BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th. XIV, 7 November 2016
KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,21 PERSEN
Jumlah angkatan kerja di Jawa Timur pada Agustus 2016 berkurang 320 ribu orang menjadi 19,95 juta orang dibanding jumlah angkatan kerja pada Agustus 2015.
Jumlah penduduk Jawa Timur yang bekerja pada Agustus 2016 juga turun menjadi 19,11 juta orang atau berkurang 253 ribu orang dibanding Agustus 2015.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Timur pada Agustus 2016 mencapai 4,21 persen atau lebih rendah dibanding Agustus 2015 yang mencapai 4,47 persen.
Dibanding Agustus 2015 terjadi kenaikan jumlah penduduk yang bekerja di 5 (lima sektor) lapangan pekerjaan utama, yaitu sektor Industri, Transportasi, Keuangan, Pertambangan dan Sektor listrik, air & gas. Penurunan yang cukup signifikan terjadi pada 4 (empat) sektor, yaitu Sektor Pertanian, Konstruksi, Perdagangan dan Jasa Kemasyarakatan.
Terjadi pergeseran proporsi penduduk yang bekerja dari kegiatan sektor informal menjadi sektor formal yang semula sebesar 63,19 persen pada Agustus 2015 menjadi 62,11 persen di Agustus 2016.
Penduduk Jawa Timur yang bekerja sebagai pengusaha dengan buruh tetap/dibayar pada Agustus 2016 turun dari 3,87 persen menjadi 3,75 persen dibanding setahun lalu. Namun jumlah pekerja yang berstatus buruh/karyawan/pegawai meningkat dari 32,94 persen di Agustus 2015 menjadi 34,13 persen pada Agustus 2016.
Proporsi penduduk Jawa Timur yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu turun 2,93 persen menjadi 5,60 juta orang pada Agustus 2016 dibanding periode yang sama di tahun 2015.
Selama setahun terjadi peningkatan kualitas pekerja dilihat dari adanya pergeseran proporsi dari kelompok yang berpendidikan SD ke bawah menuju kelompok berpendidikan lebih tinggi, yaitu dari 49,22 persen menjadi 45,96 persen di Agustus 2016.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi terjadi pada kelompok angkatan kerja dengan pendidikan Sekolah Menegah Umum, yaitu pada Agustus 2016 mencapai 9,04 persen dan Sekolah Menengah Kejuruan sebesar 7,10 persen.
1. Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran Dampak krisis global yang mencapai puncaknya pada medio 2015 yang lalu sangat dirasakan oleh seluruh negara di dunia dan tidak terkecuali negara Indonesia yang ditunjukkan dengan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi. Melemahnya perekonomian dunia secara global tak urung membuat Berita Resmi Statistik No. 74/11/35/Th.XIV, 7 November 2016
1
ekspor Indonesia ikut menjadi lesu dan sangat mempengaruhi iklim investasi di Indonesia. Hingga Agustus 2016 ini, sepertinya para pengusaha masih harus mengatur siasat dan strategi agar mampu survive dari krisis yang salah satunya bisa berdampak terhadap pasar tenaga kerja. Walaupun tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dalam proses produksi, namun dalam kondisi krisis maka pilihan untuk efisiensi tenaga kerja dari mulai melakukan pemotongan upah bahkan hingga pengurangan tenaga kerja terkadang tidak bisa dihindarkan oleh para pengusaha. Dari sisi investasi pun, kondisi krisis dapat mendorong para investor untuk lebih selektif dalam melakukan investasi di suatu wilayah. Di sisi supply tenaga kerja, akibat tekanan perekonomian yang dirasa semakin berat oleh masyarakat akan menjadi faktor pendorong seseorang untuk ikut aktif di pasar kerja guna memperoleh penghasilan maupun tambahan penghasilan bagi rumah tangganya sebagai bagian dari upaya untuk meringankan beban rumah tangganya tersebut. Dalam situasi seperti ini maka kecenderungan adanya penambahan angkatan kerja atau orang yang aktif di dalam pasar kerja baik yang sudah memiliki pekerjaan maupun yang sedang mencari pekerjaan akan terus meningkat. Namun, semakin ketatnya para pengusaha untuk berinvestasi maupun bisa survive dari krisis dapat berakibat terhadap semakin ketatnya persaingan para angkatan kerja tersebut untuk memperoleh pekerjaan. Salah satu dampak yang harus dihadapi oleh pemerintah pada situasi seperti ini adalah kekhawatiran munculnya permasalahan ketenagakerjaan yaitu kemungkinan semakin tingginya tingkat pengangguran di wilayah tersebut. Keadaan perekonomian dunia dan Indonesia serta kondisi dunia usaha dan pasar kerja tersebut jelas tergambar dalam keadaan ketenagakerjaan di Jawa Timur yang terefleksi dari hasil pendataan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 yang lalu seperti yang dapat dijelaskan melalui Tabel 1 berikut. Jumlah angkatan kerja di Jawa Timur pada Agustus 2015 sempat mengalami peningkatan di banding periode sebelumnya hingga 20,27 juta orang, namun pada Agustus 2016 turun secara signifikan menjadi 19,95 juta orang. Hal ini menunjukkan bahwa dari sisi angkatan kerja, telah terjadi penurunan sekitar 321 juta orang. Dari sisi penyerapan angkatan kerja pun, pada Agustus 2016 tercatat adanya penurunan penyerapan tenaga kerja hingga menjadi 19,11 juta orang atau tenaga kerja yang terserap di berbagai sektor/lapangan pekerjaan berkurang sebesar 253 ribu orang jika dibandingkan dengan kodisi pada Agustus 2015. Tentunya hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi investasi di Jawa Timur. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Timur pada Agustus 2016 sedikit meningkat sebesar 63 ribu orang dibanding Februari 2016, dari 4,14 persen penjadi 4,21 persen. Tetapi jika dibanding Agustus 2015 sebesar 4,47 persen, masih turun sebanyak 68 ribu orang. Penyebab bertambahnya tingkat pengangguran di Jawa Timur dapat disebabkan karena masih adanya kesenjangan antara supply tenaga kerja yang tersedia dengan demand atau kebutuhan perusahaan/usaha, minimnya informasi tentang tenaga kerja yang tersedia maupun kebutuhan dunia usaha dari sisi kualitas tenaga kerja termasuk di dalamnya tentang kondisi tenaga kerja di Jawa Timur yang dapat dikatakan relatif masih rendah yang tercermin dari kualitas pendidikan yang dimiliki oleh tenaga kerja di Jawa Timur. Menurunnya jumlah angkatan kerja, berdampak pada Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Jawa Timur. Pada Agustus 2014, TPAK Jawa Timur tercatat mencapai angka 68,12 persen. Sedangkan Agustus 2015 sebesar 67,84 persen dan pada Agustus 2016 turun lagi menjadi 66,14 persen. Secara umum, angka ini menunjukkan bahwa 66,14 persen penduduk Jawa Timur yang berusia 15 tahun ke atas memutuskan untuk ikut aktif di pasar kerja. Sedangkan 33,86 persen sisanya memutuskan untuk fokus sekolah, mengurus rumah tangga, maupun memiliki kegiatan di luar kegiatan ekonomi seperti kaum lanjut usia (lansia). Kondisi kesehatan di Jawa Timur yang relatif semakin baik membuat angka harapan hidup di Jawa Timur semakin meningkat dan membuat jumlah lansia semakin bertambah. Di sisi lain, Berita Resmi Statistik No. 74/11/35/Th.XIV, 7 November 2016
2
peningkatan pemahaman masyarakat akan perlunya pendidikan juga mempengaruhi mereka yang sudah memasuki usia kerja untuk memilih melanjutkan pendidikan dan menunda peran aktifnya di pasar kerja. Apalagi fenomena tersebut dibarengi dengan semakin didorongnya program wajib belajar dan biaya pendidikan gratis yang ikut menjadi faktor penunda bagi mereka yang sudah memasuki usia kerja untuk terjun ke pasar kerja.
Tabel 1. Penduduk Jawa Timur Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama, 2014 - 2016 2014
2015
2016
Jenis Kegiatan Utama
Satuan
Februari
Agustus
Februari
Agustus
Februari
Agustus
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
ribu orang
20.717,77
20.149,99
20 692,41
20.274,68
20 497,99
19.953,84
Bekerja
ribu orang
19.885,39
19.306,51
19 800,39
19.367,78
19 648,66
19.114,56
Penganggur
ribu orang
832,38
843,49
892,02
906,90
849,33
839,28
2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
%
70,52
68,12
69,58
67,84
68,27
66,14
3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
%
4,02
4,19
4,31
4,47
4,14
4,21
4. Pekerja Tidak Penuh
%
6.632,65
6.481,52
6 412,70
6.244,39
6 275,33
5.602,67
Setengah Penganggur
ribu orang
1.864,78
1.674,50
1 633,58
1.628,96
1 613,74
1.340,28
Paruh Waktu
ribu orang
4.767,87
4.807,02
4 779,11
4.615,43
4 661,59
4.262,39
1. Angkatan Kerja (AK)
Pemberlakuan MEA pada akhir 2015 ini tentu juga termasuk dalam konteks pasar tenaga kerja. Tenaga kerja di Jawa Timur tidak lagi akan bersaing dengan sesama kabupaten/kota di Jawa Timur maupun tenaga kerja dari provinsi tetangga, tetapi pesaing akan datang dari negara tetangga. Tentunya hal ini bisa menjadi ancaman jika tenaga kerja di Jawa Timur tidak mampu bersaing. Tidak menutup kemungkinan bahwa tenaga kerja di Jawa Timur hanya akan menjadi penonton bahkan menjadi pengangguran di rumahnya sendiri sementara yang menjadi pekerja adalah mereka yang tidak berasal dari Jawa Timur. Salah satu alternatif untuk melihat kualitas tenaga kerjadi Jawa Timur dapat melalui ukuran produktifitas tenaga kerja dilihat dari jumlah jam kerja. Menurut kategori International Labor Organization (ILO) yaitu organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani masalah ketenagakerjaan, pekerja dikatakan memiliki jam kerja penuh jika jam kerja selama seminggu yang lalu mencapai 35 jam kerja atau lebih. Sedangkan pekerja yang memiliki jam kerja kurang dari 35 jam, maka dikatakan sebagai Pekerja Tidak Penuh yang pada dasarnya terbagi menjadi Setengah Penganggur yang jumlah jam kerja seminggu kurang dari 35 jam dan masih berupaya mencari pekerjaan lain. Sedangkan pekerja yang jam kerjanya kurang dari 35 jam kerja karena keinginannya sendiri dan tidak mencari pekerjaan lain, maka mereka dikategorikan sebagai Pekerja Paruh Waktu (Part Time). Pada Agustus 2016, tercatat sebanyak 5,60 juta pekerja (28,08 persen) yang bekerja tidak penuh. Artinya, hampir sepertiga dari tenaga kerja di Jawa Timur memiliki produktifitas yang relatif masih rendah yang tentunya akan berimplikasi terhadap pendapatan mereka.
2. Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Secara umum, distribusi penduduk Jawa Timur yang bekerja menurut sektor dari jenis kegiatan utama pada Agustus 2016 tidak terdapat perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan periodeperiode sebelumnya. Penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur masih didominasi oleh sektor Pertanian sebanyak 6,98 juta orang (36,49 persen), walaupun dari tahun ke tahun terlihat adanya pengurangan Berita Resmi Statistik No. 74/11/35/Th.XIV, 7 November 2016
3
tenaga kerja di sektor ini. Hal ini dikarenakan perekonomian Jawa Timur untuk saat ini masih bertumpu pada sektor Pertanian walaupun sedikit demi sedikit mulai bergeser ke sektor industri.
Tabel 2. Penduduk Jawa Timur Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (ribu orang), 2014 – 2016 Jenis Kegiatan Utama
2014
2015
2016
Februari
Agustus
Februari
Agustus
Februari
Agustus
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Pertanian
7 330,70
7 261,37
7 212,12
7 083,25
7 007,07
6,975,57
Industri
2 844,34
2 776,55
2 780,68
2 699,68
2 948,20
2,765,29
Konstruksi
1 219,17
1 259,44
1 440,05
1 510,09
1 341,86
1,469,47
Perdagangan
4 332,28
4 026,67
4 148,73
4 121,31
4 464,45
4,016,81
Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi
695,00
686,97
605,67
636,15
766,12
697,71
Keuangan
423,44
421,79
496,80
410,91
304,75
422,90
2 832,27
2 694,53
2 950,86
2 751,36
2 656,12
2,599,10
208,20
179,19
165,49
155,03
160,08
167,71
19 885,39
19 306,51
19 800,39
19 367,78
19 648,66
19.114,56
(1)
Jasa Kemasyarakatan Lainnya *) Jumlah Catatan:
*) Lapangan pekerjaan utama pada sektor Lainnya terdiri atas: sektor Pertambangan dan sektor Listrik, Gas, dan Air
Selain itu, seperti dijelaskan sebelumnya bahwa penurunan jumlah penduduk yang bekerja baik di sektor Pertanian maupun sektor-sektor lain yang mengalami penurunan jumlah penduduk yang bekerja sangat berkaitan erat dengan krisis global yang dialami banyak negara-negara di dunia dan tidak terkecuali negara-negara tujuan ekspor komoditas Jawa Timur dan Indonesia secara umum. Melemahnya perekonomian negara-negara tujuan ekspor menyebabkan terhambatnya ekspor barang hasil produksi sehingga stok menumpuk dan tentunya akan menjadi masalah bagi pengusaha yang seringkali berdampak pada rasionalitas faktor-faktor produksi termasuk tenaga kerja. Berdasarkan Tabel 2 berikut, secara umum penurunan signifikan jumlah penduduk yang bekerja hampir terjadi di semua sektor kecuali pada sektor Industri, Transportasi, Keuangan, Pertambangan dan sektor listrik, gas & air. Pada Agustus 2016, jumlah penduduk yang bekerja di sektor Industri mencapai 2,76 juta orang atau bertambah sekitar 66 ribu orang (2,43 persen) dibanding Agustus 2015. Sedangkan Sektor Jasa Kemasyarakatan mengalami penurunan 5,53 persen menjadi 2,60 juta orang. Sementara itu penduduk yang bekerja di sektor Pertanian turun secara signifikan mencapai hampir 108 ribu orang menjadi 6,98 juta pekerja.
3. Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan utama dibagi ke dalam 7 kategori, yaitu: Berusaha sendiri, Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar, Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar, Buruh/karyawan/pegawai, Pekerja bebas (terbagi menjadi Pekerja bebas di sektor pertanian dan Pekerja bebas di sektor non-pertanian), dan Pekerja keluarga/tak dibayar. Ketujuh kategori ini dikelompokkan menjadi Kegiatan Formal dan Kegiatan Informal sebagaimana disajikan pada Tabel 3. Sebagian besar penduduk di Jawa Timur pada Agustus 2016 tercatat bekerja di Kegiatan Informal. Berita Resmi Statistik No. 74/11/35/Th.XIV, 7 November 2016
4
Terdapat 62,12 persen atau 11,87 juta penduduk yang bekerja di kegiatan ini, sedangkan 37,88 persen sisanya atau 7,24 juta orang bekerja di kegiatan formal. Di dalam kegiatan formal itu sendiri, sebanyak 90,09 persen atau sebanyak 6,52 juta orang bestatus sebagai Buruh/karyawan/pegawai.
Tabel 3. Penduduk Jawa Timur Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama (ribu orang), 2014 – 2016 Status Pekerjaan Utama
2014
2015
2016
Februari
Agustus
Februari
Agustus
Februari
Agustus
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
6 817,97
6 741,16
7 263,01
7 129,58
7 259,42
7,240,31
704,42
758,74
797,15
750,37
616,59
717,25
6 113,55
5 982,42
6 465,86
6 379,21
6 642,83
6,523,06
13 067,42
12 565,34
12 537,38
12 238,20
12 389,24
11,874,25
Berusaha sendiri
3 027,84
3 036,27
3 143,32
2 885,63
2 907,41
2,561,53
Berusaha dibantu buruh tidak tetap
3 773,51
3 837,91
3 509,12
3 657,15
3 844,64
3,616,24
Pekerja bebas
2 527,54
2 514,73
2 592,27
2 659,22
2 720,94
2,825,16
Pekerja keluarga/tak dibayar
3 738,55
3 176,44
3 292,68
3 036,20
2 916,26
2,871,32
19 885,39
19 306,51
19 800,39
19 367,78
19 648,67
19,114,56
(1)
Kegiatan Formal: Berusaha dibantu buruh tetap Buruh/Karyawan Kegiatan Informal:
Jumlah
Terdapat hal yang menarik pada kelompok kegiatan formal pada Tabel 3. Pada Agustus 2016 terjadi penurunan jumlah mereka yang bekerja sebagai pengusaha yang dibantu oleh buruh tetap/dibayar, yaitu sebanyak 33 ribu orang yang besar kemungkinannya karena terdampak oleh kondisi perekonomian yang sedikit lesu beralih profesi atau tidak lagi menggunakan buruh dalam usahanya tersebut. Tapi di sisi lain, terdapat penambahan jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai sebanyak 2,26 persen atau sekitar 144 ribu orang. Kondisi ini dapat memberikan gambaran bahwa pada Agustus 2016 selain berkurangnya beberapa orang pengusaha yang dalam usahanya mempekerjakan buruh/karyawan/pegawai, ternyata terdapat juga investasi masuk yang cukup banyak menyerap tenaga kerja buruh/karyawan/pegawai. Tentunya hal ini bisa menjadi indikasi awal tentang iklim investasi di Jawa Timur yang menjanjikan karena tersedianya tenaga kerja yang cukup.
4. Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja Seperti telah dijelaskan sebelumnya, penduduk yang bekerja terbagi ke dalam dua kelompok besar jika ditinjau dari jumlah jam kerjanya selama satu minggu. Mereka yang bekerja 35 jam atau lebih setiap minggunya dikategorikan sebagai Pekerja penuh waktu (full time worker). Di Jawa Timur, jumlah penduduk yang bekerja dalam kategori ini pada Agustus 2016 mengalami peningkatan menjadi 13,51 juta orang jika dibandingkan kondisi Agustus 2015 yang mencapai 13,12 juta orang. Sedangkan mereka yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu dikategorikan sebagai Pekerja tidak penuh (part time worker). Di Jawa Timur, pada Agustus 2016 masih terdapat 29,31 persen pekerja atau sekitar 5,60 juta pekerja yang memiliki jumlah jam kerja kurang dari 35 jam. Dengan semakin meningkatnya jumlah pekerja yang bekerja secara penuh tentu diharapkan akan berimbas kepada tingkat kesejahteraan para pekerja tersebut.
Berita Resmi Statistik No. 74/11/35/Th.XIV, 7 November 2016
5
Tabel 4. Penduduk Jawa Timur Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja per Minggu (ribu orang), 2014 – 2016 2014
Jumlah Jam Kerja per Minggu
2016
Februari
Agustus
Februari
Agustus
Februari
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(1)
Catatan:
2015
Agustus (8)
1–7
322,96
264,76
360,13
259,27
433,10
274,17
8 – 14
1 129,59
1 055,16
1 073,40
1,045,50
1 116,13
910,01
15 – 24
2 362,49
2 407,32
2 308,86
2,365,85
2 331,03
2,065,01
25 – 34
2 827,62
2 754,29
2 670,30
2,573,77
2 395,06
2,353,47
1 – 34
6 632,66
6 481,53
6 412,70
6 244,39
6 275,32
5,602,66
≥ 35 *)
13 252,73
12 824,98
13 387,70
13,123,39
13 373,34
13,511,90
Jumlah
19 885,39
19 306,51
19 800,39
19 367,78
19 648,66
19,114,56
*) Termasuk sementara tidak bekerja
Grafik 1. Penduduk Jawa Timur Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja per Minggu, 2014 – 2016
66.65
66.43
67.76
67.61
66.49
33.35
33.57
32.39
32.24
33.51
Februari 2014
Agustus 2014
Februari 2015
Agustus 2015
Februari 2016
< 35 Jam
70.69
29.31
Agustus 2016
0 dan ≥ 35
5. Penduduk yang Bekerja Menurut Pendidikan Dilihat berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk Jawa Timur yang bekerja pada Agustus 2016, sebagaimana disajikan pada Tabel 5, terlihat bahwa proporsi penduduk relatif sama dari tahun ke tahun. Proporsi terbesar masih didominasi oleh pekerja yang hanya memiliki tingkat pendidikan tertinggi SD ke bawah. Pada Agustus 2016, jumlah penduduk yang bekerja dengan tingkat pendidikan SD ke bawah di Jawa Timur tercatat sebanyak 45,96 persen dari keseluruhan penduduk yang bekerja atau sebanyak 8,78 juta orang. Namun demikian, terlihat bahwa kondisi ini terus membaik di mana proporsi penduduk yang bekerja dengan tingkat pendidikan SD ke bawah di Jawa Timur terus berkurang dan bergeser kepada mereka yang berpendidikan menengah hingga universitas. Berita Resmi Statistik No. 74/11/35/Th.XIV, 7 November 2016
6
Tabel 5. Penduduk Jawa Timur Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (ribu orang), 2014 – 2016 2014
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
2015
2016
Februari
Agustus
Februari
Agustus
Februari
Agustus
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
10 338,17
10 291,57
9 969,19
9 533.05
9 781,68
8.785,60
Sekolah Menengah Pertama
3 477,58
3 283,78
3 415,28
3 565.78
3 352,37
3.502,22
Sekolah Menengah Atas
2 544,44
2 541,40
2 740,32
2 807.09
2 791,38
2.783,99
Sekolah Menengah Kejuruan
1 682,88
1 721,67
1 933,14
1 816.37
2 028,19
2.178,64
357,07
293,66
308,29
300.02
296,61
340,45
1 485,24
1 174,43
1 434,17
1 345.47
1 395,46
1.523,66
19 885,39
19 306,51
19 800,39
19 367,78
19 648,67
19,114,56
(1)
SD ke Bawah
Diploma I/II/III Universitas Jumlah
Mereka yang berpendidikan sekolah menengah baik menengah pertama maupun menengah atas, pada Agustus 2016 berkurang menjadi 6,29 juta orang dari semula 6,37 juta pada Agustus 2015. Lainnya hal nya dengan proporsi pekerja yang berpendidikan sekolah menengah kejuruan semakin meningkat dari semula 9,38 persen pada Agustus 2015 menjadi 11,40 persen pada Agustus 2016. Begitu pula halnya dengan penduduk Jawa Timur yang bekerja dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan pada tingkat Universitas meningkat menjadi 1,52 juta orang dibanding pada Agustus 2015 yang mencapai 1,35 juta orang. Tentunya hal ini cukup menggembirakan karena menunjukkan adanya perbaikan kualitas tenaga kerja di Jawa timur, walaupun pergerakannya masih harus terus ditingkatkan dengan mendorong penduduk usia kerja agar menunda untuk terjun ke pasar kerja dan memprioritaskan pendidikannya hingga ke jenjang yang paling tinggi. Grafik 2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Keadaan Agustus 2016 Diploma I/II/III 2% SMA Kejuruan 11%
Universitas 8% <= SD 46%
SMA Umum 15%
SMP 18%
6. Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Sebagaimana dijelaskan di bagian awal, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2016 mengalami penurunan menjadi 4,21 persen. Dilihat berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh Berita Resmi Statistik No. 74/11/35/Th.XIV, 7 November 2016
7
mereka yang berstatus menganggur, terlihat bahwa TPT tertinggi terdapat pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Umum, yaitu 9,04 persen. Berikutnya adalah Sekolah Menengah Kejuruan sebesar 7,10 persen yang sebelumnya 11,74 persen di Agustus 2015. Meskipun persentasenya menurun, masih perlu menjadi perhatian di tengah didorongnya para pelajar untuk mengikuti pendidikan kejuruan ini dengan harapan bisa mendapatkan keahlian dan lebih mudah memperoleh pekerjaan. Keadaan ini dapat disebabkan karena adanya ketidaktepatan informasi antara kebutuhan penyedia lapangan kerja dengan pihak pendidikan yang bertugas menyiapkan skill atau keahlian dari para siswa sekolah kejuruan ini agar tidak terjadi apa yang dilatihkan/diajarkan, ternyata tidak dibutuhkan oleh penyedia pekerjaan. Sedangkan TPT pada tingkat SD ke bawah cenderung rendah, seperti TPT pada Agustus 2016 untuk jenjang ini hanya sebesar 1,24 persen dikarenakan mereka yang berpendidikan rendah cenderung tidak akan memilih pekerjaan sehingga akan melakukan pekerjaan apa saja asalkan dapat memperoleh pendapatan.
Tabel 6. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Jawa Timur Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (persen), 2014 – 2016 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
2014
2015
2016
Februari
Agustus
Februari
Agustus
Februari
Agustus
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
SD ke Bawah
2,45
1,71
2,14
1,39
2,39
1,24
Sekolah Menengah Pertama
5,06
5,73
6,00
4,43
4,12
5,25
Sekolah Menengah Atas
8,22
7,46
6,59
8,73
6,55
9,24
Sekolah Menengah Kejuruan
6,55
10,53
8,47
11,74
7,09
7,10
Diploma I/II/III
3,73
4,27
6,17
8,11
6,49
5,01
Universitas
1,85
3,61
4,23
4,99
6,36
4,61
4,02
4,19
4,31
4,47
4,14
4,21
(1)
Jumlah
Berita Resmi Statistik No. 74/11/35/Th.XIV, 7 November 2016
8
BPS PROVINSI JAWA TIMUR Informasi lebih lanjut hubungi: DJAMAL, SE, M.Sc BIDANG STATISTIK SOSIAL KepalaTelepon BPS Provinsi Jawa : 031-8439343 Timur E-mail :
[email protected] Telopon: 031-8438873
E-mail:
[email protected]
Berita Resmi Statistik No. 74/11/35/Th.XIV, 7 November 2016
9