7
II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Michael (1985) yang berjudul Estimating Cross Elasticities of Demand for Beef, menggunakan variabel harga daging sapi, harga ikan, harga daging unggas, harga daging babi dan pendapatan perkapita riil. Data yang digunakan dalam peenelitian adalah data time series dari tahun 1947-1983 yang bersumber dari USDA. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa perubahan permintaan akan daging sapi dipengaruhi oleh harga harga barang lain dalam variabel. Harga daging unggas paling berpengaruh terhadap perubahan permintaan daging sapi. Penelitian Mintert (2001) yang berjudul Factors Affecting Beef Demand, menggunakan variabel harga daging sapi, harga daging lain, harga barang lain, pengeluaran konsumen, isu keamanan pangan,perhatian terhadap kesehatan, perubahan gaya hidup, dan kondisi lingkungan. Diketahui bahwa perhatian terhadap keamanan pangan dan perhatian terhadap kesehatan yang berhubungan dengan kolesterol dan penyakit jantung menyebabkan penurunan pada jumlah permintaan daging sapi. Sebaliknya, jurnal tentang kesehatan menyebutkan bahwa perhatian pada kesehatan yang berhubungan dengan kolesterol dan penyakit jantung menyebabkan kenaikan permintaan pada daging unggas. Kenaikan pada jumlah tenaga kerja wanita juga menyebabkan penurunan pada permintaan daging sapi, karena jika jumlah tenaga kerja wanita bertambah maka waktu untuk mempersiapkan makanan juga berkurang. Penelitian Cahyaningrum (2004) yang berjudul Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Sosial Ekonomi terhadap Konsumsi Daging Ayam Ras pada Tingkat Rumah Tangga di Kota Surakarta, menunjukkan bahwa variabel jumlah anggota rumah tangga, pendapatan rumah tangga, harga daging ayam ras, dan harga daging itik secara terpisah berpengaruh nyata terhadap konsumsi daging ayam ras pada tingkat rumah tangga di Kota Surakarta. Sedangkan variabel harga daging ayam buras dan harga minyak goreng
7
8
tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi daging ayam ras pada tingkat rumah tangga di Kota Surakarta. Variabel pendapatan rumah tangga adalah variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap variasi tingkat konsumsi telur ayam ras tingkat rumah tangga di Kota Surakarta. Penelitian Haromain (2010) tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi di Indonesia Tahun 2000-2009 , menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap permintaan daging sapi di Indonesia tahun 2000-2009 adalah konsumsi daging sapi dan produksi daging sapi. Variabel harga daging ayam sebagai barang substitusi, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan daging sapi di Indonesia tahun 2000-2009. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis regresi berganda. Penelitian Rohman (2012) yang berjudul Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Daging Ayam Ras pada Rumah Tangga Petani di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, diketahui bahwa faktor pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, harga daging ayam ras, harga telur ayam ras, dan harga minyak goreng tidak berpengaruh signifikan terhadap konsumsi daging ayam ras pada rumah tangga petani di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dikarenakan konsumsi daging ayam ras masih rendah. Konsumsi daging ayam ras di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dipengaruhi oleh faktor non ekonomi seperti budaya, dll. B. Tinjauan Pustaka 1. Daging Sapi Daging sapi (Bahasa Inggris : beef ) adalah jaringan otot yang diperoleh dari sapi yang biasa dan umum digunakan untuk keperluan konsumsi makanan. Di setiap daerah, penggunaan daging ini berbeda-beda tergantung dari cara pengolahannya. Daging ini di Indonesia dan di berbagai negara Asia banyak digunakan untuk makanan berbumbu dan bersantan. Beberapa bagian daging sapi lain seperti lidah,
9
hati, hidung.jeroan,dan buntut hanya digunakan di berbagai negara tertentu sebagai bahan dasar makanan (Anonima, 2010). Kandungan gizi yang terdapat dalam daging sapi ialah, setiap 100 gram daging sapi mengandung kalori 207 kkcl, protein 18,8 gram, lemak 14,0 gram, kalsium 11mg, phosphor 170 mg, dan besi 2,8 mg. Terdapat protein serta mineral yang sangat baik untuk tubuh kita. Dalam daging sapi yang sehat dan baik tentunya sangat sedikit sekali memiliki lemak dan rendah akan kolesterol ( Peter, 2015). Daging sapi merupakan daging yang mempunyai nilai gizi tinggi dan sangat bermanfaat bagi tubuh. Selain rasanya yang enak dan gurih, dagingnya juga baik dan sehat. Untuk setiap 100 gram daging mengandung protein 18,8 gram. Protein ini memiliki struktur asam amino yang sangat baik untuk tubuh seperti membantu pertumbuhan, meperbaiki sel-sel yang rusak, sebagai bahan pembentuk plasma kalenjar, sebagai cadangan energi. Mengkonsumsi daging sapi dapat menjaga keseimbangan asam basa darah (Peter, 2015). Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging sapi secara nasional cenderung meningkat. Selama ini kebutuhan daging sapi di Indonesia dipenuhi dari tiga sumber yaitu : sapi lokal,sapi impor, dan daging impor. Jika tidak ada perubahan teknologi secara signifikan dalam proses produksi daging sapi dalam negeri serta tidak adanya peningkatan populasi sapi yang berarti, maka senjang antara produksi daging sapi dalam negeri dengan jumlah permintaan akan semakin melebar, sehingga berdampak pada volume impor yang semakin besar (Hadi dan Ilham. 2000:67). Nilai elastisitas jangka pendek maupun jangka panjang menunjukkan bahwa perubahan produksi daging sapi dalan negeri relatif paling respon terhadap perubahan harga daging sapi dalam negeri dan harga ternak sapi, dan secara teori untuk peternakan rakyat memang kedua peubah ini yang paling berpengaruh. Jika terjadi kenaikan harga daging sapi dalan negeri sebesar 10 persen maka akan menyebabkan
10
kenaikan produksi daging sapi dalan negeri masing-masing dalam jangka pendek 10,6 persen dan dalam jangka panjang 13,6 persen. Demikian sebaliknya, jika terjadi kenaikan harga ternak sapi sebesar 10 persen maka akan menyebabkan menurunnya produksi daging sapi dalam negeri dalam jangka pendek 11,6 persen dan dalam jangka panjang 14,9 persen, (Priyanti et all, 1998:181). 2. Permintaan Perilaku konsumen memiliki pengertian bagaimana konsumen akan menanggapi atau akan merespon bila terjadi perubahan determinan permintaan barang/jasa yang diperlukan (yang diminta). Determinan permintaan yang dimaksud adalah harga barang yang diminta, harga barang lain sebagai barang pengganti atau barang pelengkap, pendapatan, dan lain-lain. Pengertian permintaan adalah berbagai jumlah (kuantitas) suatu barang yang diminta konsumen untuk bersedia membayar pada berbagai alternatif harga barang (Soeharno, 2007:251). Dalam konteks perubahan permintaan konsumen mengikuti hukum permintaan. Hukum permintaan menyatakan bahwa “jika harga turun, maka jumlah barang yang diminta cenderung meningkat, sebaliknya jika harga naik, maka jumlah barang yang diminta cenderung menurun, dengan asumsi faktor-faktor lain di luar harga konstan”. Andaikata faktor-faktor lain di luar harga mengalami perubahan misalnya pendapatan konsumen meningkat, maka hukum permintaan tersebut tidak akan berlaku (Rasul et all, 2013:142). Menurut Sukirno (2003:121), permintaan konsumen terhadap suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, yaitu sebagai berikut : 1) Harga barang itu sendiri Jika faktor-faktor lain di luar harga konstan, semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.
11
2) Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut Hubungan antara suatu barang dengan berbagai jenis barang lainnya dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu : a) Barang pengganti (substitusi) Apabila suatu barang dapat menggantikan fungsi barang lain. b) Barang pelengkap (komplementer) Apabila suatu barang digunakan bersama dengan barang lain. c) Barang netral Apabila dua macam barang tidak mempunyai hubungan yang rapat maka perubahan terhadap permintaan salah satu barang tersebut tidak akan mempengaruhi permintaan barang lainnya. 3) Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat Berdasarkan pada sifat perubahan permintaan yang berlaku apabila pendapatan berubah, barang dapat dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu sebagai berikut : a) Barang inferior Adalah barang yang banyak diminta oleh orang yang berpendapatan rendah. Bila pendapatan meningkat maka permintaan terhadap barang inferior akan berkurang. b) Barang esensial Adalah barang yang sangat penting artinya dalam kehidupan masyarakat seharihari yaitu barang kebutuhan pokok. c) Barang normal Apabila barang tersebut mengalami kenaikan dalam permintaan sebagai akibat dari kenaikan pendapatan.
12
d) Barang mewah Adalah jenis-jenis barang yang dibeli orang apabila pendapatannya sudah relatif tinggi. 4) Cita rasa masyarakat Cita rasa mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan masyarakat untuk membeli barang-barang. 5) Jumlah penduduk Pertambahan penduduk biasanya diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan, sehingga menambah daya beli. Pertambahan daya beli akan menambah permintaan. 6) Ekspektasi tentang masa depan Perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan konsumen bahwa harga-harga akan meningkat pada masa depan akan mendorong konsumen untuk membeli lebih banyak barang pada masa kini. 3. Teori Elastisitas Koefisien elastisitas permintaan mengukur persentase perubahan jumlah barang per unit waktu yang diakibatkan persentase perubahan dari variabel yang mempengaruhi. Digunakannya satuan persentase dalam mengukur elastisitas adalah untuk menyeragamkan suatu barang yang diminta, karena beberapa ada yang diukur menggunakan satuan kilogram, kwintal, meter, dosin, dan lainnya, sehingga dengan menggunakan persamaan matematis akan sulit untuk menentukan pengaruh perubahan harga dari barang yang berbeda. Apabila perubahan tersebut dilihat dalam persentase
maka
perbedaan
(Nicholson, 1992:211).
satuan
tersebut
tidak
menjadi
masalah
13
Menurut Sukirno (2001:231), nilai koefisien elastisitas berkisar antara nol dan tak terhingga. Elastisitas nol apabila perubahan harga tidak akan mengubah jumlah barang yang diminta. Hal ini disebut tidak elastis sempurna atau inelastis. Elastisitas bernilai tak terhingga apabila pada harga tertentu pasar sanggup membeli semua barang yang ada di pasar. Hal ini disebut elastis sempurna. Elastisitas uniter apabila koefisien elastisitas permintaan sebesar 1. Permintaan bersifat tidak elastis apabila nilai elastisitasnya antara nol dan satu, yaitu persentase perubahan harga lebih besar daripada persentase perubahan jumlah barang yang diminta. Permintaan bersifat elastis apabila koefisien elastisitasnya lebih dari satu, yaitu persentase perubahan jumlah barang yang diminta lebih besar daripada persentase perubahan harga. Menurut Soeharno (2007), perubahan harga atau determinan permintaan lain misalnya pendapatan atau harga barang lain dapat ditanggapi dengan responsif atau kurang responsif. Sejauh mana respon terhadap perubahan harga barang, harga barang lain, atau pendapatan konsumen dapat dilihat dari koefisien elastisitas. Terdapat tiga jenis elastisitas yaitu sebagai berikut : 1) Elastisitas Harga Elastisitas harga adalah rasio antara persentase perubahan jumlah barang yang diminta (Qd) dengan persentase perubahan harga. % perubahan Qd
Ep = % perubahan harga =
∆Qd ∆P
P
x Qd
2) Elastisitas Silang Elastisitas silang adalah rasio antara persentase perubahan jumlah barang yang diminta (Qd) dengan persentase perubahan harga barang lain. EPy =
% perubahan Qd % perubahan Py
=
∆Qd ∆Py
Py
x Qd
14
3) Elastisitas Pendapatan Elastisitas pendapatan adalah rasio antara persentase perubahan jumlah barang yang diminta (Qd) dengan persentase perubahan pendapatan. % perubahan Qd
Ei = % perubahan pendapatan =
∆Qd ∆I
I
x Qd
15
Menurut Lipsey et al.(1990), terminologi elastisitas dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Terminologi Elastisitas No Istilah 1. Elastisitas harga Inelastis sempurna Inelastis
Elastisitas satu
Elastis
Elastis mutlak, sempurna, atau tak terhingga 2.
3.
Ukuran
Nol
Jumlah yang diminta tidak berubah dengan adanya perubahan harga 0< Ep <1 Jumlah yang diminta berubah dengan persentase yang lebih kecil daripada perubahan harga Satu Jumlah yang diminta berubah dengan persentase yang sama dengan perubahan harga 1< Ep <∞ Jumlah yang diminta berubah dengan persentase yang lebih besar daripada perubahan harga Tak Pembeli siap membeli dengan segala terhingga kemampuannya pada beberapa tingkat harga dan tidak sama sekali walaupun harganya lebih tinggi / lebih rendah
Elastisitas pendapatan Barang inferior
Negatif
Barang normal
Positif
Elastisitas silang Barang substitusi Barang komplemen
Keterangan
Positif
Negatif
Sumber : Lipsey et al. (1990)
Jumlah yag diminta menurun jika pendapatan naik Jumlah yang diminta meningkat jika pendapatan naik
Kenaikan harga barang substitusi berakibat meningkatnya jumlah yang diminta untuk barang ini (barang substitusinya berkurang) Kenaikan harga barang komplemen berakibat menurunnya jumlah yang diminta untuk barang ini (juga untuk barang komplemen)
16
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan : Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan matematis fungsi permintaan 1. Pendekatan Matematis Fungsi Permintaan Permintaan terbentuk atas faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan terdiri dari: harga barang itu sendiri, harga barang lain, jumlah penduduk, pendapatan. Hubungan antara permintaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya ditunjukkan dalam satu bentuk fungsi permintaan sebagai berikut: Qd = f (P, Px, Py, Y, JP) Keterangan: Qd
: Permintaan terhadap suatu barang
P
: Harga barang itu sendiri
Px
: Harga barang substitusi (pengganti)
Py
: Harga barang komplementer (pelengkap)
Y
: Pendapatan per kapita
JP
: Jumlah penduduk Estimasi terhadap fungsi permintaan menggunakan metode kuadrat terkecil
yang biasa (Ordinary Least Square/OLS). Dengan metode ini akan dihasilkan pemerkira yang terbaik, linear, dan memiliki varians yang minimum dalam kelas sebuah
pemerkira
tanpa
bias
(Best
Linear
Unbiased
Estimator/BLUE)
(Supranto, 1984:33). Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi permintaan adalah metode regresi linear berganda dalam bentuk log ganda. Bentuk fungsinya dituliskan sebagai berikut : Qd = bo X1b1 .X2b2.….Xn bn. eUt
17
Fungsi tersebut berbentuk non linier sehingga agar dapat diestimasi harus ditransformasikan terlebih dahulu ke dalam bentuk double logaritma, sehingga bentuknya menjadi sebagai berikut: (Sumodiningrat, 1994). Ln Qd = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + ... + bn ln Xn + Ut ln e Keterangan: Ln Qd
: Permintaan
b0
: Konstanta
b1, b2, ..., bn
: Koefisien regresi
Ln X1, ln X2, ..., ln Xn-1
: Variabel bebas
e
: Natural value (2,718)
2. Konsep Elastisitas Permintaan Tingkat kepekaan variabel terhadap permintaan dapat dicari dengan cara menghitung elastisitas harga, elastisitas harga silang dan elastisitas pendapatannya. Besarnya nilai elastisitas tersebut dapat ditunjukkan langsung oleh nilai koefisien regresi variabel penduganya (Gujarati, 1997:173).
18
3. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Daging Sapi di Kota Surakarta. Permintaan
Pangan
Daging Sapi
Non Pangan
Lainnya
Faktor Penentu
Harga Daging Sapi
Harga Daging Ayam Harga Telur Harga Ikan Asin teri Harga Beras Harga Tepung terigu
Pendapatan per Kapita
Jumlah Penduduk
Tetap
Tidak Tetap
Elastisitas
Harga <1 = Inelastis >1 = Elastis =1 = Unitary Elastis
Silang - = Komplementer + = Substitusi
Pendapatan - = Barang Inferior + = Barang normal <1 = Barang Pokok >1 = Barang Mewah
Gambar 1. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi di Kota Surakarta.
19
D. Hipotesis 1. Diduga bahwa faktor pendapatan per kapita, jumlah penduduk, harga daging sapi, harga daging ayam, harga telur, harga ikan asin teri, harga beras, dan harga tepung terigu memberi pengaruh terhadap permintaan daging sapi di Kota Surakarta. 2. Diduga bahwa elastisitas harga daging sapi bersifat inelastis. 3. Diduga bahwa elastisitas silang harga daging ayam, harga telur, dan harga ikan asin teri bernilai positif dan ketiga barang tersebut merupakan barang substitusi bagi daging sapi. 4. Diduga elastisitas silang harga beras dan harga tepung terigu bernilai negatif dan kedua barang tersebut merupakan barang komplementer bagi daging sapi. 5. Diduga bahwa elastisitas pendapatan bernilai positif dan daging sapi merupakan barang normal. E. Asumsi 1. Konsumen bersikap dan bertindak secara rasional dalam membelanjakan uang yang dimilikinya dan mempunyai pengetahuan yang lengkap tentang harga. 2. Variabel – variabel lain diluar penelitian yang tidak dimasukkan dalam model tercakup dalam error. F. Pembatasan Masalah 1. Data yang digunakan adalah data time series mulai dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2014. 2. Penelitian ini hanya terbatas pada beberapa variabel yaitu : harga daging sapi, harga daging ayam, harga telur, harga ikan asin teri harga beras, harga tepung terigu, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk tetap. 3. Harga daging sapi, harga daging ayam, harga telur, harga ikan asin teri, harga beras dan harga tepung terigu diperhitungkan berdasarkan harga tingkat konsumen di Kota Surakarta pada tahun 2000-2014.
20
G. Definsi Operasional dan Perhitungan Variabel 1. Permintaan Daging Sapi adalah jumlah daging sapi yang diminta oleh konsumen di Surakarta yang dinyatakan dalam satuan kg/tahun. 2. Pendapatan per kapita adalah rata-rata pendapatan setiap penduduk Kota Surakarta per tahun, dinyatakan dalam satuan rupiah. Pendapatan riil perkapita didapatkan dengan melakukan pendeflasian terhadap PDRB perkapita tahun yang bersangkutan dengan indeks implisit tahun dasar. Pendapatan riil perkapita diperoleh dengan perbandingan Indeks Implisit PDRB tahun dasar dan tahun t dikalikan pendapatan perkapita sebelum terdeflasi. 3. Jumlah penduduk adalah semua penduduk yang tinggal di Kota Surakarta, dinyatakan dalam satuan jiwa. 4. Harga Daging Sapi adalah harga rata-rata daging sapi di tingkat konsumen setiap tahun di Kota Surakarta yang dideflasi dan dinyatakan dalam satuan rupiah/kilogram (Rp/kg). 5. Harga Daging Ayam adalah harga rata-rata daging ayam di tingkat konsumen setiap tahun di Kota Surakarta yang dideflasi dan dinyatakan dalam satuan rupiah/kilogram (Rp/kg). 6. Harga Telur adalah harga rata-rata telur di tingkat konsumen setiap tahun di Kota Surakarta yang dideflasi dinyatakan dalam satuan rupiah/kilogram (Rp/kg). 7. Harga Ikan Asin teri adalah harga rata-rata ikan asin teri di tingkat konsumen setiap tahun di Kota Surakarta yang dideflasi dan dinyatakan dalam satuan rupiah/kilogram (Rp/kg). 8. Harga Beras adalah harga rata-rata beras di tingkat konsumen setiap di Kota Surakarta yang dideflasi dan dinyatakan dalam satuan rupiah/kilogram (Rp/kg).
21
9. Harga Tepung Terigu adalah harga rata-rata tepung terigu di tingkat konsumen setiap tahun di Kota Surakarta yang dideflasi dan dinyatakan dalam satuan rupiah/kilogram (Rp/kg). Pendeflasian dilakukan untuk menghilangkan pengaruh inflasi.. Harga-harga terdeflasi dicari dengan rumus : Px =
IHKd Ps IHKt
Keterangan : Px
: Harga yang terdeflasi
IHKd
: Indeks harga konsumen pada tahun dasar
IHKt
: Indeks harga konsumen pada tahun t
Ps
: Harga sebelum terdeflasi (Sukirno, 2001:231).
9. Elastisitas Harga Daging Sapi adalah persentase perubahan kuantitas daging sapi yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga daging sapi sebesar 1%. 10. Elastisitas Silang adalah persentase perubahan kuantitas daging sapi yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga daging ayam, telur, ikan asin teri,beras, dan tepung terigu. 11. Elastisitas Pendapatan adalah persentase perubahan kuantitas daging sapi yang diminta, disebabkan karena perubahan pendapatan sebesar 1%.