1
PENGGUNAAN BOM CLUSTER DAN KAITANNYA DENGAN PELANGGARAN HUKUM HUMANITER DI TIMUR TENGAH SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan memperoleh gelar sarjana S1 Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh : Nofan Herawan NIM:040200173
Departemen Hukum Internasional
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
2
PENGGUNAAN BOM CLUSTER DAN KAITANNYA DENGAN PELANGGARAN HUKUM HUMANITER DI TIMUR TENGAH Oleh; Nofan Herawan N I M: 040200173 Disetujui dan di sahkan oleh :
Ketua jurusan
Sutiarnoto MS,.SH.M.Hum NIP : 131321616
Dosen pembimbing I
Prof.DR.Suhaidi.SH.MH NIP.131762432
Dosen pembimbing II
Chairul Bariah.SH.MHum NIP.131570464
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
3
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah – Nya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Shalawat dan salam tak lupa penulis panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan jalan dan menuntun umatnya dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang yang disinari oleh Nur Iman dan Islam Penulis menyadari bahwa di dalam pelaksanaan pendidikan ini banyak mengalami kesulitan – kesulitan dan hambatan – hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta petunjuk dari dosen pembimbing, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kelemahan serta kekurangan – kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya suatu masukan serta saran yang bersifat membangun di masa yang akan datang. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum. sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan dosen Penasehat Akademik yang telah memperhatikan dan membimbing penulis selama masa perkuliahan. 2. Bapak Sutiarnoto MS, SH, M.Hum sebagai Ketua Jurusan Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
4 3. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, M.Hum sebagai Dosen Pembimbing I dan sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Hukum USU. 4. Ibu Chairul Bariah, SH, M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II atas perhatian dan bimbingan kepada penulis selama penulisan skripsi. 5. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H, M.H, DFM., sebagai Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU. 6. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.H., sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Hukum USU. 7. Bapak Arif, SH, M.Hum sebagai Sekretaris Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Unversitas Sumatera Utara. 8. Bapak Dr. Jelly L, SH, M.Hum, Ibu Rosmi Hasibuan, SH, Bapak Abdul Rahman, SH, M.Hum, serta seluruh dosen mata kuliah Jurusan Hukum Internasional. 9. Seluruh staf Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Unversitas Sumatera Utara. 10. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membina penulis selama masa perkuliahan. 11. Ayahanda H.Affan Mukti SH.MHum dan Ibunda Dra. Hj. Lisna Herawati. tercinta, sembah sujud ananda haturkan atas curahan dan belaian kasih sayang yang tulus dan dengan susah payah dan segala upaya telah membesarkan dan mendidik ananda hingga ananda dapat menyelesaikan studi di Perguruan Tinggi, serta seluruh keluarga besarku yang telah memberikan dorongan semangat kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
5 12. adiku semata wayang yang sering ngerepotin Kartika “Thice” Sari A 13. Sepupu-sepupuku : Alfareza “ebonk Cabul”Rosyadi Lubis SH. Terimakasi atas bimbinganya bro luv uuu, Kak Windy “Mama Raffi”, Andri Utama Siregar, Mona, S.KM, Gendhis DM, S.Ked, Roni, Niki Lioni, SE, Meilita Jamilah “Dek Milah” dan seluruhnya yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu. 14. Teman – teman Angkatan 2004, Haris aka bie2r Fuad aka pudel chihuahua hua, Dedi Bugsy, Ibam Kuda, Shandi “cabul”Izhandri SH Ilmi “Idol”,Desi “Echie” Putri “PRS”, Citra Srg, Thyas, Erni, Dara Tur., Sabtia, Sri Azora K, Taufik Umar Lbs, Shinta M, Rizky Marlina Lbs, Putri DTS, (Thanx 4 everything, Mbuls…)tanpa terkecuali, atas semuanya yang telah penulis dapatkan selama masa perkuliahan.dan seluruh teman – teman di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semuanya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat walaupun penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari berbagai kekurangan. Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat dan Hidayah – Nya bagi kita semua. Amin Ya Robbalalamin. Medan, 27 November 2007 Penulis
(Nofan Herawan) Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
6
PENGGUNAAN BOM CLUSTER DAN KAITANNYA DENGAN PELANGGARAN HUKUM HUMANITER DI TIMUR TENGAH DAFTAR ISI Kata pengantar......................................................................................................................i ABSTRAKSI......................................................................................................................iv BAB I: PENDAHULUAN A. Latar belakang.....................................................................................................1 B. Perumusan masalah ............................................................................................8 C. Tujuan Penelitian................................................................................................9 D. Manfaat Penelitian..............................................................................................9 E Keaslian Penelitian............................................................................................10 F Tinjauan kepustakaan........................................................................................11 G. Metode Penelitian.............................................................................................12 H. Sistematika penulisan........................................................................................13
BAB II: TINJAUAN HUKUM HUMANITER.................................................................16 A. Pengertian Hukum Humaniter.........................................................................16 B. Sejarah dan perkembanganya ..........................................................................23 C. Prinsip prinsip dalam Hukum Humaniter........................................................29 D. Sumber-sumber Hukum Humaniter ................................................................31 E. Konvensi konvensi senjata konvensional tertentu...........................................36
BAB III: PENGGUNAAN BOM CLUSTER DALAM ARMED CONFLlCT DI TIMUR TENGAH...........................................................................................................................42 A. Defenisi bom cluster........................................................................................42 • Sejarah penggunaan Bom Cluster..........................................................42 • Jenis jenis Bom Cluster. ........................................................................44 • Negara Negara yang memproduksi dan mengembangkan Bom Cluster….......................................................................................51 B. Penggunaan Bom Cluster dalam konflik bersenjata di Timur Tengah............53 • Penggunaan Bom Cluster oleh Israel.....................................................54 • Penggunaan Bom Cluster dalam Perang Teluk......................................56
BAB IV ; BOM CLUSTER DAN KAITANNYA DENGAN PELANGGARAN HUKUM HUMANITER DI TIMUR TENGAH...............................................................58 A. Pelanggaran protokol tambahan dalam konvensi Jenewa dan konvensi konvensi lainya tentang penggunaan senjata konvensional tertentu(certain conventional weapon). ....................................................................................59 B. Dampak yang di akibatkan oleh Bom Cluster bagi rakyat sipil.......................60 Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
7 C. Upaya upaya yang di lakukan dalam pencegahan penggunaan,pembuatan dan pengembangan Bom Cluster............................................................................63
BAB V : PENUTUP Kesimpulan dan Saran........................................................................................65 Daftar pustaka ....................................................................................................68
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
8 ABSTRAKSI Manusia tidak akan pernah luput dari permasalahan dan konflik selama mnusia tersebut masih berfikir dan terus berfikir maka konflik tersebut akan tetap ada dalam diri manusia dan konflik tersebut berujung kepada peperangaan dan yang seperti kita ketahui seiring dengan perkembangan umat manusia pasti selalu di iringi dengan peperangan. Seiring dengan berkembangnya umat manusia maka semakin berkembang pula cara cara merumuskan tata cara berperang dan alat alat yang di pergunakan. Di mulai dari pada saat manusia berperang menggunakan batu sampai sekarang yang menggunakan senjata senjata canggih yang kian mematikan. Di samping perkembangan akan persenjataan yang makin moderen maka muncul pula peraturan peratura yang menyeimbangi dari pernggunaan suatu alat persenjataan seperti halnya penggunaan bom cluster di mana senjata ini di kliam sebagai salah satu senjata tercanggih yang dapat memininalisir korban sipil dalam perang namun dalam kenyataanya malah senjata ini yang menyebabkan banyaknya korban sipil dalam perang.. di lain pihak peraturan mengenai bom tersebut secara khusus belumlah ada secara terperinci sehingga banyak Negara di dunia yang masih menggunakannya sampai pada saat ini. Kita dapat melihat contoh di daerah Irak, Lebanon selatan dan Afghanistan di mana daerah tersebut di pakai sebagai ladang uji coba akan senjata tersebut. Namun di satu sisi pengembangan akan senjata konvensional tersebut tidaklah di barengi dengan perkembangan hukum humaniter yang memadai hal ini dapat kita lihat dengan penggunaan bom cluster, dimana sampai sekarang masih kontroversial ada berbagai pendapat yang beranggapan bahwa senjata tersebut bukanlah salah satu inhumans weapon atau senjata yang tidak berprikemanusiaan namun faktanya di Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
9 lapangan penggunaan bom tersebut jauh lebih berbahya di bandingkan dengan penggunaan ranjau darat. Selain itu yang menjadi permasalahan dan perumusannya ialah bahwa penggunaan akan bom tersebut juga telah menjadi perdebatan di berbagai negara terkait dengan penggunaannya.karena bahaya yang di timbulkan dari bom tersebut terbilang luar biasa hebatnya di bandingkan dengan penggunaan ranjau darat. Ini di karenakan bentuk dari anak bom cluster tersebut bentuknya seperti kaleng makanan dan kotak mainan sehingga rawan untuk di sentuh oleh anak anak. Di lihat dari latar penggunannya yang menjadi perdebatan ialah apakah bom tersebut termasuk dalam kategori Inhumans weapon ? apakah penggunaan akan bom tersebut termasuk dalam kejahatan terhadap kemanusiaan? Dan apa sanksi sanksi yang dapat di jatuhkan kepada negara pengguna dan produsen dari bom tersebut Di lain pihak, sanksi sanksi yang ada belumlah secara khusus membahas tentang penggunaan akan bom cluster tersebut sehingga di perlukanlah suatu peraturan baru yang khusus membahas tentang penggunaan bom tersebut karena dari fakta yang ada di lapangan bahwa bom cluster tersebut sudah tergolong dalam senjata yang tidak berprikemanusiaan atau Inhumans Weapon dan penggunaanya merupakan salah satu dari pelanggaran terhadap kemanusiaan.dan sampai sekarang sanksi yang dapat di terapkan ialah melalui pendekatan peraturan terhadap penggunaan ranjau darat.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang dan konflik bersenjata dari zaman ke zaman sudah menjadi suatu hal yang biasa bagi peradaban umat manusia karena selama masih adanya perbedaan perbedaan diantara manusia maka perang tersebut akan tetap ada. Ini dapat di lihat dari sejarah peradaban manusia dari awal sampai dengan sekarang. Pada saat zaman yunani romawi perang merupakan suatu alasan untuk mencari kemenangan, kehormatan dan kejayaan bagi negara yang juga merupakan cara untuk menyebarkan pengaruh. Hal tersebut menjadi alasan orang untuk memulai peperangan. Pada saat masuknya ajaran samawi ke umat manusia alasan manusia untuk berperang kian bertambah dan serta merta menciptakan metode metode perang yang baru di mana menyangkut aturan aturan yang sudah menjadi kebiasaan pada saat perang seperti Just War 1 atau perang yang adil. Di dalam penerapannya dapat kita lihat di dalam peristiwa perang salib I dan II dimana perlindungan terhadap tawanan perang sudah menjadi kebiasaan. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi manusia berusaha untuk menciptakan dan mengembangkan alat-alat pembunuh. Bermula dari yang berupa kayu dan batu sampai dengan menggunakan senjata api. manusia pun juga mengembangkan senjata senjata yang mampu membunuh secara massal
berusaha contoh
pembuatan trebuchet atau yang lebih di kenal dengan altileri kuno abad pertengahan
1
Arlina Permana Sari, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional Committee of The Red Cross, Jakarta 1999, hal 1
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
11 yang di gunakan untuk menghantam kota kota Negara yang berperang bahkan Negara turki pada masa perang salib mampu membuat senjata penyembur api. Dilain
pihak penggunaan senjata senjata tersebut juga di gunakan untuk
menjatuhkan moral tentara musuh hal tersebut terus berkembang pada sampai saat ini di mana pelombaan senjata di gunakan untuk menjatuhkan moral musuh. Dibalik itu semua adakah hukum yang mengatur tentang hukum perang dan tentang senjata senjata yang di larang dalam perang.? Hukum perang sudah di kenal pada saat zaman romawi yang sebut dengan statuta roma. Statuta roma juga mnyebutkan aturan aturan tentang perlindungan rakyat sipil di mana bahwa
apabila terjadinya suatu konflik maka para tentara tidak di
perbolehkan untuk menyerang warga sipil apabila ia bukan merupakan seorang partisan . Dan di dalam ajaran Islam tepatnya lagi di dalam Al Quran juga menyebutkan bahwa di mana apabila di dalam terjadinya keadaan perang maka orang tua ,wanita dan anak - anak wajib di lindungi terlebih dahulu dan tidak boleh di sakiti dan kedua hal tersebut telah menjadi pedoman bagi Negara Negara yang ada di dunia pada saat itu. Namun pada masa itu belum ada suatu perangkat peraturan yang mengatur tentang perang dan senjata senjata apa yang dilarang dalam perang. Pengarturan pelarangan penggunaan senjata senjata tertentu sama sekali belum pernah di buat secara terperinci sampai pada abad ke 19 Hal ini di karenakan perangkat perangkat pendukung seperti lembaga Henry Dunant yang mencetuskan tentang Palang merah Internasional belum terbentuk. Setelah terbentuknya lembaga ini dan juga di dukung oleh metode metode peperangan yang baru maka barulah di buat peraturan
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
12 tentang pelarangan penggunaan senjata tertentu.seperti Declaration of St. Petersburg 1868, Hague Convention dan konvensi konvensi lainnya . Perkembangan Hukum Internasional juga semakin berkembang
seiring
perkembangan metode peperangan yang baru seperti azas peperangan di darat oleh Lieber yang di kenal dengan Lieber Code dan teknologi senjata baru yang kian mematikan dan berbahaya dimana banyak terdapat senjata senjata inhuman weapons atau senjata senjata yang tidak berprikemanusiaan dan yang menyebabkan penderitaan yang berkepanjangan dan penghancuran yang berlabihan. Perang sampai kapan pun akan terus menimbulkan penderitaan terutama bagi rakyat sipil hal ini terus terjadi dari masa kemasa di mana collateral damage dalam perang tidak dapat di hindari lagi . tetapi bagaimana caranya
untuk meminimalisir
korban sipil dalam perang itulah berbagai alasan mengapa perlunya pengaturan tentang senjata senjata apa saja yang di perbolehkan dalam perang mengingat untuk meminimalisir korban sipil dalam perang Peperangan yang terjadi pada abad ke 20 dengan abad sebelumnya praktis berbeda jauh, dimana perang di nilai merupakan menjadi sarana tunggangan politik penguasa untuk mencapai keinginannya dan ambisi untuk menyebarkan pengaruh keseluruh dunia. Hal ini dapat kita lihat
pada akhir perang dunia ke dua dimana para
adidaya ussr dan amerika serta sekutunya menanamkan pengaruh mereka di Negara Negara yang mereka kalahkan. Bukti akan hal tersebut ini dapat kita lihat dengan kekalahan Jerman pada perang dunia ke II di mana Jerman terbagi akan dua dengan paham yang berbeda yaitu Jerman Barat dengan liberalis yang di usung oleh Amerika dan Jerman Timur dengan Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
13 paham sosialis komunis yang di usung oleh Rusia hal ini meyakinkan kita bahwa Negara yang kalah mau tidak mau harus mengikuti alur politik dan paham yang di anut oleh Negara penakluk. Dan hal ini sejalan dengan pendapat “Karl Von clausewitz 2 yang menyebutkan bahwa perang bukanlah semata mata merupakan suatu tindakan politik melainkan merupakan suatu instrumen politik untuk pencapaian pencapaian tujuan tujuan tertentu”. Seperti halnya akan kepentingan politik bahwa maksud tertentu dan agenda tertentu dapat kita lihat pada invasi amerika ke irak pada tanggal 20 maret 2003 di mana terdapat agenda agenda tersembunyi di dalam perang tersebut. Di mana dengan tanpa mandat PBB Amerika menginvasi Irak yang merupakan pelanggaran piagam Nuremberg dengan
dalih
pengembangan
senjata
pemusnah
massal
(Weapon
of
Mass
Destruction(WMD) ) yang tidak dapat di buktikan oleh AS. Ironis dengan apa yang dilakukan AS terhadap sekutu dekatnya di daerah Timur Tengah yaitu Israel yang terbukti memiliki ratusan bahkan ribuan senjata senjata yang berbahaya bagi kemanusiaan dan lingkungan. Seperti yang kita ketahui warisan dari perang dingin ialah munculnya senjata senjata baru yang lebih mematikan dan sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia dimana pembuatan akan senjata senjata tersebut di buat tanpa adanya pengawasan yang tegas oleh PBB seperti halnya bom bom gas, bakteriologi dan nuklir serta senjata senjata konvensional lainya yang menyebabkan penderitaan yang berkepanjangan. Walau pun telah ada peraturan peraturan tentang penggunaan senjata
2
.Starke, J.G. Hukum Internasional 2; 1977 Opcit. Hal 35 Hukum Internasional 2 Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
14 tersebut seperti yang tercantum dalam konvensi konvensi dan traktat traktat yang telah ada Agresi AS ke iraq memang serta merta melanggar kaedah kaedah dan peraturan peraturan hukum internasional dan mencoreng kredibilitas PBB karena perang tersebut bukanlah merupakan untuk membela diri hal ini bertentang dengan prinsip keputusan pengadilan Nuremberg dan Tokyo di mana bahwa tindakan tindakan perencaan persiapan prakarsa dan penyulutan perang ataupun agresi yang melanggar Traktat Traktat Internasional merupakan suatu kejahatan internasional dan melibatkan individu individu yang menggerakan peperangan itu sesuai yang tercantum di dalam Briand Kellog pact atau Paris Pact tahun 1928 Dan yang lebih parahnya lagi AS dalam invasinya ke Irak menggelar seluruh aramada perangnya baik dari darat laut dan udara untuk menjadikan Irak tempat uji coba senjata senjata canggihnya .Tak tanggung tanggung total biaya milyaran dollar di curahkan untuk menggelar “Operation Iraqi Freedom 3”yang nota bene hanyalah sebagai sarana ladang pembantaian AS setelah Vietnam. Dalam operasi militer ini Amerika mengerahkan seluruh arsenal konvensional mereka termasuk senjata pemusnah masal konvensional seperti bom pintar JDAM(joint direct attack munition ),BLU-828 Daisy cutter, BGM 109 Tomahawk, MOAB(massive ordinance air blast)dan BLU-97/B Cluster Bomb 4. Semua arsenal tadi merupakan ancaman yang sangat serius apa bila terjadi salah sasaran dan mengenai rakyat sipil yang
3 4
Sontani, Roni, Angkasa no.7 April 2003 th.XIII:’Perang Irak gelar senjata pemusnah AS”hal.18. Aviantara, Dodi, Angkasa no.7 April 2003 th.XIII’Sang Penebar Maut’.hal..20-21
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
15 tak berdosa dan hal yang di takutkan tersebut terjadi sampai saat detik ini di negeri 1001 malam tersebut. Seperti yang kita ketahui dalam Protocol Tambahan dalam Konvensi Jenewa 19495 yaitu 1. protocol I tentang non-detectable fragments 2. protocol II tentang prohibition or restriction on use of mines bobby trap and other device 3. protocol III tentang prohibition or restriction on the use of incendiary weapons. Protkol ini menyatakan secara tegas menentang penggunaan senjata senjata yang termasuk di dalam katagori protocol tersebut dan pada point III juga menambahkan bahwa larangan penggunaan senjata dan metode peperangan atau armed conflict yang menyebabkan kerusakan hebat dan yang tidak selayaknya dan menambahkan suatu larangan tersebut penggunaan metode metode atau cara yang di maksudkan atau di harapkan akan menimbulkan kerusakan luas berjangka waktu lama dan dahsyat terhadap lingkungan alam (pasal 35) Diantara jenis bom yang di gunakan oleh AS yang paling berbahaya BLU – 97/B Cluster munitions karena merupakan salah satu bom yang paling berbahaya.bagi kemanuisiaan mengapa bom tersebut di katagorikan sebagai ancaman bagi kemanusiaan .karena bom tersebut bersifat multi fungsi dan bentuknya yang tersamar samara sehingga sulit di bedakan 6.
5 6
add protocol Geneva convention 1977 http://en.wikipedia.org/wiki/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
16 Bom cluster ini apabila di jatuhkan maka pada ketinggian tertentu antara 300 sampai dengan 3000 kaki maka ia akan pecah menjadi beberapa bagian bagian bom yang ukuranya sangat kecil namun memtikan. Secara teorinya bom tersebut akan meledak apabila mencapai tanah namun di dalam kenyataanya hanya lima persen saja yang meledak apabila menyentuh tanah dan bom bom kecil yang tidak meledak tadi akan beralih fungsi menjadi ranjau. Hal tersebut merupakan manjadi ancaman yang sangat serius bagi rakyat sipil .Ini terbukti dengan laporan bahwa kematian sipil dalam perang Irak tahun 2003 salah satunya berasal dari Bom ini. Apalagi AS dan sekutunya mengunakan bom ini untuk menghantam sasaran militer yang terletak di kota seperti Baghdad yang padat penduduk. Tak hanya Iraq, rakyat sipil Lebanon juga merasakan dampak dari penggunaan bom tersebut dalam konflik bersenjata antara Israel dan Hizzbullah tahun 2006 lalu. Walaupun konflik antara Lebanon dan Hizzbullah telah usai untuk saat ini tetapi bahaya yang di timbulkan dari konflik tersebut masih menghantui warga sipil Lebanon. Ini karena sisa sisa dari bom cluster yang tidak meledak yang di jatuhkan oleh pesawat tempur F-16 Israel beralih fungsi menjadi ranjau darat yang bentuknya tersamarkan sehingga tidak dapat di deteksi secara nyata Atas dasar inilah perlu adanya diadakan suatu regulasi baru yang mengikat untuk melindungi rakyat sipil dari ancaman penggunaan senjata senjata berbahaya seperti bom ini dengan di bentuknya lembaga Arms control. Arms control merujuk pada suatu tindakan pengaturan yang di akui hanya dalam hal hal arahan arahan khusus mengenai penyebaran , penghapusan, pengurangan atau pembatasan dan larangan pembuatan beberapa jenis senjata tertentu berkaitan dengan hal tersebut tujuan dari arms control ini Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
17 adalah unutk memulihkan keseimbangan .penagkalan atau untuk mengurangi resiko resiko jatuhnya korban sipil dalam perang dengan jumlah yang sangat banyak. Ini juga di perkuat dengan instrument Hukum Humaniter yaitu tiga Protocol tambahan dalam Konvensi Jenewa 1949 yakni Protokol I, II dan III yang melarang penggunaan penggunaan senjata senjata yang akibatnya mencelakai dengan pecahan pecahan , ujung yang tidak dapat di deteksi dan juga masalah pengguaan dalam ranjau dalam perang . Namun di dalam konflik bersenjata hanya sebahagian saja yang efektif dari peraturan ini.Seorang pakar bernama W.J Fenrick 7 dalam tulisanya “new developments in the concerting the use of conventional weapons in armed conflict”menyebutkan bahwa konvensi dan protocol tambahan tersebut memiliki sedikit dampak terhadap penggunaan efektif senjata-senjata konvensional modern. Seperti halnya penggunaan bom cluster oleh AS Israel dan negara negara lainya yang masih menggunakan bom tersebut, mengingat dampak yang di timbulkan dari penggunaan tersebut dapat membahayakan rakyat sipil B.Rumusan Masalah Pandangan dari sumber sumber Hukum Humaniter dan hukum Internasional tentang penggunaan senjata senjata berbahaya atau inhuman weapons ? 1. Apakah Bom Cluster dapat di katagorikan sebagai Inhumans Weapon ? 2. Apakah penggunaan bom cluster termasuk dalam kejahatan terhadap kemanusiaan ?
Haryomataram, KGPH. Pengantar Hukum Humaniter. Rajawali Press, Jakarta 2005.Opcit hal4 Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
18 3. Sanksi sanksi apa saja yang dapat di jatuhkan kepada negara negara yang memproduksi dan menggunakan bom cluster tersebut terkait dengan pelanggaran konvensi konvensi tentang penggunaan senjata konvensional tertentu?
C.Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengertian umum, latar belakang, serta sumber sumber umum dari Hukum Humaniter dan hukum internasional tentang penggunaan bom cluster sehingga bom cluster dapat di kategorikan sebagai senjata inhumans weapon atau tidak.. 2.. Untuk mengetahui apakah penggunaan bom cluster dapat di katagorikan sebagai pelanggaran atas kemanusiaan. 3. Untuk mengetahui sanksi-sanksi yang dapat di jauthkan kepada negara negara produsen dan pengguna dari Bom Cluster serta penanggulannya pasca konflik. D. Manfaat Penelitian Dalam skripsi ini manfaatnya ialah membuat kita sadar akan berbagai jenis pelanggaran yang di lakukan dengan menggunakan senjata konvensional dan tidak terpaku hanya pelanggaran kemanusiaan dengan menggunakan senjata biologis. Di lain pihak dengan seiring perkembangan zaman yang moderen diharapkan kita para mahasiswa dapat lebih peka untuk menilai akan sesuatu hal yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap kemanusiaan tertutama tentang perkembangan senjata konvensional yang sekarang ini perkembangannya daya hancur dan efeknya hampir sama dengan bom nuklir atau senjata biologis lainnya Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
19 D1.Manfaat Teoritis Di dalam penelitian ini manfaat teoritis yang dapat kita ambil ialah bahwa pengguanaan akan bom cluster adalah suatu hal yang baru dan merupakan salah satu dari penggunaan senjata konvensional yang berbahaya. Ini juga menjadi menambah wawasan dan pengetahuan khususnya di bidang Hukum Internasional khususnya mengenai Humaniter dimana perkembangan senjata konvensional saat ini sudah sangat memprihatinkan sehingga perlu untuk menambah wawasan kita mengenai perkembangan senjata konvensional. Penelitian ini juga berguna bagi para pakar Hukum Internasional khususnya Hukum Humaniter dalam merumuskan suatu perangkat hukum baru di bidang Humaniter D.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini ialah sebagai pedoman awal bagi para pembaca dan ahli militer dalam menerapkan suatu peralatan persenjataan di mana perkembangan akan senjata konvensional yang kian dinamis dan berkembang secara pesat yang membutuhkan kepekaan atas permasalahan penggunaan bom cluster ini. Hal ini di karenakan penggunaan akan bom ini dilapangan masih terbilang tergolong baru dan merupakan senjata yang kontroversial dan juga menjadi satu tolak ukur awal di dalam penerapannya terkait pelanggaran akan kemanusiaan yang di akibatkan oleh penggunaan bom tersebut di lapangan.. E. Keaslian Penelitian Dalam pembuatan skripsi ini penulis mengambil judul tersebut di karenakan bahwa penggunaan bom cluster ialah merupakan salah satu alat persenjataan moderen yang merupakan salah satu senjata konvensional yang sangat berbahaya terhadap Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
20 kemanusiaan. Adapun penulis mengambil juduk tersebut di karenakan penggunaan akan bom cluster tersebut merupakan hal yang baru dan belum ada yang membahas akan hal ini di Fakultas Hukum Universits Sumatera Utara. Dan di dalam penulisan skripsi ini penulin menggambil pembahasan tentang bom Cluster di karenakan Bom tersebut merupakan salah satu senjata yang anti kemanusiaan. Dan adapun skripsi ini di buat ialah untuk menambah wawasan serta ilmu bagi semua pembacanya. F. Tinjauan Kepustakaan Penelitian ini di lakukan atas dasar latar belakang bahwa Bom Cluster Tersebut penggunaanya masih baru dan terbilang kontroversial. Bom tersebut menjadi kontroversial di karenakan sisterm kerjanya yang bisa berubah ubah yakni dari bom biasa lalu pecah menjadi beberapa anak bom dan yang menjadi perhatian serius ialah bahwa tidak semua anak bom tersebut meledak jika menyentuh tanah dan anak bom tersebut beralih fungsi menjadi ranjau darat 8. Seperti yang kita ketahui penggunaan akan ranjau darat telah dilarang hal ini dapat kita lihat di dalam beberapa konvensi seperti Konvensi Jenewa Protokol Tambahan tahun 1977 serta Konvensi PBB mengenai Senjata Konvensional Tertentu(UNCCWUnited Nation Convention on Certain Conventional Weapon) dimana penggunaan bom tersenbut secara terang-terangan telah melanggar poin poin penting yang ada didalam Konfensi tersebut yakni tentang penggunaan senjata yang mengakibatkan penderitaan yang tidak perlu, non detectable fragement, dan perusakan yang secara berlebihan 9.
8 9
http://www.stopclustermunitions.org/info.asp?c=14&id=28, Ibid
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
21 Selain itu yang menjadi permasalahan dan perumusannya ialah bahwa penggunaan akan bom tersebut juga telah menjadi perdebatan di berbagai negara terkait dengan penggunaannya.karena bahaya yang di timbulkan dari bom tersebut terbilang luar biasa hebatnya di bandingkan dengan penggunaan ranjau darat. Ini di karenakan bentuk dari anak bom cluster tersebut bentuknya seperti kaleng makanan dan kotak mainan sehingga rawan untuk di sentuh oleh anak anak 10. Di lihat dari latar penggunannya yang menjadi perdebatan ialah apakah bom tersebut termasuk dalam kategori Inhumans weapon ? apakah penggunaan akan bom tersebut termasuk dalam kejahatan terhadap kemanusiaan? Dan apa sanksi sanksi yang dapat di jatuhkan kepada negara pengguna dan produsen dari bom tersebut. Di dalam penelitian ini walupun belum ada yang secara khusus membahas peraturan tentang penggunaan bom cluster, penulis mengambil beberpa perangkat peraturan yang mendekati dengan pelanggaran yang di akibatkan oleh penggunaan bom cluster yaitu ; 1. Protocol of St.Petersburg 1868 2. Hague Convention 1899-1907 3. Konvensi Jenewa 1949 dan protokol tambahan I s/d V 1977 4. Convention of Certain Conventional Weapons 1980 5. Ottawa Treaty 1997 Convention on The Prohibition of The Use, Stockpiling Production and Transfer of Anti Personnel Mines and on Their Destruction
10
www.icrc.com/ihl/weapon/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
22 6. Statuta Roma 1998 Dan penelitian ini juga menggambil sampel dari status dampak yang terjadi di daerah Timur Tengah di mana penggunaan akan bom tersebut sangat sering di gunakan dalam pertikaian yang ada di daerah tersebut data data yang di peroleh dari penelitian ini di dapat melalui media elektronik,media cetak buku dan beberapa referensi dari buku terkait mengenai senjata konvensioanal tertentu yaitu ; 1. Kusumaatmadja, Mochtar, Konvesi Jenewa tahun 1949 Mengenai Perlindungan Korban perang, Bandung: Binacipta, 1968 2. Kusumaatmadja, Prof . Mochtar. Mochtar
Kusumaatmaja, Hukum
Internasional Humaniter dalam Pelaksanaan Dan Penerapannya di Indonesia,Bancipta Bandung;1980 3. Starke, J.G. Hukum Internasional 2; 1977 4. The Iraq War's Civilian Toll,” Weekend All Things Considered, National Public Radio, Washington, D.C.;2007 5. Parthiana, I Wayan, Pengantar Hukum Internasional, Madar Maju. Bandung ;2003 6. Permanasari Arlina, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional Committee of The Red Cross, Jakarta 1999, 7. Peter Gasser, Hans, International Humanitarian Law, Henry Dunant Institute, Geneva;1993 8. Pictet, Jean. Development and Principles of International Humatarian Law.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
23 Dalam skripsi ini penulis juga mendapatkan informasi sekitar bom cluster ini dari sumber yang ada di dalam Departemen Luar Negeri. G. Metode Penelitian. Dalam menyelesaikan suatu penulisan karya ilmiah di pakai suatu metode dalam menyimpulkan fakta fakta sebagai sarana penunjang ataupun sebagai landasan teori suatu tulisan ilmiah . Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan
atau library research yaitu dengan menggumpulkan
dan
mengambil dan mengambil bahan bahan dari teori teori maupun intisari dari tulisantulisan para ahli yang berkompeten di bidangnya yang tertuang dalam buku –buku yang berupa karangan ilmiah artikel artikel di majalah maupun surat kabar ataupun tabloidtabloid. Penulis juga banyak mengambil dan memakai beberapa artikel artikel
dari
internet yang berhubungan dengan skripsi ini serta penulis juga mengambil atau memakai konvensi konvensi yang bersifat internasional. H.Sistematika penulisan. Dalam menyusun skripsi ini penulis membaginya dalam 5 bab dimana setiap bab memiliki sub-sub bab yang akan menguraikan secara rinci isi dari tulisan bab perbab tersebut. Adapun sistematika bab perbab tersebut adalah : Bab I di buat dengan judul pendahuluan di mana di bab ini penulis akan membuka apa yang mendasari dari isi skripsi ini, untuk mengurainya penulis membagi dalam beberapa sub bab yaitu : A. Latar belakang B. Perumusan masalah C. Tujuan penulisan D. Manfaat penulisan Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
24 E Keaslian penulisan F Tinjauan kepustakaan G. Metode Penelitian H. Sistematika penulisan Bab II di buat dengan judul Tinjauan umum hukum humaniter yang terdiri dari 4 sub bab yaitu : A. Pengertian hukum humaniter. B. Sejarah dan perkembangan hukum humaniter C. Sumber sumber hukum humaniter D. Mekanisasi penegakan hukum humaniter internasional Bab III di buat dengan judul tinjauan umum tentang penggunaan bom cluster dalam konflik di timur tengah yang terdiri dari 3 sub bab yaitu: A.. Defenisi Bom Cluster. 1. Sejarah penggunaan bom cluster. 2. Jenis – jenis bom cluster 3. Negara-negara yang memproduksi dan menggembangkan bom clustrer. B. Penggunaan Bom Cluster di Timur – Tengah. 1. Penggunaan Bom Cluster oleh Israel 2. Penggunaan Bom Cluster dalam Perang Teluk Bab IV Dibuat dengan
judul Penggunaan Bom Cluster Dan hubungannya
dengan pelanggara humaniter di timur tengah yang terdiri dari 3 sub bab yaitu: A. Peraturan tentang penggunaan senjata senjata dalam perang yang di akui oleh dunia. Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
25 B. Dampak yang di akibatkan oleh bom cluster bagi rakyat sipil C. Pelanggaran protokol tambahan dalam konvensi Jenewa tentang penggunaan senjata berbahaya oleh AS dan Israel dalam konflik Timur Tengah Upaya upaya yang di lakukan oleh beberapa negara dalam pencegahan dan penghapusan bom Cluster Bab V di buat dengan tulisan : kesimpulan dan saran yang terdiri dari dua sub bab yaitu kesimpulan dan saran penulis untuk menutup skripsi ini. BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM HUMANITER A. Pengertian Hukum Humaniter Peperangan merupakan suatu fenomena yang telah ada sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mau tidak mau ataupun suka tidak suka harus diterima sebagai sesuatu dari bagian kehidupan manusia di dunia ini, perang juga menunjukkan bahwa telah terjadi suatu interaksi atau hubungan antara manusia di bumi ini. Jika dilihat dari kacamata Hukum Internasional, perang juga merupakan salah satu cara penyelesaian sengketa-sengketa Internasional. Menurut Hukum Internasional ada dua cara penyelesaian sengketa internasional, yaitu penyelesaian sengketa secara damai (Pepaceful settlement of disupute) dan penyelesaian sengketa dengan kekerasan (Settlement of dispute by coercive means). 11
11
Fdillah Agus, Bentuk-bentuk sengketa bersenjata, dalam buku (Hukum Humaniter suatu perspektif, editor Fadillah Agus, Pusat Studi Hukum Humaniter Universitas Trisakti dengan Internasional Committee of The Red Cross, Jakarta 1997, Hal 1. Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
26 Suatu peristiwa dapat dikategorikan sebagai suatu keadaan perang, menurut Fadillah Agus adalah apabila telah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :12 1
Adanya konflik yang menggunakan kekuatan bersenjata di suatu wilayah.
2
Intensitas penggunaan kekuatan bersenjata cukup tinggi dan terorganisir.
Istilah
atau
penyebutan Hukum Humaniter
atau
lengkapnya
disebut
Internasional Humanitarian law applicable in armed conflict berawal dari istilah Hukum perang (Laws of War), yang kemudian berkembang menjadi hukum sengketa bersenjata (Laws of Armed Conflict), yang akhirnya pada saat ini baisa dikenal dengan istilah Hukum Humaniter. G.P.H Haryomataram membagi Hukum Humaniter menjadi dua aturanaturan pokok, yaitu : 13 1.
Hukum yang mengatur mengenai cara dan alat yang boleh dipakai untuk berperang (Hukum Den Haag / The Hague Laws).
2.
Hukum yang mengatur mengenai perlindungan terhadap kombatan dan penduduk sipil dari akibat perang (Hukum Jenewa / The Geneva Laws). Sedangkan
menurut
pendapat
ahli
lainnya
yaitu
Muchtar
Kusumaatmaja, 14
12
Ibid, Hal 3. Haryomataram, Sekelumit Tentang Hukum Humaniter, Sebelas Maret University Press, Surakarta, 1994, Hal 1. 14 Arlina Permana Sari, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional Committee of The Red Cross, Jakarta 1999, hal 1 13
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
27 Hukum Perang itu dapat dibagi sebagai berikut: 1) Jus ad bellum, yaitu Hukum tentang perang, mengatur tentang dalam hal bagaimana Negara dibenarkan menggunakan kekerasan bersenjata. 2) Jus in bello,
yaitu Hukum yang berlaku dalam perang, dan ini dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Hukum yang mengatur cara dilakukannya perang (Conduct of War). Bagian ini biasanya disebut The Hague Laws. b. Hukum yang mengatur perlindungan orang-orang yang menjadi korban perang. Ini lazimnya disebut The Geneva Laws. Sedangkan defenisi Hukum Humaniter Internasional yang diberikan oleh F. Sugeng Istanto adalah keseluruhan ketentuan hukum, yang merupakan bagian dari hukum internasional publik yang mengatur tingkah laku manusia dalam pertikaian bersenjata yang didasarkan pada pertimbangan kemanusiaan dengan tujuan melindungi manusia. 15 Semula istilah-istilah yang sering dipergunakan adalah Hukum Perang. Akan tetapi karena istilah perang tidak terlalu disukai, yang mungkin disebabkan oleh trauma yang berkepanjangan akan perang dunia ke II yang telah menelan banyak korban, baik itu pihak sipil maupun pihak militer, maka dilakukan upaya-upaya untuk menghindarkan dan bahkan meniadakan perang. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut antara lain melalui: 15
F. Sugeng Istanto, Penerapan Hukum Humaniter Internasional pada orang sipil dan perlindungannya dalam pertikaian bersenjata. Makalah pada seminar Nasional tentang palang merah internasional dalaml peritkaian bersenjata non-internasional, Ujung Pandang, 12-13 Maret 1979. Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
28 Pembentukan LBB (Liga Bangsa-Bangsa) Karena para anggota organisasi yang terdiri dari bangsa-bangsa yang ada dunia ini sepakat untuk menjamin perdamaian dan keamanan, maka para anggota menerima kewajiban untuk tidak memilih jalan perang, apabila mereka terlibat dalam suatu permusuhan. Pembentukan Kellog-Briand pact Kellog-Briand Pact disebut juga dengan Paris Act 1928. Anggota-anggota dari perjanjian ini menolak atau tidak mengakui perang sebagai alat ppolitik nasional dan mereka sepakat akan mengubah hubungan mereka hanya dengan jalan damai. Pengertian
Internasional
Armed
Conflict
Commentatary Konvensi Jenewa 1949, sebagai berikut:
16
dapat
diketemukan
dalam
any difference arising between
two states and leading to the intervention of members of the armed confilct within the meaning of article two (2), even if one of the parties denies the existence of state of war. It makes no difference how long the conflict lasts, or how much slaughter takes place. Jika di dalam Konvensi Jenewa yang dikategorikan sebagai sengketa bersenjata internasional adalah sengketa bersenjata yang terjadi antar negara, maka dalam Potocol I (I0 Thn 1977 terdapat perkembangan yang menarik dimana CAR conflict juga termasuk dalam sengketa bersenjata internasional. Adapun yang dimaksud dengan CAR Conflict atau yang lebih dikenal dengan nama War of national Liberation, ini adalah fighting against colonial domiration; alien occupation; and against racist regime. 17
16
Jean S. Pictet et. Al, Commentary II Geneva Convention, ICRC, Geneva, 1960, P. 28, seperti dikutip oleh Fadillah Agus , Op. Cit Hal 4. 17 Pasal 1 ayat (4) Protokol I 1977. Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
29 Dapat dikatakan bahwa ketentuan ini merupakan suatu perubahan yang mendasar, dimana didalamnya yang tercakup sengketa bersenjata tidak hanya melibatkan antar negara saja, akan tetapi dapat juga dilakukan oleh suatu bangsa (peoples) yang belum mempunyai atau belum memenuhi syarat-syarat sebagai suatu Negara. Sikap
untuk
menghindari
peperangan
berpengaruh
dalam
perubahan
penggunaan istilah, sehingga mengakibatkan istilah Hukum Perang berubah menjadi Hukum Sengketa Bersenjata (Laws of Armed Conflict). Mengenai hal ini Edward Kossoy18 Berpendapat : “ The term of armed conflict tends to replace at least in all relevant legal formulation, the older nation of war. On purely legal consideration the replacement for war by ‘ Armed Conflict’ seems more justified and logical” Istilah hukum sengketa bersenjata (Law of Armed Conflict) dapat dikatakan sekarang ini sebagai pengganti Hukum perang (Law of War) banyak dipakai dalam konvensi-konvensi Jenewa 1949 dan kedua protocol tambahannya. Dalam perkembangan selanjutnya, yaitu pada awal permulaan abad ke-20, diusahakan untuk mengatur cara-cara berperang, yang isi dari konsepsi-konsepsinya banyak dipengaruhi oleh asa kemanusiaan (Humanity Principle). Dengan adanya perkembangan baru ini, maka istilah Hukum sengketa bersenjata mengalami perubahan lagi, yaitu dalam hal ini diganti dengan istilah Hukum Humaniter Internasional yang berlaku dalam sengketa bersenjata atau biasa disebut (International Humanitarian Law Applicable in Armed Conflict) dan sering juga
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
30 disebut Hukum Humaniter Internasional (International Humanitarian Law). Walaupun memiliki istilah-istilah tersebut pada dasarnya memiliki arti yang sama. Dalam kajian kepustakaan Hukum Internasional istilah Hukum Humaniter merupakan suatu istilah yang dianggap masih relatif baru, istilah ini baru lahir sekitar tahun 1970-an, ditandai dengan diadakannya Conference of Government Exper on the Reaffimation and Development in Armed Conflict pada tahun 1971. Selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya yaitu tahun 1974, 1975, 1976, dan seperti 1977 diadakanlah suatu konfrensi yang bertajuk Diplomatic Conference on the Reaffirmation and Development of International Humanitarian Law Applicate in Armed Conflict. Sebagai bidang kajian baru dalam wacana Hukum Internasional, maka terdapat berbagai macam rumusan-rumusan atau defenisi mengenai Hukum Humaniter ini yang dibuat oleh para pakar yang berkompeten dengan ruang lingkup Humaniter itu sendiri. Rumusan-rumusan yang diberikan pada dasarnya hampir
sama namun beda
penyampaiannya saja, diantaranya : Jean Pictet menyatakan bahwa 19 “International Humanitarian Law in the wide sense is Constitutional legal provison, whether written and customary, ensuring respect for individual and his well being”. Lain pula halnya dengan Geza 20 yang merumuskan Hukum Humaniter Internasional dalam defenisinya sendiri yaitu: “Part of the rules of public international law which serve as the protection of individuals in time of armed conflict. Its place is
19 20
Pictet, The Principles of International Humanitarian Low, dalam Arlina Permana Sari, Ibid Hal 9 Geja Herzegh, Recent Problem Of Interntional Humanitarian Law, dalam Ibid.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
31 beside the norm of warfare it is closely related to them but must be clearly distinguish from these its purpose and spirit being different”. Sedangkan Muchtar Kusumaatmaja 21 Humaniter itu adalah :
mengemukakan bahwa Hukum
“Bagian dari hokum yang mengatur ketentuan-ketentuan
perlindungan korban perang, berlainan dengan hokum perang yang mengatur perang itu sendiri dan segala sesuatu yang menyangkut cara melakukan perang itu sendiri. Ebsjorn Rosenbland, 22 merumuskan bahwa Hukum Humaniter Internasional dengan mengadakan pembedaan antara: The Law Of Armed Conflict, berhubungan dengan : Permulaan dan berakhirnya pertikaian Penduduk wilayah lawan Hubungan pihak bertikai dengan negara netral Sedangkan Law of Warfare, ini antara lain mencakup : 1. Metoda dan sarana perang 2. Status kombatan 3. Perlindungan yang sakit, tawanan perang dan rang sipil. Panitia tetap (Pantap) Hukum Humaniter, Departemen Hukum dan Perundangundangan merumuskan sebagai berikut 23 : “ Hukum Humaniter sebagai keseluruhan asas, kaidah dan ketentuanketentuan Internasional baik tertulis maupun tidak tertulis yang mencakup Hukum
21
Mochtar Kusumaatmaja, Hukum Internasional Humaniter dalam Pelaksanaan Dan Penerapannya di Indonesia, 1980, dalam Ibid. 22 Ibid, Hal 10 23 Ibid Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
32 Perang dan Hak Asasi Manusia, bertujuan untuk menjamin penghormatan terhadap harkat dan martabat seseorang”. Dengan melihat, memperhatikan serta mencermati pengertian dari kesemua defenisi-defenisi yang telah diungkap oleh para ahli diatas, maka rung lingkup dari Hukum Humaniter dapatlah kita dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok aliran luas, kelompok aliran tengah dan kelompok aliran sempit. Jean Pictet misalnya, ia pada dasarnya penganut pengertian Hukum Humaniter dalam arti pengertian yang luas, yaitu bahwa Hukum Humaniter mencakup baik Hukum Jenewa, Hukum Den Haag dan Hak Asasi Manusia. Sebaliknya dengan Geza Herzegh yang menganut aliran sempit, dimana menurut pendapatnya Hukum Humaniter hanya menyangkut Hukum Jenewa. Sedangkan Starke dan Haryomatoram yang defenisinya tidak diurai disini menganut aliran tengah dimana mereka menyatakan bahwa Hukum Humaniter terdiri atas Hukum Jenewa dan Hukum Den Haag 24. B. Sejarah dan perkembangan Hukum Humaniter Hampir tidak mungkin bagi siapa pun juga untuk memberi bukti dokumenter kapan dan dimana aturan-aturan mengenai Hukum Humaniter ini pertama kali timbul, dan tentunya akan lebih sulit lagi untuk menyebutkan “Pencipta” atau “penggagas” dari Hukum Humaniter tersebut. Sekalipun dalam bentuknya yang sekarng relatif baru, Hukum Humaniter Internasional atau Hukum Sengketa bersenjata, atau juga Hukum Perang, memiliki suatu sejarah yang sangat panjang. Bahkan Hukum ini sama tuanya
24
Permanasari. Arlina.pengantar Hukum Humaniter”.ICRC. Jakarta 1999 hal 22
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
33 dengan perang peradapan manusia, dan perang sama tuanya dengan kehidupan manusia di bumi. 25 Sampai kepada bentuknya yang sekarang, Hukum Humaniter Internasional telah mengalami perkembangan-perkembangan yng sangat penjang, dalam rentang waktu yang sangat panjangitu telah banyak upaya-upaya yang dilakukan untuk memanusiawikan perang. Selama masa tersebut terdapat usaha-usaha untuk memberikan perlindungan kepada orang-oarang dari kekejaman perang dayan perlakuan semena-mena dari pihakpihak yang terlibat perang. Upaya-upaya tersebut, yang sering sekali mengalami pasang surut, juga mengalami hambatan-hambatan yang cukup berarti serta kesulitan-kesulitan sebagaimana akan tergambar dalam uraian-uraian berikut ini. Disini penulis akan membagi periode perkembangan Hukum Humaniter ke dalam beberapa era sebagai berikut;
B.1. Perkembangan Pada Zaman Kuno Pada zaman atau masa peradapan ini para pemimpin militer baisanya memerintahkan pasukan mereka untuk menyelematkan musuh yang tertangkap, memperlakukan mereka dengan baik, kemudian juga menyelamatkan penduduk sipil musuh dan pada waktu penghentian permusuhan makan pihak-pihak yang berperang biasanya
bersepakat untuk memperlakukan tawanan perang dengan baik. Sebelum
peperangan dimulai, maka kedua belah pihak akan saling memberi tanda peringatan terlebih dahulu. Lalu untuk menghindari luka yang berlebihan maka ujung panah tidak akan diarahkan ke hati. Dengan segera setelah ada yang terbunuh atau terluka, 25
Ibid hal 1
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
34 pertempuran akan berhenti selama 15 hari. Gencatan senjata semacam ini sangat dihormati, sehingga para prajurit dikedua pihak ditarik dari medan pertempuran. Juga dalam berbagai peradapan besar dalam rentang tahun 3000 s/d 1500 SM upaya-upaya seperti itu berjalan terus, hal ini dikemukakan oleh Pictet, antara lain sebagai berikut
26
:
Didalam adab dan kebiasaan Bangsa-bangsa Sumeria, perang sudah menjadi semacam lembaga yang telah teroganisir tentang segala sesuatunya. Ini ditandai dengan adanya pernyataan perang bila ingin atau telah disepakati untuk berperang, juga dilakukan arbitrasi dalam masalah yang berkaitan dengan perang, serta memperlakukan kekebalan bagi utusan musuh dan mengadakan perjanjian-perjanjian perdamaian. Demikian juga dengan kebudayaan Mesir Kuno, sebagaimana yang disebutkan dalam “Seven Works of True Mercy”, bahwa pada peperangan dimasa itu ada perintah dari pimpinan militer untuk memberikan makanan, minuman, pakaian, dan perlindungan kepada pihak musuh, juga perintah untuk merawat musuh yang sakit, dan menguburkan yang mati. Perintah lain yang dianggap terlalu klise adalah pada masa itu ada perintah yang menyatakan “anda juga harus memberikan makanan kepada musuh anda”. Seorang tamu, bahkan musuh pun tak boleh diganggu, demikian kira-kira prinsip mereka pada masa itu. Hampir serupa juga dengan yang terjadi pada bangsa Hittite, dalam melakukan peperangan mereka benar-benar menggungkan cara-cara yang sangat manusiawi. Hukum yang mereka miliki didasarkan atas keadilan dan integritas mereka. Mereka biasanya
26
Pictet, Jean. Development and Principles of International Humatarian Law.Henry Dunant Institute 1985 hal 7 Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
35 menandatangani pernyataan atau traktat pada saat akan memulai peperangan. Para penduduk yang menyerah, yang berasal dari kota, tidak diganggu. Kota-kota dimana para penduduknya melakukan perlawanan akan di tindak secara tegas. Namun ini merupakan pengecualian terhadap kota-kota yang dirusak dan penduduknya dibantai atau dijadikan budak. Kemurahan hati mereka sangat jauh berbeda dengan bangsa Assiria yang juga memiliki kekuatan saat itu, dimana bangsa ini terkenal dengan kekejamannya dalam merebut kemenangan. Sedangkan sistem perang pada peradapan di India sebagaimana yang tercantum dalam syair kepahlawanan Mahabatra dan Undang-Undang Manu, 27 bahwa para Satria dilarang untuk membunuh musuh cacat, yang sudah menyerah, dan yang luka-luka sehingga harus dipulangkan kerumah mereka setelah diobati. Selain itu ada larangan untuk mengarahkan senjata dengan sasaran menusuk ke hati juga tidak boleh menggunakan panah beracun dan panah api, telah adanya pengaturan mengenai penyitaan hak milik musuh dan syarat-syarat bagi penahanan para tawanan, juga mengenai dilarangnya pernyataan tidak menyediakan tempat tinggal. Sedangkan dalam espos sejarah peperangan di Indonesia pada masa lampau dapat kita lihat beberapa kebiasaan nenek moyang kita dalam melaksanakan hukum perang itu. Kebiasaan dan Hukum perang itu terbagi dalam beberapa periode yaitu : Periode pra-sejarah, periode Klasik, dan periode Islam. Praktek dari kebiasaan dan hukum perang yang dilakukan mereka biasanya tentang adanya suatu pernyataan perang diantara pihak-pihak yang berperang. Kemudian tentang perlakuan terhadap tawanan 27
Kitab Undang-undang Manu merupakan kitab undang-undang tertua yang ada di India yang dipakai sebagai dasar untuk melaksanakan hubungan dengan negara-negara lain, serta berisi cerita tentang saksi yang akan dijatuhkan kepada seseorang yang tidak memiliki perintah Raja. Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
36 perang, larangan untuk menjadikan wanita anak-anak sebagai sasaran perang, dan juga tentang pengaturan untuk mengakhiri perang. Dalam sebuah prasasti yang ditemukan di Sumatera Selatan (Prasasti Talang Tuo) misalnya, berisikan berita Raja yang memuat tentang kutukan dan Ultimatum. Jadi bagi mereka yang melawan perintah Raja, akan diserang oleh Bala tentara Raja. Begitu pula pada masa kerajaan Gowa diketahui adalanya perintah raja yang memerintahkah memperlakukan tawanan perang dengan baik. B.2.
Perkembangan Pada Zaman Abad Pertengahan Perkembangan Hukum Humaniter pada zaman abad pertengahan ini banyak
dipengaruhi oleh ajaran-ajaran dari berbagai Agama. Dari agama Kristen, agama Islam, juga dari ajaran-ajaran filosofi kesatrian. Dalam agama Kristen diajarkan system perang yang menyumbangkan banyak ide bagi terciptanya konsep “Perang yang Adil” atau Just War. Sedangkan dalam Islam ajaran perang tercantum dalam Kitab suci agama Islam “Al-Quran” dimana didalam surah AL-Baqarah: 190, 191, Surah Al-Anfal: 39, Surah Al-Taubah: 5, Surah Al-Haj: 39, dijelaskan secara gamplang apa dan bagaimana kedudukan perang dalam Islam, dimana secara garis besar dijelaskan bahwa dalam Islam perang itu dianggap sebagai suatu sarana untuk membela diri, bukan untuk mencari musuh apalagi untuk unjuk kekuatan, perang dalam Islam digunakan untuk menghancurkan kemungkaran yang ada. Sedangkan kalau melihat dari prinsip filosofi kesatriaan yang berkembang pada zaman abad pertenghan saat itu, kita dapat melihat bahwa bagaimana mereka membuat pengumuman perang dan pelarangan penggunaan beberapa senjata yang dianggap tidak perlu. B.3.
Perkembangan di Era Modern
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
37 Kemajuan mengenai Hukum Humaniter yang signifikan mulai terlihat pada abad ke-18, terutama sekali setelah berakhirnya perang Napoleon. Perubahan besar terjadi diantara tahun 1850 sampai pecahnya perang dunia I. disini praktek-praktek Negara kemudian menjadi hukum dan kebiasaan bagi negara tersebut dalam berperang (Jus in Bello 28). Salah satu tonggak penting dalam perkembangan Hukum Humaniter ini adalah dengan berdirinya Organisasi Palang Merah dan di tanda tanganinya Konvensi bersama di Jenewa yang dikenal dengan Konvensi Jenewa pada tahun 1864. Pada waktu yang hampir bersamaan di Amerika Serikat Presiden Abraham Lincoln meminta Lieber, yaitu seorang pakar Hukum imigran Jerman, untuk menyusun suatu aturan dalam perang. Hasilnya, lahirlah Instructions for Government of Armies of the United States atau disebut juga Lieber Code, dan dipublikasikan pada tahun 1863. Kode lieber ini memuat semua aturan-aturan secara rinci pada semua keadaan dan tahapan dalam perang darat, tindakantindakan perang yang benar, perlakuan terhadap sipil, perlakuan terhadap kelompok orang-orang tertentu seperti tawanan perang, bagaimana penanganan mereka yang cedera dan sebagainya. Konvensi 1864, yaitu Konvensi bagi perbaikan keadaan tentara yang luka ataupun cedera di medan peperangan, terutama perang darat. Konvensi 1864 dipandang sebagai konvensi yang mempelopori lahirnya konvensi-konvensi Jenewa berikutnya yang berkaitan dengan perlindungan korban perang. Konvensi ini merupakan langkah pertama dalam mengkodifikasikan ketentuan perang didarat. Berdasarkan konvensi ini maka unitunit dan personil kesehatan bersifat netral, tidak boleh diserang dan tidak boleh dihalangi28
Permanasari. Arlina.pengantar Hukum Humaniter”.ICRC. Jakarta 1999 hal 6
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
38 halangi dalam menjalankan tugasnya. Begitu pula masalah penduduk setempat yang membantu pekerjaan kemanusiaan bagi yang luka dan mati baik kawan ataupun lawan tidak boleh dihukum. Konvensi ini juga memperkenalkan tanda palang merah di atas dasar putih sebagai tanda pengenal bagi bangunan-bangunan yang digunakan sebagai posko kesehatan juga tanda pengenal bagi personil-personil kesehatan. Tanda palang Merah diatas dasar putih inilah yang kemudian menjadi lambang dari palang merah internasional atau International Committee of the Red Cross yang sebelumnya bernama International Committee For the Aid of the Wounded,International Committee For the Aid of the Wounded, yang didirikan oleh beberapa warga Jenewa dan Henry Dunant pada tahun 1863. Dengan demikian, tidak seperti pada masa-masa zaman sebelum ini yang terjadi melalui proses hukum kebiasaan, maka pada masa ini perkembangan-perkembangan yang sangat penting bagi hukum Humaniter Internasional, dikembangkan lewat atau melalui Traktat-traktat umum yang ditandatangani oleh mayoritas Negara-negara anggota setelah tahun 1850. Setelah tahun 1850 telah banyak dihasilkan konvensi-konvensi yang merupakan perkembangan dari Hukum Humaniter Internasional. Konvensi-konvensi ini tentunya melibatkan banyak negara dengan maksud dan tujuan untuk lebih memanusiawikan keadaan perang. Diantara konvensi-konvensi yang dibuat yang paling terkenal tentunya Konvensi Den Haag sebagai hasil dari konfensi perdamaian I dan II dan tentunya Konvensi Jenewa sendiri selain Konvensi-konvensi lainnya dibidang Hukum Humaniter. C. Prinsip – Prinsip Dalam Hukum Humaniter
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
39 Dalam Hukum Humaniter Internasional juga dikenal adanya prinsipprinsip dasar, prinsip-prinsio dasar ini dituangkan dalam tiga azas utama yaitu 29: 1. Asas Kepentingan Militer (Military Necessity): berdasarkan asas ini maka bagi pihak-pihak yang bersengketa dibenarkan dan diperbolehkan
untuk
menggunakan cara-cara kekerasan untuk menundukkan lawan demi tercapainya tujuan yaitu keberhasilan dalam perang. Dalam keadaan perang ada suatu keadaan tertentu yang dianggap sebagai hukum itu sendiri, yaitu bahwa pemenang perang pastilah pehlawan perang. Pikiran ini bertitik tolak dari kenyataan bahwa pihak-pihak yang bertikai dan melanjutkan pertikaian tersebut dengan perang selalu beranggapan bahwa mereka ikut berperang dengan tujuan dan cita-cita yang luhur, serta untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Hal ini dianggap sebagai hal yang luhur untuk menjalankan tugas bela negara. 2, Asas Perikemanusiaan (Humanity) : berdasarkan pihak-pihak
yang
bersengketa
diharuskan
untuk
asas ini maka
memperhatikan
nilai-nilai
perikemanusiaan, diman mereka dilarang untuk menggunakan kekerasan yang dapat menimbulkan luka yang berlebihan atau penderitaan yang tidak perlu. Hal ini dapat kita lihat seperti yang terdapat dalam Konvensi Jenewa Tahun 1949 tentang perbaikan anggota angkatan perang yang luka atau sakit di medan pertempuran darat, bahwa anggota angkatan perang dan orang-orang lain yang luka atau sakit wajib dihormati dan dilindungi dalam segala bentuk keadaan, dan kepada mereka wajib diperlakukan secara perikemanusiaaan dan dirawat oleh pihak-pihak yang bersengketa dalam kekuasaan siapa mereka munngkin berada, tanpa perbedaaan yang 29
Permanasari. Arlina.pengantar Hukum Humaniter”.ICRC. Jakarta 1999 hal 11
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
40 merugikan yang didasari oleh kelamin, suku, kebangsaan, agama, pendapat-pendapat politik atau setiap kriteria lainnya serupa itu. Khusus dalam perlakuan kepada wanita harus diperlakuakan dengan segala kehormatan yang patut diberikan mengingat jenis kelamin mereka, kemudian asas yang terakhir yang merupakan prinsip dari Hukum Humaniter adalah: 3. Asas Kesatriaan (Chivalry) : asaz ini mengandung arti bahwa di dalam setiap peperangan, kejujuran adalah harus kita utamakan. Penggunaan alat-alat yang tidak terhormat, berbagai macam tipu muslihat dan cara-cara yang bersifat khianat dilarang. Prinsip kesatriaan ini sesuai dengan konsep perang yang adil (Just War), sebagaimana disebutkan di sebelumnya bahwa sebelum perang harus dilakukkan tahaptahap tertentu seperti pengumuman pernyataan perang dan lain-lain, serta tidak boleh ada penggunaan senjata-senjata perusak syaraf dan senjata biologis serta senjata yang mengakibatkan penderitaan yang tidak perlu dan senjata yang menyebabkan kerusakan yang berlebihan lainnya. Hal ini bakal lebih banyak dibicarakan oleh penulis pada bab bab berikut karena berkenaan
dengan studi kasus Penggunaan Bom Cluster dalam
konflik di Timur Tengah, dimana bom tersebut merupakan salah satu senjata-senjata yang jauh dari asas-asas kesatriaan ini. Dalam penerapannya, ketiga asas tersebut dilaksanakan secara seimbang, sebagaimana dikatakan oleh KUNZ: “ Law of War, to be accepted and to be applied in practise must strike the correct balance between, on the one hand the principle of humanity and chivalry, and on the other hand, military interest” Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
41 Secara garis besar konvensi ini memberikan gambaran bagaimana pengaturan tentang hak dan kewajiban Negara-negara netral dalam perang di laut. Dalam Konvensi ini ditegaskan bahwa kedaulatan dari negara netral tidak hanya berlaku di wilayah teritorial (wilayah darat) saja, namun juga berlaku bagi wilayah perairan negara-negar netral. Para pihak yang bersenngketa tidak boleh (atau dilarang) melakukan tindakantindakan di dalam wilayah perairan negara netral yang dapat dikategorikan sebagai tindakan yang melanggar kenetralan negara tersebut. 30 tindakan-tindakan itu dapat kita misalkan setiap tindakan permusuhan, termasuk tindakan penangkapan dan pencarian yang dilakukan oleh kapal-kapal perang negara yang bersenngketa diperairan negar netral, 31 maupun penggunaan pelabuhan dan perairan netral oleh pihak yang berperang. 32 D. Sumber-sumber Hukum Humaniter. Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa Hukum Humaniter terdiri dari Hukum Jenewa dan Hukum Den Haag. Hukum Jenewa adalah hukum yang mengatur masalah perlindungan terhadap korban perang, sedangkan Hukum Den Haag mengatur mengenai cara dan alat-alat yang digunakan dalam berperang. Kedua ketentuan hukum tersebut merupakan sumber Hukum Humaniter yang utama selain Konvensi-konvensi lain yang telah disebutkan terdahulu. D.1. Berdasarkan Konvensi Den Haag Hukum Den Haag adalah merupakan suatu ketentuan Hukum Humaniter yang mengatur mengenai cara dan alat-alat yang digunakan untuk berperang. Membicarakan 30
Pasal 1 Konvensi IV Den Haag 1907 Pasal 2 Konvensi IV Den Haag 1907 32 Pasal 5 Konvensi IV Den Haag 1907 31
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
42 Hukum Den Haag berarti kita akan membicarakan hasil-hasil Konferensi Perdamaian I yang diadakan pada tahun 1899 dan Knferensi Perdamaian II yang diadakan pada tahun 1907. D.1.a Konvensi Den Haag Tahun 1899 Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1899 adalah merupakan suatu hasil Konferensi Perdamaian I di Den Haag (18 Mei – 29 Juli 1899). Konferensi ini adalah merupakan prakarsa Tsar Alexander I, dimana sebelumnya Tsar Alexander I ini menemui kegagalan dalam mewujudkan suatu konferensi Internasional di Brusel, Belgia pada tahun 1874. Ide fundamental untuk menghidupkan lagi Konferensi Internasional yang gagal itu adalah rencana Konsepsi Persekutuan Suci (Holy Alliance tanggal 26 September 1815 antara Rusia, Austria dan Prussia). Untuk melaksanakan kehendak Tsar Nicolas II itu maka pada tahun 1898 Menteri Luar Negri Rusia Count Mouravieff mengedarkan surat kepada semua Kepala Perwakilan Negara-negara yang diakreditir di St.Petersburg berupa ajaran Tsar untuk berusaha tetap mempertahankan perdamaian di dunia dan mengupayakan pengurangan senjata. Konferensi yang dimulai pada tanggal 20 Mei 1899 itu berlangsung selama 2 Bulan dan menghasilkan tiga Konvensi dan tiga Deklarasi tepatnya pada tanggal 29 Juli 1899. Adapun ketiga Konvensi yang dihasilkan adalah : 1. Konvensi I tentang Penyelesaian Damai Persengketaan Internasional. 2. Konvensi II tentang Hukum dan kebiasaan Perang di darat.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
43 3. Konvensi III tentang Adaptasi Azas-azas Konvensi Jenewa tanggal 22 Agustus 1864 tentang Hukum Perang di Laut. Sedangkan ketiga Deklarasi yang dihasilkan adalah : a. Melarang penggunaan Peluru-peluru dum-dum atau peluru-peluru yang bungkusnya
tidak sempurna menutup bagian dalam sehingga dapat
pecah dan membesar dalam tubuh manusia. b. Peluncuran Proyektil-proyektil dan bahan-bahan peledak dari balon, selama jangka waktu lima tahun yang berakhir ditahun 1905 juga dilarang. c. Penggunaan Proyektil-proyektil yang menyebabkan gas-gas cekik dan beracun juga dilarang. D.1.b Konvensi Den Haag Tahun 1907 Konvensi-konvensi ini adalah merupakan hasil dari Konferensi Perdamaian ke II sebagai kelanjutan dari Konferensi Perdamaian I pada tahun 1889 di Den Haag. Konvensi-konvensi yang dihasilkan oleh Konferensi oleh Perdamaian II di Den Haag menghasilkan sejumlah Konvensi sebagai berikut : 1. Konvensi
I
tentang
Penyelesaian
Damai
dan
Persengketaan
Internasional; 2. Konvensi II tentang Pembatasan Kekerasan Senjata dalam menurut Pembayaran Hutang yang berasal dari perjanjian Perdata; 3. Konvensi III tentang Cara Memulai Peperangan; 4. Konvensi IV tentang Hukum dan Kebiasaan Perang di Darat dilengkapi dengan peraturan Den Haag; Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
44 5. Konvensi V tentang Hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara Netral dalam Perang di darat; 6. Konvensi VI tentang status Kapal Dagang Musuh pada saat permulaan peperangan; 7. Konvensi VII tentang Status Kapal Dagang menjadi Kapal Perang; 8. Konvensi VIII tentang Penempatan Ranjau otomatis didalam Laut; 9. Konvensi IX tentang Pemboman oleh Angkatan Laut di waktu Perang; 10. Konvensi X tentang Adaptasi Asas-asas Konvensi Jenewa tentang perang di laut; 11. Konvensi XI tentang Pembatasan tertentu terhadap penggunaan Hak Penangkapan dalam Perang Angkatan Laut; 12. Konvensi XII tentang Mahkamah Barang-barang sitaan; 13. Konvensi XIII tentang hak dan kewajiban negara netral dalam suat peperangan di laut. Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1907 mempunyai beberapa konvensi yang penting untuk dipahami karena mempunyai korelasi dengan judul skripsi yang penulis buat, ada beberapa konvensi yang kiranya perlu untuk penulis beberkan disini. Dan konvensi yang di jadikan suatu bahasan dalam skripsi saya kali ini adalah, Konvensi IV Den Haag 1907 yang berisi mengenai Hukum dan Kebiasaan perang di darat yang judul asli Konvensinya adalah “Convention Respecting to the Laws and Customs of War n Land” isi dari konvensi adalah merupakan penyempurnaan dari Konvensi Den Haag 1899, yaitu Konvensi II Den Haag 1899 mengenai Hukum dan
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
45 Kebiasaan perang didarat. Konvensi IV Den Haag 1907 ini, hanya terdiri dari 9 Pasal, yang dilengkapi dengan lampiran yang disebut dengan Haque Regulation. Beberapa pasal yang penting dari Konvensi IV tersebut adalah mengenai Klausula Siomnes, dimana klausula ini terdapat dalam pasal 2 dari konvensi IV Den Haag 1907, yang berbunyi bahwa konvensi hanya berlaku apabila kedua pihak yang bertikai adalah pihak dalam konvensi, apabila salah satu pihak bukan peserta konvensi, maka perturan dalam konvensi tidak dapat dikenakan kepadanya atau tidak dapat diberlakukan padanya. Satu lagi Konvensi yang dapat penulis urai disini adalah Konvensi XIII Den Haag 1907, yang berjudul “Neutral Rights and Duties in Maritime War” Geneve Convention Relative to the Protection Of the Civilian Person in Time of War; Keempat Konvensi Jenewa tahun 1949 tersebut dalam tahun 1977 ditambahkan lagi dengan protokol tambahan 1977, yakni yang disebut dengan: Protocol Additional tio the Geneve Convention of 12 August 1949,and Relating To the Protections of Vicrims of International Armed Conflict (Protocol I): dan Protocol Additional to the Geneve Convention Of 12
August 1949, And Relating To the
Protections of Victims of Non International Armed Conflict (Protocol). Protokol I maupun Protokol II tersebut di atas adalah merupakan tambahan dari Konvensi- konvensi Jenewa 1949. Penambahan ini juga dimaksudkan sebagai penyesuaian terhadap perkembangan pengertian sengketa bersenjata, juga mengenai pentingnya perlindungan yang lebih lengkap bagi mereka yang menjadi korban luka, sakit, maupu meninggal dan juga korban karam dalam suatu peperangan di laut, serta antipasi terhadap perkembangan-perkembangan mengenai alat dan cara-cara berperang.. Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
46 Protokol I tahun 1977 mengatur mengenai perlindungan-perlindungan korban pertikaian bersenjata internasional, sedangakan protokol II mengatur mengenai korban pertikaian bersenjata Non Internasional. D.2
Berdasarkan Konvensi Jenewa Konvensi Jenewa mengatur mengenai perlindungan-perlindungan terhadap
korban perang, yang terdiri atas beberapa perjanjian pokok. Perjanjian pokok itu adalah terangkum dalam empat Konvensi Jenewa, yang masing- masing adalah: 1. Geneve Convention for the Amelioration of the Wounded And Sick in Armed Forces in the field. 2. Geneve Convention For the Amelioration of the Condition of the wounded and Sick and shipwrecked Members of Armed Forces At Sea. 3. Geneve Convention Relative to The Treatment of Prisoners of War; E. Konvensi konvensi Senjata konvensional tertentu Di samping peraturan yang ada di atas yang menjadi point penting tentang skripsi ini ialah tentang peraturan senjata konvensional tertentu yang merupakan pengembangan dari konvensi konvensi yang telah ada sebelumnya ini adalah beberapa diantaranya (United Nations Conference on the Prohibitions or Restriction of Use of Certain Conventional Weapons Convention which may be deemed to be excessivelly injurious or to have indiscriminate effects Di dalam konvensi ini atau dengan singkatan CCW(certain conventional weapon) convention ini mempunyai beberapa poin penting yakni ;
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
47 1.
Convention on Prohibitions or Restriction on the Use of Certain Conventional Weapons Convention which may be deemed to be: Excessivelly injurious or to have indiscriminate effects.
2.
Protocol on Non-Detecable Fragments (Protocol I).
3.
Protocol on Prohibitions or Restriction on the use of Mines, boobytraps and other devices (Protocol II).
4.
Protocol on Prohibitions or Restriction of Use of Icendiary Weapons (Protocol III).
Selain itu pula konferensi tersebut menghasilkan sebuah Resolusi yakni,Resolution on Small-Calibre Weapons Systems. Konvensi ini terdiri dari suatu preambul dan 11 buah pasal dengan perincian sebagai berikut : a.
Protokol I tentang "Pecahan yang tidak dapat dilihat" terdiri dari satu pasal;
b.
Protokol II tentang "Ranjau, Booby-traps dan Alat lain" terdiri dari 9 pasal, dengan satu "Technical Annex".
c.
Protokol III tentang "Senjata Penyembur Api", terdiri dari dua pasal.
Dalam kaitannya dengan prinsip pemakaian senjata khususnya dalam Preambule dapat kita jumpai beberapa butir ketentuan, antara lain: a. Butir 3 tentang hak para pihak dalam konflik untuk memilih cara dan alat berperang adalah tidak terbatas; b. Butir 4 tentang dilarang menggunakan alat atau cara berperang yang dimaksudkan untuk menimbulkan kerusakan luas untuk jangka waktu yang panjang. Konvensi ini mempunyai ruang lingkup seperti yang tersebut dalam pasal 1, yaitu ; Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
48 a. dalam situasi seperti yang ditentukan dalam pasal 2 Konvensi Geneva 1949, Pasal 2 mengenai berlakunya konvensi-konvensi, dalam paragraf 1 menyatakan bahwa, "Konvensi ini akan berlaku untuk semua peristiwa perang yang diumumkan atau setiap pertikaian bersenjata ("Armed Conflict") lainnya yang mungkin timbul antara dua atau lebih pihak penandatangan, sekalipun keadaan perang tidak diakui oleh salah satu di antara mereka" (AK, 1985 : 86). b. dalam situasi yang ditentukan dalam pasal 1 ayat 4 Protokol tambahan I-1977, Pasal ini menentukan kapan berlakunya pasal Protokol tersebut. Protokol ini berlaku dalam setiap pertikaian senjata lainnya yang mungkin timbul antara dua atau lebih Pihak Peserta Agung, sekalipun pendudukan tersebut tidak menemui perlawanan bersenjata.
Protokol ini juga berlaku dalam keadaan yang
dinamakan War of National Liberation atau CAR Conflicts di mana suatu bangsa (people) berjuang melawan dominasi kolonial, atau pendudukan asing, atau rejim rasialis, dalam usaha mereka untuk mencapai kemerdekaan. Pasal 96 ayat 3 menentukan bagaimana caranya agar perjuangan semacam itu dapat digolongkan sebagai War of National Liberation maka "penguasa" (authority) dari bangsa itu harus mengeluarkan suatu deklarasi yang bersifat unilateral, yang ditujukan kepada Pemerintah Federal Switserland sebagai depositori, yang berisi pernyataan bahwa bangsa tersebut dalam perjuangan itu akan tunduk/mengindahkan isi Protokol tersebut. Khusus mengenai masalah pemakaian Bom Cluster pengaturannya melalui pendekatan didalam Protokol ini yaitu dengan beberapa pasal yang mengaturnya. Sebagai ruang lingkup berlakunya Protokol ini dapat dapat kita lihat dalam pasal 1 di mana Protokol ini tidak berlaku bagi ranjau laut. Pada pasal 2 diatur beberapa pengertian Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
49 penting antara lain, ranjau boobytraps, alat-alat (devices) lain, obyek militer, obyek sipil dan recording. Ranjau dirumuskan sebagai setiap munisi yang ditempatkan di bawah, di atas tanah dan dibuat supaya, dapat diledakkan/meledak apabila didekati atau disentuh oleh manusia atau kendaraan. Booby-traps adalah setiap alat atau material yang dirancang, dibangun atau disesuaikan untuk membunuh atau melukai dan yang bekerjanya secara tidak terduga apabila seseorang mengganggu (disturbs) atau mendekati obyek yang tampaknya tidak berbahaya atau melaksanakan suatu perbuatan yang tampaknya tidak membahayakan (apparently safe act)33. Selain itu Protokol tersebut juga mengatur I tentang penggunaan ranjau yang dipasang dari tempat jauh (remotely delivered mines). Penggunaan ranjau semacam itu dilarang kecuali apabila ranjau semacam itu hanya dipakai di dalam wilayah yang memang merupakan sasaran militer atau wilayah t yang berisi sasaran militer, dan: a. lokasi dari ranjau tersebut dapat dicatat dengan teliti, atau b. apabila dipakai suatu alat yang dapat mengamankan ranjau tersebut , yaitu suatu alat yang dapat bekerja sendiri untuk menjinakkan senjata tersebut apabila senjata itu sudah tidak berguna lagi dipandang dari kepentingan militer 34. Selanjutnya terhadap pemakaian ranjau darat yang dlpasang dalam suatu lokasi harus diadakan pencatatan (recording). Pencatatan ini diatur dalam pasal 7. Pencatatan ini penting agar diketahui di mana terdapat medan ranjau supaya apabila perang telah usai dan ranjau tersebut telah kehilangan arti militernya, ranjau dapat dijinakkan/diledakkan.
33 34
Haryomataram, 1994 : 122-123 ibid.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
50 Dengan demikian diharapkan tidak akan ada penduduk sipil yang tidak berdosa menjadi korban meledaknya ranjau Oleh karena itu, peranan komandan dalam memberikan suatu perintah sangat penting. Antara yang diperintah dengan pemberi perintah (komandan) harus saling memahami perintah yang diberikan terutama perintah yang berkaitan dengan pemasangan ranjau darat di suatu lokasi tertentu agar tidak terjadi kerugian yang menimpa penduduk sipil ataupun mengurangi efek ledakan ranjau tersebut. Hal ini terkait pula dengan Protokol I dari Protokol Tambahan 1977. Protokol I ini mengatur Konflik bersifat lnternasional Konflik Bersenjata yang tidak Bersifat lnternasional (Non-International Armed Conflict). Untuk meningkatkan perlindungan terhadap penduduk sipil Protokol I memuat beberapa ketentuan yang harus diperhatikan
oleh
para
Komandan/Perencana
Serangan
yang
bertujuan
untuk
memperkecil / membatasi korban di kalangan dalam konflik dan harus mengambil tindakan yang seperlunya untuk mengurangi efek suatu serangan. Pada pasal 58 diatur tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi suatu efek serangan. Dalam hal ini pihak-pihak dalam konflik harus berusaha sedapat mungkin: a. Memindahkan penduduk sipil atau obyek sipil yang berada di sekitar obyek militer. b. Mencegah penempatan obyek militer di antara/dekat dengan wilayah berpenduduk padat . Protokol II ini juga memuat aturan tentang kerjasama internasional dalam memindahkanl menjinakkan medan ranjau-ranjau dan booby-traps. Hal ini diatur dalam pasal 9 yang menyatakan bahwa, "Setelah permusuhan berakhir maka pihak-pihak dalam konflik harus mengadakan perjanjian, apabila perlu dengan Negara Negara lain atau Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
51 organisasi internasional untuk mengatur usaha memindahkan/ menjinakkan medan ranjau, ranjau atau booby-traps". Kerjasama dengan negaranegara lain dan organisasi internasional ini perlu karena ada kemungkinan bahwa Pihak-pihak dalam konflik tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan pembersihan itu.
BAB III PENGGUNAAN BOM CLUSTER DALAM ARMED CONFLICT DI TIMUR-TENGAH A. DEFENISI BOM CLUSTER Bom Cluster ialah sejenis bom yang di jatuhkan dari udara yang kenerjanya mempunyai bebrapa bagian bagian kecil atau pecah menjadi bebrapa bagian apabila telah di tembakan dari udara atau yang lebih di kenal dengan Bom Curah. Penggunaanya Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
52 sendiri bertujuan untuk membunuh pasukan musuh dan menghancurkan kendaraan musuh.Bagian bagian kecil bom cluster yang telah di tembakan di udara biasanya di gunakan untuk menghancurkan landasan udara ,menghancurkan sarana transmisi elektronik, sebagai pengantar atau wadah dari senjata biologis dan kimia atau di gunakan untuk menyebarkan ranjau darat.dan dari semua jenis jenis bom cluster tersebut telah di produksi oleh beberapa Negara yang ada di dunia. Dalam pengembanganya bom ini merupakan salah satu alat senjata konvensional yang di gunakan untuk meminimalisir korban sipil 35. A.1 Sejarah penggunaan Bom Cluster. Bom cluster pertama sekali di gunakan dan di operasikan oleh pasukan tentara Jerman pada perang dunia ke dua yaitu bom SD-2 Sprengbombe Dickwandig 2 kg, atau yang lebih di kenal dengan butterfly bomb atau bom kupu-kupu. Sering di gunakan pada masa perang dunia ke dua,untuk menyerang target militer dan target sipil. Dan pada saat sekarang
teknologi
tersebut
di
kembangkan
oleh
pemerintah
Amerika
serikat,Russia,China,Itali dan India. Dan sekarang saat ini Bom cluster tersebut telah menjadi bom standar militer bagi negara yang menggunakanya yang ada di seluruh dunia, dengan jenis jenis yang berbeda 36. Pada dasarnya bom cluster tersebut merupakan sebuah tabung (biasanya bentuknya kecil apabila bom tersebut di bawa oleh pesawat yang berkecepatan tinggi) dan tabung tabung tersebut di isi oleh beberapa bahan peledak yang kecil kecil sekitar 2000 buah. 35
Human Rights Watch (HRW), Timeline of Cluster Munition Use, February 2007, http://hrw.org/backgrounder/arms/cluster0207/3.htm 36 www.wikipedia.com/wiki/cluster_bomb Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
53 Beberapa tipe dari bom ini ada yang biasanya di desain agar tetap menempel di pesawat setelah melepaskan beberapa bahan peledak yang terkandung dalam bom tersebut.Bahan bahan peledak yang kecil tersebut biasanya di pasangkan oleh parasut parasut kecil agar dapat memperlambat laju jatuh bom tersebut kesasaran. Hal ini dilakukan apabila dalam pemboman pada ketinggian rendah pesawat dapat selamat dari ledakan yang di timbulkan oleh bom tersebut Mesin dari bom cluster moderen dan bahan peledaknya sekarang menjadi senjata multifungsi yaitu mengandung bahan campuran untuk untuk menghancurkan kendaraan lapis baja, anti personnel dan untuk penghacuran bahan meterial seperti gedung dan bunker. Trend yang berkembang dalam desain Bom Cluster moderen ialah penggunaan bahan peledak yang pintar yaitu dengan menggunakan sirkuit penuntun untuk mencari lokasi dan menyerang target tertentu, biasanya di gunakan untuk menyerang kendaraan lapis baja. Tipe dari senjata ini adalah CBU- 97 yang di produksi oleh Amerika Serikat yang mempunyai kelebihan dengan adanya sensor pemicu. Penggunaanya untuk pertama kali di gunakan dalam invasi AS ke Irak tahun 2003 lalu. Peledak-peledak yang ada di dalam bom tersebut di fungsikan untuk menyerang kendaraan lapis baja dan di set untuk meledak sendiri apabila telah menyentuh permukaan tanah tanpa mencari lokasi dari target. Secara teori bom ini di gunakan dan di set untuk mengurangi apa yang disebut Collateral damage atau korban sipil dan bukan target militer. Dan yang menjadi pembatasan dalam pembuatan bom cluster pintar ini ialah masalah biaya karena bom cluster terbaru ini lebih mahal dari pada bom cluster standar dan pembuatanya lebih murah dan lebih simpel dari dari pada bom cluster moderen. A.2 Jenis jenis Bom Cluster Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
54 Penyebar api Bom cluster jenis ini di gunakan untuk memicu api, atau juga bom api konvensional.spesifikasinya di desain untuk penggunaan ini ,yaitu dengan bahn peledak zat fosfor putih atau napalm.di gunakan untuk menahan laju gerak pasukan musuh yang di tujukan untuk pasukan darat dan kendaraan lapis baja. Ketika di gunakan dalam perang kota bom ini biasanya menggunakan bahan konvensional biasa untuk menghancurkan atap atap dan dinding dari bangunan dan seterusnya memicu kebakaran hebat. Awalnya bom ini di gunakan oleh uni soviet yang di sebut bom keranjang molotov pada perang musim dingin tahun 1939-40. tipe dari bahan ini sering di gunakan oleh kedua belah pihak yang bertikai pada saat perang. Bom tipe ini di gunakan biasanya untuk mencipatakan badai api seperti yang terjadi pada saat pemboman di kota Dresden waktu perang dunia ke dua dan pemboman Tokyo dengan api. 37 Anti Personel Bom cluster jenis ini menggunakan bahan peledak yang memecah mencadi beberapa kepingan untuk membunuh prajurit musuh dan kendaraan ringan . Sejalan dengan bom cluster jenis penyebar api, bom jenis ini juga merupakan bentuk pertama dari bom cluster tersebut. Yang pada waktu itu di produksi oleh oleh Jerman dan di gunakan pada perang dunia ke dua. Bom ini mulai di kenal pada waktu serangan kilat Jerman kepada polandia tahun 1939 dengan kombinasi pemicu pengukur waktu dan pemicu jebakan apabila di sentuh. Bom tersebut juga menggunakan pemicu kontak apabila di gunakan untuk menyerang pertahanan musuh 38.
37 38
Ibid Ibid
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
55 Anti Tank Kebanyakan bom cluster jenis ini berisi bahan peledak dan pemicu yang telah di padatkan agar dapat menembus lapisan baja dari sebuah tank dan kendaraan tempur. Dari beberapa kasus penuntun di gunakan untuk meningkatkan kemampuan unutk menghantam sebuah kendaraan. Subminisi modern yang berpenuntun dari bom cluster seperti yang di temukan di dalam bom CBU-97 dapat juga menggunakan bahan peledak dan pemicu yang sudah di padatkan sebagai alat penetrasi. Bom cluster berisi bahan peledak dan pemicu yang telah di padatkan namun yang tidak berpenuntun di disain untuk melawan/menghancurkan pos pertahanan . ini di gunakan untuk menyokong dan meningkatkan efektifitas peperangan dengan menggunakan sebuah tipe dari bom ini untuk menyerang target yang dekat, submunisi yang mempunyai pecahan dan peledak yang telah di padatkan di produksi oleh AB Amerika Serikat dan altileri lapangan korps marinir AS dan biasanya di gunakan dalam peperangan darat 39. Penghancur Landasan Udara Bom jenis ini di rancang untuk melakukan penetrasi kedalam lapisan landasan sebelum meledak, yang menyebebkan bom tersebut dapat mengoyak dan memecah permukaan landasan pacu. Dalam kasus bom Cluster Inggris JP233 pengahncuran lapisan aspal pada landasan pacu menggunakan dua tahap penghancuran yaitu dengan kombinasi dari peledak yang di padatkan dengan peledak konvensional biasa. Bahan peledak yang sudah dipadatkan dan di pertajam akan membuat ledakan awal dan membuat celah di di dalam lapisan aspal landasan pacu dan kemudian peledak konvensional di gunakan untuk memperbesar celah atau kawah yang di akibatkan peledak sebelumnya. 39
Ibid
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
56 berikut ini adalah beberapa contoh dari bom cluster;
sumber wikipedia.com/cluster_bomb
bom cluster yang di kembangkan pada tahun 1950an
sumber wikipedia.com/cluster_bomb
bom cluster BLU – 3 merupakan bom cluster moderen generasi pertama dan di gunakan AS dalam perang Vetnam
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
57
CBU-105 merupakan bom cluster generasi terakhir sumber wikipedia.com/cluster_bomb
Pesawat yang dapat menggangkut bom cluster
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
58
sumber wikipedia.com/cluster_bomb
bom cluster akan pecah menjadi bagian-bagian bom kecil beberapa saat sebelum menyentuh tanah secara teorinya namun fakta di lapangan hanya kurang dari 30% yang langsung meledak
berikut ini adalah taktik pengeboman menggunakan bom cluster moderen.. sumber wikipedia.com/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
59
detail dari bomblet bom cluster sumber wikipedia.com/cluster_bomb
kinerja bom cluster BLU-105 sumber wikipedia.com/cluster_bomb
Spesifikasi Bom Cluster AS Contractor Weight:
927 pounds
Length:
92 inches
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
60 Diameter:
16 inches
Guidance:
None
Control:
none
Autopilot:
None
Propulsion:
None SUU-66/B tactical munitions dispenser
Warhead: 10 BLU-108/B submunitions [@ 4 projectiles] Integral part of dispenser Fuse: FZU-39/B proximity sensor 12 F-15E 4 F-16 10 A-10 Aircraft 30 B-1 34 B-2 16 B-52 Limitations
200 feet20,000 feet (above ground level)
Delivery Envelope
250 knots650 knots $360,000 – baseline
Unit Cost $260,000 – PEP $39,963 [$ FY90] Inventory
500 in USAF inventory as of 01/01/1998
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
61 Current USAF objective is 5,000 [17,000 originally planned ] A.3 Negara Negara yang memproduksi dan mengembangkan Bom Cluster Sampai saaat ini dan sejak penggembangan dan penggunaan bom cluster masih di sering di pakai pada konflik konflik yang bersifat internasional maupun non intrernasional. Ini dapat kita lihat fakta di lapangan yakni dengan di temukanya sisa sisa dari bom tersebut yang tidak meledak dalam beberapa konflik yang ada di seluruh dunia dan lebih parahnya lagi sisa sisa dari bom tersebut yang tidak meledak atau yang di sebut dengan UXO atau Unexploded Ordinance masih dapat mengancam jiwa rakyat sipil walaupun peperangan telah usai. Kita dapat mengambil contoh perang Vietnam dimana pertama kali bom cluster moderen digunakan. Efek dari penggunaan bom cluster saat ini masih membahayakan penduduk sipil. 40 Dan kasus paling baru ialah penggunaan bom Cluster oleh israel dalam konflik dengan Hizbullah di Lebanon pertengahan 2006 lalu. Apakah maksud dari penggunaan bom tersebut? Memang senjata senjata di buat untuk melumpuhkan musuh tetapi bagaimana dengan rakyat sipil yang tidak berdosa? Sampai sekarang penggaturan tentang penggunaan senjata konvensional tertentu tidak memberikan sanksi yang tegas terhadap penggunanya. Berikut ini adalah negara yang memproduksi bom cluter tersebut. Amerika Serikat Negara ini merupakan negara produsen terbesar atas bom cluster. Data yang saya peroleh dari inventori angkatan udara Amerika sangat mencengangkan yakni bahwa 40
www.Handicapinternational.be
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
62 AS memiliki lebih dari 5000 unit bom cluster dan perencanaanya USAF akan menambah sekitar mencapai 17000 unit dengan harga 1 unit 360.000 USD. Maka untuk itu pihak angkatan udara AS harus menyediakan dana sekitar 61,2 milyard USD 41 untuk memenuhi kebutuhan akan bom tersebut. Data tersebut belum termasuk dalam inventaris yang ada di bagian angkatan darat dan korps marinir AS. Dengan 17.000 unit bom cluster maka itu saja telah mnecakup lebih dari sejuta bahkan mungkin puluhan juta bagian kecil bom tersebut atau yang di sebut dengan submunition. Dengan berlarut larutnya perang Irak maka penggunaan akan bom tersebut pun semakin sering di gunakan oleh angkatan perang AS. Russia Negara bekas Uni Soviet ini juga salah satu produsen dan pengguna dari bom cluster dengan data inventoris lebih dari 70.000 unit yang masih di simpan di penyimpanan persenjataan yang ada di russia. Rusia pada waktu itu masih menjadi uni soviet sering menggunakan bom cluster tersebut dalam invasinya di Afghanistan. Dan setelah runtuhnya Uni Soviet produksi akan persenjataan ini tidak di hentikan namun tetap di produksi oleh militer Rusia. Data terakhir yang penulis dapatkan ialah bahwa Rusia menggunakan bom bom Cluster dalam operasi militernya di Chechnya. Sampai sekarang pun Rusia belum ada keinginan untuk meratifikasi Konvensi Oslo tentang pelarangan penggunaan bom cluster 42. Israel
41 42
, http://en.wikipedia.org/wiki/cluster_bomb Ibid
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
63 Negara yahudi ini memang di akui sebagai ahli dalam membuat dan meracik persenjataan sejak merdeka dari tangan Inggris tahun 1947 dan memulai konfrontasi dengan Arab sampai sekarang ini negara zionis ini telah tumbuh sebagai kekuatan baru yang ada di timur tengah selain Iran. Israel pun merupakan salah satu negara yang paling aktif dalam menggunakan bom cluster dalam konflik bersenjatanya. Tercatat bahwa israel telah menggunakan Bom Cluster sejak pecahnya perang Yom Kippur 1979 43. Inventori dari produlsi bom jenis ini pada angkatan perang Israel sendiri mencapai 50.000an unit bom cluster. China China merupakan salah satu negara Asia pertama yang sukses mengembangkan dan memproduksi Bom Cluster yaitu dengan menjiplak rangkaina bom cluster yang berasal dari Rusia. Memang sampai saat ini Cina belum pernah menggunakan bom cluster tersebut namun ini membuktikan bahwa Cina juga mampu membuat bom ini. B.Penggunaan Bom Cluster dalam Konflik bersenjata di Timur Tengah Timur Tengah di sanalah tempatnya, apabila kita mendengar kata Timur Tengah maka yang akan terlintas pertama kali dalam benak kita ialah salah satu tempat terpanas yang pernah ada dalam sejarah umat manusia. Sampai saat ini juga masih seperti itu keadaannya. Dari zaman ke zaman daerah Timur Tengah selalu mendapatkan perhatian Dunia hal ini di karenakan daerah tersebut tidak lepas dari konflik dan permasalahan. Konflik yang berkepanjangan ini terjadi di karenakan adanya banyak kepentingan dari dua belah pihak yaitu Timur dan Barat. 43
The Yom Kippur War – October 1973. Angkasa edisi koleksi no.XLII 2007
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
64 Dengan adanya kepentingan akan penguasaan regional atas Timur Tengah baik itu penguasaan teritorial atau pengguasaan idiologi kepada suatu negara, maka semua hal itu haruslah di bayar dengan harga yang sangat mahal yaitu dengan mengorbankan darah. Hal itu semakin rasional semenjak merdekanya Israel pada tahun 1947 dimana kemerdekaan tersebut mendapat pertentangan dari bangsa-bangsa Arab yang telah menduduki daerah Timur Tengah selama berabad abad. Hal ini di tandai dengan pecahnya perang enam hari 1967 atau The Six Day War 1967 yaitu pecahnya perang antara pihak negara negara Arab dengan Israel. Dalam perang ini Israel keluar sebagai pemenang dari perang tersebut. Pada awal perang enam hari Amerika belum menunjukan kedekatannya dengan pihak Israel. Namun setelah perang usai AS melihat Israel merupakan salah satu sekutu yang paling penting di regional Timur Tengah. Pada saat itu juga kekhawatiran AS mengenai harga minyak belumlah ada. Namun setelah pecahnya perang Yom Kippur 1979 antara Israel dan negara negara Arab membuat AS kelabakan mangenai hal ini karena Mesir menggunakan strategi embargo minyak uintuk menekan AS agar memberhentikan bantuan militernya kepada Israel dan memaksa negara Yahudi itu ke meja perundingan dan dengen adanya embargo minyak yang di lakukan oleh Mesir membuat Amerika setidaknya harus dapat mempengaruhi dan menguasai kawasan kaya minyak tersebut hal ini terbukti dengan kuatnya pengsaruh AS di kerajaan Saudi Arabia.dan penguasaan atas semenanjung Persia yang pada saat ini hanya berhasil mengasai Irak B.1 Penggunaan Bom Cluster oleh Israel
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
65 Dalam penggunaanya di lihat dalam konflik yang terjadi di Timur Tengah, dari perang Yom Kippur dapat kita lihat dan tercatat bahwa Israel pertama kali menggunakan bom cluster tersebut untuk menyerang situs situs pertahanan udara dan situs radar Mesir. Dalam perang tersebut tercatat bahwa Israel menyebar lebih dari ratusan ribu bomlet dari bom cluster di sepanjang lembah bekaa dan di dekat smenanjung Sinai. Dalam perang tersebut Israel belum menggunakan bom bom tersebut untuk menyerang target militer di tengah kota yang padat penduduk. Oleh karena itu daerah semenanjung Sinai perbatasan Israel dengan Mesir, dataran tinggi Golan perbatasan antara Israel dengan Suriah serta Yordania dan lembah Bekaa yang merupakan perbatasan antara Israel dan Lebanon masih rawan untuk di lewati karena daerah tersebut masih banyak tertanam ranjau ranjau dan sisa dari bom cluster yang belum meledak. Dari kesimpulan di atas dapat di simpulakan bahwa setelah penggunaan bom tersebut dalam perang Yom Kippur, sisa dari bom cluster yang di tembakan oleh Israel masih berserakan dan belum meledak di sepanjang dataran tinggi Golan, semenanjung Sinai dan Lembah Bekaa dapat membahayakan orang yang akan melintas di daerah tersebut sehingga daerah tersebut sebahagian besar di tutup untuk umum.dan di jadikan daerah zona dimiliterisasi. Dari data yang ada di atas penggunaan bom cluster yang di gunakan setelah berpuluh puluh tahun status dampaknya dapat di rasakan sampai pada saat ini. Namun Israel memang di bilang salah satu negara yang sama sekali tidak mementingkan pri kemanusiaan. Hal ini dapat penulis katakan karena pada pertengahan 2006 enam dengan alasan penculikan atas tiga serdadu yang di lakukan Geriliyawan Hizbullah, mereka negara Zionis itu menyerang rakyat sipil Libanon dengan senjata mematikan tersebut. Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
66 Kita dapat mengetahui bahwa bom Cluster yang belum meledak dapat sangat berbahaya apabila tersentuh oleh sesuatu atau tidak sengaja bila di sentuh oleh anak anak karena apabila bom yang belum meledak ini di sentuh atau di mainkan oleh anak anak maka bom ini sewaktu waktu akan meledak. Dan faktanya setelah konflik antara Israel dan gerilyawan Hizbullah mereda status dampak dari konflik tersebut masih terasa sampai saat ini. Tercatat dari data yang penulis dapatkan dari data UNIFIL dan data dari lembaga Human Right watch terungkap bahwa setidaknya ada sekitar 1 juta bomblet dari bom cluster yang tersebar di seluruh kota yang menjadi target serangan negara zionis tersebut 44. Yang menjadi perhatian yang sangat serius ialah bahwa lebih dari setengah dari bomlet bon cluster atau bagian bagian kecil dari bom cluster tersebut yang belum meledak dan beralih fungsi menjadi ranjau darat yang dapat membahayakan rakyat sipil Lebanon. PBB juga meminta Israel agar bertanggung jawab atas pembersihan sisa – sisa dari bom cluster yang belum meledak. Kecaman pun datang kepada pemerintahan Fuad Sinior yang di nilai tidak serius untuk mengatasi pembersihan sisa bom cluster tersebut. B.2 penggunaan Bom Cluster dalam perang Teluk Amerika salah satu negara produsen dan sekaligus pengguna dari arsenal ini juga sering menggunakan bom cluster tersebut dalam setiap konklik yang melibatkan negara ini di seluruh penjuru dunia. Tercatat bahwa AS telah menggunakan bom cluster ini sejak perang Vietnam. Dalam perang Vietnam AS menggunakan versi awal dari bom cluster moderan yakni BLU-3. sistem dari bom cluster ini tidak hanya di pakai dalam
44
www.icrc.com/ihl/weapon/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
67 bentuk bom saja. Pihak pertahanan AS juga mengembangkan proyektil peluru Altileri yang juga berfungsi sama dengan bom cluster. Dalam perang Teluk yang terjadi pada tahun 1991 penggunaan akan bom ini masih lebih sedikit. Namun AS lebih banyak menggunakan rudal rudal jelajahnya untuk menyerang kota kota di Irak status dampaknya pada perang teluk berdampak sedikit kepada rakyat sipil karena bom tersebut di gunakan untuk menyerang pasukan pasukan Irak yang berada di perbatasan Irak dengan Kuwait. Pada perang Teluk tahun 2003 keadaan menjadi berubah, penyerangan AS ke Irak dengan tanpa mandat dari PBB di lakukan dengan bertubi tubi, bom cluster pun di gunakan sebagai salah satu ujung tombak persenjataan AS untuk menyerang Irak. Sampai sekarang menurut data dari Human Right Watch dan Handicap Internasional menyebutkan bahwa setidaknya ada sekitar 1,9 juta sisa dari bom cluster atau bomlet bom cluster yang belum meledak. Kejadian yang hampir sama dengan kejadian yang di alami oleh Lebanon membuat beberapa kota seperti Baghdad di Irak sangat berbahaya. Dan menurut laporan dari USA Today setidaknya AS telah menggunakan sekitar 10,800 unit bom cluster dan sekutunya Inggris setidaknya menggunakan 2000 unit. 45 Dari jumlah di atas hanya 30 persen saja yang meledak apabila menyentuh tanah selabihnya tak terbayangkan lagi berapa jumlah bom cluster yang masih belum meledak.
45
Paul Wiseman, USA TODAY
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
68
BAB IV BOM CLUSTER DAN KAITANNYA DENGAN PELANGGARAN HUMANITER DI TIMUR TENGAH Pelanggaran akan kemanusiaan atau crimes of humanity sangatlah banyak kita jumpai di daerah timur tengah, seakan-akan daerah tersebut tetap jauh dari angin perdamaian. Pelanggaran atas kemanusiaan ini pun sangat beragam jenis yang dapat di teliti. Salah satu dari pelanggaran itu sesuai dengan skripi ini ialah tentang penggunaan senjata konvensional bom cluster yang merupakan salah satu senjata yang di katagorikan sebagai senjata inhumans weapon. Hal ini dapat penulis utarakan sehubungan dengan dari kinerja bom tersebut yang bisa beralih fungsi. Ini dapat di kategorikan sebagai Inhumans weapon kaena bom tersebut dapat berubah fungsi menjadi ranjau darat dan seperti yang kita ketauhi bahwa penggunaan dari ranjau darat saat ini sudah di larang. Penggunaan akan arsenal tersebut pun banyak mendapat pertentangan dari berbagai negara. A. Pelanggaran protokol tambahan dalam konvensi Jenewa dan konvensi konvensi
lainya tentang penggunaan senjata konvensional tertentu(certain
conventional weapon).
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
69 Penggunaan akan bom cluster merupakan penggunaan akan senjata yang berbahaya terhadap kemanusiaan hal ini melihat dari kinerja bom tersebut yang terjadi di lapangan. Bom cluster yang di jatuhkan dari udara atau yang di tembakan melalui meriam altireli akan pecah beberapa saat akan menyentuh tanah menjadi beberapa bagian yang kecil kecil dan bagian yang kecil kecil tersebut atau bomblet, tidak langung meledak apabila menyentuh tanah. Padahal secara teorinya bom tersebut akan meledak apabila menyentuh tanah. Maka dari itulah timbul polemik dan permasalahan dimana bom tersebut telah berfungsi menjadi ranjau seperti kita ketahui penggunaan akan ranjau telah di larang dan bom tersebut juga telah melanggar ketetapan dari isi pasal pasal yang ada di dalam konvensi Jenewa yakni pelanggaran atas protokol III dan protokol tambahan V konvensi Jenewa. Di dalam protokol tambahan III di sebutkan secara tegas tentang penggunaan senjata yang menyebabkan penderitaan yang berlebihan dan memnyebabkan luka yang berkepanjangan. Dan di dalam protokol V appendix II dimana mengatur tentang bahan peledak sisa perang (explosive remants war).. Dalam pelarangan penggunaan bom tersebut perinciannya sampai pada tahun 2006 belum ada satu pun aturan yang khusus yang mengatur tentang pelarangan bom Cluster. Akibat dari hal tersebut produsen dan pengguna dari bom tersebut dapat bebas dari tuntutan atas kejahatan terhadap kemanusiaan. Dan penggunaan akan bom cluster tersebut pun juga terang terangan melanggar konvensi PBB tentang penggunaan senjata konvensional tertentu 1980 yaitu mengenai : 46
46
Permanasari Arlina, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional Committee of The Red Cross, Jakarta 1999 hal 228 Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
70 1.
penggunaan senjata yang mengakibatkan penderitaan yang tidak perlu.dan bahan bahan peledak yang tidak dapat di deteksi
2.
pelarangan penggunaan ranjau perangkap peledak dan alat sejenis lainya
3.
pelarangan penggunaan senjata penyebar api
Hampir dari isi pokok yang ada di dalam konvensi CCW 1980 meruipakan salah satu kriteria yang ada dalam bom cluster seperti halnya di dalam point 1, 2 dan 3 di mana fakta di lapangan hampir dari korban bom cluster sebahagian besar adalah rakyat sipil. Di lain pihak penggunaan bom cluster ini sudah menyalahi aturan tentang penggunaan akan senjata konvensional dan melanggar dua ketentuan dari statuta Roma yaitu kejahatan perang kejahatan terhadap kemanusiaan 47. Di mana di dlam penggunaannya di lapangan terlihat secara jelas mengakibatkan benyaknya korban tewas di kalangan rakyat sipil. B.Dampak yang di akibatkan oleh Bom Cluster bagi rakyat sipil Bom cluster merupakan salah satu arsenal moderen yang banyak di gunakan oleh militer di beberapa negara yang ada di seluruh Dunia. Namun penggunaan akan bom cluster dalam konflik bersenjata hanya di lakukan oleh sedikit negara saja. Seperti yang kita ketahui negara negara seperti AS dan Israel merupakan negara yang intens menggunakan bom tersebut.48 98% dari 11,044 korban cluster munisi yang tercatat oleh Handicap International adalah kalangan sipil. Munisi cluster ditentang oleh berbagai kalangan 47
48
lihat statute Roms pasal 8 ayat 2 b point xx dan pasal 7 ayat 1 point k http://www.stopclustermunitions.org/files/HRW%20Survey%20on%20cluster%20munitions.pdf
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
71 termasuk pihak Palang Merah Internasional, untuk digunakan dalam pertempuran, dikarenakan sebagian besar korbannya dalah kalangan sipil. Sejak bulan Februari 2005 handicap International yang didukung oleh berbagai kalangan telah mengajukan petisi agar penggunaan munisi cluster dilarang. Bom Cluster sangat mengancam kalangan sipil, dengan dua alasan : A. efek arealnya sangat luas, dan akan meninggalkan banyaknya bomlet yang tidak meledak sehingga sangat membahayakan jiwa manusia. B. Areal bahaya yang dapat diakibatkan oleh satu munisi cluster, atau disebut sebagai jejak-kaki/footprint, dapat mencapai dua atau tiga kali lapangan sepak bola. Senjata ini akan memiliki efek area yang luas, maka wilayah sasaran tembak bom cluster pasti akan berakibat pada jatuhnya korban non-militer. Problema serius lainnya adalah efek dari bomlet yang tidak meledak (UXO unexploded ordnance), bomlet yang bentuknya unik dan berwarna cerah seperti CBU-87 dapat menarik perhatian anak-anak karena dikira mainnan, hal ini dapat mengakibatkan jatuhnya korban yang tidak berdosa. Di Lebanon seperti yang pernah ditayangkan di televisi, terjadi korban anak-anak akibat mengira bomlet sebagai mainan. Walaupun bom cluster telah dirancang agar semua submunisi yang dibawanya akan meledak, namun kenyataannya banyak bomlet yang tidak meledak (UXO) dan bomlet semacam ini akan lebih berbahaya dari ranjau darat. Senjata peluncur roket multi laras (MLRS) buatan Amerika dengan hulu ledak M26 dan submunisi M77 diperkirakan memiliki tingkat ratarata sub munisi yang tidak meledak (dud-rate) sebesar 5 persen, namun kenyataan dilapangan dud-rate ini mencapai 16 persen. Tingkat dud-rate pada masa perang teluk Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
72 bahkan mencapai 23 persen. Bahkan untuk bom cluster yang ditembakan dari senjata artileri memiliki dud-rate sebesar 14 persen. Bom cluster bersisikan ratusan sampai ribuan bomlet, walaupun titik jatuhnya diperkirakan tepat sasaran, namun akan meninggalkan ribuan UXO yang menyebar di areal target pengeboman. Contohnya, setelah konflik Israel-Lebanon, tenaga ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan banyak sekali UXO yang ditinggalkan diwilayah target-target pengeboman Israel di Lebanon. Pihak militer Amerika mengklaim bahwa bom cluster yang dikembangkan dewasa ini memiliki tingkat dud-rate kurang dari satu persen. Namun hal ini dapat dikatakan sebagai suatu spekulasi, bukti dari kebenaran klaim tersebut baru akan diketahui setelah dioperasikan dan jatuhnya korban sipil lagi. Korban Sipil (meninggal) akibat bomlet cluster yang tidak meledak Di Lebanon akibat bom tersebut diperkirakan 40% dari bomlet yang dijatuhkan tidak meledak sejak pengeboman dengan cluster bom oleh Israel pada musim panas 2006. Selama ofensif ke Lebanon, Israel menembakan tidak kurang dari 1.800 cluster bom, bermuatan lebih dari 1,2 juta bomlet. Menurut berita, pihak Israel telah memberikan peta penjatuhan bom/roket yang berisikan bomlet bom Cluster kepada pihak Perserikatan bangsa-bangsa (UNIFIL). Areal yang signifikan bermasalah dengan Cluster Bomb yang tidak meledak (UXO-Unexploded Ordnance) 49. Namun itu saja tidak cukup karena luasnya daerah yang di indikasikan tersebarnya bom tersebut sangatlah luas. Seperti yang kita ketahui jarak dari bom ini mempuyai radius yang sangat luas dan mempunyai efek yang berkepanjangaan. Seperti 49
http://www.stopclustermunitions.org/files/HRW%20Survey%20on%20cluster%20munitions.pdf
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
73 berita terakhir yang penulis kutip dari associated press dan kantor berita antara menyebutkan bahwa cuaca buruk di Lebanon selatan telah memicu beberapa bom cluster tersebut dan melukai beberapa orang tak berdosa. Hal ini juga menyadarkan kita mengapa bom cluster tersebut sangat berbahaya bila terkena oleh rakyat sipil. C.Upaya upaya yang di lakukan dalam pencegahan penggunaan, pembuatan dan pengembangan Bom Cluster. Dalam upaya mengurangi produksi dan penggunaan akan bom cluster beberapa negara di dunia telah sepakat untuk tidak membuat dan menggunakan bom cluster tersebut. Norwaigia juga menyatakan komitmennya dalam melarang penggunaan bom cluster untuk dunia. Ini di tandai dengan penendatanganan moratorium akan senjata tersebut. Austria juga menyatakan komitmennya kepada dunia internasional dimana instrumen hukum ini mengikat untuk semua belah pihak, setelah parlemen Austria meluluskan sebuah resolusi mengenai bom cluster pada tanggal 5 Desember 2006. Senjata lainya seperti ranjau darat telah di larang di banyak negara yang ada di dunia di bawah instrumen hukum yang spesifik untuk beberapa tahun ini. Perjanjian perjanjian internasional itu seperti traktat Ottawa
dan konvensi tentang senjata
konvensional tertentu. Bom Cluster, seperti yang kita ketahui belum sepenuhnya di ratifikasi oleh beberapa negara dan menjadi bahan konsideren beberapa negara dan menganggap bom cluster tersebut merupakan senjata yang legal untuk di pergunakan Para pemerintah yang ada di dunia menganggap bahwa konvensi akan senjata konvensional tertentu hanya membahas permaslahan tentang bahan peledak sisa perang yang pokok pembahasannya lebih luas sehingga terdapat kelemahan kelemahan. Melihat dampak yang di timbulkan dari penggunaan bom cluster tersebut. Dan menggingat akan Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
74 panggilan atas nama kemanusiaan, setidaknya di perkirakan kurang lebih 30 negara akan bernkumpul dan bernegosiasi dan merumuskan hal hal apa yang berkaitan tentang kemanusian berkaitan dengan penggunaan bom cluster dimana
hal tersebut sampai
sekarang belum banyak di bahas di forum internasional Di balik ini semua, suatu proses yang baru seperti halnya peraturan seperti peraturan tentang pelarangan penggunaan ranjau 1997, akan segera di mulai. Hal ini di tandai dengan pengumumnan
pada November 2006 di Jenewa dan disaat yang
bersamaan pula pemerintahan Norweigia akan mengumpulkan pertemuan internasional di awal tahun 2007 di Oslo untuk membahas kedepan tentang suatu perjanjian yang baru untuk menentang penggunaan bom cluster. Pernyataan ini didasari oleh keinginan Belgia untuk melarang senjata ini pada Februari 2006, kehendak Austria untuk membuat suatu kerangka kerja untuk instrumen internasional tentang senjata tersebut dan kontroversi dunia tentang penggunaan dan dampak yang di akibatakn oleh bom cluster pada masa peperangan antara militer Israel dengan Gerilyawan Hizbullah pada bulan juli sampai dengan agustus 2006 lalu. 49 negara
menghadiri pertemuan di Oslo pada tanggal 22-23 Februari 2007 untuk
menyepakati komitmen mereka dalam suatu peraturan baru dalam pelarangan bom cluster.di dalam pertemuan itu Austria menyatakan akan menghimbau negara negara lain di dunia untuk melarang penggunaan bom cluster. Pertemuan berikutnya akan di adakan di kota Lima pada bulan Mei atau Juni, di Wina pada bulan Nopember dan di kota Dublin pada awal 2008, dan di harapkan perangkat peraturan baru tersebut telah selesai pada tauhn 2008 sebelumnya palang merah internasional atau ICRC telah mengadakan rapat khusus tentang bom cluster pada Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
75 April 2007 untuk mengklarifikasikan aspek teknis, hukum, militer dan kemanusiaan dari bom tersebut dan melihat respon masyarakat dunia yang sedang berkembang mengenai bom tersebut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan bab bab sebelumnya tersebut di atas maka ada beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan, yaitu : 1. Dari segi penggunaannya bom cluster sangat efektif untuk menghancurkan kekuatan musuh. Daya ledaknya sangat ampuh untuk melumpuhkan sarana sarana yang dipandang sangat penting bagi kepentingan musuh tapi di balik itu semua penggunaanya sangatlah merugikan bagi siapa saja, karena efek dari bom ini menyebar secara luas pada suatu daerah dan tidak cocok untuk menyerang target militer yang berada di tengah kota. Di lain pihak senjata ini dapat di katagorikan sebagai senjata Inhumans weapons karena telah melanggar prinsip prinsip dalam Hukum Humaniter internasional yakni protokol tambahan yang ada pada konvensi Jenewa. 2. Penggunaan bom cluster dapat di katagorikan sebagai senjata yang tidak berprikemanusiaan.dan merupakan salah satu pelanggaran dan kejahatan terhadap Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
76 kemanusiaan. Karena penggunaan akan bom ini di lakukan dengan penyebaran secara acak oleh negara-negara pengguna bom cluster hal ini menunjukkan bahwa penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan diabaikan. Meskipun untuk ini telah ada Deklarasi Sedunia tentang Hak-hak Azasi Manusia 1948 dan Deklarasi Hak Azasi Anak 1959 yang mutlak dijunjung tinggi serta dilaksanakan oleh Negara Negara di dunia.. Selain itu penyebaran bom cluster mempunyai efek yang sangat luas dan sangat berbahaya jika di gunakan di daerah perkotaan dan apabila hal itu terjadi maka ini menunjukkan bahwa masih rendahnya perhatian negara-negara tersebut untuk mentaati ketentuan hukum perang, hanya akan menimbulkan korban jiwa ataupun setidak-tidaknya cacat tubuh bagi semua orang yang melintasi medan yang telah di jatuhi oleh bom cluster pandang bulu. 3. Sanksi yang di terapkan dalam masalah penggunaan bom cluster ini belum ada yang secara khusus memberikan sanksi terhadap penggunaan akan bom ini hanya perangkat peratuaran seperti International Tribunal yang dapat memberikan putusan. Namun dari sisi regulasi penjatuhan hukuman atas penggunaan bom cluster ini di lkukan dengan cara melakukan pendekatan dengan regulasi tentang penggunaan senjata konvensional tertentu dan juga Statuta Roma. Hal ini demikian adanya di karenakan belum adanya suatu peratuaran khusus mengenai penggunaan bom cluster jadi pendekatan regulasinya hanyalah kepada peraturan terhadap penggunaan ranjau darat. B. Saran Negara-negara produsen bom cluster hendaknya bersikap bijaksana dalam membatasi bahkan menghentikan produksi. Ada beberapa negara produsen bom cluster yang dipandang memiliki andil besar tidak hanya dari segi kekuatan militer, politik, tetapi Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
77 juga dari segi ekonomi seperti Amerika Serikat, Israel, Cina, dan Rusia. Keempat negara ini dipandang dari segi ekonomi sudah baik sekali sehingga bilamana mereka menghentikan produksi atau setidak-tidaknya membatasinya tidak akan berpengaruh besar terhadap perekonomian mereka. Andil mereka di bidang politik internasional turut pula mempengaruhi keberhasilan kebijakan internasional dalam menghapuskan atau membatasi pemakaian bom cluster tersebut. Selain itu pula negara-negara di dunia terutama yang sedang mengalami konflik hendaknya lebih memperhatikan keberadaan hukum perang serta melaksanakannya. Hal, ini terutama berkaitan erat dengan perlindungan penduduk sipil yang selalu diabaikan. Penggunaan bom cluster ini juga memiliki dampak yang tidak hanya berhenti bila perang telah usai tetapi juga memiliki dampak saat situasi damai. Sisa-sisa peninggalan bom cluster yang masih tergeletak dan masih aktif yang belum dimusnahkan akan menimbulkan bencana bagi penduduk sipil yang melaksanakan aktivitas sehari-hari. Hal ini membutuhkan perhatian secara lebih khusus lagi bagi dunia internasional. Dan juga di perlukannnya suatu perangkat hukum yang baru yang dapat mengikat semua Negara yang ada di seluruh dunia agar melarang penggunaan bom cluster ini. Dimana Negara Negara produsen dari senjata tersebut harus ikut dalam meratifikasi perjanjian tersebut. Semoga saja dengan di bentuknya suatu perangkat baru di bidan hukum humaniter terlebih lagi khususnya mengenai pelaranggan penggunaan bom cluster dapat membawa angina segar perdamaian dan perlindungan bagi kemanusiaan.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
78
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah – Nya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Shalawat dan salam tak lupa penulis panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan jalan dan menuntun umatnya dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang yang disinari oleh Nur Iman dan Islam Penulis menyadari bahwa di dalam pelaksanaan pendidikan ini banyak mengalami kesulitan – kesulitan dan hambatan – hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta petunjuk dari dosen pembimbing, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kelemahan serta kekurangan – kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya suatu masukan serta saran yang bersifat membangun di masa yang akan datang.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
79 Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada : 15. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum. sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan dosen Penasehat Akademik yang telah memperhatikan dan membimbing penulis selama masa perkuliahan. 16. Bapak Sutiarnoto MS, SH, M.Hum sebagai Ketua Jurusan Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 17. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, M.Hum sebagai Dosen Pembimbing I dan sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Hukum USU. 18. Ibu Chairul Bariah, SH, M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II atas perhatian dan bimbingan kepada penulis selama penulisan skripsi. 19. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H, M.H, DFM., sebagai Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU. 20. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.H., sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Hukum USU. 21. Bapak Arif, SH, M.Hum sebagai Sekretaris Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Unversitas Sumatera Utara. 22. Bapak Dr. Jelly L, SH, M.Hum, Ibu Rosmi Hasibuan, SH, Bapak Abdul Rahman, SH, M.Hum, serta seluruh dosen mata kuliah Jurusan Hukum Internasional. 23. Seluruh staf Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Unversitas Sumatera Utara. Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
80 24. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membina penulis selama masa perkuliahan. 25. Ayahanda H.Affan Mukti SH.MHum dan Ibunda Dra. Hj. Lisna Herawati. tercinta, sembah sujud ananda haturkan atas curahan dan belaian kasih sayang yang tulus dan dengan susah payah dan segala upaya telah membesarkan dan mendidik ananda hingga ananda dapat menyelesaikan studi di Perguruan Tinggi, serta seluruh keluarga besarku yang telah memberikan dorongan semangat kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. 26. adiku semata wayang yang sering ngerepotin Kartika “Thice” Sari A 27. Sepupu-sepupuku : Alfareza “ebonk Cabul”Rosyadi Lubis SH. Terimakasi atas bimbinganya bro luv uuu, Kak Windy “Mama Raffi”, Andri Utama Siregar, Mona, S.KM, Gendhis DM, S.Ked, Roni, Niki Lioni, SE, Meilita Jamilah “Dek Milah” dan seluruhnya yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu. 28. Teman – teman Angkatan 2004, Haris aka bie2r Fuad aka pudel chihuahua hua, Dedi Bugsy, Ibam Kuda, Shandi “cabul”Izhandri SH Ilmi “Idol”,Desi “Echie” Putri “PRS”, Citra Srg, Thyas, Erni, Dara Tur., Sabtia, Sri Azora K, Taufik Umar Lbs, Shinta M, Rizky Marlina Lbs, Putri DTS, (Thanx 4 everything, Mbuls…)tanpa terkecuali, atas semuanya yang telah penulis dapatkan selama masa perkuliahan.dan seluruh teman – teman di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara..
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
81 Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semuanya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat walaupun penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari berbagai kekurangan. Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat dan Hidayah – Nya bagi kita semua. Amin Ya Robbalalamin. Medan, 27 November 2007 Penulis
(Nofan Herawan)
PENGGUNAAN BOM CLUSTER DAN KAITANNYA DENGAN PELANGGARAN HUKUM HUMANITER DI TIMUR TENGAH DAFTAR ISI Kata pengantar......................................................................................................................i ABSTRAKSI......................................................................................................................iv BAB I: PENDAHULUAN A. Latar belakang.....................................................................................................1 B. Perumusan masalah ............................................................................................8 C. Tujuan Penelitian................................................................................................9 D. Manfaat Penelitian..............................................................................................9 E Keaslian Penelitian............................................................................................10 F Tinjauan kepustakaan........................................................................................11 G. Metode Penelitian.............................................................................................12 H. Sistematika penulisan........................................................................................13 BAB II: TINJAUAN HUKUM HUMANITER.................................................................16 F. Pengertian Hukum Humaniter.........................................................................16 G. Sejarah dan perkembanganya ..........................................................................23 H. Prinsip prinsip dalam Hukum Humaniter........................................................29 I. Sumber-sumber Hukum Humaniter ................................................................31 J. Konvensi konvensi senjata konvensional tertentu...........................................36
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
82 BAB III: PENGGUNAAN BOM CLUSTER DALAM ARMED CONFLlCT DI TIMUR TENGAH...........................................................................................................................42 C. Defenisi bom cluster........................................................................................42 • Sejarah penggunaan Bom Cluster..........................................................42 • Jenis jenis Bom Cluster. ........................................................................44 • Negara Negara yang memproduksi dan mengembangkan Bom Cluster….......................................................................................51 D. Penggunaan Bom Cluster dalam konflik bersenjata di Timur Tengah............53 • Penggunaan Bom Cluster oleh Israel.....................................................54 • Penggunaan Bom Cluster dalam Perang Teluk......................................56 BAB IV ; BOM CLUSTER DAN KAITANNYA DENGAN PELANGGARAN HUKUM HUMANITER DI TIMUR TENGAH...............................................................58 D. Pelanggaran protokol tambahan dalam konvensi Jenewa dan konvensi konvensi lainya tentang penggunaan senjata konvensional tertentu(certain conventional weapon). ....................................................................................59 E. Dampak yang di akibatkan oleh Bom Cluster bagi rakyat sipil.......................60 F. Upaya upaya yang di lakukan dalam pencegahan penggunaan,pembuatan dan pengembangan Bom Cluster............................................................................63 BAB V : PENUTUP Kesimpulan dan Saran........................................................................................65 Daftar pustaka ....................................................................................................68 ABSTRAKSI
Manusia tidak akan pernah luput dari permasalahan dan konflik selama mnusia tersebut masih berfikir dan terus berfikir maka konflik tersebut akan tetap ada dalam diri manusia dan konflik tersebut berujung kepada peperangaan dan yang seperti kita ketahui seiring dengan perkembangan umat manusia pasti selalu di iringi dengan peperangan. Seiring dengan berkembangnya umat manusia maka semakin berkembang pula cara cara merumuskan tata cara berperang dan alat alat yang di pergunakan. Di mulai dari pada saat manusia berperang menggunakan batu sampai sekarang yang menggunakan senjata senjata canggih yang kian mematikan. Di samping perkembangan akan persenjataan yang makin moderen maka muncul pula peraturan peratura yang menyeimbangi dari pernggunaan suatu alat persenjataan seperti halnya Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
83 penggunaan bom cluster di mana senjata ini di kliam sebagai salah satu senjata tercanggih yang dapat memininalisir korban sipil dalam perang namun dalam kenyataanya malah senjata ini yang menyebabkan banyaknya korban sipil dalam perang.. di lain pihak peraturan mengenai bom tersebut secara khusus belumlah ada secara terperinci sehingga banyak Negara di dunia yang masih menggunakannya sampai pada saat ini. Kita dapat melihat contoh di daerah Irak, Lebanon selatan dan Afghanistan di mana daerah tersebut di pakai sebagai ladang uji coba akan senjata tersebut. Namun di satu sisi pengembangan akan senjata konvensional tersebut tidaklah di barengi dengan perkembangan hukum humaniter yang memadai hal ini dapat kita lihat dengan penggunaan bom cluster, dimana sampai sekarang masih kontroversial ada berbagai pendapat yang beranggapan bahwa senjata tersebut bukanlah salah satu inhumans weapon atau senjata yang tidak berprikemanusiaan namun faktanya di lapangan penggunaan bom tersebut jauh lebih berbahya di bandingkan dengan penggunaan ranjau darat. Selain itu yang menjadi permasalahan dan perumusannya ialah bahwa penggunaan akan bom tersebut juga telah menjadi perdebatan di berbagai negara terkait dengan penggunaannya.karena bahaya yang di timbulkan dari bom tersebut terbilang luar biasa hebatnya di bandingkan dengan penggunaan ranjau darat. Ini di karenakan bentuk dari anak bom cluster tersebut bentuknya seperti kaleng makanan dan kotak mainan sehingga rawan untuk di sentuh oleh anak anak. Di lihat dari latar penggunannya yang menjadi perdebatan ialah apakah bom tersebut termasuk dalam kategori Inhumans weapon ? apakah penggunaan akan bom
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
84 tersebut termasuk dalam kejahatan terhadap kemanusiaan? Dan apa sanksi sanksi yang dapat di jatuhkan kepada negara pengguna dan produsen dari bom tersebut Di lain pihak, sanksi sanksi yang ada belumlah secara khusus membahas tentang penggunaan akan bom cluster tersebut sehingga di perlukanlah suatu peraturan baru yang khusus membahas tentang penggunaan bom tersebut karena dari fakta yang ada di lapangan bahwa bom cluster tersebut sudah tergolong dalam senjata yang tidak berprikemanusiaan atau Inhumans Weapon dan penggunaanya merupakan salah satu dari pelanggaran terhadap kemanusiaan.dan sampai sekarang sanksi yang dapat di terapkan ialah melalui pendekatan peraturan terhadap penggunaan ranjau darat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang dan konflik bersenjata dari zaman ke zaman sudah menjadi suatu hal yang biasa bagi peradaban umat manusia karena selama masih adanya perbedaan perbedaan diantara manusia maka perang tersebut akan tetap ada. Ini dapat di lihat dari sejarah peradaban manusia dari awal sampai dengan sekarang. Pada saat zaman yunani romawi perang merupakan suatu alasan untuk mencari kemenangan, kehormatan dan kejayaan bagi negara yang juga merupakan cara untuk Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
85 menyebarkan pengaruh. Hal tersebut menjadi alasan orang untuk memulai peperangan. Pada saat masuknya ajaran samawi ke umat manusia alasan manusia untuk berperang kian bertambah dan serta merta menciptakan metode metode perang yang baru di mana menyangkut aturan aturan yang sudah menjadi kebiasaan pada saat perang seperti Just War 50 atau perang yang adil. Di dalam penerapannya dapat kita lihat di dalam peristiwa perang salib I dan II dimana perlindungan terhadap tawanan perang sudah menjadi kebiasaan. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi manusia berusaha untuk menciptakan dan mengembangkan alat-alat pembunuh. Bermula dari yang berupa kayu dan batu sampai dengan menggunakan senjata api. manusia pun juga
berusaha
mengembangkan senjata senjata yang mampu membunuh secara massal
contoh
pembuatan trebuchet atau yang lebih di kenal dengan altileri kuno abad pertengahan yang di gunakan untuk menghantam kota kota Negara yang berperang bahkan Negara turki pada masa perang salib mampu membuat senjata penyembur api. Dilain
pihak penggunaan senjata senjata tersebut juga di gunakan untuk
menjatuhkan moral tentara musuh hal tersebut terus berkembang pada sampai saat ini di mana pelombaan senjata di gunakan untuk menjatuhkan moral musuh. Dibalik itu semua adakah hukum yang mengatur tentang hukum perang dan tentang senjata senjata yang di larang dalam perang.? Hukum perang sudah di kenal pada saat zaman romawi yang sebut dengan statuta roma. Statuta roma juga mnyebutkan aturan aturan tentang perlindungan rakyat
50
Arlina Permana Sari, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional Committee of The Red Cross, Jakarta 1999, hal 1 Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
86 sipil di mana bahwa
apabila terjadinya suatu konflik maka para tentara tidak di
perbolehkan untuk menyerang warga sipil apabila ia bukan merupakan seorang partisan . Dan di dalam ajaran Islam tepatnya lagi di dalam Al Quran juga menyebutkan bahwa di mana apabila di dalam terjadinya keadaan perang maka orang tua ,wanita dan anak - anak wajib di lindungi terlebih dahulu dan tidak boleh di sakiti dan kedua hal tersebut telah menjadi pedoman bagi Negara Negara yang ada di dunia pada saat itu. Namun pada masa itu belum ada suatu perangkat peraturan yang mengatur tentang perang dan senjata senjata apa yang dilarang dalam perang. Pengarturan pelarangan penggunaan senjata senjata tertentu sama sekali belum pernah di buat secara terperinci sampai pada abad ke 19 Hal ini di karenakan perangkat perangkat pendukung seperti lembaga Henry Dunant yang mencetuskan tentang Palang merah Internasional belum terbentuk. Setelah terbentuknya lembaga ini dan juga di dukung oleh metode metode peperangan yang baru maka barulah di buat peraturan tentang pelarangan penggunaan senjata tertentu.seperti Declaration of St. Petersburg 1868, Hague Convention dan konvensi konvensi lainnya . Perkembangan Hukum Internasional juga semakin berkembang
seiring
perkembangan metode peperangan yang baru seperti azas peperangan di darat oleh Lieber yang di kenal dengan Lieber Code dan teknologi senjata baru yang kian mematikan dan berbahaya dimana banyak terdapat senjata senjata inhuman weapons atau senjata senjata yang tidak berprikemanusiaan dan yang menyebabkan penderitaan yang berkepanjangan dan penghancuran yang berlabihan. Perang sampai kapan pun akan terus menimbulkan penderitaan terutama bagi rakyat sipil hal ini terus terjadi dari masa kemasa di mana collateral damage dalam Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
87 perang tidak dapat di hindari lagi . tetapi bagaimana caranya
untuk meminimalisir
korban sipil dalam perang itulah berbagai alasan mengapa perlunya pengaturan tentang senjata senjata apa saja yang di perbolehkan dalam perang mengingat untuk meminimalisir korban sipil dalam perang Peperangan yang terjadi pada abad ke 20 dengan abad sebelumnya praktis berbeda jauh, dimana perang di nilai merupakan menjadi sarana tunggangan politik penguasa untuk mencapai keinginannya dan ambisi untuk menyebarkan pengaruh keseluruh dunia. Hal ini dapat kita lihat
pada akhir perang dunia ke dua dimana para
adidaya ussr dan amerika serta sekutunya menanamkan pengaruh mereka di Negara Negara yang mereka kalahkan. Bukti akan hal tersebut ini dapat kita lihat dengan kekalahan Jerman pada perang dunia ke II di mana Jerman terbagi akan dua dengan paham yang berbeda yaitu Jerman Barat dengan liberalis yang di usung oleh Amerika dan Jerman Timur dengan paham sosialis komunis yang di usung oleh Rusia hal ini meyakinkan kita bahwa Negara yang kalah mau tidak mau harus mengikuti alur politik dan paham yang di anut oleh Negara penakluk. Dan hal ini sejalan dengan pendapat “Karl Von clausewitz 51 yang menyebutkan bahwa perang bukanlah semata mata merupakan suatu tindakan politik melainkan merupakan suatu instrumen politik untuk pencapaian pencapaian tujuan tujuan tertentu”. Seperti halnya akan kepentingan politik bahwa maksud tertentu dan agenda tertentu dapat kita lihat pada invasi amerika ke irak pada tanggal 20 maret 2003 di mana
51
.Starke, J.G. Hukum Internasional 2; 1977 Opcit. Hal 35 Hukum Internasional 2
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
88 terdapat agenda agenda tersembunyi di dalam perang tersebut. Di mana dengan tanpa mandat PBB Amerika menginvasi Irak yang merupakan pelanggaran piagam Nuremberg dengan
dalih
pengembangan
senjata
pemusnah
massal
(Weapon
of
Mass
Destruction(WMD) ) yang tidak dapat di buktikan oleh AS. Ironis dengan apa yang dilakukan AS terhadap sekutu dekatnya di daerah Timur Tengah yaitu Israel yang terbukti memiliki ratusan bahkan ribuan senjata senjata yang berbahaya bagi kemanusiaan dan lingkungan. Seperti yang kita ketahui warisan dari perang dingin ialah munculnya senjata senjata baru yang lebih mematikan dan sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia dimana pembuatan akan senjata senjata tersebut di buat tanpa adanya pengawasan yang tegas oleh PBB seperti halnya bom bom gas, bakteriologi dan nuklir serta senjata senjata konvensional lainya yang menyebabkan penderitaan yang berkepanjangan. Walau pun telah ada peraturan peraturan tentang penggunaan senjata tersebut seperti yang tercantum dalam konvensi konvensi dan traktat traktat yang telah ada Agresi AS ke iraq memang serta merta melanggar kaedah kaedah dan peraturan peraturan hukum internasional dan mencoreng kredibilitas PBB karena perang tersebut bukanlah merupakan untuk membela diri hal ini bertentang dengan prinsip keputusan pengadilan Nuremberg dan Tokyo di mana bahwa tindakan tindakan perencaan persiapan prakarsa dan penyulutan perang ataupun agresi yang melanggar Traktat Traktat Internasional merupakan suatu kejahatan internasional dan melibatkan individu individu yang menggerakan peperangan itu sesuai yang tercantum di dalam Briand Kellog pact atau Paris Pact tahun 1928 Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
89 Dan yang lebih parahnya lagi AS dalam invasinya ke Irak menggelar seluruh aramada perangnya baik dari darat laut dan udara untuk menjadikan Irak tempat uji coba senjata senjata canggihnya .Tak tanggung tanggung total biaya milyaran dollar di curahkan untuk menggelar “Operation Iraqi Freedom 52”yang nota bene hanyalah sebagai sarana ladang pembantaian AS setelah Vietnam. Dalam operasi militer ini Amerika mengerahkan seluruh arsenal konvensional mereka termasuk senjata pemusnah masal konvensional seperti bom pintar JDAM(joint direct attack munition ),BLU-828 Daisy cutter, BGM 109 Tomahawk, MOAB(massive ordinance air blast)dan BLU-97/B Cluster Bomb 53. Semua arsenal tadi merupakan ancaman yang sangat serius apa bila terjadi salah sasaran dan mengenai rakyat sipil yang tak berdosa dan hal yang di takutkan tersebut terjadi sampai saat detik ini di negeri 1001 malam tersebut. Seperti yang kita ketahui dalam Protocol Tambahan dalam Konvensi Jenewa 1949 54 yaitu 4. protocol I tentang non-detectable fragments 5. protocol II tentang prohibition or restriction on use of mines bobby trap and other device 6. protocol III tentang prohibition or restriction on the use of incendiary weapons. Protkol ini menyatakan secara tegas menentang penggunaan senjata senjata yang termasuk di dalam katagori protocol tersebut dan pada point III juga menambahkan bahwa larangan penggunaan senjata dan metode peperangan atau armed conflict yang 52
Sontani, Roni, Angkasa no.7 April 2003 th.XIII:’Perang Irak gelar senjata pemusnah AS”hal.18. Aviantara, Dodi, Angkasa no.7 April 2003 th.XIII’Sang Penebar Maut’.hal..20-21 54 add protocol Geneva convention 1977 53
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
90 menyebabkan kerusakan hebat dan yang tidak selayaknya dan menambahkan suatu larangan tersebut penggunaan metode metode atau cara yang di maksudkan atau di harapkan akan menimbulkan kerusakan luas berjangka waktu lama dan dahsyat terhadap lingkungan alam (pasal 35) Diantara jenis bom yang di gunakan oleh AS yang paling berbahaya BLU – 97/B Cluster munitions karena merupakan salah satu bom yang paling berbahaya.bagi kemanuisiaan mengapa bom tersebut di katagorikan sebagai ancaman bagi kemanusiaan .karena bom tersebut bersifat multi fungsi dan bentuknya yang tersamar samara sehingga sulit di bedakan 55. Bom cluster ini apabila di jatuhkan maka pada ketinggian tertentu antara 300 sampai dengan 3000 kaki maka ia akan pecah menjadi beberapa bagian bagian bom yang ukuranya sangat kecil namun memtikan. Secara teorinya bom tersebut akan meledak apabila mencapai tanah namun di dalam kenyataanya hanya lima persen saja yang meledak apabila menyentuh tanah dan bom bom kecil yang tidak meledak tadi akan beralih fungsi menjadi ranjau. Hal tersebut merupakan manjadi ancaman yang sangat serius bagi rakyat sipil .Ini terbukti dengan laporan bahwa kematian sipil dalam perang Irak tahun 2003 salah satunya berasal dari Bom ini. Apalagi AS dan sekutunya mengunakan bom ini untuk menghantam sasaran militer yang terletak di kota seperti Baghdad yang padat penduduk. Tak hanya Iraq, rakyat sipil Lebanon juga merasakan dampak dari penggunaan bom tersebut dalam konflik bersenjata antara Israel dan Hizzbullah tahun 2006 lalu.
55
http://en.wikipedia.org/wiki/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
91 Walaupun konflik antara Lebanon dan Hizzbullah telah usai untuk saat ini tetapi bahaya yang di timbulkan dari konflik tersebut masih menghantui warga sipil Lebanon. Ini karena sisa sisa dari bom cluster yang tidak meledak yang di jatuhkan oleh pesawat tempur F-16 Israel beralih fungsi menjadi ranjau darat yang bentuknya tersamarkan sehingga tidak dapat di deteksi secara nyata Atas dasar inilah perlu adanya diadakan suatu regulasi baru yang mengikat untuk melindungi rakyat sipil dari ancaman penggunaan senjata senjata berbahaya seperti bom ini dengan di bentuknya lembaga Arms control. Arms control merujuk pada suatu tindakan pengaturan yang di akui hanya dalam hal hal arahan arahan khusus mengenai penyebaran , penghapusan, pengurangan atau pembatasan dan larangan pembuatan beberapa jenis senjata tertentu berkaitan dengan hal tersebut tujuan dari arms control ini adalah unutk memulihkan keseimbangan .penagkalan atau untuk mengurangi resiko resiko jatuhnya korban sipil dalam perang dengan jumlah yang sangat banyak. Ini juga di perkuat dengan instrument Hukum Humaniter yaitu tiga Protocol tambahan dalam Konvensi Jenewa 1949 yakni Protokol I, II dan III yang melarang penggunaan penggunaan senjata senjata yang akibatnya mencelakai dengan pecahan pecahan , ujung yang tidak dapat di deteksi dan juga masalah pengguaan dalam ranjau dalam perang . Namun di dalam konflik bersenjata hanya sebahagian saja yang efektif dari peraturan ini.Seorang pakar bernama W.J Fenrick 56 dalam tulisanya “new developments in the concerting the use of conventional weapons in armed conflict”menyebutkan bahwa
Haryomataram, KGPH. Pengantar Hukum Humaniter. Rajawali Press, Jakarta 2005.Opcit hal4 Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
92 konvensi dan protocol tambahan tersebut memiliki sedikit dampak terhadap penggunaan efektif senjata-senjata konvensional modern. Seperti halnya penggunaan bom cluster oleh AS Israel dan negara negara lainya yang masih menggunakan bom tersebut, mengingat dampak yang di timbulkan dari penggunaan tersebut dapat membahayakan rakyat sipil B.Rumusan Masalah Pandangan dari sumber sumber Hukum Humaniter dan hukum Internasional tentang penggunaan senjata senjata berbahaya atau inhuman weapons ? 4. Apakah Bom Cluster dapat di katagorikan sebagai Inhumans Weapon ? 5. Apakah penggunaan bom cluster termasuk dalam kejahatan terhadap kemanusiaan ? 6. Sanksi sanksi apa saja yang dapat di jatuhkan kepada negara negara yang memproduksi dan menggunakan bom cluster tersebut terkait dengan pelanggaran konvensi konvensi tentang penggunaan senjata konvensional tertentu?
C.Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengertian umum, latar belakang, serta sumber sumber umum dari Hukum Humaniter dan hukum internasional tentang penggunaan bom cluster sehingga bom cluster dapat di kategorikan sebagai senjata inhumans weapon atau tidak.. 2.. Untuk mengetahui apakah penggunaan bom cluster dapat di katagorikan sebagai pelanggaran atas kemanusiaan.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
93 3. Untuk mengetahui sanksi-sanksi yang dapat di jauthkan kepada negara negara produsen dan pengguna dari Bom Cluster serta penanggulannya pasca konflik. D. Manfaat Penelitian Dalam skripsi ini manfaatnya ialah membuat kita sadar akan berbagai jenis pelanggaran yang di lakukan dengan menggunakan senjata konvensional dan tidak terpaku hanya pelanggaran kemanusiaan dengan menggunakan senjata biologis. Di lain pihak dengan seiring perkembangan zaman yang moderen diharapkan kita para mahasiswa dapat lebih peka untuk menilai akan sesuatu hal yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap kemanusiaan tertutama tentang perkembangan senjata konvensional yang sekarang ini perkembangannya daya hancur dan efeknya hampir sama dengan bom nuklir atau senjata biologis lainnya D1.Manfaat Teoritis Di dalam penelitian ini manfaat teoritis yang dapat kita ambil ialah bahwa pengguanaan akan bom cluster adalah suatu hal yang baru dan merupakan salah satu dari penggunaan senjata konvensional yang berbahaya. Ini juga menjadi menambah wawasan dan pengetahuan khususnya di bidang Hukum Internasional khususnya mengenai Humaniter dimana perkembangan senjata konvensional saat ini sudah sangat memprihatinkan sehingga perlu untuk menambah wawasan kita mengenai perkembangan senjata konvensional. Penelitian ini juga berguna bagi para pakar Hukum Internasional khususnya Hukum Humaniter dalam merumuskan suatu perangkat hukum baru di bidang Humaniter D.2 Manfaat Praktis
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
94 Manfaat praktis dari penelitian ini ialah sebagai pedoman awal bagi para pembaca dan ahli militer dalam menerapkan suatu peralatan persenjataan di mana perkembangan akan senjata konvensional yang kian dinamis dan berkembang secara pesat yang membutuhkan kepekaan atas permasalahan penggunaan bom cluster ini. Hal ini di karenakan penggunaan akan bom ini dilapangan masih terbilang tergolong baru dan merupakan senjata yang kontroversial dan juga menjadi satu tolak ukur awal di dalam penerapannya terkait pelanggaran akan kemanusiaan yang di akibatkan oleh penggunaan bom tersebut di lapangan.. E. Keaslian Penelitian Dalam pembuatan skripsi ini penulis mengambil judul tersebut di karenakan bahwa penggunaan bom cluster ialah merupakan salah satu alat persenjataan moderen yang merupakan salah satu senjata konvensional yang sangat berbahaya terhadap kemanusiaan. Adapun penulis mengambil juduk tersebut di karenakan penggunaan akan bom cluster tersebut merupakan hal yang baru dan belum ada yang membahas akan hal ini di Fakultas Hukum Universits Sumatera Utara. Dan di dalam penulisan skripsi ini penulin menggambil pembahasan tentang bom Cluster di karenakan Bom tersebut merupakan salah satu senjata yang anti kemanusiaan. Dan adapun skripsi ini di buat ialah untuk menambah wawasan serta ilmu bagi semua pembacanya. F. Tinjauan Kepustakaan Penelitian ini di lakukan atas dasar latar belakang bahwa Bom Cluster Tersebut penggunaanya masih baru dan terbilang kontroversial. Bom tersebut menjadi kontroversial di karenakan sisterm kerjanya yang bisa berubah ubah yakni dari bom biasa lalu pecah menjadi beberapa anak bom dan yang menjadi perhatian serius ialah bahwa Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
95 tidak semua anak bom tersebut meledak jika menyentuh tanah dan anak bom tersebut beralih fungsi menjadi ranjau darat 57. Seperti yang kita ketahui penggunaan akan ranjau darat telah dilarang hal ini dapat kita lihat di dalam beberapa konvensi seperti Konvensi Jenewa Protokol Tambahan tahun 1977 serta Konvensi PBB mengenai Senjata Konvensional Tertentu(UNCCWUnited Nation Convention on Certain Conventional Weapon) dimana penggunaan bom tersenbut secara terang-terangan telah melanggar poin poin penting yang ada didalam Konfensi tersebut yakni tentang penggunaan senjata yang mengakibatkan penderitaan yang tidak perlu, non detectable fragement, dan perusakan yang secara berlebihan 58. Selain itu yang menjadi permasalahan dan perumusannya ialah bahwa penggunaan akan bom tersebut juga telah menjadi perdebatan di berbagai negara terkait dengan penggunaannya.karena bahaya yang di timbulkan dari bom tersebut terbilang luar biasa hebatnya di bandingkan dengan penggunaan ranjau darat. Ini di karenakan bentuk dari anak bom cluster tersebut bentuknya seperti kaleng makanan dan kotak mainan sehingga rawan untuk di sentuh oleh anak anak 59. Di lihat dari latar penggunannya yang menjadi perdebatan ialah apakah bom tersebut termasuk dalam kategori Inhumans weapon ? apakah penggunaan akan bom tersebut termasuk dalam kejahatan terhadap kemanusiaan? Dan apa sanksi sanksi yang dapat di jatuhkan kepada negara pengguna dan produsen dari bom tersebut.
57 58
http://www.stopclustermunitions.org/info.asp?c=14&id=28, Ibid
59
www.icrc.com/ihl/weapon/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
96 Di dalam penelitian ini walupun belum ada yang secara khusus membahas peraturan tentang penggunaan bom cluster, penulis mengambil beberpa perangkat peraturan yang mendekati dengan pelanggaran yang di akibatkan oleh penggunaan bom cluster yaitu ; 7. Protocol of St.Petersburg 1868 8. Hague Convention 1899-1907 9. Konvensi Jenewa 1949 dan protokol tambahan I s/d V 1977 10. Convention of Certain Conventional Weapons 1980 11. Ottawa Treaty 1997 Convention on The Prohibition of The Use, Stockpiling Production and Transfer of Anti Personnel Mines and on Their Destruction 12. Statuta Roma 1998 Dan penelitian ini juga menggambil sampel dari status dampak yang terjadi di daerah Timur Tengah di mana penggunaan akan bom tersebut sangat sering di gunakan dalam pertikaian yang ada di daerah tersebut data data yang di peroleh dari penelitian ini di dapat melalui media elektronik,media cetak buku dan beberapa referensi dari buku terkait mengenai senjata konvensioanal tertentu yaitu ; 9. Kusumaatmadja, Mochtar, Konvesi Jenewa tahun 1949 Mengenai Perlindungan Korban perang, Bandung: Binacipta, 1968 10. Kusumaatmadja, Prof . Mochtar. Mochtar
Kusumaatmaja, Hukum
Internasional Humaniter dalam Pelaksanaan Dan Penerapannya di Indonesia,Bancipta Bandung;1980 11. Starke, J.G. Hukum Internasional 2; 1977 Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
97 12. The Iraq War's Civilian Toll,” Weekend All Things Considered, National Public Radio, Washington, D.C.;2007 13. Parthiana, I Wayan, Pengantar Hukum Internasional, Madar Maju. Bandung ;2003 14. Permanasari Arlina, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional Committee of The Red Cross, Jakarta 1999, 15. Peter Gasser, Hans, International Humanitarian Law, Henry Dunant Institute, Geneva;1993 16. Pictet, Jean. Development and Principles of International Humatarian Law. Dalam skripsi ini penulis juga mendapatkan informasi sekitar bom cluster ini dari sumber yang ada di dalam Departemen Luar Negeri. G. Metode Penelitian. Dalam menyelesaikan suatu penulisan karya ilmiah di pakai suatu metode dalam menyimpulkan fakta fakta sebagai sarana penunjang ataupun sebagai landasan teori suatu tulisan ilmiah . Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan
atau library research yaitu dengan menggumpulkan
dan
mengambil dan mengambil bahan bahan dari teori teori maupun intisari dari tulisantulisan para ahli yang berkompeten di bidangnya yang tertuang dalam buku –buku yang berupa karangan ilmiah artikel artikel di majalah maupun surat kabar ataupun tabloidtabloid. Penulis juga banyak mengambil dan memakai beberapa artikel artikel
dari
internet yang berhubungan dengan skripsi ini serta penulis juga mengambil atau memakai konvensi konvensi yang bersifat internasional. Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
98 H.Sistematika penulisan. Dalam menyusun skripsi ini penulis membaginya dalam 5 bab dimana setiap bab memiliki sub-sub bab yang akan menguraikan secara rinci isi dari tulisan bab perbab tersebut. Adapun sistematika bab perbab tersebut adalah : Bab I di buat dengan judul pendahuluan di mana di bab ini penulis akan membuka apa yang mendasari dari isi skripsi ini, untuk mengurainya penulis membagi dalam beberapa sub bab yaitu : A. Latar belakang B. Perumusan masalah C. Tujuan penulisan D. Manfaat penulisan E Keaslian penulisan F Tinjauan kepustakaan G. Metode Penelitian H. Sistematika penulisan Bab II di buat dengan judul Tinjauan umum hukum humaniter yang terdiri dari 4 sub bab yaitu : E. Pengertian hukum humaniter. F. Sejarah dan perkembangan hukum humaniter G. Sumber sumber hukum humaniter H. Mekanisasi penegakan hukum humaniter internasional Bab III di buat dengan judul tinjauan umum tentang penggunaan bom cluster dalam konflik di timur tengah yang terdiri dari 3 sub bab yaitu: A.. Defenisi Bom Cluster. 4. Sejarah penggunaan bom cluster. Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
99 5. Jenis – jenis bom cluster 6. Negara-negara yang memproduksi dan menggembangkan bom clustrer. B. Penggunaan Bom Cluster di Timur – Tengah. 3. Penggunaan Bom Cluster oleh Israel 4. Penggunaan Bom Cluster dalam Perang Teluk Bab IV Dibuat dengan
judul Penggunaan Bom Cluster Dan hubungannya
dengan pelanggara humaniter di timur tengah yang terdiri dari 3 sub bab yaitu: D. Peraturan tentang penggunaan senjata senjata dalam perang yang di akui oleh dunia. E. Dampak yang di akibatkan oleh bom cluster bagi rakyat sipil F. Pelanggaran protokol tambahan dalam konvensi Jenewa tentang penggunaan senjata berbahaya oleh AS dan Israel dalam konflik Timur Tengah Upaya upaya yang di lakukan oleh beberapa negara dalam pencegahan dan penghapusan bom Cluster Bab V di buat dengan tulisan : kesimpulan dan saran yang terdiri dari dua sub bab yaitu kesimpulan dan saran penulis untuk menutup skripsi ini. BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM HUMANITER A. Pengertian Hukum Humaniter Peperangan merupakan suatu fenomena yang telah ada sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mau tidak mau ataupun suka tidak suka harus diterima sebagai Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
100 sesuatu dari bagian kehidupan manusia di dunia ini, perang juga menunjukkan bahwa telah terjadi suatu interaksi atau hubungan antara manusia di bumi ini. Jika dilihat dari kacamata Hukum Internasional, perang juga merupakan salah satu cara penyelesaian sengketa-sengketa Internasional. Menurut Hukum Internasional ada dua cara penyelesaian sengketa internasional, yaitu penyelesaian sengketa secara damai (Pepaceful settlement of disupute) dan penyelesaian sengketa dengan kekerasan (Settlement of dispute by coercive means). 60 Suatu peristiwa dapat dikategorikan sebagai suatu keadaan perang, menurut Fadillah Agus adalah apabila telah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :61 3
Adanya konflik yang menggunakan kekuatan bersenjata di suatu wilayah.
4
Intensitas penggunaan kekuatan bersenjata cukup tinggi dan terorganisir.
Istilah
atau
penyebutan Hukum Humaniter
atau
lengkapnya
disebut
Internasional Humanitarian law applicable in armed conflict berawal dari istilah Hukum perang (Laws of War), yang kemudian berkembang menjadi hukum sengketa bersenjata (Laws of Armed Conflict), yang akhirnya pada saat ini baisa dikenal dengan istilah Hukum Humaniter. G.P.H Haryomataram membagi Hukum Humaniter menjadi dua aturanaturan pokok, yaitu : 62
60
Fdillah Agus, Bentuk-bentuk sengketa bersenjata, dalam buku (Hukum Humaniter suatu perspektif, editor Fadillah Agus, Pusat Studi Hukum Humaniter Universitas Trisakti dengan Internasional Committee of The Red Cross, Jakarta 1997, Hal 1. 61 Ibid, Hal 3. Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
101 3.
Hukum yang mengatur mengenai cara dan alat yang boleh dipakai untuk berperang (Hukum Den Haag / The Hague Laws).
4.
Hukum yang mengatur mengenai perlindungan terhadap kombatan dan penduduk sipil dari akibat perang (Hukum Jenewa / The Geneva Laws). Sedangkan
menurut
pendapat
ahli
lainnya
yaitu
Muchtar
Kusumaatmaja, 63 Hukum Perang itu dapat dibagi sebagai berikut: 3) Jus ad bellum, yaitu Hukum tentang perang, mengatur tentang dalam hal bagaimana Negara dibenarkan menggunakan kekerasan bersenjata. 4) Jus in bello,
yaitu Hukum yang berlaku dalam perang, dan ini dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Hukum yang mengatur cara dilakukannya perang (Conduct of War). Bagian ini biasanya disebut The Hague Laws. b. Hukum yang mengatur perlindungan orang-orang yang menjadi korban perang. Ini lazimnya disebut The Geneva Laws. Sedangkan defenisi Hukum Humaniter Internasional yang diberikan oleh F. Sugeng Istanto adalah keseluruhan ketentuan hukum, yang merupakan bagian dari hukum internasional publik yang mengatur tingkah laku manusia dalam pertikaian
62
Haryomataram, Sekelumit Tentang Hukum Humaniter, Sebelas Maret University Press, Surakarta, 1994, Hal 1. 63 Arlina Permana Sari, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional Committee of The Red Cross, Jakarta 1999, hal 1 Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
102 bersenjata yang didasarkan pada pertimbangan kemanusiaan dengan tujuan melindungi manusia. 64 Semula istilah-istilah yang sering dipergunakan adalah Hukum Perang. Akan tetapi karena istilah perang tidak terlalu disukai, yang mungkin disebabkan oleh trauma yang berkepanjangan akan perang dunia ke II yang telah menelan banyak korban, baik itu pihak sipil maupun pihak militer, maka dilakukan upaya-upaya untuk menghindarkan dan bahkan meniadakan perang. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut antara lain melalui: Pembentukan LBB (Liga Bangsa-Bangsa) Karena para anggota organisasi yang terdiri dari bangsa-bangsa yang ada dunia ini sepakat untuk menjamin perdamaian dan keamanan, maka para anggota menerima kewajiban untuk tidak memilih jalan perang, apabila mereka terlibat dalam suatu permusuhan. Pembentukan Kellog-Briand pact Kellog-Briand Pact disebut juga dengan Paris Act 1928. Anggota-anggota dari perjanjian ini menolak atau tidak mengakui perang sebagai alat ppolitik nasional dan mereka sepakat akan mengubah hubungan mereka hanya dengan jalan damai. Pengertian
Internasional
Armed
Conflict
Commentatary Konvensi Jenewa 1949, sebagai berikut:
65
dapat
diketemukan
dalam
any difference arising between
two states and leading to the intervention of members of the armed confilct within the
64
F. Sugeng Istanto, Penerapan Hukum Humaniter Internasional pada orang sipil dan perlindungannya dalam pertikaian bersenjata. Makalah pada seminar Nasional tentang palang merah internasional dalaml peritkaian bersenjata non-internasional, Ujung Pandang, 12-13 Maret 1979. 65 Jean S. Pictet et. Al, Commentary II Geneva Convention, ICRC, Geneva, 1960, P. 28, seperti dikutip oleh Fadillah Agus , Op. Cit Hal 4. Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
103 meaning of article two (2), even if one of the parties denies the existence of state of war. It makes no difference how long the conflict lasts, or how much slaughter takes place. Jika di dalam Konvensi Jenewa yang dikategorikan sebagai sengketa bersenjata internasional adalah sengketa bersenjata yang terjadi antar negara, maka dalam Potocol I (I0 Thn 1977 terdapat perkembangan yang menarik dimana CAR conflict juga termasuk dalam sengketa bersenjata internasional. Adapun yang dimaksud dengan CAR Conflict atau yang lebih dikenal dengan nama War of national Liberation, ini adalah fighting against colonial domiration; alien occupation; and against racist regime. 66 Dapat dikatakan bahwa ketentuan ini merupakan suatu perubahan yang mendasar, dimana didalamnya yang tercakup sengketa bersenjata tidak hanya melibatkan antar negara saja, akan tetapi dapat juga dilakukan oleh suatu bangsa (peoples) yang belum mempunyai atau belum memenuhi syarat-syarat sebagai suatu Negara. Sikap
untuk
menghindari
peperangan
berpengaruh
dalam
perubahan
penggunaan istilah, sehingga mengakibatkan istilah Hukum Perang berubah menjadi Hukum Sengketa Bersenjata (Laws of Armed Conflict). Mengenai hal ini Edward Kossoy67 Berpendapat : “ The term of armed conflict tends to replace at least in all relevant legal formulation, the older nation of war. On purely legal consideration the replacement for war by ‘ Armed Conflict’ seems more justified and logical” Istilah hukum sengketa bersenjata (Law of Armed Conflict) dapat dikatakan sekarang ini sebagai pengganti Hukum perang (Law of War) banyak dipakai dalam
66
Pasal 1 ayat (4) Protokol I 1977.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
104 konvensi-konvensi Jenewa 1949 dan kedua protocol tambahannya. Dalam perkembangan selanjutnya, yaitu pada awal permulaan abad ke-20, diusahakan untuk mengatur cara-cara berperang, yang isi dari konsepsi-konsepsinya banyak dipengaruhi oleh asa kemanusiaan (Humanity Principle). Dengan adanya perkembangan baru ini, maka istilah Hukum sengketa bersenjata mengalami perubahan lagi, yaitu dalam hal ini diganti dengan istilah Hukum Humaniter Internasional yang berlaku dalam sengketa bersenjata atau biasa disebut (International Humanitarian Law Applicable in Armed Conflict) dan sering juga disebut Hukum Humaniter Internasional (International Humanitarian Law). Walaupun memiliki istilah-istilah tersebut pada dasarnya memiliki arti yang sama. Dalam kajian kepustakaan Hukum Internasional istilah Hukum Humaniter merupakan suatu istilah yang dianggap masih relatif baru, istilah ini baru lahir sekitar tahun 1970-an, ditandai dengan diadakannya Conference of Government Exper on the Reaffimation and Development in Armed Conflict pada tahun 1971. Selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya yaitu tahun 1974, 1975, 1976, dan seperti 1977 diadakanlah suatu konfrensi yang bertajuk Diplomatic Conference on the Reaffirmation and Development of International Humanitarian Law Applicate in Armed Conflict. Sebagai bidang kajian baru dalam wacana Hukum Internasional, maka terdapat berbagai macam rumusan-rumusan atau defenisi mengenai Hukum Humaniter ini yang dibuat oleh para pakar yang berkompeten dengan ruang lingkup Humaniter itu sendiri. Rumusan-rumusan yang diberikan pada dasarnya hampir
sama namun beda
penyampaiannya saja, diantaranya :
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
105 Jean Pictet menyatakan bahwa 68 “International Humanitarian Law in the wide sense is Constitutional legal provison, whether written and customary, ensuring respect for individual and his well being”. Lain pula halnya dengan Geza 69 yang merumuskan Hukum Humaniter Internasional dalam defenisinya sendiri yaitu: “Part of the rules of public international law which serve as the protection of individuals in time of armed conflict. Its place is beside the norm of warfare it is closely related to them but must be clearly distinguish from these its purpose and spirit being different”. Sedangkan Muchtar Kusumaatmaja 70 Humaniter itu adalah :
mengemukakan bahwa Hukum
“Bagian dari hokum yang mengatur ketentuan-ketentuan
perlindungan korban perang, berlainan dengan hokum perang yang mengatur perang itu sendiri dan segala sesuatu yang menyangkut cara melakukan perang itu sendiri. Ebsjorn Rosenbland, 71 merumuskan bahwa Hukum Humaniter Internasional dengan mengadakan pembedaan antara: The Law Of Armed Conflict, berhubungan dengan : Permulaan dan berakhirnya pertikaian Penduduk wilayah lawan Hubungan pihak bertikai dengan negara netral Sedangkan Law of Warfare, ini antara lain mencakup : 4. Metoda dan sarana perang
68
Pictet, The Principles of International Humanitarian Low, dalam Arlina Permana Sari, Ibid Hal 9 Geja Herzegh, Recent Problem Of Interntional Humanitarian Law, dalam Ibid. 70 Mochtar Kusumaatmaja, Hukum Internasional Humaniter dalam Pelaksanaan Dan Penerapannya di Indonesia, 1980, dalam Ibid. 71 Ibid, Hal 10 69
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
106 5. Status kombatan 6. Perlindungan yang sakit, tawanan perang dan rang sipil. Panitia tetap (Pantap) Hukum Humaniter, Departemen Hukum dan Perundangundangan merumuskan sebagai berikut 72 : “ Hukum Humaniter sebagai keseluruhan asas, kaidah dan ketentuanketentuan Internasional baik tertulis maupun tidak tertulis yang mencakup Hukum Perang dan Hak Asasi Manusia, bertujuan untuk menjamin penghormatan terhadap harkat dan martabat seseorang”. Dengan melihat, memperhatikan serta mencermati pengertian dari kesemua defenisi-defenisi yang telah diungkap oleh para ahli diatas, maka rung lingkup dari Hukum Humaniter dapatlah kita dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok aliran luas, kelompok aliran tengah dan kelompok aliran sempit. Jean Pictet misalnya, ia pada dasarnya penganut pengertian Hukum Humaniter dalam arti pengertian yang luas, yaitu bahwa Hukum Humaniter mencakup baik Hukum Jenewa, Hukum Den Haag dan Hak Asasi Manusia. Sebaliknya dengan Geza Herzegh yang menganut aliran sempit, dimana menurut pendapatnya Hukum Humaniter hanya menyangkut Hukum Jenewa. Sedangkan Starke dan Haryomatoram yang defenisinya tidak diurai disini menganut aliran tengah dimana mereka menyatakan bahwa Hukum Humaniter terdiri atas Hukum Jenewa dan Hukum Den Haag 73. B. Sejarah dan perkembangan Hukum Humaniter
72 73
Ibid Permanasari. Arlina.pengantar Hukum Humaniter”.ICRC. Jakarta 1999 hal 22
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
107 Hampir tidak mungkin bagi siapa pun juga untuk memberi bukti dokumenter kapan dan dimana aturan-aturan mengenai Hukum Humaniter ini pertama kali timbul, dan tentunya akan lebih sulit lagi untuk menyebutkan “Pencipta” atau “penggagas” dari Hukum Humaniter tersebut. Sekalipun dalam bentuknya yang sekarng relatif baru, Hukum Humaniter Internasional atau Hukum Sengketa bersenjata, atau juga Hukum Perang, memiliki suatu sejarah yang sangat panjang. Bahkan Hukum ini sama tuanya dengan perang peradapan manusia, dan perang sama tuanya dengan kehidupan manusia di bumi. 74 Sampai kepada bentuknya yang sekarang, Hukum Humaniter Internasional telah mengalami perkembangan-perkembangan yng sangat penjang, dalam rentang waktu yang sangat panjangitu telah banyak upaya-upaya yang dilakukan untuk memanusiawikan perang. Selama masa tersebut terdapat usaha-usaha untuk memberikan perlindungan kepada orang-oarang dari kekejaman perang dayan perlakuan semena-mena dari pihakpihak yang terlibat perang. Upaya-upaya tersebut, yang sering sekali mengalami pasang surut, juga mengalami hambatan-hambatan yang cukup berarti serta kesulitan-kesulitan sebagaimana akan tergambar dalam uraian-uraian berikut ini. Disini penulis akan membagi periode perkembangan Hukum Humaniter ke dalam beberapa era sebagai berikut;
B.1. Perkembangan Pada Zaman Kuno Pada zaman atau masa peradapan ini para pemimpin militer baisanya memerintahkan pasukan mereka untuk menyelematkan musuh yang tertangkap, 74
Ibid hal 1
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
108 memperlakukan mereka dengan baik, kemudian juga menyelamatkan penduduk sipil musuh dan pada waktu penghentian permusuhan makan pihak-pihak yang berperang biasanya
bersepakat untuk memperlakukan tawanan perang dengan baik. Sebelum
peperangan dimulai, maka kedua belah pihak akan saling memberi tanda peringatan terlebih dahulu. Lalu untuk menghindari luka yang berlebihan maka ujung panah tidak akan diarahkan ke hati. Dengan segera setelah ada yang terbunuh atau terluka, pertempuran akan berhenti selama 15 hari. Gencatan senjata semacam ini sangat dihormati, sehingga para prajurit dikedua pihak ditarik dari medan pertempuran. Juga dalam berbagai peradapan besar dalam rentang tahun 3000 s/d 1500 SM upaya-upaya seperti itu berjalan terus, hal ini dikemukakan oleh Pictet, antara lain sebagai berikut
75
:
Didalam adab dan kebiasaan Bangsa-bangsa Sumeria, perang sudah menjadi semacam lembaga yang telah teroganisir tentang segala sesuatunya. Ini ditandai dengan adanya pernyataan perang bila ingin atau telah disepakati untuk berperang, juga dilakukan arbitrasi dalam masalah yang berkaitan dengan perang, serta memperlakukan kekebalan bagi utusan musuh dan mengadakan perjanjian-perjanjian perdamaian. Demikian juga dengan kebudayaan Mesir Kuno, sebagaimana yang disebutkan dalam “Seven Works of True Mercy”, bahwa pada peperangan dimasa itu ada perintah dari pimpinan militer untuk memberikan makanan, minuman, pakaian, dan perlindungan kepada pihak musuh, juga perintah untuk merawat musuh yang sakit, dan menguburkan yang mati. Perintah lain yang dianggap terlalu klise adalah pada masa itu ada perintah
75
Pictet, Jean. Development and Principles of International Humatarian Law.Henry Dunant Institute 1985 hal 7 Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
109 yang menyatakan “anda juga harus memberikan makanan kepada musuh anda”. Seorang tamu, bahkan musuh pun tak boleh diganggu, demikian kira-kira prinsip mereka pada masa itu. Hampir serupa juga dengan yang terjadi pada bangsa Hittite, dalam melakukan peperangan mereka benar-benar menggungkan cara-cara yang sangat manusiawi. Hukum yang mereka miliki didasarkan atas keadilan dan integritas mereka. Mereka biasanya menandatangani pernyataan atau traktat pada saat akan memulai peperangan. Para penduduk yang menyerah, yang berasal dari kota, tidak diganggu. Kota-kota dimana para penduduknya melakukan perlawanan akan di tindak secara tegas. Namun ini merupakan pengecualian terhadap kota-kota yang dirusak dan penduduknya dibantai atau dijadikan budak. Kemurahan hati mereka sangat jauh berbeda dengan bangsa Assiria yang juga memiliki kekuatan saat itu, dimana bangsa ini terkenal dengan kekejamannya dalam merebut kemenangan. Sedangkan sistem perang pada peradapan di India sebagaimana yang tercantum dalam syair kepahlawanan Mahabatra dan Undang-Undang Manu, 76 bahwa para Satria dilarang untuk membunuh musuh cacat, yang sudah menyerah, dan yang luka-luka sehingga harus dipulangkan kerumah mereka setelah diobati. Selain itu ada larangan untuk mengarahkan senjata dengan sasaran menusuk ke hati juga tidak boleh menggunakan panah beracun dan panah api, telah adanya pengaturan mengenai penyitaan hak milik musuh dan syarat-syarat bagi penahanan para tawanan, juga mengenai dilarangnya pernyataan tidak menyediakan tempat tinggal. 76
Kitab Undang-undang Manu merupakan kitab undang-undang tertua yang ada di India yang dipakai sebagai dasar untuk melaksanakan hubungan dengan negara-negara lain, serta berisi cerita tentang saksi yang akan dijatuhkan kepada seseorang yang tidak memiliki perintah Raja.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
110 Sedangkan dalam espos sejarah peperangan di Indonesia pada masa lampau dapat kita lihat beberapa kebiasaan nenek moyang kita dalam melaksanakan hukum perang itu. Kebiasaan dan Hukum perang itu terbagi dalam beberapa periode yaitu : Periode pra-sejarah, periode Klasik, dan periode Islam. Praktek dari kebiasaan dan hukum perang yang dilakukan mereka biasanya tentang adanya suatu pernyataan perang diantara pihak-pihak yang berperang. Kemudian tentang perlakuan terhadap tawanan perang, larangan untuk menjadikan wanita anak-anak sebagai sasaran perang, dan juga tentang pengaturan untuk mengakhiri perang. Dalam sebuah prasasti yang ditemukan di Sumatera Selatan (Prasasti Talang Tuo) misalnya, berisikan berita Raja yang memuat tentang kutukan dan Ultimatum. Jadi bagi mereka yang melawan perintah Raja, akan diserang oleh Bala tentara Raja. Begitu pula pada masa kerajaan Gowa diketahui adalanya perintah raja yang memerintahkah memperlakukan tawanan perang dengan baik. B.2.
Perkembangan Pada Zaman Abad Pertengahan Perkembangan Hukum Humaniter pada zaman abad pertengahan ini banyak
dipengaruhi oleh ajaran-ajaran dari berbagai Agama. Dari agama Kristen, agama Islam, juga dari ajaran-ajaran filosofi kesatrian. Dalam agama Kristen diajarkan system perang yang menyumbangkan banyak ide bagi terciptanya konsep “Perang yang Adil” atau Just War. Sedangkan dalam Islam ajaran perang tercantum dalam Kitab suci agama Islam “Al-Quran” dimana didalam surah AL-Baqarah: 190, 191, Surah Al-Anfal: 39, Surah Al-Taubah: 5, Surah Al-Haj: 39, dijelaskan secara gamplang apa dan bagaimana kedudukan perang dalam Islam, dimana secara garis besar dijelaskan bahwa dalam Islam perang itu dianggap sebagai suatu sarana Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
111 untuk membela diri, bukan untuk mencari musuh apalagi untuk unjuk kekuatan, perang dalam Islam digunakan untuk menghancurkan kemungkaran yang ada. Sedangkan kalau melihat dari prinsip filosofi kesatriaan yang berkembang pada zaman abad pertenghan saat itu, kita dapat melihat bahwa bagaimana mereka membuat pengumuman perang dan pelarangan penggunaan beberapa senjata yang dianggap tidak perlu. B.3.
Perkembangan di Era Modern Kemajuan mengenai Hukum Humaniter yang signifikan mulai terlihat pada
abad ke-18, terutama sekali setelah berakhirnya perang Napoleon. Perubahan besar terjadi diantara tahun 1850 sampai pecahnya perang dunia I. disini praktek-praktek Negara kemudian menjadi hukum dan kebiasaan bagi negara tersebut dalam berperang (Jus in Bello 77). Salah satu tonggak penting dalam perkembangan Hukum Humaniter ini adalah dengan berdirinya Organisasi Palang Merah dan di tanda tanganinya Konvensi bersama di Jenewa yang dikenal dengan Konvensi Jenewa pada tahun 1864. Pada waktu yang hampir bersamaan di Amerika Serikat Presiden Abraham Lincoln meminta Lieber, yaitu seorang pakar Hukum imigran Jerman, untuk menyusun suatu aturan dalam perang. Hasilnya, lahirlah Instructions for Government of Armies of the United States atau disebut juga Lieber Code, dan dipublikasikan pada tahun 1863. Kode lieber ini memuat semua aturan-aturan secara rinci pada semua keadaan dan tahapan dalam perang darat, tindakantindakan perang yang benar, perlakuan terhadap sipil, perlakuan terhadap kelompok orang-orang tertentu seperti tawanan perang, bagaimana penanganan mereka yang cedera dan sebagainya. 77
Permanasari. Arlina.pengantar Hukum Humaniter”.ICRC. Jakarta 1999 hal 6
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
112 Konvensi 1864, yaitu Konvensi bagi perbaikan keadaan tentara yang luka ataupun cedera di medan peperangan, terutama perang darat. Konvensi 1864 dipandang sebagai konvensi yang mempelopori lahirnya konvensi-konvensi Jenewa berikutnya yang berkaitan dengan perlindungan korban perang. Konvensi ini merupakan langkah pertama dalam mengkodifikasikan ketentuan perang didarat. Berdasarkan konvensi ini maka unitunit dan personil kesehatan bersifat netral, tidak boleh diserang dan tidak boleh dihalangihalangi dalam menjalankan tugasnya. Begitu pula masalah penduduk setempat yang membantu pekerjaan kemanusiaan bagi yang luka dan mati baik kawan ataupun lawan tidak boleh dihukum. Konvensi ini juga memperkenalkan tanda palang merah di atas dasar putih sebagai tanda pengenal bagi bangunan-bangunan yang digunakan sebagai posko kesehatan juga tanda pengenal bagi personil-personil kesehatan. Tanda palang Merah diatas dasar putih inilah yang kemudian menjadi lambang dari palang merah internasional atau International Committee of the Red Cross yang sebelumnya bernama International Committee For the Aid of the Wounded,International Committee For the Aid of the Wounded, yang didirikan oleh beberapa warga Jenewa dan Henry Dunant pada tahun 1863. Dengan demikian, tidak seperti pada masa-masa zaman sebelum ini yang terjadi melalui proses hukum kebiasaan, maka pada masa ini perkembangan-perkembangan yang sangat penting bagi hukum Humaniter Internasional, dikembangkan lewat atau melalui Traktat-traktat umum yang ditandatangani oleh mayoritas Negara-negara anggota setelah tahun 1850. Setelah tahun 1850 telah banyak dihasilkan konvensi-konvensi yang merupakan perkembangan dari Hukum Humaniter Internasional. Konvensi-konvensi ini tentunya Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
113 melibatkan banyak negara dengan maksud dan tujuan untuk lebih memanusiawikan keadaan perang. Diantara konvensi-konvensi yang dibuat yang paling terkenal tentunya Konvensi Den Haag sebagai hasil dari konfensi perdamaian I dan II dan tentunya Konvensi Jenewa sendiri selain Konvensi-konvensi lainnya dibidang Hukum Humaniter. C. Prinsip – Prinsip Dalam Hukum Humaniter Dalam Hukum Humaniter Internasional juga dikenal adanya prinsipprinsip dasar, prinsip-prinsio dasar ini dituangkan dalam tiga azas utama yaitu 78: 1. Asas Kepentingan Militer (Military Necessity): berdasarkan asas ini maka bagi pihak-pihak yang bersengketa dibenarkan dan diperbolehkan
untuk
menggunakan cara-cara kekerasan untuk menundukkan lawan demi tercapainya tujuan yaitu keberhasilan dalam perang. Dalam keadaan perang ada suatu keadaan tertentu yang dianggap sebagai hukum itu sendiri, yaitu bahwa pemenang perang pastilah pehlawan perang. Pikiran ini bertitik tolak dari kenyataan bahwa pihak-pihak yang bertikai dan melanjutkan pertikaian tersebut dengan perang selalu beranggapan bahwa mereka ikut berperang dengan tujuan dan cita-cita yang luhur, serta untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Hal ini dianggap sebagai hal yang luhur untuk menjalankan tugas bela negara. 2, Asas Perikemanusiaan (Humanity) : berdasarkan pihak-pihak
yang
bersengketa
diharuskan
untuk
asas ini maka
memperhatikan
nilai-nilai
perikemanusiaan, diman mereka dilarang untuk menggunakan kekerasan yang dapat menimbulkan luka yang berlebihan atau penderitaan yang tidak perlu.
78
Permanasari. Arlina.pengantar Hukum Humaniter”.ICRC. Jakarta 1999 hal 11
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
114 Hal ini dapat kita lihat seperti yang terdapat dalam Konvensi Jenewa Tahun 1949 tentang perbaikan anggota angkatan perang yang luka atau sakit di medan pertempuran darat, bahwa anggota angkatan perang dan orang-orang lain yang luka atau sakit wajib dihormati dan dilindungi dalam segala bentuk keadaan, dan kepada mereka wajib diperlakukan secara perikemanusiaaan dan dirawat oleh pihak-pihak yang bersengketa dalam kekuasaan siapa mereka munngkin berada, tanpa perbedaaan yang merugikan yang didasari oleh kelamin, suku, kebangsaan, agama, pendapat-pendapat politik atau setiap kriteria lainnya serupa itu. Khusus dalam perlakuan kepada wanita harus diperlakuakan dengan segala kehormatan yang patut diberikan mengingat jenis kelamin mereka, kemudian asas yang terakhir yang merupakan prinsip dari Hukum Humaniter adalah: 3. Asas Kesatriaan (Chivalry) : asaz ini mengandung arti bahwa di dalam setiap peperangan, kejujuran adalah harus kita utamakan. Penggunaan alat-alat yang tidak terhormat, berbagai macam tipu muslihat dan cara-cara yang bersifat khianat dilarang. Prinsip kesatriaan ini sesuai dengan konsep perang yang adil (Just War), sebagaimana disebutkan di sebelumnya bahwa sebelum perang harus dilakukkan tahaptahap tertentu seperti pengumuman pernyataan perang dan lain-lain, serta tidak boleh ada penggunaan senjata-senjata perusak syaraf dan senjata biologis serta senjata yang mengakibatkan penderitaan yang tidak perlu dan senjata yang menyebabkan kerusakan yang berlebihan lainnya. Hal ini bakal lebih banyak dibicarakan oleh penulis pada bab bab berikut karena berkenaan
dengan studi kasus Penggunaan Bom Cluster dalam
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
115 konflik di Timur Tengah, dimana bom tersebut merupakan salah satu senjata-senjata yang jauh dari asas-asas kesatriaan ini. Dalam penerapannya, ketiga asas tersebut dilaksanakan secara seimbang, sebagaimana dikatakan oleh KUNZ: “ Law of War, to be accepted and to be applied in practise must strike the correct balance between, on the one hand the principle of humanity and chivalry, and on the other hand, military interest” Secara garis besar konvensi ini memberikan gambaran bagaimana pengaturan tentang hak dan kewajiban Negara-negara netral dalam perang di laut. Dalam Konvensi ini ditegaskan bahwa kedaulatan dari negara netral tidak hanya berlaku di wilayah teritorial (wilayah darat) saja, namun juga berlaku bagi wilayah perairan negara-negar netral. Para pihak yang bersenngketa tidak boleh (atau dilarang) melakukan tindakantindakan di dalam wilayah perairan negara netral yang dapat dikategorikan sebagai tindakan yang melanggar kenetralan negara tersebut. 79 tindakan-tindakan itu dapat kita misalkan setiap tindakan permusuhan, termasuk tindakan penangkapan dan pencarian yang dilakukan oleh kapal-kapal perang negara yang bersenngketa diperairan negar netral, 80 maupun penggunaan pelabuhan dan perairan netral oleh pihak yang berperang. 81 D. Sumber-sumber Hukum Humaniter. Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa Hukum Humaniter terdiri dari Hukum Jenewa dan Hukum Den Haag. Hukum Jenewa adalah hukum yang mengatur 79
Pasal 1 Konvensi IV Den Haag 1907 Pasal 2 Konvensi IV Den Haag 1907 81 Pasal 5 Konvensi IV Den Haag 1907 80
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
116 masalah perlindungan terhadap korban perang, sedangkan Hukum Den Haag mengatur mengenai cara dan alat-alat yang digunakan dalam berperang. Kedua ketentuan hukum tersebut merupakan sumber Hukum Humaniter yang utama selain Konvensi-konvensi lain yang telah disebutkan terdahulu. D.1. Berdasarkan Konvensi Den Haag Hukum Den Haag adalah merupakan suatu ketentuan Hukum Humaniter yang mengatur mengenai cara dan alat-alat yang digunakan untuk berperang. Membicarakan Hukum Den Haag berarti kita akan membicarakan hasil-hasil Konferensi Perdamaian I yang diadakan pada tahun 1899 dan Knferensi Perdamaian II yang diadakan pada tahun 1907. D.1.a Konvensi Den Haag Tahun 1899 Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1899 adalah merupakan suatu hasil Konferensi Perdamaian I di Den Haag (18 Mei – 29 Juli 1899). Konferensi ini adalah merupakan prakarsa Tsar Alexander I, dimana sebelumnya Tsar Alexander I ini menemui kegagalan dalam mewujudkan suatu konferensi Internasional di Brusel, Belgia pada tahun 1874. Ide fundamental untuk menghidupkan lagi Konferensi Internasional yang gagal itu adalah rencana Konsepsi Persekutuan Suci (Holy Alliance tanggal 26 September 1815 antara Rusia, Austria dan Prussia). Untuk melaksanakan kehendak Tsar Nicolas II itu maka pada tahun 1898 Menteri Luar Negri Rusia Count Mouravieff mengedarkan surat kepada semua Kepala Perwakilan Negara-negara yang diakreditir di St.Petersburg berupa ajaran Tsar untuk berusaha tetap mempertahankan perdamaian di dunia dan mengupayakan pengurangan senjata. Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
117 Konferensi yang dimulai pada tanggal 20 Mei 1899 itu berlangsung selama 2 Bulan dan menghasilkan tiga Konvensi dan tiga Deklarasi tepatnya pada tanggal 29 Juli 1899. Adapun ketiga Konvensi yang dihasilkan adalah : 4. Konvensi I tentang Penyelesaian Damai Persengketaan Internasional. 5. Konvensi II tentang Hukum dan kebiasaan Perang di darat. 6. Konvensi III tentang Adaptasi Azas-azas Konvensi Jenewa tanggal 22 Agustus 1864 tentang Hukum Perang di Laut. Sedangkan ketiga Deklarasi yang dihasilkan adalah : d. Melarang penggunaan Peluru-peluru dum-dum atau peluru-peluru yang bungkusnya
tidak sempurna menutup bagian dalam sehingga dapat
pecah dan membesar dalam tubuh manusia. e. Peluncuran Proyektil-proyektil dan bahan-bahan peledak dari balon, selama jangka waktu lima tahun yang berakhir ditahun 1905 juga dilarang. f. Penggunaan Proyektil-proyektil yang menyebabkan gas-gas cekik dan beracun juga dilarang. D.1.b Konvensi Den Haag Tahun 1907 Konvensi-konvensi ini adalah merupakan hasil dari Konferensi Perdamaian ke II sebagai kelanjutan dari Konferensi Perdamaian I pada tahun 1889 di Den Haag. Konvensi-konvensi yang dihasilkan oleh Konferensi oleh Perdamaian II di Den Haag menghasilkan sejumlah Konvensi sebagai berikut :
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
118 14. Konvensi
I
tentang
Penyelesaian
Damai
dan
Persengketaan
Internasional; 15. Konvensi II tentang Pembatasan Kekerasan Senjata dalam menurut Pembayaran Hutang yang berasal dari perjanjian Perdata; 16. Konvensi III tentang Cara Memulai Peperangan; 17. Konvensi IV tentang Hukum dan Kebiasaan Perang di Darat dilengkapi dengan peraturan Den Haag; 18. Konvensi V tentang Hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara Netral dalam Perang di darat; 19. Konvensi VI tentang status Kapal Dagang Musuh pada saat permulaan peperangan; 20. Konvensi VII tentang Status Kapal Dagang menjadi Kapal Perang; 21. Konvensi VIII tentang Penempatan Ranjau otomatis didalam Laut; 22. Konvensi IX tentang Pemboman oleh Angkatan Laut di waktu Perang; 23. Konvensi X tentang Adaptasi Asas-asas Konvensi Jenewa tentang perang di laut; 24. Konvensi XI tentang Pembatasan tertentu terhadap penggunaan Hak Penangkapan dalam Perang Angkatan Laut; 25. Konvensi XII tentang Mahkamah Barang-barang sitaan; 26. Konvensi XIII tentang hak dan kewajiban negara netral dalam suat peperangan di laut.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
119 Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1907 mempunyai beberapa konvensi yang penting untuk dipahami karena mempunyai korelasi dengan judul skripsi yang penulis buat, ada beberapa konvensi yang kiranya perlu untuk penulis beberkan disini. Dan konvensi yang di jadikan suatu bahasan dalam skripsi saya kali ini adalah, Konvensi IV Den Haag 1907 yang berisi mengenai Hukum dan Kebiasaan perang di darat yang judul asli Konvensinya adalah “Convention Respecting to the Laws and Customs of War n Land” isi dari konvensi adalah merupakan penyempurnaan dari Konvensi Den Haag 1899, yaitu Konvensi II Den Haag 1899 mengenai Hukum dan Kebiasaan perang didarat. Konvensi IV Den Haag 1907 ini, hanya terdiri dari 9 Pasal, yang dilengkapi dengan lampiran yang disebut dengan Haque Regulation. Beberapa pasal yang penting dari Konvensi IV tersebut adalah mengenai Klausula Siomnes, dimana klausula ini terdapat dalam pasal 2 dari konvensi IV Den Haag 1907, yang berbunyi bahwa konvensi hanya berlaku apabila kedua pihak yang bertikai adalah pihak dalam konvensi, apabila salah satu pihak bukan peserta konvensi, maka perturan dalam konvensi tidak dapat dikenakan kepadanya atau tidak dapat diberlakukan padanya. Satu lagi Konvensi yang dapat penulis urai disini adalah Konvensi XIII Den Haag 1907, yang berjudul “Neutral Rights and Duties in Maritime War” Geneve Convention Relative to the Protection Of the Civilian Person in Time of War; Keempat Konvensi Jenewa tahun 1949 tersebut dalam tahun 1977 ditambahkan lagi dengan protokol tambahan 1977, yakni yang disebut dengan: Protocol Additional tio the Geneve Convention of 12 August 1949,and Relating To the Protections of Vicrims of International Armed Conflict (Protocol I): dan Protocol Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
120 Additional to the Geneve Convention Of 12
August 1949, And Relating To the
Protections of Victims of Non International Armed Conflict (Protocol). Protokol I maupun Protokol II tersebut di atas adalah merupakan tambahan dari Konvensi- konvensi Jenewa 1949. Penambahan ini juga dimaksudkan sebagai penyesuaian terhadap perkembangan pengertian sengketa bersenjata, juga mengenai pentingnya perlindungan yang lebih lengkap bagi mereka yang menjadi korban luka, sakit, maupu meninggal dan juga korban karam dalam suatu peperangan di laut, serta antipasi terhadap perkembangan-perkembangan mengenai alat dan cara-cara berperang.. Protokol I tahun 1977 mengatur mengenai perlindungan-perlindungan korban pertikaian bersenjata internasional, sedangakan protokol II mengatur mengenai korban pertikaian bersenjata Non Internasional. D.2
Berdasarkan Konvensi Jenewa Konvensi Jenewa mengatur mengenai perlindungan-perlindungan terhadap
korban perang, yang terdiri atas beberapa perjanjian pokok. Perjanjian pokok itu adalah terangkum dalam empat Konvensi Jenewa, yang masing- masing adalah: 4. Geneve Convention for the Amelioration of the Wounded And Sick in Armed Forces in the field. 5. Geneve Convention For the Amelioration of the Condition of the wounded and Sick and shipwrecked Members of Armed Forces At Sea. 6. Geneve Convention Relative to The Treatment of Prisoners of War; E. Konvensi konvensi Senjata konvensional tertentu Di samping peraturan yang ada di atas yang menjadi point penting tentang skripsi ini ialah tentang peraturan senjata konvensional tertentu yang merupakan Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
121 pengembangan dari konvensi konvensi yang telah ada sebelumnya ini adalah beberapa diantaranya (United Nations Conference on the Prohibitions or Restriction of Use of Certain Conventional Weapons Convention which may be deemed to be excessivelly injurious or to have indiscriminate effects Di dalam konvensi ini atau dengan singkatan CCW(certain conventional weapon) convention ini mempunyai beberapa poin penting yakni ; 1.
Convention on Prohibitions or Restriction on the Use of Certain Conventional Weapons Convention which may be deemed to be: Excessivelly injurious or to have indiscriminate effects.
2.
Protocol on Non-Detecable Fragments (Protocol I).
3.
Protocol on Prohibitions or Restriction on the use of Mines, boobytraps and other devices (Protocol II).
4.
Protocol on Prohibitions or Restriction of Use of Icendiary Weapons (Protocol III).
Selain itu pula konferensi tersebut menghasilkan sebuah Resolusi yakni,Resolution on Small-Calibre Weapons Systems. Konvensi ini terdiri dari suatu preambul dan 11 buah pasal dengan perincian sebagai berikut : a.
Protokol I tentang "Pecahan yang tidak dapat dilihat" terdiri dari satu pasal;
b.
Protokol II tentang "Ranjau, Booby-traps dan Alat lain" terdiri dari 9 pasal, dengan satu "Technical Annex".
c.
Protokol III tentang "Senjata Penyembur Api", terdiri dari dua pasal.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
122 Dalam kaitannya dengan prinsip pemakaian senjata khususnya dalam Preambule dapat kita jumpai beberapa butir ketentuan, antara lain: c. Butir 3 tentang hak para pihak dalam konflik untuk memilih cara dan alat berperang adalah tidak terbatas; d. Butir 4 tentang dilarang menggunakan alat atau cara berperang yang dimaksudkan untuk menimbulkan kerusakan luas untuk jangka waktu yang panjang. Konvensi ini mempunyai ruang lingkup seperti yang tersebut dalam pasal 1, yaitu ; c. dalam situasi seperti yang ditentukan dalam pasal 2 Konvensi Geneva 1949, Pasal 2 mengenai berlakunya konvensi-konvensi, dalam paragraf 1 menyatakan bahwa, "Konvensi ini akan berlaku untuk semua peristiwa perang yang diumumkan atau setiap pertikaian bersenjata ("Armed Conflict") lainnya yang mungkin timbul antara dua atau lebih pihak penandatangan, sekalipun keadaan perang tidak diakui oleh salah satu di antara mereka" (AK, 1985 : 86). d. dalam situasi yang ditentukan dalam pasal 1 ayat 4 Protokol tambahan I-1977, Pasal ini menentukan kapan berlakunya pasal Protokol tersebut. Protokol ini berlaku dalam setiap pertikaian senjata lainnya yang mungkin timbul antara dua atau lebih Pihak Peserta Agung, sekalipun pendudukan tersebut tidak menemui perlawanan bersenjata.
Protokol ini juga berlaku dalam keadaan yang
dinamakan War of National Liberation atau CAR Conflicts di mana suatu bangsa (people) berjuang melawan dominasi kolonial, atau pendudukan asing, atau rejim rasialis, dalam usaha mereka untuk mencapai kemerdekaan. Pasal 96 ayat 3 menentukan bagaimana caranya agar perjuangan semacam itu dapat digolongkan sebagai War of National Liberation maka "penguasa" (authority) dari bangsa itu harus mengeluarkan Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
123 suatu deklarasi yang bersifat unilateral, yang ditujukan kepada Pemerintah Federal Switserland sebagai depositori, yang berisi pernyataan bahwa bangsa tersebut dalam perjuangan itu akan tunduk/mengindahkan isi Protokol tersebut. Khusus mengenai masalah pemakaian Bom Cluster pengaturannya melalui pendekatan didalam Protokol ini yaitu dengan beberapa pasal yang mengaturnya. Sebagai ruang lingkup berlakunya Protokol ini dapat dapat kita lihat dalam pasal 1 di mana Protokol ini tidak berlaku bagi ranjau laut. Pada pasal 2 diatur beberapa pengertian penting antara lain, ranjau boobytraps, alat-alat (devices) lain, obyek militer, obyek sipil dan recording. Ranjau dirumuskan sebagai setiap munisi yang ditempatkan di bawah, di atas tanah dan dibuat supaya, dapat diledakkan/meledak apabila didekati atau disentuh oleh manusia atau kendaraan. Booby-traps adalah setiap alat atau material yang dirancang, dibangun atau disesuaikan untuk membunuh atau melukai dan yang bekerjanya secara tidak terduga apabila seseorang mengganggu (disturbs) atau mendekati obyek yang tampaknya tidak berbahaya atau melaksanakan suatu perbuatan yang tampaknya tidak membahayakan (apparently safe act)82. Selain itu Protokol tersebut juga mengatur I tentang penggunaan ranjau yang dipasang dari tempat jauh (remotely delivered mines). Penggunaan ranjau semacam itu dilarang kecuali apabila ranjau semacam itu hanya dipakai di dalam wilayah yang memang merupakan sasaran militer atau wilayah t yang berisi sasaran militer, dan: b. lokasi dari ranjau tersebut dapat dicatat dengan teliti, atau
82
Haryomataram, 1994 : 122-123
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
124 b. apabila dipakai suatu alat yang dapat mengamankan ranjau tersebut , yaitu suatu alat yang dapat bekerja sendiri untuk menjinakkan senjata tersebut apabila senjata itu sudah tidak berguna lagi dipandang dari kepentingan militer 83. Selanjutnya terhadap pemakaian ranjau darat yang dlpasang dalam suatu lokasi harus diadakan pencatatan (recording). Pencatatan ini diatur dalam pasal 7. Pencatatan ini penting agar diketahui di mana terdapat medan ranjau supaya apabila perang telah usai dan ranjau tersebut telah kehilangan arti militernya, ranjau dapat dijinakkan/diledakkan. Dengan demikian diharapkan tidak akan ada penduduk sipil yang tidak berdosa menjadi korban meledaknya ranjau Oleh karena itu, peranan komandan dalam memberikan suatu perintah sangat penting. Antara yang diperintah dengan pemberi perintah (komandan) harus saling memahami perintah yang diberikan terutama perintah yang berkaitan dengan pemasangan ranjau darat di suatu lokasi tertentu agar tidak terjadi kerugian yang menimpa penduduk sipil ataupun mengurangi efek ledakan ranjau tersebut. Hal ini terkait pula dengan Protokol I dari Protokol Tambahan 1977. Protokol I ini mengatur Konflik bersifat lnternasional Konflik Bersenjata yang tidak Bersifat lnternasional (Non-International Armed Conflict). Untuk meningkatkan perlindungan terhadap penduduk sipil Protokol I memuat beberapa ketentuan yang harus diperhatikan
oleh
para
Komandan/Perencana
Serangan
yang
bertujuan
untuk
memperkecil / membatasi korban di kalangan dalam konflik dan harus mengambil tindakan yang seperlunya untuk mengurangi efek suatu serangan. Pada pasal 58
83
ibid.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
125 diatur tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi suatu efek serangan. Dalam hal ini pihak-pihak dalam konflik harus berusaha sedapat mungkin: c. Memindahkan penduduk sipil atau obyek sipil yang berada di sekitar obyek militer. d. Mencegah penempatan obyek militer di antara/dekat dengan wilayah berpenduduk padat . Protokol II ini juga memuat aturan tentang kerjasama internasional dalam memindahkanl menjinakkan medan ranjau-ranjau dan booby-traps. Hal ini diatur dalam pasal 9 yang menyatakan bahwa, "Setelah permusuhan berakhir maka pihak-pihak dalam konflik harus mengadakan perjanjian, apabila perlu dengan Negara Negara lain atau organisasi internasional untuk mengatur usaha memindahkan/ menjinakkan medan ranjau, ranjau atau booby-traps". Kerjasama dengan negaranegara lain dan organisasi internasional ini perlu karena ada kemungkinan bahwa Pihak-pihak dalam konflik tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan pembersihan itu.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
126
BAB III PENGGUNAAN BOM CLUSTER DALAM ARMED CONFLICT DI TIMUR-TENGAH A. DEFENISI BOM CLUSTER Bom Cluster ialah sejenis bom yang di jatuhkan dari udara yang kenerjanya mempunyai bebrapa bagian bagian kecil atau pecah menjadi bebrapa bagian apabila telah di tembakan dari udara atau yang lebih di kenal dengan Bom Curah. Penggunaanya sendiri bertujuan untuk membunuh pasukan musuh dan menghancurkan kendaraan musuh.Bagian bagian kecil bom cluster yang telah di tembakan di udara biasanya di gunakan untuk menghancurkan landasan udara ,menghancurkan sarana transmisi elektronik, sebagai pengantar atau wadah dari senjata biologis dan kimia atau di gunakan untuk menyebarkan ranjau darat.dan dari semua jenis jenis bom cluster tersebut telah di produksi oleh beberapa Negara yang ada di dunia. Dalam pengembanganya bom ini merupakan salah satu alat senjata konvensional yang di gunakan untuk meminimalisir korban sipil 84. A.1 Sejarah penggunaan Bom Cluster. Bom cluster pertama sekali di gunakan dan di operasikan oleh pasukan tentara Jerman pada perang dunia ke dua yaitu bom SD-2 Sprengbombe Dickwandig 2 kg, atau yang lebih di kenal dengan butterfly bomb atau bom kupu-kupu. Sering di gunakan pada
84
Human Rights Watch (HRW), Timeline of Cluster Munition Use, February 2007, http://hrw.org/backgrounder/arms/cluster0207/3.htm Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
127 masa perang dunia ke dua,untuk menyerang target militer dan target sipil. Dan pada saat sekarang
teknologi
tersebut
di
kembangkan
oleh
pemerintah
Amerika
serikat,Russia,China,Itali dan India. Dan sekarang saat ini Bom cluster tersebut telah menjadi bom standar militer bagi negara yang menggunakanya yang ada di seluruh dunia, dengan jenis jenis yang berbeda 85. Pada dasarnya bom cluster tersebut merupakan sebuah tabung (biasanya bentuknya kecil apabila bom tersebut di bawa oleh pesawat yang berkecepatan tinggi) dan tabung tabung tersebut di isi oleh beberapa bahan peledak yang kecil kecil sekitar 2000 buah. Beberapa tipe dari bom ini ada yang biasanya di desain agar tetap menempel di pesawat setelah melepaskan beberapa bahan peledak yang terkandung dalam bom tersebut.Bahan bahan peledak yang kecil tersebut biasanya di pasangkan oleh parasut parasut kecil agar dapat memperlambat laju jatuh bom tersebut kesasaran. Hal ini dilakukan apabila dalam pemboman pada ketinggian rendah pesawat dapat selamat dari ledakan yang di timbulkan oleh bom tersebut Mesin dari bom cluster moderen dan bahan peledaknya sekarang menjadi senjata multifungsi yaitu mengandung bahan campuran untuk untuk menghancurkan kendaraan lapis baja, anti personnel dan untuk penghacuran bahan meterial seperti gedung dan bunker. Trend yang berkembang dalam desain Bom Cluster moderen ialah penggunaan bahan peledak yang pintar yaitu dengan menggunakan sirkuit penuntun untuk mencari lokasi dan menyerang target tertentu, biasanya di gunakan untuk menyerang kendaraan lapis baja. Tipe dari senjata ini adalah CBU- 97 yang di produksi oleh Amerika Serikat 85
www.wikipedia.com/wiki/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
128 yang mempunyai kelebihan dengan adanya sensor pemicu. Penggunaanya untuk pertama kali di gunakan dalam invasi AS ke Irak tahun 2003 lalu. Peledak-peledak yang ada di dalam bom tersebut di fungsikan untuk menyerang kendaraan lapis baja dan di set untuk meledak sendiri apabila telah menyentuh permukaan tanah tanpa mencari lokasi dari target. Secara teori bom ini di gunakan dan di set untuk mengurangi apa yang disebut Collateral damage atau korban sipil dan bukan target militer. Dan yang menjadi pembatasan dalam pembuatan bom cluster pintar ini ialah masalah biaya karena bom cluster terbaru ini lebih mahal dari pada bom cluster standar dan pembuatanya lebih murah dan lebih simpel dari dari pada bom cluster moderen. A.2 Jenis jenis Bom Cluster Penyebar api Bom cluster jenis ini di gunakan untuk memicu api, atau juga bom api konvensional.spesifikasinya di desain untuk penggunaan ini ,yaitu dengan bahn peledak zat fosfor putih atau napalm.di gunakan untuk menahan laju gerak pasukan musuh yang di tujukan untuk pasukan darat dan kendaraan lapis baja. Ketika di gunakan dalam perang kota bom ini biasanya menggunakan bahan konvensional biasa untuk menghancurkan atap atap dan dinding dari bangunan dan seterusnya memicu kebakaran hebat. Awalnya bom ini di gunakan oleh uni soviet yang di sebut bom keranjang molotov pada perang musim dingin tahun 1939-40. tipe dari bahan ini sering di gunakan oleh kedua belah pihak yang bertikai pada saat perang. Bom tipe ini di gunakan biasanya untuk
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
129 mencipatakan badai api seperti yang terjadi pada saat pemboman di kota Dresden waktu perang dunia ke dua dan pemboman Tokyo dengan api. 86 Anti Personel Bom cluster jenis ini menggunakan bahan peledak yang memecah mencadi beberapa kepingan untuk membunuh prajurit musuh dan kendaraan ringan . Sejalan dengan bom cluster jenis penyebar api, bom jenis ini juga merupakan bentuk pertama dari bom cluster tersebut. Yang pada waktu itu di produksi oleh oleh Jerman dan di gunakan pada perang dunia ke dua. Bom ini mulai di kenal pada waktu serangan kilat Jerman kepada polandia tahun 1939 dengan kombinasi pemicu pengukur waktu dan pemicu jebakan apabila di sentuh. Bom tersebut juga menggunakan pemicu kontak apabila di gunakan untuk menyerang pertahanan musuh 87. Anti Tank Kebanyakan bom cluster jenis ini berisi bahan peledak dan pemicu yang telah di padatkan agar dapat menembus lapisan baja dari sebuah tank dan kendaraan tempur. Dari beberapa kasus penuntun di gunakan untuk meningkatkan kemampuan unutk menghantam sebuah kendaraan. Subminisi modern yang berpenuntun dari bom cluster seperti yang di temukan di dalam bom CBU-97 dapat juga menggunakan bahan peledak dan pemicu yang sudah di padatkan sebagai alat penetrasi. Bom cluster berisi bahan peledak dan pemicu yang telah di padatkan namun yang tidak berpenuntun di disain untuk melawan/menghancurkan pos pertahanan . ini di gunakan untuk menyokong dan meningkatkan efektifitas peperangan dengan menggunakan sebuah tipe dari bom ini
86 87
Ibid Ibid
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
130 untuk menyerang target yang dekat, submunisi yang mempunyai pecahan dan peledak yang telah di padatkan di produksi oleh AB Amerika Serikat dan altileri lapangan korps marinir AS dan biasanya di gunakan dalam peperangan darat 88. Penghancur Landasan Udara Bom jenis ini di rancang untuk melakukan penetrasi kedalam lapisan landasan sebelum meledak, yang menyebebkan bom tersebut dapat mengoyak dan memecah permukaan landasan pacu. Dalam kasus bom Cluster Inggris JP233 pengahncuran lapisan aspal pada landasan pacu menggunakan dua tahap penghancuran yaitu dengan kombinasi dari peledak yang di padatkan dengan peledak konvensional biasa. Bahan peledak yang sudah dipadatkan dan di pertajam akan membuat ledakan awal dan membuat celah di di dalam lapisan aspal landasan pacu dan kemudian peledak konvensional di gunakan untuk memperbesar celah atau kawah yang di akibatkan peledak sebelumnya. berikut ini adalah beberapa contoh dari bom cluster;
sumber wikipedia.com/cluster_bomb
bom cluster yang di kembangkan pada tahun 1950an
88
Ibid
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
131
sumber wikipedia.com/cluster_bomb
bom cluster BLU – 3 merupakan bom cluster moderen generasi pertama dan di gunakan AS dalam perang Vetnam
CBU-105 merupakan bom cluster generasi terakhir sumber wikipedia.com/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
132
Pesawat yang dapat menggangkut bom cluster
sumber wikipedia.com/cluster_bomb
bom cluster akan pecah menjadi bagian-bagian bom kecil beberapa saat sebelum menyentuh tanah secara teorinya namun fakta di lapangan hanya kurang dari 30% yang langsung meledak
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
133
berikut ini adalah taktik pengeboman menggunakan bom cluster moderen.. sumber wikipedia.com/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
134 detail dari bomblet bom cluster sumber wikipedia.com/cluster_bomb
kinerja bom cluster BLU-105 sumber wikipedia.com/cluster_bomb
Spesifikasi Bom Cluster AS Contractor Weight:
927 pounds
Length:
92 inches
Diameter:
16 inches
Guidance:
None
Control:
none
Autopilot:
None
Propulsion:
None SUU-66/B tactical munitions dispenser
Warhead: 10 BLU-108/B submunitions [@ 4 projectiles]
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
135 Integral part of dispenser Fuse: FZU-39/B proximity sensor 12 F-15E 4 F-16 10 A-10 Aircraft 30 B-1 34 B-2 16 B-52 Limitations
200 feet20,000 feet (above ground level)
Delivery Envelope
250 knots650 knots $360,000 – baseline
Unit Cost $260,000 – PEP $39,963 [$ FY90] 500 in USAF inventory as of 01/01/1998 Inventory
Current USAF objective is 5,000 [17,000 originally planned ]
A.3 Negara Negara yang memproduksi dan mengembangkan Bom Cluster Sampai saaat ini dan sejak penggembangan dan penggunaan bom cluster masih di sering di pakai pada konflik konflik yang bersifat internasional maupun non intrernasional. Ini dapat kita lihat fakta di lapangan yakni dengan di temukanya sisa sisa dari bom tersebut yang tidak meledak dalam beberapa konflik yang ada di seluruh dunia dan lebih parahnya lagi sisa sisa dari bom tersebut yang tidak meledak atau yang di sebut Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
136 dengan UXO atau Unexploded Ordinance masih dapat mengancam jiwa rakyat sipil walaupun peperangan telah usai. Kita dapat mengambil contoh perang Vietnam dimana pertama kali bom cluster moderen digunakan. Efek dari penggunaan bom cluster saat ini masih membahayakan penduduk sipil. 89 Dan kasus paling baru ialah penggunaan bom Cluster oleh israel dalam konflik dengan Hizbullah di Lebanon pertengahan 2006 lalu. Apakah maksud dari penggunaan bom tersebut? Memang senjata senjata di buat untuk melumpuhkan musuh tetapi bagaimana dengan rakyat sipil yang tidak berdosa? Sampai sekarang penggaturan tentang penggunaan senjata konvensional tertentu tidak memberikan sanksi yang tegas terhadap penggunanya. Berikut ini adalah negara yang memproduksi bom cluter tersebut. Amerika Serikat Negara ini merupakan negara produsen terbesar atas bom cluster. Data yang saya peroleh dari inventori angkatan udara Amerika sangat mencengangkan yakni bahwa AS memiliki lebih dari 5000 unit bom cluster dan perencanaanya USAF akan menambah sekitar mencapai 17000 unit dengan harga 1 unit 360.000 USD. Maka untuk itu pihak angkatan udara AS harus menyediakan dana sekitar 61,2 milyard USD 90 untuk memenuhi kebutuhan akan bom tersebut. Data tersebut belum termasuk dalam inventaris yang ada di bagian angkatan darat dan korps marinir AS. Dengan 17.000 unit bom cluster maka itu saja telah mnecakup lebih dari sejuta bahkan mungkin puluhan juta bagian kecil bom tersebut atau yang di sebut dengan submunition. Dengan berlarut larutnya perang Irak
89 90
www.Handicapinternational.be , http://en.wikipedia.org/wiki/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
137 maka penggunaan akan bom tersebut pun semakin sering di gunakan oleh angkatan perang AS. Russia Negara bekas Uni Soviet ini juga salah satu produsen dan pengguna dari bom cluster dengan data inventoris lebih dari 70.000 unit yang masih di simpan di penyimpanan persenjataan yang ada di russia. Rusia pada waktu itu masih menjadi uni soviet sering menggunakan bom cluster tersebut dalam invasinya di Afghanistan. Dan setelah runtuhnya Uni Soviet produksi akan persenjataan ini tidak di hentikan namun tetap di produksi oleh militer Rusia. Data terakhir yang penulis dapatkan ialah bahwa Rusia menggunakan bom bom Cluster dalam operasi militernya di Chechnya. Sampai sekarang pun Rusia belum ada keinginan untuk meratifikasi Konvensi Oslo tentang pelarangan penggunaan bom cluster 91. Israel Negara yahudi ini memang di akui sebagai ahli dalam membuat dan meracik persenjataan sejak merdeka dari tangan Inggris tahun 1947 dan memulai konfrontasi dengan Arab sampai sekarang ini negara zionis ini telah tumbuh sebagai kekuatan baru yang ada di timur tengah selain Iran. Israel pun merupakan salah satu negara yang paling aktif dalam menggunakan bom cluster dalam konflik bersenjatanya. Tercatat bahwa israel telah menggunakan Bom Cluster sejak pecahnya perang Yom Kippur 1979 92. Inventori dari produlsi bom jenis ini pada angkatan perang Israel sendiri mencapai 50.000an unit bom cluster.
91 92
Ibid The Yom Kippur War – October 1973. Angkasa edisi koleksi no.XLII 2007
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
138 China China merupakan salah satu negara Asia pertama yang sukses mengembangkan dan memproduksi Bom Cluster yaitu dengan menjiplak rangkaina bom cluster yang berasal dari Rusia. Memang sampai saat ini Cina belum pernah menggunakan bom cluster tersebut namun ini membukt ikan bahwa Cina juga mampu membuat bom ini. B.Penggunaan Bom Cluster dalam Konflik bersenjata di Timur Tengah Timur Tengah di sanalah tempatnya, apabila kita mendengar kata Timur Tengah maka yang akan terlintas pertama kali dalam benak kita ialah salah satu tempat terpanas yang pernah ada dalam sejarah umat manusia. Sampai saat ini juga masih seperti itu keadaannya. Dari zaman ke zaman daerah Timur Tengah selalu mendapatkan perhatian Dunia hal ini di karenakan daerah tersebut tidak lepas dari konflik dan permasalahan. Konflik yang berkepanjangan ini terjadi di karenakan adanya banyak kepentingan dari dua belah pihak yaitu Timur dan Barat. Dengan adanya kepentingan akan penguasaan regional atas Timur Tengah baik itu penguasaan teritorial atau pengguasaan idiologi kepada suatu negara, maka semua hal itu haruslah di bayar dengan harga yang sangat mahal yaitu dengan mengorbankan darah. Hal itu semakin rasional semenjak merdekanya Israel pada tahun 1947 dimana kemerdekaan tersebut mendapat pertentangan dari bangsa-bangsa Arab yang telah menduduki daerah Timur Tengah selama berabad abad. Hal ini di tandai dengan pecahnya perang enam hari 1967 atau The Six Day War 1967 yaitu pecahnya perang antara pihak negara negara Arab dengan Israel. Dalam perang ini Israel keluar sebagai pemenang dari perang tersebut. Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
139 Pada awal perang enam hari Amerika belum menunjukan kedekatannya dengan pihak Israel. Namun setelah perang usai AS melihat Israel merupakan salah satu sekutu yang paling penting di regional Timur Tengah. Pada saat itu juga kekhawatiran AS mengenai harga minyak belumlah ada. Namun setelah pecahnya perang Yom Kippur 1979 antara Israel dan negara negara Arab membuat AS kelabakan mangenai hal ini karena Mesir menggunakan strategi embargo minyak uintuk menekan AS agar memberhentikan bantuan militernya kepada Israel dan memaksa negara Yahudi itu ke meja perundingan dan dengen adanya embargo minyak yang di lakukan oleh Mesir membuat Amerika setidaknya harus dapat mempengaruhi dan menguasai kawasan kaya minyak tersebut hal ini terbukti dengan kuatnya pengsaruh AS di kerajaan Saudi Arabia.dan penguasaan atas semenanjung Persia yang pada saat ini hanya berhasil mengasai Irak B.1 Penggunaan Bom Cluster oleh Israel Dalam penggunaanya di lihat dalam konflik yang terjadi di Timur Tengah, dari perang Yom Kippur dapat kita lihat dan tercatat bahwa Israel pertama kali menggunakan bom cluster tersebut untuk menyerang situs situs pertahanan udara dan situs radar Mesir. Dalam perang tersebut tercatat bahwa Israel menyebar lebih dari ratusan ribu bomlet dari bom cluster di sepanjang lembah bekaa dan di dekat smenanjung Sinai. Dalam perang tersebut Israel belum menggunakan bom bom tersebut untuk menyerang target militer di tengah kota yang padat penduduk. Oleh karena itu daerah semenanjung Sinai perbatasan Israel dengan Mesir, dataran tinggi Golan perbatasan antara Israel dengan Suriah serta Yordania dan lembah Bekaa yang merupakan perbatasan antara Israel dan Lebanon masih rawan untuk di Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
140 lewati karena daerah tersebut masih banyak tertanam ranjau ranjau dan sisa dari bom cluster yang belum meledak. Dari kesimpulan di atas dapat di simpulakan bahwa setelah penggunaan bom tersebut dalam perang Yom Kippur, sisa dari bom cluster yang di tembakan oleh Israel masih berserakan dan belum meledak di sepanjang dataran tinggi Golan, semenanjung Sinai dan Lembah Bekaa dapat membahayakan orang yang akan melintas di daerah tersebut sehingga daerah tersebut sebahagian besar di tutup untuk umum.dan di jadikan daerah zona dimiliterisasi. Dari data yang ada di atas penggunaan bom cluster yang di gunakan setelah berpuluh puluh tahun status dampaknya dapat di rasakan sampai pada saat ini. Namun Israel memang di bilang salah satu negara yang sama sekali tidak mementingkan pri kemanusiaan. Hal ini dapat penulis katakan karena pada pertengahan 2006 enam dengan alasan penculikan atas tiga serdadu yang di lakukan Geriliyawan Hizbullah, mereka negara Zionis itu menyerang rakyat sipil Libanon dengan senjata mematikan tersebut. Kita dapat mengetahui bahwa bom Cluster yang belum meledak dapat sangat berbahaya apabila tersentuh oleh sesuatu atau tidak sengaja bila di sentuh oleh anak anak karena apabila bom yang belum meledak ini di sentuh atau di mainkan oleh anak anak maka bom ini sewaktu waktu akan meledak. Dan faktanya setelah konflik antara Israel dan gerilyawan Hizbullah mereda status dampak dari konflik tersebut masih terasa sampai saat ini. Tercatat dari data yang penulis dapatkan dari data UNIFIL dan data dari lembaga Human Right watch terungkap bahwa
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
141 setidaknya ada sekitar 1 juta bomblet dari bom cluster yang tersebar di seluruh kota yang menjadi target serangan negara zionis tersebut 93. Yang menjadi perhatian yang sangat serius ialah bahwa lebih dari setengah dari bomlet bon cluster atau bagian bagian kecil dari bom cluster tersebut yang belum meledak dan beralih fungsi menjadi ranjau darat yang dapat membahayakan rakyat sipil Lebanon. PBB juga meminta Israel agar bertanggung jawab atas pembersihan sisa – sisa dari bom cluster yang belum meledak. Kecaman pun datang kepada pemerintahan Fuad Sinior yang di nilai tidak serius untuk mengatasi pembersihan sisa bom cluster tersebut. B.2 penggunaan Bom Cluster dalam perang Teluk Amerika salah satu negara produsen dan sekaligus pengguna dari arsenal ini juga sering menggunakan bom cluster tersebut dalam setiap konklik yang melibatkan negara ini di seluruh penjuru dunia. Tercatat bahwa AS telah menggunakan bom cluster ini sejak perang Vietnam. Dalam perang Vietnam AS menggunakan versi awal dari bom cluster moderan yakni BLU-3. sistem dari bom cluster ini tidak hanya di pakai dalam bentuk bom saja. Pihak pertahanan AS juga mengembangkan proyektil peluru Altileri yang juga berfungsi sama dengan bom cluster. Dalam perang Teluk yang terjadi pada tahun 1991 penggunaan akan bom ini masih lebih sedikit. Namun AS lebih banyak menggunakan rudal rudal jelajahnya untuk menyerang kota kota di Irak status dampaknya pada perang teluk berdampak sedikit kepada rakyat sipil karena bom tersebut di gunakan untuk menyerang pasukan pasukan Irak yang berada di perbatasan Irak dengan Kuwait.
93
www.icrc.com/ihl/weapon/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
142 Pada perang Teluk tahun 2003 keadaan menjadi berubah, penyerangan AS ke Irak dengan tanpa mandat dari PBB di lakukan dengan bertubi tubi, bom cluster pun di gunakan sebagai salah satu ujung tombak persenjataan AS untuk menyerang Irak. Sampai sekarang menurut data dari Human Right Watch dan Handicap Internasional menyebutkan bahwa setidaknya ada sekitar 1,9 juta sisa dari bom cluster atau bomlet bom cluster yang belum meledak. Kejadian yang hampir sama dengan kejadian yang di alami oleh Lebanon membuat beberapa kota seperti Baghdad di Irak sangat berbahaya. Dan menurut laporan dari USA Today setidaknya AS telah menggunakan sekitar 10,800 unit bom cluster dan sekutunya Inggris setidaknya menggunakan 2000 unit. 94 Dari jumlah di atas hanya 30 persen saja yang meledak apabila menyentuh tanah selabihnya tak terbayangkan lagi berapa jumlah bom cluster yang masih belum meledak.
BAB IV 94
Paul Wiseman, USA TODAY
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
143 BOM CLUSTER DAN KAITANNYA DENGAN PELANGGARAN HUMANITER DI TIMUR TENGAH Pelanggaran akan kemanusiaan atau crimes of humanity sangatlah banyak kita jumpai di daerah timur tengah, seakan-akan daerah tersebut tetap jauh dari angin perdamaian. Pelanggaran atas kemanusiaan ini pun sangat beragam jenis yang dapat di teliti. Salah satu dari pelanggaran itu sesuai dengan skripi ini ialah tentang penggunaan senjata konvensional bom cluster yang merupakan salah satu senjata yang di katagorikan sebagai senjata inhumans weapon. Hal ini dapat penulis utarakan sehubungan dengan dari kinerja bom tersebut yang bisa beralih fungsi. Ini dapat di kategorikan sebagai Inhumans weapon kaena bom tersebut dapat berubah fungsi menjadi ranjau darat dan seperti yang kita ketauhi bahwa penggunaan dari ranjau darat saat ini sudah di larang. Penggunaan akan arsenal tersebut pun banyak mendapat pertentangan dari berbagai negara. A. Pelanggaran protokol tambahan dalam konvensi Jenewa dan konvensi konvensi
lainya tentang penggunaan senjata konvensional tertentu(certain
conventional weapon). Penggunaan akan bom cluster merupakan penggunaan akan senjata yang berbahaya terhadap kemanusiaan hal ini melihat dari kinerja bom tersebut yang terjadi di lapangan. Bom cluster yang di jatuhkan dari udara atau yang di tembakan melalui meriam altireli akan pecah beberapa saat akan menyentuh tanah menjadi beberapa bagian yang kecil kecil dan bagian yang kecil kecil tersebut atau bomblet, tidak langung meledak apabila menyentuh tanah. Padahal secara teorinya bom tersebut akan meledak apabila menyentuh tanah.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
144 Maka dari itulah timbul polemik dan permasalahan dimana bom tersebut telah berfungsi menjadi ranjau seperti kita ketahui penggunaan akan ranjau telah di larang dan bom tersebut juga telah melanggar ketetapan dari isi pasal pasal yang ada di dalam konvensi Jenewa yakni pelanggaran atas protokol III dan protokol tambahan V konvensi Jenewa. Di dalam protokol tambahan III di sebutkan secara tegas tentang penggunaan senjata yang menyebabkan penderitaan yang berlebihan dan memnyebabkan luka yang berkepanjangan. Dan di dalam protokol V appendix II dimana mengatur tentang bahan peledak sisa perang (explosive remants war).. Dalam pelarangan penggunaan bom tersebut perinciannya sampai pada tahun 2006 belum ada satu pun aturan yang khusus yang mengatur tentang pelarangan bom Cluster. Akibat dari hal tersebut produsen dan pengguna dari bom tersebut dapat bebas dari tuntutan atas kejahatan terhadap kemanusiaan. Dan penggunaan akan bom cluster tersebut pun juga terang terangan melanggar konvensi PBB tentang penggunaan senjata konvensional tertentu 1980 yaitu mengenai : 95 1.
penggunaan senjata yang mengakibatkan penderitaan yang tidak perlu.dan bahan bahan peledak yang tidak dapat di deteksi
2.
pelarangan penggunaan ranjau perangkap peledak dan alat sejenis lainya
3.
pelarangan penggunaan senjata penyebar api
95
Permanasari Arlina, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional Committee of The Red Cross, Jakarta 1999 hal 228 Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
145 Hampir dari isi pokok yang ada di dalam konvensi CCW 1980 meruipakan salah satu kriteria yang ada dalam bom cluster seperti halnya di dalam point 1, 2 dan 3 di mana fakta di lapangan hampir dari korban bom cluster sebahagian besar adalah rakyat sipil. Di lain pihak penggunaan bom cluster ini sudah menyalahi aturan tentang penggunaan akan senjata konvensional dan melanggar dua ketentuan dari statuta Roma yaitu kejahatan perang kejahatan terhadap kemanusiaan 96. Di mana di dlam penggunaannya di lapangan terlihat secara jelas mengakibatkan benyaknya korban tewas di kalangan rakyat sipil. B.Dampak yang di akibatkan oleh Bom Cluster bagi rakyat sipil Bom cluster merupakan salah satu arsenal moderen yang banyak di gunakan oleh militer di beberapa negara yang ada di seluruh Dunia. Namun penggunaan akan bom cluster dalam konflik bersenjata hanya di lakukan oleh sedikit negara saja. Seperti yang kita ketahui negara negara seperti AS dan Israel merupakan negara yang intens menggunakan bom tersebut.97 98% dari 11,044 korban cluster munisi yang tercatat oleh Handicap International adalah kalangan sipil. Munisi cluster ditentang oleh berbagai kalangan termasuk pihak Palang Merah Internasional, untuk digunakan dalam pertempuran, dikarenakan sebagian besar korbannya dalah kalangan sipil. Sejak bulan Februari 2005 handicap International yang didukung oleh berbagai kalangan telah mengajukan petisi agar penggunaan munisi cluster dilarang. Bom Cluster sangat mengancam kalangan sipil, dengan dua alasan : 96
97
lihat statute Roms pasal 8 ayat 2 b point xx dan pasal 7 ayat 1 point k http://www.stopclustermunitions.org/files/HRW%20Survey%20on%20cluster%20munitions.pdf
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
146 C. efek arealnya sangat luas, dan akan meninggalkan banyaknya bomlet yang tidak meledak sehingga sangat membahayakan jiwa manusia. D. Areal bahaya yang dapat diakibatkan oleh satu munisi cluster, atau disebut sebagai jejak-kaki/footprint, dapat mencapai dua atau tiga kali lapangan sepak bola. Senjata ini akan memiliki efek area yang luas, maka wilayah sasaran tembak bom cluster pasti akan berakibat pada jatuhnya korban non-militer. Problema serius lainnya adalah efek dari bomlet yang tidak meledak (UXO unexploded ordnance), bomlet yang bentuknya unik dan berwarna cerah seperti CBU-87 dapat menarik perhatian anak-anak karena dikira mainnan, hal ini dapat mengakibatkan jatuhnya korban yang tidak berdosa. Di Lebanon seperti yang pernah ditayangkan di televisi, terjadi korban anak-anak akibat mengira bomlet sebagai mainan. Walaupun bom cluster telah dirancang agar semua submunisi yang dibawanya akan meledak, namun kenyataannya banyak bomlet yang tidak meledak (UXO) dan bomlet semacam ini akan lebih berbahaya dari ranjau darat. Senjata peluncur roket multi laras (MLRS) buatan Amerika dengan hulu ledak M26 dan submunisi M77 diperkirakan memiliki tingkat ratarata sub munisi yang tidak meledak (dud-rate) sebesar 5 persen, namun kenyataan dilapangan dud-rate ini mencapai 16 persen. Tingkat dud-rate pada masa perang teluk bahkan mencapai 23 persen. Bahkan untuk bom cluster yang ditembakan dari senjata artileri memiliki dud-rate sebesar 14 persen. Bom cluster bersisikan ratusan sampai ribuan bomlet, walaupun titik jatuhnya diperkirakan tepat sasaran, namun akan meninggalkan ribuan UXO yang menyebar di areal target pengeboman. Contohnya, setelah konflik Israel-Lebanon, tenaga ahli Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
147 Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan banyak sekali UXO yang ditinggalkan diwilayah target-target pengeboman Israel di Lebanon. Pihak militer Amerika mengklaim bahwa bom cluster yang dikembangkan dewasa ini memiliki tingkat dud-rate kurang dari satu persen. Namun hal ini dapat dikatakan sebagai suatu spekulasi, bukti dari kebenaran klaim tersebut baru akan diketahui setelah dioperasikan dan jatuhnya korban sipil lagi. Korban Sipil (meninggal) akibat bomlet cluster yang tidak meledak Di Lebanon akibat bom tersebut diperkirakan 40% dari bomlet yang dijatuhkan tidak meledak sejak pengeboman dengan cluster bom oleh Israel pada musim panas 2006. Selama ofensif ke Lebanon, Israel menembakan tidak kurang dari 1.800 cluster bom, bermuatan lebih dari 1,2 juta bomlet. Menurut berita, pihak Israel telah memberikan peta penjatuhan bom/roket yang berisikan bomlet bom Cluster kepada pihak Perserikatan bangsa-bangsa (UNIFIL). Areal yang signifikan bermasalah dengan Cluster Bomb yang tidak meledak (UXO-Unexploded Ordnance) 98. Namun itu saja tidak cukup karena luasnya daerah yang di indikasikan tersebarnya bom tersebut sangatlah luas. Seperti yang kita ketahui jarak dari bom ini mempuyai radius yang sangat luas dan mempunyai efek yang berkepanjangaan. Seperti berita terakhir yang penulis kutip dari associated press dan kantor berita antara menyebutkan bahwa cuaca buruk di Lebanon selatan telah memicu beberapa bom cluster tersebut dan melukai beberapa orang tak berdosa. Hal ini juga menyadarkan kita mengapa bom cluster tersebut sangat berbahaya bila terkena oleh rakyat sipil.
98
http://www.stopclustermunitions.org/files/HRW%20Survey%20on%20cluster%20munitions.pdf
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
148 C.Upaya upaya yang di lakukan dalam pencegahan penggunaan, pembuatan dan pengembangan Bom Cluster. Dalam upaya mengurangi produksi dan penggunaan akan bom cluster beberapa negara di dunia telah sepakat untuk tidak membuat dan menggunakan bom cluster tersebut. Norwaigia juga menyatakan komitmennya dalam melarang penggunaan bom cluster untuk dunia. Ini di tandai dengan penendatanganan moratorium akan senjata tersebut. Austria juga menyatakan komitmennya kepada dunia internasional dimana instrumen hukum ini mengikat untuk semua belah pihak, setelah parlemen Austria meluluskan sebuah resolusi mengenai bom cluster pada tanggal 5 Desember 2006. Senjata lainya seperti ranjau darat telah di larang di banyak negara yang ada di dunia di bawah instrumen hukum yang spesifik untuk beberapa tahun ini. Perjanjian perjanjian internasional itu seperti traktat Ottawa
dan konvensi tentang senjata
konvensional tertentu. Bom Cluster, seperti yang kita ketahui belum sepenuhnya di ratifikasi oleh beberapa negara dan menjadi bahan konsideren beberapa negara dan menganggap bom cluster tersebut merupakan senjata yang legal untuk di pergunakan Para pemerintah yang ada di dunia menganggap bahwa konvensi akan senjata konvensional tertentu hanya membahas permaslahan tentang bahan peledak sisa perang yang pokok pembahasannya lebih luas sehingga terdapat kelemahan kelemahan. Melihat dampak yang di timbulkan dari penggunaan bom cluster tersebut. Dan menggingat akan panggilan atas nama kemanusiaan, setidaknya di perkirakan kurang lebih 30 negara akan bernkumpul dan bernegosiasi dan merumuskan hal hal apa yang berkaitan tentang kemanusian berkaitan dengan penggunaan bom cluster dimana
hal tersebut sampai
sekarang belum banyak di bahas di forum internasional Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
149 Di balik ini semua, suatu proses yang baru seperti halnya peraturan seperti peraturan tentang pelarangan penggunaan ranjau 1997, akan segera di mulai. Hal ini di tandai dengan pengumumnan
pada November 2006 di Jenewa dan disaat yang
bersamaan pula pemerintahan Norweigia akan mengumpulkan pertemuan internasional di awal tahun 2007 di Oslo untuk membahas kedepan tentang suatu perjanjian yang baru untuk menentang penggunaan bom cluster. Pernyataan ini didasari oleh keinginan Belgia untuk melarang senjata ini pada Februari 2006, kehendak Austria untuk membuat suatu kerangka kerja untuk instrumen internasional tentang senjata tersebut dan kontroversi dunia tentang penggunaan dan dampak yang di akibatakn oleh bom cluster pada masa peperangan antara militer Israel dengan Gerilyawan Hizbullah pada bulan juli sampai dengan agustus 2006 lalu. 49 negara
menghadiri pertemuan di Oslo pada tanggal 22-23 Februari 2007 untuk
menyepakati komitmen mereka dalam suatu peraturan baru dalam pelarangan bom cluster.di dalam pertemuan itu Austria menyatakan akan menghimbau negara negara lain di dunia untuk melarang penggunaan bom cluster. Pertemuan berikutnya akan di adakan di kota Lima pada bulan Mei atau Juni, di Wina pada bulan Nopember dan di kota Dublin pada awal 2008, dan di harapkan perangkat peraturan baru tersebut telah selesai pada tauhn 2008 sebelumnya palang merah internasional atau ICRC telah mengadakan rapat khusus tentang bom cluster pada April 2007 untuk mengklarifikasikan aspek teknis, hukum, militer dan kemanusiaan dari bom tersebut dan melihat respon masyarakat dunia yang sedang berkembang mengenai bom tersebut.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
150
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan bab bab sebelumnya tersebut di atas maka ada beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan, yaitu : 1. Dari segi penggunaannya bom cluster sangat efektif untuk menghancurkan kekuatan musuh. Daya ledaknya sangat ampuh untuk melumpuhkan sarana sarana yang dipandang sangat penting bagi kepentingan musuh tapi di balik itu semua penggunaanya sangatlah merugikan bagi siapa saja, karena efek dari bom ini menyebar secara luas pada suatu daerah dan tidak cocok untuk menyerang target militer yang berada di tengah kota. Di lain pihak senjata ini dapat di katagorikan sebagai senjata Inhumans weapons karena telah melanggar prinsip prinsip dalam Hukum Humaniter internasional yakni protokol tambahan yang ada pada konvensi Jenewa. 2. Penggunaan bom cluster dapat di katagorikan sebagai senjata yang tidak berprikemanusiaan.dan merupakan salah satu pelanggaran dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Karena penggunaan akan bom ini di lakukan dengan penyebaran secara acak oleh negara-negara pengguna bom cluster hal ini menunjukkan bahwa penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan diabaikan. Meskipun untuk ini telah ada Deklarasi
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
151 Sedunia tentang Hak-hak Azasi Manusia 1948 dan Deklarasi Hak Azasi Anak 1959 yang mutlak dijunjung tinggi serta dilaksanakan oleh Negara Negara di dunia.. Selain itu penyebaran bom cluster mempunyai efek yang sangat luas dan sangat berbahaya jika di gunakan di daerah perkotaan dan apabila hal itu terjadi maka ini menunjukkan bahwa masih rendahnya perhatian negara-negara tersebut untuk mentaati ketentuan hukum perang, hanya akan menimbulkan korban jiwa ataupun setidak-tidaknya cacat tubuh bagi semua orang yang melintasi medan yang telah di jatuhi oleh bom cluster pandang bulu. 3. Sanksi yang di terapkan dalam masalah penggunaan bom cluster ini belum ada yang secara khusus memberikan sanksi terhadap penggunaan akan bom ini hanya perangkat peratuaran seperti International Tribunal yang dapat memberikan putusan. Namun dari sisi regulasi penjatuhan hukuman atas penggunaan bom cluster ini di lkukan dengan cara melakukan pendekatan dengan regulasi tentang penggunaan senjata konvensional tertentu dan juga Statuta Roma. Hal ini demikian adanya di karenakan belum adanya suatu peratuaran khusus mengenai penggunaan bom cluster jadi pendekatan regulasinya hanyalah kepada peraturan terhadap penggunaan ranjau darat. B. Saran Negara-negara produsen bom cluster hendaknya bersikap bijaksana dalam membatasi bahkan menghentikan produksi. Ada beberapa negara produsen bom cluster yang dipandang memiliki andil besar tidak hanya dari segi kekuatan militer, politik, tetapi juga dari segi ekonomi seperti Amerika Serikat, Israel, Cina, dan Rusia. Keempat negara ini dipandang dari segi ekonomi sudah baik sekali sehingga bilamana mereka menghentikan produksi atau setidak-tidaknya membatasinya tidak akan berpengaruh Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
152 besar terhadap perekonomian mereka. Andil mereka di bidang politik internasional turut pula mempengaruhi keberhasilan kebijakan internasional dalam menghapuskan atau membatasi pemakaian bom cluster tersebut. Selain itu pula negara-negara di dunia terutama yang sedang mengalami konflik hendaknya lebih memperhatikan keberadaan hukum perang serta melaksanakannya. Hal, ini terutama berkaitan erat dengan perlindungan penduduk sipil yang selalu diabaikan. Penggunaan bom cluster ini juga memiliki dampak yang tidak hanya berhenti bila perang telah usai tetapi juga memiliki dampak saat situasi damai. Sisa-sisa peninggalan bom cluster yang masih tergeletak dan masih aktif yang belum dimusnahkan akan menimbulkan bencana bagi penduduk sipil yang melaksanakan aktivitas sehari-hari. Hal ini membutuhkan perhatian secara lebih khusus lagi bagi dunia internasional. Dan juga di perlukannnya suatu perangkat hukum yang baru yang dapat mengikat semua Negara yang ada di seluruh dunia agar melarang penggunaan bom cluster ini. Dimana Negara Negara produsen dari senjata tersebut harus ikut dalam meratifikasi perjanjian tersebut. Semoga saja dengan di bentuknya suatu perangkat baru di bidan hukum humaniter terlebih lagi khususnya mengenai pelaranggan penggunaan bom cluster dapat membawa angina segar perdamaian dan perlindungan bagi kemanusiaan.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
153
DAFTAR PUSTAKA Brownlie, Ian. Principles of Public International Law, second edition, Clarendon Press, Oxford ;1973 Carnegie Endowment for International Peace. The Hague Convention and Declarations of 1899 and 1907. New York, 1915, Oxford University Press Fadillah, Agus. Hukum Humaniter suatu perspektif, Pusat Studi Hukum Humaniter Universitas Trisakti dengan Internasional Committee of The Red Cross, Jakarta ;1997. Haryomataram, KGPH. Pengantar Hukum Humaniter. Rajawali Press, Jakarta : 2005 Kusumaatmadja, Mochtar, Konvesi Jenewa tahun 1949 Mengenai Perlindungan Korban perang, Bandung: Binacipta, 1968 Kusumaatmadja, Prof . Mochtar. Mochtar Kusumaatmaja, Hukum Internasional Humaniter dalam Pelaksanaan Dan Penerapannya di Indonesia,Bancipta Bandung;1980 Starke, J.G. Hukum Internasional 2; 1977 The Iraq War's Civilian Toll,” Weekend All Things Considered, National Public Radio, Washington, D.C.;2007
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
154 Parthiana, I Wayan, Pengantar Hukum Internasional, Madar Maju. Bandung ;2003 Permanasari Arlina, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional Committee of The Red Cross, Jakarta 1999, Peter Gasser, Hans, International Humanitarian Law, Henry Dunant Institute, Geneva;1993 Pictet, Jean. Development and Principles of International Humatarian Law. Protocol of St.Petersburg 1868 Hague Convention 1899-1907 Konvensi Jenewa 1949 dan protokol tambahan I s/d V 1977 Convention of Certain Conventional Weapons 1980 Ottawa Treaty 1997 Ottawa Treaty 1997 Convention on The Prohibition of The Use, Stockpiling
Production and Transfer of Anti Personnel Mines and on Their
Destruction Statuta Roma 1998 Media elektronik Human Rights Watch (HRW), Timeline of Cluster Munition Use, February 2007, http://hrw.org/backgrounder/arms/cluster0207/3.htm, http://www.stopclustermunitions.org/files/HRW%20Survey%20on%20cluster%2 0munitions.pdf http://www.stopclustermunitions.org/info.asp?c=14&id=28, http://en.wikipedia.org/wiki/cluster_bomb http://handicapinternational.org/ Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009
155 http://www.nolandmines.com/ www.icrc.com/ihl/weapon/cluster_bomb http://www.landmineaction.org/resources/ERW_global_survey.pdf Media cetak Angkasa no.7 april 2003 th.XIII:’Perang Irak Gelar Senjata Pemusnah AS’ The Yom Kippur War – October 1973. Angkasa edisi koleksi no.XLII 2007 USA Today reported by Paul Wiseman Harian Analisa/ Associated Press
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008. USU Repository © 2009