BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
2.1.
Gambaran Umum Kondisi Kabupaten Solok
2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1.1.
Letak, Luas, Batas Wilayah Administrasi dan Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Solok berada pada posisi 00°32
’14’’
-01°46’45” Lintang Selatan, 100°25 ’00” - 101°41 ’41” Bujur Timur dengan luas 373.800 Ha (3.738.00 Km 2) dan batas-batas wilayah sebagai berikut : 1.sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar; 2.sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Solok Selatan; 3.sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan dan Kota Padang; dan 4.sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung.
Secara administratif Kabupaten Solok terbagi dalam 14 kecamatan, 74 Nagari dan 414 Jorong. Kecamatan yang memiliki nagari terbanyak adalah Kecamatan IX Koto Sungai Lasi dan Kecamatan X Koto Diatas masing-masing memiliki 9 nagari, sedangkan kecamatan dengan jumlah nagari terkecil terdapat di Kecamatan Pantai Cermin, Kecamatan Danau Kembar dan Kecamatan Junjung Sirih masing-masing hanya memiliki 2 nagari. Kecamatan yang memiliki jorong terbanyak adalah Kecamatan X Koto Diatas dengan jumlah 52 jorong dan kecamatan yang memiliki jorong paling sedikit adalah Kecamatan Payung Sekaki
1
dan Kecamatan Junjung Sirih dengan jumlah masing-masing 11 jorong sebagaimana terlihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 2.1 Luas Wilayah Per-Kecamatan NO
KECAMATAN
1.
Pantai Cermin
2.
Lembah Gumanti
IBUKOTA KECAMATAN
NAGARI
JORONG
Surian
2
28
LUAS DAERAH (HA) 36.600
Alahan
4
39
45.972
3
20
26.328
3
11
36.450
5
20
60.250
Panjang 3.
Hiliran Gumanti
Talang Babungo
4.
Payung Sekaki
Kubang Nan Duo
5.
Tigo Lurah
Batu Bajanjang
6.
Lembang Jaya
Bukik Sileh
6
43
9.990
7.
Danau Kembar
Sp. Tj. Nan IV
2
19
7.010
8.
Gunung Talang
Talang
8
40
38.500
9.
Bukit Sundi
Muaro Paneh
5
20
10.900
10.
IX Koto Sungai Lasi
Sungai Lasi
9
28
17.100
11.
Kubung
Selayo
8
37
19.200
12.
X Koto Singkarak
Singkarak
8
46
25.700
13.
Junjung Sirih
Paninggahan
2
11
29.550
14.
X Koto Diatas
Tanjung Balik
9
52
10.250
74
414
373.800
TOTAL
Sumber : Keputusan Bupati Solok Nomor 100-592-2012
Dari tabel 2.1 dapat dilihat bahwa Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Tigo Lurah dengan luas 60.250 Ha, sedangkan kecamatan yang memiliki luas wilayah paling kecil adalah Kecamatan Danau Kembar dengan luas 7.010 Ha.
2
Berdasarkan evaluasi dan verifikasi internal Bappeda Kabupaten Solok dari Tahun 2011 sampai dengan 2013 yang menggunakan 14 indikator penetapan desa tertinggal dari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2010, maka dari 74 Nagari di Kabupaten Solok dapat dikelompokkan menjadi, 1 Nagari Tertinggal, 5 Nagari Sangat Tertinggal, 53 Nagari Maju, dan 15 Nagari Sangat Maju.
Topografi
2.1.1.2
Topografi wilayah Kabupaten Solok sangat bervariasi antara dataran, lembah dan berbukit-bukit mulai dari dataran tinggi di bagian Selatan hingga dataran yang relatif rendah di bagian Utara dengan ketinggian berkisar antara 329 m hingga 1.458 m diatas permukaan laut. Ketinggian wilayah di Kabupaten Solok ini dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kelas ketinggian, yaitu : 1.
ketinggian antara 100 – 500 m diatas permukaan laut, tersebar di Kecamatan X Koto Singkarak, Junjung Sirih, IX Koto Sungai Lasi, Kubung, dan Bukit Sundi;
2.
ketinggian antara 500 – 1.000 m diatas permukaan laut, tersebar dibagian utara, yaitu Kecamatan Tigo Lurah, Gunung Talang, Kecamatan X Koto Diatas dan Kecamatan Payung Sekaki; dan
3.
ketinggian 1.000 – 1.500 m diatas permukaan laut, tersebar di kecamatan Lembah Gumanti, Hiliran Gumanti, Pantai Cermin, Lembang Jaya dan Kecamatan Danau Kembar. Berdasarkan kemiringan lereng dan luasnya yang bersumber dari data Status
Kehutanan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2001 dapat dibagi atas beberapa klasifikasi yang dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel. 2.3 Klasifikasi Lereng di Kabupaten Solok 3
NO
KLASIFIKASI LERENG
LERENG (%)
LUAS (HA) 84.642,97
22,64
90.005,35
24,08
1.
Datar, Agak Landai
0–8
2.
Landai
8 – 15
3.
Agak Curam
4.
15 – 25
Curam
5.
PERSENTASE LUAS (%)
118.176,0 4
31,61
70.286,53
18,80
10.689,11
2,86
25 – 40
Sangat Curam
> 40
Sumber : Hasil Analisis Peta, 2011
Berdasarkan kondisi kemiringan lereng di atas, maka dapat digambarkan sebagai berikut : 1.
Kemiringan 0
– 8% (datar), terkonsentrasi dibeberapa tempat yang mencakup
sebagian Kecamatan X Koto Diatas, X Koto Singkarak, Kubung, Bukit Sundi, Gunung Talang, Payung Sekaki, Danau Kembar, dan Lembah Gumanti. 2.
Kondisi kemiringan 8
– 15% (datar s/d landai), yang terkonsentrasi di semua
kecamatan yang ada di Kabupaten Solok. 3.
Kondisi kemiringan 15 – 25% (agak curam), yang menyebar secara merata di semua kecamatan.
4.
Kondisi kemiringan 25 – 40% (curam), yang terkonsentrasi di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Solok khususnya pada daerah Barat dan Selatan.
5.
Lahan dengan kemiringan > 40% (sangat curam), tersebar secara merata di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Solok dan lebih terkonsentrasi pada daerah Bagian Barat dan Selatan.
2.1.1.3
Geologi Berdasarkan Peta Geologi Lembar Peta Geologi skala 1 : 250.000 lembar Solok (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1995) Strata Batuan Penyusun Kabupaten Solok adalah : 4
1.
Endapan Permukaan (Qal dan Qf)
2.
Endapan Gunung Api Muda (Qyu, Qatg)
3.
Endapan Gunung Api Tua (Qtau, Qou, Qol)
4.
Endapan Sedimen (Tmo, Pbl)
5.
Batuan Metamorfosis (Pb, PCkq, PCks, Rts)
6.
Batuan Terobosan (Kgr, gd,g) Sedangkan struktur geologi yang berkembang adalah :
1.
Struktur patahan aktif adalah struktur yang paling dominan dengan Arah jalur struktur patahan ini berarah barat laut
– tenggara. Mulai dari Danau Atas, Danau Bawah
menerus ke arah Barat Laut ke Danau Singkarak. Struktur ini termasuk dalam jalur patahan besar Sumatera yang terbentuk sebagai akibat adanya interaksi konvergen antara lempeng Samudera Hindia dengan lempeng benua Asia. Pergerakan struktur patahan aktif menghasilkan juga dataran antar perbukitan (graben) di sekitar Solok. 2.
Patahan-patahan yang terbentuk sebagai akibat pergerakan patahan utama Sumatera, dengan sebaran hampir merata khususnya di wilayah bagian Selatan kajian mulai dari Danau Dibawah ke arah Selatan meliputi Kecamatan Pantai Cermin, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kecamatan Lembah Gumanti dan Kecamatan Tigo Lurah. Sedangkan wilayah dengan sebaran patahan kecil meliputi Kecamatan Gunung Talang, Kubung, X Koto Singkarak, Kec. IX Koto Sungai Lasi dan Kecamatan Payung Sekaki.
3.
Kekar/rekahan berkembang pada batuan dan untuk batuan malihan dan terobosan berkembang struktur kekar/rekahan berkembang di Kecamatan Tigo Lurah dan sekitarnya.
2.1.1.4
Hidrologi Hidrologi merupakan kondisi tata air yang ada pada suatu wilayah. Kondisi hidrologi suatu kawasan sangat dipengaruhi oleh kondisi curah hujan, jenis batuan, jenis tanah serta tingkat kelerengan (faktor internal) dan kondisi tutupan lahan (kondisi internal). Kondisi hidrologi yang ada di Kabupaten Solok dapat dikatakan sangat baik. Dengan pola aliran pada umumnya adalah bersifat dendritik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya sumber air baik yang berupa air permukaan maupun mata air dan air tanah, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
5
1.
Air Permukaan Keadaan air permukaan sangat dipengaruhi oleh kondisi topografi, jenis batuan dan materi penyusun tanah, penggunaan lahan, curah hujan dan aktifitas manusia. Potensi air permukaan sebagian besar berasal dari berbagai mata air mengalir melalui sungai-sungai kecil dengan membentuk pola aliran yang berbentuk dendritik dan karena sifat hujan arografisnya yang tinggi memungkinkan kondisi sungai untuk mengalir sepanjang tahun. Sebagian besar wilayah Kabupaten Solok merupakan bagian dari dua Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mengalir kearah timur yaitu DAS Agam Kuantan – Indragiri dan DAS Batang Hari. Tabel. 2.4 Jumlah Sungai di Kabupaten Solok NO 1.
KECAMATAN
Pantai Cermin
NAMA SUNGAI
Batang Lolo
Lolo
Batang Indarung
Surian / Lolo
Batang Kulemban
Surian
Batang Kayu Manang
NO 2.
KECAMATAN Lembah Gumanti
LOKASI
Surian
NAMA SUNGAI Batang Gumanti
LOKASI Alahan Panjang Talang Babungo Sariak Alahan Tigo Sungai Abu
Batang Hari
Alahan Panjang Lolo Surian Sungai Pagu Sangir Sungai Pagu
3.
Payung Sekaki
Batang Kipat
Air Luo
Batang Luo
Air Luo 6
4.
Tigo Lurah
Batang Pelangki
Batu Bajang Rk. Luluih Sumiso
Batang Kapujan
Rk. Luluih Sumiso
5.
Lembang Jaya
Batang Lembang
Danau Kembar Lembang Jaya Bukit Sundi Kubung X Koto Singkarak
6.
Gunung Talang
Batang Paneh Gadang
Talang Cupak Muaro Paneh
Batang Sumani
Lubuk Salasih Batang Barus Koto Gaek Jawi-Jawi Cupak Koto Baru
NO 7.
KECAMATAN Bukit Sundi
NAMA SUNGAI Batang Air Halim
LOKASI Kinari Muaro Paneh
8.
X Koto Sungai Lasi
Sungai Lasi
Sungai Lasi
Batang Pamo
Pianggu
Batang Lawas
Lembah Gumanti Payung Sekaki
9.
Kubung
Batang Gantung
Gantung Ciri
Sungai Saring
Koto Hilalang
7
Batang Gawan
Koto Hillang/Selayo
Batang Imang
Tanjung Bingkung Koto Sani
10.
X Koto Singkarak
Air Lasi, Batang Saniang Baka Batang Sumani
11.
Junjung Sirih
Batang Muaro Paninggahan Batang Muara Pingai
12.
X Koto Diatas
Batang Katialo
Saning Bakar Sumani Paninggahan
Muara Pingai Katialo Tj. Balik Sulit Air
Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2013/2014
Selain sungai, Kabupaten Solok juga mempunyai Danau yang terdiri-dari : 1.
Danau Diatas yang berada di Kecamatan Lembah Gumanti dan Kecamatan Danau Kembar;
2.
Danau Dibawah yang berada di Kecamatan Danau Kembar;
3.
Danau Talang yang berada di Kecamatan Danau Kembar;
4.
Danau Singkarak yang berada di Kecamatan X Koto Singkarak dan Kecamatan Junjung Sirih. Danau ini juga terdapat pada wilayah administrasi Kabupaten Tanah Datar.
Tabel 2.5 Jumlah Danau di Kabupaten Solok NO
1.
NAMA DANAU
Danau Diatas
KECAMATAN
PANJANG (KM)
LEBAR (KM)
LUAS (KM 2)
Lembah Gumanti
6,25
2,75
17,2
8
Danau Kembar 2.
Danau Dibawah
Danau Kembar
5,62
3,00
16,9
3.
Danau Talang
Danau Kembar
1,5
0,88
1,3
4.
Danau
X Koto Singkarak
20,75
6,25
129,7
Singkarak Junjung Sirih Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2013/2014
2.
Mata Air Dari kondisi alam yang terdapat di Kabupaten Solok banyak dijumpai mata air yang berasal dari lembah atau kaki perbukitan. Hal ini disebabkan adanya lapisan batuan yang kedap air dibawahnya yang mengalami peregangan tidak terus ke dalam melainkan ke arah lateral dan muncul di kaki tebing (lembah) atau kaki perbukitan sebagai mata air. Adanya mata air dapat dimanfaatkan menjadi cadangan sumber air bersih. Secara keseluruhan, pemanfaatan sumber mata air di Kabupaten Solok belum optimal dimanfaatkan. Pemanfaatan sumber mata air yang ada selama ini, sebagian besar dikelola/dimanfaatkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Solok, seperti di Kecamatan Kubung, Nagari Selayo dan Nagari Gaung. PDAM juga memanfaatkan sumber mata air di Kecamatan X Koto Diatas Nagari Sulit Air, Kecamatan X Koto Singkarak Nagari Kacang dan Koto Sani dan Nagari Koto Anau, Kecamatan Lembang Jaya.
3.
Air Tanah Keberadaan air tanah dipengaruhi oleh faktor hujan, luas dan kondisi daerah peresapan, sifat kelulusan bahan permukaan dan batuan yang terdapat di bawahnya serta morfologi. Potensi air tanah bebas yang cukup besar dapat dijumpai di sekitar Kota Solok dan Muara Labuh yang berkisar antara 1-3 meter dibawah permukaan air tanah. Sedangkan di wilayah lainnya relatif berkedudukan dalam, yaitu berkisar antara 5-15 meter dibawah permukaan air tanah, kecuali sekitar daerah lembah yang agak lebar dengan air tanahnya yang dangkal. 9
Klimatologi
2.1.1.5
Secara umum daerah Kabupaten Solok beriklim tropis dengan temperatur bervariasi antara 12 0C hingga 30 0C. Ketinggian daerah berkisar antara 329 sampai 1.458 meter di atas permukaan laut. Dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 174.83 mm/bulan dan hampir merata di sepanjang tahun dengan hari hujan berkisar rata-rata 14 hari hujan perbulan. Daerah bagian Utara mempunyai curah hujan lebih rendah dibandingkan dengan bagian Tengah dan Selatan. Bulan Juli merupakan bulan yang paling rendah curah hujannya sementara bulan November hingga Februari cukup banyak hari hujannya. Curah hujan di Kabupaten Solok berada pada kisaran rata-rata Kabupaten 2.098 mm per tahun dan distribusinya di beberapa daerah merata sepanjang tahun misalnya di Kecamatan Lembah Gumanti, Gunung Talang, Lembang Jaya dan Danau Kembar, sedangkan di Kecamatan lainnya curah hujan terkumpul pada bulan-bulan basah antara bulan Nopember hingga April. Hal ini mengakibatkan kebutuhan air untuk sektor pertanian pada bulan-bulan kering harus diupayakan oleh para petani.
Penggunaan Lahan
2.1.1.6
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 1 Tahun 2013 tentang RTRW Kabupaten Solok Tahun 2012
– 2031 rencana pola ruang wilayah Kabupaten Solok
terdiri atas : 1.
Kawasan Lindung Rencana Pengembangan Kawasan Lindung Kabupaten meliputi : a. Kawasan Hutan Lindung , Kawasan Hutan Lindung dengan luas seluruhnya lebih kurang 118.141 Ha yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Solok kecuali kecamatan Bukit Sundi. Luas kawasan hutan lindung ini 31.60 % dari luas wilayah Kabupaten Solok.
b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, 10
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya berupa kawasan resapan air yang meliputi wilayah kecamatan Gunung Talang, Lembang Jaya, Payung Sekaki, Bukit Sundi, Hiliran Gumanti dan Tigo Lurah. c. Kawasan Perlindungan Setempat , Kawasan perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air. d. Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam, Kawasan suaka alam dengan luas lebih kurang 47.279 Ha meliputi Kawasan Suaka Alam Barisan I, Kawasan Suaka Alam Air Tarusan dan Taman Nasional Kerinci Seblat. Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam ini 12,65 % dari luas wilayah Kabupaten Solok. e. Kawasan Rawan Bencana Alam, Kawasan rawan bencana alam meliputi kawasan rawan bencana tanah longsor, kawasan rawan bencana banjir, kawasan rawan bencana letusan gunung api dan kawasan rawan bencana gempa bumi/gerakan tanah.
f. Kawasan Lindung Geologi, Kawasan lindung geologi meliputi kawasan rawan letusan Gunung Berapi Gunung Talang dan rawan bencana akibat pergeseran patahan Sumatera (Sesar Semangko). 2.
Kawasan Budidaya Rencana pengembangan kawasan budidaya Kabupaten Solok terdiri atas : a. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi, Kawasan peruntukan hutan produksi terdiri atas kawasan hutan produksi terbatas (dengan luas lebih kurang 12.793 Ha), kawasan hutan produksi tetap (dengan luas lebih kurang 5.685 Ha), kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (dengan luas lebih kurang 9.810 Ha). Luas kawasan hutan produksi ini adalah 7,57% dari luas wilayah Kabupaten Solok.
11
b. Kawasan Peruntukan Pertanian Kawasan peruntukan pertanian terdiri atas ; kawasan pertanian tanaman pangan (dengan luas lebih kurang 33.974 Ha), kawasan tanaman hortikultura (dengan luas lebih kurang 72.475 Ha), kawasan perkebunan (dengan luas lebih kurang 42.778 Ha) dan kawasan peternakan diarahkan di seluruh kecamatan. Luas kawasan untuk pertanian ini adalah 39,92 % dari luas wilayah Kabupaten Solok. c. Kawasan Peruntukan Perikanan Kawasan peruntukan perikanan terdiri atas ; kawasan peruntukan budidaya perikanan air tawar (dengan luas lebih kurang 10.182,5 Ha), kawasan peruntukan perikanan tangkap perairan danau (dengan Luas 168,95 Ha). Luas kawasan perikanan ini adalah 10.351,45 Ha atau 2,77% dari luas wilayah Kabupaten Solok. d. Kawasan Peruntukan Pertambangan Kawasan peruntukan pertambangan meliputi kawasan pertambangan mineral dan batubara serta energi. e. Kawasan Peruntukan Permukiman Kawasan peruntukan permukiman terdiri atas kawasan permukiman perkotaan (dengan luas lebih kurang 1.348 Ha) dan kawasan permukiman pedesaan (dengan luas lebih kurang 5.690 Ha). f. Kawasan Peruntukan Pariwisata Kawasan peruntukan pariwisata terdiri atas kawasan pariwisata alam dan kawasan pariwisata budaya. g. Kawasan Peruntukan Industri Kawasan peruntukan industri terdiri atas kawasan peruntukan industri besar, kawasan peruntukan industri menengah dan kawasan peruntukan industri kecil. h. Kawasan Peruntukan Lainnya Kawasan peruntukan lainnya berupa kawasan pertahanan dan kawasan keamanan.
2.1.1.7
Potensi Pengembangan Wilayah 12
Secara
geografis
dan
administratif
Kabupaten
Solok
memiliki
potensi
pengembangan, hal ini didasarkan kepada masih banyaknya daerah wisata yang belum tergarap secara optimal untuk pengembangan sektor hotel dan restoran serta wisata budaya. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Solok Tahun 2012
–
2031, potensi
pengembangan wilayah di Kabupaten Solok dilakukan dengan penetapan kawasan strategis kabupaten yang meliputi : 1.
Kawasan Strategis Kabupaten Solok terdiri atas : a. kawasan strategis dari aspek kepentingan pertumbuhan ekonomi; b. kawasan strategis dari aspek kepentingan sosial dan budaya; dan c. kawasan strategis dari aspek kepentingan pertahanan dan keamanan.
2.
3.
Kawasan strategis dari aspek kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi : a.
kawasan wisata Danau Singkarak;
b.
kawasan wisata Danau Kembar;
c.
kawasan perkotaan Arosuka;
d.
kawasan agropolitan di Kecamatan Lembah Gumanti;
e.
kawasan perkotaan Alahan Panjang di Kecamatan Lembah Gumanti;
f.
kawasan perkotaan Sumani di Kecamatan X Koto Singkarak; dan
g.
kawasan perkotaan Muara Panas di Kecamatan Bukit Sundi.
Kawasan strategis dari aspek kepentingan sosial dan budaya meliputi : a. kawasan Masjid Tuo Kayu Jao dan sekitarnya di Kecamatan Gunung Talang; b. kawasan Masjid Raya Tanjung Bingkung dan sekitarnya di Kecamatan Kubung; c. kawasan Makam Datuk Perpatih Nan Sabatang dan sekitarnya di Kecamatan Kubung; d. kawasan Balairung Sari dan sekitarnya di Kecamatan X Koto Diatas; e. kawasan Rumah Gadang Sulit Air dan sekitarnya di Kecamatan X Koto Diatas; f. kawasan Makam Syech Muchsin dan sekitarnya di Kecamatan Payung Sekaki; 13
g. kawasan Makam Syech Imam Marajo dan sekitarnya di Kecamatan Kubung; dan h. kawasan Sentra Pendidikan Koto Baru dan sekitarnya di Kecamatan Kubung. 4.
Kawasan strategis dari aspek kepentingan pertahanan dan keamanan ditetapkan dengan kriteria : a. diperuntukan bagi kepentingan pemeliharaan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategis nasional; b. diperuntukan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi, daerah
uji
coba
sistem
persenjataan,
dan/atau
kawasan
industri
sistem
persenjataan; dan Terkait dengan diperuntukan kawasan strategis dari aspek kepentingan pertahanan dan keamanan dapat diakomodasikan dengan mempertimbangkan peruntukan kawasan yang sudah diatur dalam RTRW Kabupaten Solok.
2.1.1.8
Wilayah Rawan Bencana Wilayah Kabupaten Solok merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki potensi rawan bencana alam seperti letusan gunung api, banjir, tanah longsor, gempa bumi. Hal ini salah satu penyebabnya adalah karena kedudukan Kabupaten Solok secara tektonik yang termasuk dalam lempeng benua Asia yang ditunjam lempeng Samudra Hindia di Pantai Barat Sumatera. Penunjaman kedua lempeng tersebut menghasilkan beberapa patahan aktif didaratan Sumatera berupa Patahan Besar Sumatera (Patahan Semangko). Patahan aktif Semangko tersebut memanjang pada ruas Kecamatan Pantai Cermin, Danau Diatas, Danau Dibawah ke utara sampai Danau Singkarak dan membentuk graben Kota Solok yang merupakan bagian dari patahan aktif sepanjang Sumatera. Jalur patahan – patahan aktif di Kabupaten Solok melintasi mulai dari Kecamatan Pantai Cermin terus ke Utara melewati Kecamatan Lembah Gumanti, Danau Diatas
– Danau Dibawah Kecamatan
Lembang Jaya, Kecamatan Bukit Sundi, Kecamatan X Koto Singkarak terus ke Danau Singkarak. Akibat pergerakan patahan aktif utama timbul patahan aktif ikutan lain yang berdimensi lebih kecil sejajar dengan jalur patahan utama (Sumatera) tersebar di
14
Kecamatan Gunung Talang, Kecamatan Kubung sedikit di Kecamatan Hiliran Gumanti, Kecamatan Tigo Lurah, Kecamatan Payung Sekaki terus ke Utara. Jalur gempa utama di Kabupaten Solok berada pada sepanjang jalur patahan Sumatera yang melintasi Kabupaten Solok. Bila terjadi pelepasan energi yang terjadi di Samudera Hindia dengan kekuatan > 7 SR, maka akan sangat berpotensi menghasilkan gempa sepanjang patahan tersebut. Berdasarkan beberapa penelitian serta observasi lapangan, maka potensi bencana alam di Kabupaten Solok terdiri dari : 1.
Bencana Alam Gempa Bumi Patahan Aktif Kabupaten Solok didominasi oleh perbukitan dan pegunungan serta dijumpai gunung api Talang yang merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan. Potensi bahaya gempa di Bagian Tengah Kabupaten Solok sangat besar, hal ini mengingat daerah bagian tengah khususnya jalur patahan aktif di Kabupaten Solok yang melintasi mulai dari Kecamatan Pantai Cermin terus ke utara melewati Kecamatan Lembah Gumanti, Danau Diatas – Danau Dibawah Kecamatan Lembang Jaya, Kecamatan Bukit Sundi, Kecamatan X Koto Singkarak terus ke Danau Singkarak sangat rentan terjadinya pergerakan.
2.
Bencana Alam Gunung Api Talang Kabupaten Solok mempunyai satu gunung api yaitu Gunung Talang, yang sampai sekarang masih aktif. Potensi yang paling besar terhadap bencana letusan Gunung Api Talang terdapat di tiga wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Gunung Talang, Kecamatan Bukit Sundi dan Kecamatan Lembang Jaya. Dimana keberadaan wilayah tersebut berada pada lereng utara Gunung Talang. Letusan yang terjadi sebelumnya, baik yang terjadi pada Pleistosen maupun Holosen telah megeluarkan lahar dan material lainnya (Qyu, Qatg, Qou) yang cukup luas di Kecamatan Gunung Talang dan Kecamatan Lembang Jaya. Gunung api Talang merupakan gunung api aktif bertipe strato atau berlapis, memiliki lapangan fumarola yaitu Solfatara Gabuo Gadang Bawah dan Gabuo Gadang Ateh. Gunung api ini kembar dengan pasar Arbaa yang telah padam. Di puncak tidak 15
terdapat kawah. Tempat terjadinya letusan dan lapangan fumarola merupakan sebuah lembah sepanjang 300 m dengan lebar 30 sampai 90 meter. Terdapat dua buah danau yang mungkin dulunya kawah yaitu Danau Talang dan Danau Kecil. Mata air panas terdapat di kaki Gunung Talang, di antara Bt. Kili, Batu bajanjang, Buah Batung dan Sapan. Letusan Gunung Talang pada Tahun 2005, mengakibatkan rekahan sepanjang 500 meter di selatan puncak Gunung Talang dan paling tidak ada tiga lobang letusan dalam segaris. Letusan pada tahun ini dipicu oleh adanya peningkatan aktifitas tumbukan lempeng di Selatan Sumatera menyebabkan gempa tektonik (Mentawai) pada 10 April 2005, dengan magnitude 6,8. Selanjutnya terjadi peningkatan gejala kegempaan di Gunung Talang berupa gempa tektonik lokal dan gempa vulkanik. Beberapa sejarah kegiatan Gunung Talang dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 2.6 Sejarah Kegiatan Gunung Talang NO
TAHUN
1.
1833
KEGIATAN Letusan dengan tiang asap tebal dan batu membara dari kawah parasit.
2.
1843
Letusan serupa dengan letusan Tahun 1833.
3.
1845
Letusan pada tiap asap raksasa berwarna hitam dari kawah parasit.
4.
1883
Terbentuknya sistem rekahan NE
– SW, rekahan di
lereng Selatan sangat aktif. 5.
1963
Peningkatan kegiatan.
6.
1967
Peningkatan kegiatan tembusan fumarola pada satu retakan sepanjang 800 m, lebar 10
– 50 m, dengan 7
lubang utama tanpa letusan. 7.
1980-198
Peningkatan kegiatan, 65 kali gempa tektonik, 10 kali
1
gempa vulkanik disertai suara gemuruh dan asap putih tebal dari kepundan Panjang.
8.
2000
Peningkatan kegiatan. 16
9.
2003
Peningkatan kegiatan diikuti dengan letusan preatik di Kawah Gabuo Ateh (Atas).
10.
2005
Letusan abu.
11.
2007
Letusan Central Vent Eruption dan Explosive Eruption
Sumber : Pengamatan Gunung Api Talang (PGA Talang)
3.
Gerakan Tanah Gerakan tanah merupakan perpindahan tanah yang disebabkan karena gempa bumi, kelerengan terjal maupun adanya kontak antar batuan yang mempunyai densitas berbeda. Gerakan tanah / longsoran yang terjadi di Kabupaten Solok umumnya disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kondisi geologi, morfologi, curah hujan, bahaya gunung api dan kegempaan. Hasil pengamatan di lapangan, daerah yang cukup banyak dijumpai gerakan tanah adalah pada daerah yang dibentuk oleh batuan Anggota Filit dan serpih Formasi Tuhur (PCks) dan batuan volkanik tak terpisahkan (Qtau). Umumnya gerakan tanah berupa longsoran bahan rombakan dan nendatan, berdimensi panjang antara 10 - 15 m, lebar antara 5
– 7 m, terdapat pada kemiringan
lereng antara 40 - 50 %. Sedangkan tipe gerakan tanah yang sering terjadi berupa longsoran bahan rombakan dan batu. Menurut informasi penduduk gerakan tanah berupa galodo pernah terjadi di desa Anau Kadok, Gunung Talang pada Tahun 1926 dan Tahun 1987, mengakibatkan rusaknya lahan pertanian di daerah tersebut. Galado termasuk salah satu tipe gerakan tanah yang dicirikan oleh adanya pergerakan suatu masa tanah/batuan dan air yang terjadi secara tiba-tiba dan serentak dengan kecepatan tinggi. Gerakan tanah di Kabupaten Solok dapat dikelompokkan berdasarkan dominasi sebaran batuan utamanya, sehingga sebaran batuan yang luasnya kecil dan mempunyai topografi hampir sama akan disatukan dengan dominasi batuan utamanya, sedangkan metode yang digunakan untuk menentukan tingkat kerentanan gerakan tanah digunakan metode kualitatif. Metode ini parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat kerentanan gerakan tanah terdiri atas : bentuk muka tanah (morfologi), kondisi geologi, curah hujan dan kegempaan. 17
4.
Bencana Alam Erosi Bencana alam erosi dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tingkatan erosi yaitu : a.
Tinggi Erosi tertinggi terjadi diwilayah yang tersusun oleh batuan hasil letusan gunung api muda, berupa pasir – pasir krikilan seperti yang terdapat di sekitar wilayah Gunung Api Talang dan Aripan Paninjauan. Di daerah ini erosi pasir lepas sangat aktif bahkan pada waktu musim hujan material pasir dapat terbawa oleh air permukaan.
b.
Sedang Erosi sedang umumnya terjadi pada daerah yang dibentuk oleh tanah hasil pelapukan tufa dan breksi berupa lempung
c.
– lempung lanauan.
Rendah Erosi sedang umumnya terjadi pada daerah yang dibentuk oleh tanah hasil pelapukan lava, breksi dan pada endapan aluvium serta kipas aluvium. Pada wilayah ini erosi jarang terjadi karena tingkat pelapukannya cukup rendah dengan vegetasi lebat.
2.1.1.9
Demografi Aspek kependudukan merupakan salah satu faktor yang sangat penting didalam menyusun perencanaan pembangunan daerah. Penduduk dalam proses pembangunan merupakan objek dan subjek pembangunan nantinya. Penduduk diharapkan terlibat mulai dari proses perencanaan, implementasi rencana serta menikmati hasil dari implementasi tersebut. Berdasarkan hasil sensus penduduk Tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Solok berjumlah 348.566 jiwa kemudian pada Tahun 2011 meningkat menjadi 352.705 jiwa. 18
Berdasarkan BPS Kabupaten Solok untuk Tahun 2013 jumlah penduduk diperkirakan meningkat menjadi sebanyak 358.383 jiwa.
Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Per Kecamatan
1.
Pantai Cermin
10.078
10.460
20.538
RASIO JENIS KELAMIN 96
2.
Lembah Gumanti
28.388
28.166
56.554
101
3.
Hiliran Gumanti
8.340
8.253
16.593
101
4.
Payung Sekaki
4.108
4.074
8.181
101
5.
Tigo Lurah
4.909
5.009
9.918
98
6.
Lembang Jaya
13.108
13.321
26.429
98
7.
Danau Kembar
9.695
9.740
19.435
100
8.
Gunung Talang
24.178
24.586
48.764
98
9.
Bukit Sundi
11210
12.042
23.253
93
10.
IX Koto Sungai Lasi
4.797
4.808
9.605
100
11.
Kubung
28.578
29.244
57.822
98
12.
X Koto Diatas
8.443
9.260
17.703
91
13.
X Koto Singkarak
15.405
16.339
31.744
94
14.
Junjung Sirih
5.626
6.218
11.844
90
176.862
181.521
358.383
97
NO
KECAMATAN
JUMLAH
LAKI-LAKI
PEREMPUA N
JUMLAH
Sumber : BPS Kab. Solok Tahun 2013
Jika melihat data jumlah penduduk Tahun 2011 dan Tahun 2012 serta Tahun 2013, maka dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan pada Tahun 2012, namun mengalami kenaikan pada Tahun 2013 dengan pertumbuhan
19
penduduk sebesar 0,93. Selanjutnya laju pertumbuhan penduduk pada Tahun 2009
– 2013
digambarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.8 Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2009 N O 1.
2009 1,16
2010 0,68
TAHUN 2011 1,19
359.819
348.566
352.705
URAIAN Laju
Pertumbuhan
– 2013
2012 0,67
2013 0,93
355.077
358.38
Penduduk (%) 2.
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
3
Sumber : BPS Kab. Solok Tahun 2013
Berdasarkan komposisi jumlah penduduk Per Kecamatan dapat diketahui bahwa Kecamatan Kubung memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu sebesar 57.822 jiwa dan diikuti oleh Kecamatan Lembah Gumanti dengan jumlah penduduk sebesar 56.554 jiwa serta Kecamatan Gunung Talang dengan jumlah penduduk sebanyak 48.764 jiwa. Guna melakukan kebijakan yang bersifat gender maka sangat diperlukan pengetahuan mengenai persebaran penduduk berdasarkan jenis kelamin. Kebijakan pada persebaran penduduk yang seimbang antara laki-laki dan perempuan sudah seharusnya berbeda dengan persebaran yang didominasi salah satunya. Dengan demikian kebijakan yang diambil lebih efektif. Berdasarkan angka sex ratio, jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Solok lebih banyak dibanding jumlah penduduk laki-laki. Pada Tahun 2013 sex ratio masih tetap sebesar 97,00 yang menunjukan bahwa untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki. Sebagian besar kecamatan di Kabupaten Solok memiliki jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari angka sex ratio yang nilainya lebih kecil dari 100. Tapi ada kecamatan yang memiliki sex ratio 100 yaitu Kecamatan Danau Kembar dan Kecamatan IX Koto Sei Lasi,
20
sedangkan Kecamatan dengan angka sex ratio diatas 100 adalah Kecamatan Lembah Gumanti, Hiliran Gumanti, dan Kecamatan Payung Sekaki. Kepadatan penduduk secara geografis menunjukkan jumlah penduduk pada suatu daerah setiap kilometer persegi. Kepadatan penduduk secara geografis menunjukkan penyebaran penduduk dan tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah. Secara keseluruhan pada Tahun 2013 kepadatan penduduk Kabupaten Solok mencapai 95,58 jiwa/Km2. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kepadatan penduduk mengalami peningkatan 1 jiwa/Km2. Bila ditinjau menurut kecamatan, terlihat bahwa Kecamatan Kubung merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu 301 jiwa/Km2. Selanjutnya diikuti oleh Kecamatan Danau Kembar dengan kepadatan penduduk 277 jiwa/Km2 dan Kecamatan Lembang Jaya dengan kepadatan penduduk sebesar 265 jiwa/Km2. Sedangkan Kecamatan Tigo Lurah adalah kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah dengan angka 16 jiwa/Km2. Jika dibandingkan dengan Tahun 2012, kepadatan penduduk per kecamatan tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan karena pada Tahun 2012 Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk terpadat setelah Kubung masih Kecamatan Danau Kembar. Hal ini terlihat dalam tabel berikut : Tabel 2.9 Jumlah Kepadatan Penduduk Per Kecamatan NO
KECAMATAN
LUAS DAERAH (Km2)
1.
Pantai Cermin
366.00
PENDUDU K 20.538
KEPADATA N 56.00
2.
Lembah Gumanti
459.72
56.554
123
3.
Hiliran Gumanti
263.28
16.593
63
4.
Payung Sekaki
364.50
8.181
22
5.
Tigo Lurah
602.50
9.918
16
6.
Lembang Jaya
99.90
26.429
265
7.
Danau Kembar
70.10
19.435
277
8.
Gunung Talang
385.00
48.764
127
9.
Bukit Sundi
109.00
23.253
213 21
10.
IX Koto Sungai Lasi
171.00
9.605
56.00
11.
Kubung
192.00
57.822
301
12.
X Koto Diatas
257.00
17.703
69
13.
X Koto Singkarak
295.50
31.744
107
14
Junjung Sirih
102.50
11.844
116
3.738.00
358.383
96
JUMLAH Sumber : BPS Kab. Solok
2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1.
Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku nominal menunjukan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar. Disamping itu PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah. PDRB Kabupaten Solok berdasarkan atas harga berlaku pada Tahun 2013 sebesar 7,82 Triliun Rupiah. Dibandingkan dengan nilai PDRB pada Tahun 2012 yang mencapai 6,82 Triliun Rupiah, berarti selama Tahun 2013 terjadi kenaikan sebesar 996,96 Milyar Rupiah. Kenaikan nilai PDRB atas 22
dasar harga berlaku ini belum mencerminkan kenaikan produktifitas sektor ekonomi secara riil, karena kenaikan ini masih mengandung faktor perubahan harga (inflasi). Untuk itu perlu dilihat perkembangan PDRB Kabupaten Solok berdasarkan harga konstan Tahun 2000. Pada Tahun 2013 PDRB Kabupaten Solok berdasarkan Harga Konstan adalah 2,60 Triliun Rupiah, angka ini mengalami kenaikan sebesar 154,05 Milyar Rupiah jika dibandingkan dengan angka pada Tahun 2012 sebesar 2,45 Triliun Rupiah. Adapun perkembangan PDRB Kabupaten Solok Tahun 2009 sampai Tahun 2013 seperti terdapat pada tabel dan gambar berikut :
Tabel 2.10 Perkembangan PDRB Kab. Solok Tahun 2009-2013
No
Tahun
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Jumlah (Jutaan Rupiah)
Jumlah (Jutaan Rupiah)
1
2009
4.637.924,61
2.047.056,55
2
2010
5.309.858,89
2.170.836,33
3
2011
6.088.212,78
2.303.828,56
4
2012
6.823.603,73
2.448.011,40
5
2013*
7.820.562,87
2.602.065,79
Sumber : BPS Kab. Solok *) Angka Sementara
Grafik 2.1 Perkembangan PDRB Kab. Solok Tahun 2009-2013
23
Sumber : BPS Kab. Solok
Jika ditelaah menurut sektor ekonomi atau lapangan usaha, secara keseluruhan kegiatan perekonomian di Kabupaten Solok menunjukkan peningkatan yang cukup bervariasi. Namun sektor pertanian masih merupakan sektor ekonomi andalan dengan nilai tambah sebesar 2,76 Triliun Rupiah pada Tahun 2011, dan meningkat menjadi 3,06 Triliun Rupiah Tahun 2012 serta 3,54 Triliun Rupiah pada Tahun 2013. Disamping itu sektor pertanian merupakan sektor yang paling besar peningkatannya dibanding sektor lain yaitu dengan kenaikan nilai tambah sebesar 481,76 Milyar Rupiah dibanding dengan nilai tambah pada Tahun 2012. Selanjutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor kedua terbesar yang menghasilkan nilai tambah dalam PDRB Kabupaten Solok yaitu sebesar 1.09 Triliun Rupiah pada Tahun 2013. Jika dibandingkan dengan nilai tambah yang dihasilkan pada Tahun 2012 sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan sebesar 135,67 Milyar Rupiah. Sementara, sektor ketiga terbesar dalam menghasilkan nilai tambah dalam perekomian Kabupaten Solok adalah sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar 933,94 Milyar Rupiah. Pada Tahun 2012 sektor angkutan dan komunikasi ini menghasilkan nilai tambah sebesar 808,52 24
Milyar Rupiah. Dengan demikian sektor ini selama Tahun 2013 meningkat sebesar 125,42 Milyar Rupiah dibanding dengan Tahun 2012. Sektor ekonomi yang terendah memberikan kontribusinya masih sektor listrik dan air yaitu sebesar 37,59 Milyar Rupiah. Sektor ini mengalami sedikit kenaikan jika dibandingkan dengan nilai tambah pada Tahun 2012 yaitu sebesar 3,77 Milyar Rupiah. Selanjutnya jika dilihat perkembangan perekonomian Kabupaten Solok selama periode Tahun 2009 sampai Tahun 2013, rata-rata PDRB atas dasar harga berlaku yang dihasilkan seluruh sektor usaha di Kabupaten Solok adalah 6,13 Triliun Rupiah sebagaimana terlihat pada berikut ini : Tabel 2.11 Nilai dan Konstribusi Sektor Dalam PDRB Kabupaten Solok Tahun 2009-2013 Atas Dasar Harga berlaku Tahun No
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sektor
Pertanian Pertambangan / Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan Jasa-Jasa PDRB
2009 (Milyar Rp.) 2075,14 178,9
2010 % 44,78 3,84
(Milyar Rp.) 2389,77 201,51
303,51 25,77 319,3 620,57
6,55 0,58 7,3 12,95
528,15 80,47 506,12 4637,93
2011 % 44,74 3,86
(Milyar Rp.) 2759,04 223,83
337,03 28,01 365,71 721,71
6,54 0,56 6,88 13,38
11,29
611,17
1,74 10,97 100
90,54 564,35 5309,86
2012 % 45,32 3,68
(Milyar Rp.) 3060,88 252,48
378,52 30,51 419,96 833,79
6,22 0,5 6,9 13,7
11,39
706,96
1,74 10,91 100
102,26 633,34 6088,21
Rata-Ra ta 2009-20 13
2013 % 44,86 3,7
(Milyar Rp.) 3542,64 287,80
% 45,30 3,68
2765,49 228,90
423,09 33,83 475,4 956,27
6,2 0,5 6,97 14,01
472,90 37,59 544,45 1091,94
6,05 0,48 6,96 13,96
383,01 31,14 424,96 844,86
11,61
808,52
11,85
933,94
11,94
717,75
1,68 10,4 100
115,41 697,73 6823,61
1,69 10,23 100
131,30 778,00 7820,56 2
1,68 9,95 100
104,00 635,91 6136,02
Sumber : BPS Kab. Solok *) Angka Sementara
Grafik dan Diagram 2.2 Nilai dan Kontribusi Sektor Dalam PDRB Kabupaten Solok Tahun 2009-2013 Atas Dasar Harga Berlaku
25
Perkembangan perekonomian Kabupaten Solok belum terpengaruh oleh perekonomian dunia yang akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang
tidak
menentu
hal
ini
disebabkan
karena
kegiatan-kegiatan
26
perekonomian di Kabupaten Solok masih sangat lemah korelasinya dengan krisis perekonomian dunia. Kondisi perekonomian Kabupaten Solok dipersentasikan melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Solok atas dasar harga konstan 2000 dimana pada Tahun 2013 masih mampu mengalami pertumbuhan yang cukup baik yaitu mengalami peningkatan 6,29 %. Perkembangan PDRB Kabupaten Solok berdasarkan harga konstan 2000 tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.12 Nilai dan Kontribusi Sektor Dalam PDRB Kabupaten Solok Tahun 2009-2013 Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun No
Sektor
1
Pertanian
2
Pertambangan / Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan Jasa-Jasa
3 4 5 6 7 8 9
PDRB
2009 (Milyar Rp.)
%
861,03
42,06
2010 (Milyar Rp.)
%
915,27
42,16
2011 (Milyar Rp.)
%
970,7
42,13
2012 (Milyar Rp.)
%
2013 (Milyar Rp.)
Rata-Rata 2009-2013 %
1028,84
42,02
1089,05
41,85 %
972,978
75,04
3,67
80,64
3,71
86,75
3,77
92,88
3,79
99,88
3,84%
87,038
152,38 8,11 113,36
7,44 0,4 5,54
158,66 8,54 120,4
7,31 0,39 5,55
167,01 9,01 127,87
7,25 0,39 5,55
175,96 9,57 135,68
7,2 0,39 5,54
185,7 10,18 144,58
167,942 9,082 128,378
296,28
14,47
317,23
14,61
338,56
14,7
362,65
14,82
388,58
207,91
10,16
224,21
10,33
241,89
10,5
260,36
10,63
280,1
42,28
2.07
44,9
2,07
47,76
2,07
51,12
2,09
54,83
290,69
14,2
300,99
13,87
314,27
13,64
331,06
13,52
349,16
7,14% 0,39% 5,56% 14,93 % 10,76 % 2,11% 13,42 %
2047,0 8
97,9 4
2170,8 4
100
2303,8 2
100
2448,1 2
100
2602,0 6
100
340,66 242,894 48,178 317,234 2314,38 4
Sumber : BPS Kab. Solok
Grafik dan Diagram 2.3 Nilai dan Kontribusi Sektor Dalam PDRB Kabupaten Solok Tahun 2009-2013 Atas Dasar Harga Konstan 2000
27
Pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada Tahun 2013 diakibatkan adanya beberapa sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan yang lebih pesat dan sekaligus kontribusinya yang cukup tinggi. Namun bila dikaji lebih dalam 28
sampai sub
sektor ekonomi maka akan terlihat laju pertumbuhan
masing-masing sub sektor ekonomi relatif bervariasi. Ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.13 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Solok (Persentase) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2013 No
1 2 3 4 5 6
7 8
9
Lapangan Usaha
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri pengolahan Listrik dan air Bangunan/konstr uksi Perdagangan, hotel dan restoran Angkutan dan komunikasi Keuangan, sewa dan jasa perusahaan Jasa-jasa Pertumbuhan
2009
2010
Tahun 2011
5,87 7,35
6,30 7,45
6,06 7,58
5,99 7,07
5,85 7,53
6,01 7,39
6,64
4,12
5,26
5,36
5,53
5,38
5,19 4,12
5,31 6,21
5,50 6,21
6,22 6,11
6,45 6,55
5,73 5,84
6,99
7,07
6,72
7,12
7,15
7,01
8,12
7,84
7,89
7,63
7,63
7,81
6,24
6,19
6,38
7,03
7,26
6,62
5,65 6,24
3,54 6,05
4,41 6,13
5,34 6,26
5,47 6,29
4,88 6,20
2012
2013 *)
Rata-rata
Sumber : BPS Kab. Solok *) Angka Sementara
Grafik 2.4 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Solok (Persentase) Atas Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2013
29
Sektor pertanian selama Tahun 2013 menghasilkan nilai tambah terbesar dalam struktur perekonomian Kabupaten Solok. Sektor pertanian atas dasar harga konstan 2000 selama Tahun 2013 tumbuh sebesar 5,85 persen. Pertumbuhan yang dicapai sektor pertanian ini lebih lambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada Tahun 2012 bahkan Tahun 2011 yaitu masing-masing 5,99 persen dan 6,06 persen. Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan yang terbesar pada Tahun 2013 adalah sektor angkutan dan komunikasi yaitu sebesar 7,63 %. Tabel 2.14 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Solok Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2013
1
Pertanian
Tahun 2012 2013*) 5,99 5,85
2
Pertambangan & Penggalian
7,07
7,53
3
Industri pengolahan
5,36
5,53
4
Listrik dan air
6,22
6,45
5
Bangunan/konstruksi
6,11
6,55
6
Perdagangan, hotel dan restoran
7,12
7,15
7
Angkutan dan komunikasi
7,63
7,63
8
Keuangan, sewa dan jasa perusahaan
7,03
7,26
No
Lapangan Usaha
30
9
Jasa-jasa
5,34
5,47
Grafik 2.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Solok Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2013
2.
Perkembangan Kelompok Sektor PDRB Pada dasarnya dari sembilan sektor ekonomi dalam PDRB dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok sektor, yaitu kelompok sektor primer, sekunder dan tersier. Pengelompokan kegiatan ekonomi ini didasarkan atas input –output dan atas asal terjadinya proses produksi untuk masing-masing produsen. Kelompok sektor primer meliputi kegiatan yang outputnya masih merupakan output proses tingkat dasar, kelompok sektor primer meliputi sektor pertanian dan sektor pertambangan. Selanjutnya, sektor yang sebagian besar inputnya berasal dari sektor primer dikelompokkan ke dalam kelompok sektor sekunder, yang meliputi sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air minum serta sektor konstruksi. Sedangkan sektor lainnya, yakni sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan
31
komunikasi, sektor keuangan serta sektor jasa
–jasa dikelompokkan ke dalam
sektor tersier. Sejak Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2013 nilai tambah kelompok sektor primer senantiasa menunjukkan angka yang terbesar dalam struktur perekonomian Kabupaten Solok kemudian diikuti oleh sektor tersier sebagaimana tergambar dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.15 Perkembangan PRBD Kabupaten Solok Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kelompok Sektor Tahun 2009-2013 (Milyar Rupiah) No 1
Tahun
Sektor Primer
2009
2010
2011
2012
2013
2254,04
2591,34
2982,87
3313,36
3830,4 4
2
Sekunder
648,58
730,75
828,99
932,32
1054,9 4
3
Tersier
1735,31
1987,77
2276,35
2577,93
2935,1 8
Grafik 2.6 Perkembangan PRBD Kabupaten Solok Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kelompok Sektor Tahun 2009-2013 (Milyar Rupiah)
32
3.
Pergeseran Struktur Perekonomian Kabupaten Solok Struktur perekonomian suatu daerah merupakan gambaran tentang komposisi
perekonomian
ekonomi/lapangan
daerah
usaha.
yang
Struktur
terdiri
ekonomi
atas
sembilan
suatu
sektor
daerah
juga
menggambarkan tinggi rendahnya kontribusi seluruh sektor ekonomi terhadap pembentukan PDRB. Dengan terjadinya perkembangan nilai tambah yang
dihasilkan
mengakibatkan
oleh
masing-masing
penggeseran
struktur
sektor ekonomi.
ekonomi
maka
Penggeseran
akan
struktur
ekonomi dapat digunakan sebagai indikator untuk menunjukan adanya suatu proses pembangunan sehingga bermanfaat bagi arah kebijakan dimasa yang akan datang. Sebagaimana yang disajikan pada Tabel 2.11 bahwa sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar dalam perekonomian Kabupaten Solok selama periode Tahun 2009 sampai Tahun 2013. Struktur perekonomian ini belum menunjukan pergeseran yang signifikan. Dimana pada Tahun 2013 kontribusi sektor pertanian mencapai 45,30%. Kontribusi sektor pertanian ini mengalami sedikit kenaikan setelah mengalami penurunan kontribusi pada Tahun 2010 dan Tahun 2012 yaitu masing-masing mencapai 44,74 persen dan 44,86 persen. Sektor ekonomi lain yang mempunyai andil cukup besar dalam struktur perekonomian Kabupaten Solok serta mengalami pertumbuhan yang 33
cukup bagus dari Tahun 2009 sampai Tahun 2013 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, dimana pada Tahun 2013 memberikan kontribusi sebesar 13,96 persen. Sektor ekonomi lain yaitu pengangkutan dan komunikasi masih tetap berada diurutan ketiga yang memberikan kontribusi terbesar dari Tahun 2009 sampai Tahun 2013 sedangkan sektor jasa-jasa terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun hingga mencapai kontribusi sebesar 10,23 persen pada Tahun 2012, dan 9,95 persen pada Tahun 2013, namun peningkatan kontribusinya masih berada pada urutan empat besar.
4.
PDRB Perkapita Berkembangnya
nilai
tambah
yang
terbentuk
dalam
PDRB
memberikan pengaruh terhadap peningkatan PDRB perkapita jika ditunjang dengan pertumbuhan penduduk yang relatif lebih rendah dari pertumbuhan PDRB. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita Kabupaten Solok Tahun 2013 memperlihatkan peningkatan yang cukup berarti dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ini disebabkan cukup tingginya peningkatan nilai nominal PDRB dan pertumbuhan penduduk Kabupaten Solok yang relatif lebih rendah dari pertumbuhan PDRB. Secara konseptual, PDRB perkapita merupakan hasil bagi antara nilai nominal PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun Kabupaten Solok pada tahun yang bersamaan. Sehingga PDRB Perkapita bukan merupakan pendapatan riil dari setiap penduduk sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.16 PDRB Perkapita Kabupaten Solok Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009-2013 (Ribu Rupiah)
34
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013*)
PDRB Perkapita 13.452,15 15.198,08 17.261,49 19.217,25 21.232,37
Perubahan (%) 13,21 12,98 13,58 11,33 10,48
Sumber : BPS Kabupaten Solok *) Angka sementara
Grafik 2.7 PDRB Perkapita Kabupaten Solok Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009-2013 (Ribu Rupiah)
Dari perkembangan PDRB perkapita Kabupaten Solok dari Tahun 2009 sampai Tahun 2013 dapat dilihat bahwa perkembangannya cenderung mengalami peningkatan walaupun dengan persentase perubahan yang bervariasi. Disamping gambaran indikator ekonomi di atas, juga perlu dilihat perkembangan tingkat kemiskinan di Kabupaten Solok yang tergambar pada data-data jumlah Keluarga Prasejahtera (sangat miskin) dan Keluarga Sejahtera I (miskin) dari Tahun 2009 sampai Tahun 2013.
35
Tabel 2.17 Perkembangan Jumlah Keluarga Prasejahtera dan Keluarga Sejahtera I di Kabupaten Solok Tahun 2009-2013
No
Klasifikasi Keluarga
Tahun 2009
2010
2011
2012
2013
1
Pra Sejahtera
9.512
8.979
8.357
9.105
9.637
2
Sejahtera I
18.582
18.966
18.346
18.427
19.454
3
Jumlah Keluarga
90.350
92.308
92.715
93.169
95.204
4
Persentase
31.09
30.27
28.80
29.55
30.56
Sumber : Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Solok
Pada Tahun 2013 jumlah persentase Keluarga Prasejahtera dan Sejahtera I di Kabupaten Solok adalah 30.56%, angka ini jika dibandingkan dengan kondisi Tahun 2011 dan Tahun 2012 terus mengalami kenaikan. Peningkatan Persentase Keluarga Prasejahtera dan Sejahtera I, ini perlu mendapat perhatian khusus agar pada Tahun 2014 angka persentase jumlah keluarga Prasejahtera dan Sejahtera I ini tidak terus meningkat. Sementara jika dilihat dari jumlah penduduk diatas garis kemiskinan, maka dari Tahun 2009 s/d 2013 terus mengalami peningkatan, sebagaimana terlihat pada Tabel berikut : Tabel 2.18 Perkembangan Persentase Penduduk Diatas Garis Kemiskinan Kabupaten Solok Tahun 2009-2013
No 1
Indikator Kinerja Persentase penduduk diatas garis kemiskinan
2009
2010
Tahun 2011 2012
87,85
88,25
88,81
89,96
2013 90,71
Sumber : BPS Kabupaten Solok
Ini menandakan bahwa penduduk miskin di Kabupaten Solok terus mengalami penurunan.
36
Indikator
lain
yang
menjadi
ukuran
dalam
penilaian
fokus
kesejahteraan dan pemerataan ekonomi adalah banyaknya kejahatan yang terjadi pada wilayah Hukum Kabupaten Solok yang tertangani. Berdasarkan data dari Kepolisian pada Tahun 2012 jumlah kejahatan yang terjadi adalah sebanyak 930 kejadian, angka ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan jumlah kejahatan yang terjadi pada Tahun 2011 yaitu sebesar 792 kejadian. Dari jumlah laporan kejadian yang masuk yaitu sebanyak 930 kasus, baru 616 kasus yang telah selesai ditangani atau 66,24 %. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk maka angka kejahatan yang tertangani adalah sebesar 0,17 %.
2.1.2.2.
Fokus Kesejahteraan Sosial Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap indikator angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipatif kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan, rasio penduduk yang bekerja. Kondisi umum bidang pendidikan di Kabupaten Solok dapat dilihat dari tabel berikut ini yang menyajikan data-data indikator kinerja fokus kesejahteraan sosial bidang pendidikan. Tabel 2.19 Perkembangan Indikator Kinerja Fokus Kesejahteraan Sosial Bidang Pendidikan Kabupaten solok Tahun 2009-2013
NO 1 2 3
4
5
INDIKATOR KINERJA Angka Melek Huruf Angka Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Angka Partisipasi Kasar - APK SD/MI/Paket A - APK SMP/MTs/Paket B - APK SMA/SMK/MA/Paket C Angka Pendidikan Yang Ditamatkan - APT SD/MI/Paket A - APT SMP/MTs/Paket B - APT SMA/SMK/MA/Paket C Angka Partisipasi Murni - Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A
2009
2010
TAHUN 2011
2012
2013
96,86 % 7,21
97,19 % 7,60
97,21 % 8,03
97,24 % 8,04
97,40 % 8,05
108,48% 81,52 % 46,18%
113,46% 84,02 % 50,88%
109,58% 82,11 % 51,11%
121,27% 80,37 % 55,42%
116,53% 81,03 % 57,95%
29,39 % 17,38 % 16,05 %
28,17 % 16,47 % 14,29 %
26,24 % 15,56 % 12,87 %
27,35 % 16,68 % 13,72 %
29,29 % 17,37 % 14,37 %
96,64 %
96,76 %
94,25 %
99,03 %
97,18 %
37
- Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B - Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA/Paket C
68,11 %
65,13 %
61,44 %
63,50 %
64,67 %
36,12 %
36,18 %
45,57 %
46,79 %
46,95 %
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga
Berdasarkan Tabel 2.19 di atas dapat dilihat bahwa angka melek huruf secara
umum terus mengalami peningkatan walaupun dengan tingkat
perkembangan yang relatif kecil. Pada Tahun 2013 angka melek huruf adalah 97,40 % yang berarti bahwa jumlah penduduk yang buta huruf semakin kurang. Begitu juga halnya dengan angka rata-rata lama sekolah yang juga mengalami peningkatan menjadi 8,05 % pada Tahun 2013. Artinya rata-rata penduduk Kabupaten Solok memutuskan berhenti sekolah ketika kelas 2 SMP. Selanjutnya adalah indikator Angka Partisipasi Kasar (APK), pada Tahun 2012 APK pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar atau sederajat mengalami peningkatan, namun pada Tahun 2013 turun menjadi 116,53 begitu juga dengan Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Dasar atau sederajat yang juga mengalami peningkatan mencapai angka 99,03 % pada Tahun 2012, namun turun pada Tahun 2013 menjadi sebesar 97,18. APM Sekolah Dasar atau sederajat sebesar 97,18 % menunjukan bahwa 97,18 %, penduduk yang berusia 7
– 12 Tahun
mengenyam pendidikan Sekolah Dasar atau sederajat dan 2,82 % tidak bersekolah. Kemudian pada tingkat pendidikan SLTP atau sederajat, APK pada Tahun 2012 mengalami penurunan dari Tahun 2011 yaitu sebesar 80,37 %, kemudian angka ini meningkat pada Tahun 2013 menjadi sebesar 81,03 %. Selanjutnya APM pada Tahun 2012 mengalami peningkatan dibanding dengan Tahun 2011 yaitu besar 63,50 %, angka ini juga terus naik pada Tahun 2013 sehingga menjadi sebesar 64,67 %. Pada tingkat SLTA, APK ditingkat pendidikan SLTA atau sederajat pada Tahun 2013 mengalami kenaikan dari Tahun 2012 yaitu menjadi sebesar 57,95 % begitu juga dengan APM, APM pada Tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 46,95 % dibandingkan dengan angka pada Tahun 2012.
38
Dari data-data tersebut juga dapat dilihat bahwa APK maupun APM ditingkat pendidikan Sekolah Dasar atau sederajat lebih tinggi dibandingkan dengan APK dan APM ditingkat pendidikan SLTP dan SLTA, hal ini merupakan dampak adanya program wajib belajar 9 Tahun. Tabel 2.20 Perkembangan Indikator Kinerja Fokus Kesejahteraan Sosial Bidang Kesehatan Kabupaten solok Tahun 2009-2013 NO
INDIKATOR KINERJA
1
Angka kelangsungan hidup bayi (orang) Angka usia harapan hidup (Tahun) Persentase balita gizi buruk
2 3
2009 985,04
2010 988,04
TAHUN 2011 991,93
2012 986,72
2013 985,74
66,25
66,60
66,95
67,26
67,50
0,028
0,031
0,036
0,044
0,048
Sumber : Dinas Kesehatan
Pada bidang kesehatan dapat dilihat bahwa angka usia harapan hidup masyarakat Kabupaten Solok pada Tahun 2013 mencapai umur 67,50 Tahun. Angka usia harapan hidup ini dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan, ini menandakan bahwa kualitas kesehatan penduduk Kabupaten Solok meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kemudian jika dilihat dari indikator Angka Kelangsungan Hidup Bayi, perkembangannya dari Tahun 2009 sampai Tahun 2013 cukup berfluktuatif. Pada tahun 2012 dan 2013 indikator ini menunjukan angka yang terus mengalami penurunan, dimana pada Tahun 2013 adalah sebesar 985,74. Angka 985,74 menunjukkan bahwa dari 1.000 bayi yang lahir 985,74 orang hidup dan 14,26 bayi meninggal. Kondisi ini tentunya perlu mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten Solok, begitu juga halnya dengan angka persentase balita gizi buruk yang terus mengalami peningkatan sehingga pada Tahun 2013 menjadi sebesar 0,048%. Disamping indikator di bidang pendidikan dan kesehatan, rasio penduduk yang bekerja juga mencerminkan kinerja atas fokus kesejahteraan sosial. Pada Tahun 2013 rasio penduduk yang berkerja adalah sebesar 94,28 %, angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan rasio penduduk yang berkerja pada Tahun 2012 yaitu sebesar 95,24 %. Namun jika dilihat dengan data dari 39
Tahun ke tahun mulai dari Tahun 2009 sampai Tahun 2013 dapat dilihat bahwa terjadi fluktuasi terhadap rasio penduduk yang bekerja tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.21 berikut ini :
Tabel 2.21 Perkembangan Rasio Jumlah Penduduk yang Bekerja di Kabupaten solok Tahun 2009-2013 NO 1 2 3
TAHUN
INDIKATOR KINERJA Penduduk yang bekerja (Orang) Angkatan kerja (Orang) Rasio penduduk yang bekerja
2.1.2.3.
2009
2010
2011
2012
2013
160.023
161.700
148.795
141.543
136,099
167.579
166.775
158.284
148.611
144,359
95,49
96,95
94,01
95,24
94,28
Fokus Seni Budaya dan Olah Raga Analisis kinerja atas seni dan budaya serta olah raga dapat dilakukan terhadap indikator jumlah grup kesenian, jumlah klub olah raga dan jumlah gedung olah raga. Perkembangan terhadap indikator tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.22 Perkembangan Indikator Kinerja Fokus Seni, Budaya dan Olah Raga di Kabupaten Solok Tahun 2009-2013 Tahun
No
Indikator
2009
2010
2011
1
Jumlah Klub Olah Raga
25
25
25
2012 25
2
Jumlah Gedung Olah Raga
14
14
14
14
14
3
Jumlah Organisasi Olah Raga Jumlah Kegiatan Olah Raga
25
25
25
25
25
20
22
22
22
22
Jumlah Lapangan Olah Raga Jumlah Grup Kesenian
196
196
196
196
196
223
227
230
230
230
Jumlah Sarana Penyelenggaraan Seni dan Budaya
26
26
30
30
30
4 5 6 7
2013 25
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
40
Berdasarkan data sebagaimana dilihat pada tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa perkembangan olah raga di Kabupaten Solok tidak mengalami kemajuan. Sedangkan bidang seni dan budaya perkembangannya sangat lambat yang ditandai dengan perkembangan grup kesenian dan jumlah sarana penyelenggaraan seni dan budaya.
2.1.3. Aspek Pelayanan Umum Aspek pelayanan umum atau pelayanan publik menjelaskan tentang kondisi atau perkembangan semua bentuk jasa pelayanan yang menjadi tanggungjawab pemerintah Kabupaten Solok dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Aspek pelayanan umum ini terdiri atas fokus pelayanan urusan wajib dan fokus pelayanan urusan pilihan.
2.1.3.1.
Fokus Pelayanan Urusan Wajib Analisis
kinerja
atas
layanan
urusan
wajib
dilakukan
terhadap
indikator-indikator kinerja penyelenggaraan urusan wajib pemerintahan daerah yaitu : 1.
Bidang Urusan Pendidikan
a. Pendidikan Dasar Tabel 2.23 Perkembangan Layanan Urusan Wajib Bidang Pendidikan Dasar kabupaten Solok Tahun 2009-2013 Tahun No
Indikator
2009
2010
2011
1
Angka Partisipasi Sekolah Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah : a. SD/MI b. SMP/MTs Rasio Guru Terhadap Murid
102,11 %
102,15 %
1:139 1:235
2
3 4
Rasio Guru Terhadap Murid Per
102,40 %
2012 102,57 %
2013 102,74 %
1:139 1: 235
1:138 1:237
1:138 1:231
1:138 1:231
1:16
1:15
1:16
1:16
1:16
1:15
1:15
1:14
1:14
1:14
41
Kelas Rata-Rata Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga
Pada pendidikan dasar ini dapat dilihat bahwa secara umum perkembangan kinerjanya cukup baik karena mengalami peningkatan walaupun tidak terlalu signifikan seperti Angka Partisipasi Sekolah dan Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap Penduduk Usia Sekolah yang terus bergerak naik, namun perkembangan Rasio Guru terhadap Murid dan Rasio Guru terhadap Murid per Kelas Rata-Rata pada Tahun 2012 dan Tahun 2013 tetap.
b. Pendidikan Menengah Tabel 2.24 Perkembangan Layanan Urusan Wajib Bidang Pendidikan Menengah Kabupaten Solok Tahun 2009-2013 Tahun No 1
2 3
Indikator Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah Rasio Guru Terhadap Murid Per Kelas Rata-rata Penduduk Yang Berusia >15 Tahun Melek Huruf (Tidak Buta Aksara)
200 9 1:52 9
201 0 1:47 5
201 1 1:47 8
1:10
1:11
1:9
1:9
1:9
96,86
97,19
97,21
97,24
97,40
2012 1:460
201 3 1:46 0
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga
Berdasarkan data sebagaimana tersebut di atas dilihat bawah perkembangan menengah
kinerja
mengalami
layanan
urusan
peningkatan
wajib
bidang
sebagaimana
pendidikan
dilihat
dari
perkembangan indikator Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap Penduduk Usia Sekolah serta Angka Melek Huruf. Sedangkan Rasio Guru terhadap Murid per Kelas Rata-Rata tidak mengalami perubahan dari Tahun 2011. 42
c. Fasilitas Pendidikan Tabel 2.25 Perkembangan Fasilitas Pendidikan Kabupaten Solok Tahun 2009-2013 Tahun No 1
2
Indikator Sekolah Pendidikan SD/MI Kondisi Bangunan Baik Sekolah Pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Kondisi Bangunan Baik
2009
2010
2011
201 2
201 3
57,83 %
58,37 %
58,97 %
60,24 %
65,35 %
76,84 %
77,73 %
79,45 %
80,67 %
82,67 %
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga
Fasilitas pendidikan di Kabupaten Solok dengan kondisi baik terus meningkat baik ditingkat pendidikan dasar maupun pada pendidikan menengah.
d. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kabupaten Solok terus mengalami peningkatan dimana pada Tahun 2013 jumlah lembaga pendidikan PAUD mencapai 188 unit dan jumlah anak didik pada Tahun 2013 mencapai 14.851 orang, angka ini meningkat jika dibandingkan dengan angka pada Tahun 2012 yaitu sebesar 12.217 orang.
e. Angka Putus Sekolah Tabel 2.26 Perkembangan Angka Putus Sekolah Kabupaten Solok Tahun 2009-2013 Tahun No
Indikator
2009
2010
2011
201 2
201 3
43
1 2 3
Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA
0,45 % 1,02 % 0,98 %
0,42 % 1,01 % 0,47 %
0,38 % 0,66 % 0,41 %
0,27 % 0,16 % 0,06 %
0,21 % 0,15 % 0,05 %
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga
Secara umum baik ditingkat Sekolah Dasar atau sederajat, SMP atau sederajat, maupun SMA atau sederajat indikator Angka Putus Sekolah di Kabupaten Solok terus mengalami penurunan. Penurunan yang sangat signifikan adalah pada tingkat SMA / SMK / MA.
f. Angka Kelulusan Tabel 2.27 Perkembangan Angka Kelulusan Kabupaten Solok Tahun 2009-2013 Tahun No 1 2 3 4 5
Indikator Angka Kelulusan (AL) SD/MI Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA
2009
2010
2011
2012
2013
99,98 % 95,64 %
100 %
99,56 %
96,70 %
93,35 %
94,12 %
92,05 %
98,03 %
98,27 %
98,31 %
98,42 %
99,89 % 96,67 % 98,93 % 100 %
99,99 % 99,24 % 99,12 % 100 %
88,78 %
88,85 %
88,92 %
88,92 %
89,12 %
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga
Pada tingkat Sekolah Dasar atau Sederajat dan SMP atau sederajat Angka Kelulusan dari Tahun 2009 sampai Tahun 2010 mengalami peningkatan namun pada Tahun 2011 angka tersebut mengalami penurunan, kemudian dari Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2013 kembali mengalami kenaikan. Sedangkan ditingkat SMA atau sederajat Angka Kelulusan dari Tahun 2009 sampai Tahun 2010 berfluktuasi namun kemudian pada Tahun 2011 sampai Tahun 2013 meningkat menjadi 99,12%. Sementara indikator Angka Melanjutkan baik dari Tingkat Sekolah Dasar atau sederajat ke Tingkat SMP atau sederajat maupun dari Tingkat 44
SMP atau sederajat ke Tingkat SMA atau sederajat terus mengalami kenaikan dari Tahun 2009 sampai 2013, bahkan angka melanjutkan dari Sekolah Dasar ke Tingkat SMP atau sederajat mencapai 100 %. Angka Melanjutkan dari SMP atau sederajat ke SMA atau sederajat lebih rendah jika dibandingkan dengan Angka Melanjutkan dari Tingkat Sekolah Dasar atau sederajat ke Tingkat SMP atau sederajat. Hal ini tentunya sebagai dampak Program Wajib Belajar 9 Tahun.
g. Kualifikasi Guru S1 Atau D-IV Tabel 2.28 Perkembangan Guru Yang Memenuhi Kualifikasi S1 Atau D-IV Kabupaten Solok Tahun 2009-2013 Tahun No 1 2 3
Indikator Guru SD/MI Yang Memiliki Ijazah S1/D4 Guru SMP/MTs Yang Memiliki Ijazah S1/D4 Guru SMA/MA/SMK Yang Memiliki Ijazah S1/D4
2009
2010
2011
30,24 % 69,2 % 92,95 %
32,48 % 69,36 % 93,37 %
65,40 % 83,38 % 94,47 %
201 2 72,94 % 87,5 % 98,68 %
201 3 74,54 % 89,35 % 99,15 %
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga
Berdasarkan data-data tersebut dapat dilihat bahwa guru-guru di Kabupaten Solok sudah mengalami peningkatan kualifikasi bahkan guru Sekolah Dasar atau MI mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu 32,48 % pada Tahun 2010 menjadi 65,40 % pada Tahun 2011 dan 72,94 % pada Tahun 2012, terus meningkat pada Tahun 2013 menjadi sebesar 74,54 persen.
2.
Bidang Urusan Kesehatan Untuk melihat perkembangan kinerja pelayanan umum urusan wajib di bidang kesehatan dapat menggunakan indikator sebagaimana tertuang pada Tabel berikut : Tabel 2.29 45
Perkembangan Indikator Pelayanan Umum Urusan Wajib di Bidang Kesehatan Kabupaten Solok Tahun 2009-2013 No 1 2
3 4 5 6 7
8
9
10
11 12
Tahun
Indikator 2009
2010
2011
2012
2013
Rasio Posyandu Per Satuan Balita Rasio Puskesmas, Pustu, Poskesri Per Satuan Penduduk Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk Rasio Dokter Per Satuan Penduduk Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk Cakupan Jorong UCI (%)
16,28
20,68
20,89
20,72
20,52
1,05
1,08
1,07
1,06
1,05
0,003 0,15
0,0028 68 0,1836
0,0028 35 0,1701
0,0028 116 0,1718
0,0027 90 0,1702
0,67
1,3512
1,4006
1,2870
1,2835
27,8
57,49
60,20
70,00
80,00
Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan (%) Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan (%) Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA (%) Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD (%) Cakupan Puskesmas (%)
100
100
100
100
100
62,17
66,94
83,45
73,51
84,39
35,61
33,09
33,51
40,36
47,04
100
100
100
100
100
128,57
128,57
128,57
128,57
128,57
116,22
116,22
116,22
116,22
116,22
Cakupan Puskesmas Pembantu (%)
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Solok
Dari segi jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang ditunjukkan oleh indikator Rasio Puskesmas, Pustu, Poskesri Per Satuan Penduduk, Rasio Rumah Sakit Persatuan Penduduk, Cakupan Puskesmas, Cakupan Puskesmas Pembantu
dapat dilihat
bahwa perkembangan
kinerjanya
mengalami
perubahan yang sangat sedikit, hal ini karena tidak adanya penambahan pembangunan fasilitas pelayanan kesehatan, sementara jumlah penduduk terus mengalami kenaikan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada semakin ditingkatkan melalui Program Pengembangan Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Bahkan khusus untuk RSUD Arosuka telah mengalami peningkatan status dari Type D ke Type C.
46
Dari sisi jumlah tenaga kesehatan yang tersedia sebagaimana yang ditunjukkan oleh indikator Rasio Dokter Per Satuan Penduduk, Rasio Tenaga Medis
Per
Satuan
Penduduk,
perkembangan
kinerjanya
mengalami
perubahan namun tidak terlalu signifikan. Selanjutnya pada bidang pelayanan kesehatan dasar khususnya pelayanan kesehatan anak dan ibu melalui indikator Rasio Posyandu Per Satuan Balita, Cakupan Jorong UCI dan Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan serta indikator Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan dapat dilihat bahwa perkembangannya cukup bagus terutama pelayanan terhadap Balita Gizi Buruk dimana dari 14 orang Balita Gizi Buruk yang ditemui pada Tahun 2013 semuanya langsung mendapat perawatan. Kemudian indikator lain pada bidang pelayanan kesehatan dasar yaitu Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC dan DBD juga terus mengalami peningkatan bahkan untuk penyakit DBD mencapai angka 100. 3. c.
Bidang Urusan Pekerjaan Umum
Jalan Proporsi Panjang Jaringan Jalan dalam Kondisi Baik. Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peranan penting dalam ekonomi, budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan Masyarakat, Bangsa dan Negara. Transportasi di Kabupaten Solok sangat sibuk karena Kabupaten Solok dilalui oleh jalur lintas Sumatera baik menuju ke Padang maupun ke Bukittinggi. Disamping itu Kabupaten Solok memiliki perbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar, Kota Solok dan Kabupaten Solok Selatan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004, tentang jalan maka jalan dikelompokkan menurut fungsi, status dan kelas. 47
Berdasarkan statusnya, jalan yang ada di Kabupaten Solok terdiri dari Jalan Nasional, Jalan Propinsi dan Jalan Kabupaten serta Jalan lingkungan. Tabel 2.30 Perkembangan Panjang Jaringan Jalan Kabupaten Berdasarkan Kondisi di Kabupaten Solok Tahun 2009-2013 N o 1
Tahun Indikator
Satuan
Jenis Permukaan : - Aspal
2009
2010
2011
2012
2013
Km
645,06
654,15
660,18
662,34
599,97
- Kerikil
Km
130,98
124,11
150,69
148,68
172,27
- Tanah
Km
461,29
459,07
426,46
426,31
401,77
1.237,3 3
1.237,3 3
1.237,33
1.237,33
1.174,01
Jumlah 2
Kondisi Jalan : - - Baik
Km
492,46
517,28
516,81
529,46
478,33
- Sedang
Km
217,13
207,15
224,61
215,13
206,00
- Rusak
Km
84,18
69,66
130,79
128,05
100,14
- Rusak berat Jumlah
Km
443,56
443,24
365,12
364,69
389,54
1.237,3 3 0,40
1.237,3 3 0,42
1.237,33
1.237,33
1.174,01
0,44
0,46
0,62
Proporsi Jalan Baik
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Solok
Berdasarkan data sebagaimana terlihat pada Tabel 2.30, dapat dilihat bahwa indikator Proporsi Jalan Baik di Kabupaten Solok selama periode Tahun 2009 sampai Tahun 2013 terus menunjukkan peningkatan sehingga menjadi 0,62 pada Tahun 2013. Sementara indikator Panjang Jalan yang Dilalui Roda Empat dari Tahun 2009 Sampai Tahun 2013 juga terus mengalami peningkatan dimana pada Tahun 2009 adalah sebesar 776,04 km meningkat menjadi 811,02 Km, namun angka ini pada Tahun 2013 menurun karena ada jalan Kabupaten yang telah menjadi kewenangan Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan untuk indikator panjang jembatan dan jumlah jembatan yang ada di Kabupaten Solok mengalami beberapa penurunan, hal ini juga disebabkan karena jembatan yang ada di Kabupaten Solok 48
sudah menjadi kewenangan pemerintah Provinsi Sumatera Barat, sehingga Jumlah sebanyak 199 buah dengan panjang jembatan 1.870,10 meter.
d.
Irigasi Infrastruktur
irigasi
memegang
peranan
penting
bagi
pembangunan di sektor pertanian. Infrastruktur irigasi berfungsi untuk mempertahankan dan meningkatkan produktifitas lahan sehingga dapat mencapai hasil pertanian yang optimal. Pada Tahun 2013 jumlah daerah irigasi di Kabupaten Solok adalah 499 buah yang tersebar di 14 Kecamatan dengan luas areal yang dialiri 37.342,80 Ha. Dari jumlah daerah irigasi sebanyak 499 buah tersebut 230 buah daerah irigasi merupakan kewenangan Kabupaten Solok, 261 daerah irigasi kewenangan Pemerintah Nagari, 7 daerah irigasi kewenangan Provinsi dan 1 daerah irigasi menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. 230 daerah irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Solok mengaliri 23.428 Ha areal. Jika dilihat dari jenis irigasi maka pada Tahun 2013 luas areal yang dialiri irigasi teknis adalah sebanyak 5.050 Ha, 12.608,55 Ha dialiri irigasi semi teknis dan 19.684,25 Ha dialiri oleh irigasi sederhana. Adapun jenis irigasi di Kabupaten Solok adalah 6 irigasi teknis, 53 irigasi semi teknis dan 440 irigasi sederhana. e.
Rasio Tempat Beribadah Persatuan Penduduk Sarana Tempat Ibadah di Kabupaten Solok terdiri dari mesjid, langgar dan mushalla. Rasio Tempat Ibadah Persatuan Penduduk di Kabupaten Solok Tahun 2009 sampai Tahun 2013 disajikan dalam Tabel berikut : Tabel 2.31 Perkembangan Rasio Tempat Ibadah di Kabupaten Solok Tahun 2009-2013 49
No
1 2 3 4 5
Bangunan Tempat Ibadah / Jumlah Penduduk / Rasio
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
Masjid Langgar Mushalla
312 793 424
312 793 424
312 793 424
313 793 424
314 793 424
Jumlah
1.529
1.529
1.529
1.530
1.531
359.819 4,25
348.566 4,38
352.705 4,33
355.077 4,31
358.383 4,27
Jumlah Penduduk Rasio Tempat Ibadah
Sumber : Kemenag Kab. Solok
Berdasarkan data sebagaimana tersebut di atas dapat dilihat bahwa dari Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2010 Rasio Tempat Ibadah mengalami peningkatan namun dari Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2013 Rasio mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena pertambahan Tempat Ibadah lebih kecil dari pada pertambahan jumlah penduduk dimana pertambahan Tempat Ibadah hanya 1 (satu) unit. f.
Tempat Pembuangan Sampah Salah satu indikator pelayanan urusan wajib bidang Pekerjaan Umum adalah Rasio Tempat Pembuangan Sampah per Satuan Penduduk. Jumlah Tempat Pembuangan Sampah di Kabupaten Solok Tahun 2013 adalah 23 buah sehingga Rasio Tempat Pembuangan Sampah per Satuan Penduduk Tahun 2013 adalah sebesar 0,05.
4.
Bidang Urusan Perumahan Kinerja pelayanan urusan wajib Bidang Perumahan di Kabupaten Solok antara lain diukur dengan indikator rumah layak huni. Pada Tahun 2013 jumlah rumah layak huni di Kabupaten Solok adalah 82,28 % dari total rumah yang ada di Kabupaten Solok, berarti 17,72 % rumah tidak layak huni. Rumah layak huni ini jika dibandingkan dengan Tahun 2012 terjadi kenaikan sebesar 0,96 %. Dengan meningkatnya rumah layak huni pada Tahun 2013
50
berarti rumah tidak layak huni mengalami penurunan dari 18,68 % menjadi 17,72 %.
Sedangkan berdasarkan indikator Rasio Rumah Layak Huni, maka pada Tahun 2013 adalah sebesar 0,17. Kemudian jumlah Rumah Tinggal yang Bersanitasi di Kabupaten Solok pada Tahun 2013 adalah 66,96 %, sisanya yaitu 33,04 % tidak mempunyai fasilitas sanitasi. Selanjutnya adalah indikator tentang tingkat pelayanan air bersih dimana pada Tahun 2013 jumlah rumah tangga yang mendapat pelayanan air bersih melalui pelayanan PDAM sebesar 8.833 rumah. Kemudian indikator Rumah Tangga Pengguna Listrik di Kabupaten Solok pada Tahun 2013 adalah sebesar 98 %. Angka ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan angka pada Tahun 2012 yaitu sebesar 87,34 %.
5.
Bidang Urusan Penataan Ruang Salah satu indikator kinerja bidang Urusan Penataan Ruang adalah Ruang Terbuka Hijau (RTH). Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan area memanjang/jalur/mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang Terbuka hijau di Kabupaten Solok meliputi daerah sekitar sungai, lapangan olah raga, makam, pekarangan rumah penduduk, pekarangan perkantoran dan tempat pariwisata. Berbagai program telah dilakukan untuk penataan ruang terbuka hijau diantaranya adalah program Pembuatan Taman Hutan Kota Terpadu (THKT) seluas 17 Ha di daerah kompleks Perkantoran Pemerintahan Kabupaten Solok bertujuan untuk menambah luasan ruang terbuka hijau, pencegahan banjir, penurunan pencemaran udara, peningkatan produktifitas masyarakat dan meningkatkan keindahan lingkungan. Pada Tahun 2013 Rasio Ruang Terbuka Hijau Persatuan luas wilayah per HPL/HGB di Kabupaten Solok baru mencapai 17:374 atau 0,045.
51
6.
Bidang Urusan Perencanaan Pembangunan Peningkatan kualitas pembangunan daerah sangat tergantung pada aspek perencanaan pembangunan daerah yang meliputi : Penyediaan data-data pendukung yang terkait dengan perencanaan
a.
pembangunan. Penyediaan dokumen perencanaan pembangunan daerah, sebagai acuan
b.
dalam proses perencanaan pembangunan seperti RPJPD, RPJMD, RKPD, Kalender Perencanaan dan Penganggaran. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pendidikan formal,
c.
diklat fungsional, pelatihan serta Bimtek. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pengolahan data dan informasi
d.
sebagai pendukung dokumen perencanaan. Mekanisme perencanaan pembangunaan mulai dari tahap Musrenbang
e.
Nagari, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi serta Nasional. Berikut disajikan data perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Solok. Tabel 2.32 Data Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Solok 2006-2013 Jumlah Dokumen No
Jenis 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
1
4
Perda RPJPD 2006-2025 Perda RPJMD 2011-2015 Perda Bangunan Gedung RKPD
-
-
1
1
1
1
1
1
1
5
Perbup KSCT
-
-
-
-
-
1
-
-
6
KUA-PPAS APBD dan KUA-PPAS Perubahan APBD Kab. Solok Dalam Angka, PDRB Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Kabupaten Solok Rencana Strategis Penanggulangan Kemiskinan dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
-
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
1 2 3
7 8
9
52
10
11
di Kabupaten Solok Tahun 2011-2015 Rencana Aksi Daerah Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Peta Daerah Tertinggal dan Rekomendasi Penanganan 24 Nagari Tertinggal Kabupaten Solok
-
-
-
-
-
1
-
1
-
-
-
-
-
-
1
1
Sumber :Bappeda Kab. Solok
7.
Bidang Urusan Perhubungan Analisis Kinerja atas layanan urusan wajib pada
bidang Urusan
Perhubungan di Kabupaten Solok dari Tahun 2009 sampai Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 2.33 Perkembangan Indikator Kinerja Layanan Urusan Wajib Bidang Perhubungan Kabupaten Solok Tahun 2009-2013 No
Urusan / Indikator
1 2 3 4 5
Tahun 2009
2010
2011
2012
2013
Jumlah Arus Penumpang Rasio Izin Trayek
90.246 0,080
91.694 0,078
82.500 0,081
80.372 0,079
83.069 0,012
Jumlah Uji Keur Angkutan Umum Jumlah pelabuhan / Laut / Udara / Terminal Bus Angkutan Darat
596
658
6633
7075
7114
3
3
3
3
3
0,359
0,401
0,367
0,357
0,38
495
519
504
491
491
-
-
0,620
0,650
0,66
6
Kepemilikan Keur Angkutan Umum
7
Pemasangan Rambu-Rambu
Sumber :Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kab. Solok
Berdasarkan data pada Tabel 2.33 di atas dapat dilihat bahwa Jumlah Arus Penumpang semakin menurun dari Tahun 2011 sampai Tahun 2012, namun pada Tahun 2013 Jumlah Arus Penumpang kembali mengalami kenaikan. Kenaikan Jumlah Arus Penumpang ini sejalan dengan kenaikan Jumlah Uji KEUR Angkutan Umum dimana pada Tahun 2013 Jumlah Uji KEUR meningkat 0,55 % dibanding Tahun 2012.
53
Indikator lain yang menunjukkan kinerja bidang perhubungan adalah indikator Angkutan Darat dimana pada Tahun 2013 mencapai angka 0,38 %. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 6,44 % dibanding Tahun 2012. Disamping itu pemasangan rambu-rambu juga mengalami peningkatan dimana pada Tahun 2012 sebesar 0,65% meningkat menjadi 0,66 % pada Tahun 2013. Peningkatan ini disebabkan karena juga semakin meningkatnya jumlah alokasi Dana DAK Keselamatan Transportasi untuk Kabupaten Solok dari pemerintah pusat.
8.
Bidang Urusan Lingkungan Hidup Salah
satu
indikator
untuk
mengukur
kinerja
bidang
urusan
Lingkungan Hidup adalah Persentase Penanganan Sampah. Mulai Tahun 2010 penanganan persampahan dikelola oleh Kantor Lingkungan Hidup yang sebelumnya oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Solok. Sejak Tahun 2010 persentase penanganan persampahan semakin menurun yaitu 14,63 % pada Tahun 2010, 14,35 % pada Tahun 2011 dan semakin turun menjadi 8,52 % pada Tahun 2012, namun pada Tahun 2013 kembali meningkat menjadi 22,60 %. Kenaikan persentase penganan sampah ini didukung oleh meningkatnya sarana prasarana persampahan yang didanai oleh dana DAK. Indikator lain adalah pencemaran status mutu air. Pencemaran status mutu air pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2010 tidak mengalami perubahan baik sungai maupun danau. Kemudian pada Tahun 2011 dan Tahun 2012 persentase sungai dan danau yang terpantau tingkat pencemarannya terus meningkat sehingga pada Tahun 2012 persentase sungai yang terpantau pencemarannya adalah 21,4 % dan danau mencapai 75 %. Pada Tahun 2013 persentase sungai yang terpantau status mutu airnya 14,29 %, dan persentase danau yang terpantau status mutu airnya masih tetap 75 %. Terhadap indikator Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan Penduduk terjadi kenaikan dari 0,0051 pada Tahun 2012 menjadi 0,0064 pada Tahun 2013.
54
Dari segi cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan Amdal atau UKL-UPL, pada Tahun 2013 jumlah usaha yang telah memiliki dokumen Amdal atau UKL-UPL adalah 58, angka ini meningkat dibandingkan dengan Tahun 2012 yaitu sebanyak 56 buah. Jika dilihat dari jumlah usaha yang aktif maka pada Tahun 2013 sebanyak 20 buah. Dari 20 buah tersebut 17 buah yang sedang diawasi Amdal atau UKL-UPL atau 85 %. Selanjutnya pada sisi penegakan hukum lingkungan, dari Tahun 2009 sampai 2013 persentase kasus lingkungan hidup yang terselesaikan adalah 100 %, artinya setiap kasus dapat diselesaikan secara tuntas. Hal ini tentu tidak terlepas dari adanya peraturan di bidang lingkungan hidup yang telah diterbitkan yaitu 2 (dua) Peraturan Bupati Solok dan 7 (tujuh) Surat Keputusan Bupati Solok.
9.
Bidang Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil Dalam rangka mensukseskan Program Nasional Penerapan KTP Nasional berbasis NIK, pada Tahun 2012 Kabupaten Solok telah melakukan penerapan e-KTP serta penerbitan NIK. Dari pelaksanaan program ini, maka pada Tahun 2013 dapat diketahui bahwa 89,18 % penduduk Kabupaten Solok telah memiliki KTP dengan Rasio Penduduk ber KTP Persatuan Penduduk sebesar 0,66. Sedangkan Kepemilikan Akte Kelahiran per 1000 Penduduk pada Tahun 2013 adalah sebesar 21,34 % dan Rasio Bayi Berakte Kelahiran adalah 0,54. Indikator Rasio Pasangan Berakte Nikah pada Tahun 2013 adalah sebesar 0,18. Tabel 2.34 Perkembangan Indikator Kinerja Layanan Urusan Wajib Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Solok Tahun 2009-2013
NO 1 2
URUSAN/INDIKATO R Rasio Penduduk ber KTP per Satuan Penduduk Rasio Bayi Berakte Kelahiran
TAHUN 2009
2010
2010
2012
2013
-
-
-
0,71
0,66
-
-
-
0,54
0,54
55
3 4 5
6
Rasio Pasangan Berakte Nikah Kepemilikan KTP
-
-
-
0,17
0,18
-
-
-
Kepemilikan Akte Kelahiran per 1000 penduduk Rasio Kepemilikan KK
-
-
-
70,72 % 18,94 %
89,18 % 21,34 %
-
-
-
53,59
42,64
Sumber :Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Solok
10.
Bidang Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kinerja Bidang Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabupaten Solok dari Tahun 2009 sampai Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.35 berikut. Tabel 2.35 Perkembangan Indikator Kinerja Bidang Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabupaten Solok Tahun 2009-2013
NO 1
2 3 4
5 6
URUSAN / INDIKATOR Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah Partisipasi Perempuan di Lembaga Swasta Rasio KDRT Persentase Jumlah Tenaga Kerja di Bawah Umur Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan Penyelesaian Pengaduan Perlindungan Perempuan dan Anak dari Tindakan Kekerasan
TAHUN 2009 59,43 %
2010 61,25 %
2011 62,54 %
2012 63,21 %
2013 62,57 %
54,13 % 0,15 % 1,35 %
54,77 % 0,13 % 1,34 %
61,50 % 0,054 % 1,23 %
56,53 %
23,08 %
0,00016 % 1,24 %
0,0037 % 1,20 %
10,35 % 100 %
10,37 % 100 %
11,61 % 100 %
11,63 %
45,48 %
100 %
100 %
Sumber :Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kab. Solok
Berdasarkan data-data tersebut dapat dilihat bahwa secara umum Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan pada Tahun 2013 mengalami kenaikan yang sangat signifikan yaitu menjadi sebesar 45,48 %. Namun jika dilihat secara rinci dapat dilihat pada Tahun 2012 partisipasi perempuan di Lembaga 56
Pemerintah semakin meningkat namun pada Tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 62,57 %. Partisipasi perempuan dilembaga swasa setelah mengalami kenaikan pada Tahun 2011 terus menurun sampai Tahun 2013 dengan angka sebesar 23,08 %. Kemudian pada indikator perlindungan anak dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja dibawah umur semakin berkurang, sehingga di Tahun 2013 menjadi sebesar 1,20 %. Untuk penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan mencapai angka 100 %, hal ini menunjukkan perhatian pemerintah yang sangat bagus dalam perlindungan anak dan perempuan. Disamping itu perhatian pemerintah dalam mengalami kasus KDRT juga dapat dilihat dengan semakin turunnya Rasio KDRT menjadi 0,0037 pada Tahun 2013.
11.
Bidang Urusan Keluarga Berencana Kinerja layanan urusan wajib Bidang Keluarga Berencana di Kabupaten Solok dari Tahun 2009 sampai Tahun 2013 menunjukkan bahwa keberhasilan Program Keluarga Berencana dapat dilihat dari semakin turunnya rata-rata jumlah jumlah anak per Keluarga dari 1,66 menjadi 1,62 walaupun disisi lain terjadi penurunan Rasio Akseptor KB dan cakupan Peserta KB Aktif. Sebagaimana terlihat pada Tabel 2.36 berikut : Tabel 2.36 Perkembangan Indikator Kinerja Bidang Urusan Keluarga Berencana di Kabupaten Solok Tahun 2009-2013
NO 1 2 3
URUSAN / INDIKATOR Rata-rata Jumlah Anak per Keluarga Rasio Akseptor KB Cakupan Perserta KB Aktif
TAHUN 2009 1,79
2010 1,76
2011 1,67
2012 1,66
2013 1,62
71,23 % 43.136
71,93 % 43.436
72,56 % 44.052
73,10 % 45.291
70.88 % 44.343
Sumber :Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kab. Solok
12.
Bidang Urusan Sosial dan Ketengakerjaan Kinerja layanan urusan wajib Bidang Sosial di Kabupaten Solok Tahun 2009 sampai Tahun 2013 menunjukkan perkembangan yang kurang baik. Tabel 2.37
57
Perkembangan Indikator Kinerja Bidang Urusan Sosial dan Ketenagakerjaan di Kabupaten Solok Tahun 2009-2013 NO A
Indikator
2009
2010
Tahun 2011
2012
2013
4 Panti Asuhan
4 Panti Asuhan
4 Panti Asuhan
4 Panti Asuhan
4 Panti Asuhan
52,20 %
48,64 %
47,86 %
94,77 %
68,06 %
13.267
14.809
14.854
7.755
12.125
Sosial 1
2
3 B 1 2 3 4
Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial / penanganan PMKS Jumlah PMKS Ketenagakerjaan Angka Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Pencari Kerja yang ditempatkan Tingkat Pengangguran Terbuka
67,74 %
71,26 %
65,49 %
61,25 %
60,30 %
67,74
71,26
65,49
61,25
60,30
1,57 %
2,34 %
0,46 %
0,37 %
2,44 %
4,51 %
3,04 %
5,99 %
4,76 %
4,82 %
Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Solok
Di Bidang
Urusan Sosial dapat dilihat bahwa kinerja urusan sosial
yang ditunjukan oleh indikator Penanganan PMKS mengalami penurunan menjadi 68,06 %. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya jumlah PMKS. Kondisi ini tentunya perlu menjadi perhatian khusus Pemerintah Kabupaten Solok. Begitu juga halnya dengan kinerja urusan ketenagakerjaan yang juga mengalami penurunan dibanding Tahun 2012.
13.
Bidang Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah serta Penanaman Modal Dalam rangka mewujudkan pembangunan perekonomian masyarakat, maka Pemerintah Kabupaten Solok melakukan beberapa kegiatan yang tujuannya untuk memberdayakan Lembaga Keuangan, Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Kegiatan tersebut diantaranya memberikan pelatihan dan pembinaan manajemen usaha terhadap UMKM serta memfasilitasi UMKM dengan pengusaha serta BUMN. Hal ini berdampak kepada semakin banyaknya jumlah UKM Non BPR atau LKM UKM di Kabupaten Solok dimana pada Tahun 58
2013 adalah sebanyak 4338 atau meningkat sebanyak 338 Unit dibandingkan dengan Tahun 2011. Sementara jumlah BPR atau LKM di Kabupaten Solok masih tetap yaitu sebanyak 11 Unit. Disisi lain jumlah persentase koperasi yang aktif di Kabupaten Solok pada Tahun 2013 mengalami kenaikan dari 43,36 % pada Tahun 2012 menjadi 45,27 % pada Tahun 2013. Untuk meningkatkan perekonomian di Kabupaten Solok berbagai usaha dilakukan untuk menggaet investor agar menanamkan modalnya di Kabupaten Solok.
Dari Tahun 2010 jumlah Investor Berskala Nasional
(PMDN) yang menanamkan modal di Kabupaten Solok terus meningkat dimana pada Tahun 2011 sebanyak 406 investor dan Pada Tahun 2013 sebanyak 496 Investor dengan jumlah investasi telah mencapai angka sebesar
Rp.120.980.000.000,-.
Dengan
meningkatnya
investor
yang
menanamkan modalnya di Kabupaten Solok maka semakin membuka kesempatan kerja sehingga Rasio Daya Serap Tenaga Kerja juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sehingga pada Tahun 2013 Rasio Daya Serap Tenaga Kerja adalah 23,2.
14.
Bidang Urusan Kebudayaan, Kepemudaan dan Olah Raga Dalam rangka mendukung kelestarian budaya di Kabupaten Solok maka telah dilakukan berbagai penyelenggaraan festival seni dan budaya diantaranya adalah Festival Danau Kembar serta pelestarian terhadap Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya. Persentase pelestarian Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya pada Tahun 2013 mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan Tahun 2012 yaitu sebesar 80 %. Selanjutnya dibidang Kepemudaan kinerja yang ditunjukkan pada Tahun 2013 juga tidak mengalami perubahan dibanding Tahun 2012 dimana jumlah organisasi pemuda adalah 51 buah dan jumlah kegiatan kepemudaan masih tetap sebanyak 2 (dua) kali.
15.
Bidang Urusan Kesatuan Bangsa, Politik Dalam Negeri
59
Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP merupakan agenda rutin yang selalu dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Solok mulai dari Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2013. Kegiatan pembinaan tersebut dilaksanakan 4 (empat) kali dalam setahun. Begitu juga halnya dengan kegiatan pembinaan politik daerah juga terus dilakukan mulai dari Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2013. Dimana Pada Tahun 2013 telah dilaksanakan 3 kali.
16.
Bidang Urusan Otonomi Daerah, Pemerintah Umum, Administrasi Keuangan, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Salah satu indikator untuk menilai kinerja bidang urusan ini adalah Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk. Rasio ini menggambarkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan Perda dan Keputusan Kepala Daerah. Perkembangan rasio ini dari Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2010, mengalami kenaikan, kemudian pada Tahun 2010 menjadi 1,95 kemudian di Tahun 2011 dan Tahun 2012 terus mengalami penurunan sehingga di Tahun 2013 menjadi sebesar 1,70. Namun rasio ini tidak diikuti oleh penurunan kinerja Satuan Polisi
Pamong Praja dalam menegakkan Perda karena
persentase menegakkan Perda pada Tahun 2013 justru meningkat menjadi 89 setelah mencapai angka 88 pada Tahun 2011 dan 75 pada Tahun 2010. Disamping
penegakkan
Perda,
Satuan
Polisi
Pamong
Praja
juga
menyelesaikan kasus pelanggaraan K3 serta pengamanan demo yang rata-rata terjadi 1 (satu) kali dalam setahun. Disamping
Satuan Polisi
Pamong
Praja,
petugas perlindungan
masyarakat juga sangat dibutuhkan dalam pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarat. Rasio Linmas menggambarkan kapasitas pemda untuk melihara
ketentraman
dan
ketertiban
masyarakat
sehingga
dapat
mewujudkan kondisi lingkungan yang kondusif, demokratis dan interaktif.
60
Berdasarkan data dari Satuan Polisi Pamong Praja Rasio Linmas di Kabupaten Solok pada Tahun 2013 adalah 0,64, angka ini mengalami penurunan dari Tahun 2012 yang mencapai angka 0,65. Penurunan ini disebabkan dengan adanya penambahan jumlah penduduk, sedangkan jumlah
Linmas
tidak
mengalami
perubahan.
Selain
aparatur
yang
mewujudkan keamanan dan ketertiban, dukungan sarana dan prasarana juga akan mempengaruhi kondisi keamanan suatu lingkungan salah satunya adalah Pos Siskamling. Rasio Pos Siskamling per jumlah nagari dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan yaitu 4. Indikator lain untuk menilai kinerja bidang Urusan Otonomi Daerah, Pemerintah Umum, Administrasi Keuangan, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian adalah cakupan pelayanan bencana kebakaran. Indikator ini tidak menunjukkan angka kenaikan dimana pada Tahun 2013 masih tetap sebesar 0,0000076%. Hal ini disebabkan karena tidak bertambahnya jumlah mobil pemadam kebakaran yang ada di Kabupaten Solok. Indikator waktu tanggap dalam layanan Wilayah Manajemen Kebakaran dari 0,92 % pada Tahun 2011 menjadi 0,95 % pada Tahun 2012 dan 2013. Kemudian pada sisi pelayanan administrasi pemerintahan juga telah ditingkatkan salah satunya dengan menyediaan Sistem Informasi Pelayanan Perijinan
dan
Administrasi
Pemerintah
sejak
Tahun
2011
sehingga
penyelesaian izin lokasi setiap tahunnya tercapai 100 %.
17.
Bidang Urusan Ketahanan Pangan Pada Tahun 2011 Kabupaten Solok telah menetapkan regulasi tentang Kebijakan Ketahanan Pangan sehingga ketersediaan pangan utama yaitu beras terus mengalami peningkatan sampai pada Tahun 2012 digunakan mencapai 563,58% dengan perkembangan harga beras yang juga mengalami peningkatan yaitu Rp. 8.565,-/Kg pada Tahun 2012. Perkembangan harga yang cukup baik dimana ini Pada Tahun 2013 sebesar Rp.8.700/kg mendorong petani atau masyarakat untuk meningkatkan produksi padinya. Dari sisi konsumsi, rasio penduduk yang telah menerapkan Pola Pangan 61
Harapan juga terus meningkat dimana pada Tahun 2013 adalah sebesar 74,8 %.
18.
Bidang Urusan Kearsipan dan Perpustakaan Kinerja bidang Urusan Layanan Kearsipan dan Perpustakaan tidak menunjukkan perkembangan, hal ini dapat dilihat dari persentase SKPD yang telah menerapkan pengelolaan arsip secara baku yaitu hanya 11 % dari 27 SKPD walaupun setiap tahun selalu dilakukan peningkatan SDM pengelola kearsipan. Selanjutnya adalah kinerja pelayanan perpustakaan, dimana layanan terhadap masyarakat dibidang perpustakaan terus ditingkatkan yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya jumlah perpustakaan nagari yaitu sebanyak 56 unit pada Tahun 2013, serta didukung dengan semakin meningkatnya koleksi buku yang tersedia diperpustakaan daerah dan perpustakaan keliling dimana pada Tahun 2013 berjumlah sebanyak 7.278 judul, dengan jumlah buku 16.728. Meningkatnya prasarana perpustakaan ini diikuti dengan meningkatnya jumlah pengunjung dimana pada Tahun 2013 jumlah kunjungan 5.490 orang sedangkan pada Tahun 2012 sebesar 5.038 orang.
2.1.3.2.
Fokus Pelayanan Urusan Pilihan Analisis
kinerja
atas
layanan
urusan
pilihan
dilakukan
terhadap
indikator-indikator kinerja penyelenggaraan urusan pilihan pemerintahan yaitu bidang urusan Pertanian, Kehutanan, Energi dan Sumber Daya Mineral, Pariwisata, Kelautan dan Perikanan, Perdagangan, Industri dan Ketransmigrasian. 1.
Pertanian, Perikanan dan Perternakan
62
Secara umum peran sektor pertanian dalam pembangunan di Kabupaten Solok Tahun 2009 sampai Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.38 berikut : Tabel 2.38 Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan di Kabupaten Solok Tahun 2009-2013 No 1
2
3
4
5
Tahun
Indikator Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (%) Kontribusi tanaman pangan terhadap PDRB (%) Kontribusi sektor perkebunan terhadap PDRB (%) Cakupan bina kelompok tani
2009 5,54 Ton/Ha
2010 5,74 Ton/Ha
2011 5,83 Ton/Ha
2012 5,74 Ton/H a
2013 5,74 Ton/Ha
44,74
45,01
45,32
44,86
45,30
35,31
35,49
35,85
35,50
36,20
6,20
6,30
6,34
6,28
6,12
1.026 Klp
1.176 Klp
1.216 Klp
1.271 Klp
1.271 Klp
Sumber :Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kab. Solok
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dilihat bahwa setiap tahunnya sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan nilai PDRB di Kabupaten Solok. Kontribusi lapangan usaha yang memberikan sumbangan terbesar pada sektor pertanian adalah tanaman pangan dimana pada Tahun 2013 adalah sebesar 36,20 % kemudian diikuti oleh sumbangan sektor perkebunan yaitu terbesar 6,12 % pada Tahun 2013.
Selain bidang pertanian, bidang kelautan dan perikanan, khususnya perikanan air tawar juga menunjukkan kinerja yang semakin meningkat yaitu dengan produksi perikanan mencapai 2.474,2 Ton pada Tahun 2013. Angka ini jauh mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan produksi pada Tahun 2012 yang berjumlah 1.624 Ton. Meningkatnya produksi perikanan ini tentunya merupakan hasil dari upaya-upaya yang telah ditempuh oleh pemerintah
Kabupaten
Solok
diantaranya
adalah
Rehabilitasi
atau 63
Pembangunan Sarana dan Prasarana Perikanan seperti BBI, pengadaan jaring langli dan keramba serta pengadaan induk ikan dan benih ikan serta pakan ikan baik melalui sumber dana APBD Kabupaten Solok maupun dari dana DAK Bidang Kelautan dan Perikanan. Untuk lebih jelasnya kinerja Bidang Kelautan dan Perikanan Kabupaten Solok Tahun 2009 sampai 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.39 berikut :
Tabel 2.39 Perkembangan Indikator Bidang Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Solok Tahun 2009-2013 No 1 2 3 4
5 6 7 8
9
Tahun
Indikator Produksi perikanan (ton) Konsumsi ikan (kg/cap/th) Cakupan bina kelompok nelayan (kelompok) Cakupan bina perikanan - Pembudidayaan (orang) - Nelayan (orang) - pengolah dan pemasaran ikan (orang) Produksi perikanan kelompok nelayan (ton) Rasio usaha ikan larangan per petani ikan (Ha) Rasio jumlah kolam ikan per petani ikan (m 2) Rasio sawah yang digunakan untuk budidaya ikan per petani ikan (m 2) Jumlah UPR (unit)
2009 797,9
2010 967,52
2012 1.624
2013 2.474,2
20
2011 1.277, 23 22,41
19,5
25,5
29,19
14
16
19
18
18
4.165
4.701
4.701
4.769
4.161
1.355 4
1.425 5
1.595 12
1.395 155
803 155
147
157,32
241,8
305,6
362,19
190
205
210
210
210
675
750
750
790
898
3.750
4.250
4.500
3.200
2.484
10
12
15
20
30
Sumber :Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kab. Solok
Selanjutnya di bidang peternakan, kontribusinya terhadap PDRB juga terus mengalami penurunan sehingga pada Tahun 2013 hanya memberikan kontribusi sebesar 2,10 % untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.40. 64
Tabel 2.40 Perkembangan Indikator Bidang Peternakan Kabupaten Solok Tahun 2009-2013 No
1 2
2009 2,26
2010 2,26
2011 2,19
2012 2,15
2013 2,10
2,45 2,04 3,14
2,45 2,04 3,14
1,9 2,16 3,02
1,99 2,21 3,11
2,00 2,06 3,64
Itik (ekor)
13,35
13,35
12,96
13,45
18,74
Ayam ras petelur (ekor) f. Ayam Buras (ekor) g. Ayam ras pedaging (ekor) Angka konsumsi daging per kapita per tahun (kg/kapita) Angka konsumsi telur per kapita per tahun (kg/kapita) Angka konsumsi susu per kapita per tahun (kg/th)
3.700
3.700
3.150
3.150
6.837
10,83
10,83
8,68
9,11
13,55
1.145
1.145
1.304
1.499
4.889
2,50
2,50
2,50
2,50
4,36
2,23
2,23
2,29
2,31
3,50
0,21
0,21
2,27
2,3
0,32
Kontribusi sektor peternakan terhadap PDRB (%) Rasio populasi ternak per petani ternak : a. Sapi (ekor) b. Kerbau (ekor) c. Kambing/domba (ekor) d. e.
3
4 5
Tahun
Indikator
Sumber :Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kab. Solok
2.
Kehutanan Tabel 2.41 Perkembangan Indikator Sektor Kehutanan Kabupaten Solok Tahun 2009-2013
No
Indikator
1
Rehabilitasi hutan dan lahan kritis Kerusakan kawasan hutan Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB
2 3
Tahun 2009 9,9 %
2010 9,9 %
12,98 % 0,40 %
12,98 % 0,37 %
2011 16,25 % 12,98 % 0,35 %
2012 8,52 % 12,47 % 0,34 %
2013 11,63 % 10,2 % 0,32 %
Sumber :Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Solok
Pada Tahun 2013 Persentase hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi semakin meningkat, sehingga kerusakan kawasan hutan dapat berkurang 65
dari 12,4 % pada Tahun 2012 menjadi 10,2% pada Tahun 2013. Penurunan kerusakan kawasan hutan dan meningkatnya hutan yang direhabilitasi tidak berpengaruh terhadap kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB, dimana kontribusinya justru terus mengalami penurunan walaupun tidak terlalu signifikan yaitu menjadi 0,32 %, pada Tahun 2013.
3.
Energi dan Sumber Daya Mineral Tabel 2.42 Perkembangan Indikator Sektor Kehutanan Kabupaten Solok Tahun 2009-2013
No
Tahun
Indikator 2009
1
Pertambangan Tanpa Izin (PETI)
2
Kontribusi sektor terhadap PDRB
pertam-bangan
2010
2011
2012
2013
22
21
20
16
31
3,86 %
3,80 %
3,68 %
3,70 %
3,68 %
Sumber :Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Solok
Kinerja sektor Pertambangan dan Energi di Kabupaten Solok dapat dilihat dari kontribusinya terhadap PDRB yang semakin turun yaitu 3,70 % pada Tahun 2012 menjadi 3,68 % pada Tahun 2013. Kontribusi sektor pertambangan ini hanya berasal dari lapangan usaha penggalian. Turunnya kontribusi tersebut salah satunya disebabkan oleh semakin tingginya jumlah Pertambangan Tanpa izin (PETI) dimana pada Tahun 2013 menjadi 31 buah.
4.
Bidang Urusan Pariwisata Tabel 2.43 Perkembangan Indikator Sektor Pariwisata Kabupaten Solok Tahun 2009-2013
No 1 2 3
Indikator Kunjungan Wisata Mancanegara (org) Kunjungan Wisata Nusantara (org) Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap PDRB (%)
2009 228
2010 233
Tahun 2011 256
244.745
233.749
268.812
309.121
355,489
0,68
0,68
0,68
0,70
0,70
2012 282
2013 310
66
4
5
Jenis, Kelas dan Jumlah Restoran - Tipe A - Tipe B - Tipe C Jenis, Kelas dan Jumlah Penginapan/Hotel - Penginapan Tipe Melati - Hotel Tipe Melati
1 3 46
1 3 46
1 3 46
1 3 47
1 3 47
5
5
5
5
5
1
1
1
1
1
Sumber :Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Solok
Sektor pariwisata di Kabupaten Solok mengalami perkembangan yang sangat lambat, hal ini ditandai dengan perkembangan kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Solok yang tidak mengalami perubahan pada Tahun 2013 dibanding Tahun 2012. Disamping itu juga dapat dilihat dari perkembangan kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun nusantara yang sangat lambat. Lambatnya perkembangan sektor pariwisata di Kabupaten Solok tentunya tidak terlepas dari tersedianya sarana dan prasarana di sektor pariwisata seperti restoran, hotel, penginapan yang masih sangat sedikit. Kondisi ini menjadi tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Solok untuk memajukan sektor pariwisata. Berbagai upaya telah dilakukan seperti pembenahan sarana dan prasarana objek wisata di Kawasan Singkarak, Danau Kembar. Disamping pembenahan sarana dan prasarana objek wisata juga telah dilakukan promosi melalui berbagai even nasional dan internasional seperti pameran dan Tour De Singkarak. 5.
Perindustrian dan Perdagangan Tabel 2.44 Perkembangan Indikator Kinerja Sektor Industri dan Perdagangan Kabupaten Solok Tahun 2009-2013
No A 1
2
Tahun
Indikator Perdagangan Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB (ADHB) Cakupan bina kelompok pedagang/usaha
2009
2010
2011
2012
2013
12,75 %
12,96 %
13,06 %
13,37 %
13,31 %
23,52 %
25,59 %
26,32 %
27,56 %
28,58 %
67
B 1 2
3 4
informal Perindustrian Kontribusi sektor industri terhadap PDRB Kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB sektor industri Pertumbuhan industri Cakupan bina kelompok pengrajin
6,54 % 0,95 %
6,35 % 0,85 %
6,22 % 1,00 %
6,20 % 0,97 %
6,05 % 1,00 %
8,26 % 11,55 %
7,45 % 11,68 %
18,94 % 12,59 %
5,08 % 13,70 %
3,79 % 13,70 %
Sumber : Dinas Koperindag dan UMKM Kab. Solok
Berdasarkan data sebagaimana tertuang Tabel 2.44 di atas dapat dilihat bahwa kinerja sektor perdagangan mengalami penurunan walaupun penurunan tersebut tidak terlalu signifikan. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi perdagangan terhadap PDRB Kabupaten Solok yang hanya sebesar 13,31% pada Tahun 2013. Disisi lain kinerja sektor perdagangan dapat dilihat dari meningkatnya cakupan bina kelompok pedagang atau usaha informal yang mendapat binaan dari Pemerintah Kabupaten Solok dari 27,56% pada Tahun 2012, menjadi 28,58% pada Tahun 2013. Kondisi ini akan terus ditingkatkan untuk Tahun berikutnya melalui pelatihan, memfasilitasi dengan BUMN dan sebagainya. Sementara kontribusi sektor perindustrian terhadap PDRB Kabupaten Solok terus mengalami penurunan yaitu 6,20% pada Tahun 2012 menjadi 6,05% pada Tahun 2013. Penurunan kinerja sektor industri dan perdagangan ini perlu menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Solok di Tahun 2015 nantinya.
2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah Daya saing daerah pada dasarnya adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional. Indikator utama yang dapat digunakan untuk menentukan peringkat daya saing daerah tersebut adalah kemampuan ekonomi daerah, ketersediaan fasilitas wilayah dan infrastruktur, iklim berinvestasi dan kualitas sumber daya manusia.
68
2.1.4.1.
Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Pada fokus ini menunjukkan kinerja atas aspek kemampuan ekonomi daerah Kabupaten Solok dengan menggunakan indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga perkapita, pengeluaran konsumsi non pangan perkapita dan produktifitas total daerah. Tabel 2.45 Perkembangan Indikator Fokus Kemampuan Ekomomi Daerah Kabupaten Solok Tahun 2009-2013 Tahun
No
1
2
Indikator Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Perkapita Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Perkapita
2009
2010
2011
2012
2013
5.584.176
5.718.144
6.416.364
7.077.249
8.528.448
2.247.630,84
1.995.632,26
2.460.033,96
3.032.483,86
3.213.492
Sumber : BPS Kab. Solok
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dilihat bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga perkapita dari Tahun 2009 sampai dengan
2013 terus
mengalami peningkatan dan mendominasi pengeluaran konsumsi rumah tangga jika dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi Non Pangan Perkapita. Perkembangan pengeluaran konsumsi
Non Pangan Perkapita
mengalami
penurunan dari Tahun 2009 ke Tahun 2010, namun dari Tahun 2011 sampai dengan 2013 mengalami peningkatan. Secara umum meningkatnya proporsi pengeluaran konsumsi Non Pangan Perkapita telah memperlihatkan adanya pengurangan keadaan miskin di tengah penduduk. Menurut ukuran kemiskinan yang diyakini benar selama ini adalah bahwa rumah tangga miskin adalah rumah tangga yang proporsi pendapatan digunakan untuk konsumsi pangan lebih besar. Kemampuaan
ekonomi
daerah
juga
dapat dilihat
dari
indikator
produktifitas total daerah. Produktifitas total daerah dapat diketahui dengan menghitung produktifitas daerah per sektor (9 sektor) yang merupakan jumlah PDRB dari setiap sektor dibagi dengan jumlah angkatan kerja dalam sektor yang bersangkutan. 69
Produktifitas daerah dihitung untuk mengetahui tingkat produktifitas tiap sektor per angkatan kerja yang menunjukkan seberapa produktif tiap angkatan kerja dalam mendorong ekonomi daerah per sektor. Tabel 2.46 Perkembangan Produktifitas Total Daerah Kabupaten Solok Tahun 2012-2013 Tahun No
Lapangan Usaha
2012
2013
Nilai Tambah (Milyar Rupiah) 1.
Pertanian
2.
Industri Pengolahan
3.
Perdagangan, Hotel dan Restoran Jasa-Jasa
4. 5.
Lain-Lainnya (Pertambangan dan Penggalian, Listrik dan Air Bersih, Bangunan, Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan, Jasa Bangunan dan Jasa Perusahaan) Jumlah
2012
2013
Jumlah Angkatan Kerja (Orang)
2012
2013
Produktifitas Total Daerah (Rupiah)
1.028,84
1.089,05
73.637
61.145
13.971.780,49
17.811.022,32
175,96
185,70
5.879
5.171
29.930.260,25
35.911.200,92
362,65
388,58
21.960
24.160
16.514.116,57
16.083.647,35
331,06
349,16
19.601
21.634
16.889.954,59
16.139.507,71
549,61
589,57
20.466
23.989
26.854.783,54
24.576.680,97
2.448,12
2.602,06
141.543
136.099
17.295.945,40
19.118.876,7
Sumber : BPS Kab. Solok
Berdasarkan data sebagaimana tertuang pada Tabel 2.46 dapat dilihat bahwa pada Tahun 2012 produktifitas daerah Kabupaten Solok adalah sebesar Rp. 17.295.945,40 adapun produktifitas sektor yang tertinggi adalah pada sektor industri pengolahan dengan angka sebesar Rp. 29.930.260,25. Kemudian pada Tahun 2013 produktifitas daerah meningkat menjadi sebesar Rp. 19.118.876,7 atau meningkat sebesar 10,54 %, dengan produktifitas sektor Industri pengolahan masih merupakan yang tertinggi. Pada Tahun 2013 sektor yang mempunyai produktifitas tertinggi masih tetap sektor industri pengolahan dengan angka yang cukup signifikan yaitu Rp. 35.911.200,92 sedangkan sektor-sektor lain seperti perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa semakin menunjukkan penurunan produktifitasnya.
2.1.4.2.
Fokus Fasilitas Wilayah atau Infrastruktur
70
Analisis kinerja atas fasilitas wilayah / infrastruktur dilakukan terhadap indikator-indikator seperti rasio panjang jalan per jumlah kendaraan, jumlah orang atau barang yang terangkut angkutan umum, jumlah orang atau barang melalui dermaga, bandara atau terminal per tahun. Perkembangan indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.47.
Tabel 2.47 Perkembangan Fasilitas Perhubungan di Kabupaten Solok Tahun 2009-2013 No
Tahun
Indikator 2009
1 2
3
Rasio Panjang Jalan Per Jumlah Kendaraan Jumlah Orang/Barang yang Terangkut Angkutan Umum Jumlah Orang/Barang Melalui Demaga/Bandara/Termi nal per Tahun
2010
2011
2012
2013
O,038
0,058
0,039
0,046
0,053
90.246
91.694
682.843
691.751
743.400
97.172
97.200
101.088
109.374
110.374
Sumber : Dinas Perhubungan Kab. Solok
Dari Tabel 2.47 dapat dilihat bahwa dari Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011 rasio jalan panjang mengalami fluktuasi namun dari Tahun 2011 sampai Tahun 2013 rasio tersebut meningkat menjadi 0,053. Ini menunjukkan bahwa perkembangan jumlah kendaraan yang ada di Kabupaten Solok lebih lambat dibanding perkembangan panjang jalan. Kemudian untuk indikator jumlah orang atau barang yang terangkut angkutan umum terus mengalami peningkatan sehingga menjadi sebanyak 743.400 orang Pada Tahun 2013. Kenaikan ini menunjukkan bahwa angkutan umum masih sangat dibutuhkan di Kabupaten Solok begitu juga halnya dengan indikator jumlah orang atau barang melalui dermaga, bandara atau terminal per tahun dimana indikator ini mengalami peningkatan dari Tahun 2009 sehingga pada Tahun 2013 menjadi sebesar 110.374. Angka ini menunjukkan bahwa arus transportasi di Kabupaten Solok menunjukkan peningkatan. Indikator lain yang menunjukkan perkembangan fasilitas wilayah atau infrastruktur adalah indikator di bidang Penataan Ruangan yaitu ketaatan terhadap RTRW, luas wilayah produktif, luas wilayah industri, luas wilayah 71
kebanjiran dan kekeringan. Luas wilayah produktif di Kabupaten Solok adalah 116.798 km2, luas wilayah yang mengalami kebanjiran adalah sebesar 15,11% dan luas wilayah kekeringan telah mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya sehingga menjadi 1.425 Ha. Sedangkan ketaatan terhadap RT/RW adalah sebesar 98%. Pada sektor lain perkembangan fasilitas wilayah / infrastruktur dapat dilihat dari ketersediaan fasilitas seperti berikut : -
Jumlah Bank Pemerintah : 3 Unit
-
BPR
: 6 Unit
-
Restoran Tipe A
: 1 Unit
-
Restoran Tipe B
: 3 Unit
-
Restoran Tipe C
: 47 Unit
-
Penginapan Tipe Melati
: 5 Unit
-
Hotel Tipe Melati
: 1 Unit
Pada sektor lingkungan hidup, komunikasi dan informatika rumah tangga yang menggunakan air bersih terus meningkat sehingga pada Tahun 2013 rumah tangga yang menggunakan air bersih sudah mencapai 66,95%. Indikator persentase penduduk yang berakses air minum juga terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya sehingga pada Tahun 2013 persentase penduduk yang berakses air minum mencapai angka 48,50% selanjutnya persentase rumah tangga yang menggunakan listrik juga meningkat sehingga pada Tahun 2013 telah mencapai angka 98%.
2.1.4.3.
Fokus Iklim Berinvestasi Investasi
memiliki
peranan
yang
sangat
penting
dalam
proses
pembangunan, karena menentukan dinamika pembangunan yang secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Jika proses investasi berlangsung baik, maka perekonomian akan tumbuh dengan baik selama proses investasi tersebut menghasilkan output yang efisien. Dalam rangka 72
mengembangkan dan mengelola sumber daya alam Kabupaten Solok yang sangat kaya maka berbagai usaha diupayakan untuk meningkatkan iklim investasi antara lain memberikan kemudahan dalam proses perizinan sehingga makin cepat dan efektif, promosi dalam luar negeri. Adapun peluang investasi di Kabupaten Solok adalah sebagai berikut : 1.
Sektor industri seperti pengembangan pabrik gula tebu, teh organik, bahan olahan karet, kakao, pengolahan ikan bilih menjadi ikan kaleng dan kerupuk, industri makanan ringan dan olahan tepung berbasis umbi-umbian dan beras, industri tekstil khas minang, industri kerajinan sulaman benang emas, industri pengolahan bawang goreng dan kripik kentang, industri pengolahan ubi ungu, industri rendang, industri kerajinan perak dan batu akik, industri kerajinan pandan dan kulit.
2.
Sektor Pariwisata seperti pengembangan kawasan Danau Kembar, Danau Singkarak, kawasan mesjid Tuo Kayu Jao, kawasan Nagari Tradisional Koto Hilalang, kawasan makam Syech Muchsin.
3.
Sektor Perikanan seperti pengembangan budidaya ikan kolam, ikan sawah, ikan danau atau perairan dan ikan sungai atau karamba.
4.
Sektor perkebunan seperti mengembangan kopi arabica, teh organik, karet, tebu dan kakao.
5.
Sektor Pertambangan dan Energi seperti pembangunan SPAM Regional dengan memanfaatkan potensi air Danau Dibawah, potensi pembangkit Panas Bumi (Geothermal) Blok Gunung Talang dan Koto Sani.
6.
Sektor Pertanian seperti pengembangan budidaya padi sawah, ubi jalar, bawang merah, markisah, karisan, cabe, kentang, jeruk, kacang, ubi kayu dan jagung.
7.
Sektor Peternakan seperti pengembangan budidaya peternakan sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, unggas, pengembangan pasar ternak modern.
2.2.
Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD
73
Evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan sampai dengan Tahun 2013 merupakan data dasar dalam penyusunan RKPD Kabupaten Solok Tahun 2015. Berikut evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan berdasarkan agenda pembangunan Kabupaten Solok dari Tahun 2011-2013.
2.2.1. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Lokal Yang Baik dan Bersih. Pada agenda ini capaian program dan kegiatan yang telah terlaksana dari Tahun 2011-2013 adalah : 1.
Dalam rangka mewujudkan kualitas pelayanan publik berbagai langkah telah dilakukan antara lain melalui perbaikan
SOP dan pengembangan serta
peningkatan SPM sehingga sampai dengan akhir Tahun 2013 lama proses perizinan yang ditargetkan paling lama 5 hari dapat dipertahankan dan dari permohonan perizinan yang masuk telah dapat diselesaikan 100%. Kondisi yang kondusif ini mampu meningkatkan jumlah investasi berskala Nasional menjadi sebesar Rp. 120.980.000 pada Tahun 2013. 2.
Sistem Informasi Manajemen Pemerintah Daerah dapat dipertahankan kualitasnya akan tetapi belum dilakukan pengukuran terhadap indeks kepuasan masyarakat.
3.
Dalam rangka mewujudkan pengelolaan keuangan dan asset yang semakin baik, maka telah dilakukan pelatihan dalam pengelolaan keuangan dan asset serta peningkatan pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah. Namun target WTP belum dapat diperoleh oleh Kabupaten Solok dimana pada Tahun 2011 sampai dengan 2013 Kabupaten Solok masih mendapat opini WDP. Salah satu penyebabnya adalah karena masih rendahnya persentase SKPD yang tertib administrasi pengelolaan keuangan daerah.
4.
Peningkatan pengawasan pengelolaan keuangan ditunjukkan oleh indikator terlaksananya pemeriksaan reguler sebanyak 100 obrik dan pemeriksaan khusus / kasus sebanyak 30 kasus. Serta tindak lanjut hasil pemeriksaan yang telah mencapai 75%.
5.
Pada urusan kependudukan dan catatan sipil, kinerja
sampai Tahun 2013
dapat dilihat dari data sebagai berikut: Rasio penduduk ber KTP Per satuan penduduk mencapai 0,66 74
Kepemilikan KTP mencapai 89,18% Rasio bayi berakte kelahiran mencapai 0,54 Kepemilikan akte kelahiran per 1000 penduduk baru mencapai 21,34%. Rasio kepemilikan KK baru mencapai 42,64%. 6.
Dalam rangka meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap peraturan daerah, maka usaha yang telah dilakukan oleh Satpol PP untuk penegakkan perda baru mengalami sedikit kemajuan yang ditunjukan oleh persentase yang baru mencapai 89% pada Tahun 2013, sedangkan usaha untuk menurunkan jumlah kasus penyakit masyarakat juga sudah dilakukan sehingga Tahun 2013 jumlah kasus pekat turun 15%.
7.
Begitu juga dalam rangka peningkatan pelayanan bencana kebakaran yang juga mengalami sedikit kemajuan dari 0,0000050 pada Tahun 2011 menjadi 0,0000076 pada Tahun 2012 dan 2013. Peningkatan pelayanan ini disebabkan karena semakin meningkatnya sarana dan prasarana penanggulangan bencana kebakaran
seperti
mobil
pemadam
kebakaran,
rumah
damkar
serta
peningkatan jumlah petugas. 8.
Pada urusan pertanahan, kinerja sampai Tahun 2013 dapat dilihat dari meningkatnya persentase luas lahan bersertifikat yaitu 26,31%.
9.
Dalam mewujudkan tertib administrasi maka telah ditingkatkan pengelolaan arsip secara baku, dimana 4% pada Tahun 2012 menjadi 11% pada Tahun 2013.
2.2.2. Penataan Kehidupan Masyarakat yang Religius dan Berbudaya sesuai Falsafah ABS-SBK . Pada agenda ini capaian program dan kegiatan yang telah terlaksana dari Tahun 2011-2013 adalah : 1.
Dalam rangka mewujudkan penataan kehidupan masyarakat yang berbudaya berbagai usaha telah dilakukan dan berbagai sumber dana sudah dialokasikan baik dari dana Propinsi Sumatera Barat maupun dari dana APBD Kabupaten Solok pada pos Belanja Langsung maupun Belanja Hibah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah grup kesenian yaitu sebanyak 230 buah, sarana penyelenggaraan seni dan budaya yaitu telah mencapai 30, jumlah Nagari yang mempunyai monografi Nagari yaitu 14 Nagari, jumlah nagari yang mempunyai sejarah 75
Nagari yaitu 9 Nagari, jumlah pelaksanaan forum dalam pelestarian nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau tingkat Kabupaten Solok, telah terlaksana sebanyak 3 kali, jumlah Nagari yang terbina kelembagaan adatnya yaitu seluruh Nagari di Kabupaten Solok, jumlah sarana dan prasarana kelembagaan adat yang representatif yang telah mencapai 27 unit serta semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan benda situs dan kawasan cagar budaya yaitu pada Tahun 2013 telah mencapai 80%. 2.
Pelaksanaan Musyawarah Tungku Tigo Sajarangan dan Tali Tigo Sapilin (MTTS) di 74 nagari sebanyak 2 kali per tahun bahkan untuk tingkat Propinsi Sumatera Barat telah dilaksanakan seminar MTTS di Kabupaten Solok. Pelaksanaan MTTS tersebut mengalami peningkatan dibanding Tahun 2012 yang hanya terlaksana sebanyak 65 kali.
3.
Semakin semaraknya syiar agama di surau/masjid dan di tengah masyarakat, yang ditunjukkan oleh
berkembangnya
didikan subuh di 74 nagari, wirid
remaja di 74 nagari dan majelis taklim di 74 nagari, serta jumlah Nagari yang telah menerbitkan Perna Maghrib Mengaji dan Jum
’at Hening yaitu sebanyak
14 Nagari. 4.
Peningkatan kesejahteraan garin/guru mengaji/pengurus masjid di 74 nagari.
2.2.3. Pembangunan Perekonomian Masyarakat Teknologi dan Pelestarian Lingkungan.
secara
Terpadu
Berbasis
Pada agenda ini capaian program dan kegiatan yang telah terlaksana dari Tahun 2011-2013 adalah : 1.
Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB yang mencapai 3,68% pada Tahun 2013.
2.
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan bidang Pertambangan yang telah dilakukan, maka indikator keberhasilan dapat dilihat dari jumlah PETI yang ditertibkan yaitu 31 dan jumlah Izin Usaha Pertambangan yang diterbitkan telah mencapai 21 IUP.
3.
Pada bidang Ketenaga listrikan, capaian yang telah diperoleh adalah semakin meningkatnya jumlah jorong yang teraliri listrik, yaitu mencapai 390 jorong
76
pada Tahun 2013, sehingga rumah tangga yang menggunakan listrik mencapai 98%. 4.
Pada sektor pertanian, kinerja sektor ini dapat ditunjukkan melalui indikator kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Solok. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Solok terus mengalami kenaikan dimana pada Tahun 2012 adalah sebesar 44,86% kemudian pada Tahun 2013 meningkat menjadi sebesar 45,30%.
5.
Peningkatan sektor pertanian ini salah satunya didukung oleh tersedianya bibit unggul padi sawah bersertifikat yang terus mengalami peningkatan dimana pada Tahun 2013 telah mencapai 499 ton, luas lahan pertanian organik 91 Ha, telah dilakukannya penelitian terhadap 6 komoditi unggulan pertanian, pengembangan komoditas unggulan pertanian berdasarkan hasil penelitian yang telah mencapai 4 variatas, panjang jalan usaha tani yang telah terbangun yaitu 17,35 km, luas cakupan lahan pengairan melalui pengembangan jaringan irigasi JITUT dan JIDES sebesar 1200 Ha, serta semakin luasnya penangkaran padi sawah dan palawija yaitu mencapai 181,5 Ha pada Tahun 2013. Sumbangan yang cukup besar juga diberikan oleh sektor perikanan dimana produksi perikanan pada Tahun 2013 adalah sebesar 2,474,20 Ton.
6.
Keberhasilan di sektor pertanian ini tidak terlepas dari pembinaan terhadap kelompok tani baik dalam bentuk penyuluhan, sekolah lapang maupun magang dimana pada Tahun 2013 telah terfasilitasi 800 Kelompok Tani, serta jumlah penggunaan alsintan yang dibantu oleh pemerintah dimana telah mencapai 423 unit. Selain itu keberhasilan juga didukung oleh terkendalinya distribusi pupuk, pemakaian peptisida, tersedianya sarana dan prasarana pasar khusus yang jumlahnya telah mencapai.
7.
Dalam peningkatan produksi produksi perkebunan, berbagai hal telah dilakukan sehingga kontribusi sektor perkebunan terhadap PDRB mencapai 6,12%. Kontribusi ini didukung oleh semakin banyaknya kelompok tani yang mendapat penyuluhan, yaitu telah mencapai 6 kelompok, ketersediaan bibit unggul yang semakin meningkat serta entres karet yang semakin meningkat menjadi 0,17 Ha.
8.
Pada sektor UMKM, dalam rangka Pengembangan Kewirausahaan dan keunggulan kompetitif Usaha Kecil Menengah, maka telah dilaksanakan 77
kegiatan yang bertujuan memfasilitasi Pelaku Usaha dalam Penguatan Manajemen Usaha, dimana sampai Tahun 2013 telah terfasilitasi 155 UMKM. Disamping itu juga telah dilakukan fasilitasi pengurusan perizinan terhadap 1.119 UMKM, dan 130 UMKM yang terfasilitasi pemasarannya melalui pameran, dll. 9.
Selanjutnya pada urusan Koperasi, menunjukkan perkembangan yang sangat baik hal ini ditunjukkan oleh indikator persentase Koperasi yang aktif telah mencapai 45,27%, terbinanya 9 Koperasi dalam pembinaan SDM dan pengembangan usaha dan Koperasi yang sehat dan berkualitas mencapai 90,70%.
10.
Dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi, dimana pada Tahun 2013 sebesar 6,29% pembangunan infrastruktur juga terus ditingkatkan
seperti
pembangunan pasar, irigasi, embung, dan jalan. Hal ini ditunjukkan oleh makin meningkatnya rasio panjang jalan berkondisi baik, rasio jaringan irigasi. 11.
Disektor tenaga kerja, dalam rangka peningkatan kualitas tenaga kerja telah dilakukan berbagai pelatihan yang realisasinya sampai Tahun 2013 75 paket pelatihan. Kemudian dalam peningkatan kesempatan kerja telah dilakukan upaya seperti melakukan kerjasama dengan lembaga penyalur tenaga kerja dimana sampai 2013 telah dilakukan kerja sama dengan 5 organisasi. Dari upaya tersebut maka persentase pekerja yang ditempatkan sudah mencapai 2,52%. Selanjutnya untuk mengurangi tingkat pengangguran terbuka pada Tahun 2013 maka telah dilakukan upaya salah satunya dengan melakukan kegiatan padat karya sehingga dapat menyerap 1.125 tenaga kerja.
12.
Dalam pengembangan IKM berbagai usaha telah dilakukan sehingga pada Tahun 2013 jumlah IKM yang terfasilitasi dalam pemanfaatan sumber daya adalah 2 IKM, dan yang difasilitasi pengurusan izin usaha (PIRT) sebanyak 90 IKM serta yang telah memperoleh sertifikat halal sudah 16 IKM.
13.
Disektor kehutanan, keberhasilan yang telah dicapai adalah meningkatnya jumlah luas hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi sehingga berjumlah 880 Ha, jumlah kawasan hutan yang rusak semakin turun, sehingga mencapai 10,20%.
78
2.2.4. Percepatan Pembangunan Daerah Kemiskinan dan Masalah Sosial .
Tertinggal,
Penanggulangan
Pada agenda ini capaian program dan kegiatan yang telah terlaksana dari Tahun 2011-2013 adalah : 1.
Dalam rangka penanggulangan masalah sosial, capaian kinerja dapat dilihat dari terlaksananya penanganan masalah sosial yang berjumlah 7.755 orang. Disamping itu juga telah dilakukan peningkatan keterampilan kecakapan hidup penyandang masalah sosial, orang terlantar dan cacat sebanyak 450 orang, dan 3004 RTSM yang difasilitasi kesejahteraanya melalui program PKH.
2.
Persentase penduduk di atas garis kemiskinan meningkat menjadi 90,71% pada Tahun 2013 dari 89,96 % pada Tahun 2012.
3.
Dalam rangka pengentasan dan penanganan daerah tertinggal, maka telah dilakukan pembangunan sarana dan prasarana seperti jalan, jembatan, pasar, irigasi, rumah tidak layak huni, air bersih sehingga sampai dengan Tahun 2013 sudah 18 Nagari yang dientaskan dari ketertinggalan.
2.2.5. Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Pendidikan Pada agenda ini capaian program dan kegiatan yang telah terlaksana dari Tahun 2011-2013 adalah : 1.
Sampai
dengan
Tahun
2013
Capaian
kinerja
di
bidang
pendidikan
menunjukkan kemajuan yang cukup bagus hal ini dapat dilihat dari indikator Angka Melek Huruf yang meningkat 0,16% dari Tahun 2012 menjadi 97,40% pada Tahun 2013. Kemudian Angka Rata-rata Lama Sekolah dimana pada Tahun 2013 mencapai angka 8,05% meningkat 0,02% dibandingkan capaian Tahun 2012. Indikator keberhasilan lain ditunjukkan dengan meningkatnya APM untuk jenjang pendidikan SMP/MTS/Paket B dan APM SMA/SMK/Paket C, sedangkan APM SD/MI/Paket A sebesar 99,03% pada Tahun 2012 turun menjadi 97,18% pada Tahun 2013. APM SMP/MTs/Paket B sebesar 64,67% dan APM SMA/SMK/MA/Paket C sebesar 46,95%. Begitu juga halnya dengan APK
dimana
APK
jenjang
pendidikan
SMP/MTS/Paket
B
dan
APK 79
SMA/SMK/MA/Paket C mengalami kenaikan, sedangkan jenjang pendidikan SD/MI/Paket A mengalami penurunan. 2.
Indikator pendidikan yang ditamatkan, Angka Putus Sekolah, Angka Kelulusan dan Angka Melanjutkan juga menunjukkan kinerja yang semakin baik pada semua jenjang pendidikan.
3.
Dari segi ketersediaan fasilitas pendidikan, kinerjanya menunjukkan kemajuan namun tidak begitu tinggi dimana sekolah pendidikan SD/MI yang dengan kondisi baik hanya naik sebesar 5,11% dibandingkan dengan Tahun 2012 dan sekolah pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA/SMK dengan kondisi baik naik sebesar 2,0% dibanding Tahun 2012.
2.2.6. Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Pada agenda ini capaian program dan kegiatan yang telah terlaksana dari Tahun 2011-2013 adalah : 1.
Meningkatnya Angka Harapan Hidup dari 66,95 pada Tahun 2011 menjadi 67,26 pada Tahun 2012. Kemudian 67,50 pada Tahun 2013.
2.
Dari 0,048% Balita Gizi Buruk yang berada di Kabupaten Solok telah mendapat penanganan 100%.
3.
Terhadap Angka Kelangsungan Hidup Bayi, indikator ini menunjukkan penurunan dibandingkan dengan Tahun 2011 yaitu mencapai angka sebesar 986,72. Angka ini terus mengalami penurunan pada Tahun 2013, yaitu menjadi sebesar 985,74.
4.
Meningkatnya Jorong UCI dari 70% pada Tahun 2012 menjadi 80% pada Tahun 2013.
5.
Meningkatnya jumlah penduduk yang dijamin pelayanan kesehatan dasar dan rujukan bagi masyarakat kurang mampu menjadi sebesar 33.370 orang.
6.
Meningkatnya Bed Ocupancy Ratio (BOR) sebagai salah satu Indikator kualitas pelayanan RSUD Arosuka dari 24% pada Tahun 2012 menjadi 27,02% pada Tahun 2013.
7.
Pada urusan Keluarga Berencana, capaian kinerja ditunjukkan dengan semakin turunnya Rasio Akseptor KB menjadi 70,88% dan Cakupan Peserta KB Aktif yang hanya mencapai 44,343%. 80
2.2.7. Pengembangan Daerah.
Kepariwisataan
dan
Pelestarian
Kekayaan
Budaya
Pada agenda ini capaian program dan kegiatan yang telah terlaksana dari Tahun 2011-2013 adalah : 1.
Kontribusi sektor Pariwisata terhadap PDRB Kabupaten Solok Tahun 2013 masih tetap sebesar 0,70%.
2.
Kunjungan wisatawan mancanegara meningkat menjadi 310 orang pada Tahun 2013 dibanding 282 orang pada Tahun 2012 dan jumlah kunjungan wisatawan Nusantara meningkat menjadi 355.489 orang pada Tahun 2013 dibanding 309.121 orang pada Tahun 2012.
3.
Dalam rangka meningkatkan promosi wisata di Kabupaten Solok dilaksanakan beberapa event baik Nasional maupun Internasional. Pada Tahun 2013 event Internasional terlaksana sebanyak 2 kali, event daerah terlaksana 2 kali. Promosi lewat pameran telah diikuti 1 kali dan kerjasama dengan biro pengelola kepariwisataan terlaksana 3 kali.
2.2.8. Pemuda, Olah Raga dan Pemberdayaan Perempuan Pada agenda ini capaian program dan kegiatan yang telah terlaksana dari Tahun 2011-2013 adalah : 1.
Partisipasi perempuan di lembaga pemerintah pada Tahun 2013 mencapai angka sebesar 62,57% dan di Lembaga swasta 23,08%.
2.
Partisipasi angkatan kerja perempuan meningkat dari 11,63% pada Tahun 2012 menjadi 45,48% pada Tahun 2013.
3.
Perlindungan terhadap perempuan dan anak dari kekerasan diwujudkan dengan penyelesaian kasus KDRT dimana padad Tahun 2013 sebanyak 8 kasus.
4.
Pada urusan pemuda, telah dilakukan pembinaan dan pendidikan kepemudaan terutama pelatihan dasar kepemimpinan sebanyak 70 orang dan jumlah pemuda yang telah difasilitasi melalui pekan temu wicara sebanyak 100 orang.
81
5.
Dibidang olah raga telah dilakukan identifikasi bakat dan potensi pelajar dalam olah raga yaitu pada 467 sekolah serta telah mengikuti kejurda sebanyak 1 kali.
6.
Sedangkan penyelenggaraan kompetensi olah raga yang telah dilaksanakan adalah sebanyak 1 kali yang diikuti 140 sekolah.
2.3.
Permasalahan Pembangunan Perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan dalam kerangka keterpaduan perencanaan pembangunan nasional maupun regional. Oleh karena itu tahap awal dari perencanaan pembangunan daerah dimulai dengan melakukan analisis terhadap hasil pembangunan dan permasalahannya. Permasalahan pembangunan daerah merupakan
gap expectation
antara kinerja
pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai di masa datang dengan kondisi riil saat perencanaan dibuat. Potensi permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang kurang diatasi, peluang yang kurang dimanfaatkan serta adanya ancaman yang tidak diantisipasi. Dengan keterbatasan kapasitas keuangan daerah dan karakteristik alokasi belanja daerah, tidak semua penyelenggaraan urusan dapat diprioritaskan atau terkait dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam periode RPJMD. Namun demikian, tidak berarti bahwa urusan dimaksud tidak diselenggarakan Pemerintah Daerah. Secara operasional, urusan-urusan tersebut tetap harus dilaksanakan untuk menjaga kinerja yang telah dicapai dimasa lalu atau memenuhi standar layanan bagi masyarakat. Berdasarkan gambaran yang didapat dari capaian penyelenggaraan pemerintahan daerah, dapat digambarkan permasalahan-permasalahan daerah yang harus dicarikan solusinya dengan suatu strategi dan kebijakan. Permasalahan-permasalahan tersebut yaitu :
2.3.1. Urusan Otonomi Daerah,Pemerintahan Umum, Daerah,Perangkat Daerah,Kepegawaian dan persandian.
Administrasi
Keuangan
82
Pelaksanaan Otonomi Daerah sejak Tahun 2001 belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Walaupun otonomi mengandung makna bahwa daerah bisa mengatur segala sesuatunya
secara mandiri, baik pengelolaan pemerintahan
maupun pembiayaannya. Namun pada kenyataannya Pemerintah Daerah termasuk
Pemerintah
Kabupaten
Solok
masih
tergantung
pada
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pusat termasuk dalam hal pembiayaan pembangunan dan pengaturan sumberdaya aparatur. Beberapa permasalahan yang terjadi dalam urusan ini sebagai berikut : 1.
Potensi keuangan daerah yang belum tergali secara optimal.
2.
Pengadaan pegawai yang belum sesuai antara formasi riil dengan formasi pegawai yang ditetapkan pemerintah.
3.
Sumberdaya aparatur yang belum sesuai
dengan kompetensi
yang
diinginkan. 4.
Belum memadainya jumlah layanan mobilitas pelayanan bencana kebakaran.
5.
Masih rendahnya jumlah Polisi Pamong Praja dalam Penegakkan Peraturan Daerah.
6.
Pelayanan perijinan yang belum optimal.
7.
Hasil-hasil pengawasan belum sepenuhnya menjadi input perencanaan.
8.
Pengelolaan asset daerah yang belum optimal.
2.3.2. Urusan Pendidikan Perbaikan dan peningkatan pembangunan urusan pendidikan merupakan salah satu upaya dalam pembangunan manusia sebagai sumberdaya pembangunan. Besarnya porsi anggaran yang disiapkan dalam meningkatkan pembangunan dalam bidang pendidikan, terutama perbaikan kuantitas dan kualitas pendidikan dasar
diharapkan
dapat
memperkuat
terwujudnya
pencapaian
Indeks
Pembangunan Manusia yang lebih tinggi di Kabupaten Solok. Permasalahan yang ditemukan dalam hal pencapaian dimaksud adalah : 1.
Belum memadainya kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendidikan.
2.
Masih banyaknya anak putus sekolah. 83
3.
Belum optimalnya partisipasi masyarakat dalam dunia pendidikan.
4.
Belum memadainya kualitas dan kuantitas pendidik dan tenaga kependidikan
2.3.3. Urusan Kesehatan Upaya intervensi program/kegiatan yang bersifat kuratif,preventif maupun promotif telah dan terus menerus dilakukan, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Meskipun telah
dilakukan
upaya-upaya
diatas
tetapi
masih
ditemukan
permasalahan-permasalahan sebagai berikut : 1.
Jumlah dan persebaran tenaga medis/ dokter dan tenaga kesehatan
2.
Belum memadainya sarana dan prasarana serta manajemen kesehatan, baik ditingkat Poskesri, Pustu, Puskesmas dan Rumah sakit.
3.
Masih ditemukannya kasus balita gizi buruk.
4.
Adanya ancaman penyakit menular maupun penyakit yang tidak menular yang masih terjadi.
5.
Masih belum maksimalnya aksesibilitas masyakat miskin dalam pelayanan kesehatan.
2.3.4. Urusan Pertanahan Urusan ini bertujuan untuk memberikan gambaran / mengetahui tertib administrasi sebagai kepastian dalam kepemilikan tanah. Permasalahan yang ditemui dalam urusan pertanahan ini adalah : 1.
Masih kurangnya akurasi data tentang pertanahan yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Solok.
2.
Administrasi pertanahan yang masih lemah.
84
2.3.5. Urusan Ketenagakerjaan Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam urusan ketenagakerjaan berkaitan dengan jenjang pendidikan serta
miss match antara lulusan dengan
permintaan tenaga kerja, dan beberapa hal lainnya sebagai berikut : 1.
Masih rendahnya penyerapan tenaga kerja.
2.
Rendahnya tingkat partisapasi angkatan kerja.
3.
Belum adanya data yang akurat tentang ketenagakerjaan dan lapangan pekerjaan
2.3.6. Urusan Kebudayaan Sesuai dengan indikator dari urusan kebudayaan “ jumlah sarana dan penyelenggaraan seni dan budaya, serta jumlah benda,situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan”, maka permasalahan yang ditemukan dalam urusan ini adalah : 1.
Pengelolaan kekayaan budaya yang belum optimal.
2.
Penerapan nilai-nilai luhur budaya dalam kehidupan sehari-hari masih rendah.
3.
Partisipasi generasi muda dalam seni dan budaya masih kurang.
2.3.7. Urusan Pemuda dan Olahraga Sesuai dengan indikator untuk urusan ini “jumlah organisasi pemuda dan jumlah organisasi olah raga, jumlah pemuda berprestasi, jumlah atlit dan pelatih berprestasi, maka permasalahan yang ditemukan
adalah :
1.
Masih kurangnya akurasi data tentang kepemudaan dan keolahragaan
2.
Masih rendahnya pertisipasi masyarakat dalam memasyarakatkan olah raga.
85
3.
Masih
kurangnya
pembinaan
dan
pemberdayaan
kepemudaan
dan
keolahragaan
2.3.8. Urusan Pekerjaan Umum Permasalahan dalam urusan ini : 1.
Belum akuratnya data sesuai dengan indikator urusan ini seperti panjang jalan, panjang irigasi dan jembatan.
2.
Kondisi infrastruktur jalan terutama di daerah terpencil masih banyak yang belum memadai.
3.
Masih tingginya kerusakan jaringan irigasi.
4.
Penataan pemukiman di pedesaan dan perkotaan yang masih rendah.
5.
Masih lemahnya Kualitas Pembangunan infrstruktur
2.3.9. Urusan Perumahan Dalam urusan perumahan dan pemukiman berkaitan erat dengan penyediaan infrastruktur seperti penyediaan air bersih, sanitasi dan energi listrik, sehingga permasalahan yang banyak timbul dalam urusan ini adalah : 1.
Belum terpenuhinya kebutuhan air bersih dan sanitasi di masyarakat.
2.
Masih banyaknya rumah masyarakat yang tidak layak huni
2.3.10. Urusan Penataan Ruang Dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang diarahkan untuk mewujudkan visi penataan ruang: yaitu ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Aman bagi masyarakat dalam menjalankan aktivitas kehidupan, nyaman untuk menjalankan aktivitas dalam suasana yang tenang dan damai, produktif sehingga proses produksi dan distribusi berjalan secara efisien dan berkelanjutan dalam mempertahankan kualitas lingkungan fisik untuk kegunaan
86
sekarang ataupun masa yang akan datang. Beberapa permasalahan yang ditemukan dalam urusan ini adalah : 1.
Rencana detail tata ruang belum mencakup seluruh Kabupaten Solok.
2.
Rencana Detail Tata Ruang yang telah disusun sampai saat ini belum ditetapkan menjadi produk hukum.
3.
Masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya penataan ruang.
4.
Pengendalian dan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang belum optimal.
5.
Masih banyaknya bangunan perumahan dan tempat usaha yang tidak memenuhi syarat teknis tata bangunan dan lingkungan.
2.3.11. Urusan Perencanaan Pembangunan Proses perencanaan pembangunan daerah dimaksudkan untuk menghasilkan pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, adapun prosesnya diawali dengan musyawarah pembangunan (musrenbang) nagari, musrenbang kecamatan,
musrenbang
kabupaten
dan
Musrenbang
Provinsi.
Dengan
dilaksanakannya proses tersebut diharapkan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara optimal. Beberapa permasalahan dalam perencanaan pembangunan sebagai berikut : 1.
Masih lemahnya perhatian SKPD terhadap pentingnya dokumen perencanaan.
2.
Program dan kegiatan yang dituangkan SKPD dalam dokumen perencanaan belum mengartikulasikan kebutuhan masyarakat.
3.
Belum akuratnya data pendukung perencanaan pembangunan.
4.
Masih rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam musrenbang.
5.
Belum maksimalnya konsistensi antara perencanaan (program/kegiatan) pembangunan dan alokasi penganggaran.
6.
Belum optimalnya sistem pengendalian dan evaluasi pembangunan.
2.3.12. Urusan Perhubungan
87
Sistem dan manajemen transportasi yang baik merupakan faktor pendukung utama untuk mengembangkan kegiatan ekonomi, sosial budaya, politik, keamanan dan ketertiban serta sarana meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Permasalahan yang muncul dalam meningkatkan kualitas prasarana transportasi agar tetap dalam kondisi yang maksimal serta mengembangkan sarana transportasi perdesaan dan perkotaan secara terpadu adalah : 1.
Pelayanan angkutan umum yang belum memadai.
2.
Sarana dan prasarana terminal yang belum memenuhi syarat.
3.
Fasilitas pengatur dan pengaman lalu lintas masih terbatas.
2.3.13. Urusan Lingkungan Hidup Permasalahan yang muncul dalam urusan ini adalah : 1.
Regulasi tentang pengelolaan lingkungan hidup di daerah belum mencukupi.
2.
Kualitas lingkungan cenderung mengalami degradasi.
3.
Pelayanan persampahan belum menjangkau pada semua masyarakat.
4.
Belum adanya penangganan air limbah rumah tangga/ domestik secara terpadu.
5.
Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengeloaan lingkungan hidup.
2.3.14. Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Solok lebih dipengaruhi oleh migrasi pada kelahiran / kematian, permasalahan dalam pengelolaan administrasi kependudukan adalah : 1.
Masih rendahnya validitas data penduduk.
2.
Migrasi penduduk antar wilayah cukup tinggi.
3.
Kesadaran masyarakat terhadap tertib administrasi kependudukan masih kurang.
2.3.15. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 88
Pembangunan manusia ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia tanpa membedakan jenis kelamin. Secara naluri potensi yang dimiliki perempuan dan laki-laki seimbang. Namun demikian masih terdapat kesenjangan gender meskipun gapnya tidak terlalu besar. Perlindungan anak ditujukan untuk menjaga keberlanjutan generasi yang berkualitas, beberapa permasalah yang muncul adalah : 1.
Masih belum maksimalnya p artisipasi perempuan dalam pembangunan.
2.
Kelembagaan dan jaringan pengarustamaan gender dan anak masih lemah.
3.
Perlindungan anak terhadap pengaruh negatif media masih kurang.
2.3.16. Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Permasalahan yang muncul dalam pengendalian kuantitas penduduk (Laju Pertumbuhan Penduduk yang masih tinggi) dan peningkatan kualitas penduduk adalah : 1.
Masih rendahnya penngetahuan masayarakat tentang kesehatan reproduksi.
2.
Masih rendahnya tingkat partisipasi KB pria.
3.
Kepesertaan pasangan usia subur tidak ber-KB cukup tinggi.
4.
Belum optimalnya pemberdayaan ekonomi keluarga.
5.
Belum optimalnya pengembangan ketahanan dan peningkatan kualitas lingkungan keluarga.
2.3.17. Urusan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah. Pembangunan koperasi dan usaha kecil menengah memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Beberapa permasalahan yang muncul dalam urusan ini adalah : 1.
Kualitas SDM pengelola koperasi/UMKM masih rendah.
89
2.
Inovasi
dan
adopsi
teknologi,
pengembangan
desain
produk,
yang
berdampak pada diversifikasi produk masih rendah. 3.
Jaringan pasar industri kecil dan kemitraan dalam usaha pemasaran masih terbatas.
4.
Akses modal bagi UMKM masih terbatas.
2.3.18. Urusan Penanaman Modal Permasalahan yang muncul dalam urusan ini adalah : 1.
Belum optimalnya pengelolaan promosi investasi.
2.
Lahan bagi usaha industri berskala menengah / besar terbatas.
2.3.19. Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kondisi daerah yang aman dan kondusif menjadi prasyarat utama pelaksanaan pembangunan daerah. Beberapa permasalahan dalam urusan ini adalah : 1.
Penegakan perda belum optimal.
2.
Sarana dan prasarana keamanan dan ketertiban belum memadai.
3.
Kesadaran masyarakat dalam berdemokrasi masih kurang.
4.
Jiwa nasionalisme dan patriotisme cenderung menurun.
2.3.20. Urusan Ketahanan Pangan. Ketahanan
pangan
merupakan
pemberdayaan
masyarakat
agar
mampu
memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya ketahanan pangan serta mampu mengatasi kendala dalam mewujudkan ketahanan pangan. Permasalahan yang muncul dalam urusan ini adalah : 1.
Belum optimalnya diversifikasi produk pangan lokal.
2.
Masih banyaknya penggunaan bahan kimia berbahaya untuk bahan tambahan pangan.
3.
Penegakan hukum distribusi pangan masih belum optimal. 90
4.
Kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi produk pangan lokal masih rendah.
5.
Belum optimalnya peranan penyuluh pertanian dalam mendampingi petani.
6.
Pengelolaan lumbung pangan lokal belum optimal.
2.3.21. Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Pemberdayaan masyarakat dimaksudkan guna mengembangkan kemampuan dan kemandirian masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan, agar secara bertahap masyarakat mampu membangun diri dan lingkungan secara mandiri. Permasalahan yang muncul dalam urusan ini adalah : 1.
Belum optimalnya pemanfaatan teknologi tepat guna yang sesuai kebutuhan masyarakat.
2.
Peran dan fungsi kelembagaan masyarakat belum optimal.
3.
Belum optimalnya pelayanan pemerintahan nagari ke masyarakat.
2.3.22. Urusan Statistik Kewenangan daerah dalam urusan statistik meliputi pengumpulan dan pemanfaatan data dan statistik daerah. Beberapa hal yang menjadi permasalahan adalah : 1.
Data sektoral dengan SKPD kurang konsisten.
2.
Masih rendahnya kesadaran akan pentingnya data.
3.
Sarana dan prasarana pengelolaan data dan statistik belum memadai.
2.3.23. Urusan Kearsipan Penyelengaraan urusan kearsipan mempunyai fungsi strategis bagi perkembangan daerah karena menangani arsip aktif, arsip inaktif dan dokumentasi daerah. Beberapa Permasalahan dalam urusan kearsipan ini adalah : 1.
Sarana dan prasarana kearsipan belum memadai.
2.
Kualitas dan kuantitas SDM belum memadai.
91
3.
Manajemen arsip belum dilaksanakan secara menyeluruh.
2.3.24. Urusan Komunikasi dan Informatika Kemajuan dibidang komunikasi dan informatika telah mendorong munculnya globalisasi dengan berbagai perspektifnya. Perundang-undangan yang terkait dengan urusan komunikasi dan informatika adalah UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Transaksi Elektronik dan UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Beberapa Permasalahan dalam urusan Komunikasi dan Informatika ini adalah : 1.
Sarana dan prasarana Komunikasi dan Informatika belum memadai.
2.
Kualitas dan kuantitas SDM belum memadai.
3.
Manajemen Komunikasi dan Informatika belum dilaksanakan secara menyeluruh.
2.3.25. Urusan Perpustakaan Permasalahan yang dijumpai dalam pengelolaan perpustakaan adalah : 1.
Sarana dan prasarana pengelolaan perpustakaan yang belum memadai.
2.
Kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia belum memadai.
3.
Minat baca masyarakat masih rendah.
2.3.26. Urusan Pertanian Sektor pertanian merupakan penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Solok. Beberapa permasalahan yang muncul dalam urusan pertanian yang meliputi pertanian tanaman pangan, peternakan dan perkebunan adalah : 1.
Masih cukup tingginya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian.
2.
Sarana dan prasarana produksi pertanian sering tidak terjangkau
dan tidak tepat
sasaran oleh petani. 3.
Harga hasil produksi pertanian tidak stabil.
4.
Masih rendahnya kamampuan dalam pengolahan pasca panen dan pemasaran hasil produk pertanian.
5.
Kapasitas kelembagaan pertanian belum optimal.
92
2.3.27. Urusan Kehutanan Permasalahan yang muncul dalam urusan kehutanan adalah : 1.
Luas lahan kritis masih cukup banyak.
2.
Ancaman kerusakan hutan oleh bencana alam dan penebangan liar.
3.
Masih adanya status hutan lindung pada daerah-daerah pemukiman penduduk.
2.3.28. Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral Permasalahan yang ada dalam urusan energi dan sumber daya mineral
adalah :
1.
Masih terdapat rumah tangga yang belum menikmati listrik.
2.
Penggunaan potensi energi terbarukan belum dimanfaatkan secara optimal.
3.
Kegiatan penambangan rakyat tidak berijin masih cukup banyak.
4.
Masih banyaknya kerusakan lahan akibat penambangan liar.
2.3.29. Urusan Pariwisata Dengan segala potensi yang ada, potensi alam dan budaya menjadi obyek dan daya tarik wisata, sehingga berpengaruh pada angka kunjungan dan lama tinggal wisatawan. Beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam urusan ini adalah : 1.
Masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata.
2.
Kualitas SDM petugas dan pelaku usaha pariwisata belum optimal.
3.
Masih
rendahnya
keterpaduan
dan
sinergi
antar
pelaku
wisata
dalam
pengembangan pariwisata.
2.3.30. Urusan Kelautan dan Perikanan Secara geografis Kabupaten Solok tidak mempunyai wilayah perairan laut, tetapi perkembangan komoditas perikanan budidaya produksinya meningkat. Beberapa permasalahan yang muncul dalam urusan ini adalah : 1.
Belum optimalnya tata guna dan tata kelola air untuk perikanan
2.
Fungsi kelembagaan petani pembudidayaan perikanan belum optimal.
93
3.
Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian ekosistem perairan.
2.3.31. Urusan Perdagangan Dalam rangka mengembangan usaha perdagangan, harus ada kesesuaian antara produk, kelancaran distribusi, sarana prasarana, informasi pasar dan pengembangan perdagangan daerah. Disamping menangani perdagangan antar wilayah regional maupun internasional, juga dituntut mampu menyediakan pasar tradisional yang mempunyai daya saing dan berkualitas. Permasalahan yang muncul adalah: 1.
Daya saing produk masih rendah.
2.
Pelaku usaha dalam membaca peluang pasar kurang optimal.
3.
Perlindungan konsumen belum optimal.
2.3.32. Urusan Perindustrian Permasalahan yang muncul dalam urusan ini adalah: 1.
Penguasaan dan penerapan teknologi bagi UMKM masih kurang.
2.
Kualitas manajemen pengelolaan usaha bagi UMKM masih rendah.
3.
Masih kurangnya inovasi produk.
4.
Kemitraan antar pelaku usaha dan lembaga lainnya belum optimal
.
94