BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII
adalah salah satu diantara perkebunan milik
Negara yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1996, seperti yang dinyatakan dalam akta Notaris Harun Kamil, S.H., No. 41 tanggal 11 Maret 1996 dan telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan C2-8336.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996. Akta pendirian ini selanjutnya mengalami perubahan sesuai dengan akta Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo, SH., No. 05 tanggal 17 September 2002 dan telah mendapat persetujuan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. C20857 HT.01.04.TH.2002 tanggal 25 Oktober 2002. Perusahaan ini didirikan dengan maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan usaha di bidang agro bisnis dan agro industri, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan untuk menghasilkan barang dan/ atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perseroan dengan menerapkan prinsipprinsip Perseroan Terbatas. Produk teh di Indonesia terdiri dari dua macam yaitu teh hitam dan teh hijau. Sedangkan, PTPN VIII Ciater merupakan pabrik yang hanya memproduksi khusus teh hitam saja. Pada proses pengolahan teh hitam dihasilkan dua macam hasil teh yaitu teh daun dan teh bubuk. Teh bubuk adalah bubuk teh yang berasal dari bubuk daun teh, yang selama pengolahan mengalami penggulungan yang sempurna. Sedangkan teh daun berasal dari daun teh yang tidak tergulung akan tetapi tersobek-sobek sehingga diteruskan dengan menghancurkannya. Pengolahan teh hitam mempunyai sejumlah tingkatan yang masing-masing menentukan sebagian dari kualitas hasil akhir (Iskandar, 1971).
1
Pada proses produksi teh di PTPN VIII, terdapat beberapa proses yang harus dilalui. Hal pertama yang harus dilakukan adalah proses pengangkutan daun teh yang telah diambil menuju proses penimbangan dan penerimaan di pabrik. Selanjutnya adalah proses pembeberan daun teh. Berikutnya adalah proses pelayuan daun teh. Setelah daun teh layu, daun teh turun ke proses penggilingan. Alat yang digunakan oleh PTPN VIII Ciater pada proses ini berupa mesin penggilingan orthodox. Proses penggilingan ini bertujuan untuk merusak atau menghancurkan dinding sel daun agar cairan sel keluar semaksimal mungkin ke permukaan dengan merata, sehingga terjadi proses oksidasi enzimatis yang baik yang dapat menghasilkan inner quality yang optimal. Proses penggilingan terdapat dua proses yaitu proses penggilingan dan proses sortasi basah., karena pada tahap ini setelah daun teh digiling hasil penggilingan akan dipisah sesuai jenis bubuk teh. Selanjutnya adalah proses fermentasi untuk jenis teh hitam. Pada teh hijau tidak dilakukan fermentasi. Berikutnya adalah sortasi yaitu melakukan pemisahan tingkat kualitas daun teh. Proses pengolahan terakhir adalah pengepakan (packing). Pengepakan bertujuan untuk melindungi produk teh jadi dari kerusakan/kontaminasi sehingga dapat memperpanjang masa simpan produk. Gambar I.1 pada halaman selanjutnya menunjukan peta proses di bagian sortasi basah.
2
Operator sortasi basah
mesin sortasi basah
pemantauan proses sortasi basah
penerimaan daun teh hasil penggilingan
daun teh hasil sortasi
bak oksidasi enzimatis
Bubuk I Bubuk II
pengayakan daun teh sesuai tingkat kekasaran
Bubuk III
Bubuk IV menyapu dan menampung daun teh
Daun teh tercecer
pengecekkan daun teh
Ada Kontami nasi ?
Ya
Tidak
Penerimaan daun teh hasil sortasi
END
Gambar I.1 Peta Proses PTPN VIII Kebun Ciater Berdasarkan Gambar I.1 dapat dilihat alur proses yang terjadi di proses sortasi basah. Daun teh yang telah mengalami penggilingan akan dibawa ke mesin sortasi basah melalui konveyor untuk melalui proses sortasi basah. Pada proses giling, daun teh digiling oleh mesin yang berbeda dan menghasilkan jenis teh yang berbeda pula. Kententuan teknis dari masing-masing jenis daun teh dapat dilihat pada tabel I.1 dan tabel I.2
3
Tabel I.1 Ketentuan Teknis Mesin Giling Nama Mesin Open Top Roller (OTR) Press Cap Roller (PCR) Rotorvane 15 inch (RV) Rotorvane 8 inch
Jenis Bubuk Bubuk I Bubuk II Bubuk III Bubuk IV
Sasaran 11%-29% 22%-32% 28%-32% 16%-20%
Sumber: Company Profile Book PTPN VIII Kebun Ciater Tabel I.2 Jumlah Teh Hasil Penggilingan Jumlah daun teh yang diproses/hari = 350 kg Teh yang diproses
Jenis
(kg)
Mesin
350.00
Hasil
Jenis Bubuk
Presentase
OTR
I
25%
87.50
262.50
PCR
II
25%
65.63
196.87
RV 15
III
28%
55.13
141.75
RV 8
IV
20%
28.35
(kg)
Jenis bubuk I, bubuk II, bubuk III, bubuk IV akan digabungkan kembali untuk melalui proses sortasi basah agar dapat dipisahkan tingkat kekasaran daun teh. Proses sortasi basah merupakan proses pemisahan antara daun pucuk (peko) dengan daun biasa. Dapat dikatakan proses ini memisahkan daun teh hasil penggilingan sesuai tingkat kekasarannya. Berdasarkan observasi dan interview pada operator proses sortasi basah, terdapat masalah yaitu daun teh yang tercecer kelantai terinjak oleh para pekerja teridentifikasi bahwa terdapat kontaminasi yang terjadi. Kontaminasi yang dimaksud adalah berupa tanah dan kerikil. Gambar I.2 merupakan kondisi eksisting yang terjadi pada proses sortasi basah.
4
Gambar I.2 Daun Teh yang Tercecer di Lantai Pada Gambar I.2 menunjukan daun teh tercecer di lantai. Menurut hasil observasi lapangan, daun teh yang tercecer setiap harinya mencapai 100 kg. Setelah melakukan pengamatan selama bulan November 2015 selama jam kerja di proses sortasi basah, didapatkan data kontaminasi dari sampel yang diambil secara konstan yaitu 10 kg. Dalam satu hari, workstation penggilingan membutuhkan waktu sebesar 10 jam. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan control eksperimen yang ketat, penelitian yang sukses yaitu dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai 20 (Gay and Diehl, Roscoe 1975). Penulis menentukan ukuran sampel sebesar 20 selama bulan November 2015. Tabel I.3 merupakan data kontaminasi yang didapatkan berdasarkan pengambilan sampel daun teh tercecer.
5
Tabel I.3 Data Kontaminasi November 2015
15-Nov
ukuran sampel (kg)
kontaminasi (kg)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
0.212 1.25 0.533 0.254 0.476 0.554 0.543 2.335 0.554 4.537 0.221 0.321 0.248 0.769 1.877 0.543 0.762 0.588 2.941 3.334
proporsi kontaminasi (%) 2.12 12.5 5.33 2.54 4.76 5.54 5.43 23.35 5.54 45.37 2.21 3.21 2.48 7.69 18.77 5.43 7.62 5.88 29.41 33.34
Daun teh yang tercecer menyebabkan operator harus melakukan aktivitas tambahan untuk memproses ulang daun teh tercecer. Sedangkan daun teh tercecer yang tidak layak akan dibuang setelah dilakukan pengecekkan dengan kasat mata oleh operator. Hal tersebut menyebabkan perlunya usaha perancangan alat bantu yang dapat meminimasi kontaminasi yang terjadi pada daun teh tercecer. Menurut Bapak Azis salah satu operator penggilingan, alat sapu dan wadah penampung teh merupakan alat bantu yang hanya membantu operator mengumpulkan sisa teh yang terbuang untuk kemudian diproses ulang.
6
I.2
Perumusan Masalah
Bagaimana desain alat bantu operator sortasi basah untuk meminimasi kontaminasi jenis tanah dan kerikil yang terjadi pada daun teh yang tercecer di lantai? I.3
Tujuan Penelitian
Memberikan usulan desain alat bantu operator sortasi basah untuk meminimasi kontaminasi jenis tanah dan kerikil pada daun teh yang tercecer di lantai. I.4
Batasan Penelitian
Agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih fokus, maka beberapa batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Penelitian ini dilakukan di pada satu proses yaitu proses sortasi basah
2.
Penelitian ini dilakukan sampai pada tahap desain tanpa dilakukan uji coba dan
dibuat prototype. I.5
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat bagi penulis adalah mampu menerapkan ilmu pengetahuan mengenai perncangan dan pengembangan produk. 2. Sebagai bahan masukan bagi PTPN VIII Ciater dalam melakukan perbaikan kualitas teh yang diproduksi sehingga nantinya diharapkan dapat meminimasi kontaminasi logam berat pada teh yang diproduksi. 3. Industri teh akan mengetahui kelebihan dari konsep baru yang akan dibuat. Kelebihannya diantaranya akan ada desain alat baru yang dapat meminimasi kontaminasi pada teh yang diproduksi sehingga customer akan lebih mempercayai kualitas teh dari PTPN VIII khususnya dari segi keamanan untuk dikonsumsi.
7
I.6
Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan Bab pendahuluan berisi latar belakang dilakukannya penelitian. Terdapat perumusan masalah dari objek yang diteliti sehingga penulis mengetahui hal-hal apa saja yang harus dievaluasi dan menjadi tujuan utama dilakukannya penelitian. Dalam bab ini diuraikan manfaat penelitian dan batasan penelitian agar penelitian lebih terfokus pada usulan pembuatan alat bantu pemisah daun teh dengan butiran logam. Bab II
Landasan Teori
Pada bab ini berisi literature yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Bab ini akan membahas hubungan antar konsep yang menjadi kajian penelitian dan uraian kontribusi penelitian. Bab III
Metodologi Penelitian
Bab ini berisi urutan langkah-langkah penyelesaian masalah yang meliputi model konseptual dan sistematika pemecahan masalah. Dengan metode konseptual penyelesaian masalah dilakukan dengan sistematis. Pada sistematika pemecahan masalah akan dijelaskan secara lebih detail dan setiap tahapan-tahapannya sehingga alur penyelesaian masalah lebih jelas. Bab IV
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pada bab ini ditampilkan dan dijelaskan mengenai data umum perusahaan dan data lainnya yang dikumpulkan melalui berbagai proses seperti observasi dan data dari perusahaan. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah menggunakan tahapan pengolahan sesuai dengan yang telah dijabarkan pada Bab III.
8
Bab V Analisis Usulan Pada bab ini akan dilakukan perancangan usulan untuk memberikan kondisi yang lebih baik bagi perusahaan. Perancangan usulan ini akan mencakup desain pada kondisi eksisting dan perancangan spesifikasi teknik alat bantu pemisah teh dengan butiran logam usulan beserta analisis desain alat bantu. Bab VI
Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini akan ditampilkan kesimpulan dari hasil penelitian ini beserta saran untuk PTPN VIII Ciater dan penelitian selanjutnya.
9