahan kering dan 5,5
5,0 ton lahan sawah
ton/ha lahan sawah Potensi Hasil
6,0 ton/ha
6,0 ton/ha
Hama
Tahan wereng biotipe 1,2,3
Tahan hama wereng coklat biotipe 1,2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3
Penyakit
Anjuran Tanam
Agak tahan blast dan hawar Tahan virus kerdil rumput dan daun bakteri strain III dan IV
agak tahan hawar daun bakteri
Lahan kering dan lahan sawah
Lahan
sawah
irigasi
rendah hingga sedang Dilepas Tahun
2003
Sumber : Suprihatno et al.,2010
1986
dataran
14
Varietas Situ Bagendit dikembangkan oleh pemulia Z.A. Simanullang, Aan A. Daradjat, Ismail dan BP, Nani Yunani. Varietas ini diambil dari seleksi persilangan varietas Batur dengan galur S2823 - 7D 8 - 1 – A dengan nomor seleksi S4325d-1-2-3-1. Kemudian varietas ini di lepas melalui SK Menteri Pertanian : 385/Kpts/SR.120/7/2003 tanggal 29 Juli 2003 (Jamil et al,. 2016). Varietas IR 64 dikembangkan oleh Philipine Seed Board (Dewan Benih
Filipina),
yang
melanjutkan
pengembangan
dari
IRRI
(International Rice Research Institute). IR 64 dikembangkan melalui persilangan antara IR5657-33-2-1 dengan IR2061-465-1-5-5 yang pertama disilangkan pada awal tahun 1997. F1 dari tanaman hibrida di tanam di sawah pada juni 1977. Generasi yang dipisahkan pertama, F2, dievaluasi pada 1978, sedangkan keturunan F3 dan F4 di tanam pada tahun 1979 di pembibitan. Generasi dari F5 dievaluasi selama 1980 dan sebagian dipanen secara massal dan dievaluasi dalam uji hasil selama 1981-1983. Kemudian pada tahun 1985 IR 64 di lepas di Filipina (Khus dan Virk, 2005). 3. Ilmu Usahatani Menurut Soekartawi (1995), ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Sumberdaya yang dimaksud ini berupa faktor-faktor produksi
dalam
kegiatan
usahatani.
Faktor-faktor
produksi
dapat
diorganisasi dan dikoordinasi dalam mencapai tujuan keuntungan. Usahatani dapat dikatakan efektif apabila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki
dengan sebaik-baiknya. Efisien apabila
pemanfaatan sumberdaya menghasilkan keluaran (output) yang melebihi pemasukan (input).
15
Secara umum, usahatani dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu usahatani keluarga dan perusahaan pertanian. Pada umumnya usahatani merupakan usaha keluarga sedangkan yang lain adalah perusahaan pertanian. Pada usahatani keluarga tujuan akhirnya untuk memperoleh pendapatan keluarga petani yang terdiri atas laba, upah tenaga kerja dan bunga modal sendiri. Biaya yang dikeluarkan pada family farming yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani sedangkan perusahaan pertanian memiliki tujuan akhir mengurangkan biaya terhadap jumlah produksi yang diusahakan (Suratiyah, 2011). 4. Produksi dan Produktivitas Produksi adalah suatu proses dimana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang dan jasa lain yang disebut output. Proses produksi menghasilkan sejumlah hasil dalam satu lokasi dan waktu tertentu. Hubungan antara input dan output ini dapat diberi ciri dengan mempergunakan suatu fungsi produksi (Bishop dan Taussaint, 1979). Produksi tanaman dipengaruhi oleh energi surya matahari yang terserap oleh tanaman. hal ini tergantung pada efisiensi intersepsi dan pemanfaatanya. Serapan cahaya yang optimal akan memberikan dampak bagi pertumbuhan dan produksi tiap satu luas lahan garapan. Dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang diusahakan maka semakin tinggi produksi dan pendapatan per kesatuan luasnya. Pengukuran luas usaha tani dapat diukur dengan berdasarkan hal – hal berikut : a. Luas total lahan adalah jumlah seluruh tanah yang ada dalam usahatani termasuk sawah, tegal, pekarangan, jalan saluran, dan sebagainya. b. Luas lahan pertanaman adalah jumlah seluruh tanah yang dapat ditanami/diusahakan. c. Luas tanaman adalah jumlah luas tanaman yang ada pada suatu saat. (Suratiyah, 2011). Menurut Daniel (2002), produktivitas adalah jumlah hasil total yang diperoleh dari pengusahaan sebidang tanah dalam setahun. Produktivitas tanah ini akan memberikan gambaran dari penggunaan tanah pada suatu
16
wilayah. Produktivitas merupakan penggabungan antara produksi usaha dengan kapasitas tanah. Pengertian produktivitas ini secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : Produktivitas Lahan =
? ???????????????????? ? ???? ????? ??? ?????? ????????? ??????? ?? ??
Produksi beras ( Oryza sativa ) sangat tergantung pada sistem padi tradisional dengan genangan air, keadaan pengairan secara berlebihan dapat mengancam penurunan produksi padi. Penurunan ini akan berdampak pada ketidakmampuan dalam mencukupi peningkatan permintaan beras karena kondisi peledakan demografi yang kuat dalam populasi dunia. Sebuah sistem padi hemat air sedang dikembangkan yaitu padi aerobik di mana padi tumbuh di tanah yangtidak berada dalam genangan airatau jenuh dengan cara menitikberatkan pemanfaatan kekuatan biologis tanah, managemen tanaman, pemupukan dan tata air secara secara terpadu (Grassi et al., 2009). Berdasarkan dua perlakuan lahan yang berbeda hal ini akan mempengaruhi jumlah produksi padi sehingga produktivitas padi lahan sawah akan mengalami perbedaan. 5. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan a. Biaya Usahatani Biaya dalam usahatani dibagi menjadi dua yaitu biaya tunai atau biaya yang dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk pembelian input produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan, biaya iuran pemakaian air. Sedangkan untuk biaya yang tidak dibayarkan seperti biaya upah tenaga kerja dalam keluarga (Daniel, 2002). Menurut Hadisapoetra dalam penelitian Aini (2013), biaya yang dipergunakan dalam usahatani dapat dibedakan atas : 1) Biaya alat-alat luar, yaitu semua pengorbanan yang diberikan dalam usahatani untuk memperoleh pendapatan kotor, kecuali bunga seluruh aktiva yang dipergunakan dan biaya untuk kegiatan pengusaha
17
(keuntungan pengusaha) dan upah tenaga keluarga sendiri. Biaya alatalat luar terdiri dari : a) Jumlah upah tenaga kerja luar berupa uang, bahan makanan, perumahan, premi, dan lain-lain. b) Pengeluaran-pengeluaran untuk benih, pupuk, obat-obatan dan pengeluaran-pengeluaran lain yang berupa uang misalnya pajak, pengangkutan, dan sebagainya c) Pengeluaran tertentu berupa bahan untuk kepentingan usahatani, misalnya slametan d) Pengurangan dari persediaan akhir tahun e) Penyusutan, yaitu pengganti kerugian atau pengurangan nilai disebabkan karena waktu dan cara penggunaan modal tetap seperti bangunan, peralatan, mesin, dan sebagainya. 2) Biaya mengusahakan, yaitu biaya alat-alat luar ditambah dengan upah tenaga kerja keluarga sendiri yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga luar. 3) Biaya menghasilkan, yaitu biaya mengusahakan ditambah dengan bunga dari aktiva yang dipergunakan di dalam usahatani. b. Penerimaan Penerimaan atau pendapatan kotor usahatani merupakan seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode yang diperhitungkan dari hasil penjualan atau penaksiran kembali. Penerimaan dalam usahatani mempergunakan satuan rupiah untuk satu kali masa tanam. Para petani mengusahakan supaya penerimaan yang didapat melebihi dari biaya yang dikeluarkan pada usahatani tersebut (Suratiyah, 2011). Pada usahatani padi total revenue dapat diperoleh dari hasil perkalian antara kuantitas produk yang di produksi dengan satuan kuintal dan harga produksi padi persatuannya (Rp/kuintal). Penerimaan usahatani dapat diketahui mempergunakan rumus sebagai berikut :
18
TR = Y. Py Keterangan : TR
= Total Revenue / Penerimaan total usahatani padi
Y
= Kuantitas produksi
Py
= harga produksi
(Soekartawi, 1995). d. Pendapatan Usahatani Menurut Suratiyah (2011), pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan total biaya per usahatani dengan satuan Rupiah (Rp). Pendapatan usahatani menjadi sebuah tolak ukur keberhasilan petani dalam mengusahakan usahataninya. Pendapatan dikatakan menguntungkan apabila bernilai positif dan jika pendapatan bernilai negatif maka usahatani dapat dikatakan rugi. Meskipun demikian, pendapatan positif atau negatif pada kenyataannya petani akan melanjutkan usahataninya. Pendapatan usahatani dibagi menjadi dua, yaitu pendapatan kotor usahatani (gross farm income) dan pendapatan bersih usahatani (net farm income). Pendapatan kotor usahatani yaitu nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu yang meliputi seluruh produk yang dihasilkan baik yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, dipergunakan dalam usahatani seperti untuk bibit atau makanan ternak, dipergunakan untuk pembayaran, dan disimpan. Untuk menghitung nilai produk tersebut, harus di kalikan dengan harga yang berlaku. Sementara pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani (Soekartawi et al.,1986). Unsur-unsur dalam menganalisa pendapatan usahatani terdiri dari penerimaan total dari hasil produksi yang dikalikan dengan harga
19
persatuannya dikurangi dengan biaya yang secara nyata dikeluarkan dalam satu kali produksi. Analisa pendapatan secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Pd = TR – TC Keterangan: Pd = Pendapatan usahatani (Rp) TR = Total revenue/ total penerimaan (Rp) TC = Biaya mengusahakan (Rp) 6. Efisiensi Usahatani Efisiensi usahatani atau R/C ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya pada suatu usahatani. Semakin besar R/C ratio petani maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh petani. Hal ini dapat dicapai apabila mampu mengatur penggunaan faktor produksi dengan lebih efisien (Soekartawi, 2001). R/C ratio merupakan singkatan dari Return Cost Ratio atau dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya. Secara teoritis, apabila R/C ratio = 1 hal ini menjelaskan bahwa usahatani yang dilakukan berada pada titik impas antara input dan output yang diperoleh. Usahatani dapat dikatakan efisien apabila R/C ratio > 1 dan R/C ratio < 1 berarti usahatani tersebut tidak efisien Efisiensi usahatani dapat diketahui mempergunakan rumus sebagai berikut: ?
R/C Ratio = ?
R = Total penerimaan usahatani C = Total biaya mengusahakan usahatani (Soekartawi, 1995).
7. Analisis Komparatif Uji komparatif merupakan pengujian parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel yang juga berbentuk perbandingan. Hal ini dapat berarti menguji kemampuan generalisasi (signifikansi hasil penelitian) yang berupa perbandingan keadaan variabel
20
dari dua sampel atau lebih. Apabila H0 dalam pengujian diterima, berarti nilai perbandingan dua sampel atau lebih tersebut dapat digeneralisasikan untuk seluruh populasi dimana sampel-sampel diambil dengan taraf kesalahan tertentu (Sugiyono, 2014). Penelitian deskriptif yang berusaha mencari pemecahan melalui analisa tentang hubungan sebab akibat yakni meneliti faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki dan membandingkan satu faktor dengan yang lain adalah penelitian yang bersifat komparatif. Studi komparatif memiliki kelemahan-kelemahan tertentu diantaranya yaitu kesulitan dalam mengenal faktor-faktor penyebab terutama pada suatu penelitian dimana banyak kemungkinan untuk saling mempengaruhi antar faktor. Selain itu dapat pula disebabkan karena situasi yang dihadapi terlalu terbatas untuk memperoleh data (Surakhmad, 1998). C. Kerangka Teori dan Pendekatan Masalah Usahatani merupakan pengalokasian sumberdaya yang ada (input) secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil output yang tinggi pada waktu tertentu. Usahatani yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan usahatani padi dengan mempergunakan dua varietas berbeda yaitu varietas Situ Bagendit dengan varietas IR 64. Tujuan pembandingan dua usahatani ini untuk mengetahui produktivitas lahan, tingkat pendapatan dan efisiensi usahatani. Input
dalam
usahatani
merupakan
faktor-faktor
produksi
yang
dipergunakan dalam melaksanakan kegiatan usahatani untuk menghasilkan suatu output tertentu. Input usahatani ini meliputi penggunaan lahan, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan sarana produksi lainnya. Berdasarkan teori biaya dapat dibedakan menjadi 3 yaitu biaya alat-alat luar, biaya mengusahakan dan biaya menghasilkan. Biaya yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah biaya mengusahakan yang memiliki arti bahwa biaya alat-alat luar yang ditambah dengan biaya tenaga kerja dalam keluarga dengan mengkonversikan tenaga kerja luar keluarga Biaya alat-alat luar merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan secara nyata selama proses produksi seperti biaya saprodi, biaya tenaga kerja luar keluarga, biaya irigasi, biaya selametan dan lain-lain.
21
Salah satu input yang dipergunakan dalam usahatani padi varietas Situ Bagendit maupun varietas IR 64 yaitu penggunaan luas lahan sawah yang dipergunakan petani dalam menghasilkan output padi. Analisa hasil produksi dengan luas lahan garapan dapat menghasilkan sebuah nilai produktivitas luas lahan garapan yang berada di Desa Sidowayah Kecamatan Polanharjo dalam satuan kuintal/ha. Hasil pengolahan input akan berubah menjadi output sesuai dengan potensi hasil produksi dalam suatu lahan. Jumlah dari output ini dapat dikalikan kembali dengan harga padi untuk setiap satuannya. Harga produk yang dipergunakan yaitu harga produk petani daerah setempat sesuai dengan nilai jual. Dari perhitungan tersebut akan diperoleh hasil penerimaan total dari usahatani padi varietas Situ Bagendit maupun varietas IR 64. Perhitungan yang diperoleh menjadi sebuah tolak ukur akan keberhasilan usahatani padi dengan varietas yang dipilih dalam mempengaruhi dari biaya yang dikeluarkan serta penerimaan yang diperoleh dari satu musim tanam. Pendapatan diperoleh dari pengurangan antara penerimaan total usahatani dengan biaya mengusahakan. Pada umunya, nilai penerimaan total usahatani lebih tinggi dibandingkan dengan nilai biaya mengusahakan karena pendapatan yang bernilai positif akan lebih menguntungkan petani dari segi finansial ataupun ekonomi. Berdasarkan hasil dari penerimaan total dan total biaya dapat dianalisa tingkat efisiensi dalam pelaksanaan usahatani. Analisa efisiensi usaha atau R/C ratio merupakan perbandingan antara hasil penerimaan total dengan biaya mengusahakan yang dikeluarkan dalam satu kali proses produksi. Semakin tinggi nilai R/C ratio semakin besar tingkat efisiensinya dalam melakukan usahatani tersebut. Dari uraian tersebut, dapat disusun dalam bagan kerangka teori pendekatan masalah seperti ditampilkan pada Gambar 1.
22
Gambar 1. Kerangka Berpikir Pendakatan Masalah D. Hipotesis 1. Diduga lahan usahatani padi varietas Situ Bagendit lebih produktif dibandingkan dengan varietas IR 64 di Desa Sidowayah Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. 2. Diduga usahatani padi varietas Situ Bagendit memiliki pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan varietas IR 64 di Desa Sidowayah Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. 3. Diduga usahatani padi varietas Situ Bagendit lebih efisien dibandingkan dengan varietas IR 64 di Desa Sidowayah Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten.
23
E. Asumsi-Asumsi 1. Seluruh input produksi pada usahatani padi varietas Situ Bagendit maupun varietas IR 64 yang dipergunakan petani berasal dari pembelian. 2. Semua produksi yang dihasilkan dijual seluruhnya. F. Pembatasan Masalah 1. Data penelitian yang dipergunakan yaitu pada musim tanam ke tiga bulan Agustus- November 2015 2. Penelitian dilakukan pada usahatani padi varietas Situ Bagendit dengan usahatani padi varietas IR 64 pada lahan sawah di Desa Sidowayah Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. 3. Petani yang menjadi populasi penelitian merupakan petani pemilik penggarap dari seluruh anggota kelompok tani yang berusahatani padi varietas Situ Bagendit atau varietas IR 64 di Desa Sidowayah Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Usahatani
padi
varietas
Situ
Bagendit
adalah
usahatani
yang
membudidayakan tanaman padi varietas Situ Bagendit pada lahan sawah dalam satu musim tanam. 2. Usahatani padi varietas IR 64 adalah usahatani yang membudidayakan tanaman padi varietas IR 64 pada lahan sawah dalam satu musim tanam 3. Input (masukan) adalah segala sesuatu yang diikutsertakan dalam kegiatan usahatani padi varietas Situ Bagendit atau varietas IR 64 dalam hal ini terkait penggunaan lahan, tenaga kerja, pupuk, pestisida, dan lain-lain yang mencakup biaya usahatani. 4. Biaya usahatani adalah biaya mengusahakan yaitu alat-alat luar dari usahatani padi varietas Situ Bagendit atau padi varietas IR 64 ditambah dengan upah tenaga kerja keluarga sendiri diperhitungkan berdasar upah pada umumnya dan biaya penyusutan. Analisa biaya ini menghitung berdasarkan luas lahan per hektar sehingga dapat dinyatakan dalam satuan per rupiah per hektar per musim tanam (Rp/ha/MT).. Menurut
24
Prawirokusumo (1990), biaya penyusutan dihitung mempergunakan cara straight decline dengan rumus sebagai berikut :
D = (HAw-HAk) / Umur Ekonomis Keterangan : D
= Depresiasi
HAw = nilai barang awal HAk = nilai barang akhir 5. Biaya saprodi adalah adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli saprodi, baik dalam usahatani padi varietas Situ Bagendit maupun IR 64 yang didapat dengan cara mengalikan antara jumlah saprodi dengan harga saprodi tersebut (Rp). 6.
Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membayar tiap tenaga kerja yang dipergunakan dalam usahatani padi varietas Situ Bagendit atau varietas IR 64 yang berasal dari tenaga kerja dalam keluarga ataupun tenaga kerja luar keluarga (Rp/HKP).
7.
Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam usahatani padi varietas Situ Bagendit atau usahatani padi varietas IR 64 untuk melakukan kegiatan pemeliharaan/perawatan tanaman seperti kegiatan pengairan, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama penyakit dan panen (Rp).
8.
Biaya lain-lain adalah biaya yang dikeluarkan petani selama melaksanakan kegiatan usahatani padi varietas Situ Bagendit dan usahatani padi atau varietas IR 64 seperti biaya pajak, biaya selametan, biaya sewa, biaya penyusutan (Rp).
9.
Output (keluaran) adalah hasil tanaman yang dihasilkan oleh usahatani yang biasa dinyatakan dalam produksi, hasil produksi berupa gabah kering panen atau padi varietas Situ Bagendit dengan varietas IR 64 dalam satuan kuintal.
25
10. Luas lahan yang dimaksud adalah garapan pada lahan sawah yang dipergunakan untuk usahatani padi varietas Situ Bagendit dengan usahatani padi varietas IR 64 selama satu musim tanam yang dinyatakan dalam satuan hektar (ha). 11. Produktivitas lahan adalah hasil produksi usahatani padi varietas Situ Bagendit maupun usahatani padi varietas IR 64 yang dihasilkan dalam bentuk gabah kering panen (GKP) per satu musim tanam dibagi luas lahan garapan yang dinyatakan dalam satuan kuintal per hektar per musim tanam 12. Penerimaan usahatani padi adalah keseluruhan hasil dari usahatani padi varietas Situ Bagendit atau varietas IR 64 yang diperoleh dari mengalikan antara produksi padi petani tiap musim tanam dengan harga jual yang dinyatakan dalam rupiah per hektar per musim tanam (Rp/ha/MT). 13. Pendapatan usahatani padi adalah pendapatan bersih yang diterima petani dari hasil usahatani padi varietas Situ Bagendit maupun usahatani padi varietas IR 64 yang merupakan hasil pengurangan antara penerimaan dengan biaya mengusahakan dalam satu musim tanam dinyatakan dalam rupiah per hektar per musim tanam (Rp/ha/MT). 14. Efisiensi usahatani padi adalah perbandingan antara penerimaan total dengan biaya usahatani padi varietas Situ Bagenditmaupun usahatani padi varietas IR 64. Terdapat tiga kriteria R/C ratio yaitu : a. R/C ratio = 1 maka usahatani tersebut dalam keadaan impas b. R/C ratio >1 maka usahatani dikatakan efisien c. R/C ratio < 1 maka usahatani dapat dikatakan tidak efisien 19. Analisis Komparatif usahatani padi varietas Situ Bagendit dengan varietas IR 64 adalah analisis perbandingan antara usahatani padi varietas Situ Bagendit dengan varietas IR 64 guna mengetahui perbedaan usahatani yang dapat memberikan produktivitas, pendapatan dan efisiensi lebih tinggi dengan mempergunakan uji t.