I.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit pertanian diartikan sebagai kegiatan bercocok tanam dan pembesaran ternak. Pertanian merupakan salah satu bentuk cara manusia untuk beradaptasi, agar tetap mampu bertahan hidup. Pangan merupakan kebutuhan mendasar yang diperlukan manusia untuk tetap dapat bertahan hidup. Pangan menjadi sumber energi bagi tubuh manusia. Pangan yang sehat, bergizi dan seimbang akan memberikan kekuatan dan kesehatan bagi manusia. Karbohidrat, protein, vitamin dan zat-zat lain dibutuhkan tubuh dalam dengan fungsinya masing-masing untuk pertumbuhan dan perkembangan, sehingga harus selalu terpenuhi setiap hari. Kekurangan salah satu zat gizi akan menyebabkan berbagai kelainan. Protein berfungsi sebagai zat pembangun tubuh serta memilihara sel-sel tubuh. Protein dapat dibedakan menjadi 2, yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani berasal dari hewan, seperti daging sapi, ikan dan lain lain, sedangkan protein nabati berasal dari tumbuhan. Tumbuhan yang memberikan protein yang tinggi terutama dari biji-biji. Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan yang menjadi sumber protein nabati. Kedelai pada umumnya dikenal sebagai bahan baku pembuatan kecap, tempe atau tahu, namun saat ini kedelai dapat dinikmati dalam berbagai olahan makanan bahkan minuman, contohnya susu kedelai. Susu kedelai ini banyak diminati karena rasanya yang enak dan juga kandungan yang ada di dalamnya. Kedelai kaya akan protein namun rendah lemak sehingga baik untuk kesehatan dan mudah dicerna tubuh. Kedelai (kadang-kadang ditabah “kacang” di depan namanya) adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur. Kedelai putih diperkenalkan ke Nusantara oleh pendatang dari Cina sejak maraknya perdagangan dengan Tiongkok, sementara kedelai hitam sudah dikenal lama oleh penduduk 1
setempat.kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910. Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies : Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijjinya bisa berwarna kuning, agak putih atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti RRC dan jepang selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara. Tanaman ini telah menyebar ke Jepang, Korea, Asia Tenggara dan Indonesia (DIY agricenter, 2015). Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis merupakan daerah yang cukup baik untuk budidaya kedelai. Indonesia dikenal dengan negara agraris yang memiliki masyarakat mayoritas bermatapencaharian sebagai petani, diharapkan selalu mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam negerinya. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan kenyataan bahwa Indonesia, belum mampu mandiri dalam memproduksi pangan dalam negerinya, termasuk komoditas kedelai sebagai salah satu tanaman pangan yang banyak dikonsumsi masyarakatnya. Konsumsi kedelai yang relatif tetap bahkan cenderung meningkat, harus selalu dapat dipenuhi. Konsumsi kedelai tidak hanya dilakukan oleh skala rumah tangga namun juga industri-industri dari yang berskala kecil hingga berskala besar. Ketersediaan kedelai menjadi sangat penting adanya sebab kedelai merupakan bahan baku utama pembuatan tempe, tahu dan kecap yang belum mampu disubstitusi sepenuhnya oleh bahan lain. Tempe, tahu dan kecap telah menjadi makanan yang tidak bisa dipisahkan dengan bangsa Indonesia, sehingga ketergantungan pada kedelai sebagai bahan bakupun sangat besar. Tabel 1. 1. Produksi, Luas Panen dan Impor Kedelai di Indonesia Tahun 2009 – 2013 Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Impor (ton) 2009 722.791,00 974.512,00 1.265.182,14 2010 660.823,00 907.031,00 1.737.528,09 2011 622.254,00 851.286,00 2.087.985,99 2012 567.624,00 843.153,00 1.920.490,31 2013 550.793,00 779.992,00 1.785.326,99 Sumber : BPS, 2014 (diolah) Berdasarkan tabel 1.1 luas panen kedelai di Indonesia dari tahun 2009 – 2013 semakin menurun, hal tersebut terkait dengan semakin banyaknya alih fungsi lahan-
2
lahan pertanian di Indonesia. Selain alih fungsi lahan, penurunan luas lahan panen kedelai di Indonesia banyak terjadi akibat petani lebih memilih komoditas tanaman pangan lain karena dirasa lebih menguntungkan. Penurunan luas lahan panen kedelai ini, diikuti penurunan produksi kedelai dari tahun 2009 – 2013. Pada tahun 2009 produksi kedelai di Indonesia dapat mencapai 974.512,00 ton, namun pada tahun 2013 hanya sebesar 779.992,00 ton. Penurunan jumlah produksi akan menyebabkan persediaan kedelai semakin sedikit meskipun konsumsi relatif tetap dan cenderung terus meningkat. Pemenuhan kekurangan ketersediaan kedelai dapat dipenuhi melalui impor. Berdasarkan tabel 1.1 selama tahun 2009 – 2013 impor kedelai di Indonesia berfluktuatif. Puncak impor kedelai terjadi pada tahun 2011 sebanyak 2.087.985,99 ton, bahkan produksi kedelai Indonesia jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan impornya. Menurut Mariati (2009) dalam Yoga (2013) impor tergantung pada produksi dalam negeri dan harga dalam negeri. Penurunan produksi dalam negeri dan kenaikan tingkat harga suatu produk didalam negeri akan menyebabkan kecenderungan untuk melakukan impor. Umumnya jumlah impor akan dipengaruhi oleh harga komoditas pangan itu sendiri, harga barang lain dan pendapatan konsumen di negara tujuan impor itu sendiri. Karena antara harga dan volume impor memiliki hubungan permintaan yang positif, jika harga barang komoditas yang dibutuhkan di dalam negeri tinggi maka permintaan barang impor akan bertambah karena harga barang di luar negeri lebih murah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, sebanyak 66,92 % produksi kedelai berada di Pulau Jawa. Artinya, produksi kedelai di Indonesia masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, padahal kita ketahui bahwa luas Pulau Jawa tidak lebih dari 10 % luasan Indonesia. Apabila pemanfaatan lahan di luar Pulau Jawa dapat dilakukan seoptimal mungkin untuk menanam kedelai, maka diharapkan produksi kedelai di Indonesia pun akan meningkat seiring dengan peningkatan luas lahan tanam kedelai.
3
Tabel 1. 2. Produksi, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai Beberapa Negara di Dunia Tahun 2013 Negara Luas Panen (ha) United States of America 30.703.000 Brazil 27.864.900 Argentina 19.418.800 China 6.600.100 Turkey 43.260 Indonesia 550.793 Sumber : FAO, 2015 (diolah)
Produksi (ku) 894.830.000 816.998.000 493.062.000 125.002.000 1.800.000 7.799.920
Produktivitas (ku/ha) 29,14 29,32 25,39 18,94 41,61 14,16
Berdasarkan tabel 1. 2 dapat diketahui bahwa Indonesia mampu menghasilkan 7.799.920 kuintal kedelai, sedangkan United States of America sebagai produsen kedelai terbesar di tahun 2013 mampu menghasilkan hingga 894.830.000 kuintal kedelai. Bila ditinjau dari luas panennya, luas panen United States of America seluas 30.703.000 hektar hanya 56 kali lebih luas dari luas panen Indonesia yaitu seluas 550.793 hektar, namun produksi kedelai yang dihasilkan United States of America hampir 115 kali produksi yang dihasilkan Indonesia. Produktivitas kedelai di Indonesia di tahun 2013 masih sangat rendah dibandingkan 4 negara penghasil kedelai terbesar dunia (United States of America, Brazil, Argentina dan China) di tahun tersebut, terlebih lagi bila dibandingkan dengan Negara Turkey sebagai negara yang memiliki produktivitas kedelai tertinggi di dunia. Jika dibandingkan dengan produktivitas kedelai Turkey, produktivitas kedelai di Indonesia hanya sepertiga dari produktivitas negara tersebut, artinya dari satu l hektar lahan di Turkey mampu menghasilkan kedelai 3 kali lebih banyak dari 1 hektar lahan di Indonesia. Tabel 1. 3. Produksi dan Penggunaan Kedelai Beberapa Negara di Dunia Tahun 2011 Penggunaan Domestik Produksi Makanan/ Industri Negara Domestik Pakan Benih Rumah Makanan (ton) (ton) (ton) Tangga (ton) (ton) 84.192.000 USA 12.000 45.500.000 2.205.000 2.450.000 74.815.000 Brazil 745.000 36.525.000 597.000 1.004.000 48.879.000 Argentina 37.340.000 - 1.040.000 China 14.485.000 5.488.000 56.118.000 6.020.000 709.000 844.000 Indonesia 319.000 2.421.000 53.000 Sumber : FAO, 2015 (diolah) 4
Berdasarkan tabel 1. 3 penggunaan kedelai di tiap-tiap negara tersebut lebih didominasi untuk penggunaan industri makanan. Di Indonesia sendiri, kedelai hanya digunakan untuk konsumsi rumah tangga (makanan), konsumsi industri dan untuk kebutuhan benih. Jika dibandingkan dengan negara sentra penghasil kedelai yaitu United States of America, Brazil, China atau Argentina, total konsumsi kedelai Indonesia sangat rendah. Produksi kedelai United States of America, Brazil dan Argentina telah mampu memenuhi total konsumsi domestiknya meskipun tanpa impor, sedangkan China masih membutuh impor kedelai dalam jumlah yang sangat besar akibat total konsumsinya yang tinggi meskipun produksi kedelai China menempati urutan keempat tertinggi di dunia pada tahun 2011. Produksi kedelai di Indonesia yang belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi menyebabkan perlunya dilakukan impor untuk memenuhi kekurangan ketersediaan kedelai di Indonesia. Berdasarkan tabel 1. 3, produksi kedelai di Indonesia tahun 2011 hanya sebanyak 844.000 ton, sedangkan kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga, industry serta benih mencapai 2 juta ton lebih, artinya Indonesia kekurangan 1,2 juta ton kedelai yang harus diimpor untuk pemenuhan konsumsi. 2. Rumusan Masalah Kurangnya persediaan kedelai beberapa tahun terakhir, menyebabkan Pemerintah harus mengambil tindakan nyata untuk dapat memenuhi kebutuhan kedelai di dalam negeri. Kurangnya persediaan kedelai di dalam negeri tidak hanya akan merugikan para pelaku industri dengan bahan baku kedelai, tetapi akan merugikan konsumen pula. Berbagai olahan kedelai telah menjadi bagian kebutuhan makanan sehari-hari yang dianggap lebih murah untuk pemenuhan asupan protein. Peningkatan permintaan industri olahan kedelai dan penurunan produktivitas kedelai di Indonesia dari tahun ke tahun diduga menjadi penyebab utama meningkatnya permintaan impor kedelai di Indonesia. Dari uraian yang telah disampaikan tersebut. maka peneliti berniat untuk mengetahui permintaan kedelai impor di Indonesia. Dari perumusan masalah tersebut. maka dapat dikemukakan tiga pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana trend pertumbuhan impor kedelai di Indonesia?
5
2. Bagaimana proyeksi peramalan permintaan impor kedelai di Indonesia selama beberapa tahun mendatang? 3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor kedelai di Indonesia? 3. Tujuan 1. Menganalisis trend pertumbuhan permintaan impor kedelai di Indonesia 2. Menganalisis proyeksi peramalan permintaan impor kedelai di Indonesia selama beberapa tahun mendatang. 3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor kedelai di Indonesia. 4. Kegunaan 1. Bagi peneliti. penelitian ini berguna sebagai sarana pengembangan wawasan. pola pikir. ilmu pengetahuan dan sebagai syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. 2. Bagi pemerintah dan pihak-pihak terkait. hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau pertimbangan dalam pengambilan kebijakan mengenai impor kedelai guna menunjang kesejahteraan masyarakat umum di Indonesia. 3. Bagi masyarakat umum. hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi yang dapat bermanfaat terutama mengenai permintaan impor kedelai di Indonesia serta dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.
6