I.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sub sektor penting dalam pembangunan pertanian. Secara garis besar, komoditas hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran, buah, tanaman berkhasiat obat, tanaman hias termasuk di dalamnya tanaman air, lumut dan jamur yang dapat berfungsi sebagai sayuran, tanaman obat atau tanaman hias. Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura, pasal 1 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura (tanaman hias). Komoditas prioritas hortikultura saat ini meliputi jeruk, pisang, mangga, manggis, durian, anggrek, cabai merah, bawang merah, dan kentang (BRS Hortikultura, 2013). Cabai merah merupakan salah satu komoditas unggulan nasional yang penanamannya hampir tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Cabai merah juga merupakan komoditas yang sangat dibutuhkan oleh hampir semua orang dari berbagai lapisan masyarakat. Kebutuhan cabai merah selalu meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan beragamnya kebutuhan. Harga cabai merah pun selalu fluktuatif seiring dengan produktivitas dan ketersediaan cabai merah di kalangan petani dan masyarakat. Kebutuhan cabai merah biasanya meningkat 10% terutama di saat menjelang hari besar agama karena pada bulan puasa dan menjelang hari besar keagamaan contohnya Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Hari Natal dan Tahun Baru. Cabai besar terdiri dari cabai merah besar, cabai hijau besar, cabai merah keriting, dan cabai hijau keriting. Produksi cabai besar di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 130,13 ribu ton, mengalami peningkatan sebesar 11,00 ribu ton (9,23 persen) dibandingkan tahun 2011. Peningkatan produksi cabai besar tahun 2012 tersebut terjadi di 7 (tujuh) kabupaten potensi cabai besar di Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Magelang, Brebes, Temanggung, Banjarnegara, Semarang, Rembang dan Wonosobo sebesar 17,21 ribu ton, sedangkan di 28 (dua puluh delapan) kabupaten/kota lainnya mengalami penurunan sebesar 6,21 ribu ton (BPS Jawa Tengah, 2013). Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian pada tahun 2013 daerah sentra cabai besar di Provinsi Jawa Tengah adalah Kabupaten
1
Brebes, Magelang, Temanggung, Rembang, Blora, Demak, Banyumas, Wonosobo, dan Klaten. Cabai merah merupakan tanaman sayur yang digunakan sebagai bumbu ataupun pelengkap dalam makanan. Walaupun cabai bukan merupakan komponen utama dalam makanan, akan tetapi masyarakat Indonesia sangat akrab dengan cabai di bidang kuliner. Oleh karena itu, permintaan cabai sangatlah besar dan sangat sering harga cabai sangat melambung. Cabai merah banyak dihasilkan di Kabupaten Temanggung, Magelang, Brebes dan Banjarnegara. Produksi cabai merah di Jawa Tengah berfluktuasi di sekitar 1 juta sampai 1,3 juta kuintal per tahunnya (Dinpertantph Jawa Tengah, 2014).
2
Tabel 1.1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Cabai Merah menurut Kecamatan Tahun 2012 Cabai Merah No Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas (Ha) (Ku) (Ku/Ha) 1 Salaman 9 716 79,56 2 Borobudur 76 8.578 112,87 3 Ngluwar 102 5.368 52,63 4 Salaman 181 9.272 51,23 5 Srumbung 395 22.187 56,17 6 Dukun 722 49.580 68,67 7 Muntilan 148 8.370 56,55 8 Mungkid 134 11.982 89,42 9 Sawangan 154 11.611 75,40 10 Candimulyo 14 733 52,36 11 Mertoyudan 2 150 75,00 12 Tempuran 7 760 108,57 13 Kajoran 33 1.204 36,48 14 Kaliangkrik 177 11.445 64,66 15 Bandongan 156 17.028 109,15 16 Windusari 152 8.067 53,07 17 Secang 18 386 21,44 18 Tegalrejo 49 7.215 147,24 19 Pakis 1.002 86.507 86,33 20 Grabag 83 4.362 52,55 21 Ngablak 37 1.885 50,95 Jumlah 2012 3.651 267.406 73,24 Jumlah 2011 3.102 170.310 54,90 Jumlah 2010 3.131 217.149 69,35 Jumlah 2009 3.537 240.588 68,02 Sumber: BPS Magelang Tahun 2013 (diolah) Magelang merupakan daerah sentra produksi cabai merah terbesar kedua di Jawa Tengah setelah Kabupaten Temanggung. Berdasarkan data BPS Jawa Tengah dalam Angka 2014, Kabupaten Magelang memiliki luas panen komoditas cabai merah seluas 3.917 Ha dan produksi cabai merah sebanyak 239.088 kuintal. Kecamatan Borobudur dengan ketinggian dari permukaan laut setinggi 235 meter merupakan daerah sentra produksi cabai merah dengan produktivitas terbesar kedua di Kabupaten Magelang setelah Kecamatan Tegalrejo. Berdasarkan data BPS Magelang dalam Angka Tahun 2013, Kecamatan Borobudur memiliki luas panen komoditas cabai merah seluas 76
3
Ha dengan produksi cabai merah sebanyak 8.578 kuintal dan diketahui produktivitas cabai merah sebesar 112,87 kuintal per Ha. Dilihat dari produktivitas cabai merahnya, sentra produksi Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang ini memiliki keunggulan dan daya saing yang tinggi. Seringkali keunggulan dan daya saing suatu komoditas terhambat oleh adanya kebijakan pemerintah. Oleh karena itu perlu diketahui posisi daya saing suatu komoditas di pasar internasional dan kebijakan yang sesuai untuk diterapkan.
2. Rumusan Masalah Perdagangan liberal memang menjadi tujuan hampir sebagian besar negara di dunia, dengan harapan liberalisasi dapat meningkatkan volume dan nilai perdagangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Saat ini pemerintah sedang melakukan proses liberalisasi perdagangan yang lebih komprehensif melalui Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) (Kemenperin, 2014). Tentunya semua perjanjian tersebut berkaitan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan, agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui surplus neraca perdagangan, sehingga menjadi tawaran menggiurkan bagi negara-negara yang tergabung dalam liberalisasi perdagangan untuk mendapatkan akses pasar. Perlu diingat, bahwa proses liberalisasi perdagangan itu sendiri berhubungan erat dengan pembukaan akses pasar produk ekspor Indonesia ke dunia. Produk pertanian memberikan andil besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui surplus neraca perdagangan. Produk-produk pertanian di Indonesia harus bersiap-siap dalam menghadapi perdagangan bebas. Produk pertanian memiliki daya saing yang tinggi dan berpotensi untuk diekspor, hal ini dapat menjadi penopang menghadapi dampak negatif perdagangan bebas. Daya saing suatu komoditas dapat dilihat dari keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif yang dimilikinya. Komoditas cabai merah adalah contoh dari produk pertanian yang diunggulkan di Indonesia dan menjadi komoditas krusial. Diketahuinya daya saing cabai merah, maka akan diketahui apakah komoditas cabai merah di Indonesia mampu bersaing dengan komoditas cabai merah di negara lain.
4
Cabai merupakan salah satu komoditas yang mudah berubah, dan memberikan andil terhadap inflasi nasional, sehingga pasokan ke pasar harus terjaga kontinuitasnya. Inflasi pedesaan Agustus 2014 sebesar 0,37 persen dipicu oleh naiknya komoditas cabai rawit, cabai merah, rokok kretek filter, rokok kretek, dan kacang panjang. Harga cabai merah naik 1,50 persen dibanding Juli 2014 atau turun 47,66 persen bila dibanding Agustus 2013. Selama periode September 2013–Maret 2014, harga eceran beberapa komoditas bahan pokok mengalami penurunan contohnya daging ayam ras, gula pasir, cabai merah serta telur ayam ras, yaitu masing-masing turun sebesar 15,05 persen, 5,09 persen, 3,31 persen dan 8,63 persen. Anjloknya harga cabai yang terjadi juga disebabkan kebijakan pemerintah yang memperbolehkan masuknya sayuran impor ke Indonesia, sehingga hal tersebut semakin memperparah anjloknya harga cabai. Cabai merah merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Magelang sehingga kebijakan-kebijakan pemerintah akan mempengaruhi daya saing komoditas cabai merah yaitu kuota, tarif, subsidi, dan pajak. Kebijakan yang mengakibatkan biaya input menurun dan menambah nilai guna output akan meningkatkan daya saing cabai merah, sebaliknya kebijakan yang mengakibatkan biaya input naik dan nilai guna output menurun akan menurunkan daya saingnya. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat ditarik rumusan masalah yang akan dianalisis lebih lanjut. Adapun rumusan masalah tersebut adalah: a. Bagaimana daya saing komoditas cabai merah keriting di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang dilihat dari keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif? b. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang? 3. Tujuan Penelitian a. Menganalisis tingkat daya saing cabai merah keriting di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang melalui keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif. b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang.
5
4. Manfaat Penelitian a. Bagi masyarakat akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan untuk dianalisis lebih lanjut. b. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi mengenai dampak kebijakan pemerintah terhadap petani cabai merah keriting. c. Bagi petani cabai merah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat untuk kesejahteraan petani cabai merah keriting.
6