BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi a. Karakteristik Wilayah 1) Luas dan Batas Wilayah administrasi Luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 ha atau 574,82 km2 atau sekitar 18% dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang seluas 3.185,80 km2. Jarak terjauh utara-selatan wilayah Kabupaten Sleman 32 km, sedangkan jarak terjauh timur-barat 35 km. Dalam perspektif mata burung, wilayah Kabupaten Sleman berbentuk segitiga dengan alas di sisi selatan dan puncak di sisi utara. Secara administratif, Kabupaten Sleman terdiri atas 17 wilayah kecamatan, 86 desa, dan 1.212 Padukuhan. Kecamatan dengan wilayah paling luas adalah Cangkringan (4.799 ha), dan yang paling sempit adalah Berbah (2.299 ha). Kecamatan dengan padukuhan terbanyak adalah Tempel (98 padukuhan), sedangkan kecamatan dengan padukuhan paling sedikit adalah Turi (54 padukuhan). Kecamatan dengan Desa terbanyak adalah Tempel (8 desa), sedangkan Kecamatan dengan Desa paling sedikit adalah Depok (3 desa). Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel 2.1: Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman No
Kecamatan
Banyaknya Desa
Padukuhan
Luas (Ha)
1.
Moyudan
4
65
2.762
2.
Minggir
5
68
2.727
3.
Seyegan
5
67
2.663
4.
Godean
7
77
2.684
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 1
No
Kecamatan
Banyaknya Desa
Padukuhan
Luas (Ha)
5.
Gamping
5
59
2.925
6.
Mlati
5
74
2.852
7.
Depok
3
58
3.555
8.
Berbah
4
58
2.299
9.
Prambanan
6
68
4.135
10.
Kalasan
4
80
3.584
11.
Ngemplak
5
82
3.571
12.
Ngaglik
6
87
3.852
13.
Sleman
5
83
3.132
14.
Tempel
8
98
3.249
15.
Turi
4
54
4.309
16.
Pakem
5
61
4.384
17.
Cangkringan Jumlah
5
73
4.799
86
1.212
57.482
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman, 2011
2) Letak dan kondisi Geografis Secara geografis wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 11012’57” sampai dengan 11032’48” Bujur Timur dan 732’28” sampai dengan 750’11” Lintang Selatan. Di sebelah utara, wilayah Kabupaten Sleman berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 3) Topografi Kadaan tanah Kabupaten Sleman di bagian selatan relatif datar kecuali daerah perbukitan di bagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di Kecamatan Gamping. Semakin ke utara relatif miring dan di bagian utara sekitar lereng gunung Merapi relatif terjal.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 2
Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara 100 meter sampai dengan 2.500 meter di atas permukaan laut (m dpl). Ketinggian tanahnya dapat dibagi menjadi 4 kelas yaitu ketinggian <100 meter, 100499 meter, 500-999 meter, dan >1.000 meter dpl. Ketinggian <100 m dpl seluas 6.203 ha, atau 10,79% dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan Moyudan, Minggir, Godean, Gamping, Berbah, dan Prambanan. Ketinggian 100-499 m dpl seluas 43.246 ha, atau 75,32% dari luas wilayah, terdapat di 17 Kecamatan. Ketinggian 500-999 m dpl meliputi luas 6.538 ha, atau 11,38% dari luas wilayah, ditemui di Kecamatan Tempel, Turi, Pakem, dan Cangkringan. Ketinggian >1.000 m dpl seluas 1.495 ha, atau 2,60% dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan Turi, Pakem, dan Cangkringan. Ketinggian wilayah di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel 2.2: Tabel 2.2 Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman No
Kecamatan
<100 m dpl (ha)
100-499 m dpl (ha)
500-999 m dpl (ha)
>1.000 m dpl (ha)
Jumlah (Ha)
2.407
355
-
-
2.762
1.
Moyudan
2.
Minggir
357
2.370
-
-
2.727
3.
Godean
209
2.475
-
-
2.684
4.
Seyegan
-
2.663
-
-
2.633
5.
Tempel
-
3.172
77
-
3.249
6.
Gamping
1.348
1.577
-
-
2.925
7.
Mlati
-
2.852
-
-
2.852
8.
Sleman
-
3.132
-
-
3.132
9.
Turi
-
2.076
2.155
78
4.039
10.
Pakem
-
1.664
1.498
1.222
4.384
11.
Ngaglik
-
3.852
-
-
3.852
12.
Depok
-
3.555
-
-
3.555
13.
Kalasan
-
3.584
-
-
3.584
14.
Berbah
1.447
852
-
-
2.299
15.
Prambanan
435
3.700
-
-
4.135
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 3
No
Kecamatan
<100 m dpl (ha)
100-499 m dpl (ha)
500-999 m dpl (ha)
>1.000 m dpl (ha)
Jumlah (Ha)
16.
Ngemplak
-
3.571
-
-
3.571
17.
Cangkringan
-
1.796
2.808
195
4.799
Jumlah
6.203
43.246
6.538
1.495
57.482
Prosentase
10,79
75,32
11,38
2,60
100
Sumber: Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah Kab. Sleman, 2011
4) Geologi Kondisi geologi di Kabupaten Sleman didominasi dari keberadaan gunung Merapi. Formasi geologi dibedakan menjadi endapan vulkanik, sedimen, dan batuan terobosan, dengan endapan vulkanik mewakili lebih dari 90% luas wilayah. Material vulkanik gunung Merapi yang berfungsi sebagai lapisan pembawa air tanah (akifer) yang sudah terurai menjadi material pasir vulkanik, yang sebagian besar merupakan bagian dari endapan vulkanik Merapi muda. Material vulkanik Merapi muda ini dibedakan menjadi 2 unit formasi geologi yaitu formasi Sleman (lebih di dominasi oleh endapan piroklastik halus dan tufa) di bagian bawah dan formasi Yogyakarta (lebih di dominasi oleh pasir vulkanik berbutir kasar hingga pasir berkerikil) di bagian atas. Formasi Yogyakarta dan formasi Sleman ini berfungsi sebagai lapisan pembawa air utama yang sangat potensial dan membentuk satu sistem akifer yang di sebut Sistem Akifer Merapi (SAM). Sistem akifer tersebut menerus dari utara ke selatan dan secara administratif masuk dalam wilayah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul. Jenis tanah di Kabupaten Sleman terbagi menjadi litosol, regusol, grumosol, dan mediteran. Sebagian besar di wilayah Sleman didominasi jenis tanah regusol sebesar 49.262 ha (85,69%), mediteran 3.851 ha (6,69%), litosol 2.317 ha (4,03%), dan grumusol 1.746 ha (3,03%), jenis tanah di Kabupaten Sleman selengkapnya seperti terlihat pada tabel 2.3:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 4
Tabel 2.3 Jenis Tanah di Kabupaten Sleman No. 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Kecamatan 2 Moyudan Minggir Seyegan Godean Gamping Mlati Depok Berbah Prambanan Kalasan Ngemplak Ngaglik Sleman Tempel Turi Pakem Cangkringan Jumlah Prosentase
Jenis Tanah (Ha) Litosol 3 2.155 162 2.317 4,03
Regosol 4 584 558 2.187 2.018 2.817 2.582 3.555 2.299 1.980 3.422 3.571 3.852 3.132 3.249 4.309 4.348 4.799 49.262 85,69
Grumosol 5 808 606 8 216 108 1.746 3,03
Mediteran 6 1.370 1.563 468 450 3.851 6,69
Jumlah (Ha) 7 2.762 2.727 2.663 2.684 2.925 2.852 3.555 2.299 4.135 3.584 3.571 3.852 3.132 3.249 4.309 4.348 4.799 57.482 100
Sumber: Sistim Informasi Profil Daerah Tahun 2011
5) Hidrologi Air tanah Merapi yang mengalir di bawah permukaan secara rembesan bergerak menuju daerah yang lebih rendah terpotong oleh topografi, rekahan atau patahan maka akan muncul mata air. Di Kabupaten Sleman terdapat 4 jalur mata air (springbelt) yaitu: jalur mata air Bebeng, jalur mata air Sleman-Cangkringan, jalur mata air Ngaglik dan jalur mata air Yogyakarta. Mata air ini telah banyak dimanfaatkan untuk sumber air bersih maupun irigasi. Di Kabupaten Sleman terdapat 182 sumber mata air yang terukur debitnya mulai dari 1 s/d 400 lt/detik, yang airnya mengalir ke sungaisungai utama yaitu sungai Boyong, Kuning, Gendol, dan Krasak. Di samping itu terdapat anak-anak sungai yang mengalir ke arah selatan dan bermuara di Samudera Indonesia.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 5
6) Klimatologi Kondisi iklim di sebagian besar wilayah Kabupaten Sleman termasuk tropis basah, hari hujan terbanyak dalam satu bulan 25 hari. Kecepatan angin maksimum 6,00 knots dan minimum 3,00 knots, ratarata kelembaban nisbi udara tertinggi 97,0% dan terendah 28,0%. Temperatur udara tertinggi 32° C dan terendah 24° C. Kondisi agroklimat di atas menunjukkan bahwa iklim di wilayah Kabupaten Sleman pada umumnya cocok untuk pengembangan sektor pertanian. 7) Penggunaan Lahan Tata guna lahan di Kabupaten Sleman untuk sawah, tegalan, pekarangan dan lain-lain. Perkembangan penggunaan lahan selama 5 tahun terakhir menunjukkan luas dan jenis lahan sawah turun, rata-rata per tahun sebesar 0,11%, luas pekarangan turun 0,125%, luas tegalan naik 0,01% dan untuk penggunaan lain-lain relatif. b. Potensi Pengembangan Wilayah Potensi pengembangan wilayah di Kabupaten Sleman meliputi beberapa kawasan antara lain : 1) Kawasan peruntukan pertanian; meliputi kawasan pertanian lahan basah (21.386 hektar) dan kawasan pertanian lahan kering (9.172 hektar) yang tersebar di 17 kecamatan. 2) Kawasan peruntukan pertambangan; -
batu kapur di Kecamatan Gamping;
-
breksi batuapung di Kecamatan Prambanan, dan Berbah;
-
Andesit di Kecamatan Tempel, Pakem, Turi, Cangkringan, Godean, Seyegan, dan Prambanan;
-
tanah liat di Kecamatan Tempel, Godean, Seyegan, Sleman, Gamping, Prambanan, dan Berbah;
-
pasir dan kerikil di seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Sleman.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 6
3) Kawasan peruntukan industri; meliputi lahan seluas 299 hektar di Kecamatan Gamping, Berbah, dan Kalasan 4) Kawasan
permukiman;
meliputi
kawasan
permukiman
perdesaan (10.733 hektar) dan kawasan permukiman perkotaan (12.590 hektar) yang tersebar di 17 kecamatan. 5) Kawasan peruntukan pariwisata; meliputi tema wisata alam, tema wisata budaya, tema wisata perkotaan dan tema wisata pertanian. 6) Kawasan hutan; kawasan hutan rakyat (4.167 hektar) di Kecamatan Gamping, Seyegan, Prambanan, Turi, Pakem dan Cangkringan. 7) Kawasan pertahanan dan keamanan; meliputi -
Kompi C Batalyon Infanteri 403 dan Kompi Panser 2 Batalyon Kavaleri 2 di Kecamatan Gamping;
-
Batalyon Infanteri 403 di Kecamatan Depok; dan
-
Bandar Udara Adisutjipto dan Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto di Kecamatan Depok dan Berbah.
c. Wilayah Rawan Bencana Wilayah kawasan rawan bencana di Kabupaten Sleman terdiri dari : 1) kawasan rawan bencana gunungapi, meliputi kawasan rawan bencana Merapi III, II dan I. 2) Kawasan rawan gempa bumi, adalah kawasan yang berada di jalur patahan Sesar Opak, seluas 5.578 hektar yang tersebar di 17 Kecamatan. 3) Kawasan rawan tanah longsor, adalah kawasan yang memiliki kemiringan lahan lebih dari 40% dengan jenis tanah redzina dan litosol, seluas 3.303 hektar, yang berada di Kecamatan Prambanan dan Gamping.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 7
d. Demografi Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah penduduk Sleman tercatat 1.093.110 jiwa, perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Sleman pada tahun 2010 bertambah 39.579 orang atau 3,75% yaitu dari 1.053.531 orang pada Tahun 2009
menjadi
1.093.110
orang
pada
akhir
tahun
2010
selengkapnya seperti pada tabel 2.4: Tabel 2.4 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Sleman Laki-laki
Perempuan
No
Tahun
1
2007
513.944
50,05
512.823
49,95
1.026.767
2
2008
524.722
50,44
515.498
49,56
1.040.220
3
2009
527.339
51,00
526.192
49,00
1.053.531
4
2010
545.961
50,07
544.398
49,93
1.093.110
5
20111)
559.302
49,70
566.067
50,30
1.125.369
Jiwa
%
Jiwa
%
Jumlah
Sumber : BPS Kab. Sleman, 2011, 1) Dinas Kependudukan dan Capil, 2011
Pertumbuhan penduduk per tahun Kabupaten Sleman sebesar 0,73%. Pertumbuhan ini relatif tinggi dibanding pertumbuhan sebelumnya. Kecenderungan ini disebabkan fungsi Kabupaten Sleman sebagai penyangga Kota Jogjakarta, daerah tujuan untuk melanjutkan
pendidikan,
dan
daerah
pengembangan
pemukiman/perumahan, sehingga pertumbuhan penduduk yang terjadi lebih banyak didorong oleh faktor migrasi penduduk bukan oleh tingkat kelahiran yang tinggi. Jumlah kepala keluarga mengalami kenaikan sebanyak 97.209 KK (33,07%) dari 293.897 KK pada tahun 2009 menjadi 306.701 KK pada tahun 2011. Rata-rata jumlah jiwa setiap rumah tangga
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 8
sebanyak 3,15 jiwa per rumah tangga. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.5: Tabel 2.5 Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2007-2011 di Kabupaten Sleman No.
Tahun
Jenis Data
2007
2008
1.
Laju Pertumbuhan 1,34 1,31 Penduduk (%/th) 2. Banyaknya Kepala 250.847 255.555 Keluarga (KK) 3. Rata-rata jumlah jiwa 3.40 3.37 dalam keluarga (orang) Sumber: BPS Kab. Sleman, 2011, 1) Dinas Kependudukan dan Capil, 2011
2009
2010
20111)
1,28
1,92
0,73
293.897
391.106
306.701
3,8
3,15
3,29
Berdasarkan struktur umur penduduk Tahun 2011, komposisi penduduk usia 14 tahun ke bawah mencapai 19,3%, penduduk usia 15-60 tahun sebesar 67 %, sementara penduduk usia di atas 60 tahun sebesar 13,7%. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.6 dan 2.7: Tabel 2.6 Penduduk Laki-laki Berdasarkan Umur Tahun 2007-2011 Kelompok Umur 1
2007
2008
2009
2010
2011
3
4
5
6
7
1)
0-4
33,208
36,368
38,050
43,026
32.088
5-9
36,568
37,743
39,581
40,796
38.799
10-14
34,748
35,369
31,990
39,023
40.252
15-19
42,504
48,023
59,182
49,077
37.461
20-24
73,808
79,692
61,155
63,847
37.095
25-29
51,828
52,840
51,822
49,907
49.703
30-34
42,616
43,110
54,858
44,877
55.938
35-39
39,424
37,365
33,722
41,678
51.435
40-44
30,604
33,734
37,810
39,906
48.386
45-49
28,196
27,153
27,767
32,319
39.475
50-54
24,612
19,892
28,530
28,810
32.822
55-59
22,344
18,938
18,361
22,280
26.945
60+
53,452
54,497
48,595
52,339
68.903
513,912
524,724
531,423
547,885
559.302
JUMLAH
Sumber: BPS Kab. Sleman, 2011, 1) Dinas Kependudukan dan Capil, 2011
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 9
Tabel 2.7 Penduduk Perempuan Berdasarkan Umur Tahun 2007-2011 Kelompok Umur
2007
2008
2009
2010
20111)
0-4
32,564
34,994
30,141
40.549
30.285
5-9
35,728
35,662
32,962
38.582
36.371
10-14
36,176
34,015
25,675
36.756
37.453
15-19
41,440
47,259
52,144
48.273
35.289
20-24
57,148
68,603
55,334
55.972
36.334
25-29
48,328
47,643
48,064
46.887
50.034
30-34
36,736
43,625
61,133
44.608
54.872
35-39
35,868
39,111
37,013
41.774
51.699
40-44
41,300
34,332
33,040
41.199
48.432
45-49
35,252
26,485
35,450
34.858
40.390
50-54
27,216
21,895
31,876
30.390
34.389
55-59
19,236
19,365
21,926
22.249
26.944
60+
65.800
62.506
57.386
63.128
83.575
512,792
515,495
522,144
545.225
556.067
JUMLAH
Sumber: BPS Kab. Sleman, 2011, 1) Dinas Kependudukan dan Capil, 2011
2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dari aspek kesejahteraan masyarakat
dapat
dilihat
dari
capaian
indikator
kesejahteraan
dan
pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga. 2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan pemerataan ekonomi a. Pertumbuhan PDRB PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 (Hk) tahun 2007-2011 mengalami pertumbuhan rata-rata 4,73% yaitu dari Rp 5.553,6 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp 6.681,9 milyar pada tahun 2011. Selama tahun 2007-2010, sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB atas dasar harga konstan,
diikuti
oleh
sektor
jasa-jasa,
pertanian,
dan
industri
pengolahan. Perkembangan nilai PDRB atas dasar harga konstan dan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 10
kontribusi sektor dalam PDRB Kabupaten Sleman selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.8: Tabel 2.8 PDRB dan Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha ADH Konstan 2000 Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman 2007
NO
Sektor
1
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan, & Js. Perusahaan Jasa-jasa PDRB
2 3 4 5 6 7 8 9
2008
2009
2010
2011*)
(juta Rp) 923.422
% 16,63
(juta Rp) 987.480
% 16,91
(juta Rp) 1.004.808
% 16,47
(juta Rp) 1.001.697,79
% 15,72
(juta Rp) 1.003.987
% 15,03
32.998
0,59
30.372
0,52
28.901
0,47
33.304,34
0,52
34.805
0,52
890.912
16,04
904.474
15,49
921.892
15,11
950.028,62
14,91
982.672
14,71
50.203
0,90
52.789
0,90
56.066
0,92
58.768,22
0,92
62.437
0,93
601.267
10,83
642.538
11,01
684.367
11,22
729.455,58
11,45
776.233
11,62
1.204.716
21,69
1.276.918
21,87
1.359.722
22,29
1.436.204,87
22,54
1.533.149
22,94
321.854
5,80
339.243
5,81
361.363
5,92
384.891,42
6,04
408.924
6,12
567.159
10,21
598.190
10,25
631.510
10,35
669.291,46
10,50
710.390
10,63
961.049 5.553.580
17,31 100,00
1.006.243 5.838.246
17,24 100,00
1.050.928 6.099.557
17,23 100,00
1.109.557,92 6.373.200,22
17,41 100,00
1.169.321 6.681.917
17,50 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2011 *) angka sementara
PDRB atas dasar harga berlaku (HB) tahun 2007-2011 mengalami pertumbuhan rata-rata 10,73% per tahun yaitu dari Rp9.972,2 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp14.975,60 milyar pada tahun 2011. Selama tahun 2007-2011, sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku, diikuti oleh sektor jasa-jasa, industri pengolahan, dan pertanian. Perkembangan nilai PDRB atas dasar harga berlaku dan kontribusi sektor dalam PDRB Kabupaten Sleman selama 5 tahun terakhir seperti pada tabel 2.9:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 11
Tabel 2.9 PDRB dan Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha ADH Berlaku 2000 Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman 2007
NO
Sektor
1
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan, & Js. Perusahaan Jasa-jasa PDRB
2 3 4 5 6 7 8 9
2008
2009
2010
2011*)
(juta Rp) 1.332.265
% 13,36
(juta Rp) 1.627.084
% 14,22
(juta Rp) 1.701.995
% 13,61
(juta Rp) 1.771.742,5
% 13,02
(juta Rp) 1.880.942
% 12,56
62.566
0,63
62.536
0,55
62.263
0,50
73.244,98
0.54
73.673
0,49
1.505.155
15,09
1.639.909
14,33
1.773.101
14,18
1.927.170,4
14,16
2.072.358
13,84
124.511
1,25
140.301
1,23
160.205
1,28
174.867,94
1,28
190.569
1,27
1.213.362
12,17
1.425.093
12,45
1.588.699
12,71
1.744.699,8
12,82
2.049.711
13,69
2.191.823
21,98
2.531.630
22,12
2.853.437
22,82
3.097.397,5
22,76
3.471.605
23,18
604.012
6,06
679.689
5,94
710.888
5,69
780.673,66
5,74
849.812
5,67
1.061.179
10,64
1.221.202
10,67
1.339.653
10,71
1.482.756,7
10,89
1.620.083
10,82
1.877.320 9.972.193
18,83 100,00
2.118.626 11.446.071
18,51 100,00
2.313.518 12.503.760
18,50 100,00
2.559.171 13.611.724,6
18,80 100,00
2.766.820 14.975.573
18,48 100,00
Sumber: BPS Kab. Sleman, 2011 *) angka sementara
Selama tahun 2007-2011, rata-rata pertumbuhan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku diberikan oleh bangunan (3,01%), diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran (1,35%), sektor listrik gas dan air bersih serta sector keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, masing-masing sebesar (0,42%). Sektor yang mengalami penurunan pertumbuhan kontribusi adalah sektor
pertambangan
dan
penggalian
(-5,76%),
sektor
industri
pengolahan (-2,12%), sektor jasa-jasa (-1,83%), sektor pengangkutan dan komunikasi (-1,63%), serta sektor pertanian (-1,43%). Sementara itu dalam pembentukan PDRB atas dasar harga konstan, sektor bangunan juga memberikan rata-rata pertumbuhan kontribusi
terbesar
(1,78%),
diikuti
sektor
pengangkutan
dan
komunikasi (1,35%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (1,41%), sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (1,01%) dan sektor jasa-jasa (0,27%).
Sektor
pertanian, sektor pertambangan dan
penggalian dan sektor industri pengolahan mengalami penurunan RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 12
pertumbuhan kontribusi masing-masing sebesar -2,47%, -2,71%, dan 2,14%. Pertumbuhan kontribusi sektor dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 2.10: Tabel 2.10 Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2011 Kabupaten Sleman Pertumbuhan NO
Sektor
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hb % -3,53 -9,26 -2,26 -0,78 6,78 1,85 -1,22 -0,64 -1,70 10,02
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB
Hk % -4,39 0,00 -1,34 1,09 1,48 1,77 1,32 1,24 0,52 4,84
Sumber: BPS Kab. Sleman, 2011
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman selama 5 tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007 perekonomian tumbuh 4,61%, menguat menjadi 5,13% pada tahun 2008. Kondisi perekonomian dunia yang tidak menentu pada tahun 2008 berimbas terhadap melemahnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 yaitu menjadi (4,48%). Pada tahun 2010 perekonomian mencapai 4,49%. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat sedikit pada tahun 2010 ini sebagai dampak dari letusan gunung merapi pada bulan Oktober – November 2010 yang mengakibatkan kegagalan panen di wilayah lereng Merapi karena banyaknya lahan pertanian yang rusak. Selain sektor pertanian, erupsi Merapi
juga
mempengaruhi
kinerja
sektor
lain
seperti
sektor
perdagangan, hotel dan restoran karena banyaknya hotel di Kaliurang yang tutup.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 13
Pada tahun 2011 kinerja sektor-sektor ekonomi mulai pulih sehingga pertumbuhan ekonomi menguat mencapai 4,84%. Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Sleman selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.11: Tabel 2.11 Pertumbuhan Sektor dan PDRB Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Sleman Pertumbuhan
No
Sektor
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan, & Js. Persh Jasa-jasa PDRB
2007 -0,13 74,60 2,02 10,48 8,42 6,97 7,06 5,10 3,81 4,61
2008 6,94 -7,96 1,52 5,15 6,86 5,99 5,40 5,47 4,70 5,13
2009 1,75 -4,84 1,93 6,21 6,51 6,48 6,52 5,57 4,44 4,48
2010 -0,31 15,24 3,05 4,82 6,59 5,62 6,51 5,98 5,58 4,49
2011*) 0,23 4,51 3,44 6,24 6,41 6,75 6,24 6,14 5,39 4,84
Sumber: BPS Kab. Sleman, 2011 *) angka sementara
PDRB perkapita menurut harga berlaku (Hb) selama 5 tahun meningkat rata-rata 9,51% per tahun yaitu dari Rp.9.421.675 pada tahun 2007 menjadi Rp.13.524.356 pada tahun 2011. Sedangkan PDRB perkapita menurut harga konstan 2000 (Hk) meningkat rata-rata 3,56% per
tahun
yaitu
dari
Rp.5.246.993
pada tahun
2007 menjadi
Rp.6.034.402 pada tahun 2011. PDRB per kapita selama 5 tahun terakhir adalah sebagaimana tabel 2.12: Tabel 2.12 PDRB Per Kapita Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman No.
PDRB
Nilai (Juta Rp.) 2007
2008
2009
2010
2011*)
1.
Hb
9,42
10,71
11,59
12,44
13,52
2.
Hk
5,25
5,46
5,65
5,83
6,03
Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2011 *) angka sementara
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 14
b. Laju Inflasi Tingkat inflasi di Kabupaten Sleman selama periode tahun 20072011 mengalami fluktuasi yaitu dari 7,18% pada tahun 2007 meningkat mencapai 10,16% pada tahun 2008 turun menjadi 4,03% pada tahun 2009. Pada tahun 2010 terjadi kenaikan inflasi lagi menjadi 7,46% sedangkan pada tahun 2011 inflasi turun menjadi 3,19% sebagaimana tabel 2.13: Tabel 2.13 Nilai inflasi Rata-rata Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Sleman Uraian
2007
2008
2009
2010
2011
Inflasi (%)
7,18
10,16
4,03
7,46
3,19
Rata-rata pertumbuhan 2,26
Sumber: BPS Kab. Sleman, 2011
Pada tahun 2007 inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran Pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 12,65% dan terendah pada kelompok pengeluaran transportasi dan komunikasi sebesar 1,96%. Pada tahun 2011
inflasi
tertinggi
juga terjadi
pada kelompok
pengeluaran sandang sebesar 5,63%, dan terendah pada kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,94%. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.14: Tabel 2.14 Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman Tingkat Inflasi (%) No 1
Kelompok Pengeluaran Bahan Makanan
2007
2008
2009
2010
2011*)
Ratarata
11,39
10,30
4,25
22,02
1,97
9,99
7,74
7,91
6,41
6,50
5,19
6,75
5,13
18,21
5,11
6,23
3,02
7,54
3
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
4
Sandang
6,03
9,18
3,26
5,84
5,63
5,99
5
Kesehatan
6,07
4,75
3,63
0,60
5,58
4,13
6
Pendidikan, Rekreasi, & Olah Raga
12,65
5,50
4,26
3,63
0,94
5,40
7
Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
1,96
4,86
-1,62
2,26
2,12
1,92
7,18
10,16
4,03
7,46
3,19
6,40
2
Umum Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2011
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 15
c. Indeks Gini Pemerataan hasil pembangunan biasanya dikaitkan dengan masalah kemiskinan. Secara logika, jurang pemisah (gap) yang semakin lebar antara kelompok penduduk kaya dan miskin berarti kemiskinan semakin meluas dan sebaliknya. Dengan demikian orientasi pemerataan merupakan usaha untuk memerangi kemiskinan. Tolok ukur untuk menghitung tingkat pemerataan pendapatan antara lain dengan Indeks Gini atau Gini Ratio. Adapun kriteria kesenjangan/ketimpangan adalah G < 0,30 berarti ketimpangan rendah, 0,30 ≤ G ≤ 0,50 berarti ketimpangan sedang dan G > 0,50 berarti ketimpangan tinggi. Indeks Gini di Kabupaten Sleman selama tahun 2007-2011 menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan penduduk di Kabupaten Sleman adalah sedang, atau distribusi pendapatan penduduk di Kabupaten Sleman semakin merata. Apabila dikaitkan dengan angka pendapatan per kapita yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dengan angka indeks Gini yang semakin menurun mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Sleman semakin meningkat dan semakin banyak penduduk yang dapat menikmatinya. Kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.15:
No.
Tabel 2.15 Indeks Gini Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman Tahun
Indeks Gini
1
2007
0,28
2
2008
0,31
3
2009
0,31
4
2010
0,30
5
2011*)
0,30
Sumber : BPS Provinsi DIY, *) Angka sementara
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 16
2.1.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan
masyarakat dilakukan
terhadap beberapa indikator pendidikan, kesehatan, pertanahan dan ketenagakerjaan. a. Pendidikan Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan masyarakat bidang pendidikan dilakukan terhadap indikator angka melek huruf, angka ratarata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka partisipasi murni. 1) Angka Melek Huruf (AMH) Angka Melek Huruf
(AMH) dewasa digunakan untuk mengetahui
atau mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf terutama di daerah pedesaan, selain itu juga untuk menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media. Angka Melek Huruf juga dapat menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis, sehingga AMH dapat dipakai sebagai
dasar
kabupaten
untuk
melihat
potensi
perkembangan
intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah. AMH
Kabupaten
Sleman
dari
tahun
ke
tahun
mengalami
peningkatan. Pada tahun 2007 angka melek huruf sebesar 91,49%, artinya bahwa di Kabupaten Sleman pada tahun 2007 masih ada 8,51% penduduk usia 15 tahun ke atas yang masih buta huruf dan pada tahun 2011 AMH sama dengan tahun 2010 yaitu 95,45% yang artinya masih ada 4,55 % penduduk usia 15 tahun ke atas yang buta huruf. 2) Angka rata-rata lama sekolah Lamanya sekolah atau years of schooling merupakan ukuran akumulasi investasi pendidikan individu. Setiap tahun tambahan sekolah diharapkan
akan
membantu
meningkatkan
pendapatan
individu
tersebut. Rata-rata lama sekolah dapat dijadikan ukuran akumulasi modal manusia suatu daerah.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 17
Pada tahun 2007 rata-rata penduduk Sleman memiliki tingkat pendidikan setara dengan Sekolah Menengah kelas 1 dan kondisi ini tetap sampai dengan tahun 2008. Sedangkan pada tahun 2011 rata-rata lama sekolah menjadi 10,30 atau setara dengan Sekolah Menengah kelas 2. Peningkatan ini secara kuantitatif sangat kecil bahkan selama 2 tahun dari tahun 2007 sampai dengan 2008 tidak ada peningkatan sama sekali secara kuantitatif. Tetapi sebenarnya peningkatan ini sangat berarti karena hal ini menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh dari Pemerintah Kabupaten Sleman untuk mendorong peningkatan jenjang pendidikan, dimana untuk meningkatkan angka rata-rata lama sekolah membutuhkan berbagai komponen didalamnya. 3) Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk jenjang SD/MI pada tahun 2007 sebesar 115,34, artinya bahwa untuk jenjang SD/MI jumlah siswa yang sekolah melebihi jumlah penduduk usia sekolah SD/MI dimana hal ini disebabkan pada sekolah SD/MI siswa ada yang berusia kurang dari 7 tahun tetapi ada pula yang melebihi 12 tahun. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan menjadi 116,45. Hal ini mengindikasikan bahwa animo masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak pada sekolah dasar sangat tinggi, sesuai dengan pencanangan wajib belajar 9 tahun bagi penduduk. Demikian pula bagi SMP/M.Ts maka dapat dilihat bahwa APK pada tahun 2007 sebesar 114,99 meningkat terus dari tahun ke tahun hingga tahun 2010, tetapi pada tahun 2011 terjadi penurunan APK karena ada penurunan jumlah siswa sehingga APK tahun 2011 menjadi 113,68%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 18
APK SMA/MA/SMK pada tahun 2007 sebesar 75,04 pada tahun 2011 APK SMA/MA/SMK menjadi 77,66 atau meningkat sebesar 2,6% dari tahun sebelumnya. APK SMA/MA/SMK di bawah 80 % disebabkan karena lulusan SMP lebih banyak melanjutkan ke SMA/MA/SMK di kota dan ke daerah perbatasan sehingga ini sangat mempengaruhi pada tinggi rendahnya APK di Kabupaten Sleman 4) Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. APM ini merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Pada jenjang SD/MI APM pada tahun 2007 sebesar 98,78 artinya bahwa setiap 100 siswa SD/MI maka yang benar-benar murni berusia 712 tahun sebanyak 99 siswa. Pada 2011 APM SD/MI sebesar 101,51. Hal ini salah satunya dikarenakan masuknya anak-anak dari luar daerah Kabupaten Sleman sehingga menambah besar angka APM SD/MI. Untuk APM SMP/M.Ts pada tahun 2007 sebesar 80,77 dan setiap tahun selalu meningkat hingga tahun 2010, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik yang sesuai dengan standar usia semakin meningkat. Pada tahun 2011 APM SMP/M.Ts terjadi penurunan akibat jumlah siswa juga menurun, sehingga APM SMP/M.Ts menjadi 79,65. APM SMA/MA/SMK pada tahun 2007 sebesar 53,43 kondisi ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Dan pada tahun 2011 besarnya APM SMA/MA/SMK mencapai 54,04. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.16:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 19
Tabel 2.16 Angka Melek Huruf, Lama Sekolah dan Angka Partisipasi Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman 2007
2008
2009
2010
2011
Angka melek huruf
91,49
91,82
93,04
95,45
95,451*
Rata-rata Lama Sekolah (tahun)
10,10
10,10
10,18
10,30
10,20
APK SD/MI
115,34
115,67
116,40
116,42
116,45
4
APK SMP/MTs
114,99
115,01
115,87
115,48
113,68
5
APK SMA/MA/SMK
75,04
75,45
75,73
77,17
77,66
6
APM SD/MI
98,78
98,99
99,16
100,73
101,51
7
APM SMP/MTs
80,77
80,98
81,00
81,71
79,65
8
APM SMA/MA/SMK
53,43
53,87
53,89
54,03
54,04
No. 1 2 3
Uraian
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga, 2011 *) angka sementara
b. Kesehatan Pelaksanaan program dan kegiatan pada urusan kesehatan pada tahun 2011 telah mampu mendukung upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Capaian indikator pembangunan kesehatan adalah sebagai berikut: 1) Rata-rata usia harapan hidup 75,76 tahun (laki-laki 73,14 tahun, perempuan 76,80 tahun) di atas rata-rata provinsi 74 tahun dan nasional 70,6 tahun. 2) Di samping itu, angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup sebesar 5,25. Pencapaian angka tersebut sudah lebih baik dibandingkan dengan angka provinsi sebesar 16 dan nasional 34 per 1.000 KH. 3) Angka kematian ibu melahirkan 122 orang per 100.000 kelahiran hidup, provinsi 124, angka nasional 226. 4) Kondisi gizi buruk (0,5%), sedangkan pencapaian provinsi sebesar 0,68 dan nasional sebesar 4,9%, Persentase gizi buruk balita masih lebih baik dibanding Propinsi dan Nasional. 5) Persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2011 sebesar 99,61% sudah lebih baik dari target nasional 95%. 6) Cakupan penggunaan air bersih tahun 2011 sebesar 94,9%, pencapaian angka tersebut sudah lebih baik dibandingkan dengan angka Nasional 80% RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 20
7) Cakupan penggunaan jamban keluarga dan cakupan penggunaan SPAL di Kabupaten Sleman masih dibawah target Nasional, karena masyarakat di pedesaan masih terbiasa buang air besar di sungai sehingga perlu adanya sosialisasi secara gencar tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Adapun capaian indikator kesehatan dapat dilihat pada tabel 2.17: Tabel 2.17 Indikator Kesehatan Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman Capaian Kabupaten Sleman 2008 2009 2010 2011
Capaian Nasional 2011 70,6
No
Indikator
2007
1
Usia harapan hidup rata-rata : - Laki-laki - Perempuan Angka Kematian Bayi/1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan/100.000 KH Persentase Balita Gizi Buruk Universal Child Immunization/UCI (%) Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan (%) Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan (%) Cakupan Rumah Tangga Sehat (%) Cakupan penggunaan Air Bersih (%) Cakupan penggunaan Jamban Keluarga (%) Cakupan penggunaan SPAL (%)
74,10 72,46 76,79 7,67 69,31
74,43 72,46 76,79 5,81 69,31
74,47 72,46 76,79 4,56 69,31
74,87 73,04 76,70 5,78 112,2
75,76 73,14 76,80 5,25 122
0,49 100 100
0,54 100 100
0,53 100 100
0,66 100 100
0,5 100 100
4,9 100 100
89,78
97,21
91,65
93,16
99,61
90
75,20 96,6 66,8
77,35 96,9 66,7
80,7 96,1 68,4
83 94,9 67,2
82,8 94,9 65,1
65 80 88
57,0
56,0
59,1
58,5
48,8
85
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
34 228
Sumber : Dinas Kesehatan, 2011
c. Ketenagakerjaan Pada tahun 2011 jumlah angkatan kerja sebanyak 600.626 orang, yang terdiri dari penduduk yang bekerja sebanyak 557.441 orang dan penduduk tidak bekerja sebanyak 43.185 orang. Rasio penduduk yang bekerja pada tahun 2011 adalah 0,93 Kondisi ini dapat dilihat pada tabel 2.18:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 21
Tabel 2.18 Perkembangan Ketenagakerjaan Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman No. 1. 2. 3. 4.
Uraian Angkatan Kerja Penduduk yang Bekerja Penduduk yang Tidak Bekerja Rasio Penduduk yang Bekerja
2007 548.145
2011 2008 2009 2010 566.659 570.605 591.505 600.626
505.672
527.985 528.376 548.384 557.441
42.473
38.674
42.229
43.121
43.185
0,92
0,94
0,93
0,93
0,93
Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2011
2.1.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga Analisis atas kinerja Seni Budaya dan Olahraga dilakukan terhadap indikator kebudayaan dan pemuda dan olahraga: a. Kebudayaan Pembangunan bidang seni budaya sangat terkait erat dengan kualitas hidup manusia dan masyarakat, yaitu untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab. Kabupaten Sleman yang terdiri dari 17 kecamatan dan 86 desa, memiliki adat-istiadat serta berbagai kesenian yang menggambarkan dinamika yang ada dalam masyarakat, sekaligus sebagai potensi yang dimiliki masyarakat. Di bawah ini disampaikan data tentang grup kesenian serta gedung kesenian yang ada di Kabupaten Sleman, sebagaimana tabel 2.19: Tabel 2.19 Perkembangan Seni, Budaya Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman No.
Capaian Pembangunan
Jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk. Jumlah gedung kesenian per 10.000 2 penduduk. Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2011 1
2007
2008
2009
2010
2011
887
887
887
893
893
7
7
7
7
7
Berdasarkan data di atas menggambarkan bahwa di Kabupaten Sleman pada tahun 2007 memiliki kelompok kesenian sejumlah 887 RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 22
kelompok kesenian yang tersebar di 17 Kecamatan dan 86 desa. Kondisi ini sama sampai dengan tahun 2009, tetapi pada tahun 2010 terjadi penambahan jumlah grup kesenian atau kelompok kesenian yaitu menjadi 893 kelompok, dan kondisi ini bertahan sampai tahun 2011. Hal ini menggambarkan bahwa kelompok-kelompok kesenian mendapatkan perhatian yang cukup dari Pemerintah Kabupaten Sleman untuk mendukung desa wisata yang ada di Kabupaten Sleman. Namun demikian dengan jumlah penduduk sebesar 1.093.110 jiwa Kabupaten Sleman baru memiliki fasilitas gedung kesenian sejumlah 7 gedung kesenian. Adapun nama-nama gedung kesenian di Kabupaten Sleman adalah BBM Minomartani, BBS Sinduharjo Ngaglik, P4TK Seni Budaya Klidon, Gedung Kesenian Sleman, Gedung Kesenian UNY, Panggung Trimurti dan Panggung Rorojonggrang Prambanan. b. Pemuda dan Olahraga Untuk mewujudkan bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera serta berkualitas, maka sangat dibutuhkan generasi muda yang benar-benar tangguh, berbobot dan sehat. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut maka salah satu indikator
terpenuhinya
generasi
muda
yang
berkualitas
adalah
tersedianya fasilitas olah raga. Di bawah ini data tentang jumlah klub olah raga serta data gedung olah raga yang ada di Kabupaten Sleman sebagaimana tabel 2.20: Tabel 2.20 Perkembangan Olahraga Tahun 2007-2011 di Kabupaten Sleman No. 1 2
Capaian Pembangunan Jumlah klub olahraga per 10.000 penduduk. Jumlah gedung olahraga per 10.000 penduduk.
2007 2008
2009 2010 2011
33
34
34
37
37
4
4
4
11
11
Sumber: Dinas Pendidikan, pemuda dan Olah raga, 2011
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 23
Dari data fasilitas olah raga baik jumlah klub olah raga yang ada dan gedung olah raga yang tersedia sebagaimana terlihat dalam tabel di atas dapat dikatakan bahwa pada tahun 2007 ada sebesar 33 klub olah raga, dan meningkat hingga di tahun 2011 menjadi 37 klub. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah memperhatikan keberlangsungan klub-klub olah raga yang ada di Kabupaten Sleman. Sedangkan untuk fasilitas gedung olah raga sejak tahun 2007 sampai dengan 2009 terhitung ada 4 gedung tetapi pada tahun 2011 menjadi 11 gedung olah raga. Penambahan jumlah gedung yang cukup signifikan pada tahun 2011 ini karena gedung yang dihitung pada tahun 2011 termasuk gedung milik lembaga lain di luar milik Pemda Sleman. 2.1.3. Aspek Pelayanan Umum Aspek pelayanan umum menjelaskan kondisi pelayanan urusan wajib dan urusan pilihan yang menjadi jangkauan pelayanan dari SKPD Kabupaten Sleman. 2.1.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib a. Urusan Wajib Pendidikan Masalah pendidikan merupakan salah satu bidang penting dalam pembangunan nasional maupun daerah. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal yang sangat berharga bagi pembangunan, baik pembangunan manusia itu sendiri
maupun
pembangunan ekonomi. SDM yang berkualitas akan membawa dampak pada
kemajuan
dibidang
teknologi,
kesehatan,
ekonomi,
dan
kesejahteraan masyarakat secara umum. Hal ini dikarenakan penduduk yang memiliki pendidikan yang cukup akan mempengaruhi kemampuan mereka dalam menghasilkan barang dan jasa, melakukan inovasi teknologi, merancang dan merekayasa lingkungan hidup, menjaga keteraturan sosial, mengembangkan perekonomian dan pada akhirnya bermuara pada peningkatan kualitas hidup manusia secara keseluruhan. Data mengenai pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk melihat kualitas penduduk. Tinggi rendahnya RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 24
tingkat pendidikan di suatu daerah dikaitkan oleh beberapa indikator pendidikan sebagai berikut : 1) Angka Partisipasi Sekolah (APS) Angka Partisipasi Sekolah merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama usia muda. Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan seperti pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah, sehingga naiknya persentase jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Bisa jadi kenaikan tersebut
karena
dipengaruhi
oleh
semakin
besarnya
jumlah
penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya infrastruktur sekolah. Hasil analisis perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di lingkup kabupaten dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 2.21 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO
2007
2008
2009
2010
2011
1
APS SD/MI
Jenjang Pendidikan
97,473
98,990
99,832
100,725
101,5
2
APS SMP/MTs
80,765
80,980
80,998
81,714
79,6
53,433 53,868 53,886 3 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga, 2011
54,025
54,0
APS SMA/MA/SMK
Dengan melihat tabel di atas maka dapat dikatakan bahwa pada tahun 2007 APS untuk SD/MI sebesar 97,473 artinya bahwa setiap 100 penduduk usia 7-12 tahun yang bersekolah di SD/MI ada 98 anak. Kondisi ini meningkat setiap tahun hingga pada tahun 2011 APS SD/MI menjadi 101,5. Angka Partisipasi Sekolah SD/MI yang melebihi jumlah penduduk usia 7-12 tahun mengindikasikan bahwa partisipasi penduduk untuk bersekolah sangat tinggi. Hal ini disebabkan jumlah murid SD ada yang usianya kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun dan juga RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 25
masuknya penduduk dari daerah perbatasan, sehingga jumlah murid melebihi jumlah penduduk yang ada. Pada jenjang SMP/M.Ts APS pada tahun 2007 sebesar 80,765 dan kondisi ini meningkat setiap tahun hingga pada tahun 2010. Tetapi pada tahun 2011 terjadi penurunan menjadi 79,6, artinya bahwa setiap 100 penduduk usia 13-15 tahun yang bersekolah ada 80 anak. Untuk jenjang SMA/MA/SMK besarnya APS pada tahun 2007 adalah 53,433 artinya bahwa setiap 100 penduduk usia 16-18 tahun yang bersekolah di SMA/MA/SMK sebesar 53 orang. Kondisi ini semakin meningkat hingga pada tahun 2011 mencapai 54,0. 2) Rasio ketersediaan gedung sekolah/penduduk usia sekolah Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah jenjang tertentu
per
10.000
penduduk
usia
sekolah.
Rasio
ini
mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia sekolah. Untuk melihat ketersediaan fasilitas gedung sekolah bagi penduduk untuk memenuhi pelayanan pendidikan, maka dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.22 Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman Jenjang Pendidikan 1.3. Rasio SD/MI 2.3. Rasio SMP/MTs 3.3 Rasio SMA/MA/SMK
NO
2007
2008
2009
2010
2011
145 233 389
146 239 398
146 241 398
148 303 407
150 303 407
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga, 2011
Berdasarkan data di atas menggambarkan bahwa pada tahun 2007 rasio ketersediaan gedung sekolah SD/MI terhadap penduduk usia sekolah SD/MI adalah 145 artinya bahwa dalam setiap 1 gedung SD/MI dapat menampung 145 anak dan terus meningkat
hingga
pada tahun 2011 rasio gedung sekolah terhadap penduduk usia 7 – 12 tahun menjadi 150. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 26
Rasio gedung sekolah SMP/M.Ts dan penduduk usia sekolah SMP/M.Ts pada tahun 2007 adalah sebesar 233 artinya satu gedung sekolah dapat menampung sejumlah 233 anak, dan pada tahun 2011 menjadi 303 anak, kenaikan ini cukup signifikan karena disebabkan adanya peningkatan jumlah murid yang cukup besar yaitu bertambah kira-kira 2.095 siswa dari tahun 2007. Untuk rasio gedung sekolah dan jumlah penduduk usia sekolah SMA/MA/SMK pada tahun 2007 sebesar 389, dan kondisi ini selalu meningkat setiap tahun hingga pada tahun 2011 menjadi 407 penduduk usia 16-18 tahun dalam setiap satu sekolah. 3) Rasio guru/murid Rasio guru/murid menggambarkan perbandingan jumlah guru terhadap murid. Hal ini untuk melihat apakah guru yang tersedia cukup untuk melayani atau membimbing murid yang ada. Dengan melihat rasio ini maka dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan guru dalam memberikan pelayanan pendidikan bagi murid-murid yang ada di Kabupaten Sleman, sekaligus juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Hasil analisis rasio jumlah guru/murid se Kabupaten Sleman dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 2.23 Rasio Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO Jenjang Pendidikan 1 Rasio SD/MI 2 Rasio SMP/MTs 3 Rasio SMA/MA/SMK
2007 14 11 9
2008 15 12 9
2009 15 12 9
2010 14 13 9
2011 14 12 9
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga, 2011
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dikatakan bahwa pada tahun 2007 rasio guru/murid jenjang SD/MI adalah sebesar 14 artinya setiap satu guru dibebani murid sejumlah 14 anak. Kondisi seperti ini setiap tahun relatif sama sesuai dengan pertambahan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 27
jumlah guru dan jumlah murid. Pada tahun 2011 rasio guru/murid tetap yaitu 14. Pada tahun 2007 jenjang SMP/M.Ts rasio guru/murid adalah 11 dan pada tahun 2011 menjadi 12, karena terjadi penurunan jumlah siswa dari tahun 2010. Untuk jenjang SMA/MA/SMK rasio guru/murid sebesar 9 pada tahun 2007 dan rasio ini bertahan hingga tahun 2010. sedangkan tahun 2011 menjadi 9, artinya setiap satu guru mengajar 9 murid. 4) Perkembangan dan Hasil Penyelenggaraan Pendidikan dapat dilihat pada tabel 2.24:
No 1.
2.
Tabel 2.24 Perkembangan dan Hasil Penyelenggaraan Pendidikan Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman Tahun Anggaran Uraian Data 2009 2007 2008 2010 Taman Kanak-kanak a. Jumlah sekolah - Negeri - Swasta b. Jumlah guru - Negeri - Swasta c. Jumlah tenaga non guru - Negeri - Swasta d. Jumlah siswa - Negeri - Swasta Sekolah Dasar/MI a. Jumlah sekolah - Negeri - Swasta b. Jumlah guru - Negeri - Swasta c. Jumlah tenaga non guru
2011
481 3 478 2,172 35 2,137 318 15 303 24,387 390 23,997
505 3 502 2,093 36 2,057 407 11 396 25,140 375 24,765
512 4 508 2,228 39 2,189 311 17 294 26,120 424 25,696
519 4 515 2,253 42 2,211 270 12 258 26,356 429 25,927
521 4 517 2.284 47 2.237 269 14 255 27.141 440 26.701
521 389 132 6,254 4,521 1,733 672
516 384 132 5,972 4,330 1,642 739
515 383 132 6,186 4,443 1,743 973
519 381 138 6,370 4,520 1,850 983
521 381 140 6.328 4.474 1.854 1.103
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 28
3.
4.
5.
- Negeri - Swasta d. Jumlah siswa - Negeri - Swasta SMP/MTS a. Jumlah sekolah - Negeri - Swasta b. Jumlah guru - Negeri - Swasta Jumlah tenaga non guru - Negeri - Swasta d. Jumlah siswa - Negeri - Swasta SMA/MA a. Jumlah sekolah - Negeri - Swasta b. Jumlah guru - Negeri - Swasta c. Jumlah tenaga non guru - Negeri - Swasta d. Jumlah siswa - Negeri - Swasta SMK a. Jumlah sekolah - Negeri - Swasta b. Jumlah guru - Negeri - Swasta c. Jumlah tenaga non guru
442 230 85,976 65,227 20,749
505 234 86,900 65,422 21,478
638 335 87,893 65,702 22,191
670 313 89,335 65,702 23,633
745 358 90.622 66.133 24.489
117 64 56 3,420 2,274 1,146 955 702 253 37,639 28,596 9,043
114 65 57 3,336 2,202 1,134 1,188 698 490 38,376 28,227 10,149
121 64 57 3,242 2,126 1,116 981 712 269 39,068 28,009 11,059
121 64 57 3,202 2,076 1,126 974 702 272 39,519 28,236 11,283
123 64 59 2.256 2.035 1.221 1.030 713 317 39.857 28.278 11.579
60 22 38 1,911 983 928 538 304 234 14,212 9,378 4,834
61 22 39 1,888 978 910 504 244 260 13,937 9,192 4,745
57 22 35 1,761 958 803 561 333 228 13,860 9,432 4,428
57 22 35 1,740 929 811 561 340 221 14,267 9,671 4,596
57 22 35 1.699 903 796 549 333 216 14.734 9.971 4.763
48 8 40 1,862 646 1,216 545
50 8 42 1,869 623 1,246 552
52 8 44 1,920 624 1,296 556
53 8 45 1,944 619 1,325 569
53 8 45 1.925 602 1.323 576
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 29
6.
B 1.
2.
3.
- Negeri - Swasta d. Jumlah siswa - Negeri - Swasta Kondisi Bangunan Sekolah a. Jumlah Ruang SD - Baik - Rusak Ringan - Rusak Berat Jumlah Ruang SLTP - Baik - Rusak Ringan - Rusak Berat c. Jumlah Ruang SLTA - Baik - Rusak Ringan - Rusak Berat Pendidikan Luar Sekolah Lembaga Pendidikan Kursus a. Jumlah lembaga b. Jumlah tutor c. Jumlah warga belajar Sanggar kegiatan belajar a. Jumlah kegiatan b. Jumlah pamong belajar Kelompok Belajar a. Kejar Paket A Fungsional - Jumlah tutor - Jumlah kelompok - Jumlah warga belajar b. Kejar Paket A setara SD - Jumlah tutor - Jumlah kelompok - Jumlah warga belajar c. Kejar Paket B setara SMP - Jumlah tutor - Jumlah kelompok - Jumlah warga belajar
204 341 17,158 6,109 11,049
204 348 17,876 6,417 11,459
199 357 18,674 6,809 11,865
198 371 18,990 6,840 12,150
202 374 19.461 6.893 12.568
3,752 2,054 854 844 1,016 822 130 64 1,031 938 76 17
3,671 2,302 812 557 1,034 888 94 52 1,005 962 40 3
3.636 2,499 689 448 1.246 1.071 105 70 1,111 984 102 25
3,661 2,609 761 291 1,248 1,065 113 70 1,211 1,098 88 25
3.646 2.686 679 281 1.209 1.074 84 51 1.246 1.117 102 27
100 420 9,208
89 445 2,670
108 568 1,200
110 660 2,200
127 508 2.651
6 11
6 11
4 11
4 6
10
444 222 2,220
340 170 1,700
350 150 1,500
50 50 500
0 0 0
6 3 60
25 5 100
30 6 100
18 3 60
0 0 0
780 130 2,600
138 23 460
672 112 2,525
642 107 2,620
108 18 360
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 30
d.
4.
5.
6.
C 1.
2.
3.
4.
Kejar Paket C setara SMA - Jumlah tutor - Jumlah kelompok - Jumlah warga belajar e. Kelompok Belajar Usaha (KBU) - Jumlah tutor - Jumlah kelompok - Jumlah warga belajar Program Magang - Jumlah tutor - Jumlah kelompok - Jumlah warga belajar Play Group (Kelompok Bermain) a. Jumlah tutor b. Jumlah kelompok c. Jumlah warga belajar TPA a. Jumlah tutor b. Jumlah kelompok c. Jumlah warga belajar Satuan PAUD Sejenis a. Jumlah tutor b. Jumlah kelompok c. Jumlah warga belajar Hasil Pelayanan Publik Angka Partisipasi Kasar (%) a. SD b. SMP c. SMU/SMK Angka Partisipasi Murni (%) a. SD b. SMP c. SMU/SMK Anak Putus Sekolah a. SD b. SMP c. SMU/SMK Rasio Siswa:Sekolah a. TK
132 22 440
451 41 810
35 5 700
245 35 1040
120 20 400
0 0 0
136 68
0 0 680
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
10 0 25
0 0 0
0 0 0
512 107 2,705
558 133 3,482
629 146 4,090
818 185 5,168
1.046 219 6.755
164 35 691
203 44 1,011
279 48 1,667
312 87 2,218
516 107 2.739
489 142 4,868
1,316 213 11,108
1,974 405 16,111
3,521 542 20,115
2.442 507 20.580
115.34 114.99 75.04
115.67 115.01 75.45
116,40 115.87 75,73
116,42 115,48 77,17
116,45 113,68 77,66
98.78 80.77 53.43
98.99 80.98 53.87
99.16 81.00 53.89
100,73 81,71 54,03
101,51 79,65 54,04
39 139 330
37 66 124
34 48 61
33 27 74
40 32 74
51
52
51
51
52
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 31
5.
6.
7.
8
9.
10
b. SD c. SMP d. SMU/SMK Rasio Siswa: Guru a. TK b. SD c. SMP d. SMU/SMK Rasio Siswa: Kelas a. SD b. SMP c. SMU/SMK
165 336 306
168 336 314
171 323 298
173 317 302
174 314 311
11 14 11 9
11 15 12 9
12 15 12 9
12 14 12 9
12 14 12 9
22 31 31
23 32 31
25 33 30
24 33 33
24,90 31,31 28,52
7,56 6,77 7,49 6,91
7.40 7.18 7,26 7,71
7,17 7,09 6,65 6,59
7,53 6,64 6,60 6,78
6.99 6.9 6.32
6,20 6,50 6,70
6,50 6,50 6,75
0 6,60 6,75
97.46 88.83 79.74
99.92 91.2 87.26
100.08 93.67 98.26
99,90 92,10 96,58
99,59 99,93 99,34
80 82 81
84 83.78 82.99
39.41 76.13 86.42
48,99 79,18 88,14
58,19 82,12 88,47
Rata-rata Nilai Hasil Belajar a. UAN SD 7.1 b. UAN SMP 6.83 c. UAN SMA 6.84 d. UAN SMK 6.74 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Program Kesetaraan a. UAN Paket A Setara SD 6.5 b. UAN Paket B Setara SMP 5.5 c. UAN Paket C Setara SMA 5.3 Rata-rata Kelulusan (%) a. SD b. SMP c. SMU/SMK Prosentase guru yang layak mengajar a. SD b. SMP c. SMU/SMK
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga, 2011
b. Urusan Wajib Kesehatan Pembangunan bidang kesehatan antara lain bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Melalui upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajad kesehatan yang lebih baik. Dalam
peningkatan
kualitas
pelayanan
kesehatan,
berbagai
Puskesmas di Kabupaten Sleman sejak tahun 2004-2010 telah RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 32
memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 / ISO 9001:2008 yakni Puskesmas Prambanan, Gamping I, Mlati I, Kalasan, Depok I, Mlati II, Minggir, Ngemplak I, Sleman, Godean II, Depok II, Seyegan, Godean I, Ngaglik I. Tempel I, Pakem, Depok III, Ngaglik II, dan Turi. Sampai saat ini pelayanan kesehatan yang telah memenuhi standar ISO 9001:2000/ ISO 9001:2008 sebanyak 19 Puskesmas, 1 Dinas Kesehatan dan RSUD Sleman. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, RSUD Sleman sudah menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) secara penuh. Pelayanan di RSUD Sleman juga telah memenuhi standar ISO 9001:2000/ISO 9001:2008. Pencapaian indikator pelayanan RSUD tahun 2011 adalah sebagai berikut: 1) Angka tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit/Bed Occupancy Rate (BOR) mencapai 80,43%, kondisi ini baik karena BOR dikatakan baik jika realisasinya 70%-85%. 2) Frekuensi pemakaian (Bed Turn Over) tahun 2011 sudah mencapai 75,94 kali atau naik 5,60 dari tahun 2010 mencapai 70,34 kali pertahun, kondisi pelayanan pemakaian tempat tersebut sudah melebihi standar nasional yaitu 75 kali per tahun. 3) Pada tahun 2011 rata-rata tempat tidur dalam kondisi tidak terisi ke kondisi terisi berikutnya (Turn Over Interval) mencapai 0,98 hari. Hal ini memperlihatkan kondisi pelayanan kamar pada pasien sudah mencapai ideal yaitu sesuai standard Departemen Kesehatan 6 jam sampai dengan 3 hari. 4) Rata-rata lama perawatan pasien (Length of Stay) mencapai 4,55 hari pada tahun 2011. Hal ini menunjukan bahwa pelayanan rumah sakit terhadap pasien cukup memadai, karena sesuai dengan standar nasional lama perawatan 3 - 6 hari. 5) Angka kematian bersih (Net Death Rate) yang menunjukkan angka kematian pasien ketika dirawat di rumah sakit pada tahun 2011 mencapai 10,69‰ pasien, mengalami kenaikan sebesar 0,79‰ RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 33
pasien dari tahun 2010 yang menunjuk angka 9,9‰ pasien. Walaupun angka kematian pasien ketika dirawat di RS mengalami kenaikan, masih merupakan angka realisasi yang aman, selama tidak melebihi 25 ‰. 6) Angka kematian kasar (Gross Death Rate) merupakan angka kematian pasien pasca rawat inap di rumah sakit mencapai 19,81‰ pasien pada tahun 2010, mengalami kenaikan tahun 2011 menjadi 22,48‰. 7) Target nasional untuk NDR maksimal 25 orang per-1.000 pasien keluar RS; sedangkan GDR 40 orang per-1.000 pasien keluar. Apabila dikomparasikan dengan target nasional, realisasi RSUD Sleman pada parameter angka kematian, masih dibawah target nasional cukup jauh. Hal ini berarti kinerja pelayanan dilihat dari aspek angka kematian pasien masih dapat dinilai baik.
RSUD Prambanan merupakan salah satu bagian dari organisasi baru dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat yang beroperasi mulai 1 Januari 2010. Pencapaian Kinerja
Pelayanan di
RSUD Prambanan tahun 2011 adalah sebagai berikut : 1) Angka tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit/Bed Occupancy Rate (BOR) mencapai 33,2%, kondisi ini masih jauh dari standar Nasional
(85 %), jika dikaitkan standar, BOR dikatakan baik jika
realisasinya 70% - 85%, Frekuensi pemakaian (Bed Turn Over) tahun 2011 mencapai 3,67 kali per tahun, kondisi pelayanan pemakaian tempat tersebut masih jauh dibawah standar nasional yaitu 75 kali per tahun. 2) Pada tahun 2011 rata-rata tempat tidur dalam kondisi tidak terisi ke kondisi terisi berikutnya (Turn Over Interval) mencapai 6,37 hari. Hal ini memperlihatkan kondisi pelayanan kamar pada pasien masih jauh dari ideal karena
sesuai standard Departemen Kesehatan 6 jam
sampai dengan 3 hari. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 34
3) Rata-rata lama perawatan pasien (Length of Stay) mencapai 2,63 hari pada tahun 2011. Hal ini menunjukan bahwa pelayanan rumah sakit terhadap pasien masih jauh memadai, karena sesuai dengan standar nasional lama perawatan 3 - 6 hari. 4) Angka kematian bersih (Net Death Rate) yang menunjukkan angka kematian pasien ketika dirawat di rumah sakit pada tahun 2011 sebesar 0,46‰, masih merupakan angka realisasi yang aman, selama tidak melebihi 25‰, Angka kematian kasar (Gross Death Rate) merupakan angka kematian pasien pasca rawat inap di rumah sakit pada tahun 2011sebesar 0,84‰. 5) Target nasional untuk NDR maksimal 25 orang per-1.000 pasien keluar RS; sedangkan GDR 40 orang per-1.000 pasien keluar. Apabila dikomparasikan dengan target nasional, realisasi RSUD Prambanan
pada parameter angka kematian, sangat baik masih
dibawah, jauh dari target nasional. Hal ini berarti kinerja pelayanan dilihat dari aspek angka kematian pasien masih dapat dinilai baik. Gambaran indikator capaian urusan kesehatan dapat dilihat seperti tabel berikut : Tabel 2.25 Capaian Indikator Kesehatan Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman No
Indikator
1 2
- Rasio posyandu persatuan balita - Rasio puskesmas persatuan penduduk - Rasio poliklinik per satuan penduduk - Rasio pustu per satuan penduduk Rasio RS per satuan penduduk Rasio dokter per satuan penduduk Rasio tenaga medis persatuan penduduk Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (%) Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) (%) Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat
3 4 5 6 7 8
2007 61 38.448 38.448 12.469
2008 50 39.112 37.547 12.685
Tahun 2009 50 38.126 34.041 13.424
2010 51 43.614 40.383 15.357
2011 50,8 40.232 20.116 14.166
70.981 1.435 1.187,58
50.668 1.591 1.471,30
50.166 908.648 798,30
49.561 895,94 762,48
47.895 878 898
89,78
97,21
91,65
93,16
99,61
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 35
9 10 11 12 13 14
perawatan (%) Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA (%) Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD (%) Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin (%) Cakupan kunjungan bayi (%) Jumlah Puskesmas (bh) Jumlah pembantu Puskesmas (bh)
53,61
49,50
53,73
44,84
67,5
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
56,17 24 72
95,56 24 72
61,16 25 71
91,08 25 71
95,22 25 71
Sumber : Dinas Kesehatan,2011 Kesehatan
merupakan
faktor
yang
berpengaruh
dalam
pembangunan manusia. Derajad kesehatan masyarakat yang baik akan merefleksikan kinerja yang baik pula pada masyarakatnya. Oleh karena itu keberadaan fasilitas kesehatan juga sangat memegang peran penting dalam meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. Semakin mudah masyarakat menjangkau fasilitas kesehatan yang tersedia, maka diharapkan semakin berkurang pula tingkat kesakitannya. c. Urusan Wajib Pekerjaan Umum Indikator bidang pekerjaan umum di Kabupaten Sleman dapat dilihat dari beberapa aspek. Indikator pertama adalah proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik di Kabupaten Sleman yang berubah pada tiap tahunnya sesuai dengan keadaan di lapangan. Pada tahun 2007 proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik adalah 0,2885,
dan pada tahun 2011 mencapai angka 0,01196.
Indikator kedua adalah rasio jaringan irigasi. Angka rasio jaringan irigasi pada tahun 2007 menunjukan jumlah angka 0,01185, kondisi tersebut terus meningkat hingga pada tahun 2011 menjadi 0,01192. Indikator ketiga adalah rasio tempat ibadah per satuan penduduk. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk di Kabupaten Sleman tercatat 3,37 pada tahun 2007, relatif tetap sampai dengan tahun 2011 yaitu 3,3354. Indikator keempat adalah rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk yang mencapai angka 287,284 pada tahun 2011. Indikator kelima adalah panjang jalan yang dilalui roda 4, dimana angka tersebut RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 36
mencapai 0,0030 km pada tahun 2011. Indikator selanjutnya adalah drainase dalam kondisi baik/pembuangan aliran tidak tersumbat, di Kabupaten Sleman pada tahun 2010 angka menunjukkan 64.202 dan 66.510 pada tahun 2011. Untuk
lingkungan
permukiman
yang
permukiman
ada
di
dianggap
Kabupaten
sebagai
Sleman.
kawasan
Luas
kawasan
permukiman di Kabupaten Sleman adalah sebesar 40,574%, didapat dari perhitungan luas kawasan permukiman perdesaan seluas 10.733 ha dan perkotaan seluas 12.590 ha
dibandingkan dengan luas wilayah
Kabupaten
57.482ha.
Sleman
sebesar
Berikut
tabel
yang
menggambarkan indikator bidang pekerjaan umum. Tabel 2.26 Indikator Bidang Pekerjaan Umum Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO
Indikator
1 2
Rasio panjang jalan Rasio Jaringan Irigasi
3
Rasio tempat ibadah per satuan penduduk
4
Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk
5
Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk
6
Panjang jalan dilalui Roda 4 (km)
7
Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan aliran air tidak tersumbat (%)
8
Kawasan Pemukiman (%)
2007 2008 0,2885 0,2897 0,01185 0,01186
Tahun 2009 0,3130 0,01190
2010 0,3192 0,01192
2011 0,3423 0,01196
3,3700
3,30700
3,30700
3,3354
294,373
294,373
287,254
3,4300
0,467
0,744
0,919
0,918
0,918
0,0032
0,0032
0,0031
0,0031
0,0030
29,28
33,05
33,05
33,05
40,574
40,574
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, 2011,
d. Urusan Wajib Perumahan Dalam bidang perumahan indikator kinerja dinilai di antaranya dari indikator rumah tangga pengguna air bersih, indikator rumah tangga pengguna listrik, indikator rumah tangga bersanitasi dan indikator rumah layak huni. Indikator-indikator tersebut diukur berdasarkan jumlah
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 37
pengguna air bersih, listrik dan sanitasi pada tahun tertentu, dibagi jumlah keseluruhan rumah tangga/KK pada tahun tertentu dikali 100%. Khusus peningkatan dan penurunan yang terjadi pada indikator pengguna listrik karena dimungkinkan adanya satu atau lebih jaringan listrik yang digunakan oleh satu rumah tangga. Indikator rumah tangga pengguna air bersih di Kabupaten Sleman pada tahun 2007 adalah sebesar 7,558%, dan pada tahun 2008 sejumlah 6,095%, kemudian meningkat menjadi 6.23% pada tahun 2009. Sedangkan pada tahun 2010 mencapai 93,9 dan tahun 2011 sebesar 94,3. Untuk indikator rumah tangga pengguna listrik mencapai 100,68% pengguna pada tahun 2007, kemudian turun menjadi 90,151% pada tahun 2008, pada tahun 2009 mengalami penurunan kembali sebesar 89,19% pengguna sedangkan pada tahun 2010 (data belum tersedia) dan tahun 2011 (data belum tersedia) Untuk indikator rumah tangga bersanitasi pada tahun 2007 angka yang tercatat sejumlah 73,16%, selanjutnya pada tahun 2008 angka yang tercatat sejumlah 63,02%, serta pada tahun 2009 angka tercatat sejumlah 54,875% sedangkan pada tahun 2010 sebesar 76,2% dan tahun 2011 menjadi 65,12% Indikator rumah layak huni dihitung berdasarkan jumlah layak huni pada tahun yang bersangkutan dibagi jumlah seluruh rumah pada tahun yang bersangkutan dikali 100% sehingga didapatkan angka sebesar 92,88% pada tahun 2009 dan 93,33% pada tahun 2010 sedangkan pada tahun 2011 mencapai 94,53%. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.27:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 38
Tabel 2.27 Indikator Urusan Perumahan Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman Tahun
NO
Indikator
1
Rumah tangga pengguna air bersih
2
2006
2007
2008
2009
2010
2011
75,58
60,95
62,23
93,9
94,3
Rumah tangga pengguna listrik (%)
72,517
100,68
90,151
96,73
97,10
97,15
3
Rumah tangga ber-Sanitasi (%)
59,213
73,164
63,02
54,875
4
Rumah layak huni (%)
67,20 93,33
65,12 94,53
92,88
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, 2011,
e. Urusan Wajib Penataan Ruang Luas RTH hanya dihitung dari RTH Perkotaan dengan pertimbangan pernah dilakukan studi
tentang RTH kawasan perkotaan. Rasio
perhitungannya didasarkan pada luas RTH perkotaan dibagi luas seluruh kawasan perkotaan di Kabupaten Sleman sehingga didapatkan rasio RTH 63,724%. Adapun luas RTH diambil dari laporan RTH wilayah perkotaan yang merupakan luas lahan tidak terbangun. Rasio IMB dihitung berdasarkan pelayanan IMB yang sudah diberikan baik IMB tetap, IMB sementara maupun IMB pemutihan). Pada tahun tertentu dibanding dengan 5 bangunan pada tahun tertentu yang dihitung dari bangunan-bangunan rumah, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan,
fasilitas
perdagangan,
fasilitas
transportasi,
fasilitas
pengairan, persampahan, fasilitas peternakan, stasiun bahan bakar, fasilitas pariwisata dan industri/pergudangan. Rasio tersebut dapat dilihat pada tabel 2.28: Tabel 2.28 Rasio Bangunan ber-IMB per Satuan Bangunan Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO
Indikator
1. 2
Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB (%)
2007 63,724
Rasio bangunan ber- IMB per satuan bangunan (%)
2008 63,724
Tahun 2009 63,724
2010 63,724
2011 63,724
9,825
9,569
7,703
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, 2011
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 39
f. Urusan Wajib Perencanaan Pembangunan Dokumen perencanaan daerah yang menjadi pedoman dalam perencanaan pembangunan terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah sebagaimana tertuang dalam Perda No.7 Tahun 2005 tentang RPJP Kabupaten Sleman Tahun 2006-2025, perencanaan jangka menengah yang berdasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2010 tentang RPJM Kabupaten Sleman tahun 2011-2015. Pelaksanaan perencanaan tahunan RPJMD dijabarkan dalam RKPD yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati setiap tahunnya. RKPD dimaksud
merupakan
implementasi
target
tahunan
RPJMD.
Ketersediaan dokumen tersebut dapat dilihat pada tabel 2.29: Tabel 2.29 Dokumen Perencanaan Pembangunan Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO
Indikator
2006
2007
Tahun 2008 2009
2010
2011
1
Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yg telah ditetapkan dgn PERDA
ada
ada
ada
ada
ada
ada
2
Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD yg telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA
ada
ada
ada
ada
ada
ada
3
Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD yg telah ditetapkan dgn PERKADA
ada
ada
ada
ada
ada
ada
4
Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD (%)
100
100
100
100
100
100
Sumber : Bappeda, 2011
g. Urusan Wajib Perhubungan Peningkatan jumlah sarana angkutan publik, kendaraan roda 2 maupun roda 4 serta angkutan umum menuntut ketersediaan sarana dan prasarana perhubungan yang memadai. Jumlah arus penumpang angkutan umum selama tiga tahun mengalami peningkatan hingga mencapai 5.480.765 orang per tahun. Namun sebagai dampak perkembangan jumlah sepeda motor dan kendaraan pribadi yang cukup pesat, untuk periode tahun selanjutnya cenderung mengalami penurunan yang pada tahun 2010 menjadi hanya sebanyak 5.205.876 orang per tahun. Selaras dengan penurunan jumlah RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 40
arus penumpang, maka dalam perkembangannya rasio ijin trayek selama lima tahun terakhir juga mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 546 kendaraan. Selaras penurunan tersebut diatas tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya uji kendaraan bermotor semakin menurun sejak tahun 2008. Kondisi ini akan sangat membahayakan keselamatan penumpang dan pengguna jalan lainnya akan rentan mengalami kecelakaan, selain itu juga akan berdampak pada kerusakan lingkungan, kondisi tersebut juga di mungkinkan para pengusaha
angkutan umum malas karena
takut kendaraannya memang tidak layak uji dan harus menanggung resiko kendaraan di kandangkan. Oleh karena perlu ditingkatkan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat pengguna kendaraan bermotor tentang pentingnya uji kendaraan bermotor. Akibat kondisi tersebut mengakibatkan kepemilikan Kir angkutan umum juga menurun sejak 3 tahun terakhir. Prosentase pemasangan rambu-rambu lalu lintas juga berkurang dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan oleh panjang ruas jalan yang cenderung tetap sehingga pada tahun awal pembangunan memerlukan rambu relatif lebih banyak sedangkan pada tahun-tahun berikutnya hanya merupakan penambahan ataupun penggantian rambu yang rusak atau hilang. Indikator urusan perhubungan dapat dilihat pada tabel 2.30: Tabel 2.30 Indikator Urusan Perhubungan Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman No
Indikator
1
Jumlah arus penumpang angkutan umum
2
Rasio ijin trayek
3
Jumlah uji kir angkutan umum (bh)
4
Jumlah Terminal Bis (bh)
5
Angkutan darat (%)
Tahun 2007
2008
2009
2010
2011
5.303.375
5.611.705
5.480.765
5.205.876
5.170.429
578
578
569
546
527
15.723
15.649
15.030
14.825
15.337
5
5
5
5
5
0,0225
0,0201
0,0202
0,0202
0,0206
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 41
6
Kepemilikan KIR angkutan umum
7
Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR)
8
9
Biaya pengujian kelayakan angkutan umum
2.205
2.087
1.908
1.715
1.825
15 menit
15 menit
15 menit
15 menit
15 menit
JBB < 4.000
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
JBB 4.000 – 8.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
JBB 8.000 – 12.000
30.000
30.000
30.000
30.000
30.000
JBB > 12.000
35.000
35.000
35.000
35.000
35.000
16,75
19,06
1,96
1,96
2,07
Pemasangan Rambu-rambu
Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi, 2011,
h. Urusan Wajib Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman memiliki keterbatasan sumber daya alam, sehingga lingkungan yang bersih dan sehat perlu dijaga. Lingkungan hidup merupakan tujuan Millenium Development Goals (MDGs) 2015 sebagai tempat kelangsungan hidup makhluk hidup yang didalamnya terdapat air, tanah dan udara yang harus bersih dan berada pada ambang
batas
minimal
pengaruh
pencemaran
sehingga
tidak
berpengaruh buruk pada kesehatan dan aktivitas masyarakat. Pengelolaan sampah di Kabupaten Sleman dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu pelayanan yang dilakukan oleh Dinas PUP dan pengelolaan sampah mandiri oleh masyarakat. Persentase/rasio pelayanan sampah diperoleh dari prakiraan volume timbunan sampah dibagi dengan kapasitas pengangkutan sampah oleh Dinas PUP. Jumlah
pengaduan
kasus
lingkungan
yang
diterima
Kantor
Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman pada tahun 2011 sebanyak 27 kasus. Jenis pengaduan meliputi pencemaran udara berupa bau yang ditimbulkan dari kegiatan peternakan sebanyak 11 kasus, pengaduan kebisingan sebanyak 6 kasus, pencemaran air sebanyak 5 kasus dan pengaduan penimbunan limbah batubara 1 kasus. Kantor Lingkungan Hidup telah berupaya untuk menangani pengaduan kasus lingkungan tersebut melalui koordinasi dengan instansi terkait, Camat, Kepala DUkuh dan tokoh masyarakat setempat yang terkena dampak. Berbagai RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 42
langkah dan pendekatan dilakukan untuk penanganan dan penyelesaian masalah lingkungan yang dilakukan. Dari 27 kasus yang diadukan sebanyak 11 kasus selesai, sedangkan yang lainnya masih dalam koordinasi dan pengawasan. Dalam pelayanan jasa pengangkutan sampah yang dilakukan oleh Dinas PUP telah menjangkau di seluruh wilayah 17 kecamatan, sedangkan
persentase
pelayanan
sampah
secara
keseluruhan
kecenderungannya meningkat dari 11,77% pada tahun 2007 menjadi 44,54% pada tahun 2011. Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk telah mengalami peningkatan dari 2,8 pada tahun 2007 menjadi 94,54 pada tahun 2011. Sedangkan untuk penegakan hukum lingkungan telah dilakukan pembinaan pada 28 kasus di tahun 2010, dan 27 kasus di tahun 2011. Indikator urusan lingkungan hidup dapat dilihat pada tabel 2.31: Tabel 2.31 Indikator Urusan Lingkungan Hidup Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO 1 2 3 4 5
2007 11,77 -38 s/d 46
2008 15,24 -34 s/d 41
Tahun 2009 14,18 -38 s/d 62
2010 14,63 -10 s/d 73
2011 94,54 -19 s/d 43
100%
100%
100%
100%
100%
Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk
2,8
4,4
5,5
5,5
94,54
Penegakan hukum lingkungan
20
25
27
28
27
Indikator Persentase penanganan sampah Pencemaran status mutu air Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal.
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup, 2011
i. Urusan Wajib Pertanahan Dalam bidang pertanahan, jumlah sertifikat yang dikeluarkan di Kabupaten Sleman berubah tiap tahunnya, dimana pada tahun 2007 jumlah sertifikat tanah yang dikeluarkan adalah 428.572, pada tahun 2008 sejumlah 444.108, tahun 2009 sejumlah 455.193 bidang, tahun 2010 sejunlah 486.630 bidang dan tahun 2011 mencapai 491.443 RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 43
bidang. Untuk penyelesaian ijin lokasi di wilayah Kabupaten Sleman tiap tahunnya mengalami perubahan, pada tahun 2007 sejumlah 10 buah, tahun 2008 sejumlah 11 buah, tahun 2009 sejumlah 19 buah, tahun 2010 sejumlah 25 buah dan pada tahun 2011 sejumlah 9 buah. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 2.32: Tabel 2.32 Luas Lahan dan ijin Lokasi Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO 1 2
Indikator Jumlah sertifikat tanah (buah)
2007 428.572
2008 444.108
Tahun 2009 455.193
2010 486.630
2011 491.443
10
11
19
25
9
Penyelesaian izin lokasi (buah)
Sumber : Dinas Pengelolaan Pertanahan Daerah, 2011
j. Urusan Wajib Kependudukan dan Catatan Sipil Pelaksanaan program di bidang kependudukan dan catatan sipil pada tahun 2006-2008 relatif stabil karena tahun 2008 masih tahap sosialisasi Undang-Undang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 bahwa setiap penduduk mempunyai hak untuk memperoleh dokumen kependudukan, pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta perlindungan data pribadi dan kepastian hukum atas kepemilikan dokumen. Selanjutnya pada tahun 2009 mengalami kenaikan yang tinggi karena masyarakat sudah menyadari pentingnya sebuah dokumen kependudukan dan pencatatan sipil yang merupakan identitas resmi sebagai penduduk. Pada tahun 2010 menurun karena angka kelahiran pada tahun 2010 juga menurun, yang berakibat pada penurunan permohonan akte kelahiran, sedangkan pada tahun 2010 pelayanan akta kelahiran mengalami kenaikan karena akhir tahun 2011 merupakan batas akhir perpanjangan dispensasi pengurusan akta kelahiran yang berkaibat pada kenaikan jumah permohonan. Rasio tersebut dapat dilihat pada tabel 2.33:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 44
Tabel 2.33 Angka Rasio Kependudukan Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman 1
Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk
2007 0,68
2008 0,78
Tahun 2009 0,78
2010 0,77
2011 0,75
2
Rasio bayi berakte kelahiran
56,97
66,63
91,80
99,31
100
3
Rasio pasangan berakte nikah
100
100
100
100
100
4
Kepemilikan KTP
93,75
93,75
93,75
93,75
93,75
5
Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk
17,79
17,08
24,35
17,25
40,86
NO
Indikator
Sumber : Dinas Kependudukan dan Capil, 2011
k. Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pemerintah Kabupaten Sleman terus berupaya meningkatkan kualitas kehidupan dan peran perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan anak. Namun demikian, kesenjangan gender masih terjadi di berbagai sector pembangunan. Hal ini disebabkan aspek psikososiokultural yang masih mengganggap derajad laki-laki lebih tinggi dari perempuan. Keadaan tersebut menghambat keterlibatan perempuan berperan aktif dalam pembangunan dan memperoleh segala bentuk pelayanan dasar. Kesetaraan gender selain berdampak pada perempuan secara tidak langsung berdampak pada anak. Hal ini mengingat sangat erat kaitannya antara perempuan sebagai ibu yang merupakan pendidik bagi anak dan besarnya peran perempuan dalam pengambilan keputusan di dalam rumah tangga. Pembangunan dan pemberdayaan perempuan juga
sangat
berdampak
pada
derajad
kesehatan
dan
tingkat
kesejahteraan keluarga. Inovasi Kabupaten Sleman terhadap pencapaian pelaksanaan urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak sebagai berikut : 1) Terlaksananya sosialisasi da simulasi PKDRT di semua desa dan kecamatan se Kabupaten Sleman RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 45
2) Terlaksananya revitalisasi penyaluran modal UP2K-PKK 3) Terbentuknya gugus tugas Kabupaten Layak Anak 4) Terbentuknya Forum Anak Sleman 5) Terbentuknya Forum Penanganan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Adapun capaian indikator pemberdayaan perempuan dan anak dapat dilihat tabel 2.34 : Tabel 2.34 Indikator Pemberdayaan Perempuan Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman Tahun NO Indikator 2007 2008 2009 2010 1 Persentase partisipasi 4,6 4 3,6 3,4 perempuan dilembaga pemerintahan 2 Partisipasi perempuan 95,31 94,89 96,39 96,60 dilembaga swasta 3 Rasio KDRT 0,042 0,041 0,15 0,125 5 Partisipasi angkatan 58,47 59,68 58,62 91% kerja perempuan 6 Penyelesaian 105 104 125 67 pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan
2011 55,17 46,52 41,91 160
Sumber: Badan KB,PP,PA, 2011
l. Urusan Wajib Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Gambaran pelaksanaan urusan wajib Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Sleman sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat dari capaian indikator Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Peningkatan partisipasi PUS dalam program KB akan terus ditingkatkan sehingga diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan. Selain itu keikutsertaan keluarga Pra Sejahtera dalam kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) dengan belajar RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 46
berusaha memperoleh tambahan penghasilan melalui ekonomi produktif di wilayah masing-masing. Perkembangan capaian indikator Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera seperti terlihat pada tabel 2.35: Tabel 2.35 Indikator Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO
Indikator
1 3
Rata-rata jumlah jiwa per keluarga Cakupan peserta KB aktif Keluarga Pra Sejahtera dan 4 Keluarga Sejahtera 1 5 Peserta KB Pria 6 Pasangan Usia Subur (PUS) % Peserta KB Aktif dengan PUS 7 (Prevalensi) Usaha Peningkatan Pendapatan 8 Keluarga Sejahtera (UPPKS) Sumber: Badan KB,PM, PP, 2011
2007 3,4 116.229 82.304
2008 3,37 117.882 79.469
Tahun 2009 3,32 119.189 85.907
2010 3,6 121.245 46.067
2011 3,34 118.424 40,67
7.884 145.833 79,70
8.087 147.379 79,99
8.338 149.229 79,83
8.477 151.572 79,99
8.586 150.009 78,95
814
769
787
783
783
m. Urusan Wajib Sosial Pelaksanaan urusan sosial diarahkan pada upaya meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat, penyandang masalah kesejahteraan sosial, perlindungan anak terlantar, korban kekerasan dalam rumah tangga, karang taruna, korban bencana, lansia, dan anak sekolah. Upaya yang telah dilakukan adalah dengan pemberian bantuan, subsidi, pembinaan, pendampingan terhadap anak panti asuhan, penyandang cacat, korban bencana, korban kekerasan, dan lansia rawan sosial. Upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut seperti pada tabel 2.36:
NO 1
2
Tabel 2.36 Indikator Urusan Sosial Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman Tahun Indikator 2007 2008 2009 Sarana sosial: 29 30 30 -Panti Asuhan -Panti Jompo -Panti Sosial -Rumah Singgah (girlan & Diponegoro) PMKS yang memperoleh bantuan 1.341 5.014 5.034 sosial
2010 32
2011 44
5.062
45.472
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 47
NO 3
Indikator
2007 2008 Penanganan penyandang masalah 1.341 5.014 kesejahteraan sosial Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, 2011
Tahun 2009 5.034
2010 5.062
2011 45.472
Kebersamaan dari semua pihak untuk mengurangi angka PMKS, khususnya peran pemerintah daerah, keterlibatan masyarakat, baik secara langsung maupun melalui kelompok-kelompok masyarakat akan membuahkan hasil yang maksimal. n. Urusan Wajib Ketenagakerjaan Masalah pembangunan yang harus diatasi setiap daerah adalah jumlah pengangguran dan ketersediaan lapangan kerja. Hali ini sangat terkait dengan kondisi kualitas sumber daya manusia. Pelaksanaan urusan ketenagakerjaan diarahkan sebagai upaya pengurangan pengangguran dan melindungi tenaga kerja maupun perusahaan. Capaian pelaksanaan urusan ketenagakerjaan sampai dengan tahun 2011 seperti terlihat dari capaian indikator sebagai berikut: Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan rasio antara banyaknya Angkatan Kerja dengan banyaknya Penduduk Usia Kerja. Pada Periode tahun 2008-2010 mengalami sedikit perubahan yaitu 68,43% di Tahun 2008, 66,72% di Tahun 2009, 66,29% di Tahun 2010 dan 67,02% di tahun 2011. Pencari kerja yang ditempatkan adalah angka dari jumlah tenaga kerja yang ditempatkan baik melalui AKAL, AKAD maupun AKAN dari jumlah tenaga kerja yang terdaftar (AK1) yang menunjukan angka 46,97% di Tahun 2007, 34,52% di Tahun 2008, 43% di Tahun 2009 40,30% di Tahun 2010 dan 85,92% di Tahun 2011. Pengangguran merupakan indikator bahwa terjadi kesenjangan antara pertambahan kesempatan kerja dengan pertambahan angkatan kerja. Untuk angka tingkat pengangguran terbuka masih menunjukan angka yang cukup RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 48
tinggi yaitu 7,75% di tahun 2007, 6,82% di tahun 2008, 7,40% di tahun 2009 , 8,21% di tahun 2010 dan 7,61% di tahun 2011. Persentase penerapan keselamatan dan perlindungan K3 di tahun 2011
sebesar
90%.
Jumlah
perusahaan
bertambah
yaitu
983
perusahaan di tahun 2010 menjadi 1.031 perusahaan di tahun 2011. Angka perselisihan pengusaha pekerja di tahun 2011 sebesar 28 kasus Perkembangan capaian indikator ketenagakerjaan dari tahun 20072011 secara jelasnya dapat diamati pada tabel berikut : Tabel 2.37 Indikator Ketenagakerjaan Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO
Indikator
2008 68,43
Tahun 2009 66,72
2010 66,29
2011 67,02
1
Tingkat partisipasi angkatan kerja (%)
2007 66,94
2
Pencari kerja yang ditempatkan (%)
46,97
34,52
43
40,30
85,92
3
Tingkat pengangguran terbuka (%)
7,75
6,82
7,40
8,21
7,61
4
Keselamatan dan perlindungan/ K3 (%)
93,04
93,05
96,65
91,25
90
Angka perselisihan pengusaha pekerja (%)
2,78
3,53
4,35
3,05
2,71
5
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Dinas Nakersos Kab. Sleman 2011
o. Urusan Wajib Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Usaha pengembangan ekonomi di Kabupaten Sleman meliputi koperasi dan KUD. Hal ini mengingat posisi dan manfaat koperasi maupun KUD yang menyentuh sampai lapisan bawah, dan dapat dijadikan sebagai wahana paguyuban maupun kelompok usaha masyarakat. Perkembangan perkoperasian di Kabupaten Sleman terlihat dari jumlah koperasi yang ada menunjukkan tren yang semakin meningkat yaitu 561 koperasi pada tahun 2007 menjadi 604 koperasi pada tahun 2011. Jumlah koperasi aktif juga meningkat dari 245 koperasi pada tahun 2007 menjadi 541 pada tahun 2011. Sementara jumlah koperasi beku semakin menurun dari 93 pada tahun 2007 menjadi 54 pada tahun
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 49
2011. Jumlah anggota semakin meningkat dari 201.551 orang pada tahun 2007 menjadi 234.584 orang pada tahun 2011. Demikian
juga
dari
hasil
usaha
koperasi
juga
mengalami
peningkatan. Dilihat dari jumlah modal sendiri mengalami peningkatan yaitu
dari
Rp.96.995.470.000
pada
tahun
2007
menjadi
Rp.173.695.120.000 pada tahun 2011. Jumlah volume usaha sebesar Rp.656.431.240.000
pada
tahun
2007
meningkat
menjadi
Rp.732.070.941.000 pada tahun 2011. Sisa Hasil Usaha (SHU) sebesar Rp.12.290.390.000
pada
tahun
2007
meningkat
menjadi
Rp.16.508.855.000 pada tahun 2011. Perkembangan perkoperasian di Kabupaten Sleman dapat diamati pada tabel berikut ini : Tabel 2.38 Perkembangan Koperasi Tahun 2007-2011 di Kabupaten Sleman
1) 2)
2) 3)
KOPERASI DAN PKM Jumlah koperasi Kondisi Koperasi - Koperasi aktif - Koperasi Tidak aktif - Koperasi Beku / Mati Jumlah anggota koperasi Jumlah Modal Sendiri (000) Volume Usaha (000) SHU (000)
2007 561 245 223 93 201.551 96.995.470 656.431.240 12.290.390
587
Tahun 2009 601
290 206 91 208.159 118.189.567 671.888.372 16.064.961
481 29 91 218.835 129.099.038 705.482.789 16.868.208
2008
2010
2011 598
604
517 9 72 233.362 142.559.739 720.095.806 15.895.654
541 9 54 234.584 173.695.120 732.070.941 16.508.855
Sumber : LKPJ Bupati Sleman, 2011
p. Urusan Wajib Penanaman Modal Faktor penting lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah adalah penanaman modal atau investasi. Penanaman modal tidak bisa dilepaskan dari sektor industri, semakin besar dan berkembang industri di suatu daerah semakin besar investasi yang ditanamkan dalam daerah tersebut. Penanaman modal di Kabupaten Sleman di tahun 2011 meliputi investasi PMA 41 unit dengan nilai investasi US$ 185.185.922,42 daya serap tenaga kerja 6.385 orang dan realisasi kenaikan investasinya dari tahun 2010 sebesar 13,92%. Sedangkan untuk PMDN jumlah usahanya RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 50
sebanyak 32 unit, nilai investasi sebesar Rp827.390.268.676 daya serap tenaga kerja sebanyak 9.269 orang dan kenaikan realisasi investasinya dari tahun 2010 sebesar 148,33%, dan untuk investasi Non PMA/PMDN jumlah unitnya sebanyak 31.566 unit, nilai investasi sebesar Rp. 3.034.340.000 dengan daya serap tenaga kerja sebanyak 249.189 orang dan kenaikan realisasi investasinya dari tahun 2010 sebesar 12,46%. Untuk perkembangan penanaman modal Kabupaten Sleman dari tahun 2007 sampai tahun 2011 lebih jelasnya terlihat pada tabel berikut : Tabel 2.39 Perkembangan Penanaman Modal Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO 1
Indikator
PMDN Non PMA/PMDN
Non PMA/PMDN (juta Rp)
2011
36 36 26,779
35 32 27,949
33 31 29,222
38 31 30,384
41 32 31,566
Daya serap Tenaga Kerja (orang) PMA PMDN Non PMA/PMDN Rasio daya serap tenaga kerja (orang)
PMA PMDN
5
2010
148,82 148,67 148,23 162,55 186 344.996 323.071 321.546 333.175 827,390 1.712.882 1.911.741 2.289.736 2.558.491 2.034.340
PMDN (juta Rp)
4
Tahun 2009
Nilai Investasi
PMA (juta US$) 3
2008
Jumlah Unit Usaha (orang)
PMA 2
2007
Non PMA/PMDN Kenaikan/penurunan realisasi PMA, PMDN dan Non PMA/PMDN (%)
PMA PMDN Non PMA/PMDN
6163 9387 201.832
6113 9131 211.803
6107 9065 228.268
6146 9065 238.940
6.385 9.269 249.189
171 261 8
175 285 8
185 292 8
162 292 8
155 289 8
-0,41 -2,86 17,33
-0,10 -6,35 11,60
-0,29 -0,47 19,77
9,66 3,61 11,73
13,92 148,33 12,46
Sumber : Kantor P3M Kab. Sleman 2011,
q. Urusan Wajib Kebudayaan Untuk melihat bagaimana kebudayaan menjadi salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia, maka hal ini dapat terlihat dari peran pemerintah daerah dalam mengelola kekayaan seni budaya dan sarana RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 51
prasarana yang mendukungnya. Salah satu indikator pengelolaan produk budaya sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 2.40 Perkembangan Seni budaya Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO
Tahun 2007 2008 2009 2010
Uraian
Penyelenggaraan festifal seni dan 1 budaya (kali) Sarana penyelenggaraan seni dan 2 budaya* Benda, Situs dan Kawasan Cagar 3 Budaya yang dilestarikan
4
94
5
107
5
118
2011
5
4
129
135
124
124
Sumber: Dinas Kebudayan dan Pariwisata, 2011 *) Khusus data gamelan
Pada tahun 2007 penyelenggaraan festival seni budaya ada 4 macam yaitu: festival Sendratari,
Kethoprak, Prajurit dan festival
Kesenian Sleman pada tahun 2008 selain festival yang dilaksanakan pada tahun 2007 ditambah dengan festival Nusa Dua Bali dan pada tahun 2009 dan 2010 tidak mengikuti festival Nusa Dua Bali tetapi festival Jembrana Bali. Sedangkan pada tahun 2011 diselenggarakan sebanyak 4 festival, yaitu Festival Kesenian Sleman, Festival Kethoprak, Festival Sendratari dan Festival Prajurit. Sarana penyelenggaraan seni dan budaya khusus gamelan pada tahun 2011 ada 135 set gamelan yang tersebar di seluruh kabupaten Sleman. Maksudnya adalah milik masyarakat, termasuk gamelan untuk karawitan maupun jathilan. Adapun benda situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan sebagaimana terlihat dalam tabel bahwa pada tahun 2007 yang dilestarikan sebanyak 94 dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 107, pada tahun 2009 ada 118 yang dilestarikan dan pada tahun 2010 menjadi 124 sedangkan pada tahun 2011 tidak ada peningnkatan. r. Urusan Wajib Kepemudaan dan Olahraga Pemuda merupakan asset pembangunan terutama di bidang SDM, sebagai pemersatu langkah-langkah pendukung dalam pengembangan. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 52
Upaya pengembangan minat dan bakat pemuda, derajad melalui organisasi kepemudaan dan dengan menumbuhkembangkan budaya olah raga. Organisasi pemuda adalah sekelompok pemuda yang bekerja sama dengan suatu perencanaan-perencanaan kerja dan peraturan-peraturan untuk mencapai tujuan tertentu. Hasil penghitungan jumlah organisasi pemuda dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 2.41 Perkembangan Pemuda dan Olah raga Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO 1 2 3 4 5
Uraian Jumlah organisasi pemuda Jumlah organisasi olah raga Jumlah kegiatan kepemudaan Jumlah kegiatan olah raga Lapangan olah raga*
2007 10 33 10 17 420
2008 10 33 10 17 420
Tahun 2009 10 34 10 17 141
2010 17 37 17 21 141
2011 20 37 13 14 194
Sumber: Dinas Pendidikan, pemuda dan Olah raga, 2011 *) Lapangan olah raga di sekolah
Berdasarkan data di atas terlihat perkembangan cukup signifikan pada jumlah organisasi pemuda. Pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 jumlah organisasi pemuda hanya 10, selanjutnya meningkat menjadi 17 pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 menjadi 20. Sedangkan untuk jumlah organisasi olah raga dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2007 sejumlah 33 maka pada tahun 2011 sudah menjadi 37 organisasi olah raga. Adapun kegiatan kepemudaan mengikuti jumlah organisasi pemuda yang ada di Kabupaten Sleman. Sedangkan kegiatan olah raga adalah kegiatan yang dilakukan oleh tiap kecamatan. Pada tahun 2007 sampai dengan 2009 setiap kecamatan melaksanakan satu kegiatan olah raga sehingga total sebanyak 17 kegiatan, pada tahun 2010 sebanyak 21 kegiatan dan pada tahun 2011 sebanyak 13 kegiatan olahraga. Data lapangan olah raga yang tercantum dalam tabel adalah lapangan olah raga yang ada di sekolah baik jenjang SD/MI, SMP/M.Ts RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 53
maupun SMA/MA/SMK. Data tahun 2007 belum tersedia, sedangkan dalam tabel tersebut terjadi penurunan yang cukup signifikan dari tahun 2008 ke tahun 2009. Hal ini bisa terjadi karena ada beberapa sekolah yang merger atau karena hal lain, tetapi juga masalah teknis di lapangan dimana pihak sekolah sering tidak komplit dalam mengisi data. Adapun lapangan olah raga yang dimaksud adalah lapangan olah raga yang dimiliki sekolah baik itu lapangan hijau maupun lapangan bulutangkis atau lapangan tenis meja dan lain-lain. Pada tahun 2010 tersedia 141 lapangan dan pada tahun 2011 menjadi 194 lapangan. s. Urusan Wajib Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Pemerintah Kabupaten Sleman terus melakukan upaya-upaya untuk menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban dengan terus meningkatkan pengetahuan, pemahaman wawasan kebangsaan dan pemantapan ideologi bagi seluruh komponen masyarakat. Untuk meningkatkan antisipasi terhadap ancaman keamanan dan ketertiban Pemkab Sleman juga meningkatkan jalinan hubungan dengan BIN, Intel Kodim, Intel Kejaksaan, dan Intel Polres serta meningkatkan koordinasi melalui forum Kominda (Komunitas Intelijen Daerah). Disamping itu untuk mengantisipasi kerawanan sosial politik maka dilakukan pembinaan dan monitoring yang terkait dengan kegiatan politik daerah. Pencapaian upaya yang telah dilakukan tersebut seperti tabel 2.42: Tabel 2.42 Kegiatan Pembinaan Organisasi dan Politik Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO 1 2
Indikator
2007 51
2008 72
Tahun 2009 70
2
6
8
2010 69
2011 84
9
9
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 54
Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP (kali) Kegiatan pembinaan politik daerah (kali) Sumber : Badan Kesbanglinmas dan PB, 2011
t. Urusan
Wajib
Administrasi
Otonomi
Daerah,
Keuangan
Daerah,
Pemerintahan
Umum,
Perangkat
Daerah,
Kepegawaian dan Persandian Jumlah polisi pamong praja dan linmas mengambarkan kapasitas pemerintah daerah dalam menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat,
jumlah
pos
kamling
menggambarkan
ketersediaan
kapasitas pemda dalam memberdayakan masyarakat untuk ikut berperan
aktif
dalam
pemeliharaan ketentraman
dan ketertiban
masyarakat serta keamanan lingkungan. Semakin meningkatnya rasio antara jumlah Pos Siskamling disbanding dengan jumlah penduduk menunjukkan kesadaran masyarakat untuk melakukan pengamanan diri meningkat. Laju pertambahan penduduk yang meningkat dengan cepat dan jumlag anggota Polisi Pamong Praja yang tetap menyebabkan rasio antara jumlah penduduk dan polisi Pamong Praja semakin meningkat. Untuk menjaga keamanan dan keteritiban masyarakat Satpol PP dibantu Anggota Linmas yang jumlahnya cukup banyak di Kabupaten Sleman (7.031 orang). Rasio jumlah penduduk dibandingkan dengan jumlah Linmas di Kabupaten Sleman sudah jauh melebihi apa yang dipersyaratkan dalam SPM yang seharusnya coverage 50% pada tahun 2015 tetapi di Sleman saat ini coveragenya sudah mencapai 66,85%. Dalam rangk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sudah didukung
adanya
SIM
Pelayanan
Perijinan
dan
Administrasi
Pemerintahan. Untuk mengetahui kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
tersebut,
Pemkab
Sleman
setiap
tahun
melakukan
menyebarkan kuesioner kepada masyarakat pengguna jasa layanan Pemkab. Cakupan pelayanan bahaya kebakaran di Kabupaten Sleman sudah cukup baik dengan gambaran sebagai berikut: sampai dengan tahun 2015 target cakupan pelayanan bencana kebakaran menurut SPM Bidang Pemerintahan Dalam Negeri adalah sebesar 25%, namun RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 55
dengan luas wilayah 574,82 km2 dengan satu wilayah manajemen kerja (WMK)
dengan
Slemanadalah
radius
seluas
7,5
km.
176,26
km
Jangkauan sehingga
WKM
Kabupaten
cakupan
pelayanan
kebakaran sampai dengan saat ini mencapai 30,66%. Target tingkat waktu tanggap (response time rate) sampai dengan tahun 2015 menurut SPM adalah sebesar 75% dan sampai dengan tahun 2010 RTR Kabupaten Sleman kondisinya adalah 83,3% dan tahun 2011 sebesar 91,66%. Hal ini terjadi karena suksesnya sosialisasi pencegahan bahaya kebakaran pada masyarakat yang berarti juga semakin
meningkatnya
mencegah/menghindari meningkatnya
kesadara
dari
sarpras
bahaya
kebakaran
masyarakat kebakaran
yang
ada
untuk
dan
semakin
serta
semakin
profesionalnya petugas pemadam kebakaran sehingga response time rate semakin tinggi dan kedepan dengan rencana penambahan 1 WMK diharapkan
seluruh
wilayah
rawan
Kebupaten
Sleman
dapat
tercover/masuk dalam WMK. Terkait dengan penanganan bahaya kebakaran, cakupan pelayanan masih sangat kecil karena sarpras yang dimiliki sangat minim. Indikator Urusan Otonomi Daerah dan Kepemerintahan dapat dilihat pada tabel 2.43: Tabel 2.43 Indikator Urusan Otonomi Daerah dan Kepemerintahan Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman No.
Tahun
Indikator 2007
1.
Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per
2008
2009
2010
2011
1,12
1,12
1,05
0,50
1,45
68,71
64,70
64,54
64,11
64,56
40,30
40,30
43,14
43,14
43,41
4,61 58.701
5,13 58.857
4,48 65.157
4,11 57.979
4,84 50.603
10.000 penduduk 2.
Jumlah Linmas per jumlah 10.000 penduduk
3.
Rasio pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan
4.
Pertumbuhan Ekonomi
5.
Penduduk Miskin (KK)
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 56
No.
Tahun
Indikator 2007
6.
Sistem informasi Pelayanan Perijinan
2008
2009
2010
2011
ada
ada
ada
Ada
Ada
64,34 %
39,06 %
37,79 %
28,61 %
89,53
2 hari
2 hari
2 hari
2 hari
4 kali/
sekali
sekali
sekali
sekali
minggu
80,36%
64,34%
39,56%
37,79%
70%
0,69 %
0,65 %
),65 %
0,64 %
0,65%
0,0003
0,0003
0,0003
0,0003
0,0003
100%
100%
100%
100%
100%
97,67 %
97,67 %
97,67 %
93 %
93%
16
19
24
25
29
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
dan administrasi pemerintah 7.
Penegakan PERDA
8.
Cakupan patroli petugas Satpol PP
9.
Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) di Kabupaten
10.
Petugas perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten
11.
Cakupan pelayanan bencana kebakaran
12.
Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)
13.
Cakupan sarana prasarana perkantoran pemerintahan desa yang baik
14.
Sistem Informasi Manajemen Pemda
15.
Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat
Sumber : Badan Kesbanglinmas dan PB dan Kantor Satpol PP, 2011
u. Urusan Wajib Ketahanan Pangan Berbagai upaya dalam urusan ketahanan pangan tidak hanya berfokus pada peningkatan ketersediaan pangan, pemerataan distribusi pangan dengan harga terjangkau dan tercapainya pola konsumsi pangan yang Aman Beragam, Bergizi dan imbang, namun juga meningkatkan peran masyarakat dan pihak swasta dalam mendukung ketahanan pangan. Beberapa regulasi ketahanan pangan yang menjadi pedoman dalam pelaksanaannya sebagai berikut : -
UU.
No.7/1996
tentang
pangan
mengamanatkan
kondisi
terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari ketersediannya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 57
-
PP. No.68/2002 tentang petunjuk pelaksaanaan Undang-undang Nomor 7/1996 tentang ketahanan pangan
-
PP. No.3/2007 tentang Pemerintah provinsi/Kabupaten/kota wajib mempertanggung jawabkan urusan ketahanan pangan.
-
PP. No.38/2007 tentang ketahanan pangan termasuk urusan wajib Ketersediaan pangan utama selama lima tahun terakhir mengalami
fluktuasi. Kenaikan terjadi pada tahun 2008 dan 2009 dikarenakan keberhasilan pada produksi padi yang surplus. Sedangkan pada tahun 2010 terjadi penurunan karena anomali cuaca dan serangan hama (OPT). Kondisi tahun 2011 mengalami penurunan dikarenakan serangan OPT/Organisme Pengganggu Tumbuhan). Perkembangannya dapat dilihat pada tabel 2.44 Tabel 2.44 Perkembangan Ketersediaan Pangan Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO 1
Indikator Regulasi ketahanan pangan
2007
2008
Tahun 2009
2010
UU No. 7 tahun 1996
UU No. 7 tahun 1996
UU No. 7 tahun 1996
UU No. 7 tahun 1996
2011 UU No. 7 tahun 1996 Kep. Bupati No. 255/Kep .KDH/A/ 2011 ttg Dewan Ketahan an Pangan
2
Ketersediaan pangan utama (ton)
242.887
268.928
269.404
266.073
264.317
Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, 2011
v. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat diupayakan untuk memberdayakan masyarakat menuju keluarga yang sejahtera. Upaya tersebut dijabarkan melalui kelompok binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPM), Binaan Pemberdayaan dan Kesejahteraan RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 58
Keluarga (PKK), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan Posyandu aktif. Adapun rata-rata kelompok binaan PKK dari tahun 2007-2011 mengalami
kenaikan,
hal
ini
menggambarkan
bahwa
keaktifan
masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan daerah. Sedangkan PKK aktif mengalami penurunan karena sebagian besar anggotanya sudah masuk kelompok binaan PKK di setiap RT/RW. Untuk jumlah LSM dari tahun 2007-2011 mengalami kenaikan, hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan fasilitas penunjang dan ketertiban masyarakat secara aktif dalam pembangunan daerah sebagai upaya untuk
meningkatkan
kesejahteraan
semakin
terbuka/transparan.
Swadaya masyarakat dalam menunjang program pemberdayaan masyarakat dari tahun 2007-2011 mengalami kenaikan cukup tinggi, besaran kenaikannya tergantung pada dana stimulant yang diberikan. Wujud
partisipasi
masyarakat
dalam
pembangunan
daerah
dititikberatkan pada pengabdian secara swadaya. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 2.45: Tabel 2.45 Indikator Urusan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO
Indikator
2007
1
Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK
2
Jumlah kelompok binaan PKK
3
Jumlah LSM
4
Tahun 2009
2008
2010
2011
0,036
0,055
0,075
0,075
783
1.465
93
104
61
72
124
124
PKK aktif
21.971
26.743
1.240
1.240
5
Jumlah PKK aktif
21.971
26.743
1.240
1.511
6
Posyandu aktif
1.484
1.484
1.484
1.484
1.484
7
Swadaya masyarakat terhadap program pemerintah (000)
23.793.042,9
7.180.110
13.877.488,8
36.159.123,5
19.771.000
50
Sumber : Badan KB, PP dan PA, 2011 Badan Kesbanglinmas dan PB, 2011 Bagian Adpemb. Setda 2011
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 59
w. Urusan Wajib Statistik Berdasarkan Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang sistim perencanaan pembangunan nasional disebutkan bahwa perencanaan pembangunan daerah harus didasarkan pada data yang akurat dan memadai. Oleh karena itu ketersediaan data dan informasi statistic yang handal merupakan salah satu kunci keberhasilan perencanaan. Data dan informasi statistic berkualitas tidak saja menjadi tujuan pemerintah tetapi juga dibutuhkan oleh kalangan swasta, perguruan tinggi dan masyarakat untuk pengembangan usaha dan kebutuhan lainnya. Masyarakat menuntut ketersediaan data dan informasi statistic yang beragam, rinci, mudah dipahami, dan tepat waktu. Tuntutan kebutuhan data dan informasi belum sepenuhnya terpenuhi namun secara bertahap terus diupayakan ketersediaannya. Data produk-produk statistik diantaranya; buku Sleman Dalam Angka, buku PDRB kabupaten,
buku
indikator
kesejahteraan
rakyat,
buku
indeks
pembangunan gender, buku inflasi, buku penduduk pertengahan, buku statistik harga bangunan, buku IPM, buku statistik industri, buku kecamatan dalam angka, buku informasi pembangunan, dan buku Sistem Informasi Profil Daerah. x. Urusan Wajib Kearsipan Penyelenggaraan urusan kearsipan mempunyai fungsi strategis bagi perkembangan daerah karena menangani arsip-arsip aktif, arsip inaktif dan dokumentasi daerah. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efektifitas
pengelolaan
kearsipan
diantaranya
melalui
pemberian
bimbingan teknis pada pengelola kearsipan serta penerapan Sistim Kearsipan Pola Baru (SKPB). Pelaksanaan SKPB tahun 2011 yang diterapkan di 40 SKPD mencapai 57,61%. Kondisi ini menggambarkan bahwa walaupun persentase menurun tetapi secara kualitas peaksanaan kearsipan berjalan baik, dimana pada tahun 2011 kriteria penilaian ditingkatkan kualitasnya. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 60
Penanganan arsip seharusnya sudah menjadi kebutuhan yang amat penting dalam upaya penyelamatan arsip-arsip aktif maupun in aktif. Untuk itu perlu ada upaya bersama dari para pejabat struktural untuk memulai dan melaksanakan secara optimal dalam penyelamatan arsiparsip penting. Hasil-hasil yang dicapai selama lima tahun terakhir seperti terlihat pada tabel 2.46: Tabel 2.46 Pengelolaan Kearsipan Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO
Indikator
1
Pengelolaan arsip secara baku (%)
2
Peningkatan SDM pengelola kearsipan (orang)
2007
2008
Tahun 2009
2010
2011
60,9
63,91
63,59
63,31
57,61
45
41
44
26
26
Sumber : Kantor Arsip Daerah, 2011
Pengelolaan arsip secara baku pada tahun 2011 mengalami penurunan persentase jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2010 yaitu dari 63,31% menjadi57,61%. Hal ini dikarenakan dalam penilaian kearsipan tahun 2011 kualitas kriteria ditingkatkan tetapi secara umum pelaksanaan kearsipan tetap berjalan baik. y. Urusan Wajib Komunikasi dan Informatika Kemajuan dibidang informasi dan komunikasi telah mendorong munculnya globalisasi dengan berbagai perspektifnya. Perkembangan tersebut
diikuti
dengan
berkembangnya
sarana
dan
prasarana
komunikasi seperti wartel, warnet, maupun informasi dalam bentuk pameran. Rasio wartel/warnet terhadap penduduk di Kabupaten Sleman untuk tahun 2011 adalah sebesar 0,00055 sama dengan pada tahun 2010. Angka rasio wartel/warnet untuk Tahun 2011 ini menunjukkan tidak ada peningkatan ketersediaan fasilitas jaringan internet dan fasilitas jaringan komunikasi
data
sebagai
pelayanan
penunjang
dalam
menyelenggarakan pemerintah daerah. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 61
Data perkembangan selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.47: Tabel 2.47 Angka Rasio dan Jumlah Sarana Komunikasi Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman No 1 2 3
4 5
Indikator Rasio wartel/warnet terhadap penduduk Jumlah Surat Kabar Nasional Jumlah Surat Kabar Local Jumlah penyiaran : Radio Nasional (jaringan ke daerah) Radio Lokal TV lokal TV Nasional Web site milik pemerintah daerah Pameran /expo yang diikuti oleh SKPD Pemerintah Daerah Sleman sebagai partisipan berdasar tingkatan event : - Skala Event tingkat local/daerah/Kabupaten - Skala Event tingkat Regional - Skala Event tingkat Nasional - Skala Event tingkat Internasional
2007 0,000487
2008 0,000481
Tahun 2009 0,000475
2010 0,00055
2011 0,00055
15 5
15 5
16 6
17 6
17 7
5 21 5 11 1 unit
5 21 5 11 1 unit
5 21 5 11 1 unit
5 21 5 11 1 unit
5 21 5 11 1 unit
14
14
14
14
9
16 12 8
16 12 8
16 12 8
16 12 8
4 12 4
Sumber : Dinas Hubkominfo dan Bagian Humas Setda, 2011, Bagian Perekonomian
z. Urusan Wajib Perpustakaan Perpustakaan merupakan sumber informasi dan sarana strategis dalam peningkatan sumberdaya manusia. Keberadaan perpustakaan diharapkan dapat meningkatkan minat baca di masyarakat. Guna menunjang peningkatan minat baca masyarakat, Pemerintah Kabupaten Sleman menambah jumlah perpustakaan maupun menambah jumlah koleksi pustaka. Banyaknya unit perpustakaan ini memberi kemudahan pada masyarakat
untuk
memanfaatkan
fasilitas
perpustakaan.
Jumlah
perpustakaan sampai dengan tahun 2011 sebanyak 845 unit dan dilengkapi
dengan
4
mobil
perpustakaan
keliling.
Peningkatan
pelayanan perpustakaan dilakukan dengan menambah jumlah jam/hari buka perpustakaan (hari sabtu tetap buka) dan mengikutkan petugas dalam kursus/bintek terkait dengan pustaka untuk meningkatkan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 62
profesionalisme dalam pelayanan. Peningkatan jumlah pengunjung perpustakaan dan koleksi buku seperti terlihat pada tabel 2.48: Tabel 2.48 Jumlah Pengunjung dan Koleksi Perpustakaan Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO
Indikator
1 2
2007
2008
Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun (orang)
57.814
59.965
Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah
35.927
Fiksi (buah)
Tahun 2009
2010
2011
74.216
89.427
89.427
42.721
47.520
50.163
51.302
9.103
10.949
12.085
12.812
13.138
Non Fiksi (buah)
23.411
28.068
31.274
32.820
33.383
Majalah (buah)
1.623
1.894
2.185
2.425
2.663
Referensi (buah)
1.790
1.810
1.976
2.106
2.118
Sumber : Kantor Perpustakaan Daerah, 2011
2.1.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan a. Urusan Pilihan Pertanian Produktivitas padi dan bahan pangan utama meningkat dipengaruhi faktor pola tanam, penggunaan bibit yang berkualitas dan penggunaan pupuk organik serta kesadaran pengembangan pangan non padi. Perkembangan indikator pertanian selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.49: Tabel 2.49 Produktivitas Padi dan Kontribusi Per Sektor Terhadap PDRB Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO
Indikator
2007
2008
Tahun 2009
2010
2011
1
Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar
57,12
61,62
60,72
59,34
56,65
2
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (%)
16,63
16,91
16,47
15,95
12,56
Tanaman bahan makanan
12,96
13,30
12,89
12,37
9,11
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 63
Tanaman perkebunan
0,46
0,45
0,44
0,44
0,38
Peternakan dan hasil-hasilnya
2,17
2,10
2,06
1,99
2,12
Kehutanan
0,06
0,06
0,06
0,06
0,06
perikanan
0,98
1,01
1,03
1,10
1,10
3
Kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras) terhadap PDRB
0,46
0,45
0,44
0,44
0,38
4
Cakupan bina kelompok petani (kelompok) TPH
149
220
172
180
180
Ikan
312
315
315
379
379
nak
455
518
504
598
598
kebun
204
161
177
164
164
Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, 2011
b. Urusan Pilihan Kehutanan Pembangunan urusan kehutanan di Kabupaten Sleman sesuai dengan potensinya lebih diarahkan untuk konservasi hutan produksi dan hutan rakyat. Untuk memperbaiki dan menanggulangi kerusakan hutan dan lahan dilakukan beberapa upaya yaitu dengan rehabilitasi hutan dan lahan kritis. Masyarakat di Kabupaten Sleman selain membudidayakan jenis tanaman kayu juga telah mengembangkan hasil produksi kehutanan non kayu seperti madu yang dapat memberikan kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 2.50: Tabel 2.50 Luas Lahan Kritis dan Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap PDRB Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO
Indikator
2007
2008
Tahun 2009
2010
2011
1
Rehabilitasi hutan dan lahan kritis (ha)
6.437,00
6.237,00
6.237,00
7.268,5
7.268,5
2
Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB (%)
0,06
0,06
0,06
0,06
0,01
Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, 2011
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 64
c. Urusan Pilihan Energi dan Sumber Daya Mineral Sumber daya mineral yang dapat ditambang di Kabupaten Sleman adalah bahan galian golongan C (BGGC) meliputi pasir dan batu, andesit, breksi batu apung, dan tanah liat. Bahan Galian Golongan C pasir dan batu di Kabupaten Sleman pasokannya bergantung dari aktivitas Gunung Merapi. Bahan galian gamping di Kabupaten Sleman tidak boleh ditambang karena lokasinya hanya terdapat di Kecamatan Gamping dan telah ditetapkan sebagai kawasan Cagar Alam atau Taman Wisata Alam Gunung
Gamping
dengan
SK
Menteri
Pertanian
Nomor:
526/KPTS/UM/7/1982 tanggal 21 Juli 1982. Namun dalam pelaksanaan pengelolaan sumberdaya mineral dalam hal ini BGGC masih ditemui kegiatan penambangan yang tanpa izin dan sulit dikendalikan. Sektor pertambangan ini juga memberikan kontribusi terhadap PDRB. d. Urusan Pilihan Pariwisata Jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Sleman selama tahun 2007-2011 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 19,68% per tahun. Pada tahun 2010 jumlah kunjungan wisatawan mengalami penurunan sebesar 10,26% dari tahun 2009. Penurunan ini disebabkan terjadinya erupsi Merapi pada bulan Oktober-November 2010, sehingga para wisatawan mengalami ketakutan mengunjungi Kabupaten Sleman. Pada tahun 2011 kunjungan wisatawan mengalami kenaikan sebesar 1,57% dari tahun 2010. Wisatawan mulai mendatangi obyek-obyek wisata di Kabupaten Sleman terutama di lereng merapi. Apabila dilihat dari kontribusi sektor terhadap PDRB, sektor pariwisata memberikan kontribusi dalam pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2007 – 2011 rata-rata sebesar 14,90% per tahun. Perkembangan jumlah wisatawan dan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB tahun 2007-2011 sebagai berikut:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 65
Tabel 2.51 Jumlah Kunjungan Wisatawan dan Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap PDRB Tahun 2007-2011 NO
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 1.758.542 2.276.478 3.595.924 3.226.976 3.277.728
Indikator
1
Kunjungan wisatawan (orang)
2
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB Hb (%)
14,67
14,66
15,07
14,91
15,19
Sumber: - BPS Kab. Sleman, 2011 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Sleman, 2011
e. Urusan Pilihan Kelautan dan Perikanan Perkembangan luas lahan usaha perikanan darat khususnya yang dilakukan di kolam selama lima tahun terakhir cenderung meningkat. Kenaikan ini diikuti dengan kenaikan produksi perikanan dan konsiumsi ikan. Keberhasilan pelaksanaan urusan perikanan dicapai melalui pembinaan kelompok perikanan. Perkembangannya dapat dilihat pada tabel 2.52: Tabel 2.52 Indikator Urusan Perikanan Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO
Indikator
2008 10.297,78
Tahun 2009 12.405
2010 14.574,88
2011 18.364,10
1
Produksi perikanan (ton)
2007 8.148,85
2
Konsumsi ikan
23,14%
24,80%
25,95%
26,73%
27,78
312
315
315
379
415
3 4
Cakupan bina kelompok nelayan Produksi perikanan kelompok nelayan (benih)
532.156.500 704.545.500 748.435.700 785.857.500 840.182.800
Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, 2011
f. Urusan Pilihan Perdagangan Selama
tahun
2007-2011,
sektor
perdagangan
memberikan
kontribusi terhadap PDRB atas dasar harga berlaku rata-rata sebesar .7,93% per tahun. Nilai ekspor bersih perdagangan di Kabupaten Sleman selama tahun 2007-2011 mengalami penurunan pertumbuhan rata-rata sebesar 1,67% per tahun, yaitu dari US$ 39.072.912 pada tahun 2007 menjadi US$ 32.023.058 pada tahun 2011. Penurunan ini disebabkan menurunnya jumlah eksportir, dimana pada tahun 2007 RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 66
jumlah eksportir sebanyak 55 menjadi 45 pada tahun 2011. Jumlah eksportir ini mempengaruhi volume produk yang diekspor yaitu dari 7.874.448 kg pada tahun 2007 menjadi 2.932.250 kg pada tahun 2011. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.53: Tabel 2.53 Kontribusi Terhadap PDRB dan Nilai Ekspor Sektor Perdagangan Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO 1 2 3
2007
2008
Tahun 2009
2010
2011
7,58
7,71
8,00
8,11
8,25
Ekspor Bersih Perdagangan (US$)
39.072.912
33.831.618
35.191.539
23.614.793
32.023.058
Cakupan bina usaha informal (PKL)
1.210
1.001
911
935
959
Indikator Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB Hb (%)
Sumber: - BPS Kab. Sleman - Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi; Kantor Satpol PP Kab. Sleman, Dinas Pasar, 2011
Jumlah usaha informal (PKL) di Kabupaten Sleman selama tahun 2007-2009 mengalami penurunan yaitu dari 1.210 pada tahun 2007, turun menjadi 1.001 pada tahun 2008 dan turun lagi menjadi 911 pada tahun 2009. Pada tahun 2010 jumlah PKL meningkat menjadi menjadi 935 dan pada tahun 2011 mencapai 959. g. Urusan Pilihan Perindustrian Selama tahun 2007-2011, sektor industri memberikan kontribusi terhadap PDRB atas dasar harga berlaku rata-rata sebesar 14,32% per tahun. Jumlah industri di Kabupaten Sleman mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 1,69%. Jumlah industri kecil dan rumah tangga mengalami kenaikan rata-rata 1,66% yaitu dari 14.466 unit pada tahun 2007 menjadi 15.449 unit pada tahun 2011. Jumlah pengrajin yang dibina selama tahun 2007-2011 juga meningkat yaitu sebesar 3,44% pada tahun 2007 menjadi 14,27% pada tahun 2011. Data tersebut sebagaimana pada tabel 2.54:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 67
Tabel 2.54 Indikator Urusan Perindustrian Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO 1
Indikator Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB Hb (%)
2
2007
2008
Tahun 2009
2010
2011
15,09
14,33
14,18
14,17
13,84
0,39
2,80
1,88
1,09
14.555
14.610
15.012
15.289
15.449
3,44
6,13
8,99
13,05
14,27
Pertumbuhan Industri (%)
3
Jumlah industri kecil & rumah tangga (buah)
4
Cakupan bina pengrajin (%)
Sumber: - BPS Kab. Sleman, 2011 - Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kab. Sleman, 2011
h. Urusan Pilihan Ketransmigrasian Untuk pelaksanaan transmigrasi merupakan kerja sama antar pemerintah daerah baik daerah pengirim maupun daerah penerima dengan Pemerintah Pusat sebagai fasilitator. Pola transmigrasi sudah mencerminkan partisipasi dan keswadayaan masyarakat baik melalui trasmigrasi umum maupun melalui transmigrasi swakarsa. Untuk transmigrasi swakarsa di kabupaten mulai memberangkatkan di tahun 2007. Pada tahun 2011 ini mencapai 33,33% dari jumlah transmigran yang terkirim adalah transmigrasi swakarsa. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel 2.55: Tabel 2.55 Persentase Transmigran Swakarsa Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO 1
Indikator Transmigran swakarsa (%)
2007
2008
Tahun 2009
2010
2011
9,62
16,33
18,52
33,33
33,33
Sumber : Dinas Nakersos Kab. Sleman 2011
2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah 2.1.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Analisis fokus kemampuan ekonomi daerah dilihat dari indikator kemampuan daerah dalam meningkatkan pendapatan masyarakatnya. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita di Kabupaten Sleman selama tahun 2007-2011 mengalami kenaikan sebesar 9,84% per tahun RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 68
yaitu dari Rp. 15.166.902 pada tahun 2007 menjadi Rp. 22.033.726 pada tahun 2011. Peningkatan konsumsi rumahtangga per kapita tersebut antara lain disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Sleman yang mengakibatkan meningkatnya konsumsi barang dan jasa. Selain itu, membaiknya kondisi ekonomi masyarakat serta perkembangan ilmu dan teknologi
mempengaruhi
perubahan
selera
dan
perilaku
konsumsi
masyarakat. Meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita lebih banyak ditopang oleh pengeluaran konsumsi non pangan per kapita. Besarnya kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga non pangan per kapita terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita selama tahun 2007-2011 rata-rata sebesar 52,22% per tahun, yaitu dari 51,75% pada tahun 2007 menjadi 52,50% pada tahun 2011. Produktivitas total Kabupaten Sleman selama tahun 2007-2011 menunjukkan kenaikan sebesar 8,22% per tahun, yaitu dari Rp. 18.192.619 per angkatan kerja pada tahun 2007 menjadi Rp. 24.933.275 per angkatan kerja pada tahun 2011. Kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.56: Tabel 2.56 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dan Non Pangan per Kapita Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO
Indikator
1
Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita (Hb)
2
Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita (Hb)
3
Produktivitas total daerah
Tahun 2009
2007
2008
2010
2011
15.166.902
17.235.325
25.254.039
20.813.986
25.326.824
51,75
51,99
52,35
52,52
52,50
18.192.619
20.197.939
21.913.162
23.705.217
24.933.275
Sumber: BPS Kab. Sleman, 2011
2.1.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Pembangunan sarana dan prasarana wilayah atau infrastruktur direncanakan untuk mendukung terwujudnya visi dan misi pembangunan di Kabupaten Sleman. Sarana dan prasarana wilayah pada dasarnya merupakan elemen pendukung bagi berlangsungnya kehidupan suatu RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 69
wilayah
karena
masyarakat
yang
tinggal
di
suatu
wilayah
akan
membutuhkan sarana prasarana untuk melangsungkan kegiatan. Fasilitas sarana prasaran wilyah tersebut diantaranya : 1. Perhubungan Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan dari tahun ke tahun semakin menurun, artinya bahwa dengan panjang jalan tetap, jumlah kendaraan semakin bertambah, kepadatan kendaraan semakin bertambah. Pertumbuhan jumlah orang/barang yang melalui terminal dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Keadaan ini dikarenakan adanya pelayanan yang lebih baik. Data dapat dilihat sebagaimana tabel 2.57: Tabel 2.57 Rasio Panjang Jalan dan Jumlah Orang/Barang Pengguna Terminal Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO
Indikator
1
Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan
2
Jumlah orang/barang melalui terminal per tahun
2007
2008
Tahun 2009
2010
2011
0,16 km/kend
0,14 km/kend
0,14 km/kend
0,13 km/kend
0,13 km/kend
5.611.705 5.705.876
5.641.029
5.303.785 5.584.375
Sumber : Dinas Hubkominfo, 2011 ,
2. Sarana Perekonomian Jumlah restoran di Kabupaten Sleman lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah rumah makan. Pada tahun 2007, persentase jumlah restoran sebesar 20,98%, sedangkan jumlah rumah makan sebesar 79,02%. Pada tahun 2011, persentase jumlah restoran mengalami kenaikan menjadi 21,21%, sedangkan prosentase jumlah rumah makan menjadi 78,79%. Persentase jumlah penginapan di Kabupaten Sleman terbesar adalah pondok wisata, yaitu sebesar 64,93% pada tahun 2007, meningkat pada tahun 2008 menjadi 66,49%. Pada tahun 2009 jumlah pondok wisata turun menjadi 63,78% dan turun lagi menjadi 61,43% pada tahun 2010. Penurunan jumlah pondok wisata pada tahun 2010 ini lebih disebabkan karena dampak erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 dimana sebagian besar pondok wisata berlokasi di kecamatan Cangkringan. Sementara pada RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 70
tahun 2011 jumlah pondok wisata menjadi 60,20%. Persentase hotel melati di Kabupaten Sleman sebesar 31,01% pada tahun 2007 menjadi 34,76% pada tahun 2011. Demikian juga jumlah hotel berbintang di Kabupaten Sleman pada tahun 2007 sebesar 4,06% menjadi 5,04% pada tahun 2011. Persentase tersebut dapat dilihat pada tabel 2.58: Tabel 2.58 Persentase Jumlah Restoran dan Hotel Menurut Jenis Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO
Indikator
1
Jenis dan jumlah restoran
2007
- restoran (%) - rumah makan (%) 2
2008
Tahun 2009
2010
2011
20,98
20,65
21,49
20,00
21,21
79,02
79,35
78,51
80,00
78,79
4,06
3,75
3,78
4,13
5,04
31,01
29,76
32,43
34,44
34,76
64,93
66,49
63,78
61,43
60,20
Jenis dan Jumlah hotel -
hotel berbintang (%)
-
hotel melati (%)
-
pondok wisata (%)
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2011
3. Jaringan Listrik Energi listrik sudah menjadi kebutuhan setiap orang dan pemenuhan kebutuhan listrik menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan di Kabupaten Sleman. Data rasio elektrifikasi belum tersedia. 2.1.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi Keamanan, ketertiban dan penanggulangan kriminalitas merupakan salah satu prioritas untuk mewujudkan stabilitas penyelenggaraaan pemerintahan
terutama
di
daerah.
Pemerintahan
Daerah
dapat
terselengggara dengan baik apabila pemerintah dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat, menjaga ketertiban dalam pergaulan masyarakat serta menanggulangi kriminalitas. Kondisi yang kondusif (aman dan tertib) suatu wilayah merupakan salah satu syarat untuk menarik investasi disamping prosedur dan proses perijinan yang tepat waktu. Menurunnya angka kriminalitas dan jumlah
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 71
demo serta lebih singkatnya waktu penyelesaian perijinan diharapkan dapat mendukung iklim investasi di Kabupaten Sleman. Upaya untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif merupakan tantangan yang cukup berat bagi Pemerintah Kabupaten Sleman, karena menyangkut beberapa peraturan baik di tingkat pusat maupun daerah. Perbaikan iklim, investasi perlu dilakukan pemerintah daerah untuk menyikapi perbaikan di bidang peraturan perundang-undangan di daerah, perbaikan pelayanan, dan penyederhanaan birokrasi. Kondisi iklim investasi dapat dilihat pada tabel 2.59: Tabel 2.59 Indikator Iklim Investasi Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman NO
Indikator
1
Angka kriminalitas
2
Jumlah demo
3
Lama proses perijinan
4
Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah
5
Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha
2007 12,88
2008 11,36
Tahun 2009 16,30
2010 12,08
2011 6,63
62
100
77
56
9
13,8 hr
13,8 hr
13,8 hr
11,6 hr
11,6 hr
34
37
38
39
39
2
2
2
2
2
Sumber : data diolah dari berbagai sumber, 2011.
2.1.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia Masalah angkatan kerja adalah masalah yang perlu mendapat perhatian besar dalam melakukan perencanaan pembangunan karena di dalam kelompok angkatan kerja terdapat kelompok penduduk yang bertindak sebagai pelaku ekonomi. Semakin besar jumlah tenaga kerja di dalam suatu daerah, semakin besar penawaran tenaga kerjanya. Apabila hal ini tidak diikuti dengan peningkatan permintaan tenaga kerja (kesempatan kerja) maka akan jadi pengangguran. Disamping itu, semakin besar jumlah tenaga kerja maka semakin besar kapasitas penduduk usia kerja untuk menopang
penduduk
usia
tidak
produktif,
sebagai
nilai
rasio
ketergantungan akan cenderung menurun, namun ini memerlukan jumlah kesempatan kerja yang mencukupi.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 72
1. Ketenagakerjaan Rasio ketergantungan atau angka beban tanggungan penduduk Kabupaten Sleman tahun 2007 mencapai angka 39%, ini berarti bahwa setiap 100 orang yang berusia produktif harus menanggung kurang lebih 39 orang usia belum produktif (usia 0-14 tahun) dan usia tidak produktif (65 keatas) demikian juga di Tahun 2011 rasio ketergantungan mencapai angka .41,75% berarti setiap 100 orang berusia produktif harus menanggung kurang lebih 41 usia belum produktif dan usia tidak produktif. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel 2.60: Tabel 2.60 Angka Beban Tanggungan Penduduk Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman Tahun
Penduduk Kelompok Umur
Rasio Ketergantungan (%)
0-14 tahun
15-64 tahun
≥ 65 tahun
Anak
Lansia
Total
2007
208.992
734.048
83.664
28
11
39
2008
212.191
727.910
100.118
29
14
43
2009
198.399
782.624
72.542
25
9
34
2010
238.931
771797
83.294
21,84
7,61
41,75
2011
233.635
796.085
53.277
29,35
6,69
36,04
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman, 2011
2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD Rencana Kerja Pembangunan Daerah, merupakan rencana pembangunan yang diaktualisasikan dalam kebijakan dan program tahunan, dengan memanfaatkan seluruh sumber daya pembangunan di daerah, dan tetap memperhatikan konsistensi perencanaan jangka menengah dan jangka panjang. Untuk menilai kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah, yang diimplementasikan dalam RKPD dilakukan melalui proses evaluasi kinerja pembangunan daerah. Melalui evaluasi kinerja pelaksanaan pembangunan akan dihasilkan informasi kinerja yang dapat menjadi masukan bagi proses perencanaan dan penganggaran yang didukung oleh ketersediaan informasi RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 73
dan data yang lebih akurat. Dengan demikian, program pembangunan menjadi lebih efisien, efektif, disertai dengan akuntabilitas pelaksanaannya yang jelas. Oleh karena itu, evaluasi kinerja kebijakan dan program, merupakan bagian penting untuk menilai pencapaian program dan kegiatan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, yang pada gilirannya menjadi bahan masukan bagi penyusunan rencana kebijakan dan program selanjutnya. Dalam hal evaluasi terhadap rencana kerja Tahun 2011, fokus penilaian kinerja kebijakan dan program pembangunan Tahun 2011 adalah pada penilaian capaian target terhadap realisasi rencana pembangunan tahunan daerah yang didukung oleh sumber dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Sleman. Adapun hasil evalusi tersebut dituangkan berdasarkan capaian kinerja program dan kegiatan pada urusan wajib dan urusan pilihan. a. Urusan Wajib Pendidikan Urusan Pendidikan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga. Tahun 2011 alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan pendidikan sebesar Rp 156.972.282.230 realisasi Rp 111.452.634.013 atau 71%. Anggaran tersebut dipergunakan untuk membiayai sebanyak 11 program dan 87 kegiatan dengan tingkat capaian kinerja kegiatan rata-rata 103,77%. Realisasi anggaran yang hanya 71% lebih disebabkan pada pelaksanaan kegiatan DAK yang tidak bisa terserap karena terkendala dengan Juknis yang datangnya
di
penghujung
tahun
anggaran,
sehingga
tidak
mungkin
dilaksanakan menyebabkan sisa anggaran cukup besar, karena anggaran DAK kurang lebih 50 milyar hanya mampu diserap kurang lebih 8 milyar. Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu : 1) Masih terdapatnya pendidik yang belum memenuhi standar kualifikasi S1/DIV yaitu untuk SD 41,01%, SMP 27,01%, SMA/SMK 10,65%. Hal ini disebabkan antara lain guru pada jenjang SD/SMP sebagian besar berpendidikan SPG dan D2
dan sebagian besar masih dalam tahap
menyelesaikan pendidikan.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 74
2) Masih terdapat anak-anak yang putus sekolah pada jenjang SD/MI 40 orang, SMP/MTs 32 orang, SMA/SMK/MA 74 orang dikarenakan antara lain faktor ekonomi, orang tua, pernikahan dini dan bekerja. 3) Masih terdapat fasilitas pendidikan TK, SD, SMP, SMA/SMK yang ruang kelasnya rusak berat, SD/MI : 7,7%, SMP/MTs : 27,01% dan SMA/SMK : 10,65%. b. Urusan Wajib Kesehatan Pelaksanaan program dan kegiatan pada urusan kesehatan pada tahun 2011 telah mampu mendukung upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Capaian indikator pembangunan kesehatan mampu melebihi capaian propinsi maupun nasional. SKPD penyelenggara urusan kesehatan adalah Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman dan RSUD Prambanan. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan kesehatan sebesar Rp 65.566.459.297 realisasi Rp 58.077.686.073 atau 88,58%. Anggaran tersebut dipergunakan untuk membiayai 31 program dan 78 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan 89,86% Capaian berbagai program dan kegiatan
mampu mendukung upaya
peningkatan kesehatan masyarakat, antara lain : 1) Usia Harapan Hidup (UHH) yang mencapai 75,76 tahun. 2) IPKM mencapai urutan ke-7 nasional berdasarkan hasil riskesdas tahun 2010. 3) Derajad kesehatan masyarakat diatas rata-rata pencapaian nasional. Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu : 1)
Masalah tingginya jumlah penderita HIV/AIDS Dari data register kasus HIV/Aids sejak tahun 2004 sampai akhir 2011 jumlah penderita HIV/AIDS yang berdomisili di Kabupaten Sleman 134 orang dengan 143 HIV dan 142 AIDS jenis kelamin laki-laki 186 orang, perempuan 90 orang. Status penderita yang hidup 246 orang dan 30 orang meninggal. Faktor resiko dari penderita adalah pengguna RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 75
narkoba suntik (Penasun) 77 orang (27,89%), heteroseksual 138 kasus (50%), perinatal 6 kasus (2,17%), homoseksual 11 kasus (3,98%), tranfusi 1 kasus (0,36%), tidak diketahui 40 kasus. Kegiatan penanggulangan HIV/AIDS masih banyak dibiayai dari sumber non APBD yaitu dari Proyek Global Fund seperti pelayanan Voluntary Conselling and Testing (VCT), pengobatan ARF di RS dan penyediaan reagen, kegiatan Prevention Maternal transmited Care Treatment (PMTCT), pendampingan tenaga ahli HIV/AIDS penyediaan sarana promosi dsb. 2)
Terjadinya kasus Leptospirosis Tahun 2011 68 kasus dengan kematian 3 orang
3)
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bagi seluruh lapisan masyarakat yang belum optimal sehingga masih ditemukan penyakitpenyakit yang disebabkan oleh perilaku seperti diare, kanker, dsb.
4)
Masih lemahnya pengendalian,
monitoring dan evaluasi
serta
pengawasan, penggunaan bahan alat habis pakai RSUD Sleman sehingga terjadi pemborosan. 5)
Kurang memadainya sarana dan prasarana RSUD Prambanan.
6)
Belum idealnya rasio bidan dengan penduduk.
7)
Belum mencukupinya rasio dokter dengan penduduk di Puskesmas, Pustu dan RSUD Sleman/Prambanan.
c. Urusan Wajib Pekerjaan Umum Pelaksanaan program dan kegiatan urusan pekerjaan umum telah mampu meningkatkan kualitas maupun kuantitas prasarana jalan, jembatan, dan irigasi. SKPD penyelenggara urusan pekerjaan umum adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan dan Dinas Sumber daya Air, Energi dan Mineral Kabupaten Sleman. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan
pekerjaan
umum
sebesar
Rp60.424.290.552
realisasi
Rp57.229.025.620,07 atau 94,71%. Anggaran tersebut dipergunakan untuk RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 76
membiayai 17 program dan 66 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 95,65%. Capaian berbagai program dan kegiatan mampu mendukung upaya peningkatan infrastruktur daerah, antara lain; prasarana jalan, jembatan, irigasi, pengelolaan air minum, air limbah, gedung pemerintah, dan infrastruktur pedesaan. Pelaksanaan program dan kegiatan pada urusan pekerjaan umum sampai dengan tahun 2011, masih menghadapi beberapa permasalahan, yaitu : 1. Laju tingkat kerusakan jalan dan jembatan tidak seimbang dengan ketersediaan dana APBD, terlebih akibat bencana erupsi Merapi. Sebagian jalan di kawasan lokasi bencana erupsi Merapi rusak termasuk yang telah selesai dilakukan rehabbilitasi maupun yang dilalui kendaraan pengangkut pasir. Kendaraan berat yang digunakan untuk normalisasi aliran sungai juga memberi sumbangan terhadap kerusakan jalan ini. 2. Penanganan jalan dipengaruhi oleh ketersediaan aspal oleh pihak ke tiga, sehingga dalam pelaksanaannya mengalami keterlambatan karena menunggu jadwal penyaluran d. Urusan Wajib Perumahan SKPD penyelenggara urusan perumahan adalah Bidang Perumahan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan perumahan sebesar Rp5.261.904.350 realisasi Rp5.046.736.000 atau 95,91%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 3 program dan 9 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan 98%. Capaian
program
dan
kegiatan
urusan
perumahan
yang
mampu
mendukung penyediaan sarana dan prasarana perumahan antara lain : 1) Penanganan rumah tidak layak huni sebanyak 13.054 unit. 2) Penyempurnaan fasilitas Rusunawa berupa pembangunan ipal 2 unit dan utilitas penunjang lainnya. 3) Penataan kawasan land cosolidation dan pembuatan jalan lingkungan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 77
4) Fasilitasi dan stimulasi pembangunan masyarakat kurang mampu melalui stimulasi bantuan semen 12.900 zak dan bedah rumah 34 unit rumah. e. Urusan Wajib Penataan Ruang SKPD penyelenggara urusan penataan ruang adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan PUP. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan penataan ruang sebesar Rp2.169.396000, realisasi Rp1.726643.169 atau 79,59%. Anggaran ini digunakan untuk membiayai 3 program dengan rata-rata capaian kinerja kegaiatan sebesar 100%. Capaian
program
dan
kegiatan
yang
mampu
berkontribusi
pada
meningkatnya penataan ruang yaitu telah ditetapkannya 13 RDTR kecamatan dari 17 kecamatan yang ada. 4 kecamatan yang belum memiliki RDTR adalah Kecamatan Minggir, Tempel, Turi, dan Cangkringan. Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu : 1. Ketaatan masyarakat terhadap tata ruang, perizinan serta persyaratan tata bangunan dan lingkungan masih rendah. 2. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman belum memiliki kekuatan hukum. 3. Rencana rinci tata ruang belum mencakup seluruh Kabupaten Sleman f. Urusan Wajib Perencanaan Pembangunan Penyusunan berbagai dokumen perencanaan disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat serta menjaga konsistensi antara perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Untuk itu model perencanaan partisipatif terus dipertahankan dan ditingkatkan dengan maksud mengakomodir aspirasi yang berkembang di masyarakat ke dalam berbagai program dan kegiatan tahunan daerah. Proses perencanaan pembangunan Kabupaten Sleman tahun 2011 dapat dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan siklus perencanaan. Proses perencanaan dilakukan melalui inventarisasi, klasifikasi, sinkronisasi dan seleksi
usulan
program/kegiatan
yang
terpadu
dalam
Musyawarah
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 78
Perencanaan
Pembangunan
(Musrenbang)
tingkat
desa,
kecamatan,
kabupaten, propinsi, dan tingkat nasional. Proses ini telah menghasilkan perencanaan yang komprehensif, mengakomodasi berbagai kepentingan dari para pihak, berbagai sektor dan sasaran yang bermuara pada satu tujuan yaitu kesejahteraan
masyarakat.
Musrenbang
tersebut
menghasilkan
usulan
program dan kegiatan yang berasal dari dana APBN, APBD Provinsi, APBD kabupaten dan masyarakat. Usulan program dan kegiatan tersebut dirangkum dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). RKPD menjadi acuan dalam penyusunan KUA dan PPAS. Rencana Kerja Pembangunan Daerah disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan. SKPD penyelenggara urusan perencanaan pembangunan adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Alokasi anggaran tahun 2011 untuk
penyelenggaraan
urusan
perencanaan
pembangunan
sebesar
Rp5.374.831.300 realisasi Rp4.896.624.745 atau 91,01%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 12 program dan 43 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 100%. Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu : 1) Diterbitkannya peraturan baru tentang pedoman perencaan daerah yang berbeda dengan peraturan sebelumnya sehingga perlu penyesuaianpenyesuaian
yang
cukup
memakan
waktu
dan
menyebabkan
keterlambatan penetapan dokumen perencanaan daerah. 2) Proses perencanaan teknokratik yang berbasis pada data sekunder dan primer, baik dari hasil monitoring dan evaluasi
maupun hasil
kajian/telahaan, dianggap masih belum memadai sehingga kekuatan data dan informasi dalam memproyeksikan arah pembangunan berikutnya masih lemah.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 79
g. Urusan Wajib Perhubungan Prasarana dan sarana perhubungan yang meliputi prasarana dan sarana lalulintas, management transportasi dan terminal merupakan potensi yang dapat
dikembangkan
untuk
menunjang
mengoptimalkan
aktivitas
perekonomian di Kabupaten Sleman. Hasil-hasil pembangunan di bidang penerangan jalan umum tersebut memberikan dampak positif yang signifikan dalam capaian perkembangan jalan strategis yang terlayani lampu penerangan jalan. Untuk menjaga agar LPJU tetap berfungsi dengan baik diperlukan pemeliharaan LPJU. SKPD penyelenggara urusan perhubungan adalah Sekretariat, Bidang Lalu Lintas, Bidang Sarana dan Prasarana Lalu Lintas bidang komunikasi dan informasi dan UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor pada Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika. Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan perhubungan sebesar Rp.7.190.549.500 realisasi Rp6.381.659.251 atau 87,73%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 9 program dan 38 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 95,02%. Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu : 1) Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas di jalan raya. 2) Masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pemasangan penerangan jalan umum yang legal.. h. Urusan Wajib Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Sleman memberikan perhatian yang serius terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini didasari bahwa kualitas lingkungan yang buruk mempengaruhi mutu generasi sekarang maupun yang akan datang. Berbagai
program dan kegiatan urusan lingkungan hidup mampu
mendukung pencapaian kualitas udara jauh di bawah ambang batas sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 maupun Keputusan Gubernur DIY Nomor 153 Tahun 2002. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 80
Upaya-upaya yang dilakukan dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup telah mendapatkan apresiasi dengan diraihnya prestasi tingkat Nasional Kabupaten Sleman tahun 2011 bidang lingkungan hidup yaitu Penerima penghargaan KALPATARU katagori Pembina Lingkungan yang diterima oleh Camat Berbah Drs. Krido Suprayitno,SE,M.Si SKPD penyelenggara urusan lingkungan hidup adalah Kantor Lingkungan Hidup. Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan lingkungan hidup sebesar Rp 7.674.074.500 realisasi Rp 6.763.400.155 atau 88,13%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 10 program dan 43 kegiatan dengan ratarata capaian kinerja kegiatan sebesar 107,29%. Pemantauan dan pengujian kualitas udara dilakukan bekerjasama dengan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan penyakit Menular (BBTKL-PPM) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di 26 titik pantau padat lalu lintas dan fasilitas umum. Dari hasil pemantauan dan pengujian kualitas udara yang dilakukan sesaat (pengukuran 1 jam), diketahui bahwa dari 8 (delapan) parameter yang diuji yaitu SO2, CO, NO2, O3, HC, PM10, TSP, dan Pb, terdapat satu parameter yaitu hidro karbon (HC) di beberapa titik pemantauan, hasilnya melebihi nilai ambang batas. Parameter yang lain masih berada di
bawah nilai ambang
batas baku mutu lingkungan yang ditetapkan. Namun hasil tersebut jika dibandingkan dengan hasil pemantauan yang dilakukan pada periode sebelumnya relative cenderung mengalami kenaikan. Adanya kecenderungan semakin meningnkatnya parameter kualitas udara dimungkinkan oleh karena adanya peningkatan kepadatan arus lalu lintas yag disertai dengan emisi gas buang dari kendaraan bermotor. Namun dalam pelaksanaannya masih ditemui permasalahan sebagai berikut : 1) Hilangnya keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna di kawasan lereng Merapi akibat terkena erupsi, sehingga peresapan air ke dalam tanah akan sangat berkurang.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 81
2) Masih banyak terlihat adanya timbunan sampah liar di beberapa tempat terutama sekitar bantaran sungai. 3) Meningkatnya beberapa parameter udara yaitu hidrokarbon (HC), timah hitam dan sulfur dioksida dibeberapa lokasi pengujian. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah dari kegiatan transportasi. i. Urusan Wajib Pertanahan Upaya peningkatan tertib administrasi pertanahan terus dilakukan melalui pendataan,
pengukuran,
dan
pensertifikatan.
Ketersediaan
data
terus
diupayakan dengan inventarisasi peta persil tanah kas desa sampai dengan tahun 2011 sebanyak 4.800 bidang tanah, sedangkan untuk ploting tanah kas desa sampai dengan tahun 2011 sebanyak 3.600 bidang tanah. Guna kepastian status tanah kas desa dilakukan sertifikasi tanah kas desa pada tahun 2011 sebanyak 232 bidang tanah, sehingga sampai dengan tahun 2011 tanah kas desa yang bersertifikat sebanyak 7.772 bidang tanah. SKPD penyelenggara urusan pertanahan adalah Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah dengan alokasi anggaran pada tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan pertanahan sebesar Rp2.801.652.500 realisasi Rp2.753.904.828 atau 98,29%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 7 program dan 27 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 104,13 %. Permasalahan yang masih dihadapi pada pelaksanaan urusan pertanahan adalah : 1) Pengendalian dan pengawasan terhadap pemanfaatan dan pemilikan tanah belum optimal. 2) Implementasi Sistem Informasi Perizinan belum optimal. j. Urusan Wajib Kependudukan dan Catatan Sipil Sehubungan masih terdapatnya status kependudukan ganda antar kabupaten/kota di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta masih banyaknya data penduduk yang tidak akurat maka pemerintah mencanangkan pelaksanaan program nasional Kartu Tanda Penduduk Elektronik pada tahun 2011 sebagai tindak lanjut amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 82
tentang Administrasi Kependudukan. Adapun maksud dari program nasional tersebut adalah untuk pembentukan akurasi data kependudukan skala nasional serta mewujudkan Nomor Induk Kependudukan tunggal bagi penduduk Indonesia. Penerapan Kartu Tanda Penduduk Elektronik dilaksanakan secara bertahap pada tahun 2011 sampai dengan 2012. Pada tahun 2011 dilaksanakan di 197 Kabupaten/Kota, dimana Kabupaten Sleman merupakan salah satu dari ke 197 Kabupaten/Kota tersebut. Pelaksanaan Program e-KTP di Kabupaten Sleman secara riil dilaksanakan baru bulan September. Hal ini dilakukan karena pengiriman alat dari Pemerintah Pusat terlambat sehingga pelaksanaannya juga mundur. Namun demikian, pelaksanaan kegiatan e-KTP di Kabupaten Sleman lancar, ini ditunjukkan dengan respon masyarakat terhadap pelaksanaan e-KTP sangat positif, ditunjukkan dengan kehadiran masyarakat dalam pengambilan gambar dan sidik jari di kecamatan. Sampai akhir desember 2011 perolehan target dalam pelaksanaan e-KTP sudah mencapai 30% dari jumlah wajib KTP. Dalam rangka mendukung program e-KTP yang harus dilaksanakan oleh seluruh pemerintah daerah se-Indonesia selambat-lambatnya tahun 2011, Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman menerbitkan Peraturan Bupati Sleman Nomor 80 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil, yang memungkinkan warga pemohon KTP untuk melakukan foto di kecamatan domisili atau membawa pas foto sesuai dengan ketentuan yang ada untuk di scan (di elektonisasi). Kebijakan ini dilakukan dengan tujuan untuk sinkronisasi dengan data SIAK dan untuk memudahkan masyarakat membuat KTP karena tidak ada biaya tambahan
untuk
pengambilan
tertib
foto
di
kecamatan
domisili,
sehingga
diharapkan
administrasi kependudukan dapat ditingkatkan secara significant. Pelaksanaan kegiatan e-KTP ini berjalan lancar ditunjukkan dengan respon masyarakat terhadap pelaksanaan e-KTP sangat positif, ditunjukkan dengan kehadiran masyarakat dalam pengambilan gambar dan sidik jari di kecamatan. Sampai
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 83
saat ini perolehan target dalam pelaksanaan e-KTP sudah 30% dari jumlah wajib KTP (sampai dengan 30 Desember 2011) Pada tahun 2011 kenaikan pelayanan kependudukan dan catatan sipil terutama dalam layanan akta catatan sipil sebesar 13,91% dari 23.505 akta, di tahun 2010 menjadi 26.774 akta di tahun 2011. Hal ini dikarenakan adanya perpanjangan dispensasi pengurusan akta kelahiran dari Mendagri yang memberikan dispensasi kepada penduduk yang lahir sebelum 1 Januari 2007 tidak perlu dengan penetapan pengadilan. Pada layanan administrasi kependudukan khususnya layanan KTP naik sebesar 15,69% dari 205.998 di tahun 2010 menjadi 238.328 di tahun 2011. Kenaikan Layanan KK di tahun 2010 sebesar 8,6% dari 72.851 KK dan menjadi 79.122 di tahun 2011. SKPD penyelenggara urusan kependudukan dan catatan sipil adalah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sleman. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan kependudukan dan catatan sipil sebesar Rp 3.778.043.000 dengan realisasi sebesar Rp 3.655.290.217 atau 96,75%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 5 program dan 32 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 98,75%. Namun dalam pelaksanaannya, ada beberapa kendala yag dihadapi SKPD penyelenggara urusan kependudukan dan catatan sipil, antara lain : 1. Keterbatasan sarana dan prasarana untuk mendukung program e- KTP yang harus dilaksanakan paling lambat tahun 2011. 2. Ruang penyimpanan dokumen kependudukan dan catatan sipil yang tidak memadi. Selama ini dititipkan SKPD lain sehingga seringkali berpindah-pindah. k. Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan Pemerintah Kabupaten Sleman terus berupaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan peran perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan anak. Hal ini dapat dilihat dari telah dilaksanakannya berbagai kegiatan, antara lain workshop internal lembaga pemberi layanan kepada korban kekerasan, workshop penyusunan data kasus kekerasan berbasis gender, penyusunan RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 84
model dan tahapan pencegahan kasus kekerasan berbasis gender, workshop penyusunan,
sosialisasi
peraturan
perundang-undangan
terkait
dengan
kesetaraan dan keadilan gender, diklat peningkatan peran perempuan dalam pengambilan keputusan, serta workshop peningkatan pelayanan untuk kelompok difabel. SKPD penyelenggara urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak adalah Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan Pemberdayaan Perempuan
dan
Perlindungan
Anak
sebesar
Rp725.022.500
realisasi
Rp723.493.000 atau 99,79%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 4 program dan 12 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 100%. Namun dalam pelaksanaannya masih ditemui permasalahan sebagai berikut : 1) Masih terjadi
tindak kekerasan dalam rumah tangga khususnya
terhadap perempuan dan anak. 2) Masih terjadi bias gender di masyarakat. l. Urusan Wajib Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Program dan kegiatan di bidang KB dapat meningkatkan jumlah peserta KB baru sebanyak 2.833 peserta (meningkat 23,96%), sehingga pada tahun 2011 jumlah peserta KB baru mencapai 14.656 peserta. Dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur (PUS) sebanyak 150.009 pasangan maka tingkat prevalensi peserta KB aktif mencapai 78,95%, menurun 1,04% dari tahun 2010 sebesar 79,99%. Namun pencapaian ini sudah melebihi target SPM nasional yaitu 65%. Anggaran yang berasal dari sumber dana APBN digunakan untuk membiayai 1 program 10 kegiatan dengan nilai anggaran sebesar 414.595.000, adapun realisasi penyerapan anggaran sebesar 414.365.000 (99,94%), dengan pencapaian kinerja sebesar 100%. Sementara keikutsertaan pria dalam KB pada tahun 2011 sebanyak 8.586 peserta (7,25% dari peserta KB aktif). Sedangkan keikutsertaan KB wanita sebanyak 109.838 peserta di tahun 2011. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 85
SKPD penyelenggara urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera adalah
Badan
Pemberdayaan
Keluarga
Berencana,
Perempuan.
Alokasi
Pemberdayaan anggaran
Masyarakat
tahun
2011
dan untuk
penyelenggaraan urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera sebesar Rp1.706.881.750 dengan realisasi Rp1.655.976.482 atau 97,02%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 13 program dan 18 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 106,94%. Namun dari program dan kegiatan yang sudah dilaksanakan masih ditemui permasalahan yaitu jumlah PUS sebanyak 150.009 pasangan, yang mengikuti program KB sebesar 118.424 (78,95%). m. Urusan Wajib Sosial Pelaksanaan program dan kegiatan pada urusan sosial diarahkan untuk merealisasikan salah satu prioritas pembangunan yaitu penanggulangan kemiskinan. Selain itu juga diarahkan pada upaya meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat penyandang masalah kesejahteraan sosial, perlindungan bayi/anak terlantar, korban kekerasan dalam rumah tangga, karang taruna, korban bencana, lansia dan anak sekolah. Upaya yang telah dilakukan adalah dengan pemberian bantuan, subsidi, pembinaan, pendampingan terhadap anak panti asuhan, penyandang cacat, korban bencana, korban kekerasan, dan lansia rawan sosial. Penyelenggara urusan sosial adalah Bidang Sosial pada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan sosial sebesar Rp5.625.596.500 terealisasi sebesar Rp5.058.035.775 atau sebesar 89,91%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 8 program dan 20 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 100,42%. Permasalahan yang masih dihadapi pada urusan sosial adalah: 1. Kabupaten Sleman belum mempunyai panti rehabilitasi. 2. Banyaknya lanjut usia terlantar dan Keluarga Bermasalah Sosial Psikologi (KBSP) yang berlum tertangani.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 86
n. Urusan Wajib Tenaga Kerja Program dan kegiatan urusan ketenagakerjaan sampai dengan tahun 2011 mampu mendukung penyerapan tenaga kerja sebanyak 3.480 dari total angkatan kerja sebanyak 524.958 orang. Tingkat penyerapan tenaga kerja ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai 90,27% dari sejumlah 473.590 orang tenaga kerja. Jumlah orang yang bekerja juga mengalami kenaikan sebanyak 24.029 orang dari 461.008 orang tahun 2010 menjadi 485.037 orang pada tahun 2011. Persentase angkatan kerja yang tidak bekerja dari 12,31% pada tahun 2010 menjadi 8,23% pada tahun 2011. (Hal ini terjadi karena adanya krisis ekonomi global yang berpengaruh pada perekonomian nasional dan regional. Banyaknya pemutusan hubungan kerja baik di dalam dan luar Sleman mempengaruhi total angkatan kerja yang tidak bekerja. Disamping itu banyaknya tenaga kerja yang telah mendapat pekerjaan tidak melaporkan diri ke Dinas Tenaga Kerja dan Sosial menyebabkan angka pengangguran yang tercatat mengalami peningkatan). Namun demikian jumlah perusahaan di Kabupaten Sleman mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 tercatat sebanyak 997 perusahaan beroperasi di wilayah Kabupaten Sleman dan menjadi
1.031
perusahaan pada akhir tahun 2011. Hal ini juga berpengaruh terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap. Pada tahun 2010 jumlah tenaga kerja yang terserap di perusahan-perusahaan tersebut mencapai 53.332 sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 56.222 orang, atau jika dipersentasekan maka akan tercatat angka kenaikan sebesar 1,05%. Perluasan lapangan kerja dilaksanakan melalui program pelayanan penempatan tenaga kerja terdaftar (AKAL, AKAD, dan AKAN) dengan dukungan peran sektor swasta dan masyarakat. Jumlah tenaga kerja terdaftar yang bisa disalurkan pada tahun 2010 sebanyak 5.383 dan menjadi 3.480 orang pada tahun 2011. Jumlah tenaga kerja tersalurkan tersebut mencapai angka 85,92% dari keseluruhan 4.050 orang pencari kerja pada tahun 2011. SKPD penyelenggara urusan ketenagakerjaan adalah Bidang Tenaga Kerja pada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 87
penyelenggaraan urusan ketenagakerjaan sebesar Rp 2.880.893.020 dengan realisasi Rp2.612.668.464 atau sebesar 90,68%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 7 program dan 41 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 100,94%. Namun dalam pelaksanaannya masih ditemui permasalahan sebagai berikut : 1. Terbatasnya kesempatan/lowongan kerja menyebabkan rendahnya tingkat penyerapan tenaga kerja dan tingginya angka pengangguran. Hal ini didukung oleh kondisi ekonomi regional, nasional maupun global yang tidak menguntungkan. Warga asal Sleman yang di PHK kemudian kembali ke wilayah Kabupaten Sleman, sehingga menambah jumlah angka penganggur. 2. Kualitas pencari kerja yang kurang memadai sehingga tidak mampu memenuhi permintaan lowongan kerja. o. Urusan Wajib Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Pembangunan koperasi dan usaha kecil menengah memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Peranan koperasi sebagai sokoguru perekonomian dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah terbukti lebih mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki potensi yang besar dan strategis dalam meningkatkan aktifitas ekonomi daerah sekaligus mendorong pemerataan pendapatan yang lebih baik. Kegiatan UMKM yang tersebar luas di seluruh wilayah Kabupaten Sleman berperan besar dalam penyerapan tenaga kerja dan pembentukan PDRB Kabupaten Sleman. Pelaksanaan
program
dan
kegiatan
di
bidang
koperasi
mampu
meningkatkan jumlah lembaga, anggota dan volume usaha koperasi. SKPD penyelenggara urusan koperasi, usaha kecil dan menengah adalah Bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah pada Dinas Perindustrian, Perdagangan,
dan
Koperasi.
Alokasi
anggaran
tahun
2011
untuk
penyelenggaraan urusan koperasi, usaha kecil dan menengah sebesar Rp1.359.581.500,00 realisasi Rp1.217.773.884,00 atau 89,57%. Anggaran ini RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 88
dipergunakan untuk membiayai 8 program dan 30 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 104,18%. Namun dalam pelaksanaannya masih ditemui permasalahan yaitu belum kompetitifnya sebagian koperasi local sehingga ketika muncul kantor cabang kegiatan simpan pinjam koperasi yang berasal dari luar Kabupaten Sleman dikhawatirkan akan menjadi pesaing bagi koperasi-koperasi local, mengingat koperasi-koperasi tersebut dari aspek manajemen dan permodalan lebih kuat dan keberadaan koperasi tersebut menyulitkan dalam hal pengawasan.. p. Urusan Wajib Penanaman Modal Pemerintah Kabupaten Sleman terus berupaya memperbaiki iklim usaha dan investasi di Kabupaten Sleman, baik melalui perbaikan pelayanan perizinan, penyederhanaan prosedur perizinan, perbaikan regulasi, maupun menciptakan suasana yang kondusif bagi pengembangan investasi. SKPD
penyelenggara
urusan
penanaman
modal
adalah
Kantor
Penanaman, Penguatan dan Penyertaan Modal. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan penanaman modal sebesar Rp1.147.285.500 realisasi Rp1.081.977.761 atau 94,31%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 7 program dan 31 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 108,33%. Namun dalam pelaksanaannya masih ditemui permasalahan sebagai berikut : 1. Pelayanan perijinan kepada investor belum sesuai dengan konsep Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan pelayanan pra investasi oleh masyarakat dan aparat belum terkondisi dengan baik. 2. Masih adanya sebagian masyarakat yang belum melunasi kewajiban kreditnya secara tepat waktu sesuai komitmen q. Urusan Wajib Kebudayaan Pemerintah Kabupaten Sleman terus mendorong pelestarian budaya yang hidup di masyarakat sebagai upaya mempertahankan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang antara lain tercermin dalam
upacara adat dan tradisi merti
dusun/desa yang masih dilestarikan oleh masyarakat di Kabupaten Sleman. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 89
Dalam bidang kesenian, diupayakan pelestarian dan pengembangan berbagai seni budaya lokal maupun nasional. Kegiatan dilakukan melalui berbagai pembinaan kelompok-kelompok kesenian antara lain Pembinaan group kesenian Jathilan untuk pentas seni di ODTW, Pembinaan group kesenian Elektone untuk pentas seni di ODTW dan Pembinaan dan pelaksanaan kegiatan Festival Kethoprak tingkat Kabupaten maupun Propinsi. Penyelenggara urusan Kebudayaan adalah Bidang Peninggalan Budaya, Nilai, dan Tradisi dan Bidang Kesenian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan kebudayaan sebesar Rp.1.853.377.000 realisasi Rp.1.788.515.869 atau 96,50%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 7 program dan 10 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 99,71%. Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu : 1. Masih terdapat pandangan bahwa upacara adat adalah milik pemerintah sehingga dalam pelaksanaannya sering menunggu atau tergantung pada pemerintah. 2. Masih kurangnya sarana dan prasarana pendukung upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan di tingkat kecamatan. 3. Materi budaya dalam pendidikan sekolah masih kurang mendapat porsi yang cukup. 4. Kurangnya penghargaan/apresiasi terhadap para pelaku budaya. r. Urusan Wajib Kepemudaan dan Olahraga Pelaksanaan urusan kepemudaan dan olahraga melalui berbagai program dan kegiatan diarahkan untuk meningkatkan peran serta pemuda dalam pembangunan serta membudayakan olah raga di masyarakat. Pemerintah Kabupaten Sleman terus berupaya meningkatkan pembinaan kepada generasi muda maupun meningkatkan prestasi di bidang olah raga. SKPD penyelenggara urusan kepemudaan dan olahraga adalah Bidang Pemuda dan Olahraga Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga. Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan kepemudaan dan olahraga sebesar RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 90
Rp1.151.071.000 realisasi Rp1.060.159.250 atau 92,10%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 6 program dan 11 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 95,89%. Pencapaian program dan kegiatan urusan kepemudaan dan olahraga tahun 2011 didukung oleh sarana dan prasarana serta kinerja aparat. Berbagai program dan kegiatan di atas mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang kepemudaan dan olahraga. Sarana dan prasarana olahraga yang merata di seluruh wilayah menjadi pendukung hal ini. Beberapa sarana olahraga yang berada di wilayah Kabupaten Sleman memiliki standar nasional maupun internasional misalnya Stadion Sepakbola Maguwoharjo, Stadion UNY dan GOR UNY. Permasalahan yang dihadapi oleh urusan Kepemudaan dan Olah Raga pada tahun 2011 antara lain : 1) Menurunnya loyalitas atlit terhadap daerah yang berpengaruh pada penurunan prestasi olah raga di tingkat regional dan nasional.. 2) Masih tingginya kasus NAPZA di kalangan pemuda. s. Urusan Wajib Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Keberhasilan pelaksanaan urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri tercermin dengan kondisi kehidupan sosial politik di wilayah Kabupaten Sleman yang kondusif. Pada tahun 2010, pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung serta pelantikan kepala daerah dan wakil kepala daerah berjalan dengan lancar. Hal tersebut tidak terlepas dari peran pemerintah daerah dan peran serta masyarakat dalam memberikan dukungan pelaksanaan pemilukada. Upaya-upaya dalam
menjaga
terus dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Sleman stabilitas
dengan
terus
meningkatkan
pengetahuan,
pemahaman wawasan kebangsaan, dan pemantapan ideologi bagi aparat dan tokoh masyarakat serta dengan meningkatkan kerja sama dengan instansi terkait yang bertanggung jawab terhadap masalah keamanan dan ketertiban di wilayah. Dalam mengantisipasi potensi kerawanan sosial politik telah diupayakan langkah-langkah monitoring, deteksi dini dan pencegahan dini melalui forum RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 91
kewaspadaan dini masyarakat serta mengefektifkan kinerja Komunitas Intelijen Daerah (KOMINDA) yang anggotanya adalah dari unsur Pemerintah Daerah, KODIM, Polres, Kejaksaan Negeri dan BIN. Disamping itu upaya lain yang ditempuh untuk cara deteksi dini dan cegah dini wilayah yang berpotensi menimbulkan konflik, khususnya SARA dilakukan dengan melibatkan tokoh agama dan melalui Forum Kerukunan Umat Beragama. Pencegahan timbulnya gangguan keamanan secara umum dilakukan melalui pengamanan kegiatan penting seperti pada saat pemilihan kepala desa, patroli sambang desa, pengamanan hari besar, serta pelatihan penanggulangan huru hara. Penyelenggara urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri adalah Bidang Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat pada Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan Masyarakat dan Penanggulangan Bencana. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri sebesar Rp5.980.903.470 dan terealisasi sebesar Rp5.679.305.427 atau 94,95%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 10 program dan 57 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 96,12%. Permasalahan yang dihadapi adalah masih tingginya kasus-kasus tindakan kriminal dan penyalahgunaan narkoba di wilayah Kabupaten Sleman. Permasalahan di urusan Kesatuan Bangsa Dan Politik Dalam Negeri antara lain: 1) Semakin beragamnya modus operandi yang dilakukan para pelaku kejahatan 2) Adanya
indikasi
meningkatnya
kejahatan
dengan
menggunakan
teknologi berbasis IT (cyber crime) 3) Belum meratanya jumlah penduduk mandiri mitigasi dan relawan di lokasi bencana t. Urusan Wajib otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perengkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian. Penyelenggaraan pemerintahan di
Kabupaten Sleman perlu selalu
ditingkatkan dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat akan transparansi dan akuntabilitas, masih kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 92
penyelenggaraan pemerintahan, dan kurangnya kesadaran dan ketaatan masyarakat pada hukum. Penyelenggaraan urusan otonomi daerah, pemerintahan umum administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian serta hasil perkembangan penyelenggaraan dapat disampaikan sebagai berikut: 1) Otonomi daerah dan pemerintahan umum Penyelenggaraan pemerintahan pada tahun 2011 masih difokuskan pada upaya peningkatan kapasitas organisasi perangkat daerah dalam pelayanan masyarakat, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah dan meningkatkan kesadaran dan penegakan hukum melalui produk hukum, sosialisasi, pelayanan hukum hingga penindakan pelanggaran hukum. Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan umum pada manajemen pemerintahan
umum
telah
menghasilkan
produk
hukum
dengan
optimalisasi proses penyusunan antara lain melalui public hearing dan konsultasi pakar. Pembentukan produk hukum daerah dilakukan sebagai tindaklanjut peraturan
perundang-undangan
dan
dalam
rangka
mengakomodasi
kebutuhan perkembangan sosial kemasyarakatan. Maksud perumusan produk hukum daerah adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan aparat dalam kerangka penyelenggaraan pemerintahan. Upaya
pemasyarakatan
produk
hukum
senantiasa
dilakukan
agar
masyarakat mengetahui dan memahami regulasi yang berlaku. Pemerintah kehidupan
Kabupaten
sosial
Sleman
berupaya
kemasyarakatan
dan
meningkatkan
kualitas
keagamaan
melalui
penyelenggarakan sarasehan kerukunan umat beragama dan pembinaan Forum
Komunikasi
Umat
Beragama
(FKUB).
Sebagai
perwujudan
transparansi informasi kepada masyarakat Pemerintah Kabupaten Sleman telah mengembangkan layanan informasi kepada masyarakat berbasis SMS (Short Massage Service), publikasi kebijakan Pemerintah Kabupaten
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 93
Sleman melalui dialog interaktif, publikasi di media massa dan penerbitan buku dan majalah. Kebijakan
tersebut
diharapkan
mampu
mengakomodasi
aspirasi
masyarakat dalam setiap kebijakan pemerintah daerah. Dalam rangka tertib administrasi wilayah perbatasan telah dilakukan penegasan batas wilayah perbatasan melalui pemasangan dan pemeliharaan patok batas. Kebijakan ini sangat strategis untuk pengamanan potensi di wilayah perbatasan, serta pembakuan nama rupa bumi melalui penyusunan data base toponimi dan gazetir di seluruh wilayah kecamatan. Jumlah pilar batas daerah antar kabupaten/kota yang telah dipasang sebanyak 388 buah, batas daerah dengan kabupaten/kota lain yang telah ditetapkan menjadi Permendagri sebanyak 4 buah. Sedangkan jumlah pilar batas daerah antar kecamatan dalam kabupaten sebanyak 59 buah, dan jumlah pilar batas desa dalam kecamatan dalam kabupaten sebanyak 27 buah. 2) Perangkat Daerah Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah mengimplementasikan
organisasi
perangkat
daerah
sebagaimana
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2011 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman. Melalui organisasi perangkat daerah yang dibentuk tersebut diharapkan mampu meningkatkan kinerja pelayanan pemerintah daerah. Peningkatan kinerja
organisasi
perangkat
daerah
terus
diupayakan
secara
berkesinambungan diantaranya dengan penentuan target kinerja organisasi perangkat daerah. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja dan hasilnya digunakan sebagai dasar pemberian penghargaan kepada instansi. 3) Administrasi Keuangan Daerah dan Kekayaan Daerah Pengelolan keuangan daerah antara lain dilakukan untuk memenuhi kebutuhan anggaran daerah melalui kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi pendapan daerah. Kegiatan ini mampu meningkatkan pendapatan asli RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 94
daerah sebesar 39,03% dari Rp163.044.777.670,77 pada tahun 2010 menjadi Rp226.686.250.221,47 pada tahun 2011. Kenaikan dapat dicapai melalui kegiatan-kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan daerah. Pengembangan pengelolaan keuangan daerah antara lain ditempuh melalui penerapan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah, pengelolaan dana perimbangan, dan penyempurnaan standarisasi harga barang dan jasa. Upaya peningkatan transparansi pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan melalui media massa dan website Pemerintah Kabupaten Sleman, serta penyusunan annual report terhadap laporan keuangan setelah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Untuk mendukung upaya peningkatan ekonomi dalam kerangka pemberdayaan masyarakat telah dilakukan analisis kelayakan modal, pengendalian kredit dana penguatan modal, rekonsiliasi modal, dan evaluasi dana penguatan modal, serta pengembangan dan pemeliharaan sistem akuntansi dan komputerisasi pengguliran dana. Untuk melakukan
mendukung
tertib
pengendalian
administrasi
asset
daerah
asset pada
daerah, 46
pemerintah
instansi
berupa
pembenahan penatausahaan aset melalui pengolahan data hasil sensus barang daerah, pelatihan pengurusan barang daerah, dan pembenahan administrasi mutasi asset. Sedangkan untuk mendukung kelancaran pelayanan publik telah dilakukan pengadaan berbagai barang daerah. 4) Kepegawaian Pengelolaan kepegawaian dilaksanakan dengan mengacu pada pola merit dan pola karier. Sistem ini dilakukan untuk mengantisipasi ketidaksesuaian antara formasi jabatan struktural yang terbatas dengan banyaknya calon yang tersedia dan untuk menjamin kualitas sumber daya manusia. Hal ini ditunjang dengan penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2011 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman yang mempunyai efek dalam hal pengisian jabatan RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 95
struktural dan penataan pegawai. Uji kompetensi pegawai calon pejabat merupakan penjabaran konkrit dari sistem tersebut. Peningkatan profesionalisme pegawai antara lain diupayakan melalui pengembangan jabatan fungsional. Hingga saat ini di Pemerintah Kabupaten Sleman terdapat 39 jenis jabatan fungsional. Peningkatan kompetensi pegawai dilakukan dengan pemberian kesempatan tugas belajar, ijin belajar, pendidikan dan pelatihan teknis. Pengelolaan kepegawaian dalam konteks pembinaan dilakukan melalui sistem pemberian reward dan punishment bagi pegawai. 5) Pengawasan Pelaksanaan Kabupaten
pengawasan
terhadap
internal
dilakukan
penyelenggaraan
oleh
pemerintahan
Inspektorat daerah
dan
pemerintahan desa yang bertujuan meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah. Akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dievaluasi melalui
Laporan Akuntabilitas
Kinerja
Instansi
Pemerintah
(LAKIP)
sebagaimana ditetapkan dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Laporan
Akuntabilitas
Kinerja
Instansi
Pemerintah
telah
dilaksanakan dan berhasil mendapatkan penghargaan dari Presiden melalui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi berupa juara 2 tingkat Nasional dari 497 Kabupaten/Kota se Indonesia. Penyelenggara
urusan
otonomi
daerah,
pemerintahan
umum,
administrasi keuangan, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian dilaksanakan oleh Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat Kabupaten, Badan Kepegawaian Daerah, Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah, Kantor Pelayanan Perizinan, Satuan Polisi Pamong Praja, Sekretariat KORPRI, Bappeda, Badan Kesbanglinmas, Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika, Dinas Pertanian, Dinas SDAEM, Dinas Perindagkop, Dinas Pasar, Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah, RSUD, dan Kecamatan. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 96
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian
dan
persandian
sebesar
Rp96.622.778.590,-
realisasi
Rp75.865.667.114,- atau 81,85%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 23 program dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 96,64%. Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu : 1) Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan pemerintahan yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Disamping itu masih kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan ketaatan masyarakat terhadap hukum belum optimal. 2) Masih terjadinya tumpang tindih dalam pengawasan terhadap obyek pemeriksaan oleh aparat pengawasan internal maupun eksternal. 3) Penentuan kuota penerimaan pegawai dari Pemerintah Pusat tidak sesuai dengan kebutuhan formasi yang diusulkan. u. Urusan Wajib Ketahanan Pangan Pelaksanaan program kegiatan urusan wajib ketahanan pangan berjalan optimal didukung oleh regulasi, sarana dan prasarana kerja,
peran serta
masyarakat peduli pangan, pihak akademisi serta seluruh anggota dan kelompok kerja Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Sleman. Kebijakan pelaksanaan urusan wajib ketahanan pangan di Kabupaten Sleman pada tahun 2007-2011 adalah membangun sektor pertanian ke arah agribisnis dengan memperkuat sistem pertanian dalam arti luas. Pelaksanaan berbagai program dan kegiatan tersebut mampu mendukung keberhasilan peningkatan ketahanan pangan selama kurun waktu 5 tahun (2007 - 2011). Berbagai upaya dalam urusan ketahanan pangan tidak hanya berfokus pada peningkatan ketersediaan pangan, pemerataan distribusi pangan dengan harga terjangkau dan tercapainya pola konsumsi pangan yang aman, bergizi
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 97
dan beragam, namun juga meningkatkan peran masyarakat dan pihak swasta dalam mendukung ketahanan pangan. Program yang dilaksanakan telah mampu mempertahankan surplus pangan pokok, meskipun hasil produksi dan produktivitas mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2010. Penurunan produksi dan produktivitas disebabkan mewabahnya hama wereng coklat sebagai akibat perubahan iklim yang sulit diprediksi di sentra produksi padi wilayah Sleman Barat dan adanya erupsi Gunung Merapi. Erupsi Merapi menyebabkan terjadinya kenaikan jumlah Desa Rawan Pangan dan Gizi, khususnya di wilayah yang termasuk kawasan terkena langsung erupsi Merapi
yaitu di desa-desa Kecamatan Cangkringan.
Keberhasilan penyelenggaraan urusan wajib ketahanan pangan antara lain dapat dilihat dari penerimaan penghargaan Adi Karya Pangan Nusantara sebanyak 2 sub kategori dan penghargaan ketahanan pangan tingkat Nasional Tahun 2011 sebanyak 4 sub kategori berdasarkan SK Mentan Nomor: 4922/Kpts/KP.450/12/2011. Adapun data prestator penghargaan ketahanan pangan Tingkat Nasional meliputi : 1. Kategori Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara a. Drh. Sugi Winarsih, Dokter Hewan Kecamatan Tempel. b. Kelompok Tani Kedelai Margo Mulyo, Padukuhan Bendungan, Desa Sumberharjo, Kecamatan Prambanan. 2. Kategori Penghargaan Ketahanan Pangan a. Ratidjo, Tokoh pelaku usaha hortikultura Jamur, Padukuhan Niron, Desa Pandowoharjo, Kecamatan Sleman. b. IG. Siswiyanto, HP, Tokoh pelaku usaha
Florikultua, Desa
Hargobinangun, Kecamatan Pakem. c. Kelompok Tani Rukun, Kelompok Tani Jambu Air, Padukuhan Krasaan, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah , Sleman. d. Sriyanto, Kelompok Sidomakmur, Budidaya Tebu, Desa Tirto-martani, Kecamatan Kalasan.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 98
e. Penghargaan Ketahanan Pangan, kategori Penyuluh Swakarsa Teladan, atas nama H. Habudin, A.Md., Kejambon Lor, Sindumartani, Ngemplak (Predikat Teladan). Penghargaan Ketahanan Pangan, kategori Gapoktan Berprestasi, atas nama
Gapoktan
Sidomulyo,
Godean
(Predikat
Berprestasi).
SKPD
penyelenggara urusan wajib ketahanan pangan adalah Bidang Ketahanan Pangan dan Penyuluhan pada Dinas Pertanian dan Kehutanan. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan wajib ketahanan pangan sebesar Rp943.019.500 dengan realisasi Rp894.617.950 atau 94,79%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 9 program dan 82 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 98,81%. Dalam pelaksanaan program dan kegiatan urusan ketahanan pangan pada tahun
2011
masih
ditemui
beberapa
permasalahan.
Secara
umum
permasalahan urusan ketahanan pangan adalah sebagai berikut: 1) Aspek Ketersediaan Pangan a) Perubahan iklim yang sulit diprediksi adanya organism pengganggu keamanan (OPT) serta dampak erupsi Merapi berupa penurunan luas lahan produktif, penurunan suplai air irigasi akibat banyaknya kerusakan infrastruktur bendung dan saluran irigasi menyebabkan penurunan populasi, produksi dan produktivitas berbagai komoditas pertanian yang berdampak pada penurunan ketersediaan dan cadangan pangan di Kabupaten Sleman, b) Akses petani ke sumber permodalan masih rendah. 2) Aspek Distribusi Pangan Sebagian besar tingkat pengelolaan kelompok lumbung pangan sebagai lembaga pengelola cadangan pangan masyarakat sekaligus lembaga distribusi pangan termasuk kategori sederhana. 3) Aspek Konsumsi Pangan Berdasarkan hasil analisa SIstem Kewaspadaa Pangan dan Gizi, masih terdapat 10 (sepuluh) desa di Kabupaten Sleman yang tergolong Rawan pangan yaitu Glagaharjo dan Kepuharjo (Kecamatan Cangkringan), Caturtunggal (Depok), Sendangsari (Kecamatan Minggir), Minomartani RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 99
(Kecamatan Ngemplak), Margoagung (Kecamatan Seyegan), Wukirharjo (Kecamatan Prambanan), Caturharjo (Kecamatan Sleman), Sumberejo, Mororejo (Kecamatan Tempel). Semua desa tersebut menjadi rawan pangan terutama dari skor angka kemiskinannya yang tinggi. Sebagai langkah awal untuk mengangkat kembali desa-desa tersebut agar tidak masuk dalam daerah rawan pangan akan dilakukan kegiatankegiatan penanganan daerah rawan pangan dan pengembangan Desa Mandiri Pangan. v. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Implementasi kebijakan pemberdayaan masyarakat desa diwujudkan dalam bentuk dana bantuan sosial yang meliputi bantuan organisasi kemasyarakatan sebesar Rp13.493.100.000 bantuan gotong royong sebesar Rp2.400.000.000 , bantuan kepada organisasi
keagamaan sebesar Rp914.350.000 serta
kelompok binaan dan mitra kerja sebesar Rp1.500.000.000. Pemberian bantuan tersebut mampu meningkatkan dan menumbuhkan partisipasi masyarakat. Dana Gotong royong pada tahun 2011 dapat menggali dana partisipasi masyarakat sebesar Rp19.771.134.394 atau meningkat sebesar 821,31% dari pemberian bantuan sebesar Rp2.400.000.000 Sesuai amanat Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 serta untuk memperkuat pelaksanaan otonomi desa menuju demokratisasi dan kemandirian desa diberikan Alokasi Dana Desa sebesar 10% dari Dana Alokasi Umum setelah dikurangi belanja pegawai. Pada tahun 2011 Alokasi Dana Desa sebesar Rp1.756.577.418 mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp6.844.516.200. Hal ini terjadi karena Dana Alokasi Umum yang diterima dari Pemerintah Pusat mengalami penurunan dan anggaran belanja pegawai mengalami kenaikan. Namun
demikian
meluncurkan
pada
bantuan
tahun
2011
keuangan
Pemerintah
khusus
Kabupaten
kepada
desa
Sleman sebesar
Rp3.071.000.000. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005, Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) diperinci untuk biaya operasional penyelenggaraan RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 100
Pemerintahan Desa sebesar 30% dan untuk pemberdayaan masyarakat sebesar 70%. Besaran 70% dari ADD ini didistribusikan kepada warga masyarakat untuk meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan di tingkat desa sebagai wujud partisipasi warga dalam proses perencanaan pembangunan. Upaya lain untuk memberdayakan masyarakat dan pemerintah desa melalui pemberian bagi hasil kepada pemerintah desa. Penggunaan dana bagi hasil kepada pemerintah desa adalah untuk memberikan stimulan pembangunan di tingkat padukuhan dan penyelenggaraan pemerintahan desa. Selain dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, pemberdayaan masyarakat juga mendapatkan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui PNPM Perkotaan dan PNPM Perdesaan. PNPM Perkotaan dari APBN sebesar Rp12.425.000.000 dengan dana pendampingan dari APBD sebesar Rp550.000.000 yang ditujukan bagi 75 desa di 15 Kecamatan berupa bantuan langsung masyarakat kepada 75 BKM. PNPM Perdesaan dari APBN sebesar Rp7.862.565.000 untuk Kecamatan Prambanan dan Kecamatan Cangkringan dan dana pendampingan dari APBD sebesar Rp275.000.000 yang dialokasikan untuk Kecamatan Prambanan. PNPM perdesaan digunakan untuk simpan pinjam perempuan (SPP) sebesar 25% dan sisanya untuk kegiatan pengembangan sarana prasarana fisik, kesehatan dan pendidikan. Penyelenggara urusan pemberdayaan masyarakat dan desa dilaksanakan oleh Bagian Pemerintahan Desa, Bagian Perekonomian, Bagian Kesejahteraan Rakyat, Bagian Administrasi dan Pengendalian Pembangunan pada Sekretariat Daerah dan Kecamatan. Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan sub urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Rp3.540.796.900 terealisasi sebesar Rp3.334.654.000 atau sebesar 94,18%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 4 program dan 26 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 97,62%. Dalam pelaksanaan program dan kegiatan urusan ketahanan pangan pada tahun 2011 masih ditemui permasalahan, yaitu: Alokasi Dana Desa sebesar RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 101
10% dari Dana Alokasi Umum setelah dikurangi belanja pegawai mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena Dana Alokasi Umum yang diterima dari Pemerintah Pusat mengalami penurunan dan anggaran belanja pegawai mengalami kenaikan serta tidak adanya lagi bagi hasil dari pertambangan. w. Urusan Wajib Statistik Pelaksanaan program kerja dan kegiatan pada urusan statistik telah dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari terselesaikannya penyusunan beberapa dokumen yang bermanfaat sebagai bahan perencanaan pembangunan maupun perumusan kebijakan pembangunan Kabupaten Sleman. Penyelenggara urusan Statistik adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan statistik melalui Program Pengembangan Data, Informasi, dan Statistik Daerah sebesar Rp 2.563.416.500,- realisasi Rp 2.426.800.250 atau sebesar 94,67%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 1 program dan 11 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 100%. Permasalahan yang dihadapi pada urusan statistik adalah validitas data masih kurang dikarenakan pengelola data belum berpedoman pada aturan yang sama; x. Urusan Wajib Kearsipan Pemerintah Kabupaten Sleman sangat memperhatikan pelaksanaan program kerja dan kegiatan dalam urusan kearsipan. Upaya meningkatkan efektifitas pengelolaan kearsipan pada SKPD dilaksanakan melalui pemberian bimbingan teknis kepada para pengelola kearsipan, pembinaan kearsipan, pendampingan kearsipan, monitoring sistem kearsipan pola baru, dan lomba sistem kearsipan pola baru pada 46 SKPD. Penataan dan pengolahan arsip dinamis inaktif yang dikelola oleh Kantor Arsip Daerah telah berhasil menata 739 boks, sehingga secara keseluruhan meningkat dari 5.200 boks pada tahun 2010 menjadi 5.939 boks di tahun 2011. Penyelenggara urusan Kearsipan adalah Kantor Arsip Daerah. Pada tahun 2011, alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan kearsipan adalah RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 102
sebesar Rp 872.628.000,- dengan realisasi Rp 850.091.700 atau 97,31%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 8 program dan 28 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 99,86%. Permasalahan yang dihadapi pada urusan kearsipan adalah: 1)
Pemahaman tentang tata kelola arsip pada masing-masing SKPD masih rendah.
2)
Belum semua SKPD memiliki arsiparis.
3)
Masih rendahnya kesadaran masyarakat dan birokrat tentang fungsi dan pentingnya arsip.
4)
Sarana kearsipan di depo Pemkab Sleman belum memadai.
5)
Belum semua SKPD mempunyai depo arsip.
y. Urusan Wajib Komunikasi dan Informatika Program dan kegiatan urusan komunikasi dan informatika mampu melancarkan pelayanan telekomunikasi dan informasi antar instansi maupun masyarakat di lingkungan Kabupaten Sleman, serta penerapan e-government di Kabupaten Sleman. Sistem PABX yang telah diterapkan komunikasi antar instansi dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efisien waktu dan biaya. Sampai tahun 2011 jumlah ektensi yang terpasang sebanyak 370 ekstensi dengan rincian analog sebanyak 270, dan VOIP 100.
Seluruh instansi di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Sleman telah terpenuhi jaringan ekstensi, termasuk ke kecamatan dan desa. Pengelolaan berita yang bersifat rahasia khususnya yang menyangkut kestabilan negara melalui persandian juga ditingkatkan. Penambahan sarana persandian berupa storage 1 Gb dan softfware encryption standart 20 unit serta sosialisasi masalah sandi ke 17 kecamatan akan meminimalisir kebocoran berita. Pengembangan infrastruktur jaringan komputer terus dilakukan yang meliputi pengembangan jaringan komputer internal instansi (dalam instansi) dan antar instansi. Saat ini seluruh instansi telah terhubung secara on line.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 103
Pengembangan
perangkat
lunak
dilakukan
dengan
pengembangan
/penambahan perangkat lunak original yang dibutuhkan seperti MS Windows, MS Office dsb dan penegmbangan aplikasi sistem informasi. Pengembangan Sistem Informasi (SIM) terus dilakukan, sampai tahun 2011 telah terdapat 29 SIM. Perkembangan informatika di Kabupaten Sleman telah mampu mendukung terwujudnya e-gov di Kabupaten Sleman. SKPD penyelenggara urusan komunikasi dan informatika adalah Dinas Perhubungan,
Komunikasi
penyelenggaraan
urusan
dan
Informatika.
komunikasi
dan
Alokasi
anggaran
informatika
sebesar
untuk Rp
1.845.287.000,- realisasi Rp 1.450.259.596 atau 83,44%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 2 program dan 4 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 95,4%. Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai
permasalahan,
yaitu
perkembangan
teknologi
informasi
dan
komunikasi yang sangat cepat kurang mampu diikuti oleh sebagian SDM, dan ketersediaan dana. z. Urusan Wajib Perpustakaan Peningkatan pelaksanaan urusan perpustakaan terus dilakukan, baik sarana prasarananya maupun peningkatan koleksi buku bacaan yang dimiliki baik dari jumlah buku maupun judul buku. Program dan kegiatan perpustakaan mendorong peningkatan minat baca masyarakat. Hal ini terlihat dari perkembangan jumlah anggota, pengunjung, maupun peminjam koleksi perpustakaan daerah. Meningkatnya minat baca ini juga telah diimbangi dengan penyediaan koleksi yang memadai, baik dari jumlah eksemplar koleksi maupun keragaman judul. Dalam rangka meningkatkan persebaran perpustakaan dan peningkatan akses terhadap buku ke masyarakat, pada tahun 2011 dilakukan pelayanan pada kantong perpustakaan desa. Untuk meningkatkan kelestarian perpustakaan monitoring perpustakaan desa dan masyarakat dan bantuan pengembangan perpustakaanselain itu juga Supervisi pembinaan dan stimulasi juga dilakukan pada perpustakaan sekolah. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 104
Berbagai perkembangan dan keberhasilan dalam pelaksanaan urusan perpustakaan, terlihat juga berbagai prestasi yang kembali diraih selama tahun 2011, yaitu: 1. Juara II lomba perpustakaan desa tingkat provinsi oleh perpustakaan desa “Pustaka Widya” Desa Margokaton, Seyegan, Sleman. 2. Juara harapan II lomba perpustakaan desa tingkat provinsi oleh perpustakaan “Manca Yadara” Babarsari, Caturtunggal, Depok, Sleman. Penyelenggara urusan perpustakaan adalah Kantor Perpustakaan Daerah. Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan perpustakaan sebesar Rp 789.545.200 realisasi keuangan sebesar Rp 774.731.270 atau 98,34%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 5 program dan 25 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 104,48%. Permasalahan dalam urusan perpustakaan: 1. Belum memadainya sarana dan prasarana. 2. Kapasitas SDM terbatas. 3. Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan yang belum optimal. i. Urusan Pilihan Pertanian Program dan kegiatan urusan pertanian pada tahun 2011 mampu mendukung produksi tanaman pangan berupa padi sawah dan ladang TPH sebanyak 231.704 dan 1.339 ton serta mengalami surplus sebesar 30.111 dan 30.528 ton untuk pemenuhan kebutuhan beras di Kabupaten Sleman dan kabupaten lain di Provinsi DIY. Sementara produksi mengalami penurunan karena terjadinya serangan organisme pengganggu tanaman yang semakin meningkat dan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim (curah hujan sangat tinggi). Komoditas perkebunan yang mengalami kenaikan yang signifikan produksi adalah tembakau rakyat sebesar 65.17% terutama di Kecamatan Ngaglik dan Sleman, dan tembakau Virginia sebesar 714,28%. Produksi telur, susu dan daging pada tahun 2011 mengalami penurunan. Banyaknya ternak yang mati di wilayah sentra produksi susu dan telur
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 105
(Cangkringan dan Pakem) karena erupsi Merapi menyebabkan penurunan produksi komoditi tersebut. Penguatan modal bagi kelompok tani dilakukan sebagai upaya mendukung pemberdayaan kelompok tani dan meningkatkan produktivitas pertanian. Penyelenggara urusan pertanian adalah Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Bidang Peternakan dan Bidang Kehutanan dan Perkebunan pada Dinas Pertanian. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan pertanian terdiri dari bidang tanaman pangan dan hortikultura, peternakan dan perkebunan sebesar Rp 4.362.604.393 realisasi Rp 3.928.848.050 atau 90,06%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 9 program dan 38 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 99,53%. Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu: 1. Produksi dan produktivitas pertanian khususnya tanaman pangan mengalami penurunan. 2. Kesulitan air akibat timbunan lahar dingin di saluran masuk selokan mataram. j. Urusan Pilihan Kehutanan Erupsi merapi yang terjadi pada akhir tahun masih berdampak pada peningkatan luas lahan kritis. Pada tahun 2010 tercatat 7.265,5 ha menjadi 6.695,51 ha pada tahun 2011, luas hutan rakyat dari 3.327,4 ha pada tahun 2010 menjadi 3.977,4 ha pada tahun 2011.. Penyelenggara
urusan
Kehutanan
adalah
Bidang
Kehutanan
dan
Perkebunan pada Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan kehutanan sebesar Rp 577.147.520
Realisasi
Rp
463.910.500
atau
80,38%.
Anggaran
ini
dipergunakan untuk membiayai 3 program dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 95%. k. Urusan Pilihan Energi dan Sumberdaya Mineral Semua padukuhan di Kabupaten Sleman sudah terdapat jaringan listrik dari PLN tetapi masih terdapat kelompok rumah yang belum terjangkau yaitu RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 106
terutama pada daerah terpencil dan pemukiman baru. Penyediaan listrik untuk masyarakat yang tidak terjangkau layanan listrik PLN, Pemerintah Kabupaten Sleman telah mengupayakan penggunaan listrik tenaga surya. Sampai tahun 2011 telah terpasang 188 PLTS, tahun 2010 6 rusak terkena erupsi merapi, selain itu juga dikembangkan pemanfaatan energi biogas sebanyak 163 unit, 2 rusak terkena erupsi merapi tahun 2010. Sumberdaya mineral yang terdapat di Kabupaten Sleman semua masuk kategori bahan galian golongan C. Potensi yang paling besar adalah pasir dan batu terutama yang berasal dari gunung merapi. SKPD penyelenggara urusan kegiatan urusan energi dan sumberdaya mineral adalah Bidang Energi dan Sumberdaya Mineral pada Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral. Urusan Pilihan Energi dan Sumber Daya Mineral anggaran sebesar Rp 1.273.654.650 terealisasi sebesar Rp 1.134.196.975 atau 89,05%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 4 program dan 12 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 100%. Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu : 1) Wilayah Usaha Pertambangan sampai
saat ini
masih menjadi
kewenangan Pemerintah, sehingga izin pertambangan tidak bisa dikeluarkan. Saat ini wilayah usaha pertambangan di sekitar Gunung Merapi belum ditetapkan oleh pemerintah, sehingga setiap kali ada yang mengajukan izin harus menunggu adanya rekomendasi dari Pemerintah Pusat. Peraturan Daerah yang mengatur tentang perizinan usaha pertambangan sangat mendesak untuk direalisasikan. Selain itu Pemerintah diharap untuk segera menyerahkan urusan pertambangan ke daerah dengan menerbitkan NSPK yang jelas. 2) Erupsi Merapi menyebabkan Mineral Bukan Logam dan Batuan (Minerba) sangat melimpah. Menurut BPTTK Yogyakarta sampai dengan Desember 2011 material vulkanik yang dibawa oleh aliran air banjir lahar dingin baru mencapai 30% dari total volume 140 juta m3. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 107
Batu dan pasir material vulkanik terbawa sampai di wilayah luar KRB III. Untuk itu koordinasi dengan pemerintah desa dan pemberdayaan penambang
sudah
dilakukan.
Pelaksanaan
penambangan
ini
dilaksanakan setelah status Gunung Merapi kembali aktif normal sehingga tidak membahayakan keselamatan penambang. Selain itu, penggunaan
alat-alat
berat
untuk
penambangan
dilaksanakan
bersamaan dengan upaya normalisasi aliran sungai, sehingga dampak bahaya sekunder letusan Merapi dapat diminimalisasikan. l. Urusan Pilihan Pariwisata Kepariwisataan Kabupaten Sleman merupakan salah satu lokomotif perekonomian daerah, sehingga potensi dan peluang pariwisata senantiasa terus dikembangkan dan ditingkatkan. Titik berat pengembangan potensi dan peluang pariwisata adalah pariwisata yang berbasis budaya. Hal ini berarti bahwa segala aktivitas kepariwisataan dibingkai dalam nuansa budaya yang selalu dinamis. Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sleman untuk mengembangkan dan menggairahkan kepariwisataan terus dilakukan melalui inovasi
dan
pengembangan
seluruh
aspek
kepariwisataan.
Melalui
pelaksanaan program dan kegiatan pada urusan pariwisata dan didukung program-program pada urusan lainnya telah membawa perkembangan yang cukup menggembirakan bagi perkembangan kepariwisataan di
Kabupaten
Sleman. Penyelenggara urusan pariwisata adalah Bidang Pengembangan Pariwisata dan Bidang Pemasaran Pariwisata. Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan pariwisata sebesar Rp. 1.353.866.500 realisasi Rp. 1.345.435.300 atau 99,38%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 3 program dan 11 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 100%. Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu : 1) Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia pelaku wisata terutama di desa wisata yang berimplikasi pada lemahnya manajemen usaha pariwisata. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 108
2) Ketersediaan sarana prasarana fisik yang mendukung pariwisata kurang optimal. m. Urusan Pilihan Kelautan dan Perikanan Program dan kegiatan yang dilaksanakan mampu mendukung peningkatan produksi ikan. Peningkatan jumlah produksi ikan konsumsi pada tahun 2011 sebesar 26% terjadi karena adanya peningkatan produktivitas kolam, jumlah kelompok pembudidaya meningkat 7,2% menjadi 415 kelompok, peningkatan produktivitas alat tangkap perairan umum, serta meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan pembudidayaan ikan. Tingkat konsumsi ikan pada tahun 2011 meningkat 3,93% menjadi 27,780 kg/kapita/tahun dari 26,73 kg/kapita/tahun pada tahun 2010. Tingkat konsumsi tahun 2011 ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat konsumsi Provinsi DIY sebesar 23,01 kg/kapita/tahun. Produksi ikan hias rata-rata tahun 2011 naik sebesar 4% dengan tujuan pemasaran Kota Jakarta dan Kota Yogyakarta. Sementara, peningkatan produksi benih ikan sebesar 6,91% dipasarkan untuk kebutuhan Sleman, waduk di Jawa Tengah dan Waduk Jatiluhur di Jawa Barat. SKPD penyelenggara urusan perikanan adalah Bidang Perikanan pada Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan perikanan sebesar Rp 4.221.798.280 realisasi Rp 3.804.837.975 atau 90,12%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 3 program dan 11 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 98,32%. Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu : 1. Sumber air yang semakin terbatas baik dari jumlah maupun kualitasnya menjadi permasalahan penting, terutama di wilayah Sleman barat dimana kegiatan budidaya perikanan sebagian besar bergantung pada pengairan dari saluran Van der Wijck dan Selokan Mataram. 2. Tingginya harga pakan pabrikan untuk budidaya perikanan.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 109
Saat ini kedua saluran terganggu alirannya karena adanya timbunan material vulkanik erupsi Merapi berupa pasir dan batu. n. Urusan Pilihan Perdagangan Capaian
program
dan
kegiatan
urusan
perdagangan
antara
lain
Pengembangan data base informasi potensi unggulan melalui penyusunan data ekspor impor, promosi perdagangan internasional melalui keikutsertaan pada Pameran Produk Ekspor (PPE), pelatihan manajemen ekspor impor, dan penyempurnaan perangkat peraturan kebijakan dan pelaksanaan operasional pasar melalui kajian pengaruh keberadaan toko dan pasar modern terhadap toko dan pasar tradisional di wilayah aglomerasi perkotaan Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan perdagangan Rp4.463.874.080,00
realisasi
Rp4.101.035.400,00
sebesar
atau 91,87%.
Dari
pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu : 1) Ketidaktertiban administrasi dan laporan dari distributor dan pengecer pupuk. 2) Pro dan Kontra yang tajam atas menjamurnya took modern di wilayah Kabupaten Sleman. 3) Dampak negative globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia yang semakin kompetitif sehingga produk kita kurang bisa bersaing di pasar global termasuk dalam hal pemenuhan selera pasar masih rendah. 4) Membanjirnya diberlakukannya
produk
impor
terutama
Cina
dikarenakan
mulai
ACFTA (Asean Cina Free Trade Agreement) sejak
aweal tahun 2010 yang mengancam eksistensi produk local. o. Urusan Pilihan Perindustrian Penyelenggara urusan perindustrian adalah Bidang perindustrian pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Bidang Perindustrian. Alokasi anggaran
untuk
penyelenggaraan
urusan
perindustrian
sebesar
Rp
283.811.000,00 realisasi Rp 264.123.900,00 atau 93,06%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 2 program dan 5 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 96,67%. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 110
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu : 1) Pengadaan bahan baku komoditi tertentu sulit didapatkan. 2) Pemahan pelaku usaha terhadap sertifikasi halal masih rendah sehingga belum memahami bahwa sertifikat halal tersebut merupakan bagian dari promosi produk. 3) Perkembangan teknologi dan desain produk yang begitu pesat kurang bisa diimbangi dengan program kegiatan yang direncanakan. 4) Keterbatasan personil untuk pelaksanaan urusan perindustrian sampai saat ini juga masih menjadi salah satu kendala. p. Urusan Pilihan Transmigrasi Urusan ketransmigrasian dilaksanakan melalui program transmigrasi regional. Penyelenggara urusan transmigrasi adalah Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Bidang Transmigrasi dan Penanganan Kemiskinan. Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan transmigrasi sebesar Rp294.095.500 realisasi Rp258.944.200 atau 88,05%. Secara rinci alokasi anggaran dan realisasi program Transmigrasi Regional dengan 5 kegiatan sebesar Rp294.095.500 realisasi Rp258.944.200 atau 88,05%. Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu : 1) Penempatan calon transmigrasi telah ditentukan berdasarkan kuota dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi sehingga tidak dapat mengakomodasi tingginya minat calon transmigran dari Kabupaten Sleman. 2) Pemerintah daerah tujuan transmigrasi tidak memenuhi kesepakatan yang tertuang dalam MoU/nota kesepahaman. 2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah. 2.3.1. Permasalahan daerah yang berhubungan dengan prioritas dan sasaran pembangunan daerah. Identifikasi berbagai permasalahan merupakan isu pokok permasalahan dan tantangan pembangunan daerah yang selanjutnya ditetapkan sebagai RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 111
prioritas dalam rencana kerja pembangunan tahun 2013 dengan tetap mensinkronkan rencana pembangunan daerah dengan prioritas pembangunan provinsi maupun nasional. Beberapa permasalahan dan tantangan yang berhubungan dengan prioritas pembangunan daerah diantaranya sebagai berikut: 1. Peningkatan
dan
pemberdayaan
ekonomi
masyarakat
untuk
penciptaan lapangan kerja; Peningkatan ekonomi masyarakat untuk penciptaan lapangan kerja terdiri dari beberapa urusan yang saling mendukung dan saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu: urusan penanaman modal, urusan koperasi dan UKM, urusan perindustrian, urusan perdagangan,
urusan tenaga kerja dan urusan
pariwisata. Kemampuan usaha kecil dan menengah dalam menghadapi krisis perlu mendapat
dorongan
dan
pengarahan
terutama
dalam
meningkatkan
kemampuan penyediaan bahan baku, permodalan, inovasi produk, kreativitas usaha, perluasan pasar baik pasar lokal maupun pasar nasional dan internasional melalui penyediaan sarana prasaran pasar lokal yang memadai termasuk di dalamnya pasar tradisional serta melalui promosi ditingkat nasional dan internasional. Pengembangan lembaga dan asosiasi usaha kecil dan menengah diharapkan mampu menjadi wadah untuk lebih mengembangkan dan saling tukar informasi, pengetahuan dalam rangka meningkatkan usaha dan permodalan. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah: penerapan prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas usaha, penerapan sistem kemasan, standarisasi produk serta sertifikasi secara kolektif. Diversifikasi produk dan penciptaan produk unggulan melalui penciptaan industri kreatif diharapkan dapat menjadi pendorong iklim usaha yang tahan terhadap krisis global. Lembaga koperasi perlu dikembangkan dari segi kualitas, kuantitas dan kemampuan
pemberdayaan
anggotanya.
Sistem
koperasi
memerlukan
revitalisasi agar dapat menitikberatkan pada kemampuan pemberdayaan anggota, melalui peningkatan pengetahuan dan kesempatan anggota dalam meningkatkan manajemen usaha koperasi. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 112
Dari
aspek kepariwisataan, dibutuhkan kerja keras dari beberapa
stakeholders guna mengembalikan berfungsinya kembali sarana prsasana pendukung pariwisata dan pemulihan citra bahwa Sleman aman untuk dikunjungi. Permasalahan yang masih dihadapi antara lain : 1) Kualitas pelayanan perijinan investasi belum optimal. 2) Kualitas SDM pengelola Koperasi dan UMKM masih rendah. 3) Ketersediaan bahan baku industri kecil masih terbatas. 4) Penguasaan, penerapan teknologi, dan inovasi produk masih kurang. 5) Kemitraan antar pelaku usaha belum optimal. 6) Kelancaran distribusi bahan pokok dan bahan strategis belum optimal. 7) Daya saing produk lokal di pasar nasional maupun global masih rendah. 8) Kondisi sarana prasarana pasar tradisional kurang memadai. 9) Kompetensi daya saing pemaketan produk pariwisata masih rendah. 2. Penanggulangan kemiskinan; Kemiskinan dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan masyarakat dalam mengakses pelayanan dasar. Upaya pengurangan kemiskinan dilakukan melalui kebijakan peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan pendapatan masyarakat. Sistem pemberdayaan masyarakat perlu diarahkan dari pola bantuan ke sistem perguliran yang bertanggung jawab. Terkait dengan kemiskinan dan pengangguran masih ditemui berbagai permasalahan sebagai berikut : 1) Penyerapan tenaga kerja belum sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja; 2) Kualitas dan daya saing calon tenaga kerja belum sesuai kebutuhan pasar; 3) Masih rendahnya keterkaitan antara pertumbuhan-penyerapan tenaga kerja-peningkatan pendapatan; 3. Peningkatan tata kelola pemerintahan dan kualitas pelayanan publik; Dalam arti luas pelayanan publik adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingan masyarakat umum yang sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Penyelenggara pelayanan publik dilakukan oleh institusi RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 113
pemerintahan (birokrasi) yang meliputi pelayanan dasar (substantif) dan pelayanan administrasi. Pelayanan dasar menyangkut pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti: pendidikan, kesehatan, infrastruktur, permukiman, perlindungan
sosial,
keamanan,
dan
lain-lain.
Sedangkan
pelayanan
administrasi menyangkut pelayanan pendataan sebagai konsekuensi dari status warga negara atau penduduk suatu wilayah/daerah seperti pelayanan KTP, perijinan usaha, kartu keluarga, administrasi kepemilikan aset (sertifikat tanah, kendaraan, dll). Permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut : 1) Belum optimalnya pelayanan kepada masyarakat disebabkan terbatasnya kemampuan keuangan daerah; 2) Kompetensi sebagian pegawai belum sesuai dengan kebutuhan riil; 3) SKPD belum semua memiliki Standar Pelayanan Minimal dan Prosedur Standar Operasional. 4) Implementasi standar pelayanan minimal dan SOP oleh SKPD belum optimal. 5) Belum optimalnya peran dan fungsi kelembagaan masyarakat desa, dan tatakelola pemerintahan desa. 6) Kesadaran masyarakat dan dunia usaha untuk mematuhi aturan masih belum optimal. 4. Menjaga kualitas kesehatan; Urusan kesehatan merupakan salah satu isu utama penentu keberhasilan pembangunan. Distribusi sarana dan prasana maupun tenaga kesehatan harus terus ditingkatkan terutama dalam rangka menghadapi munculnya penyakit baru sebagai akibat mutasi dan perubahan iklim yang tidak menentu. Hal tersebut
harus
diimbangi
dengan
peningkatan
kemampuan
dan
profesionalisme serta peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Di lain pihak, jaminan kesehatan masyarakat miskin perlu diimbangi dengan pola pemberdayaan,
peningkatan
pengetahuan
kesehatan
masyarakat
dan
kerjasama swasta, dan sistem subsidi silang. Pengembangan jaminan kesehatan masyarakat diarahkan kepada system yang lebih mencerminkan pada pelayanan prima secara adil dan merata. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 114
Untuk mencapai hal tersebut diatas masih ditemui permasalahanpermasalahan: 1) Ketersediaan sumberdaya kesehatan belum memadai 2) Penduduk miskin belum seluruhnya mendapat jaminan kesehatan 3) Kondisi lingkungan kesehatan menurun akibat erupsi merapi 5. Menjaga kualitas pendidikan; Upaya pemerataan kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi perlu terus dilakukan terutama di wilayah perdesaan. Dengan menitikberatkan sektor pendidikan pada program-program yang mendukung pelaksanaan wajib belajar pada tingkat dasar dan menengah (12 Tahun) diharapkan adanya kemajuan yang berarti sebagai percepatan dalam menyiapkan sumber daya manusia berkualitas secara merata. Program-program tersebut harus konsisten dilaksanakan melalui pelaksanaan pendidikan yang murah, pemberian insentif bagi pendidik dan pelajar yang berprestasi serta pemberdayaan komite sekolah dalam ikut serta secara aktif menanggulangi permasalahan pendidikan di sekolah. 6. Peningkatan kualitas sarana prasarana publik; Sarana dan prasarana dasar wilayah merupakan unsur penunjang utama dalam
mendukung
terciptanya
tingkat
keberhasilan
pembangunan.
Ketersediaan dan kualitas infrastruktur akan mempengaruhi tingkat pendidikan, kesehatan dan daya beli masyarakat. Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur seperti jalan, jembatan, penyediaan air baku serta air bersih merupakan kebutuhan yang dapat dirasakan manfaat dan akibatnya secara langsung oleh masyarakat. Infrastruktur harus dapat menjadi katalisator pencapaian
pembangunan
pada
bidang
lainnya
terutama
perwujudan
infrastruktur strategis dan sistem yang dapat diadopsi dalam rangka pemerataan pembangunan bidang infrastruktur. Pemenuhan kebutuhan air bersih untuk permukiman perlu terus ditingkatkan, demikian pula dalam penyediaan air baku. Dalam pemenuhan kebutuhan perumahan perlu diarahkan kepada rumah vertikal atau rumah susun terutama bagi masyarakat di perkotaan atau RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 115
mayarakat perbatasan. Hal ini untuk mengantisipasi semakin berkurangnya ruang terbuka serta dalam rangka mempermudah intervensi program dan kegiatan pembangunan. Di lain pihak, diperlukan peningkatan kemampuan pengendalian dan pengawasan pembangunan infrastruktur terutama melaui perizinan yang konsisten dan mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku baik pada tingkat pusat maupun daerah. Kondisi infrastruktur yang baik di Kabupaten Sleman pada tahun 2011 ratarata masih dibawah 50%. Kondisi yang demikian diperlukan adanya kebijakan dalam penganggaran untuk bisa ditingkatkan, hal tersebut sangat diperlukan agar kondisi infrastruktur tidak semakin menurun. Infrastruktur yang baik akan menarik investor untuk bisa menanamkan modalnya di Kabupaten Sleman. Permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut : 1) Terjadinya perubahan tata guna lahan berkaitan dengan erupsi merapi tahun 2010. 2) Belum berfungsinya secara optimal Rencana Tata Ruang Wilayah yang dapat berperan menyelaraskan, mensinkronkan, dan memadukan berbagai rencana dan program pembangunan daerah. 3) Prasarana dan sarana perhubungan, pelayanan publik, irigasi yang rusak akibat erupsi merapi belum sepenuhnya terpulihkan 7. Menjaga stabilitas ketahanan pangan; Ketahanan pangan dimaknai sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau bagi setiap individu. Kebutuhan akan pangan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Kondisi ketahanan pangan dapat dicirikan dengan terpenuhinya komoditas pangan pokok di masyarakat, dimana kebutuhan karbohidrat asal beras merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat, disamping kebutuhan pangan lainnya yang juga harus dipersiapkan. Seiring dengan perkembangan jumlah penduduk, perkembangan luasan lahan, kebijakan penataan ruang serta
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 116
aktivitas sosial ekonomi masyarakat yang terus berkembang, pada gilirannya akan manjadi faktor dalam pemenuhan ketersediaan bahan pangan. Permasalahan yang dihadapi bidang ketahanan pangan antara lain: 1) Rendahnya unsur hara tanah akibat ketergantungan petani terhadap pemakaian pupuk kimia; 2) Penggunaan bahan kimia berbahaya untuk bahan tambahan pangan masih banyak; 3) Peranan penyuluh pertanian dalam mendampingi petani belum optimal; 4) Pengelolaan lumbung pangan lokal belum optimal 5) Kerusakan mata air dan kolam budidaya ikan air tawar di wilayah lereng Merapi akibat letusan gunung merapi, serta belum optimalnya tataguna dan tata kelola air. 8. Menjaga kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup; Rusaknya lingkungan akibat bencana alam merupakan kondisi yang tidak bisa dihindarkan. Dalam mengatasi hal tersebut, diperlukan perubahan pola berfikir dan bertindak dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan, yaitu
dengan
Pembangunan
mengacu
pada
berwawasan
pembangunan
lingkungan
tidak
berwawasan hanya
lingkungan.
dilakukan
pada
mekanisme kinerja pemerintahan, tetapi harus dilaksanakan oleh segenap lapisan masyarakat melalui penegakan hukum. Penanganan permasalahan pencemaran, baik pencemaran udara, pencemaran air maupun pencemaran tanah/padat perlu ditingkatkan, melalui peningkatan intensitas pengendalian dan pengawasan. Pencemaran merupakan akibat dari aktivitas manusia yang berdampak negatif terhadap lingkungan dan kepentingan umum, sehingga perlu menerapkan sanksi dan retribusi terhadap setiap kegiatan yang menghasilkan pencemaran termasuk limbah domestik. Permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut : 1) Penurunan kualitas lingkungan akibat bencana alam erupsi merapi dan perubahan iklim global. 2) Belum optimalnya tataguna dan tata kelola air
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 117
9. Pengelolaan bencana dan percepatan pemulihan paska bencana; Sebagai wilayah yang rawan bencana, terutama bencana erupsi gunung berapi, perlu dilakukan penyusunan prosedur, tahapan mitigasi serta penanganan bencana yang sederhana/mudah diterapkan sesuai dengan pengalaman selama ini. Upaya menghindari bencana lebih mudah dilakukan dan lebih murah dibandingkan setelah terjadi bencana. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain : menghindari pembangunan di daerah rawan bencana serta menindak pelaku pelanggaran, menghindari aktivitas budidaya pada daerah rawan bencana serta melindungi kawasan kawasan di bawahnya (kawasan lindung). Upaya-upaya tersebut harus bersinergi dengan program pemberdayaan masyarakat bidang ekonomi di wilayah bencana sehingga dapat menghindari aktivitas pembangunan di daerah bencana tersebut. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut masih ditemui permasalahan sebagai berikut : 1) Koordinasi dalam perencanaan dan pelaksanaan dalam pemulihan pasca bencana masih kurang; 2) Upaya pendanaan pengurangan risiko bencana yang belum maksimal, dan kelembagaan penanganan bencana yang masih berorientasi pada penanganan kedaruratan; 3) Upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, masih kurang terencana dan terprogramnya pengurangan risiko bencana; 4) Masih rendahnya daya guna rencana tata ruang wilayah dalam mengurangi resiko bencana. 5) Sarana dan prasarana pengurangan resiko bencana belum memadai 10. Menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban Kondisi keamanan berpengaruh
dalam
dan ketertiban merupakan faktor yang sangat kesuksesan
penyelenggaraan
pembangunan.
Permasalahan yang masih ditemui dalam menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban adalah sebagai berikut : 1) Gangguan keamanan dan ketertiban cenderung meningkat; RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 118
2) Penegakan Perda belum optimal; 3) Kesadaran masyarakat dan dunia usaha untuk mematuhi peraturan masih belum optimal; 4) Sarana dan prasarana keamanan dan ketertiban belum memadai; 11. Peningkatan kesetaraan gender dalam pembangunan. Pembangunan manusia ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia tanpa membedakan jenis kelamin. Sebagai sumberdaya insani, sebenarnya potensi
yang dimiliki
perempuan dan laki-laki seimbang.
Pemerintah Kabupaten Sleman senantiasa berupaya mewujudkan kesetaraan gender
dalam
pembangunan.
Namun
dalam
pencapaiannya
ditemui
permasalahan sebagai berikut : 1) Partisipasi perempuan dalam pembangunan belum optimal 2) Kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak masih lemah 3) Tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak masih ada. Identifikasi keterkaitan isu dan masalah mendesak pembangunan daerah Kabupaten Sleman sebagai berikut:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
II - 119
Tabel 2.61 Identifikasi Isu dan Masalah Mendesak NO 1
NASIONAL Peningkatan Iklim Investasi dan Usaha (Ease of Doing Business);
2
Percepatan Pembangunan Infrastruktur: Domestic Connectivity;
3
Peningkatan Pembangunan Industri di Berbagai Koridor Ekonomi;
4
Penciptaan Kesempatan Kerja khususnya Tenaga Kerja Muda
5
Peningkatan Ketahanan Pangan: Menuju Pencapaian Surplus Beras 10 juta ton
6
Peningkatan Rasio Elektrifikasi dan Konversi Energi
ISU PENTING PROVINSI Tingginya kemiskinan dan pengangguran di perdesaan dan perkotaan Kurangnya sarpras pendukung keterkaitan antar wilayah
KABUPATEN Fasilitasi peningkatan investasi untuk penciptaan lapangan kerja
Infrastruktur Peningkatan kualitas sarana dan prasarana publik Belum optimalnya pengembangan Bidang ekonomi potensi sumberdaya alam untuk - Peningkatan kekuatan basis ekonomi menopang ketahanan pangan dan kerakyatan dengan optimalisasi energi sesuai potensi
Terbatasnya kapasitas aparat Fasilitasi peningkatan investasi untuk pemerintah dalam tata kelola penciptaan lapangan kerja kepemerintahan yang baik Tingginya ancaman bencana alam Ketahanan pangan dan menurunnya daya dukung - Peningkatan ketersediaan pangan, lingkungan kelancaran distribusi pangan dan pengoptimalan sistem pengamanan pangan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
Energi dan Sumber Daya mineral - peningkatan pemenuhan kebutuhan energi - pemanfaatan energi baru dan terbarukan - peningkatan pengelolaan sumber daya mineral dengan memperhatikan
II - 120
7
Peningkatan Pembangunan SDM
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
lingkungan hidup Pendidikan peningkatan kualitas pendidikan dalam menunjang wajib belajar 12 tahun Kesehatan - Peningkatan manajemen mutu pelayanan kesehatan Peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi seluruh warga masyarakat Kebudayaan dan Iptek - mempertahankan nilai seni dan budaya lokal dalam rangka penguatan kearifan lokal - mendorong tumbuhnya semangat untuk melakukan inovasi teknologi aplikatif pemanfaatan hasil-hasil inovasi teknologi oleh masyarakat dan dunia industri Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana - pemulihan kualitas lingkungan hidup - Pengurangan resiko bencana dan penguatan kelembagaan penanggulangan bencana - Rehabilitasi dan rekonstruksi pasca erupsi Merapi Bidang Sosial - peningkatan kualitas hidup masyarakat - peningkatan pembangunan yang berperspektif gender
II - 121
8
Percepatan pengurangan kemiskinan
9
Persiapan pemilu 2014
10
Reformasi birokrasi dan tata kelola
11
Percepatan pembangunan Minimum Essential Force (MEF)
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
Penanggulangan kemiskinan - Peningkatan kualitas angkatan kerja dan perluasan lapangan kerja Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penguatan sosial dan pemberdayaan ekonomi masyarakat Politik, Hukum dan Tibmas - Mendorong terwujudnya masyarakat yang sadar dan patuh hukum Mendorong peningkatan kesadaran politik Tata kelola pemerintahan : - Peningkatan kapasitas dan profesionalisme aparatur - Peningkatan partisipasi, transparansi dan akuntabilitas pemerintah daerah
II - 122