I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Perkebunan menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan, serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan/atau tanaman tahunan yang karena jenis dan tujuan pengelolaannya ditetapkan sebagai tanaman perkebunan (Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, 2004). Salah satu komoditas dari subsektor perkebunan di Indonesia adalah Kelapa sawit. Pertama kali kelapa sawit (Elaeis Guineensis jacq) hanya diusahakan oleh perkebunan besar di Indonesia. Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, tanaman ini berasal dari Afrika Barat. Kelapa sawit masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun 1848 yang ditanam di kebun Raya Bogor, sebagian keturunan kelapa sawit dari kebun Raya Bogor diintroduksikan ke Deli Serdang (Sumatera Utara) sehingga dinamakan Varietas Dura Deli. Banyak kegunaan yang diperoleh dari hasil tanaman kelapa sawit, sehingga permintaan akan komoditas ini sangat tinggi. Saat ini Indonesia merupakan negara pengekspor minyak sawit kedua terbesar setelah Malaysia. Industri minyak sawit memiliki multi fungsi yang memberi manfaat ganda bagi perekonomian Indonesia maupun dunia secara keseluruhan. Manfaat ganda yang dimaksud berupa manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan. Manfaat dari segi ekonomi yang dimaksud bahwa industri minyak sawit menghasilkan berbagai produk bahan pangan, bahan energi dan bahan baku industri, yang dibutuhkan baik bagi Indonesia maupun masyarakat dunia. Sekitar 70 persen dari CPO yang dihasilkan Indonesia diperuntukkan bagi masyarakat internasional dan hanya sekitar 30 persen untuk kebutuhan masyarakat Indonesia. Selain itu, bagi pekonomian Indonesia industri minyak sawit merupakan sumber penerimaan pemerintah dari bea keluar, berbagai jenis pajak serta salah satu penyumbang devisa terbesar.
1
Manfaat sosial dari industri minyak sawit
terkait dengan peranan dan
kontribusinya dalam penciptaan kesempatan kerja, pembangunan pedesaan (rural development) dan pengurangan kemiskinan pedesaan (poverty alleviation). Menurut (Susila, 2004) mengungkapkan bahwa perkebunan Kelapa sawit di Indonesia merupakan bagian penting dari pembangunan pedesaan maupun pengurangan kemiskinan. Perkebunan Kelapa sawit juga memiliki fungsi ekologis dan memberi manfaat jasa lingkungan yang mirip dengan hutan. Perkebunan Kelapa sawit merupakan bagian penting dari pelestarian siklus karbondioksida (CO2), oksigen (O2) dan air (H2O). Kemampuan perkebunan Kelapa sawit dalam menyerap CO2 dan menghasilkan O2 lebih tinggi dari kemampuan hutan primer. Dengan melihat planet bumi sebagai satu ekosistem, fungsi ekologis perkebunan Kelapa sawit tersebut dinikmati bersama dan gratis oleh masyarakat dunia. Dengan manfaat ekonomi, sosial dan ekologis dari industri minyak sawit yang demikian, maka setiap pengembangan perkebunan kelapa sawit yang bertujuan untuk meningkatkan produksi CPO, merupakan cara memperbesar manfaat tersebut bagi masyarakat. Demikian juga untuk setiap peningkatan nilai tambah CPO seperti hilirisasi juga merupakan upaya memperbesar manfaat industri minyak sawit bagi masyarakat. Luas areal penanaman komoditas ini di Indonesia terus meningkat mulai dari 3.901.802 ha pada awal era reformasi (tahun 1999) meningkat menjadi 7.824.623 ha pada tahun 2010 (angka estimasi). Peningkatan areal ini berdampak sangat baik terhadap perkembangan pasar kelapa sawit Indonesia (Sjafrial dkk., 2008) Tingginya laju pertambahan luas areal kelapa sawit merupakan indikasi yang sangat kuat dari semakin banyaknya daerah di Indonesia yang mengembangkan kelapa sawit, beberapa daerah yang secara intensif dan ekspansif membudidayakan kelapa sawit adalah Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Riau dan Jambi. Dalam 5 tahun yang akan datang produktivitas kelapa sawit diperkirakan akan semakin meningkat seiring semakin meningkatnya umur produktif kelapa sawit (Syafa’at et al., 2004).
2
Sampai tahun 2013, Indonesia telah berhasil mengembangkan perkebunan Kelapa sawit sekitar 9.2 juta hektar dengan produksi CPO sebesar 26.5 juta ton. Dengan produksi CPO sebesar itu, Indonesia berhasil menjadi produsen CPO terbesar dunia. Prestasi yang impressive tersebut perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya secara berkelanjutan, sehingga multi manfaat yang dihasilkan makin besar, bermutu dan makin meluas secara lintas generasi. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas sebagai produsen CPO terbesar dunia kedepan, Indonesia menghadapi tantangan yang makin kompleks. Berbagai perubahan yang tekait industri minyak sawit akan terjadi baik di pasar domestik maupun pasar global, yang diantaranya sebagai berikut.
Pertama,
Ketersediaan lahan untuk perluasan kebun sawit di Indonesia makin terbatas kedepan. Keterbatasan lahan ini memiliki impIikasi penting bagi upaya peningkatan produksi CPO kedepan. Cara cara lama peningkatan produksi CPO melalui peluasan areal perkebunan Kelapa sawit seperti selama ini, harus beralih kepada cara cara baru yang makin berkualitas yakni melalui peningkatan produktivitas CPO dari lahan yang telah ada. Kedua, Ketergantungan Indonesia pada pasar CPO global sangat tinggi dan berisiko tinggi. Indonesia sebagai produsen CPO terbesar dunia sebagian besar (70 persen) CPO yang dihasilkan, dipasarkan ke pasar internasional dan hanya 30 persen diserap didalam negeri. Ketergantungan pada pasar CPO dunia yang demikian memiliki risiko tinggi dan tidak berkelanjutan, karena dengan mudah dipermainkan pasar internasional. Oleh karena itu pengembangan pasar CPO dalam negeri melalui hilirisasi perlu dipercepat agar sebagian besar produksi CPO diserap didalam negeri baik untuk kebutuhan domestik dan diekspor dalam bentuk olahan/produk jadi. Kedua hal tersebut tersebut ditempatkan dalam konteks perubahan lingkungan global yang sedang berubah. Berbagai purubahan lingkungan global kedepan seperti pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan perubahan pusat-pusat perekonomian global, pergeseran selera dan persaingan antar minyak nabati global, perubahan iklim global,merupakan bagian dari tantangan masa depan yang perlu dipertimbangkan agar industri minyak sawit Indonesia dapat bertahan secara berkelanjutan serta memberi manfaat maksimal bagi Indonesia. Tantangan masa depan yang demikian mengundang pertanyaan strategis berikut: Bagimana
3
industri minyak sawit Indonesia kedepan? Atau sebagai produsen CPO dan sekaligus produsen minyak nabati terbesar dunia, Indonesia ingin seperti apa dengan industri minyak sawitnya? Indonesia sebagai salah satu negara produsen minyak sawit dunia memiliki comparative dan competitive advantage dibandingkan dengan negara-negara produsen lainnya. Hal ini dilihat dari besarnya potensi lahan yang tersedia, kesesuaian agroklimat, ketersediaan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) di Medan dan tersedianya tenaga kerja yang melimpah. Selain itu pasar minyak dunia masih sangat prospektif meskipun saat ini mengalami penurunan. Peluang pasar konsumsi minyak sawit (palm oil) dan minyak inti sawit (palm kernel oil)di dunia semakin memberikan harapan dengan terjadinya peningkatan dari tahun ke tahun. Dengan melihat potensi produk kelapa sawit tersebut yang sifatnya renewable resources maupun
keanekaragaman
produk
hilir
yang
dapat
dikembangkan
serta
kemampuannya memfiksasi CO2 dari atmosfer dalam proses metabolismenya, maka kelapa sawit menjadi komoditi harapan masa depan.
2. Rumusan Masalah Industri minyak sawit merupakan industri strategis dalam perekonomian Indonesia khususnya dimasa yang akan datang. Para ahli pertanian dunia telah lama mengakui bahwa pertanian termasuk perkebunan Kelapa sawit memiliki fungsi ekonomi, sosial dan lingkungan bagi masyarakat. Berbagai studi baik dari lembaga internasional maupun lembaga di Indonesia, telah membuktikan bahwa industri minyak sawit Indonesia berkontribusi besar baik bagi perekonomian nasional, pembangunan ekonomi daerah, pengurangan kemiskinan maupun untuk pelestarian lingkungan hidup.
Oleh karena itu, pengembangan industri minyak sawit perlu
dilihat sebagai upaya memperbesar manfaat ekonomi, sosial dan kelestarian lingkungan hidup yang lebih besar dan lebih berkualitas. Kedepan, selain meningkatkan peran yang telah ada selama ini industri minyak sawit Indonesia juga dituntut pada peran baru yakni menyediakan energi pengganti energi fosil. Dengan tambahan peran baru industri minyak sawit tersebut yakni menyediakan biodiesel tentu memerlukan peningkatan ketersediaan bahan baku berupa minyak sawit mentah (CPO). Sementara untuk kebutuhan hilirisasi
4
oleopangan dan oleokimia juga terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan latar belakang maka ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan sebegai berikut :
a. Bagaimana tren produksi, luas areal, dan produktivitas, kelapa sawit di Indonesia? b. Bagaimana produksi kelapa sawit di Indonesia pada periode yang akan datang?
3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini adalah : a. Mengetahui tren produksi, luas areal, dan produktivitas kelapa sawit di Indonesia. b. Melakukan peramalan terhadap produksi kelapa sawit di Indonesia pada periode yang akan datang dengan menggunakan model ARIMA.
4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan memberikan informasi untuk: a.
Peneliti, dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan pola pikir dan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Universitas Gadjah Mada.
b.
Perumus kebijakan, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan mengenai strategi pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
c.
Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan menjadi bahan acuan untuk dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut.
5