I.
1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara.
Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation of South East Asian Nation). ASEAN merupakan perhimpunan bangsa-bangsa di kawasan Asia Tenggara yang membentuk sebuah organisasi geopolitik dan ekonomi dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
kemajuan
sosial,
dan
pengembangan
kebudayaan
negara-negara
anggotanya. Negara yang terhimpun dalam perhimpunan ini yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Pada tahun 1997, seluruh anggota ASEAN menyepakati sebuah perjanjian yang disebut dengan ASEAN Vision 2020. Perjanjian ini bertujuan untuk mewujudkan kawasan yang stabil, makmur dan berdaya saing tinggi dengan pembangunan ekonomi yang merata ditandai dengan penurunan tingkat kemiskinan dan perbedaan sosial ekonomi. Menindaklanjuti perjanjian tersebut, pada tahun 2003 dibuatlah kesepakatan yang berisi tiga pilar utama untuk mewujudkan ASEAN Vision 2020 yaitu ASEAN Economic Community, ASEAN Politcal-Security Community, dan ASEAN Socio-Cultural Community. Seiring berjalannya waktu, pencapaian komunitas ini semakin kuat sehingga pada tanggal 13 Januari 2007 muncullah deklarasi baru yaitu Cebu Declaration on the Estabilishment of an ASEAN Community by 2015. Dengan ditandatanganinya deklarasi ini, anggota perhimpunan menyepakati adanya perubahan waktu untuk pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) yang mulanya akan dicapai pada tahun 2020 dipercepat menjadi tahun 2015. Menurut Wahyudin (2014), AEC merupakan salah satu bentuk Free Trade Area (FTA) atau area perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara. AEC dibentuk dengan misi menjadikan perekonomian di ASEAN menjadi lebih baik serta mampu bersaing dengan negara yang perekonomiannya lebih maju dibandingkan kondisi negara ASEAN saat ini. Dengan terwujudnya AEC, posisi ASEAN juga diharapkan menjadi lebih strategis di kancah internasional.
1
Pada dasarnya, AEC memiliki empat pilar utama, yakni aliran bebas barang dan jasa (free flow of good services), ekonomi regional yang kompetitif (competitive economic
region),
perkembangan
ekuitas
ekonomi
(equitable
economic
development), dan integrasi memasuki ekonomi global (full integration into global economy). AEC juga memiliki 12 sektor prioritas. Sektor tersebut mencakup produkproduk berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, karet, tekstil dan pakaian, kayu, perjalanan udara, e-ASEAN, kesehatan, pariwisata, dan logistik. Artinya pada tahun 2015 akan terjadi perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara untuk sektorsektor tersebut. Implementasi AEC menjadi sebuah ancaman yang besar bagi perekonomian Indonesia. Salah satu instansi yang terkena dampak implementasi ini yaitu perusahaan di bidang pertanian. Indonesia memiliki banyak sekali perusahaan besar di bidang pertanian. Perusahaan tersebut tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Salah satu perusahaan di bidang pertanian yang masih eksis hingga saat ini adalah PT. Gunung Madu Plantations. Pada tahun 1967, Indonesia menjadi negara pengimpor gula yang besar. Saat itu tingkat produktivitas tebu juga semakin menurun. Keadaan ini menimbulkan ketidaksesuaian antara tingkat produksi dengan konsumsi gula di dalam negeri. Pada saat itu industri gula masih terpusat di Pulau Jawa. Pemerintah kemudian menyadari bahwa untuk meningkatkan produksi gula nasional, industri gula harus dikembangkan tidak hanya di Pulau Jawa. Pemerintah mengajak pihak swasta untuk ikut melaksanakan pengembangan industri gula. Ajakan tersebut melahirkan sebuah industri gula baru di luar Pulau Jawa yang berlokasi di Lampung yaitu PT. Gunung Madu Plantations. PT. Gunung Madu Plantations merupakan industri gula pertama di luar Pulau Jawa yang didirikan pada tahun 1975. Dalam perjalanannya, PT. Gunung Madu Plantations pernah mengalami berbagai permasalahan, namun perusahaan tetap dapat menjaga eksistensinya hingga saat ini. Menjaga eksistensi perusahaan selama berpuluh-puluh tahun bukan merupakan hal yang mudah. Di tengah eksistensi yang telah lama dibangun ini, PT. Gunung Madu Plantations akan merasakan dampak dari AEC 2015 khususnya dengan adanya empat pilar utama dan 12 sektor prioritas yang menjadi dasar pembentukan AEC. Keadaan ini mengundang berbagai opini dari publik internal
2
perusahaan. Publik internal akan beropini mengenai eksistensi perusahaan setelah AEC diimplementasikan. Opini mereka mengenai eksistensi perusahaan akan beragam. Tidak semua publik internal memberikan opini yang positif terhadap eksistensi perusahaan. Maka dari itu, opini publik internal terhadap eksistensi PT. Gunung Madu Plantations dalam menghadapi AEC 2015 menjadi isu yang menarik untuk diteliti.
2.
Rumusan Masalah PT. Gunung Madu Plantations merupakan perusahaan gula di provinsi
Lampung yang sudah eksis selama 40 tahun. Eksistensi perusahaan dibangun dengan usaha yang gigih. Perusahaan selalu berupaya meningkatkan mutu, kualitas, dan kuantitas produk. Peningkatan ini berujung pada peningkatan nilai penjualan produk yang juga akan meningkatkan eksistensi perusahaan. Eksistensi perusahaan yang sudah lama dibangun oleh PT. Gunung Madu Plantations kini dipengaruhi oleh terbentuknya AEC 2015. AEC merupakan komunitas perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara dengan empat pilar utama yang membebaskan arus barang dan jasa, menciptakan perekonomian yang sangat kompetitif, mengembangkan ekuitas atau pemerataan ekonomi, serta mengintegrasi atau menggabungkan ekonomi global. Terbentuknya AEC bertujuan untuk membangun kawasan yang stabil, makmur dan berdaya saing tinggi dengan pembangunan ekonomi yang merata. Tidak semua pihak diuntungkan dengan terbentuknya AEC. Bagi negara yang belum siap menghadapi AEC, tujuan sulit untuk dicapai karena negara belum mampu menghadapi persaingan yang sangat kompetitif. Maka dari itu yang terjadi adalah sebaliknya, pembentukan AEC menjadi sebuah ancaman bagi pihak-pihak yang tidak diuntungkan. Pembentukan AEC menjadi sebuah ancaman bagi pihak-pihak yang tidak diuntungkan. Salah satu pihak yang terancam oleh terbentuknya AEC yaitu PT. Gunung Madu Plantations. Sebelum AEC diimplementasikan, PT. Gunung Madu Plantations merupakan perusahaan yang eksis. Eksistensi ditandai dengan adanya pengakuan atas keberadaan perusahaan. Harga gula PT. Gunung Madu Plantations mampu bersaing dengan harga gula dari perusahaan lain yang ada di Indonesia. Dengan harga yang mampu bersaing ini, permintaan gula terhadap perusahaan selalu tinggi. Tingginya permintaan membuat perusahaan produktif. Terbentuknya AEC
3
yang menerapkan kawasan perdagangan bebas dapat mengancam perusahaan karena harga gula dari luar Indonesia lebih rendah dari harga gula di Indonesia. Keadaan ini dapat menurunkan permintaan gula di PT. Gunung Madu Plantations karena konsumen lebih memilih untuk membeli gula dengan harga yang lebih murah. Menurunnya tingkat permintaan mengakibatkan produktivitas perusahaan juga menurun. Produktivitas perusahaan yang terus menurun menimbulkan pembentukan opini publik terhadap eksistensi perusahaan yang tidak semuanya positif. Dalam upaya mengembangkan perusahaan, perusahaan membutuhkan dukungan yang kuat terutama dari publik internal. Jika publik internal tidak mampu memberikan dukungan, perusahaan sulit untuk berkembang karena tidak memiliki pondasi dukungan yang kokoh. Bagaimana opini publik internal terhadap eksistensi perusahaan dan apa saja faktor yang mempengaruhi terbentuknya opini tertuang pada rumusan masalah berikut. a.
Bagaimana opini publik internal terhadap eksistensi PT. Gunung Madu Plantations dalam menghadapi AEC 2015?
b.
Apakah faktor berupa tingkat pendidikan, lama bekerja, persepsi, akses informasi, fasilitas perusahaan, dan kebijakan perusahaan dapat mempengaruhi opini publik internal terhadap eksistensi PT. Gunung Madu Plantations dalam menghadapi AEC 2015?
3. a.
Tujuan Penelitian Mengetahui bagaimana opini publik internal terhadap eksistensi PT. Gunung Madu Plantations dalam menghadapi AEC 2015.
b.
Mengetahui apakah faktor berupa tingkat pendidikan, lama bekerja, persepsi, akses informasi, fasilitas perusahaan, dan kebijakan perusahaan dapat mempengaruhi opini publik internal terhadap eksistensi PT. Gunung Madu Plantations dalam menghadapi AEC 2015.
4. a.
Kegunaan Penelitian Bagi peneliti penelitian berguna sebagai sarana pengembangan pola pikir dan kemampuan akademik serta sebagai syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana (S1) di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
4
b.
Bagi PT. Gunung Madu Plantations penelitian berguna sebagai sumber informasi yang dapat digunakan untuk membantu menentukan tindakan lebih lanjut terkait penjagaan eksistensi perusahaan dalam mengadapi AEC 2015.
c.
Bagi instansi terkait penelitian berguna sebagai sumbangan pemikiran dalam pengambilan keputusan mengenai kesiapan perusahaan di Indonesia dalam menghadapi AEC 2015.
d.
Bagi pembaca penelitian berguna sebagai sumber referensi dan tambahan informasi untuk penelitian lebih lanjut.
5