BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 78/11/35/Th. XIII, 5 November 2015
KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,47 PERSEN
Jumlah angkatan kerja di Jawa Timur pada Agustus 2015 bertambah 125 ribu orang menjadi 20,27 juta orang dibanding jumlah angkatan kerja pada Agustus 2014.
Jumlah penduduk Jawa Timur yang bekerja pada Agustus 2015 juga meningkat menjadi 19,37 juta orang atau bertambah 61 ribu orang dibanding Agustus 2014.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Timur pada Agustus 2015 mencapai 4,47 persen atau lebih tinggi dibanding Agustus 2014 yang hanya mencapai 4,19 persen.
Penurunan jumlah penduduk Jawa Timur yang bekerja pada Agustus 2015 hampir terjadi di semua sektor, kecuali sektor Konstruksi, sektor Perdagangan, dan sektor Jasa Kemasyarakatan.
Terjadi pergeseran proporsi jumlah penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan utama dari kegiatan informal yang semula pada Agustus 2014 sebesar 65,08 persen dan kegiatan formal sebesar 34,92 persen menjadi kegiatan informal 63,19 persen dan kegiatan formal 36,81 persen pada Agustus 2015.
Terjadi penurunan jumlah penduduk Jawa Timur yang bekerja sebagai pengusaha yang dibantu buruh tetap/dibayar pada Agustus 2015 sebesar minus 1,10 persen menjadi 750 ribu orang, namun jumlah pekerja yang berstatust buruh/karyawan/pegawai yang terserap justru meningkat 6,63 persen menjadi 6,38 juta orang pada Agustus 2015.
Proporsi penduduk Jawa Timur yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu turun 0,15 persen menjadi 6,24 juta orang pada Agustus 2015 dibanding periode yang sama di tahun 2014.
Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan kualitas pekerja di Jawa Timur dilihat dari adanya pergeseran proporsi dari kelompok yang berpendidikan SD ke bawah menuju kelompok berpendidikan lebih tinggi.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi terjadi pada kelompok angkatan kerja dengan pendidikan Sekolah Menegah Kejuruan, yaitu pada Agustus 2015 mencapai 11,74 persen yang menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun.
1. Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran Dampak krisis global yang mencapai puncaknya pada medio 2015 yang lalu sangat dirasakan oleh seluruh negara di dunia dan tidak terkecuali negara Indonesia yang ditunjukkan dengan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi. Melemahnya perekonomian dunia secara global tak urung membuat ekspor Indonesia ikut menjadi lesu dan sangat mempengaruhi iklim investasi di Indonesia. Hingga Berita Resmi Statistik No. 78/11/35/Th.XIII, 5 November 2015
1
Agustus 2015 ini, sepertinya para pengusaha masih harus mengatur siasat dan strategi agar mampu survive dari krisis yang salah satunya bisa berdampak terhadap pasar tenaga kerja. Walaupun tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dalam proses produksi, namun dalam kondisi krisis maka pilihan untuk efisiensi tenaga kerja dari mulai melakukan pemotongan upah bahkan hingga pengurangan tenaga kerja terkadang tidak bisa dihindarkan oleh para pengusaha. Dari sisi investasi pun, kondisi krisis dapat mendorong para investor untuk lebih selektif dalam melakukan investasi di suatu wilayah. Di sisi supply tenaga kerja, akibat tekanan perekonomian yang dirasa semakin berat oleh masyarakat akan menjadi faktor pendorong seseorang untuk ikut aktif di pasar kerja guna memperoleh penghasilan maupun tambahan penghasilan bagi rumah tangganya sebagai bagian dari upaya untuk meringankan beban rumah tangganya tersebut. Dalam situasi seperti ini maka kecenderungan adanya penambahan angkatan kerja atau orang yang aktif di dalam pasar kerja baik yang sudah memiliki pekerjaan maupun yang sedang mencari pekerjaan akan terus meningkat. Namun, semakin ketatnya para pengusaha untuk berinvestasi maupun bisa survive dari krisis dapat berakibat terhadap semakin ketatnya persaingan para angkatan kerja tersebut untuk memperoleh pekerjaan. Salah satu dampak yang harus dihadapi oleh pemerintah pada situasi seperti ini adalah kekhawatiran munculnya permasalahan ketenagakerjaan yaitu kemungkinan semakin tingginya tingkat pengangguran di wilayah tersebut. Keadaan perekonomian dunia dan Indonesia serta kondisi dunia usaha dan pasar kerja tersebut jelas tergambar dalam keadaan ketenagakerjaan di Jawa Timur yang terefleksi dari hasil pendataan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 yang lalu seperti yang dapat dijelaskan melalui Tabel 1 berikut. Jumlah angkatan kerja di Jawa Timur pada Agustus 2014 sebelumnya sempat mengalami penurunan di banding periode sebelumnya hingga hanya 20,15 juta orang, namun pada Agustus 2015 kembali menjadi 20,27 juta orang. Hal ini menunjukkan bahwa dari sisi angkatan kerja, telah terjadi penambahan atau peningkatan sekitar 125 juta orang. Dari sisi penyerapan angkatan kerja pun, pada Agustus 2014 tercatat adanya tambahan penyerapan tenaga kerja hingga mencapai 19,37 juta orang atau tenaga kerja yang terserap di berbagai sektor/lapangan pekerjaan bertambah sebanyak 61 ribu orang jika dibandingkan dengan kodisi pada Agustus 2014. Tentunya hal ini memberikan gambaran yang positif tentang adanya geliat investasi di Jawa Timur dengan adanya lahan pekerjaan baru yang tersedia. Namun demikian, tingginya penambahan angkatan kerja pada Agustus 2015 baik mereka yang benar-benar baru terjun ke pasar kerja maupun mereka yang memutuskan untuk beralih pekerjaan dan keluar dari pekerjaan lamanya ternyata tidak seiring dengan laju pertumbuhan lapangan pekerjaan yang tersedia. Kondisi inilah yang mendorong semakin bertambahnya para angkatan kerja yang terkategorikan sebagai penganggur. Pada Agustus 2015, tercatat bahwa terjadi penambahan jumlah penganggur di Jawa Timur sebanyak 63 ribu orang dibanding periode yang sama pada tahun 2014 menjadi 906 ribu orang. Selain hal di atas, penyebab lain bertambahnya tingkat pengangguran di Jawa Timur dapat disebabkan karena masih adanya kesenjangan antara supply tenaga kerja yang tersedia dengan demand atau kebutuhan perusahaan/usaha, minimnya informasi tentang tenaga kerja yang tersedia maupun kebutuhan dunia usaha dari sisi kualitas tenaga kerja termasuk di dalamnya tentang kondisi tenaga kerja di Jawa Timur yang dapat dikatakan relatif masih rendah yang tercermin dari kualitas pendidikan yang dimiliki oleh tenaga kerja di Jawa Timur. Walaupun terdapat penambahan jumlah angkatan kerja, pada Agustus 2015 tercatat bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Jawa Timur terjadi sedikit penurunan. Pada Agustus 2014, TPAK Jawa Timur tercatat mencapai angka 68,12 persen. Sedangkan pada Agustus 2015 turun menjadi 67,84 persen. Secara umum, angka ini menunjukkan bahwa 67,84 persen penduduk Jawa Timur yang berusia 15 Berita Resmi Statistik No. 78/11/35/Th.XIII, 5 November 2015
2
tahun ke atas memutuskan untuk ikut aktif di pasar kerja. Sedangkan 32,16 persen sisanya memutuskan untuk fokus sekolah, mengurus rumah tangga, maupun memiliki kegiatan di luar kegiatan ekonomi seperti kaum lanjut usia (lansia). Kondisi kesehatan di Jawa Timur yang relatif semakin baik membuat angka harapan hidup di Jawa Timur semakin meningkat dan membuat jumlah lansia semakin bertambah. Di sisi lain, peningkatan pemahaman masyarakat akan perlunya pendidikan juga mempengaruhi mereka yang sudah memasuki usia kerja untuk memilih melanjutkan pendidikan dan menunda peran aktifnya di pasar kerja. Apalagi fenomena tersebut dibarengi dengan semakin didorongnya program wajib belajar dan biaya pendidikan gratis yang ikut menjadi faktor penunda bagi mereka yang sudah memasuki usia kerja untuk terjun ke pasar kerja. Penurunan angka TPAK jika diiringi dengan kegiatan atau program yang dapat meningkatkan kualitas calon angkatan kerja tentunya dapat meningkatkan daya saing tenaga kerja di Jawa Timur pada masa yang akan datang terutama dalam rangka menyongsong diberlakukannya pasar bebas di Asia Tenggara atau yang dikenal dengan sebutan Mayarakat Ekonomi Asean (MEA) pada akhir 2015 ini.
Tabel 1. Penduduk Jawa Timur Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama, 2013 - 2015 2013 1
2014 2
2015 2
Jenis Kegiatan Utama
Satuan
Februari
Agustus
Februari
Agustus
Februari
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
ribu orang
20,462,20
20.432,45
20.717,77
20.149,99
20 692,41
20.274,68
Bekerja
ribu orang
19.653,85
19.553,91
19.885,39
19.306,51
19 800,39
19.367,78
Penganggur
ribu orang
808,35
878,54
832,38
843,49
892,02
906,90
2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
%
70,11
69,78
70,52
68,12
69,58
67,84
3. Tingkat Pengangguran Terbuka
%
3,95
4,30
4,02
4,19
4,31
4,47
4. Pekerja Tidak Penuh
%
6.552,19
6.472,06
6.632,65
6.481,52
6 412,70
6.244,39
Setengah Penganggur
ribu orang
2.602,09
1.946,38
1.864,78
1.674,50
1 633,58
1.628,96
Paruh Waktu
ribu orang
3,950,10
4.526,68
4.767,87
4.807,02
4 779,11
4.615,43
1. Angkatan Kerja (AK)
Catatan:
1 2
Agustus
Februari – Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang proyeksi penduduk Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014 – Agustus 2015 menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk
Pemberlakuan MEA pada akhir 2015 ini tentu juga termasuk dalam konteks pasar tenaga kerja, tenaga kerja di Jawa Timur tidak lagi akan bersaing dengan sesama kabupaten/kota di Jawa Timur maupun tenaga kerja dari provinsi tetangga, tetapi pesaing akan datang dari negara tetangga. Tentunya hal ini bisa menjadi ancaman jika tenaga kerja di Jawa Timur tidak mampu bersaing, maka tidak menutup kemungkinan bahwa tenaga kerja di Jawa Timur hanya akan menjadi penonton bahkan menjadi pengangguran di rumahnya sendiri sementara yang menjadi pekerja adalah mereka yang tidak berasal dari Jawa Timur. Salah satu alternatif untuk melihat kualitas tenaga kerjadi Jawa Timur dapat melalui ukuran produktifitas tenaga kerja dilihat dari jumlah jam kerja. Menurut kategori International Labor Organization (ILO) yaitu organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani masalah ketenagakerjaan, pekerja dikatakan memiliki jam kerja penuh jika jam kerja selama seminggu yang lalu mencapai 35 jam kerja atau lebih. Sedangkan pekerja yang memiliki jam kerja kurang dari 35 jam, maka dikatakan sebagai Pekerja Tidak Penuh yang pada dasarnya terbagi menjadi Setengah Penganggur yang jumlah jam kerja seminggu kurang dari 35 jam dan masih berupaya mencari pekerjaan lain. Sedangkan pekerja yang jam kerjanya kurang dari 35 jam kerja karena keinginannya sendiri dan tidak mencari pekerjaan lain, maka mereka dikategorikan sebagai Pekerja Paruh Waktu (Part Time). Pada Agustus 2015, Berita Resmi Statistik No. 78/11/35/Th.XIII, 5 November 2015
3
tercatat sebanyak 6,24 juta pekerja (32,21 persen) yang bekerja tidak penuh. Artinya, hampir sepertiga dari tenaga kerja di Jawa Timur memiliki produktifitas yang relatif masih rendah yang tentunya akan berimplikasi terhadap pendapatan mereka.
2. Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Secara umum, distribusi penduduk Jawa Timur yang bekerja menurut sektor dari jenis kegiatan utama pada Agustus 2015 tidak terdapat perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan periodeperiode sebelumnya. Penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur masih didominasi oleh sektor Pertanian sebanyak 7,08 juta orang (36,57 persen), walaupun dari tahun ke tahun terlihat adanya pengurangan tenaga kerja di sektor ini. Hal ini dikarenakan perekonomian Jawa Timur untuk saat ini masih bertumpu pada sektor Pertanian walaupun sedikit demi sedikit mulai bergeser ke sektor Perdagangan dan Jasa Kemasyarakatan. Pada Agustus 2015, fenomena turunnya jumlah penduduk Jawa Timur yang bekerja di sektor Pertanian juga tidak terlepas dari adanya fenomena alam ”El Nino” yang mengakibatkan kekeringan cukup panjang hampir di seluruh wilayah Jawa Timur, padahal sektor ini biasanya sangat tergantung dari kondisi air dan curah hujan.
Tabel 2. Penduduk Jawa Timur Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (ribu orang), 2013 – 2015 Jenis Kegiatan Utama
2013 1
2014 2
2015 2
Februari
Agustus
Februari
Agustus
Februari
Agustus
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Pertanian
7 601,13
7 411,28
7 330,70
7 261,37
7 212,12
7 083,25
Industri
2 880,15
2 779,27
2 844,34
2 776,55
2 780,68
2 699,68
Konstruksi
1 225,80
1 047,45
1 219,17
1 259,44
1 440,05
1 510,09
Perdagangan
4 075,28
4 101,45
4 332,28
4 026,67
4 148,73
4 121,31
Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi
607,13
681,17
695,00
686,97
605,67
636,15
Keuangan
432,84
344,80
423,44
421,79
496,80
410,91
2 670.55
3 037,84
2 832,27
2 694,53
2 950,86
2 751,36
160,96
150,65
208,20
179,19
165,49
155,03
19 653,84
19 553,91
19 885,39
19 306,51
19 800,39
19 367,78
(1)
Jasa Kemasyarakatan Lainnya
3
Jumlah Catatan:
1 2 3
Februari – Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang proyeksi penduduk Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014 – Agustus 2015 menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk Lapangan pekerjaan utama pada sektor Lainnya terdiri atas: sektor Pertambangan dan sektor Listrik, Gas, dan Air
Selain itu, seperti dijelaskan sebelumnya bahwa penurunan jumlah penduduk yang bekerja baik di sektor Pertanian maupun sektor-sektor lain yang mengalami penurunan jumlah penduduk yang bekerja sangat berkaitan erat dengan krisis global yang menghantam negara-negara di dunia dan tidak terkecuali negara-negara tujuan ekspor komoditas Jawa Timur dan Indonesia secara umum. Runtuhnya perekonomian negara-negara tujuan ekspor menyebabkan terhambatnya ekspor barang hasil produksi sehingga stok menumpuk dan tentunya akan menjadi masalah bagi pengusaha yang seringkali berdampak pada rasionalitas faktor-faktor produksi termasuk tenaga kerja. Untuk Jawa Timur sendiri, yang paling merasakan dampak ini adalah sektor Pertanian karena sebagian besar komoditas ekspor utama Jawa Timur berasal dari sektor Pertanian termasuk sub sektor Perikanan di dalamnya. Berita Resmi Statistik No. 78/11/35/Th.XIII, 5 November 2015
4
Semakin tumbuhnya sektor Jasa Kemasyarakatan termasuk Pariwisata di Jawa Timur mendorong tumbuhnya pembangunan infrastruktur pendukung seperti pembangunan Hotel dan sarana wisata secara langsung ikut mendorong tumbuhnya sektor Konstruksi dan sektor Perdagangan. Ketika sektor-sektor ini mengalami pertumbuhan yang positif cenderung akan memiliki daya serap tenaga kerja yang cukup baik pula. Berdasarkan Tabel 2 berikut, secara umum penurunan jumlah penduduk yang bekerja hampir terjadi di semua sektor kecuali pada sektor Konstruksi, sektor Perdagangan, dan Sektor Jasa Kemasyarakatan. Pada Agustus 2015, jumlah penduduk yang bekerja di sektor Konstruksi mencapai 1,51 juta orang atau bertambah sekitar 250 ribu orang (19,90 persen) dibanding Agustus 2014. Sedangkan penambahan tenaga kerja di sektor Perdagangan mencapai 2,35 persen menjadi 4,12 juta orang. Adapun penambahan penduduk yang bekerja di sektor Jasa Kemasyarakatan pada Agustus 2015 mencapai hampir 57 ribu orang menjadi 2,75 juta pekerja.
3. Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan utama dibagi ke dalam 7 kategori, yaitu: Berusaha sendiri, Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar, Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar, Buruh/karyawan/pegawai, Pekerja bebas (terbagi menjadi Pekerja bebas di sektor pertanian dan Pekerja bebas di sektor non-pertanian), dan Pekerja keluarga/tak dibayar. Ketujuh kategori ini dikelompokkan menjadi Kegiatan Formal dan Kegiatan Informal sebagaimana disajikan pada Tabel 3. Sebagian besar penduduk di Jawa Timur pada Agustus 2015 tercatat bekerja di Kegiatan Informal. Terdapat 63,19 persen atau 12,24 juta penduduk yang bekerja di kegiatan ini. Sedangkan 36,81 persen sisanya atau 7,13 juta orang bekerja di kegiatan formal. Di dalam kegiatan formal itu sendiri, sebanyak 89,48 persen atau sebanyak 6,38 juta orang memiliki status sebagai Buruh/karyawan/pegawai.
Tabel 3. Penduduk Jawa Timur Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama (ribu orang), 2012 – 2014 Status Pekerjaan Utama
2013 1
2014 2
2015 2
Februari
Agustus
Februari
Agustus
Februari
Agustus
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
6 688,57
6 519,30
6 817,97
6 741,16
7 263,01
7 129,58
717,97
638,03
704,42
758,74
797,15
750,37
5 970,60
5 881,27
6 113,55
5 982,42
6 465,86
6 379,21
12 965,27
13 034,60
13 067,42
12 565,34
12 537,38
12 238,20
Berusaha sendiri
2 905,10
2 756,80
3 027,84
3 036,27
3 143,32
2 885,63
Berusaha dibantu buruh tidak tetap
3 975,32
3 962,63
3 773,51
3 837,91
3 509,12
3 657,15
Pekerja bebas
2 400,36
2 450,63
2 527,54
2 514,73
2 592,27
2 659,22
Pekerja keluarga/tak dibayar
3 684,48
3 864,53
3 738,55
3 176,44
3 292,68
3 036,20
19 653,84
19 553,91
19 885,39
19 306,51
19 800,39
19 367,78
(1)
Kegiatan Formal: Berusaha dibantu buruh tetap Buruh/Karyawan Kegiatan Informal:
Jumlah Catatan:
1 2
Februari – Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang proyeksi penduduk Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014 – Agustus 2015 menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk
Terdapat hal yang menarik pada kelompok kegiatan formal pada Tabel 3. Pada Agustus 2015 terjadi penurunan jumlah mereka yang bekerja sebagai pengusaha yang dibantu oleh buruh tetap/dibayar, yaitu sebanyak 8,37 ribu orang yang besar kemungkinannya karena terdampak oleh kondisi Berita Resmi Statistik No. 78/11/35/Th.XIII, 5 November 2015
5
perekonomian yang sedikit lesu beralih profesi atau tidak lagi menggunakan buruh dalam usahanya tersebut. Tapi di sisi lain, terdapat penambahan jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai sebanyak 6,63 persen atau sekitar 396 ribu orang. Kondisi ini dapat memberikan gambaran bahwa pada Agustus 2015 selain berkurangnya beberapa orang pengusaha yang dalam usahanya mempekerjakan buruh/karyawan/pegawai, ternyata terdapat juga investasi masuk yang cukup banyak menyerap tenaga kerja buruh/karyawan/pegawai. Tentunya hal ini bisa menjadi indikasi awal tentang iklim investasi di Jawa Timur yang menjanjikan karena tersedianya tenaga kerja yang cukup.
4. Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja Seperti telah dijelaskan sebelumnya, penduduk yang bekerja terbagi ke dalam dua kelompok besar jika ditinjau dari jumlah jam kerjanya selama satu minggu. Mereka yang bekerja 35 jam atau lebih setiap minggunya dikategorikan sebagai Pekerja penuh waktu (full time worker). Di Jawa Timur, jumlah penduduk yang bekerja dalam kategori ini pada Agustus 2015 mengalami peningkatan menjadi 13,12 juta orang jika dibandingkan kondisi Agustus 2014 yang mencapai 12,82 juta orang. Sedangkan mereka yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu dikategorikan sebagai Pekerja tidak penuh (part time worker). Di Jawa Timur, pada Agustus 2015 masih terdapat 32,24 persen pekerja atau sekitar 6,24 juta pekerja yang memiliki jumlah jam kerja kurang dari 35 jam. Dengan semakin meningkatnya jumlah pekerja yang bekerja secara penuh tentu diharapkan akan berimbas kepada tingkat kesejahteraan para pekerja tersebut.
Tabel 4. Penduduk Jawa Timur Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja per Minggu (ribu orang), 2012 – 2014 Jumlah Jam Kerja per Minggu (1)
Catatan:
1 2 3
2013 1
2014 2
2015 2
Februari
Agustus
Februari
Agustus
Februari
Agustus
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1–7
265,46
324,40
322,96
267,76
360,13
259,27
8 – 14
1 093,96
1 203,13
1 129,59
1 055,16
1 073,40
1,045,50
15 – 24
2 389,70
2 520,97
2 362,49
2 407,32
2 308,86
2,365,85
25 – 34
2 803,08
2 423,56
2 827,62
2 754,29
2 670,30
2,573,77
1 – 34
6 552,18
6 472,06
6 632,66
6 481,53
6 412,70
6 244,39
≥ 35 3
13 101,66
13 081,85
13 252,73
12 824,98
13 387,70
13,123,39
Jumlah
19 653,84
19 553,91
19 885,39
19 306,51
19 800,39
19 367,78
Februari – Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang proyeksi penduduk Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014 – Agustus 2015 menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk Termasuk sementara tidak bekerja
Berita Resmi Statistik No. 78/11/35/Th.XIII, 5 November 2015
6
Grafik 1. Penduduk Jawa Timur Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja per Minggu, 2012 – 2014
1,000
,8000
66,66209
66,90145
66,64556
66,42827
67,61328
67,75888
33,33791
33,09855
33,35444
33,57173
32,38672
32,24112
,6000
,4000
,2000
,000
Februari 2013
Agustus 2013
Februari 2014
< 35 Jam
Agustus 2014
Februari 2015
Agustus 2015
0 dan ≥ 35
5. Penduduk yang Bekerja Menurut Pendidikan Dilihat berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk Jawa Timur yang bekerja pada Agustus 2015, sebagaimana disajikan pada Tabel 5, terlihat bahwa proporsi penduduk relatif sama dari tahun ke tahun. Proporsi terbesar masih didominasi oleh pekerja yang hanya memiliki tingkat pendidikan tertinggi SD ke bawah. Pada Agustus 2014, jumlah penduduk yang bekerja dengan tingkat pendidikan SD ke bawah di Jawa Timur tercatat sebanyak 49, 22 persen dari keseluruhan penduduk yang bekerja atau sebanyak 9,53 juta orang. Namun demikian, terlihat bahwa kondisi ini terus membaik di mana proporsi penduduk yang bekerja dengan tingkat pendidikan SD ke bawah di Jawa Timur terus berkurang dan bergeser kepada mereka yang berpendidikan menengah hingga universitas.
Tabel 5. Penduduk Jawa Timur Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (ribu orang), 2012 – 2014 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
2013 1
2014 2
2015 2
Februari
Agustus
Februari
Agustus
Februari
Agustus
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
10 486,88
10 584,51
10 338,17
10 291,57
9 969,19
9 533.05
Sekolah Menengah Pertama
3 380,88
3 492,88
3 477,58
3 283,78
3 415,28
3 565.78
Sekolah Menengah Atas
2 501,09
2 517,33
2 544,44
2 541,40
2 740,32
2 807.09
Sekolah Menengah Kejuruan
1 698,28
1 606,84
1 682,88
1 721,67
1 933,14
1 816.37
344,36
266,55
357,07
293,66
308,29
300.02
1 242,85
1 085,80
1 485,24
1 174,43
1 434,17
1 345.47
19 653,84
19 553,91
19 885,39
19 306,51
19 800,39
19 367,78
(1)
SD ke Bawah
Diploma I/II/III Universitas Jumlah Catatan:
1 2
Februari – Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang proyeksi penduduk Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014 – Agustus 2015 menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk
Berita Resmi Statistik No. 78/11/35/Th.XIII, 5 November 2015
7
Mereka yang berpendidikan sekolah menengah baik menengah pertama maupun menengah atas, pada Agustus 2015 meningkat menjadi 6,37 juta orang dari semula 5,83 juta pada Agustus 2014. Proporsi pekerja yang berpendidikan sekolah menengah kejuruan pun semakin meningkat dari semula 8,92 persen pada Agustus 2014 menjadi 9,38 persen pada Agustus 2015. Begitu pula halnya dengan penduduk Jawa Timur yang bekerja dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan pada tingkat Universitas meningkat menjadi 1,35 juta orang dibanding pada Agustus 2014 yang mencapai 1,17 juta orang. Tentunya hal ini cukup menggembirakan karena menunjukkan adanya perbaikan kualitas tenaga kerja di Jawa timur, walaupun pergerakannya masih harus terus ditingkatkan dengan mendorong penduduk usia kerja agar menunda untuk terjun ke pasar kerja dan memprioritaskan pendidikannya hingga ke jenjang yang paling tinggi.
6. Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Sebagaimana dijelaskan di bagian awal, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2014 mengalami kenaikan menjadi 4,47 persen. Dilihat berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh mereka yang berstatus menganggur, terlihat bahwa TPT tertinggi terdapat pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan, yaitu 11,74 persen. Hal ini tentunya perlu menjadi perhatian di tengah didorongnya para pelajar untuk mengikuti pendidikan kejuruan ini dengan harapan bisa lebih mudah memperoleh pekerjaan. Keadaan ini dapat disebabkan karena adanya ketidaktepatan informasi antara kebutuhan penyedia lapangan kerja dengan pihak pendidikan yang bertugas menyiapkan skill atau keahlian dari para siswa sekolah kejuruan ini agar tidak terjadi apa yang dilatihkan/diajarkan, ternyata tidak dibutuhkan oleh penyedia pekerjaan. Sedangkan TPT pada tingkat SD ke bawah cenderung rendah, seperti TPT pada Agustus 2015 untuk jenjang ini hanya sebesar 1,39 persen dikarenakan mereka yang berpendidikan rendah cenderung tidak akan memilih pekerjaan sehingga akan melakukan pekerjaan apa saja asalkan dapat memperoleh pendapatan.
Tabel 6. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Jawa Timur Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (persen), 2012 – 2014 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
2013 1
2014 2
2015 2
Februari
Agustus
Februari
Agustus
Februari
Agustus
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
SD ke Bawah
1,89
2,03
2,45
1,71
2,14
1,39
Sekolah Menengah Pertama
6,36
5,62
5,06
5,73
6,00
4,43
Sekolah Menengah Atas
6,86
7,87
8,22
7,46
6,59
8,73
Sekolah Menengah Kejuruan
6,31
10,43
6,55
10,53
8,47
11,74
Diploma I/II/III
2,61
4,25
3,73
4,27
6,17
8,11
Universitas
5,21
3,30
1,85
3,61
4,23
4,99
3,95
4,30
4,02
4,19
4,31
4,47
(1)
Jumlah Catatan:
1 2
Februari – Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang proyeksi penduduk Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014 – Agustus 2015 menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk
Berita Resmi Statistik No. 78/11/35/Th.XIII, 5 November 2015
8
BPS PROVINSI JAWA TIMUR Informasi lebih lanjut hubungi: DJAMAL, SE, M.Sc BIDANG STATISTIK SOSIAL KepalaTelepon BPS Provinsi Jawa : 031-8439343 Timur E-mail :
[email protected] Telopon: 031-8438873
E-mail:
[email protected]
Berita Resmi Statistik No. 78/11/35/Th.XIII, 5 November 2015
9