Bab 2 Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan RKPD Tahun Anggaran 2016 adalah RKPD tahun kedua pemerintahan Bupati-Wakil Bupati Jeneponto periode 2014-2018. Dokumen perencanaan ini berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jeneponto 2014-2018 dan menjabarkan hal-hal yang ingin dicapai pada tahun kedua pelaksanaan RPJMD. Hasil pelaksanaan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2014 dapat dilihat pada pencapaian target dan indikator sasaran hingga akhir Tahun 2014. Program dan Kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan Tahun ini, dapat dilihat pada hasil pelaksanaan Renja dan RKA masing-masing SKPD, demikian juga perkiraan target dan indikator sasaran yang dicapai pada hingga Triwulan II Tahun 2015 ini. Capaian kinerja pelaksanaan pembangunan dapat diketahui dari uraian data dan informasi terkait dengan kondisi umum daerah, kinerja penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan, serta permasalahan pembangunan daerah. Namun sebelum itu maka ada baiknya jika ada pemahaman yang utuh tentang Kab. Jeneponto dalam hal aspek geografis, demografis dan potensi serta bencana yang mengintai Hal tersebut diatas dapat diuraikan secara umum sebagai berikut : 2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah 2.1.1.1
Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Jeneponto memiliki wilayah seluas 74.979 ha atau 749,79 km2, secara administrasi terbagi menjadi 11 (sebelas) kecamatan. Luas wilayah Kabupaten Jeneponto tersebut hanya kurang lebih 1,20 persen dari luas wilayah administrasi Propinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan
wilayah
administrasi
Kabupaten
Jeneponto
berbatasan dengan sebelah Utara dengan Kabupaten Gowa dan Takalar, sebelah Selatan dengan Laut Flores, sebelah Barat dengan Kabupaten Takalar, dan sebelah Timur dengan Kabupaten Bantaeng.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-1
Secara
administratif Kabupaten
Jeneponto
terbagi
atas
11
(sebelas) Kecamatan yang terdiri dari 31 (tiga puluh satu) kelurahan dan 82 (delapan puluh dua) desa. Kecamatan Bangkala Barat merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Jeneponto yakni 152,69 km2 atau 20,40% dari luas wilayah Kabupaten Jeneponto, sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Arungkeke dengan luas 29,91 km2 atau 3,97% dari luas wilayah Kabupaten Jeneponto. Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto No
Kecamatan
Luas Wilayah (km²) 121,82
Persentase Terhadap Luas Kabupaten (%) 16,25
152,96
20,40
01
Bangkala
02
Bangkala Barat
03
Tamalatea
57,58
7,68
04
Bontoramba
88,30
11,78
05
Binamu
69,49
9,27
06
Turatea
53,76
7,17
07
Batang
33,04
4,41
08
Arungkeke
29,91
3,99
09
Tarowang
40,68
5,43
10
Kelara
43,95
5,86
11
Rumbia
58,30
7,78
749,79
100,00
Total Sumber : BPS Kab. Jeneponto 2014
2.1.1.2
Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu dari 24 (dua puluh empat) daerah kabupaten/kota di Propinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis terletak antara 5o16’13”–5o39’35” LS dan antara 12o40’19”– 12o7’31” BT. Apabila dilihat bentang alamnya secara makro, wilayah Kabupaten Jeneponto terdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian utara, serta kawasan pantai di sebelah selatan. Kabupaten Jeneponto terletak di ujung selatan bagian barat dari wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dengan ibukota Bontosunggu, berjarak sekitar 91 km dari Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-2
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Jeneponto
2.1.1.3
Topografi Topografi di Kabupaten Jeneponto relatif bervariasi, mulai dari topografi datar (flat), berombak (undulating), bergelombang (rolling), berbukit
(hilly)
hingga
bergunung
(mountainous).
Topografi
datar-
berombak (kemiringan lereng di bawah 15%) tersebar dengan luasan sekitar sekitar 42.715 ha, atau sekitar 53,68% dari luas total Kabupaten Jeneponto. Areal dengan kemiringan lereng ini adalah merupakan areal persawahan, ladang, serta kebun campuran. Selebihnya, areal dengan kemiringan lereng lebih dari 15 %, dimana sebagian besar diantaranya adalah merupakan lahan kering. Kondisi kelerengan yang ada di Kabupaten Jeneponto terbagi dalam 5 (Lima) kategori yaitu : -
Kemiringan lereng 0-2%, yang tersebar di kecamatan Arungkeke, Bangkala dan Bangkala Barat;
-
Kemiringan lereng 2-8%, yang tersebar diseluruh Kecamatan kecuali Kecamatan Rumbia;
-
Kemiringan lereng 9-15%, yang tersebar diseluruh Kecamatan kecuali Kecamatan Bangkala dan Rumbia;
-
Kemiringan lereng 16-25%, yang tersebar diseluruh Kecamatan;
-
Kemiringan lereng 41-60%, yang tersebar diseluruh Kecamatan.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-3
Kabupaten Jeneponto mempunyai fisiografi yang dibagi menjadi dua bagian yaitu tektonik dan vulkanik. Fisiografi tektonik terdapat dibagian selatan dekat pantai dan bagian barat yang meliputi kecamatan Bangkala,
Bangkala
Barat,
dan
Turatea.
Bahan
induk
batu
kapur/gamping terdapat pada bentuk wilayah berombak sampai berbukit dan daerah datar. Daerah berbukit membentuk tanah dengan solum dangkal dengan tekstur lempung liat berbatu dan warnanya hitam, klasifikasi tanahnya termasuk Lithic Haplustol Clayey Sckeletal dan Lithic Usthortent. Sedangkan bagian bawah bentuk wilayah datar sampai melandai membentuk tanah-tanah sedang sampai dalam dengan warna hitam sampai coklat tua kehitaman, tekstur sedang sampai halus, klasifikasi tanahnya termasuk Typics Haplustols, Vertics Haplustols, dan Typics Haplusterts. Dan fisiografi vulkanik yaitu merupakan bahan yang menempati bagian utara dan timur meliputi kecamatan Rumbia, Kelara, dan Batang. Bentuk wilayah melandai sampai bergelombang. Pada wilayah bergelombang (kaki volkan atas) dicirikan oleh banyaknya batu basalt dipermukaan dengan ukuran 20-100 cm dengan persentase 2040%. Solumnya dangkal dengan tekstur lempung sampai lempung berpasir berbatu membentuk tanah Typics Haplustels Bouldery dan Typics Usthorthents Bouldery. Pada kaki volkan bagian bawah dicirikan oleh batu yang
jumlahnya tidak terlalu banyak , solum tanah sedang, tekstur
lempung berkerikil dengan pH agak masam. Klasifikasi tananya Typics Ustropepts (lahan kering) dan Aquic Ustropepts (lahan sawah). 2.1.1.4
Morfologi Morfologi Kabupaten Jeneponto ditandai oleh bentuk permukaan yang bervariasi, yakni, bagian utaranya terdiri dari dataran tinggi dan bukit-bukit yang membentang dari barat ke timur dengan ketinggian 500 sampai dengan 1.400 meter diatas permukaan laut, di bagian tengah meliputi wilayah-wilayah dataran dengan ketinggian 100 sampai dengan 500 meter diatas permukaan laut, dan bagian selatan meliputi wilayahwilayah dataran rendah dengan ketinggian 0 sampai dengan 100 meter di atas permukan laut (lihat gambar 2.2). Dengan morfologi yang relatif lengkap (pesisir, dataran rendah dan dataran tinggi) membuat jeneponto sangat potensial untuk pengembangan kelautan dan perikanan, pertanian tanaman pangan dan holtikultura, peternakan dan perkebunan.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-4
Gambar. 2.2 Morfologi Kabupaten Jeneponto
2.1.1.5
Hidrologi Pada umumnya kondisi hidrologi di Kabupaten Jeneponto sangat berkaitan dengan tipe iklim dan kondisi geologi yang ada. Kondisi hidrologi permukaan ditentukan oleh sungai-sungai yang ada yang pada umumnya berdebit kecil, oleh karena sempitnya daerah aliran sungai sebagai wilayah tangkapan air (catchmen area) dan sistem sungainya. Kondisi tersebut diatas menyebabkan banyaknya aliran sungai yang terbentuk. Air tanah bebas (watertable groundwater) dijumpai pada endapan aluvial dan endapan pantai. Kedalaman air tanah sangat bervariasi yang tergantung pada keadaan dan jenis lapisan batuan. Sementara itu terkait dengan Daerah Aliran Sungai, Kab. Jeneponto termasuk salah satu daerah yang jumlah DAS-nya relatif sedikit. Berdasarkan data dari BPS maka Jeneponto hanya memiliki 7 DAS kecil, sementara berdasarkan analisis data dari Ganeca Enviromental Services maka ada 8 DAS.
Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto Berdasarkan BPS No
Nama DAS
Luas (Ha)
01
DAS Binanga Cikoang
2.085
02
DAS Binanga Lumbua
13.058
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-5
No
Nama DAS
Luas (Ha)
03
DAS Binanga Pangkaje’ne
17.012
04
DAS Binanga Topa
5.130
05
DAS Binanga Papa
7.087
06
DAS Jeneponto
12.259
07
DAS Tarowang
18.349
Sumber : BPS Kab. Jeneponto 2013
Tabel 2.3 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto Berdasarkan data USAID Luas (km2)
Kemiringan (%)
Keliling (km)
Panjang (km)
Jeneponto
386.77
0-62
135,30
27,29
Tamanroya
283.85
0-40
101,14
30,58
81.69
0-18
44,79
13,70
176.81
0-40
98,55
29,74
Parasangangberu
58.10
0-40
52,41
16,48
Pattiro
97.91
0-14
65,89
23,24
Jarania
156.95
0-40
92,05
16,44
Pappa
400.59
0-40
120,54
35,80
DAS
Bontolembang Pallengu
Dari penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi pada tahun 2007, didapatkan bahwa pada umumnya di Kabupaten Jeneponto didominasi oleh debit air tanah antara 1, 67 – 5 I/dt. Ketebalan akuifer yang tebal dan overburden (lapisan yang kedalamanya dihitung dari permukaan tanah) lebih dari 40 m, seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 2.4 Ketebalan Akuifer pada beberapa Kecamatan di Kabupaten Jeneponto No
Kecamatan
1
Tamalatea
2
Turatea
3
Binamu
4
Batang
Desa/Kelurahan Tonrokasi Barat
Kedalaman (m) 126
Tanrongga
81
Mangepong
49
Bungungloe
68
Bontoraya
62
Bontorappo
49
Bonto Ujung
48
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-6
Alutaroang
55
5
Rumbia
Rumbia
61
6
Bangkala
Tombo-tombolo
53
7
Bangkala Barat
Bulu Jaya
54
8
Kelara
Tolo selatan
60
9
Arungkeke
Boronglamu
64
Sumber : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian UNHAS.
Pada ketebalan akuifer dan overburden tersebut, berdasarkan kondisi hidrogeologi umumnya air dalam tanah merupakan air tanah dalam (ground water) sehingga tidak dipengaruhi oleh kondisi air permukaan setempat. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa penggunaan air tanah akan membutuhkan pengeboran yang dalam dan bisa berakibat pada tingginya biaya produksi. Persoalan penggunaan air tanah juga sudah menjadi isu penting dengan tingginya tingkat intrusi air laut di Kab. Jeneponto. Data penelitian pada tahun 2007 menunjukkan bahwa intrusi air laut telah mencapai 5 KM, sedang kondisi terkini pada beberapa titik telah mencapai 10 KM. Perlu usaha yang keras untuk menahan intrusi ini melalui re-vegetasi daerah pesisir. Studi yang dilakukan oleh Ganeca Enviromental Services melalui pendanaan USAID pada tahun 2015 menunjukkan bahwa usia air tanah di Kab. Jeneponto berkisar antara 5-8 tahun. Yang berarti tidak ada penyimpanan air tanah yang massif. Sehingga perubahan kondisi lingkungan dan dampaknya terhadap ketersediaan air tanah akan langsung dirasakan dalam 5-8 tahun. Hal yang berbeda bisa dilihat pada Kab. Sukabumi dimana usia air tanah bisa mencapai 100 tahun sehingga perubahan lingkungan terhadap kondisi air tanah baru bisa dirasakan 100 tahun kedepan. Studi yang sama juga mengindikasikan bahwa Kab. Jeneponto memiliki potensi resapan yang buruk terhadap air permukaan. Akibatnya pada musim penghujan air akan langsung mengalir ke laut dan hanya sedikit yang tersimpan sebagai air tanah. Kondisi ini mendorong Kab. Jeneponto agar banyak mendirikan lebih banyak embung yang berfungsi menahan air lebih lama di daratan sehingga tidak langsung ke laut. 2.1.1.6
Klimatologi Iklim (pola distribusi dan jumlah curah hujan tahunan) Kab. Jeneponto tergolong kering dihampir semua kecamatan, selain Kec Rumbia, Kelara dan sebagian Kec. Bangkala, yang tergolong agak basah.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-7
Kondisi iklim seperti ini mengindikasikan bahwa produktifitas berbagai jenis komoditas pertanian di Kabupaten Jeneponto akan menghadapi kendala kekurangan air yang ekstrim. Adapun Kondisi curah hujan wilayah ini yang diwakili oleh data dari 7 stasiun pencatat hujan yaitu, Allu, Balangloe, Jeneponto, Bisoloro, Loka, Malakaji dan Takalar, menunjukkan rata-rata curah hujan tahunan yang berkisar antara 1049– 3973 mm/tahun. Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari stasiun pencatat hujan tersebut, maka type iklim Kabupaten Jeneponto termasuk type iklim agak basah sampai kering. Dimana pada stasiun Loka, Malakaji dan Beseloro termasuk iklim agak basah sedangkan pada stasiun Allu, Balangloe, Jeneponto, dan Takalar termasuk tipe iklim agak kering sampai kering. 2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah Pengembangan Wilayah Kabupaten Jeneponto diarahkan dengan mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan (RTRWP), dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jeneponto. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kabupaten Jeneponto termasuk dalam tahapan pengembangan baru untuk Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Pusat Pertumbuhan Nasional dengan Kategori Pengembangan/Peningkatan fungsi. Sementara itu dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sulawesi, posisi Kabupaten Jeneponto baik dalam kebijakan struktur maupun pola ruang adalah sebagai berikut :
Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Pulau Sulawesi dimana Jeneponto termasuk di dalamnya dengan mendorong pengembangan kota-kota sebagai pusat pelayanan sekunder;
Pembangunan
jaringan
Jalan
dengan
prioritas
sedang
yang
menghubungkan kota-kota Makassar – Sungguminasa – Takalar – Jeneponto – Bantaeng - Bulukumba;
Pelabuhan Regional di Jeneponto dengan prioritas sedang.
Pembangunan bendungan-bendungan baru dan embung-embung besar dengan prioritas tinggi : Kelara-Karaloe di Kabupaten Jeneponto
Pengembangan Kawasan Agropolitan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-8
Demikian pula dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Sulawesi Selatan, menempatkan Kabupaten Jeneponto sebagai daerah yang strategis sebagai penyangga pengembangan wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jeneponto Tahun 2011-2031 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 01 Tahun 2012, telah dirumuskan rencana pengembangan wilayah Kabupaten Jeneponto untuk 20 tahun ke depan. Rencana pengembangan wilayah dimaksud dituangkan dalam bentuk rencana struktur ruang, rencana pola ruang, rencana kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang dan arahan pengendalian ruang. Rencana struktur ruang kabupaten Jeneponto terdiri dari pusat – pusat kegiatan, sistem jaringan prasarana utama dan sistem jaringan prasarana lainnya. Sedangkan rencana pola ruang terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pusat – pusat kegiatan di Kabupaten Jeneponto yang ditetapkan dalam RTRW adalah sebagai berikut : a.
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW): Kota Bontosunggu
b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yaitu : Pa’biringa (Kecamatan Binamu), Bungeng (Kecamatan Batang), Allu (Kecamatan Bangkala) Tolo (Kecamatan Kelara) c.
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK): Kawasan Rumbia di Kecamatan Rumbia; Kawasan Tarowang di Kecamatan Tarowang; Kawasan Paitana di Kecamatan Turatea; dan Kawasan Arungkeke di Kecamatan Arungkeke; Perkotaan Bontotangnga di Kecamatan Tamalatea.
d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL): Kelurahan Bontoramba di Kecamatan Bontoramba, dan Kelurahan Bulujaya di Kecamatan Bangkala Barat. Pengembangan Sistem jaringan prasarana utama diarahkan pada pengembangan jaringan transportasi darat dan jaringan transportasi laut, sedangkan sistem jaringan prasarana lainnya berupa sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem prasarana pengelolaan lingkungan. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-9
Untuk kawasan lindung telah ditetapkan kawasan hutan lindung seluas 6.715 ha yang tersebar di Kecamatan Bangkala, Bangkala Barat, Bontoramba, Kelara dan Rumbia. Sedangkan untuk kawasan budidaya diarahkan pada :
kawasan peruntukan hutan produksi;
kawasan peruntukan hutan rakyat;
kawasan peruntukan pertanian;
kawasan peruntukan perikanan;
kawasan peruntukan pertambangan;
kawasan peruntukan industri;
kawasan peruntukan pariwisata;
kawasan peruntukan permukiman; dan
kawasan peruntukan lainnya. Untuk rencana kawasan strategis, di Kabupaten Jeneponto telah
ditetapkan 7 (tujuh) kawasan strategis kabupaten yaitu : 1. Kawasan Agropolitan Rumbia-Kelara (Ekonomi) 2. Kawasan Industri Perikanan dan Pariwisata Terpadu (KIPPT) Pa’biringaBiringkassi (Ekonomi) 3. Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Agro-minapolitan ArungkekeTarowang (Ekonomi) 4. Kawasan Strategis Bintaru (Binamu-Batang-Arungkeke) (Ekonomi) 5. Kawasan Strategis Bendungan Kelara-Karaloe (SDA/Teknologi) 6. Kawasan Strategis Industri Malasoro dan sekitarnya (SDA/Teknologi) 7. Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Agropolitan berbasis Pesantren (Sosial Budaya). 2.1.3 Wilayah Rawan Bencana Potensi kebencanaan terkait dengan tingkat kerawanan suatu wilayah terhadap bahaya bencana meliputi bahaya bencana geologi (gerakan tanah/batuan, banjir, gempa bumi, tsunami), kebakaran, dan angin puting beliung. Berdasarkan analisis peta topografi yang diekspresikan kedalam peta kemiringan lahan, maka Kabupaten Jeneponto hampir semuanya di bagian utara (80%) tersusun oleh daerah-daerah dengan kemiringan di atas 40%. Kemiringan
yang
besar
merupakan
daerah
yang
potensial
terhadap
terjadinya gerakan tanah/batuan.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-10
Potensi gempa bumi dapat dilihat dari struktur geologi secara regional. Berdasarkan pola struktur regional tersebut, maka diduga bahwa di semua wilayah kabupaten ini masuk dalam zona yang potensial terkena guncangan akibat pergerakan kulit bumi tersebut. Potensi banjir selalu berhubungan dengan curah hujan dan kondisi topografi. Berdasarkan peta topografi dan citra maka potensi banjir adalah daerah pantai disebelah barat Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea, tepatnya di Kelurahan Tonrokassi Timur. Sekaitan dengan potensi tsunami, terdapat tiga faktor yang dapat memicu terjadinya gelombang pasang besar yaitu gempa bumi, longsoran besar bawah laut dan letusan gunungapi bawah laut. Berdasarkan kondisi geologi regional di Sulawesi Selatan, dimana hanya ada potensi gempa bumi, maka diduga potensi tsunami di Kab. Jeneponto tetap ada walaupun sangat kecil. Namun yang perlu diwaspadai adalah munculnya tsunami kiriman dari arah selatan (Nusa Selatan). Daerah-daerah yang akan terkena imbas tsunami adalah wilayah pesisir di bagian timur dan pulau Libukang. Berdasarkan Peta Rawan Bencana RTRW Provinsi Sulsel, seluruh pantai Kabupaten Jeneponto ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana Tsunami, karena sifatnya yang terbuka. Selain potensi bencana geologi di atas, potensi bencana iklim (kebakaran, kekeringan, dan angin puting beliung) dapat terjadi di semua kecamatan. Berikut ini tabel kebencanaan dan sebarannya. Tabel 2.5 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya No 1
Jenis Kebencanaan
Lokasi (Sebaran)
Gerakan
Seluruh wilayah dengan lereng > 40%, dan utamanya
Tanah/Batuan
sepanjang terutama pada patahan mayor: kecamatan Bangkala, Bangkala Barat, Rumbia, dan Kelara
2
Banjir
Dataran pantai di sebelah barat, Kecamatan Bangkala dan Tamalatea.
3
Tsunami
Sepanjang pesisir
4
Kebakaran
Semua wilayah
5
Angin puting beliung
Terutama di sepanjang pesisir, khususnya Tamalatea, Arungkeke, Bontoramba, dan Binamu
6
Gempa
Semua wilayah
Sumber : Hasil Analisis dan Plot GIS dari peta kerawanan bencana Tahun 2010 oleh Tim Penyusun RTRW Kab. Jeneponto.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-11
2.1.4 Demografi Penduduk Kabupaten Jeneponto terus mengalami pertumbuhan tiap tahun. Selama periode
2010-2014
rata-rata pertumbuhan penduduk
tercatat sebesar 1,11 persen. Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih besar daripada jumlah penduduk lakilaki. Pada tahun 2014, data sementara penduduk Kabupaten Jeneponto sebesar 353.287 jiwa dengan komposisi laki-laki sebanyak 170.873 jiwa dan perempuan sebanyak 182.414 jiwa. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.6 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 No
Tahun
1
Jumlah penduduk
Kepadatan
Pertumbuhan
342.700
457
2,49
178.090
346.149
462
1,00
169.025
179.113
348.138
464
0,57
2013
169.900
181.200
351.100
468
0,85
2014*
170.873
182.414
353.287
471
0,62
348.275
464
1,11
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
2010
166.384
176.316
2
2011
168.059
3
2012
4 5
Rata – Rata
Sumber: * Data Proyeksi BPS Jeneponto Tahun 2014
Sementara itu pada tahun 2010 pertumbuhan penduduk Kabupaten Jeneponto merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 2,49 persen. Hal ini terjadi
karena
tahun
2010
merupakan
tahun
pelaksanaan
sensus
penduduk, sehingga jumlah penduduk yang tercatat merupakan jumlah penduduk riil sebagai hasil sensus penduduk. Kepadatan penduduk Kabupaten Jeneponto periode 2010-2014 ratarata sebesar 587 jiwa/km2. Dengan distribusi penduduk yang menunjukkan belum merata di seluruh wilayah. Berdasarkan data tahun 2014, distribusi dan kepadatan penduduk masih terkonsentrasi di Kecamatan Binamu dengan kepadatan sebesar 86 jiwa/km2. Sedangkan di Kecamatan Bangkala tingkat kepadatan penduduk hanya mencapai 206 jiwa/km2. Hasil analisa distribusi dan kepadatan penduduk di Kabupaten Jeneponto disajikan pada tabel berikut: Tabel 2.7 Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto Tahun 2014 No
Kecamatan
Luas (km2)
Penduduk (jiwa)*
Kepadatan (jiwa/km2)
Anggota RT
1
Bangkala
121,82
47.158
206
4
2
Bangkala Barat
152,96
25.128
308
4
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-12
No
Luas (km2)
Penduduk (jiwa)*
Kepadatan (jiwa/km2)
Anggota RT
57,58
39.041
678
4
88,3
37.759
428
4
Kecamatan
3
Tamalatea
4
Bontoramba
5
Binamu
69,49
54.631
786
5
6
Turatea
53,76
38.115
709
4
7
Batang
33,04
24.787
750
5
8
Arungkeke
29,91
24.799
829
4
9
Tarowang
40,68
17.185
422
4
10
Kelara
43,95
18.646
424
4
11
Rumbia
58,3
26.038
4
749,79
353.287
447 587
Jeneponto
4
Sumber : * Data sementara BPS Kab. Jeneponto, 2014
Dengan asumsi ini, maka distribusi penduduk di wilayah Kabupaten Jeneponto bervariasi, hal ini disebabkan karena tidak semua kecamatan mempunyai jumlah penduduk dan luas yang sama. Dimana makin kecil luas lahan kecamatan maka tingkat kepadatan penduduknya cenderung lebih tinggi, apalagi bila kecamatan bersangkutan mempunyai jumlah penduduk yang besar.
Informasi
ini
penting untuk menghitung
daya dukung
lingkungan, termasuk kebutuhan sarana-prasarana dasar. Selain itu dengan diketahuinya kepadatan penduduk maka diharapkan program-program pemerintah untuk perbaikan pola hidup bisa lebih tepat sasaran. Sekaitan
dengan
agama
yang
dipeluk
penduduk
Kabupaten
Jeneponto, mayoritas memeluk agama Islam, disusul oleh Protestan dan Katholik (Lihat Tabel 2.7 : data Tahun 2014 belum tersedia sehingga masih menggunakan data tahun 2013). Kecamatan Binamu merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk non Islam terbanyak. Dengan kondisi ini maka Kecamatan Binamu memiliki potensi untuk terjadinya gesekan antar umat beragama. Perlindungan terhadap pemeluk agama lain sangat penting untuk memberikan jaminan bagi mereka melaksanakan keyakinannya. Tabel 2.8 Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto Tahun 2014 No
Kecamatan
Tahun Islam
Protestan Katholik
Hindu
Budha
1.
Bangkala
46.462
-
-
-
-
2.
Bangkala Barat
24.632
-
-
-
-
3
Tamalatea
47.220
-
35
-
-
4
Bontoramba
35.323
-
-
-
-
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-13
No
Tahun
Kecamatan
Islam
Protestan Katholik
Hindu
Budha
5
Binamu
53.171
11
68
-
-
6
Turatea
30.220
-
-
-
-
7
Batang
18.239
-
11
-
-
8
Arungkeke
1.839
-
-
-
-
9
Tarowang
21.926
-
6
-
-
10
Kelara
31.931
-
4
-
-
11
Rumbia
24.405
-
-
-
-
335.404
11
124
-
-
Jumlah
Sumber : BPS Jeneponto (Data Tahun 2013)
2.2.
Aspek Kesejahteraan Masyarakat Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat
regional (Provinsi/Kabupaten/Kota) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada waktu tertentu. PDRB dibentuk dari sembilan sektor ekonomi yang mencakup sektor pertanian, pertambangan dan penggalian,
industri
pengolahan,
listrik,
gas,
dan
air
bersih,
konstruksi
perdagangan, restoran dan hotel, pengangkutan dan komunikasi, lembaga keuangan dan jasa-jasa lainnya. 2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1
Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan sektoral di Kabupaten Jeneponto selama periode tahun 2010-2014 (data 2014 masih menggunakan data tahun 2013), secara keseluruhan, mengalami pertumbuhan secara fluktuatif dimana pada tahun 2013 ada 2 (dua) sektor yang mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu sektor pertanian dan sektor keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan. Sedangkan 7 (tujuh) sektor lainnya mengalami kenaikan pertumbuhan yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel. 2.9 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010-2014 Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Jeneponto
N o
Sektor
1 Pertanian 2 Pertambang an dan
2010
2011
Rp.(Juta)
%
1.127.199,23
49,58
23.194,79
1,02
Rp.(Juta)
2012
2013
2014*
%
Rp.(Juta)
%
Rp.(Juta)
%
Rp.(Juta)
%
1.372.282,51
51,28
1.590.467,69
51,38
1.805.621,80
50,84
1.805.621,80
50,84
26.281,64
0,98
30.262,07
0,98
35.147,38
0,99
35.147,38
0,99
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-14
N o
2010
Sektor
Rp.(Juta)
2011 %
2012
Rp.(Juta)
%
2013
Rp.(Juta)
%
2014*
Rp.(Juta)
%
Rp.(Juta)
%
Penggalian 3
Industri Pengolahan
36.219,58
1,59
39.215,44
1,47
42.695,35
1,38
47.016,25
1,32
47.016,25
1,32
Listrik, Gas 4 dan Air Bersih
10.877,42
0,48
12.601,51
0,47
15.518,36
0,50
19.143,43
0,54
19.143,43
0,54
5 Kontruksi
87.435,87
3,85
95.819,56
3,58
106.875,67
3,45
124.074,05
3,49
124.074,05
3,49
Perdaganga 6 n, Hotel dan Restoran
129.345,87
5,69
144.034,81
5,38
159.488,89
5,15
183.755,04
5,17
183.755,04
5,17
Pengangkut 7 an dan Komunikasi
52.877,12
2,33
59.662,32
2,23
68.308,01
2,21
78.700,85
2,22
78.700,85
2,22
Keuangan, Sewa dan 8 Jasa Perusahaan
113.711,25
5,00
135.800,54
5,07
160.548,69
5,19
193.284,51
5,44
193.284,51
5,44
9 Jasa-jasa
692.650,76
30,47
790.317,07
29,53
921.085,26
29,76
1.064.881,33
29,98
1.064.881,33
29,98
2.273.511,89
100
2.676.015,40
100
3.095.249,99
100
3.551.624,63
100
3.551.624,63
100
PDRB Sumber
:
BPS Kabupaten Jeneponto Tahun 2014 *Data Tahun 2013 (belum tersedia data 2014)
Tabel di atas menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian masih dominan dalam peningkatan PDRB. Namun demikian, kontribusi sektor pertanian sempat mengalami penurunan persentase pada tahun 2013 yakni dari tahun 2012 kontribusi sektor pertanian sebesar 51,38 persen menjadi 50,84 atau turun sekitar 0,54 persen. Sementara itu kontribusi sektor jasa – jasa mengalami penurunan pada Tahun 2013 yaitu dari 30,47 persen pada tahun 2010, menurun menjadi 29,98 persen pada tahun 2013 atau sebesar 0,49 persen. Tabel. 2.10 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010-2014 Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Jeneponto N o
Sektor
1 Pertanian
2010 Rp.(Juta)
2011 %
Rp.(Juta)
2012 %
Rp.(Juta)
2013 %
Rp.(Juta)
2014* %
Rp.(Juta)
%
475.280,79
52,34
516.301,25
53,99
558.594,82
54,45
597.668,75
54,46
597.668,75
54,46
Pertambang 2 an dan Penggalian
13.448,28
1,59
14.166,99
1,48
15.247,07
1,49
16.559,82
1,51
16.559,82
1,51
Industri Pengolahan
20.346,38
2,34
21.094,64
2,21
0
2,17
0
2,15
0
2,15
5.156,98
0,58
5.660,77
0,59
6.418,79
0,63
7.313,37
0,67
7.313,37
0,67
3
Listrik, Gas 4 dan Air Bersih
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-15
N o
2010
Sektor
Rp.(Juta)
2011 %
Rp.(Juta)
2012 %
2013
Rp.(Juta)
%
2014*
Rp.(Juta)
%
Rp.(Juta)
%
5 Kontruksi
44.171,33
5,14
46.059,68
4,82
48.495,88
4,73
52.508,45
4,79
52.508,45
4,79
Perdaganga 6 n, Hotel dan Restoran
65.823,66
7,40
70.923,51
7,42
76.306,18
7,44
83.235,61
7,59
83.235,61
7,59
Pengangkut 7 an dan Komunikasi
30.892,29
3,49
33.224,14
3,47
0
3,52
0
3,58
0
3,58
Keuangan, Sewa dan 8 Jasa Perusahaan
63.204,17
7,02
69.669,34
7,29
78.685,62
7,67
87.412,94
7,97
87.412,94
7,97
172.689,10
20,10
179.147,44
18,73
183.789,97
17,92
189.779,12
17,29
189.779,12
17,29
891.012,96
100
956.277,77
100
1.025,837
100
1.097.348,8
100
1.097.348,8
100
9 Jasa-jasa PDRB Sumber
:
BPS Kabupaten Jeneponto Tahun 2014 *Data Tahun 2013 (belum tersedia data 2014)
Tabel diatas menggambarkan bahwa angka PDRB Kabupaten Jeneponto Tahun 2013 atas dasar harga konstan sebesar 1.097.384, 84 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 6,97 persen dibandingkan dengan tahun 2012. Pertumbuhan ini melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara rata-rata pertumbuhan selama kurun waktu 2010-2013 sebesar 6,84 persen per tahun. Selama Jeneponto
periode
selalu
tahun
mengalami
2010-2013
perekonomian
perkembangan.
Untuk
Kabupaten
perkembangan
ekonomi, selama periode tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel. 2.11 Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010-2014 Atas Hasar Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Jeneponto N o
2010 Sektor
1 Pertanian 2
Pertambangan dan Penggalian
3 Industri Pengolahan 4
Listrik, Gas dan Air Bersih
5 Kontruksi
2011
2012
2013
2014*
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
49,58
52,34
51,28
53,99
51,38
54,45
50,84
54,46
50,84
54,46
1,02
1,59
0,98
1,48
0,98
1,49
0,99
1,51
0,99
1,51
1,59
2,34
1,47
2,21
1,38
2,17
1,32
2,15
1,32
2,15
0,48
0,58
0,47
0,59
0,50
0,63
0,54
0,67
0,54
0,67
3,85
5,14
3,58
4,82
3,45
4,73
3,49
4,79
3,49
4,79
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
5,69
7,40
5,38
7,42
5,15
7,44
5,17
7,59
5,17
7,59
7
Pengangkutan dan Komunikasi
2,33
3,49
2,23
3,47
2,21
3,52
2,22
3,58
2,22
3,58
8
Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan
5,00
7,02
5,07
7,29
5,19
7,67
5,44
7,97
5,44
7,97
30,47
20,10
29,53
18,73
29,76
17,92
29,98
17,29
29,98
17,29
9 Jasa-jasa
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-16
N o
2010
Sektor PDRB
Sumber
:
2011
2012
2013
2014*
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
BPS Kabupaten Jeneponto Tahun 2014 *Data Tahun 2013 (belum tersedia data 2014)
Data dari 3 tabel diatas menunjukkan dominasi yang besar sektor pertanian terhadap perekonomian Kab. Jeneponto. Dominasi sektor pertanian terhadap PDRB Kab. Jeneponto membuat ekonomi Jeneponto sangat dipengaruhi oleh penurunan produksi (puso) dan harga hasil pertanian. Penurunan produksi hasil pertanian bisa diakibatkan oleh perubahan
iklim
yang
berpengaruh
pada
ketersediaan
air
untuk
pengairan lahan pertanian. Sedangkan pertumbuhan perekonomian Kabupaten Jeneponto selama periode tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel. 2.12 Rata-rata Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Hasar Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2010 s/d 2014 Kabupaten Jeneponto No
Pertumbuhan Hb Hk % %
Sektor
1
Pertanian
50,78
53,9
2
Pertambangan dan Penggalian
0,99
1,5
3
Industri Pengolahan
1,42
2,2
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
0,51
0,6
5
Kontruksi
3,57
4,9
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
5,31
7,5
7
Pengangkutan dan Komunikasi
2,24
3,5
8
Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan
5,23
7,6
9
Jasa-jasa
29,94 100,00
18,3 100,00
PDRB Sumber :
BPS Kabupaten Jeneponto, 2014 Hasil Olahan Bappeda Kab.Jeneponto
Tabel 2.13 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 2010–2014 No 1 Sumber
Uraian Pertumbuhan Ekonomi :
Tahun 2010
2011
2012
2013
2014*
5,38
7,25
7,32
6,97
6,97
BPS Kabupaten Jeneponto 2014 * Data yang digunakan adalah data 2013 karena BPS belum merilis data tahun 2014.
Pertumbuhan
ekonomi
Kab.
Jeneponto
pada
tahun
2013
mengalami perlambatan yang dipengaruhi oleh tingginya inflasi ditandai Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-17
dengan naiknya harga barang sebagai akibat dari naiknya harga BBM sehingga mengurangi daya beli masyarakat. Diharapkan pada tahun 2014 dan 2015 pertumbuhan ekonomi bisa naik dengan adanya usaha pemerintah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur sehingga bisa menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta menekan laju inflasi. 2.2.1.2
Laju Inflasi Laju Inflasi di Kabupaten Jeneponto pada periode 2008-2012 mengalami fluktuasi. Dimana pada tahun 2010 inflasi mencapai 6,81 persen sedangkan pada tahun 2014 inflasi sebesar 5,72 persen. Tabel 2.14 Laju Inflasi Kabupaten Jeneponto Tahun 2010 – 2014
No 1
Tahun
Uraian Laju Inflasi
Sumber
:
2010
2011
2012
2013*
2014**
6,82
2,87
4,87
6,24
5,72
BPS Kabupaten Jeneponto 2014 * Kab. Jeneponto mengikuti nilai inflasi Kota Makassar ** Data inflasi Februari 2014
Laju inflasi sangat dipengaruhi oleh kenaikan harga-harga barang yang biasanya diakibatkan oleh kenaikan tarif dasar listrik dan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berpengaruh pada meningkatnya biaya produksi. Selain itu penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti pertambahan produksi dan penawaran barang. Selain itu, kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintah yang kurang bertanggung jawab. Peningkatan laju inflasi ditahun 2014 lebih banyak disebabkan kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2014. 2.2.1.3
Pendapatan Perkapita Pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Jeneponto periode 2008-2012, mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2008 sebesar Rp. 4.693.927,- dan pada tahun 2012 sebesar Rp. 8.890.871,-. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.15 Pendapatan Perkapita Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 No
Tahun
Jumlah penduduk
Pendapatan perkapita
1
2010
342.700
6.634.100
2
2011
346.149
7.229.211
3
2012
348.138
8.890.871
4
2013
351.100
10.115.707
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-18
No
Tahun
Jumlah penduduk
Pendapatan perkapita
5
2014
353.287*
10.115.707**
Rata - Rata 348.275* 8.597.119** Sumber : * Data Proyeksi BPS Kabupaten Jeneponto 2014 ** Belum tersedia data terbaru
Ada semacam paradoks dari data ekonomi yang ada, pada tingkat
pertumbuhan
ekonomi
terlihat
bahwa
pada
tahun
2013
pertumbuhan ekonomi Kab. Jeneponto terlihat mengalami penurunan namun disisi lain pendapatan perkapita masyarakat meningkat. Hal ini mengindikasikan jika tingkat kesenjangan pendapatan antar kelompok masyarakat
yang
sangat
besar.
Hal
ini
mengisyaratkan
perlunya
pemerintah untuk lebih berpihak pada penduduk berpendapatan rendah dalam setiap program dan kegiatannya, sehingga gap pendapatan bisa semakin mengecil. 2.2.1.4
Indeks Gini Indeks Gini menunjukkan ketimpangan pendapatan dalam suatu daerah, memiliki kisaran 0-1. Nilai 0 menunjukkan distribusi pendapatan yang sangat merata dan nilai 1 menunjukkan distribusi pendapatan yang timpang. Indeks gini di Kabupaten Jeneponto tidak dapat di uraikan secara rinci karena indeks gini diukur berdasarkan level provinsi. Oleh karena itu berikut ini akan ditampilkan indeks gini provinsi Sulawesi Selatan sebagai berikut : Tabel 2.16 Indeks Gini Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2014 No 1
Uraian Indeks Gini
2010
2011
Tahun 2012
0,4
0,41
0,41
2013*
2014*
0,41
0,41
Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto 2014 * Belum tersedia data terbaru
Data
indeks
gini
mendukung
hipotesis
sebelumnya
dimana
terdapat kesenjangan pendapatan yang besar dalam masyarakat (0,41 dari indeks 0-1). Sayangnya data untuk tahun 2014 belum di-publish oleh BPS sehingga data belum bisa dianalisa untuk melihat sejauh mana keberhasilan
pemerintah
meningkatkan
pendapatan
kelompok
berpenghasilan rendah. 2.2.1.5
Indeks Ketimpangan Regional Indeks ketimpangan regional adalah indeks untuk mengukur ketimpangan pembangunan antar kecamatan di suatu kabupaten/kota,
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-19
atau antar kabupaten/kota di suatu provinsi pada waktu tertentu. Indeks ketimpangan regional yang disajikan adalah indeks ketimpangan regional pada level provinsi sebagai berikut : Tabel 2.17 Indeks Ketimpangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2014 No 1
Tahun
Uraian Indeks Ketimpangan
2010
2011
2012
2013*
2014*
0,09300
0,09172
0,09138
0,09138
0,09138
regional
Provinsi
Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto 2014 * Belum tersedia data terbaru
Indeks
ketimpangan
Sulawesi
Selatan
menunjukkan bahwa ketimpangan sangat rendah (hanya 0,09) yang berarti pembangunan dan pertumbuhan ekonomi hampir sama di semua wilayah. Meskipun data indeks ketimpangan regional memperlihatkan kondisi yang baik namun pada kenyataannya kesenjangan pendapatan perkapitan antar wilayah di Sulsel relatif tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan pendapatan perkapita Luwu Timur yang mencapai Rp. 40 Juta sedangkan Kabupaten Jeneponto hanya Rp. 10 Juta. 2.2.1.6
Persentase Penduduk di atas garis kemiskinan Persentase penduduk di atas garis kemiskinan dapat dilihat berdasarkan besarnya jumlah angka kemisikinan. Pada periode 2008 – 2012 angka kemiskinan di Kabupaten Jeneponto semakin menurun, dengan demikian persentase penduduk di atas garis kemiskinan semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.18 Persentase Penduduk di atas Garis Kemiskinan Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 Pddk Miskin (Jiwa)
Pddk Miskin (KK)
Persentase Pddk Miskin
Persentase Pddk di atas Garis Kemiskinan
No
Tahun
Jumlah Penduduk
1
2010
342.700
65.400
16.350
19,08
80,92
2
2011
346.149
40.143
10.035
11,60
88,40
3
2012
348.138
40.143
10.035
11,60
88,40
4
2013*
351.100
40.143
10.035
11,60
88,40
5
2014*
353.287
40.143
10.035
11,60
88,40
Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto 2014 * Belum tersedia data terbaru
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-20
Pendataan
orang
miskin
dilakukan
pada
tahun
2011
dan
seharusnya pada tahun 2014 dilakukan up-dating data orang miskin melalui pendataan BPLS yang dilakukan oleh BPS. Namun dengan pergantian kepemimpinan nasional ditahun 2014 maka pendataan ditunda sehingga data orang miskin masih menggunakan datan 2011. Namun dari diskusi yang dilakukan dengan BPS maka kemungkinan angka orang miskin Kab. Jeneponto akan berkurang melihat agresifitas pembangunan yang selama ini dilakukan oleh pemerintah daerah, terlebih melalui program bantuan sosial stimulan dibidang pertanian. 2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial 2.2.2.1
Angka Melek Huruf Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Jeneponto tahun 2010-2014 mengalami perkembangan, walaupun tidak terlalu signifikan. Pada tahun 2010,
AMH
Kabupaten
Jeneponto
tercatat
sebesar
77,27
persen,
sedangkan pada tahun 2014 mencapai 77,97. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.19 Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2010-2014 Kabupaten Jeneponto NO
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis
182.154
169.967
171.188
182.154
184.013
2
Jumlah penduduk usia 15 Tahun Keatas
217.657
219.851
221.116
217.657
235.975
3
Angka Melek Huruf
77,27
77,31
77,42
78,92
77,97
1
Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto 2014
Data dari tabel diatas menunjukkan terjadi penurunan persentase angka melek huruf dari tahun 2013. Penurunan yang terjadi hampir 1%. Hal ini terjadi karena angka penduduk usia diatas 15 tahun yang meningkat sangat pesat pada tahun 2014, meningkat hampir 20.000 orang dari tahun 2013. Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan pada tahun 2014, sebesar hampir 2000 orang. Lambatnya peningkatan angka melek huruf ini diakibatkan lemahnya dukungan pendanaan untuk program
pemberantasan
buta
aksara.
Pada
tahun
2014
hanya
dianggarkan sekitar Rp. 108.000.000 untuk pemberantasan buta aksara.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-21
Namun hal menjanjikan terlihat pada tahun 2015 dimana anggaran untuk buta aksara meningkat 2000 kali lipat dari tahun 2014. Tabel 2.20 Angka Melek Huruf Tahun 2014 menurut Kecamatan Kabupaten Jeneponto NO
Kecamatan
Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis
Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas
Angka melek huruf
1
Bangkala Barat
14.264
17.754
80,34
2
Bangkala
33.902
34.692
97,72
3
Tamalatea
24.051
27.805
86,50
4
Bontoramba
22.842
24.499
93,24
5
Binamu
32.858
36.216
90,73
6
Turatea
19.188
20.959
91,55
7
Kelara
17.629
18.606
94,75
8
Rumbia
14.413
16.172
89,12
9
Arungkeke
11.524
12.970
88,85
10
Batang
12.744
13.731
92,81
11
Tarowang
14.740
15.619
94,37
218.155
239.023
Jumlah
Tabel diatas memperlihatkan bahwa Kecamatan Bangkala Barat merupakan wilayah dengan angka melek huruf terendah. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh fakta bahwa banyak wilayah desa di kecamatan ini relatif terisolasi, seperti Desa Pappalluang, Barana, Beroanging, Marayoka yang membuat kondisi ekonomi masyarakat rendah sehingga tingkat pendidikan juga rendah. 2.2.2.2
Angka Rata – Rata Lama Sekolah Angka Rata Rata Lama Sekolah (ALS) Kabupaten Jeneponto tahun 2010-2014 mengalami perkembangan. Pada Tahun 2012 ALS Kabupaten Jeneponto sebesar 6,23 tahun, sedangkan pada tahun 2013 sebesar 6,27 tahun. Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut :
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-22
Gambar 2.3 Perkembangan Angka Rata – Rata Lama Sekolah Kabupaten Jeneponto Tahun 2009-2013
6,4 6,2 6
ALS
5,8 5,6 2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto
Angka rata-rata lama sekolah Kab. Jeneponto masih di bawah rata – rata Angka Lama Sekolah tingkat Provinsi Sulawesi Selatan yang sudah mencapai 8,01 tahun pada tahun 2013. Pada tahun 2015 ini telah dilakukan langkah progresif dengan menaikkan anggaran untuk program wajib belajar 9 (sembilan) tahun sebesar 198% dengan harapan bahwa ALS bisa meningkat secara signifikan. 2.2.2.3
Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Jeneponto pada tahun 2010 untuk tingkat SD/MI tercatat sebesar 80,59 persen dan pada tahun 2014 sebesar 92,88 persen. Untuk tingkat SMP/MTs pada tahun 2010, sebesar 57,47 dan pada tahun 2014 sebesar 74,68 persen. Sedangkan untuk SMA/SMK/MA pada tahun 2010 adalah sebesar 28,72 persen dan pada tahun 2014 sebesar 55,88 persen. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.21 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
NO 1
Jenjang Pendidikan
2011
2012
2013
2014
33.789
38.528
39.153
38.520
41.325
41.925
44.247
46.800
44.949
44.492
87,07
83,66
85,70
92.88
11.538
13.833
14.017
15.880
SD/MI
Jumlah siswa kelompok usia 7-12 1.1. tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 1.2. tahun 1.3. APM SD/MI 2
2010
80,59
SMP/MTs
Jumlah siswa kelompok usia 13-15 2.1. tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs
12.565
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-23
NO
Jenjang Pendidikan
Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun 2.3. APM SMP/MTs 2.2.
3
2010
2011
2012
2013
2014
21.862
21.333
21.547
21.671
21.264
57,47
54,09
64,20
64,68
74.68
6.312
8.817
7.704
10.620
11.026
19.299
19.495
19.607
19.731
45,69
39.52
54,16
55.88
SMA/MA/SMK
Jumlah siswa kelompok usia 16-18 3.1. tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA/MA/SMK Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 3.2. tahun 3.3. APM SMA/MA/SMK
21.974 28,72
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kab. Jeneponto
Pada tahun 2014 terjadi perkembangan APM yang signifikan disemua jenjang
pendidikan.
Perkembangan
terbesar
dimiliki
oleh
SMP/MTs
sederajat yang mengalami perkembangan sebanyak 10%. Pertumbuhan yang signifikan ini disebabkan mulai rapinya sistem database pendidikan yang dikembangkan
oleh
Dinas
Pendidikan,
Pemuda
dan
Olahraga
Kab.
Jeneponto pada tahun 2014. Tidak ada lagi sekolah yang sengaja menambah jumlah muridnya secara sengaja untuk mengejar dana Bantuan Operasional Sekolah. 2.2.2.4
Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Jeneponto pada tahun 2010 untuk tingkat SD/MI tercatat sebesar 103,91 persen dan pada tahun 2014 sebesar 117,78 persen. Untuk tingkat SMP/MTs pada tahun 2010, sebesar 90,37 persen dan pada tahun 2014 sebesar 100,40 persen. Sedangkan untuk SMA/SMK/MA pada tahun 2010 sebesar 43,51 persen dan pada tahun 2014 sebesar 72,22 persen. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.22 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
NO 1
Jenjang Pendidikan
2010
2011
2012
2013
2014
SD/MI
1.1.
Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI
43.566
50.535
50.526
52.981
49.731
1.2.
Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun
41.925
44.247
46.800
44.949
44.492
103,91
114,21
107,96
117,87
111.78
19.757
19.397
20.201
20.853
21.366
21.862
21.333
21.547
21.671
21.264
1.3. APK SD/MI 2 2.1.
SMP/MTs Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs
2.2. Jumlah penduduk kelompok usia 13-15
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-24
NO
Jenjang Pendidikan
2010
2011
2012
2013
2014
tahun 2.3. APK SMP/MTs 3
90,37
90,92
93,75
96,23
100.40
9.561
13.078
13.156
13.921
14.250
21.974
19.299
19.495
19.607
19.731
43,51
67,77
67,48
71,00
72.22
SMA/MA/SMK
3.1.
Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA/MA/SMK
3.2.
Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun
3.3. APK SMA/MA/SMK
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kab. Jeneponto 2.2.2.5
Usia Harapan Hidup Usia harapan hidup (UHH) di Kabupaten Jeneponto pada tahun 2009 tercatat sebesar 64,70 tahun, sedangkan pada tahun 2013 sebesar 65,4. UHH untuk tahun 2014 belum dimiliki oleh BPS. Namun melihat trend yang ada dari tahun 2009-2013 maka hadir optimisme bahwa UHH untuk tahun 2014 akan meningkat, walaupun peningkatan tersebut tidak signifikan. Perkembangan UHH dari tahun 2009-2013 dapat dilihat pada grafik berikut : Gambar 2.4 Perkembangan Usia Harapan Hidup Kabupaten Jeneponto Tahun 2009-2013
65,50 65,00 UHH
64,50 64,00 2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa angka harapan hidup Kabupaten Jeneponto meningkat setiap tahun, namun peningkatannya tidak signifikan sehingga masih dibawah angka Usia Harapan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan yang sudah mencapai angka 70,45 tahun pada tahun 2012. Permasalahnnya adalah masih tingginya angka kematian bayi dan masih belum mengakarnya Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Intervensi program harus difokuskan pada peningkatan pemahaman terhadap PHBS yang tentunya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-25
2.2.2.6
Angka Kelangsungan Hidup Bayi Angka
kelangsungan
hidup
bayi
dapat
dilihat
berdasarkan
besarnya angka kematian bayi. Pada periode tahun 2010 – 2014, angka kematian bayi di Kabupaten Jeneponto mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2010 angka kematian bayi sebesar 7 orang per 1000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2014 menjadi 10 orang per 1000 kelahiran hidup. Dengan demikian angka kelangsungan hidup bayi pada tahun 2010 adalah sebesar 993 per 1000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2014 sebesar 991 per 1000 kelahiran hidup. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.23 Angka Kelangsungan Hidup Bayi Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 No
Uraian
1
Kematian Bayi (jiwa)
2
Kelahiran Hidup (jiwa)
3
AKB
4 AKHB Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Jeneponto
Tahun 2010
2011
2012
2013
2014
41
37
46
49
55
5.838
6.538
6.478
6.065
5.528
7
6
7
8
10
993
994
993
992
991
2.2.3 Fokus Seni dan Budaya dan Olahraga Kinerja pemerintahan daerah jika ditinjau dari fokus seni dan budaya dapat dilihat dari aspek jumlah group kesenian yang ada di daerah, ketersediaan sarana dan prasarana olah raga dan kepemudaan. Di Kabupaten Jeneponto periode tahun 2010 sampai dengan 2014 untuk fokus seni dan budaya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.24 Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Tahun 2010-2014 Kabupaten Jeneponto No
Uraian
Tahun 2010
2011
2012
2013
2014
5
5
5
5
5
1
Jumlah Grup Kesenian
2
Jumlah Gedung Kesenian
TD
TD
TD
1
1
3
Jumlah Klub Olahraga
50
51
51
51
53
4
Jumlah Lapangan Olahraga
32
32
32
32
37
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kab. Jeneponto
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-26
Tabel 2.25 Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Tahun 2014 Menurut Kecamatan Kabupaten Jeneponto
1
Bangkala Barat
1
Jumlah Gedung Kesenian per 0
2
Bangkala
0
0
5
5
3
Tamalatea
0
0
5
2
4
Bontoramba
0
0
3
2
5
Binamu
2
1
17
10
6
Turatea
1
0
4
2
7
Kelara
0
0
4
3
8
Rumbia
0
0
2
2
9
Arungkeke
0
0
4
4
10 Batang
1
0
3
2
11 Tarowang
0
0
1
3
5
1
53
37
NO
Kecamatan
Jumlah Grup Kesenian
Jumlah
Jumlah Klub Olahraga 3
Jumlah Lapangan Olahraga 2
Sumber: Data Primer Hasil pengamatan Lapangan
2.3
Aspek Pelayanan Umum
2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib 2.3.1.1. Bidang Pendidikan a.
Angka Partisipasi Sekolah Angka Partisipasi Sekolah (APS), untuk setiap jenjang pendidikan makin kecil seiring dengan makin tingginya jenjang pendidikan. APS untuk usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) tahun 2010 sekitar 80,59 persen meningkat menjadi 87,07 persen tahun 2011, sementara di 2012 mencapai 83,66 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ada sekitar 92,87 persen anak usia 7-12 tahun secara aktif sekolah pada jenjang pendidikan dasar dari total penduduk pada usia tersebut. Selanjutnya pada jenjang Sekolah Lanjutan Pertama (13-15 tahun), APS-nya berada pada kisaran 57,47 persen pada tahun 2010, sedangkan pada tahun 2011 turun menjadi 54,09 % dan tahun 2012 menjadi 64,20 persen. Bahkan harapan kita di tahun 2015 dan 2016 APS semua jenjang pendidikan ini akan semakin meningkat seiring dengan semakin mengecilnya Angka Putus Sekolah disemua jenjang pendidikan.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-27
Tabel 2.26 Perkembangan Angka Partispasi Sekolah (APS) Tahun 2010-2014 Kabupaten Jeneponto NO
Jenjang Pendidikan
2010
2011
2012
2013
2014
1
SD/MI
1.1.
Jumlah Murid Usia 7-12 tahun
33.789
38.528
39.153
38.520
41.746
1.2.
Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun
41.925
44.247
46.800
44.949
44.949*
1.3.
APS SD/MI
80,59
87,07
83,66
85,70
92,87
2
SMP/MTs
2.1.
Jumlah Murid Usia 13-15 tahun
12.565
11.538
13.833
14.017
10.655
2.2.
Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun
21.862
21.333
21.547
21.671
21.671*
2.3. APS SMP/MTs 57,47 54,09 64,20 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kab. Jeneponto * Data sementara (belum tersedia data terbaru)
64,68
49,17
Tabel 2.27 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Tahun 2014 menurut Kecamatan Kabupaten Jeneponto SD/MI NO
Kecamatan
Jumlah murid usia 712 thn
Jumlah penduduk usia 7-12 th
2.842
SMP/MTs APS
Jumlah murid usia 1315 thn
Jumlah penduduk usia 1315 th
APS
3.519
80,76
700
1.613
43,40
1.940
6.576
29,50
1.263
3.183
39,68
2
Bangkala Barat Bangkala
3
Tamalatea
4.513
5.485
82,28
1.113
2.801
39,74
4
Bontoramba
3.888
4.522
85,98
991
2.066
47,97
5
Binamu
5.537
6.934
79,85
1.765
3.315
53,24
6
Turatea
3.690
3.936
93,75
669
1.903
35,16
7
Kelara
2.532
1.780
142,25
552
1.747
31,60
8
Rumbia
2.315
2.829
81,83
657
1.439
45,66
9
Arungkeke
1.940
2.250
86,22
401
1.071
37,44
10 Batang
2.085
2.464
84,62
233
1.182
19,71
11 Tarowang
3.053
2.924
104,41
555
1.351
41,08
21.671
39,52
1
Jumlah 34.335 43.219 86,50 8.899 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kab. Jeneponto
b.
Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan tertentu. Rasio ketersediaan sekolah di Kabupaten Jeneponto periode 2010-2014 dapat dilihat pada tabel berikut :
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-28
Tabel 2.28 Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2010-2014 Kabupaten Jeneponto NO
Jenjang Pendidikan
2010
1
SD/MI
1.1.
Jumlah gedung sekolah
1.2.
Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun
1.3.
Rasio
2
SMP/MTs
2.1.
Jumlah gedung sekolah
2.2.
Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun
2011
2012
2013
2014
304
319
325
325
328
41.925
44.247
46.800
44.949
44.492
72,51
72,10
69,44
72,30
73.72
98
117
122
121
123
21.862
21.333
21.547
21.671
21.264
2.3. Rasio 44,83 54,84 56,62 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kab. Jeneponto
55,83
57.84
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia SD/MI adalah sebesar 72,51 dan pada tahun 2014 menjadi 73,70. Sedangkan untuk jenjang pendidikan SMP/MTs, pada tahun 2010 rasionya sebesar 44,83 menjadi 57,84 persen pada tahun 2014. Data diatas menunjukkan bahwa ketersediaan sekolah sudah relatif bagus namun yang perlu ditingkatkan adalah pemerataannya, jangan sampai ada desa yang jarak sekolah dasarnya melebihi yang ditentukan. Tabel 2.29 Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2014 menurut Kecamatan Kabupaten Jeneponto SD/MI No
Kecamatan
Jumlah Gedung Sekolah
SMP/MTs Jumlah Gedung Sekolah
SD
MI
Jumlah penduduk usia 7-12 th
26
3
3.626
0,008
8
3
1.613
0,007
47
11
6.891
0,008
8
9
3.183
0,005
Rasio
SMP
MTs
Jumlah penduduk usia 13-15 th
Rasio
2
Bangkala Barat Bangkala
3
Tamalatea
30
2
5.485
0,006
8
6
2.801
0,005
4
Bontoramba
27
4
4.522
0,007
9
4
2.066
0,006
5
Binamu
36
4
6.965
0,006
10
4
3.315
0,004
6
Turatea
22
4
3.936
0,007
7
7
1.903
0,007
7
Kelara
25
1
2.741
0,009
4
4
1.747
0,005
8
Rumbia
29
2
2.907
0,011
8
4
1.439
0,008
9
Arungkeke
14
1
2.250
0,007
2
2
1.071
0,004
10 Batang
16
1
2.464
0,007
2
3
1.182
0,004
11 Tarowang
18
2
2.924
0,007
4
5
1.351
0,007
1
Jumlah 290 35 44.711 70 51 21.671 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kab. Jeneponto Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-29
b.
Rasio Guru dan Murid Salah satu indikator penting bidang pendidikan adalah rasio antara guru dan murid. Indikator ini dapat menunjukkan kualitas pendidikan karena semakin sedikit murid yang diajar maka kualitas pengajaran akan semakin baik. Rasio antara guru dan murid di Kabupaten Jeneponto untuk periode 2010 sampai dengan 2014 adalah sebagai berikut : Tabel 2.30 Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2010-2014 Kabupaten Jeneponto NO 1 1.1. 1.2. 1.3. 2 2.1. 2.2. 2.3.
Jenjang Pendidikan SD/MI Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio SMP/MTs Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio
2010
2011
2012
2013
2014
3.574 43.566 12
2.391 50.535 21
4.865 50.526 10
3.759 52.981 14
4.654 49.731 11
1.601 19.757 12
3.808 19.397 5
1.109 20.201 18
2.333 20.853 9
2.440 21.791 9
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kab. Jeneponto
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 rasio guru terhadap murid jenjang pendidikan SD/MI adalah sebesar 12 dan pada tahun 2014 menjadi 11 persen. Sedangkan untuk jenjang pendidikan SMP/MTs, pada tahun 2010 rasionya sebesar 12 persen menjadi 9 persen pada tahun 2014. Angka tersebut diatas mengindikasikan bahwa jumlah tenaga pengajar sudah memenuhi standar. Pertanyaannya adalah apakah semua pengajar tersebut adalah berstatus PNS atau tidak. Selain itu yang patut menjadi pertanyaan adalah apakah jumlah guru tersebut sudah merata disemua wilayah di Kab. Jeneponto. Tabel 2.31 Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2014 menurut Kecamatan Kabupaten Jeneponto SD/MI NO
Kecamat an
Jumlah Guru
Jumlah Murid
SMP/MTs Rasio
SD
MI
SD
MI
SD
MI
Jumlah Guru SM MTs P
Jumlah Murid
Rasio
SMP
MTs
SMP
MTs
1
Bangkala Barat
384
22
3.664
144
0,10
0,15
211
54
1.048
174
0,20
0,31
2
Bangkala
802
159
6.299
1188
0,13
0,13
365
29
2.014
131
0,18
0,22
3
Tamalatea
508
47
5.821
382
0,09
0,12
332
0
1.579
0
0,21
0,00
4
Bontoram ba
490
37
4.718
238
0,10
0,16
244
0
1.464
0
0,17
0,00
5
Binamu
631
50
7.125
425
0,09
0,12
333
58
2.627
765
0,13
0,08
6
Turatea
425
49
3.781
346
0,11
0,14
180
0
1.001
0
0,18
0,00
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-30
SD/MI Kecamat an
NO
Jumlah Guru
SMP/MTs
Jumlah Murid
Jumlah Guru SM MTs P
Rasio
SD
MI
SD
MI
SD
MI
Jumlah Murid
Rasio
SMP
MTs
SMP
MTs
7
Kelara
370
12
3.329
120
0,11
0,10
121
50
800
615
0,15
0,08
8
Rumbia
347
33
2.938
224
0,12
0,15
147
0
982
0
0,15
0,00
9
Arungkek e
270
12
2.406
84
0,11
0,14
70
0
594
0
0,12
0,00
10 Batang
268
17
2.680
107
0,10
0,16
60
0
379
0
0,16
0,00
11 Tarowang
205
29
3.178
147
0,06
0,20
105
0
785
0
0,13
0,00
Jumlah
4700
45.939
2168
13.273
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kab. Jeneponto
2.3.1.2. Bidang Kesehatan a.
Rasio sarana kesehatan per satuan penduduk Rasio sarana kesehatan berupa puskesmas, pustu dan poskesedes per satuan penduduk di Kabupaten Jeneponto dalam kurun waktu 2010 – 2014, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.32 Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
NO
Uraian
1.
Jumlah Puskesmas
2.
Jumlah Poliklinik
3.
Jumlah Pustu
4.
Jumlah Penduduk
5.
Rasio Puskesmas persatuan penduduk
6.
Rasio Poliklinik persatuan penduduk
7.
Rasio Pustu persatuan penduduk
2010
2011
2012
2013
2014
17
18
18
18
18
0
2
3
3
2
56
56
56
56
55
342.489
346.149
351.083
352.894
353.287
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
0
1,0
1,0
1,0
0,5
30,50
32,14
32,14
32,14
31,4
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Jeneponto
Sementara itu distribusi sarana kesehatan di tingkat kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.33 Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Kabupaten Jeneponto Menurut Kecamatan Tahun 2014 Puskesmas
Poliklinik
Pustu
NO
Kecamatan
Jumlah Penduduk*
Jmlh
Rasio
Jmlh
Rasio
Jmlh
Rasio
(1)
(2)
(3)
(4)
(5=4/3)
(6)
(7=6/3)
(8)
(9=8/3)
1
Bangkala Barat
25.128
2
0,01
0
0
6
0,02
2
Bangkala
47.158
2
0,01
0
0
10
0,02
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-31
NO
Kecamatan
Puskesmas
Poliklinik
Pustu
Jumlah Penduduk*
Jmlh
Rasio
Jmlh
Rasio
Jmlh
Rasio
3
Tamalatea
39.041
1
0,01
0
0
7
0,02
4
Bontoramba
37.759
1
0,01
0
0
8
0,02
5
Binamu
54.631
3
0,01
2
0,00
2
0,00
6
Turatea
38.115
2
0,01
0
0
7
0,02
7
Kelara
24.787
1
0,01
0
0
5
0,02
8
Rumbia
24.799
2
0,01
0
0
5
0,02
9
Arungkeke
17.185
1
0,01
0
0
2
0,01
10
Batang
18.646
1
0,01
0
0
3
0,02
11
Tarowang
26.038
2
0,01
0
0
1
0,02
353.287
18
0,01
3
5,53
56
0,02
Jumlah Sumber
:
Dinas Kesehatan Kab. Jeneponto * Data Proyeksi Sementara BPS Jeneponto 2015
Data diatas menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan sudah relatif baik. Hal ini didukung oleh data dari Riskesdes 2014 yang menunjukkan tidak ada lagi wilayah di Kab. Jeneponto yang jarak ke unit pelayanan kesehatan terdekat melebihi 60 menit perjalanan. Selain itu dengan launching program brigade siaga 115 maka diharapkan pelayanan kesehatan akan semakin baik. b. Cakupan Balita Gizi Buruk yang mendapatkan Perawatan Cakupan balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tata laksana gizi buruk di satu wiayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pada periode lima tahun ini cakupan balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan di Kabupaten Jeneponto telah mencapai 100 persen. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.34 Cakupan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 No 1.
Tahun
Uraian Jumlah Penderita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan
2. Jumlah Gizi Buruk Persentase
2010
2011
2012
2013
2014
102
39
22
11
16
102
39
22
11
16
100
100
100
100
100
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Jeneponto
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-32
c.
Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Cakupan
Komplikasi
Kebidanan
adalah
ibu
dengan
komplikasi
kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang mendapat penanganan defenitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.35 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 No
Tahun
Uraian Cakupan komplikasi Kebidanan yang ditangani Jumlah Sasaran Komplikasi Kebidanan yang ditangani
1. 2.
Persentase
2010
2011
2012
2013
2014
32
431
648
855
886
1.534
1.430
1.507
1.476
1.320
2,09
30,14
43,00
57,93
67.13
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Jeneponto
Data pada tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2014 cakupan pelayanan komplikasi kebidanan mencapai 67,13%, meningkat 64% dari tahun 2010 yang hanya mencapai 2,09%. Dengan kondisi seperti ini maka resiko komplikasi kebidanan dapat ditekan sehingga angka kematian ibu melahirkan dan bayi dapat ditekan sehingga indeks kesehatan bisa meningkat dan mendonkrak IPM Kab. Jeneponto. d. Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. Cakupan persalinan
oleh tenaga kesehatan di
Kabupaten Jeneponto periode tahun 2010-2014 adalah sebagaimana pada tabel berikut : Tabel 2.36 Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 No
Tahun
Uraian 2010
2011
2012
2013
2014
1.
Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
5.712
6.262
6.347
6.027
5.458
2.
Jumlah Ibu Bersalin
7.319
6.830
7.191
7.039
6.299
78,04
91,68
88,26
85,62
86.65
Persentase Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Jeneponto
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-33
Dengan angka persentase yang mencapai 86,65% pada tahun 2014 maka masih dibutuhkan kerja keras agar prestasi yang dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar 91,68% bisa dicapai. Tentu saja kegiatan penyadaran kepada masyarakat akan pentingnya proses kelahiran bayi dibantu oleh tenaga kesehatan harus digalakkan selain mendorong para bidan dan kegiatan posyandu untuk lebih aktif melakukan pendataan kehamilan. e.
Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Masyarakat Miskin Cakupan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin adalah jumlah kunjungan masyarakat miskin di sarana kesehatan strata dua dan strata tiga pada kurun waktu tertentu. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin di Kabupaten Jeneponto periode 2010-2014 adalah sebagai berikut : Tabel 2.37 Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Masyarakat Miskin Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 Tahun
No
Uraian
1.
Jumlah Penduduk Miskin yang mendapatkan rujukan
2.
Jumlah Penduduk Miskin
2010
2011
2012
2013
2014
2.661
2.411
1.982
1.969
1.477
202.337 188.621 116.719 116.719 179.019
Persentase
1,32
1,28
1,70
1,69
0,83
(UCI)
adalah
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Jeneponto
f.
Cakupan Desa UCI Cakupan
desa
Universal
Child
Immunization
desa/kelurahan dimana lebih dari 80 persen dari jumlah bayi yang ada di desa/kel. tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Cakupan desa UCI di Kabupaten Jeneponto periode tahun 2010 – 2014 adalah sebagaimana pada tabel berikut : Tabel 2.38 Cakupan Desa UCI Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 No
Uraian
1.
Jumlah Desa yang Ucl
2.
Jumlah Desa / Kelurahan Persentase
Tahun 2010
2011
2012
2013
2014
44
71
70
75
93
113
113
113
113
113
38,94
62,83
61,95
66,37
82,30
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Jeneponto
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-34
Data dari tabel 2.38 mengindikasikan bahwa sisa 20 desa/kelurahan yang belum masuk kategori UCI (93 desa/kelurahan sudah UCI), suatu prestasi yang perlu diapresiasi karena jumlah ini meningkat pesat dari tahun 2013 yang hanya mencapai 75 desa/kelurahan. g.
Cakupan Kunjungan Bayi Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan dan perawat yang memilik kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 4 kali dalam satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Jeneponto periode tahun 2010 – 2014 adalah sebagaimana pada tabel berikut : Tabel 2.39 Cakupan Kunjungan Bayi Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
No
Tahun
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
1. Jumlah Kunjungan Bayi
5.803
5.127
6.394
6.208
4.920
2. Jumlah Sasaran bayi
5.838
6.574
6.918
6.771
6.059
99,4
78,0
92,4
91,7
81.20
Persentase Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Jeneponto
2.3.1.3. Bidang Pekerjaan Umum a.
Panjang Jaringan Jalan Panjang jaringan jalan dapat menunjukkan tingkat pembangunan transportasi jalan di suatu daerah. Pembangunan transportasi jalan di Kabupaten Jeneponto ditandai dengan meningkatnya panjang jaringan jalan dari 1.645,09 km pada tahun 2010, menjadi 1.712,63 pada tahun 2013, dengan kondisi baik 70,61 persen (1.209,26 km), kondisi rusak sedang 5,70 persen (97,66 km), kondisi rusak 3,08 persen (52,79 km), dan kondisi rusak berat 20,61 persen (352,93 km). Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.40 Panjang Jaringan Jalan Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
NO
Kondisi Jalan
Panjang Jalan (km) 2010
2011
2012
2013
1.491,77
1.508,05
1.451,19
1.370,11
1.
Kondisi Baik
2.
Kondisi Rusak sedang
136,1
96,02
86,148
171,26
3.
Kondisi Rusak
17,22
30,40
40,003
85,631
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
2014
II-35
NO
Kondisi Jalan
4.
Kondisi Rusak Berat
5.
Jalan secara keseluruhan (nasional, provinsi, dan kabupaten/kota)
Panjang Jalan (km) 2010
2011
2012
2013
0
45,40
121,778
85,631
1.645,09
1.679,87
1.699,127
1.712,63
2014
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Jeneponto
b. Rasio Jaringan Irigasi Rasio Jaringan irigasi di Kabupaten Jeneponto pada periode tahun 2010 -2014 mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 rasio jaringan irigasi sebesar 88,00 meningkat menjadi 90,18 pada tahun 2013. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.41 Rasio Jaringan Irigasi Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 NO
Jaringan Irigasi
Panjang Jaringan (meter) 2010
2011
2012
2013
1.
Jaringan primer
15.750
15.850
16.250
16.830
2.
Jaringan Sekunder
52.370
53.500
53.750
53.905
3.
Jaringan Tersier
95.900
96.250
96.500
96.750
4.
Luas lahan budidaya
22.900
22.950
23.000
23.123
5. Rasio 88,00 89,00 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Jeneponto
89,50
90,18
2014
Sementara itu dari sisi efisiensi dan efektifitas pengelolaan jaringan irigasi, juga mengalami peningkatan dimana pada tahun 2013 indeksnya mencapai 9,40. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.42 Efisiensi dan Efektivitas Pengelolaan Jaringan Irigasi Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 NO
Pasokan Irigasi
2010
2011
2012
2013
12,33
12,57
13,25
13,96
7,57
7,75
8,15
8,25
1.
Pasok Irigasi per Area
2.
Pasok Irigasi Relatif
3.
Pasok Air Relatif
0,010
0,010
0,010
0,010
4.
Indek Luas Areal
9,15
9,25
9,35
9,40
5.
Rancangan Luas Areal
2.400
25.500
27.500
28.350
2014
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Jeneponto
Sementara itu jika data efisiensi dan efektivitas jaringan irigasi dilihat menurut sebaran per kecamatan maka Kecamatan Tamalatea dan Batang memiliki rasio tertinggi untuk pasok irigasi per area.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-36
Tabel 2.43 Efisiensi dan Efektifitas Pengelolaan Jaringan Irigasi Menurut Kecamatan Tahun 2014 Kabupaten Jeneponto
1 1.
Luas Pasok Total Luas Kebutuhan PIA Lahan Air Pasok Kecamatan Rancangan Air Tanaman (lt/ Terairi Irigasi Air (Ha) (Ha) dtk/ha) (Ha) (lt/ dtk) (lt/ dtk) 2 3 4 5 6 8 9=6/4 Bangkala Barat 2.400 2.388 1.791 3.009 4.800 1,26
2.
Bangkala
1.000
897
673
1.121
1.794
1,25
0,75
0,0019
0,90
3.
Tamalatea
1.000
924
693
1.201
1.894
1,30
0,75
0,0019
0,92
4.
Bontoramba
2.500
2.431
1.823
3.087
4.911
1,27
0,75
0,0007
0,97
5.
Binamu
2.500
1.440
1.080
1.800
2.880
1,25
0,75
0,0012
0,58
6.
Turatea
3.250
2.950
2.213
3.717
5.930
1,26
0,75
0,0006
0,91
7.
Kelara
2.750
2.600
1.950
3.302
5.252
1,27
0,75
0,0007
0,95
8.
Rumbia
6.250
6.141
4.606
7.676
12.282
1,25
0,75
0,0003
0,98
9.
Arungkeke
2.000
1.420
1.065
1.818
2.883
1,28
0,75
0,0012
0,71
10.
Batang
2.500
1.932
1.449
2.512
3.961
1,30
0,75
0,0009
0,77
11.
Tarowang
2.200
1.580
1.185
2.007
3.192
1,27
0,75
0,0011
0,72
28.350
24.703
18.527
31.250
49.777
13,96
8,25
0,0110
9,40
NO
Jumlah
PIR (lt/ dtk/ha)
PAR (lt/ dtk/ha)
IA (%)
10=6/5 0,75
11=9/5 0,0007
12=4/3 1,00
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Jeneponto
2.3.1.4. Bidang Penataan Ruang a.
Rasio Ruang Terbuka Hijau Rasio ruang terbuka hijau untuk Kabupaten Jeneponto masih sangat rendah. Sampai dengan tahun 2013 luas ruang terbuka hijau hanya mencapai 0,5 ha, tidak mengalami peningkatan dalam 4 tahun terakhir, lihat table dibawah. Namun pada tahun 2014 terjadi kenaikan signifikan terhadap luas ruang terbuka hijau. Peningkatan luas areal ini disebabkan dialokasikannya beberapa titik sebagai ruang terbuka hijau untuk publik seperti antara lain kompleks RTH Ka’bonga, RTH Romanga yang berupa hutan kota, dan perluasan RTH Taman Siswa. Tabel 2.44 Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
No
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
1.
Luas Ruang Terbuka Hijau
0,546 ha
0,546 ha
0,546 ha
0,546 ha
7 ha
2.
Luas wilayah ber HPL/HGB
TD
TD
TD
TD
TD
3.
Luas wilayah
74.979 ha
74.979 ha
74.979 ha
74.979 ha
74.979 ha
4.
Rasio Ruang Terbuka Hijau (1:2)
0,0006
0,0006
0,0006
0,0006
0,0010
Sumber : Diolah dari Dinas Tata Ruang dan Kebersihan Kab. Jeneponto
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-37
Walaupun terjadi peningkatan signifikan pada luas areal ruang terbuka hijau namun masih jauh dari yang dipersyaratkan yaitu 20% dari wilayah. Namun hal ini juga bisa diperdebatkan apakah hanya ibu kota kabupaten yang dihitung RTH nya atau seluruh wilayah kabupaten. Karena jika hanya ibukota kabupaten maka dengan luas areal RTH yang mencapai 7 ha maka rasionya akan menjadi lebih besar karena luas total kawasan ibukota hanya kurang lebih 500 ha. b. Rasio Bangunan ber – IMB Rasio bangunan ber – IMB di Kabupaten Jeneponto periode 2009-2013 sangat rendah. Dimana pada tahun 2010 rasionya hanya 0,35 persen dan pada tahun 2014 tercatat hanya 0,28 persen. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.45 Rasio Bangunan ber-IMB per Satuan Bangunan Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 No
Uraian
1.
Jumlah Bangunan ber-IMB
2.
Jumlah Bangunan
3.
Rasio bangunan ber-IMB (1:2)
2010
2011
2012
2013
2014
256
353
327
288
520
66.568
78.315
90.063
103.573
119.109*
0,38
0,45
0,36
0,28
0,44
Sumber : Dinas Tata Ruang dan Kebersihan Kab. Jeneponto * Data merupakan hasil prediksi berdasarkan trend perkembangan dari tahun ketahun
Pada tahun 2015 menurut data dari Kantor Pelayanan Terpadu ada sekitar 232 IMB yang dikeluarkan atau hampir sama dengan jumlah bangunan ber-IMB pada tahun 2013. Dengan kondisi seperti ini maka perkembangan rasio bangunan ber-IMB meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Fenomena ini tentunya akan berpengaruh pada realisasi PAD dari IMB yang masuk ke kas daerah. 2.3.1.5. Bidang KB dan Pemberdayaan Perempuan a.
Rasio Akseptor KB Rasio akseptor KB di Kabupaten Jeneponto tahun 2010 – 2014 mengalami fluktuasi. Dimana pada tahun 2010 rasionya sebesar 85,94 persen kemudian menurun pada tahun 2011 menjadi 69,08 persen dan pada tahun 2014 menurun drastis menjadi 16,60 persen. Hal tersebut sebagaimana tercantum pada tabel berikut :
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-38
Tabel 2.46 Rasio Akseptor KB Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 NO
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
1
Jumlah akseptor KB
53.270
49.120
59.140
50.629
11.664
2
Jumlah pasangan usia subur
61.987
71.103
78.256
70.382
70.117
3
Rasio akseptor KB
85,94
69,08
75,57
71,93
16.60
Sumber: Badan Pusat Statistik
b. Rata – Rata Jumlah Anak Per keluarga Rata – rata jumlah anak per keluarga di Kabupaten Jeneponto pada tahun 2014 adalah sebesar 2 orang. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.47 Rata-rata Jumlah Anak per Keluarga Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 NO
Uraian
2010
1
Jumlah anak
2
Jumlah keluarga
3
Rata-rata jumlah anak per keluarga
2011
2012
2013
2014
182.594
184.967
187.616
186.154
156.268
91.767
90.688
92.127
92.975
93.291
3
3
3
2,6
1,675
Sumber: Badan Pusat Statistik
Penurunan jumlah rata-rata anak per keluarga pada tahun 2014 lebih banyak disebabkan kelompok usia anak yang pada tahun 2013 sebesar 186.154 berkurang menjadi 156.268 karena sudah beranjak ke kelompok umur diatasnya. Jadi penurunan rerata anak per keluarga bukan disebabkan natural causes seperti kematian. 2.3.1.6 Bidang Perhubungan, Komunikasi dan Informatika a.
Jumlah Penumpang Angkutan Umum Jumlah penumpang angkutan umum di Kabupaten Jeneponto tahun 2010 – 2014 semakin meningkat. Pada tahun 2010 jumlah penumpang angkutan umum adalah sebanyak 6.634.000 orang, dan pada tahun 2014 sebanyak 6.840.000 orang. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.48 Jumlah Penumpang Angkutan Umum Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
No
Uraian Jumlah 1. penumpang Bis Jumlah 2. penumpang Kereta api Jumlah 3. penumpang Kapal
2010
2011
2012
2013
2014
6.634.000
6.583.800
6.621.000
6.738.000
6.840.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-39
No
Uraian
laut Jumlah 4. penumpang Pesawat udara Total Jumlah 5. Penumpang
2010
2011
2012
2013
2014
-
-
-
-
-
6.634.000
6.583.800
6.621.000
6.738.000
6.840.000
Sumber: Dinas Perhubungan dan Informatika Kab. Jeneponto
Kabupaten Jeneponto hanya menghitung penumpang angkutan darat dikarenakan tidak memiliki bandar udara dan moda kereta api. Jeneponto memiliki pelabuhan rakyat bungeng tapi lebih dipergunakan untuk angkutan barang dari dan ke Jeneponto, bukan untuk penumpang. b. Jumlah Izin Trayek Jumlah izin trayek di Kabupaten Jeneponto tahun 2010 – 2014 mengalami penurunan setiap tahun. Dimana pada tahun 2010 jumlah izin trayek yang dikeluarkan sebanyak 390 buah dan pada tahun 2014 tercatat hanya 285 buah. Hal tersebut dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 2.49 Jumlah Ijin Trayek Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 No
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
1.
Izin Trayek perkotaan
2
2
2
2
2
2.
Izin Trayek perdesaan
12
12
12
12
12
3.
Jumlah Izin Trayek
390
365
330
315
285
Sumber: Dinas Perhubungan dan Informatika Kab. Jeneponto
Ada dua kemungkinan kenapa penurunan terus terjadi. Pertama, jumlah mobil angkutan semakin menurun yang kemungkinan dikarenakan usia kendaraan yang sudah uzur maupun munculnya moda transportasi darat lainnya yang menggerus penumpang kendaraan umum sehingga secara alamiah jumlah kendaraan umum terus berkurang karena berkurangnya permintaan. Yang kedua, kemungkinan banyak kendaraan umum yang tidak memiliki izin trayek atau izinnya sudah kadaluarsa. Jika hal ini yang terjadi maka butuh pendataan kembali terhadap izin trayek kendaraan umum yang beroperasi karena akan sangat merugikan daerah karena berkurangnya pendapatan asli daerah. c.
Jumlah Uji Kir Angkutan Umum Jumlah uji kir angkutan umum di Kabupaten Jeneponto tahun 2010 – 2014 mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 uji kir yang dilakukan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-40
terhadap angkutan umum sebanyak 760, dan pada tahun 2014 jumlah uji kir sebanyak 520. Tabel 2.50 Jumlah Uji Kir Angkutan Umum Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 2010 No Angkutan Umum Mobil penumpang umum
Jml
2011
2012
2013
2014
Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh KIR KIR KIR KIR KIR
390
300
77
365
2. Mobil bus
190
90
47
90
3. Mobil barang
420
370
88
460
4. Kereta gandengan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5. Kereta tempelan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
77
915
1.
1000 760
Jumlah
220 60 365 -
-
275 75 315
8
-
400 87 475
-
8
-
645 74 715
620 80 848
285 90 265 -
%
155
80
-
-
365
95
-
-
-
-
-
-
520
175
-
655 92 705
920 74 1038 940 90 970
Sumber: Dinas Perhubungan dan Informatika Kab. Jeneponto
d. Jumlah Surat Kabar Jumlah jenis surat kabar yang beredar di Kabupaten Jeneponto baik terbitan nasional maupun lokal mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2010 tercatat ada 38 jenis surat kabar, dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 55 jenis surat kabar. Tabel 2.51 Jumlah Surat Kabar Nasional/Lokal Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 NO
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
1
Jumlah jenis surat kabar terbitan nasional
5
6
6
8
8
2
Jumlah jenis surat kabar terbitan lokal
33
35
45
47
47
3
Total jenis surat kabar (1+2)
38
41
51
55
55
Sumber: Data olahan
e.
Jumlah Penyiaran Radio dan TV lokal/nasional Jumlah penyiaran Radio dan TV lokal/nasional yang dapat dinikmati di Kabupaten Jeneponto mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 jumlah penyiaran radio dan TV lokal/nasional sebanyak 22 stasiun, pada tahun 2014 meningkat menjadi 22 jumlah stasiun. Tabel 2.52 Jumlah Penyiaran Radio/TV Lokal Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
NO 1
Uraian Jumlah penyiaran radio lokal
2010
2011
2012
2013
2014
2
2
4
6
2
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-41
NO
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
2
Jumlah penyiaran radio nasional
1
1
1
1
1
3
Jumlah penyiaran TV lokal
3
3
4
5
7
4
Jumlah penyiaran TV nasional
16
18
20
25
12
5
Total penyiaran radio/TV lokal (1+2+3+4)
22
24
29
37
22
Sumber: Dinas Perhubungan dan Informatika Kab. Jeneponto
f.
Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum Mobilitas penduduk Kabupaten Jeneponto tergolong cukup dinamis, hal ini dapat terlihat dari banyaknya orang dan barang yang terangkut dengan angkutan umum. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.53 Jumlah Orang/Barang yang Terangkut Angkutan Umum Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
NO
Uraian
2010
2011
1.
Jumlah orang (orang)
6.634.000
2.
Jumlah Barang (ton)
2012
6.583.00
2013
6.621.000
2014
6.738.000
6.840.000
66.340.000 65.838.000 66.210.000 67.380.000 68.470.000
Sumber: Dinas Perhubungan dan Informatika Kab. Jeneponto
2.3.1.7 Bidang Tenaga Kerja dan Sosial a.
Penduduk usia 15 Tahun keatas dirinci menurut Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja serta Jenis Kelamin Ketenagakerjaan merupakan aspek yang mendasar dalam pembangunan daerah karena mencakup dimensi sosial ekonomi. Berikut ini disajikan gambaran kondisi penduduk usia produktif pada tahun 2014 menurut angkatan kerja dan bukan angkatan kerja berdasarkan jenis kelamin. Tabel 2.54 Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Dirinci Menurut Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja serta Jenis Kelamin Tahun 2014 Kabupaten Jeneponto
No 1
Uraian
Laki-laki*
Jumlah*
ANGKATAN KERJA a. Bekerja b. Pengangguran Jumlah penduduk angkatan kerja (i)
2
Perempuan*
52.263
55.378
107.641
1.640
2.401
4.041
54.902
58.179
113.081
10.225
3.084
13.309
21
14.220
14.241
-
-
-
10.246
17.304
27.550
BUKAN ANGKATAN KERJA a. Sekolah b. Mengurus RT c. Lainnya Jumlah
penduduk
bukan
angkatan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-42
No
Uraian
Laki-laki*
Perempuan*
Jumlah*
kerja (ii) Jumlah penduduk usia kerja (i) + (ii) 3
TPAK kerja)
4
TPT (tingkat pengangguran terbuka)
Sumber
:
(tingkat
partisipasi
65.148
75.483
140.631
28 %
26 %
54 %
5,20 %
7,70 %
12,90 %
angkatan
Badan Pusat Statistik * Data Tahun 2012 (belum tersedia data terbaru) Penduduk Angkatan Kerja
Data angkatan kerja yang bekerja pada tahun 2014 mencapai 107.641 jiwa, sementara yang sedang mencari pekerjaan sebesar 575 jiwa. Data ini adalah yang tercatat di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Jeneponto. Sebagian besar penduduk usia kerja tidak terdaftar dalam pendataan. Tabel 2.55 Penduduk Angkatan Kerja Kabupaten Jeneponto Tahun 2014 Angkatan Kerja*
Golongan Umur
Sumber
Jumlah
Bekerja
Mencari Pekerjaan
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39
148 328 212 73 100
53 213 115 64 79
201 541 328 137 179
40-44 45+ Total
74 13 948
45 6 575
119 19 1.524
:
Badan Pusat Statistik * Data Tahun 2012 (belum tersedia data terbaru)
2.3.1.8 Bidang Koperasi dan UMKM a.
Persentase Koperasi Aktif Persentase koperasi aktif di Kabupaten Jeneponto tahun 2010 – 2014 mengalami fluktuasi. Dimana pada tahun 2010 persentasenya sebesar 48,49 persen dan pada tahun 2014 menjadi 53 persen. Tabel 2.56 Persentase Koperasi Aktif Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 NO
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
1
Jumlah koperasi aktif
113
113
119
116
123
2
Jumlah koperasi
233
224
229
231
233
3
Persentase koperasi aktif
48,49
50,44
51,96
50,21
53
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Jeneponto
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-43
Jumlah koperasi aktif yang meningkat pada tahun 2014 merupakan bentuk keberhasilan pembinaan dari Dinas Koperasi dan UMKM yang secara gencar pada tahun 2014 melakukan pembinaan terhadap koperasi yang ada di daerah ini. b. Jumlah UMKM Non BPR/LKM Jumlah UMKM Non BPR/LKM dalam kurun waktu lima terus mangalami peningkatan. Dimana pada tahun 2010 UMKM non BPR/LKM sebanyak 6.474 menjadi 8.884 pada tahun 2014 atau bertambah sebanyak 2.410. Tabel 2.57 Jumlah UKM non BPR/LKM Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 NO
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
6.479
5.963
7.584
8.270
8.889
1
Jumlah seluruh UKM
2
Jumlah BPR/LKM
5
5
5
5
5
3
Jumlah UKM non BPR/LKM
6.474
5.958
7.579
8.265
8.884
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Jeneponto
2.3.1.9 Bidang Perpustakaan dan Arsip a.
Jumlah Perpustakaan Umum Jumlah perpustakaan di Kabupaten Jeneponto periode tahun 2010-2014 menunjukkan peningkatan yaitu pada tahun 2010 jumlah perpustakaan sebanyak 61 buah menjadi 77 buah pada tahun 2014 atau bertambah sebanyak 16 perpustakaan. Hal tersebut sebagaimana tergambar pada tabel berikut : Tabel 2.58 Jumlah Perpustakaan Umum Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
NO
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
1.
Jumlah Perpustakaan umum
1
1
1
1
1
2.
Jumlah Perpustakaan kelurahan
22
26
26
26
27
3.
Jumlah Perpustakaan desa
38
41
41
41
49
Total Perpustakaan Umum (1+2)
61
68
68
68
77
Sumber: Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kab. Jeneponto
Peningkatan signifikan terlihat pada jumlah perpustakaan desa, dimana terjadi peningkatan 8 buah. Dengan kondisi seperti ini maka sisa 64 desa/kelurahan yang belum memiliki perpustakaan. Penting untuk tahun Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-44
perencanaan berikutnya agar semua desa mangalokasikan dana desa untuk membangun perpustakaan dan koleksi-nya. b. Jumlah Perpustakaan Sekolah Jumlah perpustakaan sekolah di Kabupaten Jeneponto tahun 2010-2014 juga mengalami pertambahan yang cukup signifikan. Pada tahun 2010 jumlah perpustakaan sekolah sebanyak 208 buah, menjadi 300 buah pada tahun 2014 atau bertambah sebanyak 40 buah. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.59 Jumlah Perpustakaan Sekolah Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 NO
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
140
164
186
186
197
1.
Jumlah Perpustakaan SD
2.
Jumlah Perpustakaan SLTP
56
58
60
60
75
3.
Jumlah Perpustakaan SLTA
12
14
14
14
28
Total Perpustakaan Sekolah (1+2)
208
236
260
260
300
Sumber: Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kab. Jeneponto
Harus ada usaha massif dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga untuk memaksa seluruh sekolah membangun perpustakaan sebagai salah satu pusat belajar bagi siswa. Kelemahan selama ini dalam dunia pendidikan kita adalah kurangnya perpustakaan yang kemudian berpengaruh pada kurangnya minat baca siswa. 2.3.1.10 Bidang Otonomi dan Pemerintahan Umum a.
Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Rasio jumlah polisi pamong praja dengan penduduk di Kabupaten Jeneponto periode tahun 2010 – 2014 mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 rasio polisi pamong praja sebesar 2,48 persen per 10.000 penduduk, menjadi 8,5 persen per 10.000 penduduk pada tahun 2014. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.60 Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
NO
1.
Uraian
Jumlah polisi pamong praja
2010
84
2011
87
2012
83
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
2013
2014
75
300 (56 PNS, selebihnya adalah Non-PNS)
II-45
NO
Uraian
2.
Jumlah penduduk
3.
Rasio jumlah polisi pamong praja per 10.000 penduduk
2010
2011
2012
2013
2014
342.700
346.149
348.138
351.100
353.287
2,45
2,51
2,38
2,13
8,5
Sumber: Kantor Satpol PP Kab. jeneponto
Peningkatan jumlah yang sangat signifikan pada 2014 dikarenakan adanya penerimaan tenaga Non-PNS untuk Polisi Pamong Praja yang bermaksud untuk meningkatkan personil untuk menjaga keamanan dan ketertiban seluruh kantor pemerintah yang ada di Kab. Jeneponto. 2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan 2.3.2.1 Bidang Pertanian a.
Potensi Padi Sawah Potensi
padi
sawah
di
Kabupaten
Jeneponto
dapat
dilihat
pada
produktivitasnya selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Pada tahun 2010, prduktivitas padi sawah sebesar 5,92 ton/ha dan pada tahun 2014 sebesar 5,82 ton/ha. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.61 Potensi Padi Sawah Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 No
Tahun
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
1. Luas Tanam (Ha)
20.003
21.043
20.497
23.030
21.076
2. Luas Panen (Ha)
20.003
21.043
20.365
22.842
20.825
118.376,00
122.310,92
123.813,00
134.048,00
121.201,53
5,92
5,81
6,08
5,87
5,82
3. Produksi (Ton) 4.
Produktvitas (Ton/Ha)
Sumber: Dinas Pertanian Kab. Jeneponto
Penurunan produksi pada tahun 2014 lebih disebabkan berkurangnya luas tanam. Hal ini dimungkinkan karena kondisi sumber daya air yang terbatas untuk penanaman padi sehingga banyak petani yang tidak melakukan penanaman di lokasi dimana air untuk pertanian sangat sulit untuk didapatkan. b. Potensi Padi Ladang Potensi padi ladang di Kabupaten Jeneponto dilihat dari produktivitasnya. Pada tahun 2010 produktivitas padi ladang sebesar 4,04 ton/ha, dan pada tahun 2014 sebesar 4,85 ton/ha. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-46
Tabel 2.62 Potensi Padi Ladang Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 No
Tahun
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
1. Luas Tanam (Ha)
1.408
1.690
1.525
2.125
2.022
2. Luas Panen (Ha)
1.408
1.690
1.525
2.125
2.022
5.687,00
8.188,00
7.430,00
9.993,00
9.806,70
4,04
4,84
4,87
4,70
4,85
3. Produksi (Ton) 4.
Produktivitas (Ton/Ha)
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Jeneponto
c.
Potensi Jagung Jagung, dalam hal ini jagung kuning, adalah salah satu komoditas yang menjadi andalan masyarakat Kab. Jeneponto. Kebutuhan air yang tidak terlalu tinggi serta jenis tanah yang ada di Kab. Jeneponto membuat jagung sangat sesuai dikembangkan di Jenepotno. Potensi jagung di Kabupaten Jeneponto periode 2010 – 2014 dilihat dari produktivitasnya. Pada tahun 2010 produktivitas jagung sebesar 5,29 ton/ha, dan pada tahun 2014 sebesar 5,32 ton/ha. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.63 Potensi Jagung Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
No
Tahun
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
1. Luas Tanam (Ha)
50.031
53.560
52.149
53.466
49.792
2. Luas Panen (Ha)
48.129
49.502
51.877
53.439
49.774
254.504,00
262.365,27
275.982,00
277.646,00
264.797,68
5,29
5,30
5,32
5,20
5,32
3. Produksi (Ton) 4.
Produktivitas (Ton/Ha)
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Jeneponto
Peningkatan produktifitas jagung pada tahun 2014 menunjukkan bahwa upaya intensifikasi pertanian komoditas jagung relatif membawa hasil yang memuaskan. Namun upaya intensifikasi juga harus dikontrol dalam artian penggunaan zat kimiawi harus dibatasi agar tidak menurunkan kualitas tanah dan air sehingga mengganggu produksi dimasa depan. 2.3.2.2 Bidang Perikanan a.
Produksi Perikanan Potensi perikanan di Kabupaten Jeneponto dapat dilihat pada produksi perikanan periode tahun 2010-2014 baik perikanan laut maupun perikanan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-47
darat. Pada tahun 2010 produksi perikanan tangkap sebesar 16.343 ton dan perikanan budidaya sebesar 17.740,91 ton. Sementara itu pada tahun 2014 produksi perikanan laut sebesar 16.803,50 ton dan perikanan budidaya sebesar 18.143,94 ton. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.64 Produksi Perikanan Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 No
Uraian
1 2
Tahun 2010
2011
2012
2013
2014
Perikanan Tangkap (ton)
16.343,50
16.337,60
16.342,70
16.682,51
16.803,50
Perikanan Budidaya (ton)
17.740,91
17.292,50
18.131,40
17.870,13
18.143,94
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Jeneponto
Walaupun setiap tahun terlihat peningkatan signifikan terhadap hasil produksi
perikanan
tangkap
dan
budidaya,
hasil
produksi
tersebut
kebanyakan di kirimkan ke Kota Makassar sehingga jika dihitung secara per kapita konsumsi ikan masyarakat Jeneponto dalam setahun masih relatif rendah. Selain itu banyak hasil tangkapan nelayan Jeneponto yang tidak di daratkan di TPI yang ada di Kec. Binamu. Mereka memilih untuk mendaratkan ikan di Kab. Sinjai. Kurang memadainya fasilitas pendaratan ikan disinyalir menjadi salah satu sebab. b. Produksi Rumput Laut Rumput laut adalah salah satu komoditas andalan Kab. Jeneponto. Potensi rumput laut di Kabupaten Jeneponto dapat dilihat dari produksi pada periode tahun 2010 – 2014. Pada tahun 2010 produksi rumput laut sebesar 134.428 ton basah, dan pada tahun 2014 produksinya menurun menjadi 120.978,82 ton basah. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.65 Potensi Rumput Laut Kabupaten Jeneponto Periode Tahun 2010-2014 No
Kecamatan
1. Bangkala Barat
Produksi (Ton Basah) 2010
2011
2012
2013
2014
7.518,51
7.745,22
7.791,93
7.791,93
6.921,82
2. Bangkala
25.332,03
25.210,35
25.286,67
25.286,67
22.465,35
3. Tamalatea
63.258,21
48.642,39
48.642,39
48.642,39
43.475,77
-
-
-
-
-
4
Bontoramba
5
Binamu
14.990,4
21.810,78
21.942,36
21.942,36
19.494,14
6
Turatea
-
-
-
-
-
7
Kelara
-
-
-
-
-
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-48
8
Rumbia
-
-
-
-
-
9
Arungkeke
15.309,18
13.249,62
13.334,40
13.334,40
11.842,32
10 Batang
2.744,64
997,92
1.004,04
1.004,04
891,92
11 Tarowang
4.875,03
17.770,32
17.877,42
17.877,42
15.887,50
Jumlah
134.428,0
135.426,6 136.172,61 136.172,61 120.978,82
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jeneponto
Produksi tahun 2014 adalah yang terendah dalam 5 tahun terakhir. Salah satu yang menjadi penyebab adalah tingkat gagal panen yang tinggi akibat cuaca yang tidak memadai (ombak tinggi dan angin kencang). Pada 2014 Bappeda Kab. Jeneponto telah menyusun masterplan minapolitan dan salah satu hasil dari masterplan itu adalah pengembangan rumput laut kedepannya di konsentrasikan pada Kec. Tamalatea, Bangkala dan Bangkala Barat. Hal ini didasarkan dari fakta bahwa bagian pesisir timur Kab. Jeneponto memiliki tingkat kedalaman yang tinggi sehingga ancaman ombak tinggi bisa dieliminir. Selain itu kontur pesisir timur dimana ada teluk membuat daerah budidaya rumput laut terlindung dari ombak dan dan arus yang besar. 2.3.2.3 Bidang Kehutanan dan Perkebunan a.
Persentase Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis Kinerja di bidang kehutanan dapat dilihat dari persentase rehabilitasi hutan dan lahan kritis. Pada tahun 2010 kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan kritis di Kabupaten Jeneponto berhasil merehabilitasi lahan seluas 400 Ha atau hanya 1,39% dari total lahan kritis. Pada tahun 2014 sebanyak 2,63 persen (675 ha) dari total hutan dan lahan kritis yang di rehabilitasi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.66 Persentase Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
No
Bidang Urusan
Tahun Satuan
1.
Luas hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi
Ha
2.
Luas total hutan dan lahan kritis
Ha
Persentase RHL
%
2010
2011
2012
2013
2014
400
620
640
625
675
28.829 28.209 27.569 26.944 26.269 1,39
2,20
2,32
2,32
2,63
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Jeneponto
b. Persentase Kerusakan Kawasan Hutan Peningkatan luas lahan dan hutan yang direhabilitasi membawa dampak semakin kecilnya kerusakan hutan di Kab. Jeneponto dalam 5 tahun terakhir, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-49
kecuali pada tahun 2014. Pada tahun 2014 kerusakan hutan meningkat sebesar 56 Ha atau dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan perambahan hutan yang semakin marak. Untuk itu dibutuhkan perhatian khusus untuk mengurangi laju kerusakan hutan. Tahun 2015 Dinas kehutanan telah melakukan langkah-langkah pencegahan dengan menampah personil polisi hutan dan juga mengaktifkan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang pengrusakan hutan. Tabel 2.67 Persentase Kerusakan Kawasan Hutan Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 No
Bidang Urusan
Tahun
Satuan
2010
2011
2012
2013
2014
1.
Luas Kerusakan Kawasan Hutan
Ha
112
87
80
53
109
2.
Luas Kawasan Hutan
Ha
9.189
9.189
9.189
9.189
9.189
Kerusakan Kawasan Hutan
%
1,22
0,95
0,87
0,58
1,20
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Jeneponto
2.3.2.4 Bidang Pariwisata a.
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB di Kabupaten Jeneponto periode tahun 2010 – 2014 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 kontribusi sektor pariwisata sebesar 0,38 persen dan pada tahun 2014 menurun menjadi 0,35 persen. Kondisi ini menunjukkan belum adanya usaha luar biasa dari Dinas Pariwisata untuk meningkatkan kontribusi pariwisata dari tahun ketahun. Perkembangan kontribusi sektor pariwisata dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 2.68 Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap PDRB Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
No 1 2 3
Lapangan Usaha Hotel Restoran Hiburan dan Rekreasi Total (juta rupiah) Persentase
Jumlah Kontribusi terhadap PDRB (juta rupiah) 2010 24,74 7.889,35
2011 27,21 8.756,96
2012 29,90 10.094,23
2013 33,28 11.341,38
2014* 33,28 11.341,38
638,54
689,64
717,93
832,80
832,80
8.552,63 0,38
9.473,81 0,35
10.418,46 0,34
12.207,46 0,35
12.207,46 0,35
Sumber: Badan Pusat Statistik * Data tahun 2014 belum di rilis oleh BPS, sehingga menggunakan data 2013.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-50
2.3.2.5 Bidang Perdagangan, Industri dan Pertambangan a.
Jumlah Usaha Restoran dan Rumah Makan Jumlah usaha restoran dan rumah makan di Kabupaten Jeneponto mengalami perkembangan khususnya rumah makan kelas B dan kelas C. Untuk rumah makan kelas B, pada tahun 2009 tidak ada dan pada taun 2013 menjadi 2 buah. Untuk rumah makan kelas C pada tahun 2009 sebanyak 21 buah dan pada tahun 2013 menajdi 25 buah. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.69 Jenis, Kelas dan Jumlah Restoran Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
No
Uraian
2010 Jumlah Usaha
Jumlah Kursi
2011 Jumlah Usaha
Jumlah Kursi
2012 Jumlah Usaha
Jumlah Kursi
2013 Jumlah Usaha
Usaha restoran golongan tertinggi Usaha restoran 2. golongan menengah Usaha restoran 3. golongan terendah Usaha rumah 4. makan kelas A Usaha rumah 5. 2 makan kelas B Usaha rumah 6. 21 705 22 740 22 740 25 makan kelas C Usaha rumah 7. makan kelas D Usaha rumah 8. makan kelas Sumber: Badan Pusat Statistik * Data Tahun 2014 masih merupakan prediksi hasil pengamatan lapangan.
Jumlah Usaha
Jumlah Kursi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
110
2
110
825
28
885
-
-
-
-
-
-
1.
2.4
2014*
Jumlah Kursi
Aspek Daya Saing Daerah
2.4.1 Fokus Kemampuan Keuangan Daerah 2.4.1.1 Pengeluaran Konsumsi RT per Kapita Indikator
pengeluaran
konsumsi
rumah
tangga
(RT)
perkapita
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menunjukkan seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin besar rasio atau angka konsumsi RT semakin atraktif bagi upaya peningkatan ekonomi daerah. Di Kabupaten Jeneponto angka pengeluaran konsumsi RT perkapita pada tahun 2008 sebesar Rp. 368.147, dan pada tahun 2012 mencapai Rp. 425.873. Hal ini dapat dilihat pad tabel berikut :
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-51
Tabel 2.70 Pengeluaran Konsumsi RT per Kapita Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2013 No
Uraian
1
Pengeluaran Konsumsi RT Per Kapita
2010
2011
Tahun (Rp) 2012
332.526
390.775
425.873
2013
2014*
305.783
401.000
Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto dan Profil Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan * data 2014 merupakan asumsi sementara yg berpatokan pada trend.
2.4.1.2 Pengeluaran konsumsi non pangan per kapita Pengeluaran
konsumsi
non
pangan
perkapita
dibuat
untuk
mengetahui pola konsumsi rumah tangga di luar pangan. Di Kabupaten Jeneponto angka pengeluaran konsumsi non pangan per kapita pada tahun 2008 sebesar Rp. 235.920 dan pada tahun 2012 menjadi Rp. 229.219,39. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.71 Pengeluaran Konsumsi RT Non Pangan per Kapita Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 Tahun (Rp)
No
Uraian
1
Pengeluaran Konsumsi RT Non Pangan Per Kapita
2010
2011
2012
2013
2014*
230.670
227.823
229.219
318.519
340.000
Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto * data 2014 merupakan asumsi sementara yg berpatokan pada trend
2.4.1.3 Produktivitas total daerah Produktivitas
total
daerah
dihitung
untuk
mengetahui
tingkat
produktivitas tiap sektor per angkatan kerja yang menunjukkan seberapa produktif tiap angkatan kerja dalam mendorong ekonomi daerah per sektor. Produktivitas total daerah Kabupaten Jeneponto periode 2009 – 2012 semakin meningkat. Pada tahun 2008 produktivitas total daerah sebesar 12,49 persen. Dan pada tahun 2012 mencapai 18,91 persen. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.72 Produktivitas Total Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 No
Uraian
1
Produktivitas total daerah
Tahun 2010
2011
2012
2013*
2014*
15,28
18,06
18,91
19,88
21,01
Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto *Data proyeksi yang berdasarkan trend
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-52
2.4.1.4 Nilai Tukar Petani Nilai tukar petani merupakan salah satu indikator yang berguna untuk
mengukur
tingkat
kesejahteraan
petani
dengan
mengukur
kemampuan tukar produk (komoditas) yang dihasilkan /dijual petani dibandingkan denganproduk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi (usaha) maupun untuk konsumsi rumah tangga. Nilai tukar petani tingakt provinsi periode 2009 – 2013 adalah sebagaimana tercantum pada tabel berikut : Tabel 2.73 Nilai Tukar Patani Tingkat Provinsi Tahun 2010-2014 No
Tahun
Uraian
1
Indeks yang petani (lt) Indeks yang petani (lb) NTP
2 3
diterima dibayar
2010
2011
2012
2013
2014*
135,69
145,54
151,04
161,71
170,00
131,58
134,39
139,7
149,94
158,00
103,13
108,29
108,11
107,84
109,00
Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto * Data 2014 adalah asumsi sementara
2.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur 2.4.2.1 Perhubungan a.
Rasio Panjang Jalan per jumlah Kendaraan Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan di Kabupaten Jeneponto pada tahun 2009 sebesar 97,13 persen, sedangkan pada tahun 2013 sebesar 94,15 persen. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.74 Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 NO
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014*
1.
Panjang Jalan (km)
1.645,09 1.679,87 1.699,39 1.712,631 1.712,631
2.
Jumlah Kendaraan (buah)
1.742
1.802
1.811
1.805
1.805
3.
Rasio
94,44
93,22
93,84
94,15
94,15
Sumber : Dinas Perhubungan dan Kominfo Kabupaten Jeneponto * Data tahun 2014 belum dimiliki sehingga menggunakan data 2013.
2.4.2.2 Penataan Ruang a.
Ketaatan terhadap RTRW Kinerja ketaatan terhadap RTRW di Kabupaten Jeneponto belum bisa diukur, hal ini disebabkan karena RTRW Kabupaten Jeneponto baru saja
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-53
ditetapkan yaitu dengan Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jeneponto Tahun 2012 – 2032. b. Wilayah Produktif Rasio luas wilayah produktif Kabupaten Jeneponto pada tahun 2010 adalah sebesar 23,67 persen dan pada tahun 2014 menjadi 29,30 persen. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.75 Rasio Luas Wilayah Produktif Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 NO
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
1.
Luas Wilayah produktif (Ha)
61.703
64.694
69.089
74.979
81,367
2.
Luas Seluruh Wil. Budidaya
260.639
268.789
271.967
274.928
277,677
3.
Rasio (1./2.)
23,67
24,06
25,40
27,27
29,30
Sumber : Dinas Tata Ruang, Kebersihan & Pemadam Kebakaran Kabupaten Jeneponto
c.
Luas Wilayah Industri Rasio luas wilayah industri di Kabupaten Jeneponto pada tahun 2010 adalah sebesar 0,085 persen dan pada tahun 2014 menjadi 0,288 persen. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.76 Rasio Luas Wilayah Industri Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
NO 1. 2. 3.
Uraian Luas Wilayah Industri (Ha) Luas Seluruh Wil. Budidaya (Ha) Rasio (1./2.)
2010
2011
2012
2013
2014
220
242
542
800
800
260.639
268.789
271.967
274.928
277.677
0,085
0,090
0,199
0,291
0,288
Sumber : Dinas Tata Ruang, Kebersihan & Pemadam Kebakaran Kabupaten Jeneponto
d. Luas Wilayah Banjir Rasio luas wilayah banjir di Kabupaten Jeneponto pada tahun 2010 adalah sebesar 1,29 persen sedangkan pada tahun 2014 sebesar 0,148 persen. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.77 Rasio Luas Wilayah Kebanjiran Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 NO
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
1.
Luas Wilayah Kebanjiran (Ha)
3.369
4.371
5.491
6.729
0.411
2.
Luas Seluruh Wil. Budidaya
260.639
268.789
271.967
274.928
277.677
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-54
NO 3.
Uraian Rasio (1./2.)
2010
2011
2012
2013
2014
1,29
1,62
2,02
2,45
0,148
Sumber : Dinas Tata Ruang, Kebersihan & Pemadam Kebakaran Kabupaten Jeneponto
e.
Luas Wilayah Perkotaan Rasio luas wilayah perkotaan di Kabupaten Jeneponto tahun 2010 adalah sebesar 0,028 persen dan pada tahun 2014 menjadi 0,18 persen. Peningkatan drastis itu dikarenakan pada tahun 2014 Kementerian Pekerjaan Umum melalui kegiatan penyusunan RP2KP melakukan delineasi wilayah perkotaan di Kab. Jeneponto dan hasilnya kawasan perkotaan bontosunggu dan sekitarnya memiliki luas 499,5 Ha.Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.78 Rasio Luas Wilayah Perkotaan Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
NO
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014*
1.
Luas Wilayah Perkotaan (Km2)
74,32
80,24
86,49
89,58
500
2.
Luas Seluruh Wil. Budidaya
260.639
268.789
271.967
274.928
277,677
3.
Rasio (1./2.)
0,028
0,029
0,032
0,033
0,18
Sumber : Dinas Tata Ruang, Kebersihan & Pemadam Kebakaran Kabupaten Jeneponto * Data bersumber dari Kementerian Pekerjaan Umum.
2.4.2.3 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Keegawaian dan Kearsipan a.
Jenis dan Jumlah Bank Jenis dan jumlah bank di Kabupaten Jeneponto pada tahun 2010 adalah sebanyak 4 buah dan pada tahun 2014 menjadi 5 buah. Hal tersebut dapat dilihat pad atabel berikut : Tabel 2.79 Jenis dan Jumlah Bank Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 2010
2011
Jumlah 2012
1.1. Konvensional
4
5
5
5
5
1.2. Syariah
-
-
-
-
-
Jumlah Sumber: BPS Kab. Jeneponto
4
4
5
5
5
NO
Sektor
2013
2014
b. Jenis Kelas dan Jumlah Penginapan dan Hotel Pada tahun 2014 jumlah hotel melati/non-bintang di Kabupaten Jeneponto bertambah 1 buah yaitu hotel Valentine. Dengan begitu maka jenis kelas dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-55
jumlah penginapan dan hotel di Kabupaten Jeneponto adalah untuk hotel bintang 3 terdapat 1 buah dan untuk tidak berbintang terdapat 4 buah. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.80 Jenis, Kelas dan Jumlah Penginapan/Hotel Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
No
Jenis Penginapan / Hotel
1.
2010
2011
2012
2013
2014*
Juml ah Hotel
Juml ah Kam ar
Juml ah Tem pat Tidur
Juml ah Hotel
Juml ah Kam ar
Juml ah Tem pat Tidur
Juml ah Hotel
Juml ah Kam ar
Juml ah Tem pat Tidur
Juml ah Hotel
Juml ah Kam ar
Juml ah Tem pat Tidur
Hotel Bintang 5
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2.
Hotel Bintang 4
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3.
Hotel Bintang 3
1
15
19
1
15
19
1
15
19
1
15
19
4.
Hotel Bintang 2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5.
Hotel Bintang 1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3
56
86
3
56
86
3
56
86
3
56
4
71
105
4
71
105
4
71
105
4
71
Hotel Non Bintang (hotel melati dan penginapan lainnya) Total Jumlah penginapan/Hot el
6.
7.
Juml ah Hotel
Juml ah Kam ar
Juml ah Tem pat Tidur
1
15
19
86
4
72
108
105
5
87
127
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi * Data berasal dari hasil perhitungan sementara.
2.4.3 Fokus Iklim Berinvestasi 2.4.3.1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Keegawaian dan Kearsipan a.
Angka Kriminalitas Angka kriminalitas di Kabupaten Jeneponto periode tahun 2010 – 2014 mengalami fluktuasi. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, gagal panen. Pada tahun 2010 angka kriminalitas sebesar 0,049 dan pada tahun 2014 sebesar 0,032. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.81 Angka Kriminalitas Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
No
Jenis Kriminal
2010
2011
2012
2013
2014
1.
Jumlah kasus Narkoba
1
5
8
10
9
2.
Jumlah kasus Pembunuhan
4
3
4
3
2
3.
Jumlah Kejahatan Seksual
7
5
3
3
4
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-56
No
Jenis Kriminal
2010
2011
2012
2013
2014
4.
Jumlah kasus Penganiayaan
67
110
130
61
67
5.
Jumlah kasus Pencurian
71
58
72
35
25
6.
Jumlah kasus Penipuan
7
11
12
7
7
0
0
1
0
0
157
192
232
119
114
342.700
346.149
348.138
351.100
353.287*
0,046
0,055
0,067
0,034
0,032
Jumlah kasus Pemalsuan uang Total Jumlah Tindak Kriminal Selama 1 Tahun
7. 8. 9.
Jumlah Penduduk Angka Kriminalitas (8)/(9)
Sumber : Polres Kabupaten Jeneponto * Data sementara BPS Kab. Jeneponto
b. Jumlah Demo Demonstrasi di Kabupaten Jeneponto periode tahun 2010 – 2014 mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 terjadi 6 kali demonstrasi, dan pada tahun 2014 terjadi 17 kali demonstrasi. Semakin terbukanya demokratisasi dan besarnya kesadaran masyarakat tentang hak-nya menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah demonstrasi dari tahun ketahun. Hal tesebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.82 Jumlah Demonstrasi Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014 No
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
1
Bidang Politik
4
5
6
9
13
2
Ekonomi / Sosbud
2
1
3
4
4
3
Kasus pemogokan kerja
0
0
0
0
0
4
Jumlah Demonstrasi/Unjuk Rasa
6
6
9
13
17
Sumber : Polres Kabupaten Jeneponto
c.
Persentase Desa Swasembada Status desa swasembada di Kabupaten Jeneponto periode 2009 – 2013 mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2009 tercatat sebesar 44,25 persen (50 desa) dan pada tahun 2013 menjadi 53,10 persen (60 desa).Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.83 Persentase Desa Swasembada Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
No
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
1.
Jumlah Desa/Kelurahan Swadaya
0
0
0
0
0
2.
Jumlah Desa/Kelurahan
61
58
53
53
40
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-57
No
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
52
55
60
60
73
113
113
113
113
113
46,02
48,67
53,10
53,10
64,60
Swakarsa 3.
Jumlah Desa/Kelurahan Swasembada
4.
Jumlah Desa/Kelurahan (1) + (2) + (3)
5.
Persentase Desa berstatus swasemda dibagi jumlah desa/kelurahan (3)/(4)
Sumber : BPMPD Kab. Jeneponto
2.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia 2.4.4.1 Ketenagakerjaan a.
Rasio Ketergantungan Rasio ketergantungan di Kabupaten Jeneponto pada tahun 2008 adalah sebesar 60,25 persen dan pada tahun 2012 sebesar 57,45 persen. Hal terseut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.84 Rasio Ketergantungan Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014
No
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014*
1.
Jumlah Penduduk Usia < 15 tahun
105.508 106.567 107.179 108.070 109.112
2.
Jumlah Penduduk usia > 64 tahun
3.
Jumlah Penduduk Usia Tidak Produktif (1) &(2)
129.285 126.298 127.022 128.091 129.493
4.
Jumlah Penduduk Usia 15-64 tahun
217.657 219.851 221.116 223.009 223.794
5.
Rasio ketergantungan (3) / (4)
23.777
59,40
19.731
19.843
57,45
57,45
20.021
20.381
57.44
57,8
Sumber : Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi & Sosial Kabupaten Jeneponto * Data hasil prediksi berdasarkan tren pertumbuhan.
b. Rasio Lulusan S1/S2/S3 Rasio lulusan S1/S2/S3 di Kabupaten Jeneponto pada tahun 2009 adalah sebesar 9,27 per 1000 penduduk dan pada tahun 2013 menjadi 11,46 per 1000 penduduk. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.85 Rasio Lulusan S1/S2/S3 Kabupaten Jeneponto tahun 2010-2014 NO
Uraian
1.
Jumlah lulusan S1
2.957
3.509
3.509
3.613
3.801
2.
Jumlah lulusan S2
140
265
265
427
453
3.
Jumlah lulusan S3
0
1
1
3
5
4.
Jumlah lulusan S1/S2/S3
3.097
3.775
3.775
4.043
4259
5.
Jumlah penduduk
342.700
346.149
348.138
351.100
353.287*
9,04
10,91
10,84
11,52
12,05
Rasio lulusan S1/S2/S3
2010
2011
2012
2013
2014*
Sumber : Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah Kabupaten Jeneponto * masih merupakan data sementara
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-58
Analisis Gambaran Umum Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, diatas rata-rata nasional, dan pendapatan perkapita yang cukup besar seharusnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, akan tetapi apabila tidak diiringi dengan pemerataan distribusi pendapatan maka hal tersebut merupakan hal yang semu, artinya hasil dari kegiatan ekonomi di wilayah tersebut hanya akan dinikmati oleh sekelompok atau golongan masyarakat tertentu saja, disisi lain rakyat miskin justru terus bertambah, dengan kata lain tidak menciptakan keadilan bagi seluruh masyarakat. Dalam interval waktu dan dengan memperhatikan hasil pembangunan yang
ada,
pergeseran
kebijaksanaan
pembangunan
menyebabkan
pengukuran terhadap hasil-hasil pembangunan yang ada harus disesuaikan, dan kebutuhan untuk melihat fenomena atau masalah dalam perspektif waktu dan tempat sering menuntut adanya ukuran baku. Olehnya itu upaya untuk mengangkat manusia sebagai tujuan utama pembangunan, dimulai pada dekade 60-an, yang ketika itu pembangunan berorientasi pada peningkatan produksi (production centered development) dengan upaya mengejar
pertumbuhan
ekonomi
yang
setinggi-tingginya.
Sementara
pertumbuhan ekonomi bukanlah akhir dari tujuan pembangunan, akan tetapi hanya sebagai mean/alat/cara untuk mencapai tujuan yang lebih esensial yaitu human security. Dalam kerangka pemikiran ini manusia tidak ditempatkan sebagai faktor variabel, tetapi hanya sebagai faktor produksi. Kemudian pada dekade 70-an paradigma pembangunan bergeser dengan lebih menekankan pada distribusi hasil-hasil pembangunan (distributiongrowth development). Selanjutnya muncul paradigma pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar (basic need development) pada dekade 80-an, dan memasuki tahun 90-an paradigma pembangunan terpusat pada aspek manusia (human centered development). Dalam konteks ini pembangunan manusia didefinisikan sebagai suatu proses memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia (a process of enlarging people’s choices), dengan melihat sebagai proses upaya ke arah ’perluasan pilihan’ dan sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut. Dalam hal pilihan-pilihan manusia adalah sangat tidak terbatas jumlahnya dan bahkan cenderung berubah setiap waktu. Namun diantara sejumlah pilihan ini, ada 3 pilihan yang sangat esensial untuk dipenuhi yaitu; pilihan untuk hidup sehat dan berumur panjang (Indeks Angka Harapan Hidup); pilihan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-59
untuk memiliki ilmu pengetahuan (Indeks Melek Huruf dan Lama Sekolah), dan pilihan untuk mencapai akses ke berbagai sumber yang diperlukan agar dapat memenuhi standar kehidupan yang layak (a decent standard of living) atau Indeks Daya Beli (Purchasing Power Parity (PPP). Apabila ketiga pilihan mendasar
tersebut
dapat
dipenuhi
maka
seseorang
akan
mudah
meningkatkan kemampuannya dalam aktifitas sehari-hari serta memiliki kemampuan
menangkap
peluang
yang
ada
untuk
meningkatkan
kehidupannya serta memiliki kemampuan pula untuk meraih pilihanpilihan lain yang juga tidak kalah pentingnya seperti pilihan untuk berpartisipasi dalam bidang politik, kebebasan mengeluarkan pendapat dan sebagainya. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Indeks (HDI) merupakan kerangka untuk menempatkan dimensi manusia sebagai titik sentral dalam pembangunan, dengan bercirikan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sehingga diharapkan daerah mempunyai indikator yang berfungsi untuk mengukuran pencapaian pembangunan, terutama yang terkait erat dengan upaya-upaya peningkatan kualitas hidup manusia. Disamping itu, IPM berfungsi sebagai input dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), RENSTRA dan RKPD agar jiwa pembangunan pada era reformasi ini terimplementasi dalam dokumen perencanaan
dan
untuk
penajaman
prioritas
pembangunan
daerah
berdasarkan analisis situasional, analisis kebijakan, implikasi kebijakan di daerah, sehingga tujuan dan sasaran pembangunan lebih terarah pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Selain itu juga untuk menggali potensi,
peluang,
tantangan
dan
kendala
pembangunan
di
daerah
berdasarkan kajian lokal situasional. Nampaknya setiap tahun tingkat kesejahteraan dan pemerataan ekonomi terus mengalami peningkatan dan perbaikan. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi Jeneponto yang ditandai dengan angka kumulatif kenaikan nilai PDRB atas dasar harga konstan selama periode 2009-2013 mengalami peningkatan rata-rata mencapai 17,91% per tahun, yang kemudian mengalami perlambatan pertumbuhan pada tahun 2009 dengan 5,38%. Perlambatan ini disinyalir akibat dari krisis ekonomi global yang melanda dunia walaupun efeknya tidak begitu terasa di Indonesia. Pada tahun 2010, terjadi pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat dengan 7,25% dan terus naik pada 2011 dengan 7,32%. Namun memasuki tahun 2012, pertumbuhan ekonomi kembali mengalami perlambatan dengan 7,27%. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-60
Walaupun terjadi perlambatan pada tahun 2012 namun pertumbuhan ekonomi masih tetap diatas rata-rata pertumbuhan nasional. Disamping itu pendapatan perkapita masyarakat Jeneponto juga cenderung mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2008 yang mencapai Rp 4.693.927, meningkat pada tahun 2009 hingga mencapai Rp 5.604.180 perkapita pertahun, dan tahun 2010 telah mencapai Rp 6.634.100. Pada tahun 2011 pendaptan perkapita kembali mengalami peningkatan menjadi Rp. 7.229.211 dan pada 2012 menjadi Rp. 8.890.871. Kita berharap agar trend peningkatan seperti ini akan terus berlanjut dengan laju perkembangan yang lebih besar sebagai
pertanda
bahwa
pemerataan
kesejahteraan
telah
terpenuhi.
Peningkatan ekonomi dan pendapatan perkapita berdampak pada semakin tingginya angka penduduk yang hidup diatas garis kemiskinan pada tahun 2012 (88,40%) Percepatan
pertumbuhan
ekonomi
dan
peningkatan
pendapatan
perkapita penduduk Jeneponto, juga tentu tidak terlepas dari peningkatan produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar mendorong nilai tambah bruto sektor pertanian dominasi kontribusi dari seluruh sektor pembentuk PDRB Jeneponto yang mencapai 50,84% pada tahun 2013, sekaligus sebagai sumber pendapatan andalan masyarakat Jeneponto. Hal yang menggembirakan juga terlihat dari besarnya kontribusi sektor jasa-jasa terhadap PDRB pada tahun 2013 yang mencapai 29,98%. Hal ini menandakan bahwa perkotaan di Jeneponto sudah bisa menjalankan fungsinya sebagai pusat jasa bagi masyarakat sekitar. Hal yang sama dengan tingkat kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, tingkat kesejahteraan sosial (Social Capital) Jeneponto juga terus mengalami peningkatan walaupun tidak secara significant, bahkan cenderung stagnan dalam 3 tahun terakhir (2010-2012). Pada tahun 2010 IPM Jeneponto hanya mencapai 64,92 point, dan pada tahun 2011 meningkat 0,35 point menjadi 65,27 dan pada tahun 2012 hanya meningkat 0,29 poin menjadi 65,56. Pada tahun 2013 yterjadi lonjakan peningkatan yang cukup besar yaitu menjadi 66,22 atau meningkat hampir satu poin. Meskipun begitu, Jeneponto masih menjadi daerah dengan IPM terendah di Provinsi Sulawesi Selatan. 2.2
Evaluasi Pelaksanaan Program Kegiatan RKPD sampai Tahun 2014 dan Realisasi RPJMD Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-61
pemerintahan yang menjadi kewenangannya dengan prinsip otonomi seluas luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, dan keadilan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam rangka Penyelenggaraan urusan Pemerintahan Kabupaten Jeneponto perlu membangun sistem perencanaan yang bersifat terpadu dengan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan
Pembangunan
Nasional,
yaitu
melalui
tahapan
perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang disusun secara partisipatif (melibatkan masyarakat, dunia usaha, dewan, perguruan tinggi, dan organisasi kemasyarakatan lainnya) melalui forum Musyawarah Perencanaan
Pembangunan
(MUSRENBANG)
yang
menghasilkan
Perencanaan Jangka Panjang atau RPJP, Jangka Menengah atau RPJM atau RENSTRADA dan RENSTRA SKPD pada masing-masing Satuan Kerja, serta perencanaan Tahunan atau Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Implementasi program/kegiatan RKPD sebagian besar didanai melalui APBD Kabupaten yang dilaksanakan oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). RKPD Tahun Anggaran 2016 merupakan RKPD kedua yang disusun dengan berdasar pada RPJMD 2014-2018 sehingga evaluasi realisasi RPJMD sudah dapat dilakukan. Evaluasi RENJA dan RENSTRA SKPD pada tahun ini juga sudah bisa dilaksanakan karena kedua dokumen perencanaan tersebut di tetapkan pada tahun 2014 sebagai tahun awal pemerintahan 2014-2018. Selain
capaian
kinerja
tersebut
di
atas
juga
capaian
kinerja
berdasarkan Realisasi RPJMD masing-masing indikator daerah dapat dilihat pada tabel berikut :
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-62
Tabel 2.86 Indikator Makro Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2012-2014 N o 1
2
3
Indikator Kinerja
Realisasi 2013
2014
Pertumbuhan Ekonomi
Persen
Pertanian
Persen
8,19
7,00
7,00*
Pertambangan & Penggalian
Persen
7,62
8,61
8,61*
Industri Pengolahan
Persen
5,34
6,28
6,28*
Listrik , Gas & Air Bersih
Persen
13,39
13,94
13,94*
Bangunan
Persen
5,29
8,27
8,27*
Perdagangan, Hotel & Restoran
Persen
7,59
9,08
9,08*
Pengangkutan & Komunikasi
Persen
8,59
8,80
8,80*
Persen
12,89
11,09
11,09*
Persen
2,59
3,26
3,26*
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pertanian
Rp.000
1.372.282,51
1.590.467,69
1.590.467,69*
Pertambangan dan Penggalian
Rp.000
26.281,64
30.262,07
30.262,07*
Industri Pengolahan
Rp.000
39.215,44
42.695,35
42.695,35*
Listrik, Gas dan Air Bersih
Rp.000
12.601,51
15.518,36
15.518,36*
Bangunan
Rp.000
95.819,56
106.875,67
106.875,67*
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Rp.000
144.034,81
159.488,89
159.488,89*
Pengangkutan dan Komunikasi
Rp.000
59.662,32
68.308,01
68.308,01*
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Rp.000
135.800,54
160.548,69
160.548,69*
Jasa-jasa
Rp.000
790.317,07
921.085,26
921.085,26*
Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Harga Berlaku Pertanian
Persen
51,28
51,38
51,38*
Pertambangan dan Penggalian
Persen
0,89
0,89
0,89*
Industri Pengolahan
Persen
1,47
1,38
1,38*
Listrik, Gas dan Air Bersih
Persen
0,47
0,50
0,50*
Bangunan
Persen
3,58
3,45
3,45*
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Persen
5,39
5,15
5,15*
Pengangkutan dan Komunikasi
Persen
2,23
2,21
2,21*
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Persen
5,07
5,19
5,19*
Jasa-jasa
Persen
29,53
29,76
29,76*
5
PDRB Atas Dasar Harga Konstan Pendapatan perkapita
6 7
Inflasi UMP
4
Satuan
Kondisi Awal 2012
Rp.Juta Rp. Persen Rp. 000
956.277,76
1.025.837,00
1.025.837,00*
8.890.871
10.115.707
10.115.707*
2,87
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
6,24
5,72*
II-63
N o
Indikator Kinerja
8
Satuan
Kondisi Awal 2012
Realisasi 2013
2014
Keuangan Daerah
9
Pendapatan Asli Daerah
Rp.Juta
12.481
14.947
52,921
Dana Perimbangan
Rp.Juta
443.070
528.943
634,794
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
Rp.Juta
153.795
85.642
153,097
TOTAL
Rp.Juta
609.348
629.532
840,812
Nilai Investasi PMDN
Rp.000
12.501.000
12.501.000
-
Nilai Investasi PMA
Rp.000
-
-
-
Rp.Miliar
-
-
-
Ribu jiwa
346.149
348.138
353.287*
Investasi
Kebutuhan Investasi 10
Sosial Budaya Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan penduduk
Persen
1,00
0,57
0,57*
Keluarga yang memilki KK
Persen
-
-
57,32
Penduduk yang memiliki KTP
Persen
-
-
83,92
Penduduk yang memiliki Akta Kelahiran
Persen
-
-
5,53
000 Jiwa
40.143
40.143
179
Persentase Penduduk Miskin
Persen
10,04
10,04
11,60
Tingkat Pengangguran Terbuka Penanganan Kasus Traficking Kebijakan yang berspektif Gender Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah Indeks Pembangunan Manusia Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah Pengeluaran Komsumsi RT Perkapita
Persen Persen
-
3,57 -
-
Persen
-
-
-
Persen
-
-
-
Tahun Persen Tahun
65,00 77,42 6,00
65,40 78,92 6,27
65,40* 77,97 6,27*
000 Rp
390.775
425.875
425.875*
Jumlah Penduduk Miskin
11
* Data sementara, belum tersedia data Tahun 2014
Urusan pemerintahan
yang dilaksanakan
Pemerintah
Kabupaten
Jeneponto terdiri dari 26 urusan wajib dan 8 urusan pilihan.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-64