KPU JAWA TIMUR
Jurnal IDe
Inspirasi Demokrasi
Mengawal Demokrasi Membangun Negeri
MENGENANG HUSNI KAMIL MANIK
Agustus 2016
Suara KPU Jawa Timur
edisi
10
Dari Redaksi
U
capan syukur patut Kita panjatkan kepada Allah SWT., sehingga Jurnal Inspirasi Demokrasi (Ide) Komisi Pemilihan Umum Jawa Timur (KPU Jatim) edisi ke sepuluh, bulan Agustus 2016 ini dapat terbit. Terima kasih Kami sampaikan kepada Komisioner, Sekretaris dan seluruh staf KPU Jatim yang telah terlibat dan membantu penyusunan Jurnal Ide. Tak ketinggalan, ucapan terima kasih Kami sampaikan pula kepada KPU kabupaten/ kota yang terus aktif berpartisipasi dalam setiap penulisan Jurnal Ide. Jurnla Ide Edisi bulan ini mengangkat tema “Mengenang Alm. Husni Kamil Manik”. Tema ini dipilih bukan tanpa alasan. Ketua KPU RI periode 20122017, Husni Kamil Manik telah berpulang pada hari Kamis, tanggal 7 Juli 2016. Jurnal Ide dengan Tema “Mengenang Alm. Husni Kamil Manik”, se ngaja dipilih sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan atas dedikasi almarhum yang luar biasa kepada lembaga KPU, bangsa dan negara sebagai pengawal tata kehidupan berdemokrasi. Husni Kamil Manik, seorang figur yang sabar dan bersahaja. Dari keluarga, sahabat, kolega, senior, junior hingga orang yang hanya sempat melihatnya di televisi pun mengakui akan kesabaran dan kesahajaannya. Barangkali figur seperti inilah yang banyak diharapkan untuk memimpin lembaga ini, dengan segala kerumitan dalam proses penyelenggaraan pemilihan umum. Selanjutnya inspirasi dan kesan dari figur Husni Kami Manik akan banyak dibahas dalam jurnal ini. Kepergian Husni Kamil Manik di usia yang menginjak 41 tahun merupakan sebuah musibah bagi pengawal demokrasi negeri ini. Rasa duka yang mendalam tak dapat dipungkiri tentunya. Namun, keadaan ini mampu disikapi dengan bijak oleh kawan-kawan KPU RI, KPU Provinsi, dan KPU kabupaten/ kota. Salah satunya tercermin dari pemilihan Ketua KPU RI sepeninggal Alm. Husni Kamil Manik. Terpilihnya Juri Ardiantoro sebagai Ketua KPU RI dilakukan dengan mekanisme musyawarah mufakat. Pilihan musyawarah mufakat ini menunjukkan kedewasaan dan keprofesionalan pimpinan KPU. Para pemimpin KPU mampu meruntuhkan tradisi irisan organisasi dan golongan yang egoistik dan primordialistik, yang melatarbelakangi kepentingan ma sing-masing anggota KPU RI. Di penghujung pengantar redaksi ini, Kami sampaikan segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca terus diharapkan. Karena memang Jurnal Ide ini masih jauh dari kata sempurna. Terakhir, Kami Keluarga Besar KPU se-Jawa Timur mengucapkan Selamat Atas Terpilihnya Ketua KPU RI Juri Ardiantoro. Semoga dapat mengemban amanah dengan baik dan membawa KPU menjadi semakin berkualitas. r
Suara KPU Jawa Timur
Agustus 2016
1
Daftar Isi Hal 3 Husni Kamil Manik: Makan Bakso Gerobak Pun Oke
Hal 8 Bersama Husni Kamil di Kabupaten Pacitan
Hal 11 Husni Sukses Pimpin Pemilu Terumit
Hal 14 Husni Kamil Manik di Mata Sahabat dan Kolega
Hal 20 HKM, Pemimpin Yang Santun dan Sederhana
Hal 23 Husni Kamil Manik, Transparansi Adalah Baju KPU
Hal 26 Perjalanan Menjemput Doa Sang Pemimpin
Hal 29 Husni Kamil Manik, Sosok ‘Humble’ Pengawal Demokrasi
Hal 32 Kesederhanaan Husni Kamil dalam Semangkuk Soto Madura
Hal 34 Runtuhnya Sekat Primordial (Sebuah Catatan Atas Terpilihnya Ketua KPU RI Juri Ardiantoro)
Pengarah: Eko Sasmito, Gogot Cahyo Baskoro, Choirul Anam, Dewita Hayu Shinta, Muhammad Arbayanto. Penanggungjawab: HM. E. Kawima. Pemimpin Redaksi: Slamet Setijoadji. Redaktur: Azis Basuki. Sekretaris Redaksi: Dina Lestari. Kontributor: Keluarga Besar KPU se-Jawa Timur. Alamat Redaksi: Badan Hukum, Teknis, Hupmas Sekretariat KPU Provinsi Jawa Timur Jl. Raya Tenggilis No. 1-3 Surabaya.
2
Jurnal IDe
M. FATONI Divisi Sosialisasi KPU Jombang
Husni Kamil Manik,
Makan Bakso Gerobak Pun Oke Kepergian Husni Kamil Manik (HKM), Ketua KPU RI pada Kamis (7/7/2016) meninggalkan banyak kesan mendalam bagi keluarga besar KPU, khususnya KPU Jombang. Betapa tidak? Sejak almarhum menahkodai KPU RI empat tahun lalu, setidaknya sudah tiga kali, mungkin paling sering di Jawa Timur, nyambangi KPU Jombang.
K
unjungan pertama almarhum saat meresmikan gedung pertemuan KPU Jombang pada 19 September 2012. Setahun kemudian, HKM kembali singgah di KPU Jombang dari perjalanannya ke daerah Mataraman. Kunjungan terakhir dan banyak meninggalkan kesan adalah saat menghadiri pembukaan muktamar ke 33 Nahdlatul Ulama di Alun-Alun, Jombang, Awal Agustus 2015. Karenanya tak heran, jika banyak jejak langkah almarhum yang hingga sekarang masih membekas dan sulit dilupakan oleh keluarga besar KPU Jombang. Terutama ke sederhanaan dan kesahajaan bapak tiga anak ini, jejaknya sulit terhapuskan. Kesan yang mendalam yang banyak dirasakan staf KPU Jombang adalah saat bertemu dengan almarhum HKM. Dalam setiap kehadirannya di Jombang, bukan urusan kantor yang ditanyakan pertama kali ketika bertemu, tapi selalu menanyakan kesehatan
dan kabar keluarga. “Assalamualaikum. Apa kabar, sehat-sehat? Bagaimana keluarga?,” kata Heri Subagio, Kasubag Umum KPU Jombang yang sudah tiga kali menerima kunjungan, menirukan ucapan HKM. Kesahajaan dan kesederhaan itu tercermin dalam prilaku kesehariannya. Almarhum tak pernah menempatkan dirinya sebagai pimpinan lembaga negara, meski harusnya ia layak mendapat fasilitas VVIP berdasarkan SOP protokoler pejabat negara. Ia tampil se perti adanya, tidak suka neko-neko. Ia malah terkesan sangat menikmati kehidupan apa adanya, jauh dari status yang disandangnya sebagai “Bapak yang Terhormat”. Dja’far, yang membidangi Perencaan, Anggaran dan Logistik KPU Jombang mence ritakan, ada kesan mendalam yang tidak pernah terlupakan dalam benaknya. Yakni, saat peresmian gedung pertemuan KPU –Sekarang bernama Gedung Pertemuan Husni Suara KPU Jawa Timur
Agustus 2016
3
Kamil Manik yang berada di sisi kanan kantor KPU Jombang pada 19 September 2012. Pria berkacamata ini mengisahkan, beberapa hari sebelum acara peresmian gedung pertemuan berlangsung, KPU melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah. Para komisioner saat itu menyampaikan bahwa para unda ngan ada yang dari pusat, propinsi –gubernur dan KPU, hingga pemerintah daerah dan KPU Kabupaten/Kota se-Jatim. Termasuk disampaikan rencana HKM yang akan meresmikan gedung tersebut. Singkat cerita, karena melibatkan orang pusat dan penguasa provinsi, protokol Pemprov melakukan koordinasi. Karena tahu bahwa gedung itu merupakan hibah dari pemerintah daerah, sehingga pihak protokol Pemprov ‘mengintervensi’. Bagian protokol bersikukuh yang bisa menandatangani adalah pejabat pemerintah, seperti gubernur atau bupati. Sedangkan Ketua KPU, meski memimpin lembaga penyelenggara pemilu di pusat, dianggap bukan pejabat negara. HKM yang mendengar ‘penolakan’ itu pun, beliau tidak mempermasalahkan dan tetap bersedia hadir meski sekadar menyaksikan peresmian gedung KPU Jombang. Hal ini sebagai bentuk komitmen dan kepedulian terhadap jajaran di bawahnya sangat kuat. Sebagai jalan tengah dan untuk menghorma4
Jurnal IDe
ti semua pimpinan, tuan rumah pun menyiasatinya. Ketua KPU RI sebagai bapak sekaligus pimpinan KPU di daerah, tetap mendapat tempat terhormat. Maka, peresmian dan penandatanganan prasasti pun dilakukan tiga pihak, yakni Ketua KPU RI, HKM sebagai pucuk pimpinan KPU, gubernur sebagai penguasa wilayah dan bupati Jombang yang memberi tanah hibah. Cerita menarik lainnya, bahwa almarhum adalah sosok yang tidak suka minta dilayani dengan protokoler adalah saat ia ziarah ke makam Gus Dur di Tebuireng tahun 2013. Saat itu, kota Jombang sudah malam dan kantor KPU juga sudah ditinggal penghu ninya kecuali para penjaga malam. Tiba-tiba ia mendadak mampir ke KPU usai perjalanan dinas di Jawa Timur. Kehadiran pucuk pimpinan KPU RI ini membuat para komisioner juga sekretariat gedandapan (kelabakan), karena tidak ada persiapan apapun. Namun usut punya usut, ternyata kehadiran HKM bukan untuk sidak, tapi sekadar mampir ke ‘rumah’ lazimnya dilakukan ke manapun ia bepergian ke luar kota. Ia sengaja mampir ke Jombang karena ingin ziarah ke makam Gus Dur, yang dianggapnya sebagai gurunya. “Senyampang lagi di Jawa Timur,” kata Heri Subagio, staf KPU menirukan ucapan almarhum.
Kamar Mandi Jadi Saksi Kesan kesahajaan HKM lainnya yang terekam dibenak keluarga KPU Jombang adalah ketika almarhum menghadiri pembukaan Muktamar ke-33 NU di Jombang, Agustus 2015. Pak HKM, demikian ia biasa disapa para koleganya, datang ke muktamar seperti orang hilang. Datang tanpa pengawalan, pun tak berbaur dengan para pimpinan lembaga negara, seperti Ketua MK, Ketua MPR, DPR, para menteri ataupun petinggi TNI/Polri, yang sejak awal dari Surabaya mendapat pengawalan. Almarhum datang sendirian hanya ditemani ajudan pribadi, seorang sopir dan De wita Hayu Shinta, Komisioner KPU Jatim. Kendaraan yang ditumpangi pun bukan mobil pilihan layaknya seorang pejabat negara, tapi kendaraan dinas KPU Propinsi Jawa Timur, Toyota Innova. Kehadirannya pun tanpa pe ngawalan voorijder dari polisi. Agaknya almarhum saat itu sengaja memilih datang secara diam-diam di Jombang dan lebih awal dari jadwal, yakni masuk Jombang sekitar pukul 16.30 WIB. Pak HKM kemudian memilih beristirahat di kantor KPU yang fasilitasnya serba sederhana dan apa adanya. Namun sekali lagi, kedatangan almarhum untuk transit dan sekadar ngeluk geger di KPU ini ternyata tidak kesampaian. Sebab, banyak komisoner dari Kabupaten/ Kota sekitar Jombang yang sudah nyanggong pucuk pimpinan KPU ini. Dengan senyuman khasnya, Pak HKM menyambut gembira para komisioner dari Kabupaten/Kota sekitar Jombang yang menyambutnya. Termasuk Ketua KPU Jatim, Eko Sasmito, Gogot Cahyo Baskoro, Divisi Sosia lisasi dan Pendidikan Pemilih serta Sekretaris KPU Jawa Timur, HM. Eberta Kawima yang menyusul kemudian. Karena itu, alih-alih HKM untuk beristirahat, pertemuan itu pun berubah menjadi ajang diskusi dan curahan hati (curhat) para komisioner. Terutama para komisioner yang daerahnya akan menggelar Pemilu Kepala Daerah (Pilkada) pada tahun 2015 lalu. Apalagi saat itu, genting-gentingnya tahapan Pilkada serentak, dimana bebe rapa daerah belum ada kepastian dukungan anggarannya, termasuk regulasi Pilkada yang berubah-ubah. Seiring berjalannya waktu, di tengah
asyiknya bincang santai dengan para komisioner, Pak HKM kemudian pamit numpang mandi dan salin baju. Pamit almarhum ini sungguh tanpa diduga sebelumnya, sehingga staf sekreatriat KPU lagi-lagi dibuat kelabakan. Beruntung peralatan dan perlengkapan sudah disiapkan, meski ala kadarnya. Almarhum pun akhirnya mandi di KPU tanpa me ngeluh sedikitpun, meski dengan fasilitas yang serba apa adanya. Mandi dengan menggunakan gayung, karena belum ada shower. “Subhanalloh… kita jadi malu, karena nggak menyangka Pak Ketua berkenan mandi di kantor KPU. Padahal kita tidak ada persiapan khusus untuk menyambut beliau. Persiapan kita hanya sekadarnya. Tapi untungnya kamar mandi sudah kita bersihkan, kalau tidak, waduh tambah malu lagi kita,” kata Hanif Purwanto, Sekretaris KPU Jombang mengenang sosok Pak HKM dalam kunjungan terakhirnya di Jombang hampir setahun yang lalu itu. Selesai mandi, bapak tiga anak ini kemudian mengajak para komisioner dari berbagai daerah untuk shalat berjamaah di mushola yang ada di depan kantor KPU. Kebetulan waktu shalat maghrib saat itu sudah tiba. Ia kemudian memilih menjadi makmum dan tak mau diperlakukan seperti seorang pejabat, dengan membawa sendiri sajadah ditenteng di tangan. Belum selesai di situ, kesederhanaan dan kesahajaan HKM ternyata masih berlanjut. Ketika ia hendak menuju arena muktamar dan harus bergabung lebih dulu dengan tamu VVIP, termasuk dengan Presiden Jokowi di Hotel Yusro, almarhum tak mau dikawal voorijder dan diantar banyak orang. Ia hanya minta diantar dan ditemani komisioner tuan rumah yang dianggap mengetahui lokasi. Karena itu, Athoillah, dari Divisi Hukum mendampinya ke hotel tempat dimana para tamu VVIP berkumpul. Setibanya di hotel, Pak HKM yang sudah sangat familier dengan Paspampres dan para pimpinan lembaga negara itu, dipersilahkan transit di ke kamar yang sudah disiapkan untuknya. Namun belum sempat ia menikmati kamar hotel, almarhum yang berpapasan dengan Kapolri (Jendral Pol Badrodin Haiti, Kapolri saat itu, red), langsung diajak gabung rombongannya menuju lokasi muktamar di Alun-Alun yang berjarak sekitar 7 kilometer Suara KPU Jawa Timur
Agustus 2016
5
dari hotel. “Jadi, sebetulnya beliau sudah disiapkan kamar di hotel untuk transit oleh panitia. Untungnya beliau sudah mandi dan ganti baju di KPU, sehingga langsung bisa berangkat bersama ke arena muktamar dengan rombongan Kapolri,” jelas Athoilah yang ikut mendampingi HKM hingga ke arena muktamar. Kancrit, Rela Jalan Kaki Sementara itu, meski awalnya Pak HKM diajak rombongan Kapolri menuju arena muktamar, namun perjalan itu tidak semulus yang dibayangkan. Sebab, kendaraan yang ditumpangi HKM kancrit alias tertinggal dari rombongan Kapolri. Maklum, kendaraan yang membawa Ketua KPU tidak standby di deretan rombongan Kapolri. Akibatnya, kendaraan Toyota Innova yang ditumpangi almarhum tidak bisa masuk langsung ke area parkir di dekat lokasi muktamar. Kendaraan yang ditumpangi almarhum pun harus diparkir jauh dari lokasi acara, di perempatan Kebonrojo, berjarak sekitar satu kilometer dari arena muktamar. Tanpa mengeluh dan menunjukkan jabatannya sebagai pimpinan lembaga ne 6
Jurnal IDe
gara, HKM pun rela berjalan menuju arena muktamar dengan berjalan kaki. “Beliaunya malah senang berjalan kaki, karena katanya bisa menikmati gegap gempitanya muktamar NU.” Di sepanjang jalan menuju arena muktamar dari lokasi parkir kendaraan, Pak HKM ternyata banyak disapa dan diajak foto bersama masyarakat. Tidak hanya itu, sepulang menghadiri pembukaan muktamar di Alun-Alun dan kembali ke lokasi parkir kendaraan, masyarakat yang berjubel di sepanjang jalan semakin banyak yang menyapa dan meminta foto. “Assalamualaikum Pak KPU. ‘Pak KPU’, demikian masyarakat di sepanjang jalan menyapa almarhum, minta foto dong…,” teriak seseorang sambil merangsek ke depan mendekati almarhum yang berjalan didam pingi ajudan dan Athoilah, Komisioner KPU Jombang. Kehadiran almarhum di tengah arena muktamar itu benar-benar bak artis ibu kota, mampu menyedot perhatian masyarakat. “Rupanya wajah Pak HKM sangat familier, sehingga banyak masyarakat yang menyapa dan tidak sedikit yang minta foto bersama dengan ponselnya. Maklum, wajah pak ketua
sering terlihat di televisi,” kenang Athok. Bukan hanya masyarakat awam yang mengenali sosok HKM, ternyata banyak juga Polisi yang mengenali wajah HKM. Bahkan mereka minta foto selfi bersama. Malah ada polisi yang menanyakan, mengapa kendaraan Pak HKM kok tidak langsung masuk ke parkir di dekat arena, padahal ia termasuk tamu VVIP. “Tapi Pak HKM hanya tersenyum dan menimpali dengan santai, gak apa-apa, itungitung berjalan kaki sambil berolaharaga cari keringat,” ungkap Mas Athok menceritakan jawaban almarhukm kepada seorang perwira pertama polisi yang mengenali almarhum. Begitulah kesederhaan dan kesahajaan almarhum HKM yang terekam saat hampir setahun yang lalu menginjakkan kakinya di tanah Jombang. Beliau begitu humble, sederhana, sopan, tidak arogan, meski mempunyai jabatan. Sekalipun beliau tidak pernah menunjukkan jabatan dan egonya. Beliau sepertinya selalu taat prosedur dan tahu posisinya. Ia juga sama sekali tidak mengeluh meski sebetulnya ia bisa minta atau bahkan menuntutnya. Makan Bakso Bungkusan Keserhanaan dan kesahajaan itu pula yang hingga kini masih membekas dan ba nyak meninggalkan kenangan yang terpatri dalam benak keluarga besar KPU Jombang. Bahkan sebelum ia benar-benar meninggalkan jejaknya yang terakhir kali di tanah Jombang, hampir setahun lalu itu, HKM seperti sudah memberi sinyal bahwa kehadirannya di Jombang kala itu adalah untuk terakhir kalinya. Ya, sinyal itu diutarakan kepada para staf sekratriat KPU ketika ia hendak berpamitan dan kembali ke Jakarta melalui Surabaya seusai menghadiri pembukaan muktamar NU. Almarhum yang kala itu belum sempat makan sebelum berangkat ke arena muktamar, tak sungkan menikmati bakso bungkusan seharga Rp 7.000,- yang dibeli para staf sekretariat. Dan sekadar tahu, bakso itu sebetulnya bukan disiapkan untuk almarhum dan para komisoner dari Kabupaten/Kota, melainkan sekadar jajanan. Saat itu, Ketua KPU Jawa Timur, Eko Sasmito dan Sekretaris, HM. Eberta Kawima kedinginan karena cangkruan di luar kantor KPU dengan ditemani komisoner
dan staf KPU. Sambil menunggu pembukaan muktanar NU di Alun-Alun bubar, staf sekretariat berinisiatif membeli bakso beberapa bungkus untuk disantap bersama. Singkat cerita, saat bubaran dari pembukaan muktamar di Alun-Alun, saat itu jam sudah menunjukkan sekitar pukul 21.30 wib, almarhum tiba di kantor KPU. Pak HKM kemudian bersantai sambil bertukar pikiran dengan para komisoner KPU Jombang dan beberapa komisioner Kabupaten/Kota yang masih bertahan. Topiknya, seputar konstelasi calon nahkoda PBNU. Di tengah asyiknya diskusi, iseng-iseng staf sekretariat KPU Jombang, Dina Trias madji, menawarkan bakso kepada almarhum. Dan, tanpa diduga Pak HKM tak menolak. Padahal, bakso yang disajikan bukan produk restoran atau rumah makan, tapi bakso gerobak. “Boleh, kapan lagi makan bakso Jombang,” ucapnya saat dihidangkan bakso bungkusan yang dihidangkan. Dengan ditemani komisioner dan staf KPU, ia pun menyantap bakso bungkusan itu dengan senang hati. Sesekali sambil berbincang santai ia menyimak seksama berbagai isu kekinian seputar konstelasi perebuatan pucuk pimpinan PBNU. “Boleh juga bakso Jombang,” katanya mengomentari bakso yang baru disantapnya. Malam semakin larut, diskusi pun semakin hangat. Berbagai topik diskusi saling bersambung, termasuk kemudian berkembang seputar rencana kenaikan uang kehormatan para komisioner. Saat itu, ia menyebut kanaikan UK sudah pasti, karena presiden pada prinsipnya sudah setuju. Hanya proses pengusulannya yang harus melalui beberapa kementrian, sehingga diminta bersabar. “Kenaikan UK pasti, tapi sekarang masih proses. Bersabarlah,” tuturnya berpesan. Dan, di tengah asyiknya diskusi, Pak HKM tiba-tiba berpamitan. Sebab, esok hari masih ada tugas negara menantinya. Namun sebelum meninggalkan KPU Jombang yang saat itu sudah menunjukkan lebih pukul 23.00 wib, almarhum memberi kenangan foto dengan para komisioner dan sekretaris KPU. Ternyata, foto itulah kenangan terakhir dan kado istmewa keluarga besar KPU Jombang dari almarhum. Selamat Jalan Pak HKM, Kami Selalu Mengenangmu. r Suara KPU Jawa Timur
Agustus 2016
7
DAMHUDI Ketua KPU Kabupaten Pacitan
Bersama Husni Kamil di Kabupaten Pacitan Sebuah lembaga negara akan solid jika pemimpin dan bawahannya memiliki hubungan sangat baik. Jika seorang pemimpin tidak disukai bawahannya, bagaimana lembaga negara akan bisa berkembang dengan baik? Bahkan, menjadi lembaga negara berintegritas pun tidak akan bisa dicapai.
P
ilkada Tahun 2015 di Kabupaten Pacitan menjadi bagian dari diselenggarakannya Pilkada Serentak pada 9 Desember 2015. Penyelenggaraan serentak ini mampu memberikan dampak positif dalam sistem penyelenggaraan demokrasi kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Kegiatan ini menjadi momen yang tepat bagi masyarakat Pacitan untuk memilih kepala daerah yang tentunya memiliki kapabilitas, integritas, kapasitas dan kualitas untuk kemajuan daerah Pacitan. Pada tahapan pencalonan, Kabupaten Pacitan mengalami kesulitan untuk memenuhi dua pasangan calon, terlepas dari kepentingan apapun Komisi Pemilihan Umum (KPU) hanya normatif melaksanakan tahapan secara prosedural. Bahkan setelah proses perpanjangan pendaftaranpun jg belum bisa memenuhi hingga melaksanakan rekomendasi Bawaslu RI. Bersama Kabupaten Pacitan ada 7 (tujuh) kab/kota lain yang mempunyai nasib serupa. Keseriusan pelaksanaan pesta demokrasi di kabupaten Pacitan tersebut langsung di 8
Jurnal IDe
respon positif dan disupport oleh Ketua KPU RI Husni Kamil Manik dengan memutuskan datang langsung ke Kabupaten Pacitan untuk melakukan monitoring penyelenggaraan Pilkada di Pacitan. Dihadiri juga oleh ketua KPU Jateng, Joko Purnomo dan Ketua KPU Jatim, Eko sasmito, serta tidak ketinggalan KPU Kabupaten/Kota se-Mataraman juga ikut hadir, termasuk Kabupaten Blitar yang mempunyai nasib sama dengan Pacitan. Kedatangan Husni Kamil Manik menjadi motivator tersendiri bagi KPU Pacitan dan KPU Kabupaten Blitar, dimana banyak penjelasan regulasi dan keyakinan bahwa tahapan dilaksanakan sesuai dengan regulasi termasuk melaksanakan rekomendasi perpanjangan pendaftaran oleh Bawaslu RI. Hal ini sangat mendorong kami selaku penyelenggara di tingkat kabupaten yang mendapatkan permasalahan belum tercukupinya calon lebih dari dua pasangan calon. Beliau menjelaskan selama kita menyelenggarakan sesuai dengan regulasi dan melaksanakan rekomendasi Bawaslu semua akan berjalan
secara aman dan lancar. Husni Kamil Manik dalam kunjungannya di KPU Kabupaten Pacitan, disamping berkenaan dengan Pilkada beliau juga mempertegas beberapa agenda besar yang akan menjadi tantangan KPU salah satunya adalah pemilu serentak tahun 2019, dimana pileg dan pilpres dilaksanakan secara bersamaan. Juga dijelaskan upaya-upaya KPU untuk menjalin kerja sama dan sinergisitas dengan lembaga-lembaga negara yang membidangi demokrasi dan politik untuk mendapatkan dukungan, yang disusun dalam regulasi dan Undang-undang. Sisi menariknya adalah upaya KPU untuk meningkatkan kesejahte raan penyelenggara dari tingkat desa hingga pusat, karena tuntutan kerja penyelenggara pemilu yang harus profesional. Dalam hal tuntutan integritas penyelenggara pemilu, Husni Kamil Manik menjelaskan bahwa kita perlu memperkuat transparansi, dimana prosesnya harus dilakukan secara terbuka. Harus dengan prinsip partisipatif, semua pihak harus dilibatkan. Ini yang harus
menjadi sikap kita bersama. Pemilu adalah kompetisi memperebutkan suara rakyat untuk mendapatkan jabatan-jabatan politik. Sebagai sebuah kompetisi, pemilu harus diselenggarakan oleh lembaga yang kredibel di mata rakyat maupun peserta. Lembaga penyelenggara pemilu harus independen atas semua kepentingan, agar keputusan yang diambilnya semata-mata demi menjaga kemurnian suara rakyat. Pemilu merupakan perhelatan politik yang kompleks untuk mengonversi suara rakyat menjadi kursi, sehingga penyelenggara pemilu harus terdiri dari orang-orang profesional, memiliki gaji cukup, memiliki pengetahuan dan ketrampilan khusus, serta menaati kode etik. Apabila kita tidak bisa menjaga marwah KPU maka akan mengurangi integritas tersebut. Negeri ini adalah satu dari sedikit negara yang memiliki undang-undang tersendiri untuk mengatur penyelenggara pemilu. Bahkan dalam kurun lima tahun saja sudah lahir dua udang-undang penyelenggara pemilu: Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 dan UnSuara KPU Jawa Timur
Agustus 2016
9
dang-undang Nomor 15 Tahun 2011. Hal ini menunjukkan betapa strategis posisi dan fungsi penyelenggara pemilu, sehingga perlu dua undang-undang untuk menjaganya. Demikian penjelasan Husni Kamil Manik saat melakukan kunjungan di KPU kabupaten Pacitan. Ada satu kegiatan religius yang dilakukan oleh Husni Kamil Manik, yaitu melaksanakan sholat maghrib di mushola sederhana yang dimiliki oleh KPU Pacitan. Dalam perjalanannya dari Wonogiri menuju Pacitan, beliau meminta akan melaksanakan sholat magrib di kantor KPU Pacitan dan menolak permintaan rekan kami yang menjemput untuk diajak sholat di perjalanan, beliau tetap ingin sholat di kantor KPU Pacitan. Suatu kehormatan yang sangat religius saat beliau melaksanakan sholat di kantor KPU Pacitan, harapan kami doa beliau akan mewujudkan harapan kita semua. Setelah acara semi formal selesai dilaksanakan beliau mengajak kami untuk ngopi bareng di Alun-alun Pacitan yang asri, sejuk, indah dan nyaman. Pemandangan inilah yang mengusik beliau untuk mengajak kami dudukduduk sambil menikmati kopi dan jadah bakar khas pacitan yang dilengkapi dengan sate tahu alon-alon pacitan. Bersama rombongan kami ngobrol bareng hingga pukul 00.00 wib. Kehadiran beliau menjadi perhatian khusus bagi para aktivis muda di pacitan, terbukti saat di alun-alun Pacitan secara spontan banyak anak-anak muda para juniornya beliau yang berdatangan ke alun-alun untuk menemui beliau. Dari hidangan kopi, jadah bakar dan sate tahu, beliau sangatsuka dengan sate 10
Jurnal IDe
tahu khas mbah Geger (penjual makanan), hingga menghabiskan beberapa tusuk sate tahu. Dari sudut kota kecil ini telah muncul pernyataan dari para juniornya yaitu inilah calon RI 1, beliau sempat kaget terus tersenyum dan menjelaskan tentang kriteria seorang pemimpin, dalam penjelasannya beliau menyampaikan dan menyuplik sebuah hadist Rosul: Seyogyanya, pemimpin yang baik itu, pertama harus bisa memimpin dirinya sen diri, keluarganya, dan kemudian rakyatnya. Tidak mementingkan diri sendiri sedangkan rakyatnya terlantar. Tidak perlu jauh-jauh, di Negara Indonesia sendiri masih ada bebe rapa pemimpin yang belum amanah dalam menjalankan tugasnya. Padahal kepemimpinan itu titipan dari Allah harus dijalankan dengan baik, bukan sesuatu yang diminta atau diperebutkan kedudukannya. Seperti sabda Rasulullah SAW: ”Wahai Abdul Rahman bin Samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permin taan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya. Sungguh luar biasa apa yang disampaikan beliau dihadapan teman-teman dan aktivis di Pacitan, dan inilah yang menambah kekaguman kita semua kepada Husni Kamil Manik. Selamat jalan pejuang demokrasi sejati! r
AMAN RIDHO HIDAYAT, SE. Divisi Perencanaan, Keuangan, dan Logistik KPU Kabupaten Ngawi
Husni Sukses Pimpin
Pemilu Terumit
Tidak ada berita sakit atau kabar tentang gangguan kesehatan dari Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Husni Kamil Manik, tiba-tiba Kamis (7/7/2016) malam ia dikabarkan meninggal dunia di RSUP Pertamina.
T
entu saja, di tengah banyaknya berita bohong (hoax) yang menyebar dan di sebar di media sosial membuat penulis tak langsung mempercayai berita tersebut, langkah terbaik untuk memverifikasi berita itu adalah dengan mengecek beberapa sumber berita yang bisa dipercaya, termasuk menghidupkan televisi, juga menghubungi teman sesama Komisioner KPU, dan hasilnya sahih dan dapat dipercaya, Pak Husni telah meninggal dunia karena sakit. Sebagai seorang Komisioner KPU Kabupaten, tentu saja cukup merasa kehila
ngan dengan kepergian beliau. Ada banyak prestasi termasuk salah satunya adalah membangun transparansi dan akuntabilitas setiap tahapan, jadwal dan proses penyelenggaraan pemilu dengan membuka akses data yang seluas-luasnya kepada publik, ba nyak tokoh negeri ini juga mengakui tentang kepemimpinan Ketua KPU Husni Kami Malik memperkuat penyelenggaraan Pemilu terbukti semakin lebih jujur dan adil. Terbukti beliau juga menerima tanda kehormatan bintang penegak demokrasi dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, di Istana 11 Suara KPU Jawa Timur
Agustus 2016
11
Negara pada bulan Agustus tahun 2015 yang lalu. Tanda kehormatan yang diberikan ini adalah sebagai wujud apresiasi terhadap kinerja lembaga yang dipimpinnya pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014 lalu yang dinilai sukses dalam penyelenggaraannya. Suksesnya penyelenggaraan Pemilu di negeri ini selama 4 (empat) tahun kepemimpinan beliau di KPU tentu tidak bisa lepas dari peran seorang Husni yang kita kenal seorang sosok yang bertangan dingin dalam bekerja, kepalanya juga dingin dalam artian sangat rasional, orangnya juga komunikatif, sabar, dan rendah hati. Husni boleh dikatakan sukses menjaga proses demokrasi di Indonesia, pada 2014 lalu. Husni dan koleganya di KPU menyiapkan dan mengawal proses Pilpres 2014. Padahal, pilpres tahun 2014 merupakan salah satu pemilu yang paling rumit. Salah satu pasangan kandidat, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, bahkan menguggat hasil pemilu ke Mahkamah Konstitusi (MK). Menurut mereka, telah terjadi kecurangan di 52 ribu Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang melibatkan 21 juta suara rakyat Indonesia. Kendati sempat diprediksi publik hasil keputusan MK akan diwarnai kericuhan, pada akhirnya pasangan Prabowo dan Hatta bisa menerima keputusan yang memenangkan Joko Widodo dan Jusuf Kalla dalam pilpres 2014. Tekanan yang tinggi dari pendukung kedua belah pihak tak membuat Husni kehilangan kendali. KPU tetap teguh hingga akhir. Kiprahnya dalam mewarnai sistem 12
Jurnal IDe
kepemiluan Indonesia pantas menjadi pelajaran bagi kita semua. Ia berusaha berdiri di semua pihak, dengan caranya yang begitu tenang. Mencairkan suasana saat rapat genting dan tegang, menjadi salah satu keahlian Husni. Salah satu rapat penting yang menentukan kredibilitas KPU adalah saat memimpin rekapitulasi suara nasional pada Pilpres 2014. Di antara banyak komentar pedas dan juga caci maki, Husni tak terpancing emosi. Jika terpancing emosi, forum penting itu bisa menjadi berlarut-larut dan bisa me nemui jalan buntu. Semua itu bisa dilalui oleh Husni dengan indah, yang pada saat itu selaku pemimpin rapat. Selain sukses mengawal jalannya proses terumit yaitu Pilpres pada tahun 2014, Husni bersama kepemimpinan kolegial komisioner KPU lainnya telah mewariskan banyak hal bagi pemilu di Indonesia. Diantaranya ada Sistem Informasi Daftar Pemilih dengan sebuah aplikasi online yang disebut Sidalih dan juga sistem terbuka data kepemiluan yang bisa diakses publik, termasuk juga terobosan mempublikasi sertifikat penghitungan suara (C1) dan penghitungan suara berjenjang yang dipublikasikan secara online. Hal ini merupakan kontribusi yang baru pertama kali dibangun di bangsa ini, yaitu basis data pemilih yang dibangun secara online dalam Sistem Informasi Daftar Pemilih (Sidalih). Basis data pemilih ini merupakan sumbangan besar dalam sejarah pemilu di Indonesia. Husni Kamil Manik telah meninggalkan warisan berharga tidak hanya bagi Indonesia,
tetapi juga bagi dunia kepemiluan regional dan internasional. Ia telah menjadi pejuang dan duta besar Indonesia bagi dunia soal bagaimana demokrasi Indonesia bisa jadi rujukan. Bahwa belajar demokrasi tak perlu jauh ke Barat, demokrasi berkualitas ada di Asia Tenggara, di sini di Indonesia. Sebagai nakhoda KPU, beliau sudah memberi ruang sangat lebar bagi keterbukaan, transparansi, dan partisipasi publik dalam penyelenggaraan pemilu. Dalam kunjungan pemantauan internasional pada saat pemilu serentak Filipina 9 Mei 2016 lalu, Ketua KPU Filipina (Commission on Election of the Philippines atau Comelec) mengatakan pada delegasi Indonesia, mereka belajar soal transparansi dan keterbukaan atas proses dan hasil pemilu dari Indonesia. Ia sangat terkesan dengan apa yang dilakukan KPU Indonesia yang memindai hasil pemungutan dan penghitungan suara di TPS (berupa formulir C-1) dan langsung dikirimkan ke server nasional yang bisa diakses publik. Jika sebelumnya, hasil dari TPS di Pemilu Flipina tidak bisa langsung diakses publik, pada pemilu tahun ini publik langsung bisa melihat hasil dari setiap TPS dan membandingkannya dengan hasil yang mereka peroleh dari TPS tempat mereka memberikan suara. Kalau diperhatikan cara kerja server publik milik Comelec ini, hampir sama persis dengan portal scan C-1 milik KPU. Cerita sukses ala KPU ini bukan hanya jadi inspirasi perbaikan pemilu bagi Filipina, melainkan juga telah mengantarkan pemilu Indonesia memegang rekor sebagai KPU den13
gan database yang menyimpan hasil pemilu langsung dari TPS terbesar di dunia. Hal itu hanya mungkin terjadi jika secara kelembagaan ada inovasi dan komitmen untuk melayani pemilih sebaik mungkin melalui keterbukaan dan transparansi proses dan hasil pemilu. Dan KPU di bawah kepemimpinan Husni Kamil Manik telah sukses melahirkan inovasi serta menciptakan partisipasi publik yang lebih besar karena ketersediaan data yang dibuka luas. Dari sedikit uraian diatas dapat kita tarik kesimpulan, Husni Kamil Manik adalah sosok yang punya kiprah dan kontribusi sangat besar bagi perjalanan konsolidasi demokrasi Indonesia. Memimpin KPU sejak pertengahan 2012, Husni sosok yang tenang, kalem, dan sangat lihai mengendalikan emosi. Pembawaan sikap dan perilaku yang sangat merefleksikan karakter kelembagaan KPU sebagai penyelenggara pemilu. Sukses politik dan demokrasi tahun-tahun terakhir ini antara lain berkat jasa KPU dengan jajarannya dan itu semua atas kepemimpinan dan kearifan dari almarhum selaku pimpinan KPU. Itulah kenangan indah kita semua, Semoga ini me nguatkan kita untuk berdoa agar almarhum diterima di sisi Allah SWT. Selamat jalan Pak Husni, semoga Allah memberi tempat terbaik di sisi-Nya. Terima kasih telah mengawal demokrasi Indonesia melewati masa-masa kritis. Di bawah sistem yang telah tertata dengan baik, para penerusmu semoga mampu menjadi pe ngawal-pengawal demokrasi berikutnya. r Suara KPU Jawa Timur
Agustus 2016
13
SANTOKO, S.Pd.I. Ketua KPU Kabupaten Malang
Husni Kamil Manik di Mata Sahabat dan Kolega “Beliau sosok yang sederhana dan memiliki integritas yang tinggi” (Joko Widodo - Presiden Republik Indonesia) *** Kamis, 7 Juli 2016, menjadi hari yang begitu berduka dan menjadi catatan yang tidak mungkin terhapuskan dari memori para insan penyelenggara pemilihan umum. Husni Kamil Manik telah pergi untuk selamanya.
B
angsa ini telah kehilangan salah satu tokoh muda pengawal tata kehidupan berdemokrasi di negeri ini. Kepergiannya begitu menyentak. Sosok religius, bersajaha, ramah, santun dan egaliter dengan visi yang kuat untuk memperjuangkan independensi dan integritas lembaga Komisi Pemilihan Umum itu telah pergi meninggalkan keluarganya, karib kerabat dan kita semua. Di usianya yang baru 41 tahun, Husni Kamil Manik bersama kepemimpinan kolegial komisioner KPU lainnya telah mewariskan banyak hal positif bagi penyelenggaraan pemilu di Indonesia. Sistem yang dibangun dan terobosan-terobosan yang diambil terbukti semakin menguatkan fungsi lembaga penyelenggara pemilu di negeri ini, hingga pada akhirnya berdampak terhadap kepercayaan publik yang semakin menguat pula. Tentang kepercayaan publik terhadap KPU ini, Fadli Ramadhanil, Peneliti Perkum
14
Jurnal IDe
pulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) menyatakan setidaknya ada tiga sisi penting yang dimiliki oleh KPU periode 20122017 yang membuat lembaga ini sangat dipercayai hingga hari ini. Pertama, tujuh komisioner KPU selama hampir lima tahun menjabat mampu menjaga integritas pribadi mereka sebagai personal yang mesti mandiri dan profesional sebagai penyelenggara pemilu. Karena itu, ketika cerminan integritas personal itu baik, maka kepercayaan publik terhadap kelembagaan KPU tumbuh. Kedua, soliditas tujuh komisioner KPU yang terus terjaga. Meski hampir tidak mungkin tidak ada perdebatan, soliditas tim KPU tetap terjaga dengan baik. Setidaknya perdebatan yang terjadi di internal tidak pernah keluar sehingga mengganggu “kenyamanan” KPU dalam bekerja. Pada titik ini, peran Husni sebagai ketua saya yakin sangat
sentral. Sebagai ketua, Husni berhasil dengan baik mengelola dan menjaga keseimbangan di dalam kelembagaan KPU. Husni tidak one man show. Itu terlihat jelas, dalam banyak kesempatan, pembagian tugas dan porsi kerja masing-masing komisioner tertata dengan baik. Ketiga, KPU periode 2012-2017 di bawah kepemimpinan Husni sangat terbuka dan berkomitmen memanfaatkan teknologi informasi dalam penyelenggaraan pemilu. Sebagai orang yang bergiat untuk isu pemilu dan demokrasi, saya merasakan betul bagaimana keterbukaan KPU dalam menampung dan mengelola masukan serta aspirasi dari luar tubuh penyelenggara pemilu. Kesemuanya itu menunjukkan bahwa sosok Husni Kamil Manik adalah figur yang memang sangat menentukan dalam kepemimpinan KPU. Sepanjang karir kepemimpinannya di KPU, Husni Kamil Manik juga telah meno
rehkan beragam catatan prestasi yang gemilang. Lembaga penyelenggara pemilu yang dipimpinnya mampu tampil sebagai lembaga yang diakui kredibilitas dan akuntabilitasnya. Husni Kamil Manik yang juga pernah menjalankan tugas sebagai komisioner KPU Sumatera Barat ini telah terbukti mampu me ngawal Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar di dunia dari segi jumlah pemilih yang datang ke TPS secara serentak dalam satu hari pemilihan. Walau terbilang muda, Husni Kamil Manik sudah menorehkan prestasi nasional dalam bidang demokrasi. Prestasi tersebut dibuktikan melalui Penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang Penegak Demokrasi Utama yang diterimanya pada 7 Agustus 2015 dari Presiden Joko Widodo. Penghargaan berdasarkan Keppres RI 85/TK 2015 itu diberikan karena Husni dianggap sukses menjalankan tugas pada Pemilihan Umum Suara KPU Jawa Timur
Agustus 2016
15
Legislatif 2014 dan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2014. Husni Kamil Manik juga mendapatkan penghargaan The Guardian of Democracy 2014 dari Soegeng Sarjadi School of Government, Transparansi dan Akuntabilitas Data Pemilu 2014 dari Lembaga Partnership for Governance Reform (Kemitraan), Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai penyeleng gara pemilu dengan peserta terbanyak di dunia, dan Tokoh Publik Pilihan 2014 dari Serikat Perusahaan Pers (SPS). Dalam konteks penyelenggaraan pemilu Indonesia yang dianggap rumit dan melibatkan jumlah pemilih yang datang ke tempat pemungutan suara (TPS) terbanyak di dunia, tak berlebihan jika Soegeng Sarjadi School of Governent menyebut Husni sebagai “the guardian” atau pengasuh atau pengawal demokrasi 2014. Sederetan pengakuan tentang sosok dan karakter almarhum Husni Kamil Manik dari banyak tokoh dapat dijadikan bukti bahwa beliau sejatinya adalah figur yang sangat layak mendapatkan penghormatan dan penghargaan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai sosok Husni Kamil Manik sebagai seorang yang sangat bekerja keras dengan integritas sangat baik. Almarhum Husni menurutnya juga telah mengemban dan melaksanakan tugasnya dengan baik sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum. ”Beliau, saya melihat, 16
Jurnal IDe
sangat bekerja keras dengan integritas yang sangat baik dalam menyelenggarakan baik menyiapkan, merencanakan, melaksanakan Pilkada di daerah, pemilihan bupati, walikota, kemudian gubernur, kemudian juga presiden,” kata Presiden. Jokowi juga menilai almarhum sebagai sosok yang sangat sederhana. Hal itu salah satu yang menjadi salah satu perhatiannya. “Beliau adalah sosok yang sangat sederhana dan mempunyai integritas yang tinggi,” katanya. Presiden pun mengucapkan belasungkawa yang mendalam atas meninggalnya Husni Kamil Manik. ”Saya ingin mengucapkan belasungkawa yang sedalamdalamnya untuk Bapak Husni Kamil Manik Ketua KPU, almarhum.” Kepergian Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Husni Kamil Manik, meninggalkan kesedihan mendalam bagi para sahabat dan rekan kerjanya, termasuk Ketua Dewan Kehormatan Penyelanggara Pemilu (DKPP), Jimly Ashiddiqie. Bagi Jimly, almarhum Husni merupakan sosok pemimpin muda yang cemerlang. Keberhasilannya dapat dinilai dari penyelenggaraan pemilu beberapa waktu lalu. “Kami semua kaget, tidak menyangka dan merasa sangat kehilangan atas wafatnya Ketua KPU-RI sdr Husni Kamil Manik. Almarhum masih muda mempunyai prestasi yang cemerlang dan sangat berhasil memimpin KPU-RI dalam menjalankan tugas penyelenggaraan pilkada 2012, 2013, dan pemilu legis-
latif serta pilpres 2014 dan pilkada serentak 2015 dengan sangat baik,” kata Jimly. Menurut Jimly, Husni dikenal sebagai pri badi yang sangat sabar, tenang, rasional dan komunikatif dalam menyikapi setiap persoalan. Sikap itu, lanjut Jimly, membuat semua proses pelaksanaan tugas berjalan lancar. Setiap masalah yang dihadapi bisa ditemukan solusinya. “Dalam bekerja, almarhum saya nilai bertangan dingin,” katanya. Jimly me ngatakan, dedikasi almarhum Husni serta rekan anggota KPU lainnya sangat berarti bagi kemajuan sistem demokrasi yang tengah dibangun oleh bangsa Indonesia. “Insya Allah kami semua menjadi saksi bahwa Pak Husni adalah orang yang baik. Karena itu kami doakan yang terbaik untuknya di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa,” kata Jimly. Di mata para koleganya, Sosok Husni Kamil Manik sedemikian lekat dengan beragam karakteristik yang kuat. “Rasa duka cita atas kepergian kolega kami, sahabat kami, teman kami Husni Kamil Manik,” kata Juri di rumah dinas Ketua KPU. Juri mengatakan Husni merupakan pribadi yang baik serta bekerja dengan penuh tanggungjawab. Husni kuat menjaga integritas KPU sebagai penyelenggara pemilu. “Beliau bisa menjaga kekompakan kami dalam bekerja,” kata Juri meneteskan air mata. Juri mengaku kaget dengan meninggalnya Husni. Sebab, selama ini Husni hanya mengeluh sakit ringan se perti pusing. “Apa yang menjadi sebab beliau meninggal yakni adanya diabetes dan infeksi baru dengar kemarin mendadak. Kami tidak sangka begitu cepat,” ujar Juri. Sementara itu Koordinator Nasional Ja ringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Masykurudin Hafidz menilai almarhum Husni Kamil Manik sebagai pemimpin yang mampu mendinginkan suasana konflik terutama di lingkup Komisi Pemilihan Umum (KPU). “Bila terjadi silang pendapat, bahkan hingga mengarah kepada situasi yang panas, Husni terampil mengendalikan situasi kembali dingin,” kata Hafidz melalui pesan pendeknya kepada Tempo, Jumat, 8 Juli 2016. Menurut Hafidz, Husni mampu meredam suasana konflik terhadap ketidakpuasan beberapa pihak atas keputusan KPU. Ia mengatakan jawaban yang diberikan almarhum tidak secara langsung melawan ketidak-
puasan tersebut. Namun, ia menilai, Husni mampu menjelaskan secara kronologi atas keputusan yang diambil. Selain itu, tanggapan yang diberikan pun mengarah pada solusi. Hafidz mencatat beberapa kesuksesan Husni saat memimpin KPU. KPU telah menyukseskan penyelenggaraan pemilihan umum legislatif serta presiden dan wakil presiden pada 2014. Selain itu, KPU dianggap berhasil menyelenggarakan pilkada se rentak 2015. Ia pun menilai persiapan pilkada 2017, KPU mampu berperan optimal pada persiapannya. Khusus pada Pemilu 2014, Hafidz menilai Husni mampu menunjukkan kepemimpinannya yang mandiri, solid, dan terbuka sehingga berhasil menyelenggarakan pemilu. “Integritas KPU menjadi kunci kualitas penyelenggaraan pemilu yang dapat dipelajari oleh negara-negara lain,” katanya. Menurut Hafidz, Husni masih memiliki mimpi besar, yaitu memperbaiki ketatanegaraan dengan memposisikan KPU sebagai kekuasaan keempat di Indonesia. Tentu tulisan ini tidaklah cukup untuk menggambarkan seluruh aktivitas, prestasi, pengakuan dan beragam ulasan tentang sosok Husni Kamil Manik. Kontribusinya ter hadap penguatan dan perbaikan sistem serta tata kehidupan berdemokrasi bagi bangsa ini demikian signifikan dan membanggakan. Tetapi setidaknya sekilas penggambaran ini diharapkan mampu memberikan pembelajaraan dan keteladanan bagi kita, terutama seluruh insan pengemban amanah di lembaga penyelenggara pemilu untuk terus bekerja secara maksimal. Kita sungguh berduka atas kepergian Husni Kamil Manik. Tetapi kita tetap harus menatap dan bergerak ke depan. Raihan prestasi yang telah ditunjukkan Husni Kamil Manik harus mampu menginspirasi kita dalam menjalankan tugas dan amanah tentu tetap dalam batas dan kapasitas kita masing-masing. Semoga pengabdian dan apa yang telah dilakukan Husni Kamil Manik sepanjang hidup menjadi amal baik yang akan mengantarkannya ke tempat terbaik Allah SWT. Selamat jalan Husni Kamil Manik. Beristirahatlah dengan tenang. Semoga amal dan budi baikmu senantiasa membawa pahala dan kebaikan. Seluruh baktimu akan dicatat sebagai pembelajaran bangsa ini ke depan. r Suara KPU Jawa Timur
Agustus 2016
17
KPU Jawa Timur
Halal Bihalal Keluarga Besar KPU Provinsi Jawa Timur dan Kab/Kota se-Jatim, di KPU Jawa Timur, 14 Juli 2016.
Apel Pagi Staf Sekretariat KPU Jawa Timur, 11 Julli 2016.
Diskusi Kamisan di KPU Jawa Timur, 21 Juli 2016.
18 18
JurnalIDe IDe Jurnal
r Dalam Bingkai
Rapat Koordinasi Anggaran KPU Provinsi dan KPU Kab/Kota, KPU Jawa Timur, 29 Juli 2016.
Senam Mingguan di KPU Jawa Timur, 22 Juli 2016.
Ujian Dinas dan Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijasah, di KPU Jawa Timur, 28 Juli 2016.
Suara KPU Jawa Timur 2016 Suara KPU Jawa Timur Agustus Agustus 2016
1919
ABDUL HADI Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Pengembangan Informasi KPU Sumenep
HKM, Pemimpin Yang Santun dan Sederhana Saya akan selalu mengenang sosok pemikir dan pekerja keras yang demokratis, komunikatif dan memegang prinsip”, kata Mendagri Tjahjo Kumolo di Jakarta seperti dikutip Antara, Kamis (7/7/2016).
20
Jurnal IDe
H
usni Kamil Manik (HKM) telah mening galkan kita semua. Di era kepemimpinan HKM, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjadi lembaga yang sangat menentukan suksesnya pelaksanaan Pileg, Pilpres dan lebih-lebih momentum Pilklada serentak. Seluruh warga bangsa turut berduka atas kepergian HKM. Pertanyaan yang muncul dibenak kita, mengapa kita merasa kehilangan atas kepergian HKM?
Saya pernah bertemu langsung HKM 2 (dua) kali, pertama saat rapat koordinasi nasional KPU Provinsi dan pemberian penghargaan KPU berprestasi tanggal 17 Desember 2014 di Ancol Jakarta dan di Kantor KPU Surabaya tanggal 2 Desember 2015. Dua pertemuan tersebut ada beberapa hal yang saya ingat, saat ngobrol-ngobrol santai. Waktu di Ancol, HKM bertanya kepada saya; spontan saya menjawab dari Madura, HKM langsung tertawa ngakak, saya pun melongo, lho. Lalu saya menjelaskan dari Sumenep. HKM diam. Oh ya, saya menjelaskan, di Madura itu ada 4 (empat) Kabupaten, yang paling timur, itu Sumenep. Obrolan berlanjut. HKM yang sangat tenang menghadapi berbagai hujatan dan tudingan ke KPU. Namun dalam kondisi seperti itu ia masih bisa dan mau menerima keluh kesah kami dan memberikan solusi yang tepat. Dalam 2 (dua) kali “ngobrol”, HKM mengatakan tidak memiliki formula khusus untuk mengahadapi rumitya berbagai persoalan di KPU, namun ia hanya patuh pada undang-undang dan peraturan yang ada. Gestur dan ketenangannya sangat mengesankan. Keberhasilan HKM selama ini, tidak terlepas dari kejeniusan dan kegigihan HKM dalam mengemban amanah di KPU. KPU yang
menjadi sorotan luas dan ekspektasi yang tinggi dari publik mampu dinakhodai oleh HKM dengan baik. Keraguan publik dijawab dengan keterbukaan, kredebilitas, akuntabi litas dan integritas yang tidak diragukan lagi oleh HKM. Dibalik itu semua, kita mesti telusuri, keberhasilan HKM tidak terlepas dari kecerdasan dan kemampuan bekerja secara optimal dari HKM. Seperti kata Mendagri; “Saya akan selalu mengenang sosok pemikir dan pekerja keras yang demokratis, komunikatif dan memegang prinsip”. Keluaraga besar KPU dan semua anak bangsa merasa kehilangan atas kepergian HKM karena beberapa alasan; Pertama, menurut SBY, HKM merupakan sosok yang cakap dalam memimpin. Almarhum juga dikenang sebagai orang yang tenang dalam menghadapi tekanan yang terjadi. Saya mengenang sosok almarhum sebagai orang yang sangat baik, tenang, cakap memimpin, menghadapi berbagai permasalahan tekanan kanan kiri, beliau selalu tegar”. Kedua, Sabar dan tenang. Semua orang menjadi saksi, HKM adalah sosok yang sa ngat sabar dan tenang. Dalam berbagai ke sempatan -baik di forum formal maupun non formal- HKM sabar dan tenang sekali ketika memimpin rapat-rapat yang sangat krusial, Suara KPU Jawa Timur
Agustus 2016
21
saat pileg maupun pilpres dapat kita lihat secara langsung di media elektronik. Selain itu, saat melayani permintaan wawancara dari awak berbagai media, meskipun beliua sangat kelelahan. Sabar dan tenang ketika diajak “ngobrol” oleh kawan-kawan KPU se Indonesia dalam berbagai kesempatan, dalam berbicara, bersikap dan tindakannya selalu sabar dan tenang. Juga HKM sangat sabar dan tenang dalam memimpin rapat dan dalam mengambil keputusan-keputusan penting di KPU. Ketiga, tutur kata yang lemah lembut. Hampir dalam setiap kegiatan, rapat dengar pendapat dengan DPR, elit parpol, Mendagri, rapat di internal KPU RI, rapat dengan KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota se Indonesia, HKM selalu bertutur kata lemah lembut. Bahkan, menurut hemat saya, senjata ampuh HKM adalah kelemah-lembutannya dalam bertutur kata, namun tetap tegas mengambil keputusan. Semua kalangan merasa nyaman ketika bertemu dan “ngobrol” dengan HKM karena tutur kata yang lemah lembut tersebut. Bahkan bila kita menelusuri perjuangan Nabi SAW mengislamakan banyak sahabat, dikarenakan kelemah-lembutan Nabi SAW menghadapi orang-orang yang tidak percaya atas kenabian dan kerasulan Nabi SAW. Keempat, kesederhanaan. HKM berbeda dengan pejabat-pejabat yang terkesan wah dalam setiap penampilannya. HKM yang kita kenal, tampil dihadapan publik, baik formal maupun non formal, tampil ala ka22
Jurnal IDe
darnya. Tampil dalam standar kepantasan, tidak menggunakan pakaian, jam tangan ataupun aksesories lain yang wah. Kesaksian dari sahabat terdekat maupun orang yang sering bertemu HKM, kesederhanaan HKM bisa dilihat dari cara berpakaian yang itu-itu saja. Bahkan jam tangan yang di pakai HKM, jam tangan yang dipakai sejak menjadi KPU Provinsi. Kelima, bekerja keras dan berdoa. HKM bila menghadapi persoalan berat yang sulit ditemukan solusinya, adakalanya ia terlihat panik. Ia akan keluar dari ruang rapat untuk salat di ruangannya. Kemudian kembali de ngan wajah yang sangat tenang. Kerja keras yang dilakukan HKM membuahkan hasil yang sangat baik, namun di balik itu semua pernikpernik persoalan pasti melingkupinya. Disaatsaat genting menghadapi persoalan, HKM pamit sebentar untuk melakukan sholat, agar diberi petunjuk oleh Tuhan, setelah itu HKM kembali ke forum, dan kita lihat bersama, keputusan-keputusan KPU RI dibawah ken dalinya selalu mendapat solusi yang tepat. Saat ngobrol di kantor KPU Surabaya, HKM pernah cerita ke saya. “Kakeknya punya kebun kopi yang cukup luas di Sidikalang, Sumatera Utara. Saat kecil setiap usai main bola selalu minum kopi tanpa gula. Kebiasaan ngopi tanpa gula terus berlanjut hingga sekarang. Baginya, minum kopi seperti minum air putih,” sontak sahabat-sahabat “ngakak” semua. Minum kopi tanpa gula seperti minum air putih. r
SUYITNO ARMAN, S.Sos, M.Si. Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Pengembangan Informasi KPU Kabupaten Tulungagung
Husni Kamil Manik:
Transparansi Adalah Baju KPU “Dua hal yang menjadi tanggung jawab KPU sebenarnya: Pertama, mengelola Tahapan Pemilu. Alhamdulillah, proses ini sudah kita lalui dan mendapat apresiasi atau penghargaan yang luar biasa, bukan hanya dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri. Kedua, mengelola keuangan dan logistik. Itulah yang menjadi perjuangan terberat kita, karena menyangkut kinerja sekretariat. Untuk mencapai sukses memikul tanggung jawab itu, saat ini secara nasional kita sudah canangkan motto bahwa Transparansi Menjadi Baju KPU!”
I
tulah petikan pidato sambutan Ketua KPU RI Husni Kamil Manik (HKM) pada acara Rapat Evaluasi Penyusunan Laporan Rencana Aksi dan Analisis Capaian Kinerja KPU provinsi Jawa Timur dan KPU Kabupaten/ kota se-Jawa Timur di Hotel Sun City Sidoarjo (28/4/2016). Bagi yang memperhatikan secara seksama, pastilah kalimat itu akan terus terngiang dan dikenang. Saya, bukan hanya sekedar berupaya mengingatnya, bahkan telah memilih untuk menjadikannya sebagai “kutipan langsung” dalam materi pemberitaan website resmi KPU Kabupaten Tulungagung www.kpu-tulungagungkab.go.id yang di upload tanggal 3 Mei 2016. Acara siang itu tergolong istimewa. Selain mengundang seluruh ketua, anggota, dan sekretaris KPU kabupaten/kota se-Jawa Timur yang jumlahnya tak kurang dari 228
orang, juga menghadirkan narasumber utama Ketua BPK RI Dr. Hari Azhar Aziz. Juga terlihat hadir Komisioner KPU RI Arief Budiman bersama beberapa pejabat kepala biro di lingkup sekretariat jendral KPU. HKM tampil di atas podium, setelah sebelumnya men dengarkan laporan dari sekretaris KPU Jawa Timur Eberta Kawima dan sambutan selamat datang dari Ketua KPU Provinsi Jawa Timur Eko Sasmito. Seperti biasa, pembawaannya tenang dan kalem, raut mimiknya datar, semakin melengkapi kewibawaan dari postur tubuhnya yang tegap-tinggi-besar. Beliau sadar betul di mana dan kepada siapa berbicara. HKM memaparkan dengan runut dan jelas bagaimana lembaga KPU telah berjuang keras menjadi lembaga yang akuntabel dan transparan. Seluruh satker mulai dari tingkat pusat hingga Suara KPU Jawa Timur
Agustus 2016
23
daerah telah didorong untuk tidak saja me ningkatkan kinerja, tetapi juga meningkatkan akuntabilitas dan keterbukaan publik. “Pak Azhar (Hari Azhar Aziz, Ketua BPK), kami ini sudah lama berkomitmen untuk terus berbenah. Bukan saja dalam mengelola tahapan pemilu yang keberhasilannya sudah diakui secara internasional, tetapi juga dalam hal pengelolaan keuangan dan anggaran negara. Karenanya jika tahun-tahun kemarin kita masih mendapatkan predikat pemeriksaan WDP (Wajar Dengan Pengecualian) dari BPK, maka pantaslah tahun depan--setelah kedatangan Pak Azhar ini--kita naik peringkat menjadi WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)”, ujarnya diiringi tepuk tangan riuh segenap hadirin. Apa yang Beliau sampaikan mungkin sebuah joke, tapi sebenarnya tak jauh dari kondisi realistis yang saat ini tengah di kembangkan lembaga KPU di bawah kepemimpinan HKM. Transparansi Adalah “Baju” KPU Lebih jauh HKM juga memaparkan bagaimana KPU sebenarnya memiliki tugas berat tapi mulia. Menyelenggarakan pemilihan umum (plus pilkada) tentu adalah tugas pokok yang tidak mudah, penuh dinamika dan tantangan. Bersamaan dengan itu pula lembaga KPU juga terikat dengan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara yang tak kalah rumitnya. “Dua hal yang menjadi tanggung jawab KPU sebenarnya adalah: Pertama, mengelola Tahapan Pemilu. Kedua, 24
Jurnal IDe
mengelola keuangan dan logistik. Itulah yang menjadi perjuangan terberat kita, karena menyangkut kinerja sekretariat. Untuk mencapai sukses memikul tanggung jawab itu, saat ini secara nasional kita sudah canangkan motto bahwa: Transparansi Menjadi Baju KPU”. Kalimat yang diucapkan HKM itu bukan isapan jempol belaka. Setidaknya bisa dirunut dari berbagai program sistem informasi yang dibangun selama era KPU Periode 2012-2017, yang kesemuanya itu muaranya mengarah pada keterbukaan atau kemudahan akses informasi baik bagi lingkungan internal KPU maupun bagi publik. Lihat saja ada Sistem Informasi Logistik (SILOG), Sistem Informasi Tahapan Pilkada (SITaP), Sistem Informasi Pencalonan (SILON), Sistem Informasi Penyelenggara Pemilu (SIPP), Sistem Informasi Data Pemilih (SIDALIH), Sistem Informasi Penggantian Antar Waktu (SIPAW), Sistem Informasi Penghitungan Suara (SITUNG), dan sederet upaya lainnya. Di mata para pegiat pemilu, sikap HKM yang mengedepankan keterbukaan dalam mengelola lembaga KPU juga tak diragukan lagi. Titi Anggraini, Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) menulis secara terbuka kesan-kenangannya terhadap HKM dalam artikel yang dimuat di Harian Republika (11/07/2016) dengan judul “Husni dan Kemandirian KPU”. Lebih jauh—masih dalam tulisan itu—Titi Anggraini mempunyai kesan khusus terhadap
sosok HKM. Semasa hidup Husni Kamil selalu mengatakan, tak perlu ada data yang harus KPU tutup-tutupi karena semuanya terbuka dan boleh diakses, kecuali data yang dike cualikan menurut UU Keterbukaan Informasi Publik. Bagi Beliau (HKM), sifat terbuka sudah jadi karakter yang melekat dari KPU dan jajarannya. Dari kalangan pers pun mengakui sumbangan besar HKM bagi perjalanan KPU. Assistant Managing Editor kompas.com Amir Sodikin menyebut bahwa HKM sebagai sosok yang mampu selalu “menjawab tudingan dengan transparansi”. Karenanya tidak berlebihan jika bersama KPU, berbagai penghargaan telah diraih pria kelahiran Medan, 18 Juli 1975 ini. Misal The Guardian of Democracy 2014 dari Soegeng Sarjadi School of Government, Transparansi dan Akuntabilitas Data Pemilu 2014 dari Lembaga Partnership for Governance Reform (Kemitraan), Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai penyelenggara pemilu dengan peserta terbanyak di dunia, dan Tokoh Publik Pilihan 2014 dari Serikat Perusahaan Pers (SPS).3) Selamat Jalan Pak Ketua…! Kembali pada kenangan di acara Rapat Evaluasi Penyusunan Laporan Rencana Aksi dan Analisis Capaian Kinerja KPU provinsi Jawa Timur dan KPU Kabupaten/kota se-Jawa Timur di Hotel Sun City Sidoarjo itu. Setelah HKM menyelesaikan pidatonya, tiba giliran
berikutnya adalah Ketua BPK RI Hari Azhar Aziz. Jabatan tinggi beliau tak menghalangi joke-joke segar untuk merespon pidato HKM sebelumnya. Ketua BPK itu mengawali pidatonya de ngan menyempatkan diri untuk bernostalgia mengenang HKM sebagai sosok yang tak asing baginya. Bahkan saat Husni masih menjabat komisioner di KPU Provinsi Sumatra Barat, dirinya sudah sering berkomunikasi karena saat itu pernah menjadi calon legislatif (Caleg) dari salah satu partai politik. Hari Azhar juga mengapresiasi kinerja yang telah ditunjukkan KPU. “Dengan capaian-capaian kinerja yang telah ditunjukkan KPU, temuan yang sangat minim dibanding rasio jumlah satker yang dimiliki, layaklah jika nantinya mendapat predikat WTP. Tapi ini masih pendapat saya pribadi loh yaa, selebihnya nanti tergantung auditor”, ujarnya disambut tepuk tangan riuh seluruh peserta rapat yang hadir. Husni Kamil Manik kini telah tiada. Pria yang telah menyematkan “baju” transparansi bagi seluruh komisioner dan sekretariat KPU se Indonesia itu kini telah pergi meninggalkan kita semua untuk selamanya. Semoga diterima segala amal ibadahnya, diampuni segala dosa yang pernah ada, dan ditempatkan di tempat yang layak di sisi-Nya. Dunia ini memang fana, tapi kami berharap sejarah kepemiluan Indonesia kelak akan terus mencatat dan mengingat namanmu sepanjang masa. Selamat Jalan Pak Ketua...! r Suara KPU Jawa Timur
Agustus 2016
25
WAHYU NUGROHO Divisi Hukum, Pengawasan, SDM, dan Organisasi KPU Kabupaten Pacitan
Perjalanan Menjemput Doa
Sang Pemimpin
Tahapan pencalonan dalam Pilkada tahun 2015 Kabupaten Pacitan telah menorehkan sejarah baru dalam perjalanan demokrasi lokal. Setelah pada masa pendaftaran pasangan calon tanggal 26-28 Juli 2015 hanya ada satu Pasangan Calon yang mendaftar, maka masa pendaftaran Pasangan Calon diperpanjang selama tiga hari, tanggal 1-3 Agustus 2015.
P
ada masa perpanjangan pendaftaran inipun tidak ada pasangan calon yang serius mendaftar. Kerisauan mulai melanda penyelenggara Pemilu dan stakeholder terkait. Kekhawatiran akan tidak adanya pasangan calon lain yang mendaftar mulai terasa. Kabupaten Pacitan masuk ke dalam tujuh daerah yang pasangan calonnya kurang dari dua pasang dan terancam Pilkadanya ditunda. Secercah harapan mulai tampak ketika Bawaslu mengeluarkan kartu saktinya. Rekomendasi Bawaslu kepada KPU untuk membuka kembali pendaftaran pasangan calon menumbuhkan harapan baru. Kondisi ini rupanya dimengerti oleh KPU RI dan merencanakan melakukan su26
Jurnal IDe
pervisi ke daerah. Tanggal 9 Agustus 2015, ketua KPU RI direncanakan akan melakukan supervisi ke Kabupaten Pacitan. Saya ditugaskan menjemput Bapak Husni Kamil Manik (HKM) di Bandara Adisumarmo Solo, yang akan berkunjung ke Pacitan. Sekitar pukul 10.00 WIB pesawat yang membawa rombongan HKM mendarat. HKM bersama 2 orang stafnya disambut di pintu kedatangan oleh ketua KPU Jateng, Joko Pur nomo, dan Saya beserta Kasubbag umum KPU Pacitan Trijono. Rombongan langsung bergerak menuju Pacitan sebagai tujuan utama kunju ngan HKM menggunakan dua mobil Inova. Memulai perjalanan dari bandara, HKM di
kendaraan bersama Joko Purnomo dan Saya, banyak berbincang tentang tahapan Pilkada yang sedang berlangsung. Beliau duduk di kursi tengah Inova didampingi pak Joko. Sedangkan saya di kursi depan samping sopir. Perbincangan bapak HKM dengan pak Joko lebih banyak terjadi, sedangkan saya lebih banyak diam mendengarkan karena saya yang paling yunior di dunia KPU. Memasuki wilayah Kabupaten Sukoharjo, pak Joko meminta sopir berhenti di rumah makan “Ayam Goreng Mbak Mul”. Untuk urusan kuliner di wilayah Jateng, pak Joko memang pakarnya. Pesanan sudah datang, ayam goreng kampung sudah tersaji. Dan ternyata Bapak HKM menyukai ayam goreng bagian kepala dan leher. (Teringat memori masa kecilku ketika disuapi kakek menggunakan daging ayam bagian kepala dengan diselingi nasehat bahwa makan kepala akan bisa menjadi pemimpin, hehehe….). Tak kurang dari tiga potong kepala ayam goreng dinikmati beliau dalam suasana yang santai. Selanjutnya beliau menunaikan sholat
dhuhur di mushola rumah makan tersebut. Perjalanan dilanjutkan menuju Pacitan. Perbincangan semakin akrab. Namun tiba-tiba ketika memasuki wilayah kecamatan Nguter, kab Sukoharjo, HKM menepuk pundakku yang duduk di kursi depan, sambil menunjuk jalan ke sebelah kiri mobil “itu mas, jalan arah ke rumah keprabon mertua saya”. Baru mengerti saya ternyata mertua bapak HKM berasal dari Ngu ter yang telah hijrah ke Sumatra Barat. Menurut beliau rumah keprabon mertuanya itu sekarang dirawat oleh saudara-saudaranya yang masih tinggal di Nguter. Dalam perjalanan tersebut Bapak HKM sempat bercerita dengan kami tentang putra putrinya. Beliau telah menyiapkan planning untuk masa depan putra putrinya. Harapan beliau putra pertamanya bisa menjadi Kyai (tokoh agama), agar bisa menjadi panutan bagi adik-adiknya. Putra kedua, beliau berharap bisa menjadi pedagang/pengusaha, agar bisa membantu ekonomi kakaknya yang Kyai. Putra ketiga yang perempuan, beliau berharap bisa Suara KPU Jawa Timur
Agustus 2016
27
merawat kedua orang tua, dengan menjadi perawat kesehatan atau dokter. Hari semakin senja, setelah sempat mampir ke KPU Kabupaten Wonogiri selama sekitar satu jam, perjalanan diteruskan menuju Pacitan. Bapak HKM banyak menanyakan kondisi geografis Pacitan serta kultur masyarakatnya. Sedikit banyak beliau memahami karena kondisi geografis Pacitan mirip dengan kampung halaman beliau di Sumatera Barat. Adzan maghrib menyambut kedatangan Sang Penegak Demokrasi di gerbang barat Kabupaten Pacitan di Kecamatan Donorojo. Kami tawarkan untuk sholat maghrib di masjid Donorojo namun beliau meminta agar perjalanan dipercepat agar bisa sholat maghrib di Mushola Kantor KPU Kabupaten Pacitan. Memasuki halaman kantor KPU Pacitan, disambut ketua KPU Pacitan, Damhudi dan komisioner yang lain, ketua KPU Provinsi, ketua KPU Kabupaten sekitar Pacitan, wartawan dan
28
Jurnal IDe
aparat keamanan. Sambil tersenyum Bapak HKM menyalami satu persatu para penyambutnya. Tak tampak raut muka kelelahan pada beliau. Setelah acara salaman, Bapak HKM bergegas menuju mushola KPU Pacitan. Dengan khidmat air wudhu mulai membasahi bagian-bagian tubuh Beliau. Dua orang staf Beliau satu persatu mengikuti mengambil wudhu. Sang Pemimpin menjadi imam dalam sholat maghrib tersebut. Suasana hening dan khusuk mengiringi jamaah sholat maghrib ini. Doa-doa wiridpun dipanjatkan ba’da sholat. Terkesan tak ada yang istimewa dalam prosesi ini, namun apa yang terjadi keesokan harinya…… Alhamdulillah…. Berkat doa bapak HKM dan kita semua keesokan hari tanggal 10 Agustus 2015, datanglah Pasangan Calon Bupati yang mendaftar untuk menjadi kompetitor bagi Paslon Petahana yang sudah mendaftar sebelumnya. Wallahualaam… r
NURANI Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Pengembangan Informasi KPU Kabupaten Trenggalek
Husni Kamil Manik,
Sosok ‘Humble’ Pengawal Demokrasi Memulai menulis esai ini, tangan saya bergetar. Saya ingin menyapa, “Apa kabar Pak Husni Kamil Manik di sana?” Ka rena kepergian itu terlalu cepat. Mungkin saya bukan satusatunya yang merasa kehilangan, tapi juga semuanya— termasuk kawan-kawan, saudara-saudari, rekan-rekan dan sahabat-sahabat penyelenggara pemilu yang lain di seluruh nusantara.
Jujur, saya mengagumi beliau. Meski keinginan untuk berfoto berdua dan memajangnya di medsos sebagai ekspresi kebanggaan belum kesampaian karena memang belum pernah bertemu dalam jarak dekat. Saya sering membayangkan, misal bertemu dengan beliau pada sebuah ruang (meskipun ruangannya riuh), saya ingin “nyelonong” menembus orang-orang yang berdiri di sekitar beliau, dan setelah saya berada di hadapannya saya dengan sigap dan cepat ingin meminta, “Pak, ijinkan saya berfoto dengan anda, saya adalah anggota KPU dari kota kecil yang hampir tak dikenal dalam peta, saya bangga jadi anak buah Jenengan.” Lalu Pak Manik mengijinkan dan ia berdiri di samping saya begitu dekat hingga saya kelihatan pendek, dan saya menyadari bahwa tubuh saya dan beliau amat beda. Pak Manik, ijinkan saya memanggil de ngan kata yang ini dari namanya. Ia me ngingatkan saya secara fisik dengan pak Anis
Baswedan, sosok yang ‘humble’ itu. Sama besar orangnya. Dan gaya bicaranya juga sama-sama sopan. Jika pidato hampir tak perah meledak-ledak, wajahnya menarik, pun isi omongannya bermutu. Pertama saya mengidentifikasi fisik mereka berdua: hampir sama. Kedua, gaya bicaranya. Gaya komunikasi yang terkesan jauh dari agresi(f). Ya, sopan itu tadi. Civilized! Saya yakin tak banyak yang berkeberatan jika pak Manik juga merupakan sosok yang ‘humble’. Dalam kamus pengertian “humble” didefinisikan berdasarkan—salah satunya— denga kalimat ini: “An admirable quality that not many people possess. It means that a person may have accomplished alot, or be alot but doesn’t feel it is necessary to advertise or brag about it.” Ia adalah kualitas pada diri seseorang yang membuat orang lain kagum justru karena sosok itu tidak sombong dan malah terkesan rendah diri. Gaya bicaranya sopan, sanSuara KPU Jawa Timur
Agustus 2016
29
tai, tenang. Punya kelebihan tapi tidak perlu memamerkan kelebihan tersebut (“or be alot but doesn’t feel it is necessary to advertise or brag about it”). Secara fisik beliau punya kelebihan untuk modalnya sebagai pimpinan lembaga. Secara karakter yang bisa dilihat secara sekilas dari cara beliau berpidato dan menjawab perta nyaan ketika saya melihatnya dari beberapa berita dan dialog di TV, beliau cukup mempesona karena ketenangannya. Tak salah jika Pak Jimly menyebutnya sebagai sosok pemimpin yang cemerlang, pribadi yang sabar, tenang, komunikatif, dan rasional dalam menyikapi persoalan. Tak salah jika ia terpilih sebagai pimpinan sebuah lembaga negara yang memang membutuhkan karakter dan penampilan bicara seperti itu. Sebab lembaga KPU adalah lembaga yang membutuhkan kewibawaan dan kesopanan. Kesopanan yang tentunya jauh dari unsur ketakutan dan kekerdilan. Tapi kesopanan yang auranya bisa mendatangkan rasa tenang, yang hal ini amat dibutuhkan pada saat situasi menghangat dan panas, saat orang-orang sedang mengklaim paling benar dan diekspresikan dengan efek punya potensi mempengaruhi keadaan. Kita ingat, waktu itu, dan saya melihatnya karena pada saat itulah kewibawaan pak Manik sedang terlihat memancarkan kekuatan. Tahun 2014, saat saya baru tergabung dalam KPU Kabupaten Trenggalek. Dari TV dan koran kita melihat bagaimana situasi 30
Jurnal IDe
politik begitu panas, kedua kubu pasangan calon presiden dan tim kampanyenya saling mengklaim sebagai pemenang pemilu. Pak Manik tetap tenang, karena ia yakin bahwa siapa yang menang dan kalah dalam Pilpres waktu itu akan ditentukan oleh rekapitulasi hasil penghitungan suara. Kita melihat saat-saat yang menegangkan waktu itu, meskipun menyimaknya melalui layar kaca. Suatu kejadian bersejarah di Ruang Sidang Utama lantai 2 Kantor KPU RI. Hari selasa, 21 Juli 2014, pukul 21.00, pak Husni membacakan hasil Rapat Pleno Terbuka Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara dan Pe netapan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Hasil Pemilu 2014. Kemudian saya tak bisa melupakan pidato yang komprehensif sebelum penetapan calon terpilih. Pidato yang disimak oleh publik dalam dan luar negeri ini adalah momen untuk mengetahui cara komunikasi politik Pak Manik sebagai ketua lembaga negara yang memberikan pelayanan terhadap demokrasi dan politik (khususnya politik elektoral). Gaya bicaranya pelan dan pasti, tidak tergesa. Ia bicara pada siapapun yang berkaitan dengan Pilpres, mulai pada Bawaslu, KPPS, PPS, Kecamatan, KPU Kabupaten/ Kota, KPU Propinsi, pada Pasangan calon, Tim Kampanye, partai politik. Tak lupa secara khusus para jurnalis yang ia sapa sebagai “teman-teman.” Ia mengucapkan terimakasih atas peran dan dukungan pada penyelenggaraan Pilpres 2014 yang cukup sukses. Ia
benar-benar ingin memanfaatkan pidatonya untuk melakukan penjelasan pada publik, di tengah situasi yang mulai memanas. Itu adalah pidato yang amat lengkap dari segi isi. Pidato itu juga mengakhiri klaimklaim dari pasangan calon dan sekaligus memperjelas pada masyarakat tentang hasil Pilpres yang termasuk pemilihan pemimpin bangsa yang paling panas sepanjang sejarah Indonesia. Dengan gaya bicaranya yang tenang dan sejuk pulalah, ia meyakinkan pada publik bahwa penyelenggaraan pemilihan tersebut amat independen dan tidak berpihak sebagaimana tuduhan beberapa kalangan. Sebagaimana masih bisa kita lihat di Youtube hingga saat ini, Pak Husni secara pelan dan pasti mengatakan dalam orasinya: “Kami, dengan komitmen yang ada, sebagai penyelenggara pemilu, baik KPU maupun Bawaslu, menekankan setiap personil penyelenggara pemilu harus bekerja profesional, menjunjung tinggi prinsip-prinsip penyelenggaraan pemilu, langsung—umum—bebas— rahasia—jujur—dan—adil, serta tidak memihak, dan independen. Prinsip ini selalu kami tujukan berulang-ulang, untuk mengingatkan diri kami, lembaga kami, dan jajaran kami. Juga mengingatkan agar masyarakat ikut serta menjaga agar prinsip-prinsip yang harus melekat pada diri kami bisa tetap berjalan”. Ia juga, sekali lagi, menyampaikan bahwa ada kemajuan yang berarti dari teknik penghitungan suara yang menegaskan transparansi dalam melakukan penghitungan dan rekapitulasi suara di tiap-tiap KPPS seluruh Indonesia yang langsung bisa lihat oleh publik melalui website KPU RI. Tepat sekali jika Pak Manik melontarkan dalam pidatonya: “... salah satu indikator yang perlu kami sampaikan kepada publik di seluruh Indonesia maupun di manapun berada. Kami mampu mengirim, mengumpulkan, dan mengelola formulir sertifikat penghitungan suara di TPS dalam formulir di C1 dan mampu pula dipublikasi secara terbuka. Kami menargetkan pekerjaan ini selama tujuh hari. Dan, pada hari ketujuh, dari evaluasi yang kami buat, persentasi dari pengiriman dan publikasi formulir C1 melampai 95% dan bahkan mendekati 100%. Apa yang telah kami bacakan tadi, dapat dibandingkan dengan formulir C1 yang telah terpublikasikan. Dan dengan
adanya publikasi itu, kami mendapatkan feedback dari publik yang menghitung sendiri hasil rekapitulasi yang berdasarkan sumber formulir C1 yang dipublikasi oleh KPU.” Begitulah. Kekuatan kepemimpinan pak Manik telah menjadikan Pilpres 2014 pada akhirnya berjalan dengan mulus dan indah di akhir cerita dalam arti bahwa gugatan-gugatan yang menuduh bahwa ada kecurangan terstruktur, sistematis, dan massif tidak terbukti. Secara alamiah tuduhan-tuduhan terhadap penyelenggara(an) Pilpres telah terehabilitasi. Posisi dan citra KPU semakin kuat dan legitimate, hingga kemudian momentum Pilkada serentak pertama pada 2015 juga berjalan dengan lancar dan punya legitimasi politik yang tinggi. Artinya, di bawah personalitas dan cara berkomunikasi pak Manik, KPU menjadi lembaga yang berwibawa sebagai penyelenggara pemilu dan penegak kedaulatan rakyat yang terekspresikan dalam kegiatan-kegiatan pemilihan. Pilkada serentak I tahun 2015 sudah berakhir dengan mulus. Beranjak ke Pilkada serentak II tahun ini, ternyata Pak Manik ditakdirkan untuk pergi menghadap Tuhan. Pada saat namanya terus melambung. Memang, kadang saya merasa, dia tidak seharusnya pergi secepat itu. Tapi dunia ini bukanlah kenyataan yang selalu sesuai de ngan keinginan kita. Yang merasa kehilangan tentu bukan hanya orang-orang dekatnya, istri, tiga anaknya, keluarga, saudara, juga rekan-rekan seprofesi, sepikiran dan sepera saan. Tapi juga seluruh masyarakat Indonesia. Dan jujur, seluruh komisioner dan pejabat sekretariat KPU mulai tingkat RI hingga kab/kota. Kepergian Husni Kamil Manik (HKM) memang tidak dinyana-nyana. Tapi, kita tidak tahu penyakit apa yang diderita pak Manik selama ini. Tak seharusnya kita ikut berspekulasi tentang kematiannya. Kita hanya perlu bangga pada sosoknya meskipun barangkali baru melihatnya secara langsung (bukan dari media) satu atau dua kali. Kita jadikan ia inspirasi dan teladan, agar kita bisa memenuhi harapan beliau pada kita: menjadi penyelenggara yang profesional dan berintegritas! Selamat jalan pak Manik..., kami mendoakan semoga engkau bahagia di beri tempat terbaik oleh-Nya. Kami semua mendoakanmu! r Suara KPU Jawa Timur
Agustus 2016
31
NURITA PARAMITA, S.Sos. Kasubbag Teknis dan Hupmas KPU Surabaya
Kesederhanaan Husni Kamil
Dalam Semangkuk Soto Madura
Soto madura dengan bumbu rempahnya yang khas, dimasak menggunakan anglo, semakin lezat dengan perasan jeruk nipis. Namun, bukan kelezatan soto daging itu yang mungkin akan terus terpatri dalam ingatan Komisioner KPU Surabaya Miftakul Ghufron. Penjual soto itu biasa mangkal di samping Kantor KPU Surabaya.
Y
a, pagi itu, 1 Agustus 2015 KPU Surabaya kedatangan Ketua KPU RI, Husni Kamil Manik (HKM). Kedatangan HKM memang bukan khusus untuk mengunjungi KPU Surabaya. HKM datang ke Surabaya dalam rangka membuka bimbingan teknis pemutakhiran data pemilih bagi seluruh KPU di Indonesia yang menyelenggarakan Pilkada Serentak 2015. Di sela-sela waktunya, HKM menyempatkan diri meluncur ke KPU Surabaya untuk memantau kegiatan pencalonan walikota dan wakil walikota Surabaya yang memang sedang penuh dinamika ketika itu. Begitu tiba di Kantor KPU Surabaya, HKM langsung disambut oleh beberapa Komisioner KPU Surabaya. Oleh Sekretaris KPU Surabaya, Sunarno Aristono, HKM ditawari soto madura yang dijajakan oleh Mat Sukri, penjual soto madura yang biasa mangkal di 32
Jurnal IDe
samping kantor KPU Surabaya. ”Ya, saya kepingin juga coba makanan khas KPU Surabaya,” kata HKM ketika itu. HKM menikmati soto madura dengan lahap. Tidak terlihat keengganan di wajahnya ketika menikmati soto madura meskipun disajikan oleh seorang PKL. “Ketika soto sudah tinggal kuahnya, Pak Husni mencelupkan kerupuk yang menjadi hidangan pendamping ke kuah soto dan menikmatinya. Itu terus berulang hingga kerupuk habis,” kenang Ghufron. Yang menjadi kenangan bagi Ghufron, HKM benar-benar pemimpin yang sederhana. “Tidak ada kesan jaim (jaga image) menikmati kuah soto hingga tetes terakhir,” cerita pria Grobogan, Jawa Tengah tersebut. Ghufron juga mengingat teduhnya tatapan mata HKM ketika berkomunikasi dengan-
nya ketika berkonsultasi mengenai dinamika pencalonan di Surabaya. “Sikap dan tatapan matanya sangat ngemong. Seringkali HKM dalam menyampaikan pesan didahului dengan cerita-cerita inspiratif, sehingga sama sekali tidak terkesan instruksional tetapi pesan-pesan solutifnya tetap tersampaikan dan mudah diimplementasikan. Tidak mudah mencari sosok yang seperti beliau,” ungkap alumni UIN Sunan Ampel Surabaya tersebut. Ketua KPU Surabaya, Robiyan Arifin, menambahkan, HKM selalu berupaya untuk mencicipi makanan khas dari daerah yang dikunjungi. ”Beliau menyampaikan bahwa makanan yang tempat asal Pak HKM tidak dimakan tapi ternyata di tempat lain dimakan. Namun, beliau selalu berusaha menyenangkan tuan rumah dengan menyantap hidangan tersebut,” kata pria asli Situbondo tersebut. Senada dengan Robiyan, Komisioner KPU Surabaya Divisi Hukum, Pengawasan, SDM, dan Organisasi, Purnomo Satriyo Pringgodigdo mengungkapkan kerendahan hati HKM. “Beliau masih berkenan untuk makan siang dengan kami yang di KPU Kabupaten/Kota, bahkan satu meja,” ucap Purnomo. Selain itu, Purnomo masih mengingat cara HKM mengajar di universitas Airlangga
pada mata kuliah Hukum Pemilu. ”Pak HKM berusaha semaksimal mungkin agar bisa dekat dengan mahasiswa dan mendapatkan partisipasi dari mereka sepanjang perkuliahan,” kata pria asli Surabaya tersebut. Bukan sekedar mempersilakan bertanya, HKM bahkan mencoba untuk mengakrabkan diri dengan mahasiswa. Baik itu dengan jalan mendekat ke mereka atau dengan joke-joke segar untuk mencairkan suasana. Sementara itu, Sunarno Aristono me ngingat betul kerelaan HKM untuk pindah dari hotel bintang lima ke hotel biasa yang ada di Surabaya demi menemani pejabat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang melakukan sosialisasi untuk KPU kabupaten/ kota se-Jawa Timur. “Pindah hotel sampai tiga kali untuk menyesuaikan dengan BPK,” ungkap Aristono. Penghobi olah raga tenis meja itu memejamkan matanya sambil berkata, “Ini benar-benar kehilangan yang besar bagi KPU di seluruh Indonesia. Pemimpin muda yang berjiwa besar. Negarawan yang mengabdikan dirinya untuk demokratisasi di bumi khatulistiwa,” ucapnya dengan nada berat. Semoga Pak Husni Kamil Manik mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. r Suara KPU Jawa Timur
Agustus 2016
33
CHOIRUL UMAM Divisi Teknis Penyelenggara dan Data KPU Kota Blitar
Runtuhnya Sekat Primordial Sebuah Catatan Atas Terpilihnya Ketua KPU RI Juri Ardiantoro
Akhrnya terjawab sudah siapa yang menduduki kursi Imbon-1 (baca Ketua KPU RI) setelah dalam rapat pleno tertutup Senin (18/7), Juri Ardiantoro terpilih sebagai Ketua KPU RI periode 2016-2017 secara definitif melalui musyawarah mufakat yang digelar di ruang Ketua KPU RI. Terpilihnya Juri Ardiantoro menggantikan posisi lowong yang ditinggalkan oleh almarhum Husni Kamil Manik setelah sebelumnya, selama sepekan dipercayakan kepada Hadar Nafis Gumay sebagai pelaksana tugas ketua (Plt). Penunjukkan Hadar Nafis Gumay sebagai Plt. ketua dianggap sebagai pilihan tepat dan seolah menjadi sinyal kuat bahwa Hadar Nafis Gumay bakal meneruskan tradisi pelaksana tugas ketua menjadi ketua definitif. Pandangan yang agak simplistis itu sangat wajar karena disamping anggapan umum bahwa siapa pelaksana tugas ketuanya, maka dialah calon ketua penggantinya. Hadar Nafis Gumay merupakan anggota KPU RI paling senior dan mumpuni untuk menjadi nahkoda KPU RI. Kemiripan karakter tenang dan bersahaja yang dimiliki oleh HKM juga dimiliki Hadar Nafis Gumay, meskipun dalam diskusi kecil di KPU Kota Blitar, penulis sempat melontarkan nama Juri Ardiantoro sebagai sosok alternatif yang juga memiliki kemiripan-kemiripan tersebut, setidaknya itu pengamatan subyektif penulis. Namun demikian, di luar konteks 34
Jurnal IDe
itu, ada catatan sangat penting yang patut dicermati dan menjadi renungan bersama seiring dengan terpilihnya Juri Ardiantoro sebagai Ketua KPU RI. Dalam pengamatan penulis, setidaknya ada tiga catatan penting yang sangat layak menjadi perhatian bersama, khususnya bagi penyelenggara pemilu di tingkatan bawah. Pertama, rapat pleno tertutup diputuskan melalui mekanisme musyawarah mufakat dan bukan melalui pengambilan suara terbanyak atau yang lebih dikenal dengan istilah voting. Catatan kedua, pilihan musyawarah yang dilakukan oleh para “Komandan Imbon” untuk menentukan ketua menunjukkan kedewasaan dan menjadi pilihan profesio nal, jika tidak boleh menyebut mereka negarawan, dalam mengelola lembaga negara di saat melemahnya kepercayaan publik pada lembaga negara yang memihak kepentingan bangsa. Ketiga, terpilihnya Juri Ardiantoro telah meruntuhkan tradisi irisan organisasi dan golongan yang egoistik dan primordialistik yang melatarbelakangi kepentingan masing-
masing anggota KPU RI. Pengambilan keputusan dalam rapat pleno tertutup dengan cara musyawarah merupakan pilihan tepat dan cerdas dimana setiap pilihan tentu menunjukkan tingkat kematangan karakter pelakuknya, dan anggota KPU RI mampu menunjukkan kematangan pribadi nya. Secara umum, musyawarah lebih memiliki konotasi positif terhadap proses pengambilan keputusan karena musyawarah selalu berakhir dengan score “kemenangan” yang berimbang (win-win solution), elegan dan bermartabat. Disamping itu, musyawarah juga menjadi salah satu parameter kematangan dan kedewasaan dalam pengambilan kebijakan ketika berada dalam entitas yang heterogen. Keputusan bermusyawarah mufakat dalam menentukan Ketua KPU RI merupakan pilihan sadar yang jauh dari ambisi dan ego, barangkali juga tanpa perdebatan sengit sehingga tidak nampak kegaduhan ketika Juri Ardiantoro terpilih, bukan karena jabatan Ketua KPU RI hanya tersisa sekitar tujuh bulan saja. Sebaliknya, hasil ini akan berbeda jika proses pengambilan keputusan dalam menentukan posisi ketua itu dilakukan dengan jalan vo ting. Jika cara berpikirnya adalah peluang terhadap keikutsertaan dalam kontestasi anggota KPU RI periode 2017-2021, maka waktu tujuh bulan tersisa adalah waktu yang cukup panjang untuk membangun lobi dan citra diri, dan bisa dipastikan pilihan voting akan dilalui demi kepentingan pribadi untuk dapat terpilih kembali sebagai anggota KPU RI. Tetapi itu tidak dilakukan! Kesadaran bahwa perebutan posisi ketua dengan cara voting selalu meninggalkan luka sesudahnya dan sangat kental dengan “dendam” politik yang tidak berkesudahan. Tidak dapat dipungkiri bahwa adalah sesuatu yang mudah bagi anggota KPU RI untuk mengambil jalan lain selain musyawarah karena secara prediktif, irisan kepentingannya nampak jelas terbaca. Mereka bisa saja memilih cara voting untuk memuluskan calon yang seirisan dengan organisasi atau golongannya tetapi justru alur pengambilan keputusannya sangat dewasa dan membanggakan. Kematangan pribadi anggota KPU RI yang dewasa tercermin pada pilihan tepat dalam mengambil keputusan melalui musyawarah, selain asas profesionalitas yang
jelas sangat dijunjung tinggi. Anggota KPU RI sadar dengan pilihan musyawarah karena mereka sedang konsentrasi penuh mempersiapkan pekerjaan yang jauh lebih besar dan penting yaitu Pilkada 2017, dibandingkan sekedar ribut soal pilihan ketua, karena akan sangat beresiko terhadap keberhasilan even serentak kedua setelah sukses dengan Pilkada 2015. Sebuah sikap profesional yang harus dimiliki oleh semua penyelenggara lembaga negara. Banyaknya prestasi dan penghargaan yang diterima KPU RI adalah buah dari profesionalitas kerja yang dipegang teguh dalam mengelola lembaga penyelenggara pemilu ini. Sejak awal periode mereka bertekad untuk membuat prestasi yang melebihi para pendahulunya dan prestasi pertamanya adalah gelaran pemilu legislatif dan Pilpres 2014 yang berjalan dengan sukses dan independen. Perjalanan kerja selama hampir lima tahun yang harmoni benar-benar menuai banyak prestasi sesuai catatan yang mereka harapan di awal periode mereka menjadi anggota KPU RI. Hampir-hampir tidak terdengar kegaduhan yang terjadi diantara mereka bertujuh. Alih-alih kegaduhan kerja yang terdengar, sederet apresiai, prestasi, dan penghargaan lain justru mereka terima. Masih segar diingatan ketika banyak pihak mempertanyakan keberpihakan KPU ter hadap calon tertentu pada Pilpres 2014 lalu, secara mengejutkan KPU memerintahkan jajaran KPU dibawahnya untuk melakukan scan form C1 dan mempublikasikannya. Sebuah langkah yang tidak pernah diambil sebelumnya oleh para pendahulunya dan inilah tonggak awal kepercayaan publik terhadap KPU dan seolah ingin menjawab keraguan banyak pihak terhadap independensi KPU dengan menghadirkan jawaban terbuka yang dapat dibaca dan dihitung secara riil. Seiring perjalanan, keterbukaan KPU terhadap pemenuhan publik terhadap data dan informasi telah membuahkan capaian positif, setidaknya indikatornya adalah ditetapkannya KPU RI sebagai badan publik terbaik kedua dalam hal pelayanan dan pengelolaan informasi publik. Anggota KPU sangat menyadari arti penting sebuah sistem tata kelola lembaga yang baik (good governance) karenanya mereka fokus bekerja secara detail dari persoalan Suara KPU Jawa Timur
Agustus 2016
35
yang terkecil sampai persoalan yang berat. Banyaknya sistem pengendalian (Sidalih, Silog, Silon, Sitap) tidak lagi membuka peluang bagi siapapun termasuk penyelenggara untuk bermain-main dengan keberpihakan dan tentu sistem ini juga membungkam anggarap minor bahwa KPU bisa memainkan data. Profesionalitas kerja yang terus dijunjung tinggi mengabaikan perbedaan yang melatarbelakangi para Komandan Imam Bonjol (sebutan anggota KPU RI) ini. Pilihan untuk tetap berpihak pada kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi dan golongan dengan mengabaikan irisan organisasi dalam pemilihan ketua merupakan pilihan profesional, disamping barangkali empat tahun bersama tentu membangkitkan semangat kekeluargaan mereka, sehingga tidak mungkin mereka mengorbankan capaian prestasi hanya untuk gaduh memperebutkan posisi ketua. Sebagaimana diketahui Juri Ardiantoro adalah Ketua KPU Provinsi DKI Jakarta dua periode, 2017-2018, setelah sebelumnya menjadi plt. dan periode 2008-2013 yang tentu pengalamannya tidak diragukan lagi. Disamping itu, semasa mahasiswa Juri Ardiantoro aktif pada Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan GP Ansor sebagai Ketua Pimpinan Pusat periode 2011-2016 dimana secara ideologis dua organisasi ini sangat dekat dengan ormas Nahdlatul Ulama. Yang menarik adalah satu-satunya teman yang secara organisatoris segaris dengan Juri Ardiantoro adalah Husni Kamil Manik yang juga pernah aktif di ormas Nahdlatul Ulama sebagai Sekretaris Pimpinan Wilayah Sumatra Barat periode 2010-2015, meskipun pada 2008-2013 juga aktif di KAHMI Sumatra Barat. Karenanya, sepeninggal HKM, Juri Ardiantoro relatif “sendiri” dalam irisan kepentingan diantara anggota KPU RI sebelum masuknya calon pengganti HKM, Hasyim Asy’ari yang merupakan Wakil Ketua Pengurus Wilayah GP Ansor Jawa Tengah. Kesendirian Juri Ardiantoro barangkali juga dirasakan Arief Budiman yang merupakan Wakil Sekretaris Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Periode 2010-2015, satu-satunya wa kil dari Muhammadiyah diantara tujuh anggota KPU RI. Ini berbeda dengan dua kole ganya, Ferry Kurnia Rizkiyansyah yang aktif 36
Jurnal IDe
di Himpunan Mahasiswa Islam mulai tingkat cabang sampai dengan Pengurus Besar, pun Sigit Pamungkas yang juga sama-sama aktivis HMI mulai komisariat sampai dengan Badko Jawa Tengah. Dengan latar belakang yang sama barangkali tidak sulit bagi keduanya untuk mengajukan voting dan memunculkan calon tersendiri untuk maju menjadi pengganti HKM, tetapi ini tidak dilakukannya. Demikian pula dengan Arief Budiman yang di awal-awal periode menjadi anggota KPU RI menjadi “rival” HKM dalam pemilihan ketua, tidak ngotot untuk menagih kembali posisi ketua yang tertunda untuknya. Dengan akar primordialistik ini sebenarnya sangat rawan bagi siapapun untuk mengambil sebuah kebijakan, tidak terkecuali bagi KPU RI. Namun demikian pilihan musyawarah sehingga terpilih Juri Ardiantoro sebagai Ketua KPU RI, yang “sendiri” akar organisatorisnya diantara sesama anggota KPU RI, menjadi sesuatu yang tidak terduga dan menjadi penanda penting bagi pengelolaan lembaga negara yang profesional, independen, dan bebas sekat primordial. Tidak dapat dipungkiri bahwa prestasi yang diraih melalui profesionalitas kerja dan kedewasaan dalam mengelola kepentingan pribadi dan golongan bukan sesuatu yang mampu dicapai dalam waktu sesaat. Ala kulli hal, kematangan dan kedewasaan emosi, profesionalitas dan independensi yang dijunjung tinggi ini merupakan modal utama dalam menjalankan tata kelola KPU. Penyikapan persoalan dan pengambilan keputusan yang diambil pimpinan di Imam Bonjol patut menjadi teladan yang baik bagi anggota KPU di tingkat bawah sehingga persoalan-persoalan kecil seperti pemilihan ketua maupun perbedaan lainnya yang telah lalu sudah seharusnya juga berlalu seiring berjalannya waktu demi kepetingan kelembagaan dan bangsa yang jauh lebih besar. Irisan organisasi yang sadar atau tidak menjadi latar belakang anggota KPU telah menjadi sekat primordialistik yang seharusnya runtuh ketika mereka berkhidmat untuk kepenti ngan bangsa. Terima kasih KPU RI semoga terpilihnya Juri Ardiantoro menjadi pelajaran penting bagi penyelenggara lainnya untuk melepaskan sekat primordialistik dalam lembaga negara. r