I.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang terencana dari berbagai bidang maupun sektor. Pembangunan telah dilaksanakan di berbagai negara khususnya di beberapa negara berkembang. Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat baik material maupun non material. Salah satu sektor pembangunan yang strategis adalah sektor agraris. Sektor pertanian merupakan sektor usaha yang sangat dominan di negara Indonesia. Sebagian besar penduduk di Indonesia bekerja sebagai petani. Sektor pertanian di Indonesia memiliki peranan yang cukup penting sebagai penyedia bahan pangan, sumber pendapatan, dan menyokong perekonomian di Indonesia. Selain itu sektor pertanian yang mempunyai peranan penting dalam struktur perekonomian baik dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) maupun dalam penyerapan tenaga kerja. Realisasi pembangunan sektor pertanian ditunjukkan dengan dikenalkannya beberapa komoditas tanaman sejak pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia. Salah satu komoditas yang dikenalkan pada masa pemerintahan Hindia Belanda adalah tanaman tembakau. Tanaman tembakau mulai dikenalkan dan ditanam di berbagai daerah di Indonesia, diantaranya di Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. Pada saat ini Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tembakau terbesar di dunia. Sepuluh negara penghasil tembakau terbesar di dunia tahun 2011 menurut FAO (dalam 1.000 U.S. dolar) adalah : China (US$ 5.031.122), India (US$ 1.608.548), Brazil (US$ 1.516.204), United States (US$ 434.222), Malawi (US$ 278.619), Argentina (US$ 263.037), Indonesia (US$ 207.537), Tanzania (US$ 207.059), Zimbabwe (US$ 177.704), dan Pakistan (US$ 163.790). Daerah di Indonesia yang menjadi daerah penghasil tembakau terbesar salah satunya adalah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah menghasilkan salah satu jenis tembakau dengan kualitas terbaik di Indonesia serta mendapat perhatian dan permintaan tinggi di dunia, yaitu tembakau jenis srinthil dan tembakau jenis lamuk. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah (2012) Kabupaten
1
Temanggung merupakan penghasil komoditas Tembakau terbesar di Provinsi Jawa Tengah, yaitu 9.978,50 ton dalam setahun. Sejak tanaman tembakau dikenalkan lebih dari seratus tahun yang lalu di Kabupaten Temanggung, tanaman tembakau sudah menjadi bagian dari kehidupan bagi masyarakat Temanggung. Umumnya hajatan atau acara besar yang akan dilakukan oleh masyarakat di Temanggung, mereka selalu melakukannya setelah mbakon (panen tembakau). Petani tembakau di Temanggung percaya bahwa tanaman tembakau merupakan tanaman yang diberikan oleh Allah merupakan sebuah karunia besar yang mampu mencukupi kebutuhan hidup masyarakat Temanggung. Tanaman tembakau sampai ke Temanggung dipercaya dibawa oleh Ki Ageng Makukuhan yang diterimanya dari Sunan Kudus. Tanaman tembakau yang bisa melewati musim kemarau tersebut menjadi komoditas utama di Kabupaten Temanggung (Brata, 2011). Komoditas
tembakau di
Kabupaten Temanggung menjadi
tanaman
perkebunan utama bagi petani yang dirasa dapat meningkatkan pendapatan petani. Komoditas tembakau di Kabupaten Temanggung memiliki multplier effect. Saat musim tembakau, pasar di Kabupaten Temanggung sangat ramai dengan adanya berbagai transaksi jual/beli yang meningkat. Ketika panen tembakau berlangsung akan berpengaruh terhadap sektor lainnya seperti sektor jasa, industri, penyediaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja. Salah satu kecamatan penghasil utama tembakau di Kabupaten Temanggung adalah Kecamatan Bansari. Berdasarkan profil Kabupaten Temanggung (2012), sebagian besar penduduk di Kecamatan Bansari bekerja sebagai petani, yaitu sebesar 11.520 jiwa
dengan komoditas utama perkebunan yang dikembangkan adalah
tembakau dan kopi. Berdasarkan data dari Temanggung dalam Angka tahun 2013 produksi yang dihasilkan dari komoditas tembakau di Kecamatan Bansari pada tahun 2012 sebesar 885,71 ton. Pada usahatani tembakau petani memegang peranan penting dalam meningkatkan pendapatan dengan usahatani secara efisien guna pengembangan usahanya. Usahatani tembakau oleh petani yang umumnya rumit, membutuhkan tenaga kerja banyak, perlu ketepatan waktu, perlu koordinasi sehingga, selain membutuhkan modal dari alam dan manusia, juga membutuhkan modal sosial yang
2
berkaitan dengan sumberdaya manusia, yaitu interaksi dan kerjasama antar petani, produsen dan pihak-pihak terkait. Modal sosial dalam masyarakat di Indonesia khususnya pada masyarakat petani diantaranya mengenai kelembagaan sosial, kearifan lokal, norma-norma, dan kebiasaan lokal. Pada dasarnya usahatani tembakau memiliki resiko besar, misalnya serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dan musim serta harga yang sangat fluktuatif. Oleh karenanya kemunculan modal sosial di tengah masyarakat petani seperti rasa saling percaya antar petani, gotong royong, dan rasa untuk saling tolong menolong sangat menarik untuk diteliti. Bertahannya dan tumbuhnya modal sosial masyarakat petani tembakau di Kecamatan Bansari menarik untuk dijabarkan secara komprehensif. Modal sosial pada petani tembakau di Kecamatan Bansari berpengaruh pada eksistensi dan keberlanjutan petani tembakau tetap menanam tembakau walaupun muncul berbagai kebijakan pemerintah mengenai produk tembakau sebagai bahan yang mengandung zat adiktif seperti yang tercantum dalam PP No.109 tahun 2012 yang secara tidak langsung dapat mengurangi konsumsi dari bahan baku tembakau. Modal sosial dalam masyarakat petani tembakau khususnya di Kabupaten Temanggung yang menjadi salah satu penghasil tembakau terbesar di Indonesia sangat diperlukan guna menunjang keberhasilan usahatani pada komoditas tembakau. Modal sosial antar petani tembakau di Temanggung terjadi dengan adanya sikap saling percaya antar petani dan adanya rasa saling tolong menolong antar petani yang diwujudkan dengan gotong royong untuk mencapai usahatani yang lebih efisien.
2. Perumusan Masalah Pada
usahatani
tembakau,
petani
tembakau
mengalami
berbagai
permasalahan diantaranya adanya berbagai kebijakan dari pemerintah yang nantinya dapat mengurangi konsumsi tembakau baik sebagai bahan baku maupun sebagai bahan pendukung dalam kegiatan industri salah satunya industri pabrik rokok. Kebijakan dari pemerintah tersebut diantaranya adanya PP No. 19 tahun 2012 yang menyebutkan bahwa tembakau termasuk dalam zat adiktif. Selain itu, permasalahn yang dihadapi oleh petani tembakau diantaranya adalah permasalahan gangguan OPT dan adanya musim di Indonesia mulai fluktuatif.
3
Upaya petani tembakau di Kecamatan Bansari, Temanggung untuk tetap menanam tembakau merupakan salah satu fenomena yang menarik ditengah berbagai kebijakan pemerintah dalam pembatasan konsumsi tembakau. Eksistensi petani tembakau di Kecamatan Bansari, Temanggung untuk tetap menanam tembakau tidak terlepas dari adanya modal sosial yang dibangun dan dipertahankan oleh masyarakat petani tembakau. Dari berbagai uraian mengenai modal sosial petani tembakau di Kecamatan Bansari, Temanggung dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Kapan dan bagaimana proses kemunculan dan eksistensi modal sosial pada petani tembakau di Kecamatan Bansari, Temanggung? b. Bagaimana bentuk-bentuk modal sosial petani tembakau di Kecamatan Bansari, Temanggung? c. Bagaimana peran modal sosial pada keberlanjutan petani tetap menanam tembakau?
3. Tujuan Penelitian Sebuah penelitian perlu dikemukakan tujuan yang hendak dicapai sehingga memiliki arahan yang jelas. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu : a. Untuk mengetahui kemunculan dan eksistensi modal sosial petani tembakau. b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk modal sosial petani tembakau. c. Untuk mengetahui peran modal sosial pada petani dalam keberlanjutan usahatani tembakau.
4. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah : a. Bagi peneliti sebagai sarana prasyarat dalam menyelesaikan pendidikan sarjana strata 1 di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. b. Bagi masyarakat khususnya petani tembakau agar dapat memahami bentuk modal sosial yang ada dan diterapkan oleh petani tembakau dalam usahatani tembakau. c. Bagi Pemerintah Daerah dan dinas-dinas terkait Kabupaten Temanggung diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi mengenai pentingnya modal
4
sosial bagi petani dan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan dalam usahatani komoditas tembakau.
5