DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN
PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN PERKEBUNAN
TAHUN 2013
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012
KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Kegiatan Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman Perkebunan di Daerah tahun 2013 disusun dalam rangka memberikan acuan dan arahan pelaksanaannya kepada Dinas yang membidangi Perkebunan dan Perangkat Perlindungan Perkebunan di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sistematika Pedoman Teknis ini terdiri dari Bab I. Pendahuluan, berisi Latar Belakang, Sasaran Kegiatan, dan Tujuan; Bab II. Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan memuat tentang Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan dan Spesifikasi Teknis; Bab III. Pelaksanaan Kegiatan, berisi Ruang Lingkup, Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan, Lokasi, Jenis, Volume, dan Simpul Kritis; Bab IV. Pengadaan Barang; Bab V. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan; Bab VI. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan; Bab VII. Pembiayaan; serta Bab VIII. Penutup. Pedoman Teknis ini sebagai acuan Dinas yang membidangi Perkebunan di Provinsi/Kabupaten/ Kota dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis yang lebih spesifik berdasarkan kondisi daerah setempat.
i
Semoga Pedoman Teknis ini dapat memberi manfaat bagi pelaksanaan kegiatan di daerah sesuai dengan target dan sasaran yang direncanakan.
Jakarta,
Desember 2012
Direktur Jenderal
Ir. Gamal Nasir, MS. Nip.19560728 198603 1 001
ii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................ i DAFTAR ISI ..................................... iii DAFTAR LAMPIRAN ........................... v I.
II.
PENDAHULUAN ..........................
1
A. Latar Belakang ...................... B. Sasaran Kegiatan .................... C. Tujuan ................................
1 3 4
PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 5 A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan .............................. B. Spesifikasi Teknis ...................
5 13
PELAKSANAAN KEGIATAN .............
37
A. Ruang Lingkup ....................... B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan .............................. C. Lokasi, Jenis dan Volume ......... D. Simpul Kritis ..........................
37
IV. PENGADAAN BARANG ...................
51
III.
V.
PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN .
40 44 49
52
iii
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ..............................
54
VII. PEMBIAYAAN .............................
58
VIII. PENUTUP ..................................
59
LAMPIRAN
iv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. 2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Spesifikasi Teknis, Cara dan Waktu Aplikasi APH (Patogen Golongan Jamur) Spesifikasi Teknis, Cara dan Waktu Aplikasi APH (Patogen Golongan Nematoda) .................................. Spesifikasi Teknis, Cara dan Waktu Aplikasi APH (Golongan Parasitoid) ..... Spesifikasi Teknis, Cara dan Waktu Aplikasi Sex Feromon...................... Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Kopi Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Cengkeh...................................... Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Lada Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Pala Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Kakao......................................... Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Tebu.......................................... Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Tembakau................................... Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Kapas......................................... Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Kelapa....................................... Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Karet......................................... Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Jambu Mete.................................
60
75 78 83 103 104 105 106 107 108 110 111 112 114 114
v
16. 17. 18. 19. 20.
21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT Kopi.................... Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT Cengkeh.............. Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT Lada................... Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT Pala.................... Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT Kakao......................................... Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT Tebu................... Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT Tembakau............. Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT Kapas.................. Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT Kelapa................. Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT Karet................... Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT Jambu Mete........... Jenis dan Volume Komponen Demplot Pengendalian OPT Kopi.................... Jenis dan Volume Komponen Demplot Pengendalian OPT Lada.................... Jenis dan Volume Komponen Demplot Pengendalian OPT Karet...................
115 116 117 118
119 120 121 122 123 125 126 127 128 129
vi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luas areal perkebunan di Indonesia sampai dengan tahun 2011 diperkirakan sekitar 21,21 juta ha dan yang diusahakan oleh rakyat sekitar 70 % dari total areal perkebunan. Produktivitas rata-rata tanaman masih rendah yaitu sekitar 58 % dari potensi. Rendahnya produktivitas tersebut antara lain salah satunya disebabkan oleh adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang dapat mengakibatkan terjadinya kehilangan hasil dan penurunan kualitas produk. Kerugian akibat serangan OPT pada 13 komoditas perkebunan yaitu kelapa, kelapa sawit, karet, kopi, pala, kakao, jambu mete, cengkeh, lada, tebu, teh, tembakau dan kapas pada tahun 2011 diperkirakan sekitar Rp. 2,43 trilyun. Hama PBK, penyakit VSD, dan busuk buah pada kakao; Penggerek Buah pada Kopi (PBKo); Penyakit Busuk Pangkal Batang dan ganggang pirang pada lada; Jamur Akar Putih dan KAS pada karet; hama Sexava sp, Oryctes sp, Brontispa sp, tungau (Aceria sp. dan penyakit busuk pucuk pada kelapa; Hama Helopeltis sp, Jamur Akar Putih dan Jamur Akar Coklat pada jambu mete; Hama 1
Ulat Api dan Penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp) pada kelapa sawit; Hama Uret, Tikus, penggerek batang dan pucuk pada tebu; Hama Spodoptera sp. dan penyakit lanas Phytophthora sp. Pada tembakau; penyakit layu bakteri, budok dan nematode pada nilam; hama penggerek buah Helicoverpa sp., wereng daun Sundapteryx sp. dan Spodoptera sp. Pada kapas; hama Helopeltis sp. dan penyakit cacar daun pada teh; hama penggerek batang Nothopeus sp. dan penyakit BPKC pada cengkeh; penggerek batang dan penyakit busuk pangkal batang pada pala, masih menjadi ancaman dalam upaya peningkatan produktivitas dan mutu hasil. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887/Kpts/07.210/9/97, tentang Pedoman Pengendalian OPT, bahwa Perlindungan Tanaman dilaksanakan dengan menerapkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pengendalian hama dan penyakit masih belum optimal karena luas areal yang harus dikendalikan jauh lebih luas dibandingkan dengan luas areal yang dikendalikan. Selain itu masih rendahnya kesadaran petani untuk melakukan pengendalian secara swadaya dan belum diterapkannya prinsip pengendalian hama terpadu secara konsisten di tingkat lahan usahatani. Untuk meningkatkan efektifitas 2
pengendalian maka kegiatan pengendalian OPT diupayakan dilakukan pada pusat-pusat serangan atau areal yang memiliki potensi untuk menjadi sumber serangan. Pengendalian harus dilakukan secara serentak pada areal yang relatif kompak, dilakukan secara berulang sehingga mampu menurunkan tingkat serangan dan menumbuhkan kesadaran bagi petani untuk melakukan kegiatan pengendalian secara mandiri. Untuk meminimalkan kerugian hasil akibat serangan OPT pada tahun anggaran 2013 Direktorat Jenderal Perkebunan mengalokasikan dana APBN Tugas Pembantuan (TP) untuk kegiatan pengendalian OPT pada tanaman tahunan di 19 provinsi; pengendalian OPT pada tanaman semusim di 11 provinsi; dan pengendalian OPT pada tanaman rempah dan penyegar di 10 provinsi. Kegiatan pengendalian tersebut meliputi persiapan, sosialisasi, pelaksanaan, pembinaan, monitoring dan evaluasi, serta konsultasi ke pusat. B. Sasaran Kegiatan Sasaran kegiatan pengendalian OPT tanaman perkebunan pada tahun 2013 adalah terkendalinya serangan OPT seluas 14.855 Ha atau penurunan luas serangan OPT 1 (satu) persen sehingga dapat mendukung 3
peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan. C. Tujuan Tujuan kegiatan pengendalian OPT tanaman perkebunan adalah untuk mengendalikan OPT tanaman perkebunan pada pusat-pusat serangan agar terkendali dan meluas terhadap areal lainnya.
4
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan 1. Pendekatan Umum Prinsip pendekatan umum meliputi hal yang bersifat administratif dan manajemen kegiatan. 1.1 SK Tim Pelaksana Kegiatan a. Penetapan SK Tim Pelaksana Kegiatan oleh Kepala Dinas/KPA paling lambat 1 (satu) minggu setelah diterimanya penetapan Satker dari Menteri Pertanian. b. Penanggung jawab dan pelaksana kegiatan pengendalian OPT tanaman perkebunan untuk TP provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi. c. Penanggung jawab dan pelaksana kegiatan pengendalian OPT tanaman perkebunan untuk TP kabupaten/kota ditetapkan oleh Kepala Dinas kabupaten/kota.
5
1.2 Rencana kerja Rencana kerja pelaksanaan masingmasing kegiatan disusun paling lambat 1 (satu) minggu setelah ditetapkannya SK Tim pelaksana dan mengacu kepada Pedoman Teknis dari Ditjen Perkebunan. 1.3 Juklak, Juknis Penyelesaian Juklak/Juknis untuk kegiatan TP Provinsi/Kabupaten/Kota paling lambat 2 (dua) minggu setelah ditetapkannya SK Tim pelaksana dan mengacu kepada Pedoman Teknis dari Ditjen Perkebunan. 1.4 Revisi Pengajuan revisi kegiatan paling lambat bulan Februari 2013 dan diajukan oleh KPA masing-masing Satker. 1.5 Koordinasi dan Sosialisasi Koordinasi dilakukan oleh pelaksana dengan BBP2TP Medan, Surabaya, Ambon dan BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja), dan Dinas Kabupaten Kota dimana terdapat lokasi kegiatan dilaksanakan. Sedangkan sosialisasi dilaksanakan kepada petani calon lokasi kegiatan pengendalian/pihak terkait. 6
1.6 Pelelangan/pengadaan Pelelangan/pengadaan dilaksanakan sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan kontrak diupayakan ditandatangani paling lambat bulan Maret 2013. Pengadaan sarana pendukung perlindungan tidak dapat digabungkan dengan pengadaan sarana produksi lainnya. 1.7 Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi dilakukan selama kegiatan berlangsung minimal 2 (dua) kali disesuaikan dengan sumber daya yang ada. 1.8 Laporan a. Laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan disampaikan sesuai dengan jadual dan form Pedoman SIMONEV. b. Laporan akhir kegiatan disampaikan ke pusat paling lambat 2 (dua) minggu setelah kegiatan selesai dan tidak melewati bulan Desember 2013.
7
2. Prinsip Pendekatan Teknis 2.1 Pengendalian Perkebunan
OPT
Tanaman
a. CP/CL 1) Calon petani peserta pengendalian tergabung dalam kelompok tani yang aktif. 2) Calon lokasi pengendalian OPT merupakan satu hamparan yang relatif kompak dengan tingkat serangan yang masih dapat dikendalikan/dipulihkan. 3) CP/CL untuk kegiatan TP Provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. 4) CP/CL untuk kegiatan TP Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan. b. Sosialisasi kepada petani dan pihak terkait lainnya dilakukan sebelum pelaksanaan pengendalian.
8
c. Pengamatan 1) Pengamatan awal dilakukan sebelum pelaksanaan pengendalian untuk melihat kondisi atau rona awal (produktivitas tanaman, kondisi tanaman dan keadaan OPT, serta teknik pengendalian yang pernah dilakukan) dari kebun yang akan dikendalikan. 2) Pengamatan akhir dilakukan setelah pelaksanaan pengendalian sesuai dengan kondisi teknis efikasi bahan pengendali yang digunakan (kondisi tanaman dan keadaan OPT). 3) Pengamatan dilakukan oleh petugas lapangan bersama dengan petani dari setiap kegiatan pengendalian OPT. d. Bahan Pengendali 1) Agens pengendali hayati /APH yang digunakan adalah cendawan patogen, parasitoid, nematoda, pestisida nabati. Penggunaan APH skala terbatas untuk perkebunan rakyat 9
diprioritaskan APH spesifik lokasi yang sudah mendapat rekomendasi dari Puslit/Balit/ Perti/Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan, Surabaya, Ambon dan Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Pontianak. 2) Pestisida sintetis dan feromon yang digunakan telah mendapat ijin dari Menteri Pertanian. e. Penerapan PHT yaitu memadukan cara dan teknik pengendalian OPT sesuai kondisi daerah masing-masing, aman terhadap lingkungan, ekonomis, dan diterima secara sosial dan budaya. f. Waktu pelaksanaan pengendalian disesuaikan dengan karakter komoditas dan serangan OPT masing-masing. 2.2 Demplot Pengendalian OPT Demplot pengendalian OPT dilaksanakan untuk 3 (tiga) komoditi yaitu lada, kopi dan karet. Kegiatan bertujuan untuk:
10
a. Menerapkan teknologi lokal spesifik dalam penggunaan sirih sebagai batang bawah dan lada sebagai batang atas dalam pengendalian penyakit kuning dan busuk pangkal batang pada tanaman lada. b. Menerapkan teknologi pengendalian hama PBKo dengan cara kombinasi biologi, mekanis, dan sanitasi pada kebun kopi yang pernah dilakukan penyambungan kipas dan payung. c. Menerapkan teknologi lokal spesifik dengan penggunaan batang bawah dan mata okulasi tanaman karet yang tahan terhadap Kering Alur Sadap dan penyakit Jamur Akar Putih. Demplot dilaksanakan di lokasi yang mudah dijangkau dan dekat kebun rakyat/petani. Pelaksana kegiatan adalah Dinas yang membidang perkebunan Provinsi bersama Dinas Kabupaten/Kota.
11
3. Tindak Lanjut Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi perlu dilakukan tindak lanjut sebagai berikut: 3.1. Pengendalian Perkebunan
OPT
Tanaman
a. Kelompok tani yang telah melaksanakan pengendalian OPT diharapkan agar melanjutkan pengendalian secara rutin, mandiri dan menyebarluaskan teknologi pengendalian OPT kepada petani disekitarnya. b. Petani agar melakukan pengamatan kebunnya secara rutin dalam rangka membangun sistem peringatan dini. Pengendalian OPT agar dilakukan sejak dini berdasarkan pengamatan dan jangan menunggu sampai terjadi eksplosi. c. Petugas perlindungan dinas kabupaten/kota agar melakukan pengawalan/pendampingan secara intensif kepada petani.
12
d. Dinas kabupaten/kota diharapkan melakukan upaya yang dapat mendorong petani mau melaksanakan pengendalian OPT secara mandiri. 3.2. Demplot Pengendalian OPT Demplot pengendalian OPT dilaksanakan secara multi years (3 tahun). Provinsi pelaksana demplot diharapkan melanjutkan dan mengembangkan hasil demplot di wilayah binaan. Petugas melakukan pencatatan/evaluasi perkembangan demplot dan petani melakukan pemeliharaan demplot. B. Spesifikasi Teknis 1. Kriteria 1.1. Pengendalian Perkebunan Kriteria berikut:
OPT
pengendalian
Tanaman sebagai
a. Luas pengendalian OPT minimal 25 ha/kelompok tani dengan perhitungan populasi tanaman sesuai standar baku.
13
b. Calon lokasi merupakan satu hamparan yang relatif kompak dengan kondisi tanaman terserang OPT yang masih dapat dipulihkan. c. Calon petani/kelompok tani peserta pengendalian tergabung dalam kelompok tani yang aktif. d. Metode pengendalian OPT yang digunakan mengacu pada rekomendasi Puslit/Balit/Perti/ BBP2TP Medan, Surabaya, Ambon dan BPTP Pontianak atau pedoman pengenalan dan pengendalian OPT yang diterbitkan Direktorat Jenderal Perkebunan. 1.2. Demplot Pengendalian OPT a. Demplot dilaksanakan pada satu hamparan yang kompak minimal seluas 1 (satu) hektar. b. Demplot mudah dijangkau dan dekat dengan sumber air. c. Demplot berada pada daerah endemi penyakit busuk pangkal batang pada lada/penyakit JAP dan KAS pada karet/hama PBKo pada kopi.
14
2. Metode 2.1. Pengendalian Perkebunan
OPT
Tanaman
a. Pengendalian OPT Kopi Pengendalian OPT pada tanaman kopi (hama PBKo) dilaksanakan secara serentak dan massal pada kelompok tani pelaksana dengan menerapkan PHT, antara lain: 1) Mekanis melalui petik bubuk, lelesan, dan rampasan. 2) Kultur teknis melalui sanitasi dan pengaturan naungan, pemangkasan dan pemupukan dengan menggunakan pupuk organik sebanyak 250 kg/hektar. 3) Biologis dengan aplikasi Beauveria bassiana dengan dosis 25 kg/ha/aplikasi (dua kali aplikasi) dan atraktan sebanyak 25 set/hektar/ tahun.
15
b. Pengendalian OPT Cengkeh Pengendalian OPT pada tanaman cengkeh dilaksanakan secara serentak dan massal pada kelompok pelaksana pengendalian dengan menerapkan PHT antara lain: 1) Hama penggerek batang (Nothopeus sp. dan Hexamitodera sp.) adalah : a) Kultur Teknis - Sanitasi kebun - Pemupukan b) Mekanis dengan cara : - Pada tanaman yang terserang berat dan tidak ekonomis untuk dipulihkan dilakukan eradikasi. c) Kimiawi - Memasukkan insektisida berbahan aktif carbofuran atau asefat ke dalam lubang gerekan yang masih aktif.
16
2) Penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC) adalah : a) Kultur Teknis - Sanitasi kebun - Pemupukan b) Mekanis - Tananam cengkeh yang terserang berat dilakukan eradikasi dengan cara ditebang dan dibakar untuk mengurangi sumber inokulum. - Membersihkan alat-alat pertanian yang telah digunakan di areal tanaman terserang, sebelum digunakan pada tanaman sehat. c) Kimiawi Melakukan infuse batang dengan antibiotik yang telah terdaftar pada Komisi Pestisida. 3) Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidophorus lignosus) adalah : a) Kultur Teknis - Membersihkan tanaman (tunggul).
sisa
17
- Pengendalian disekitar tanaman - Perbaikan drainase.
gulma piringan saluran
b) Mekanis - Penjarangan tanaman - Membongkar mati/tumbang.
tanaman
c) Bioligis Aplikasi Trichoderma sp. Dengan dosis 100 g/pohon diulang 2 (dua) kali Aplikasi diiringi dengan pemberian pupuk organik dengan dosis 400 kg/hektar. Aplikasi pestisida nabati sebanyak 2 l/hektar. c. Pengendalian OPT Lada Pengendalian OPT pada tanaman lada dilaksanakan secara serentak dan massal pada kelompok pelaksana pengendalian dengan menerapkan PHT antara lain :
18
1) Penyakit busuk pangkal batang (BPB) pada tanaman lada a) Kultur Teknis, dengan cara : - Membuat parit isolasi di sekeliling tanaman terserang. - Melakukan sanitasi kebun dan tidak melakukan penyiangan secara bersih (terbatas disekeliling piringan tanaman lada). - Melakukan pemupukan berimbang sesuai jenis dan dosis yang dianjurkan. b) Mekanis, dengan cara : - Memangkas sulur tanaman dekat permukaan tanah untuk menghindari penyebaran spora oleh percikan air hujan. - Mencabut tanaman yang terserang, kemudian dimusnahkan dengan membakar tanaman. - Memangkas tajar hidup secara teratur pada awal dan menjelang akhir musim hujan. - Membuat saluran drainase.
19
- Membersihkan alat-alat pertanian yang telah digunakan di areal tanaman terserang, sebelum digunakan pada tanaman sehat. c) Biologis Aplikasi agen hayati Trichoderma sp. dosis 20 / pohon. d) Kimiawi - Pemberian bubur bordo dengan cara diolesi di batang dengan dosis 0.5 l/pohon. - Aplikasi nematisida yang berbahan aktif karbofuran/ karbosulfan sebanyak 30kg/hektar. 2) Pengendalian penyakit kuning pada tanaman lada a) Kultur Teknis - Pembuatan parit isolasi. - Pengaturan saluran drainase agar tidak terjadi genangan air di dalam kebun.
20
- Pupuk kandang 1000 kg/hektar serta pemberian kapur sesuai anjuran. b) Mekanis - Membersihkan alat-alat pertanian yang telah digunakan di areal tanaman terserang, sebelum digunakan pada tanaman sehat. - Eradikasi tanaman terserang berat. c) Kimiawi - Penggunaan Nematisida berbahan aktif karbofuran dosis 6 kg/hektar dengan cara dibenamkan dalam piringan tanaman. - Aplikasi bubur bordeaux dosis 0,5 l/pohon dengan cara menyiramkannya didalam piringan tanaman.
21
d. Pengendalian OPT Pala Pengendalian penyakit busuk pangkal batang dan hama penggerek batang pada tanaman pala a)
b)
c)
Kultur Teknis Sanitasi melalui pemangkasan ranting/ cabang yang sakit. Mekanis Eradikasi tanaman terserang berat. Biologis Penggunaan APH cendawan Trichoderma harzianum sebanyak 300 gram/pohon pada daerah sekitar perakaran tanaman.
e. Pengendalian OPT Kakao Pengendalian hama buah kakao (PBK) a)
penggerek
Kultur Teknis - Pemangkasan - Sanitasi - Panen sering - Pemupukan (gunakan pupuk organik sebanyak 250 kg/hektar)
22
b)
Biologis Pemasangan sex feromon sebanyak 6 set/hektar.
f. Pengendalian OPT Tebu Pengendalian OPT pada tanaman tebu dilaksanakan secara serentak dan massal pada kelompok pelaksana pengendalian dengan menerapkan PHT antara lain: 1) Pengendalian Hama uret - Mekanis Pengumpulan uret pada saat pengolahan tanah. - Kultur teknis Pemupukan dengan menggunakan pupuk sesuai dengan jenis dan dosis yang dianjurkan. - Biologis Aplikasi agens pengendali hayati (Metarhizium strain Lepidiota dan atau Nematoda Entomopatogen (NEP/ Steinernema sp.).
23
- Perangkap Pemasangan perangkap imago dengan lampu petromak/neon sebanyak 5 unit per ha di sekitar pertanaman tebu. 2) Pengendalian Hama tikus - Gropyokan Penangkapan/pemburuan tikus secara serentak. - Pengumpanan/racun tikus/ pengemposan Umpan/racun tikus yang digunakan bahan aktif bromadiolon atau coumatetralyl. Pengemposan dilakukan pada lubang-lubang aktif kemudian ditutup dengan tanah/jerami/seresah. 3) Pengendalian Hama Penggerek Batang/pucuk - Biologis Pemasangan sex feromon berbahan aktif octadekenil asetat : 100% sebanyak 6-7 set/hektar.
24
g. Pengendalian OPT Tembakau 1) Penyakit Lanas - Kultur teknis Sanitasi kebun pemupukan dengan organik.
dan pupuk
- Biologis Aplikasi agens pengendali hayati Trichoderma sp./ Beauveria bassiana sebanyak 10 kg/hektar yang dilakukan sebelum transplanting bibit tembakau. Penggunaan pestisida nabati mimba sebanyak 12-15 kg/ hektar (tergantung intensitas serangan). 2) Pengendalian Grayak
Hama
Ulat
- Biologis Aplikasi agens pengendali hayati SlNPV (Spodoptera litura Nuclear Polyhydrosis Virus) dilakukan dengan cara disemprotkan - Perangkap Light trap menggunakan neon/petromak.
dengan lampu
25
h. Pengendalian OPT Kapas Pengendalian penggerek buah kapas, ulat daun dan wereng kapas. -
Kultur Teknis Penanaman jagung sebagai tanaman perangkap sebanyak 5 kg/hektar dengan cara menanam 1 baris jagung diantara 3 baris tanaman kapas.
-
Biologis Aplikasi agens pengendali hayati Beauveria bassiana sebanyak 5 kg/hektar/ aplikasi diulang sebanyak 3 kali. Aplikasi Pestisida nabati sebanyak 10 l/hektar/ aplikasi diulang sebanyak 3 kali.
26
i. Pengendalian OPT Kelapa Pengendalian OPT pada tanaman kelapa dilaksanakan secara serentak dan massal pada kelompok pelaksana pengendalian dengan menerapkan PHT antara lain: 1) Pengendalian hama Oryctes sp./Rhynchophorus sp. - Sanitasi Membersihkan kebun atau memusnahkan semua tempat perkembangbiakan Oryctes sp. seperti sisa tanaman mati, sampah-sampah, tumpukan kotoran ternak, tumpukan serbuk gergaji, dan lainnya; memotongmotong tanaman kelapa yang tumbang/mati kemudian dibakar atau ditimbun tanah. - Biologis Menggunakan jamur Metarhizium sp. pada sarang-sarang larva/ trapping (sampah-sampah daun kelapa, serbuk gergaji, serasah daun, tumpukan kotoran ternak).
27
Pemasangan feromon untuk memerangkap imago Oryctes sp./ Rhynchophorus sp. sebanyak 1-2 sachet/ha/ aplikasi dan diaplikasikan sebanyak 2 kali dalam setahun.
2) Pengendalian hama Sexava sp. - Kultur teknis Sanitasi kebun dan intercroping dengan menanam tanaman sela seperti kacang tanah, jagung dan lainnya, serta tanaman penutup tanah seperti Arachis pintoi. - Biologis Pelepasan parasitoid Leefmansia bicolor sebanyak 25 butir telur terparasit per hektar. - Kimiawi dengan menggunakan insektisida sistemik melalui infus akar.
28
3) Pengendalian hama Brontispa sp. - Mekanis Memotong janur dan diturunkan dengan tali, kemudian dikumpulkan dan dibakar untuk membunuh larva dan imago Brontispa sp. - Biologis Menggunakan Tetrastichus brontispae sebanyak 25 butir telur terparasit per hektar dan apliksi jamur Metarhizium anisopliae untuk hama Brontispa sp. sebanyak 4 kg per hektar. 4) Pengendalian hama (Aceria guerreronis)
tungau
a. Mekanis Menurunkan buah-buah terserang dari atas pohon dan mengumpulkan buahbuah kelapa terserang yang berserakan disekitar pohon. b. Kimiawi Aplikasi pestisida sistemik melalui injeksi batang/infuse akar sesuai dosis anjuran.
29
j. Pengendalian OPT Karet Pengendalian OPT pada tanaman karet dilaksanakan secara serentak dan massal pada kelompok pelaksana pengendalian dengan menerapkan PHT antara lain: 1) Pengendalian Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) - Mekanis Eradikasi tanaman terserang (membongkar dan memusnahkan tanaman yang terserang); - Sanitasi Mengumpulkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman serta melakukan pengendalian gulma; - Biologis Aplikasi agens hayati Trichoderma sp. pada tanaman yang terserang ringan dan tanaman sehat (pencegahan) dan pada bekas tanaman yang dieradikasi;
30
- Penanaman tanaman antagonis (kunyit, lengkuas, dll.) di sekeliling tanaman sehat (pencegahan) dan yang terserang ringan. 2) Pengendalian Penyakit Kering Alur Sadap (KAS) - Pemupukan sesuai dengan anjuran; - Menghentikan penyadapan berat dan pemberian stimulan yang berlebihan; - Waktu dan intensitas penyadapan sesuai anjuran dengan kedalaman sadap 11,5 mm dari kambium, ketebalan irisan sadap 1,662 mm tiap kali penyadapan, sudut kemiringan irisan sadap 30°-40° untuk bidang sadap bawah; - Mengikis/ mengerok kulit bidang sadap (Bark scrapping) yang bergejala KAS menggunakan pisau sadap hingga kedalaman 3-4 mm dari kambium pada hari pertama sadap. Teknik pengikisan sama dengan prinsip penyadapan; 31
- Segera dilakukan aplikasi dengan mengoles formula oleokimia sesuai dosis anjuran; - Penyadapan kulit sehat dapat diteruskan setelah proses pengobatan selesai, yaitu mulai hari ke 90. k. Pengendalian OPT Jambu Mete Pengendalian OPT pada tanaman jambu mete dilaksanakan secara serentak dan massal pada kelompok pelaksana pengendalian dengan menerapkan PHT antara lain: 1) Pengendalian hama Helopeltis sp. - Kultur teknis Memangkas tajuk-tajuk tanaman agar tidak terlalu rimbun sehingga cahaya matahari dapat masuk diantara sela-sela daun tanaman; pemupukan dengan pupuk organik dan anorganik dengan dosis sesuai anjuran; sanitasi dengan cara membersihkan sisa-sisa tanaman dan
32
menyiang gulma inang alternatif Helopeltis sp. - Biologis Aplikasi agens pengendali hayati (APH) Beauveria bassiana. 2) Pengendalian penyakit JAP - Kultur Teknis Eradikasi dengan cara menebang, membongkar, dan memusnahkan tanaman yang terserang; sanitasi kebun dengan cara mengumpulkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman serta melakukan pengendalian gulma; pemupukan dengan menggunakan pupuk organik dan anorganik sesuai anjuran. Aplikasi pupuk organik dilakukan bersamaan dengan APH, sedangkan aplikasi pupuk anorganik dilakukan setelah - Biologis Aplikasi agens pengendali hayati Trichoderma sp. pada tanaman yang
33
terserang ringan tanaman (pencegahan) dan bekas tanaman dieradikasi;
dan sehat pada yang
Rincian spesifikasi teknis, cara dan waktu penggunaan APH (golongan jamur dan golongan nematoda), parasitoid dan sex feromon disajikan pada Lampiran 1, 2, 3 dan 4. 2.2. Demplot Pengendalian OPT a. Demplot Pengendalian Penyakit Kuning dan BPB pada Tanaman Lada melalui Sambung Akar - Kultur Teknis Melakukan sambung akar dengan menggunakan batang bawah akar sirih dan disambung dengan batang lada sebagai batang atas. Penggunakan pupuk anorganik dengan ditambahkan zat suplemen. - Biologis Menggunakan Agen Pengendali Hayati Trichoderma sp. untuk
34
mengendalikan penyakit busuk pangkal batang. - Mekanis Memangkas pertumbuhan bagian batang bawah (tanaman sirih) yang tidak dikehendaki. - Melakukan pemeliharaan bahan tanaman yang telah dilakukan penyambungan, seperti penyiraman secara berkala, penaungan dan pemupukan sesuai standard teknis. - Menyulam tanaman yang gagal disambung (tidak tumbuh). - Mengamati dan mencatat pertumbuhan tanaman dan ekosistem setempat. b. Demplot Pengendalian Hama PBKo pada Tanaman Kopi di Kabupaten Kepahyang. - Pemangkasan; - Sanitasi; - Pemupukan; - Penggunaan APH (B.bassiana); - Pemasangan attraktan; - Pembuatan rorak;
35
c. Demplot Pengendalian penyakit JAP dan KAS pada Tanaman Karet - Persiapan lahan; - Penyediaan bibit; Bibit diambil dari sumber benih yang dihasilkan oleh petani yang telah mengembangkan teknologi penyambungan batang bawah yang tahan terhadap penyakit JAP dan batang atas yang tahan terhadap KAS serta produksi lateksnya tinggi. - Penanaman dengan tanam sesuai anjuran.
jarak
- Pemupukan dengan menggunakan pupuk organik, anorganik dan zat suplemen. - Pemeliharaan tanaman sesuai anjuran budidaya karet. - Penggunaan APH (Trichoderma sp.)
36
III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Ruang Lingkup 1. Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan (Tanaman Rempah dan penyegar, Tanaman Semusim, dan Tanaman Tahunan) a. Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan dilakukan di areal petani pekebun yang tergabung dalam kelompok tani pada komoditas kopi, lada, cengkeh, pala, kakao, karet, kelapa, jambu mete, tebu, tembakau dan kapas. b. Tahapan kegiatan pengendalian OPT tanaman perkebunan meliputi koordinasi antara Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi/ Kabupaten/Kota, penetapan CP/CL, sosialisasi pengendalian OPT, pengadaan bahan dan alat pengendali, pengamatan dan pengendalian, pendampingan serta monitoring/ evaluasi dan pelaporan.
37
c. Indikator Kinerja No 1
Indikator Input/Masukan
2
Output/Keluaran
3
Outcome/hasil
Uraian - Dana - SDM - Data dan informasi - Teknologi Terlaksananya pengendalian OPT tanaman kopi 1.210 ha, lada 845 ha, cengkeh 800 ha, pala 800 ha, kakao 3.160 ha, karet 525 ha, kelapa 4.105 ha, jambu mete 100 ha, tebu 2.960 ha, tembakau 75 ha dan kapas 275 ha. Menurunnya luas serangan OPT pada tanaman kopi 1.210 ha, lada 845 ha, cengkeh 800 ha, pala 800 ha, kakao 3.160 ha, karet 525 ha, kelapa 4.105 ha, jambu mete 100 ha, tebu 2.960 ha, tembakau 75 ha dan kapas 275 ha.
38
2. Demplot Pengendalian OPT a. Demplot pengendalian OPT tanaman lada, kopi, dan dilakukan di kebun petani
pada karet
b. Tahapan kegiatan demplot pengendalian OPT tanaman perkebunan meliputi koordinasi antara Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi/ Kabupaten/Kota, penetapan lokasi demplot pengendalian, pengadaan sarana produksi klon unggulan lokal yang tahan terhadap OPT dan mempunyai produktivitas tinggi, pupuk, bahan untuk memperbaiki kesuburan tanah, APH dan pompa air), pengamatan dan pemeliharaan tanaman, pendampingan serta monitoring/ evaluasi dan pelaporan.
39
c. Indikator Kinerja No 1
Indikator Input/Masukan
2
Output/Keluaran
3
Outcome/hasil
Uraian - Dana - SDM - Data dan informasi - Teknologi Terlaksananya demplot pengendalian Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Lada, PBKo pada kopi, Penyakit JAP dan KAS pada karet. - Tersosialisasinya teknologi pengendalian hama PBKo pada kopi, Penyakit JAP dan KAS pada karet. - Diperolehnya rekomendasi teknologi pengendalian Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Lada.
B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan 1. Pelaksana dan penanggung jawab kegiatan pengendalian OPT untuk TP provinsi adalah dinas provinsi yang membidangi perkebunan dan untuk TP
40
kabupaten adalah dinas kabupaten yang membidangi perkebunan. Sedangkan untuk kegiatan Demplot pengendalian OPT pada tanaman lada, kopi, dan karet adalah Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. 2. Dinas yang membidangi perkebunan provinsi/kabupaten/kota dalam melaksanakan kegiatan agar berkoordinasi dengan BBP2TP Medan, Surabaya, Ambon dan BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan pihakpihak terkait lainnya. 3. Kewenangan dan tanggung jawab : 3.1 Direktorat Perkebunan.
Perlindungan
a. Menyiapkan Terms of Reference (TOR) dan Pedoman Teknis; b. Melakukan pembinaan, evaluasi. 3.2 Dinas Provinsi perkebunan
bimbingan, monitoring dan yang
membidangi
a. Menetapkan Tim Pelaksana kegiatan pengendalian OPT/ demplot pengendalian OPT perkebunan tingkat provinsi; b. Melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Perkebunan, 41
BBP2TP Medan, Surabaya, Ambon dan BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan, serta institusi terkait lainnya; c. Membuat Petunjuk Pelaksanaan untuk kegiatan pengendalian OPT/Demplot pengendalian OPT perkebunan; d. Melakukan verifikasi CP/CL bersama Dinas Kabupaten atas biaya TP Provinsi; e. Menetapkan pengendalian pengendalian Provinsi;
CP/CL kegiatan OPT/demplot OPT untuk TP
f. Melakukan pengawalan, pembinaan, monitoring dan evaluasi, berkoordinasi dengan Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan setempat; g. Sosialisasi kegiatan pengendalian OPT/demplot pengendalian OPT bersama-sama Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan;
42
h. Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan pengendalian OPT/demplot pengendalian OPT ke Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan. 3.3 Dinas Kabupaten/Kota membidangi perkebunan
yang
a. Menetapkan Tim Pelaksana kegiatan pengendalian OPT untuk TP kabupaten; b. Melakukan koordinasi dengan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan, BBP2TP Medan, Surabaya, Ambon dan BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja), Direktorat Jenderal Perkebunan, dan pihak terkait lainnya; c. Membuat juknis kegiatan pengendalian OPT perkebunan; d. Melakukan verifikasi penetapan CP/CL;
dan
e. Melakukan sosialisasi, pembinaan dan monev kegiatan pengendalian OPT perkebunan; f. Menyampaikan pelaksanaan
laporan kegiatan
43
pengendalian OPT ke Dinas Provinsi dan Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan. 3.4 Kelompok Tani/Petani : a. Mengikuti sosialisasi pengendalian OPT/demplot pengendalian OPT; b. Melakukan seluruh tahapan kegiatan pengendalian OPT/ demplot pengendalian OPT; C. Lokasi, Jenis dan Volume 1. Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan (Tanaman Rempah dan penyegar, Tanaman Semusim, dan Tanaman Tahunan) 1.1 Pengendalian OPT Kopi Kegiatan pengendalian OPT kopi seluas 1.210 ha, di 7 provinsi, 12 kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 5. 1.2 Pengendalian OPT Cengkeh Kegiatan pengendalian OPT tanaman cengkeh seluas 800 ha di 4 provinsi 7 44
kabupaten. Data rincian disajikan pada Lampiran 6.
lokasi
1.3 Pengendalian OPT Lada Kegiatan pengendalian OPT pada lada seluas 845 ha di 5 provinsi 11 kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 7. 1.4 Pengendalian OPT Pala Kegiatan pengendalian OPT pada pala seluas 800 ha di 5 provinsi 8 kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 8. 1.5 Pengendalian OPT Kakao Kegiatan pengendalian OPT pada kakao seluas 3.160 ha di 6 provinsi 11 kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 9. 1.6 Pengendalian OPT Tebu Kegiatan pengendalian OPT pada tanaman tebu seluas 2.960 ha di 8 Provinsi 19 Kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 10.
45
1.7 Pengendalian OPT Tembakau Kegiatan pengendalian OPT pada tanaman tembakau seluas 75 ha di 3 Provinsi 3 kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 11. 1.8 Pengendalian OPT Kapas Kegiatan pengendalian OPT tanaman kapas seluas 275 ha di 7 provinsi 11 kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 12. 1.9 Pengendalian OPT Kelapa Kegiatan pengendalian OPT tanaman kelapa seluas 4.105 14 Provinsi 24 Kabupaten. rincian lokasi disajikan Lampiran 13.
pada ha di Data pada
1.10 Pengendalian OPT Karet Kegiatan pengendalian OPT pada tanaman karet seluas 525 ha di 6 provinsi 7 kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 14.
46
1.11 Pengendalian OPT Jambu Mete Kegiatan pengendalian OPT pada tanaman jambu mete seluas 100 ha di Provinsi Bali (Kabupaten Karangasem). Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 15. 2.
Jenis dan Volume Kegiatan Komponen biaya kegiatan pengendalian OPT tanaman perkebunan meliputi : Upah/honor pengendalian, sosialisasi, pengadaan bahan, pengadaan alat, pembinaan, monitoring dan evaluasi serta konsultasi. Rincian jenis dan volume kegiatan disajikan pada Lampiran 16,17,18,19, 20,21,22,23,24,25 dan 26.
3.
Demplot Pengendalian OPT Perkebunan 3.1 Demplot Pengendalian Penyakit Kuning dan BPB pada Tanaman Lada. Kegiatan demplot pengendalian OPT lada seluas 1 ha di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Kabupaten Bangka).
47
3.2 Demplot Pengendalian penyakit JAP dan KAS pada Tanaman Karet. Kegiatan demplot pengendalian OPT karet seluas 1 ha di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Kabupaten Bangka Barat). 3.3 Demplot Pengendalian Hama PBKo pada Tanaman Kopi. Kegiatan demplot pengendalian OPT kopi seluas 1 ha di Provinsi Bengkulu (Kabupaten Kepahyang). Luasan kegiatan demplot pengendalian OPT di masing-masing provinsi dan kabupaten seperti pada tabel berikut : No 1. 2. 3.
Provinsi Bangka Belitung Bangka Belitung Bengkulu
Kabupaten Bangka
Vol 1
Satuan Unit
Komoditi Lada
Bangka Barat Kepahyang
1
Unit
Karet
1
Unit
Kopi
Uraian kegiatan dan volume demplot pengendalian OPT disajikan pada Lampiran 27, 28 dan 29.
48
D. Simpul Kritis Simpul Kritis Pengendalian OPT dan Demplot Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan sebagai berikut : a. Penetapan SK pelaksana kegiatan terlambat, sehingga pelaksanaan kegiatan tidak tepat waktu sesuai target. SK pelaksana kegiatan ditetapkan paling lambat seminggu setelah diterimanya Pedoman Teknis. b. Terlambatnya pengusulan revisi, sehingga pelaksanaan kegiatan tidak tepat waktu sesuai target. Penelaahan dan usulan revisi agar dilakukan sejak awal setelah diterimanya Pedoman Teknis, paling lambat bulan Februari 2013. c.
Terlambatnya penyusunan juklak dan juknis, sehingga pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Dinas agar segera menyusun juknis/juklak paling lambat dua minggu setelah diterimanya Pedoman Teknis.
d. Penetapan CP/CL tidak akurat sehingga terjadi revisi CP/CL atau tetap dilaksanakan pada CP/CL yang tidak tepat yang mengakibatkan pelaksanaan pengendalian terlambat/ tidak tepat sasaran. Verifikasi penetapan CP/CL dilakukan secara bersama antara dinas 49
provinsi dengan dinas kabupaten sebelum pengusulan kegiatan. e. Terlambatnya pengadaan bahan dan alat pengendalian akibat proses lelang/pengadaan sehingga aplikasi tidak tepat waktu. Lelang/pengadaan bahan pengendalian dilakukan awal tahun dan penyediaan bahan pengendalian disesuaikan dengan spesifikasi teknis pelaksanaan aplikasi di lapangan.
50
IV.
PENGADAAN BARANG Pengadaan barang dan jasa kegiatan Perlindungan Perkebunan untuk dana Tugas Perbantuan (TP) Direktorat Jenderal Perkebunan mengacu kepada Perpres No 70 tahun 2012. Semua kegiatan pengadaan barang dan jasa yang melalui proses tender, pelaksanaan dan penetapan pemenang harus sudah selesai paling lambat pada bulan Maret 2013.
51
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dana TP Provinsi/kabupaten/ Kota dilakukan secara terencana dan terkoordinasi dengan unsur penanggung jawab kegiatan di Pusat, BBP2TP/BPTP Pontianak, dan pihak terkait lainnya. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan diutamakan pada tahapan yang menjadi simpul-simpul kritis kegiatan yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dilakukan koordinasi secara berjenjang sesuai dengan tugas fungsi dan kewenangan masing-masing unit pelaksana kegiatan. Sasaran kegiatan pembinaan, pengendalian, dan pengawalan meliputi pelaksana kegiatan (Man), pembiayaan (Money), Metode, dan bahan-bahan yang dipergunakan (Material). Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan harus dapat memberikan rekomendasi, dan solusi terhadap permasalahan dalam proses pelaksanaan kegiatan sehingga mampu mengakselerasi
52
pencapaian target, tujuan kegiatan yang ditetapkan.
dan
sasaran
B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan minimal dilaksanakan satu kali pada setiap jenis kegiatan yang dilaksanakan. Waktu pelaksanaan kegiatan hendaknya selalu di koordinasikan dengan pusat, provinsi dan kabupaten/kota sehingga pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan menjadi lebih efektif dan efisien. Kegiatan pendampingan dilakukan oleh petugas di tingkat lapangan mencakup persiapan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. Direktorat Perlindungan Perkebunan melakukan pembinaan dan pengawalan kegiatan pengendalian OPT dan demplot pengendalian OPT tanaman perkebunan Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat provinsi dan kabupaten/kota melakukan pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan kegiatan Perlindungan Perkebunan tingkat provinsi, kabupaten/kota.
53
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Monitoring Monitoring ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai pada setiap kegiatan. Monitoring dilaksanakan oleh petugas Dinas yang membidangi perkebunan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota pada wilayah kerja masing-masing. Pelaksanaan monitoring minimal satu kali selama kegiatan berlangsung. B. Evaluasi Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui ketepatan/kesesuaian pelaksanaan kegiatan dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan yang direncanakan serta realisasi/penyerapan anggaran. Hasil evaluasi sebagai umpan balik perbaikan pelaksanaan selanjutnya. Evaluasi dilakukan oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan, serta Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi pada wilayah kerja masing-masing. C. Pelaporan Setiap kegiatan didokumentasikan dalam bentuk laporan tertulis sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan.
54
Laporan dibuat oleh pelaksana kegiatan dan dilaporkan secara berjenjang kepada penanggung jawab/pembina kegiatan mengacu kepada pedoman outline penyusunan laporan dan SIMONEV serta bentuk laporan lainnya sesuai dengan kebutuhan. 1. Jenis Laporan : 1.1 Laporan Mingguan Laporan Mingguan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap minggu berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan setiap minggu hari Jum’at. 1.2 Laporan Bulanan Laporan Bulanan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap bulan berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan paling lambat tanggal 5 pada bulan berikutnya. 1.3 Laporan Triwulan Laporan Triwulan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap triwulan dan disampaikan setiap triwulan kepada Direktorat Jenderal 55
Perkebunan, paling lambat tanggal 5 pada bulan pertama triwulan berikutnya. 1.4 Laporan Akhir Laporan Akhir merupakan laporan keseluruhan pelaksanaan kegiatan, setelah seluruh rangkaian kegiatan selesai dilaksanakan. Laporan akhir disampaikan kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan, paling lambat 2 minggu setelah kegiatan selesai. Laporan disampaikan melalui surat dan e-mail 2. Out Line Laporan Laporan akhir dibuat sesuai out line sebagai berikut : KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL (jika ada) DAFTAR GAMBAR (jika ada) DAFTAR LAMPIRAN (jika ada) I.
PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan dan Sasaran C. Ruang Lingkup Kegiatan D. Indikator Kinerja
II. TINJAUAN PUSTAKA III. PELAKSANAAN KEGIATAN 56
A. B. C. D.
Waktu dan Lokasi Alat dan Bahan Metode Tahap Aktivitas/Kegiatan/ Pelaksanaan E. Simpul Kritis Kegiatan F. Pelaksana G. Pembiayaan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran/rekomendasi C. Rencana Tindak Lanjut VI. DAFTAR PUSTAKA VII. LAMPIRAN
57
VII. PEMBIAYAAN Kegiatan pengendalian OPT/demplot pengendalian OPT tanaman perkebunan di daerah antara lain didanai dari APBN tahun anggaran 2013 melalui anggaran Tugas Pembantuan (TP) Direktorat Jenderal Perkebunan.
58
VIII. PENUTUP Pelaksanaan penanganan OPT diharapkan mampu berkontribusi dalam menurunkan tingkat serangan OPT terutama pada pusatpusat serangan sehingga dapat terkendali dan tidak semakin meluas. Untuk keberhasilan pelaksanaannya diperlukan koordinasi, komitmen dan kerjasama, serta upaya yang sungguhsungguh dari semua pihak terkait sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsi masing-masing.
59
Lampiran 1. Spesifikasi Teknis, Cara dan Waktu Aplikasi APH (Patogen Golongan Jamur) 1. Spesifikasi Teknis APH (Patogen Golongan Jamur) No. 1.
Jenis APH Trichoderma koningii
Kepadatan Waktu Spora Simpan Minimal Maksimal 106 3 Bulan
OPT Sasaran - JAP Karet - JAP Pala - JAP Cengkeh - JAP Mete
Keterangan -
-
Diprioritaskan APH yang dieksplorasi dari wilayah setempat (Isolat Spesifik Lokasi). Apabila introduksi dari luar wilayah, gunakan APH yang berasal dari wilayah yang kondisi iklimnya relatif sama dengan lokasi yang akan dikendalikan. Misal APH dari daerah iklim kering digunakan juga untuk di daerah iklim kering, jangan berbeda kondisi. 60
No. 2.
Jenis APH Trichoderma harzianum
Kepadatan Waktu Spora Simpan Minimal Maksimal 106 3 Bulan
OPT Sasaran - Penyakit BPB lada - Busuk Pangkal Batang Pala
Keterangan -
-
Diprioritaskan APH yang dieksplorasi dari wilayah setempat (Isolat Spesifik Lokasi). Apabila introduksi APH dari luar wilayah, gunakan APH yang berasal dari wilayah yang kondisi iklimnya relatif sama dengan lokasi yang akan dikendalikan. Misal APH dieksplorasi dari daerah iklim kering digunakan juga untuk di daerah iklim kering, jangan berbeda kondisi.
61
No. 3.
Jenis APH Beauveria bassiana
Kepadatan Waktu Spora Simpan Minimal Maksimal 106 3 Bulan
OPT Sasaran - PBK - PBKo
Keterangan -
-
Diprioritaskan APH yang dieksplorasi dari wilayah setempat (Isolat Spesifik Lokasi). Apabila introduksi APH dari luar wilayah, gunakan APH yang berasal dari wilayah yang kondisi iklimnya relatif sama dengan lokasi yang akan dikendalikan. Misal APH dieksplorasi dari daerah iklim kering digunakan juga untuk di daerah iklim kering, jangan berbeda kondisi.
62
No. 4.
Jenis APH Metarhizium anisopliae
Kepadatan Waktu Spora Simpan Minimal Maksimal 106 3 Bulan
OPT Sasaran Oryctes rhinoceros pada kelapa
Keterangan -
-
Diprioritaskan APH yang dieksplorasi dari wilayah setempat (Isolat Spesifik Lokasi). Apabila introduksi dari luar wilayah, gunakan APH yang berasal dari wilayah yang kondisi iklimnya relatif sama dengan lokasi yang akan dikendalikan. Misal APH dieksplor dari daerah iklim kering digunakan juga untuk di daerah iklim kering, jangan berbeda kondisi.
63
No. 5.
Kepadatan Waktu Spora Simpan Metarrhizium Minimal Maksimal anisopliae 106 3 Bulan var. anisopliae Jenis APH
OPT Sasaran Brontispa longissima pada kelapa
Keterangan -
-
Diprioritaskan APH yang dieksplorasi dari wilayah setempat (Isolat Spesifik Lokasi). Apabila introduksi dari luar wilayah, gunakan APH yang berasal dari wilayah yang kondisi iklimnya relatif sama dengan lokasi yang akan dikendalikan. Misal APH dieksplor dari daerah iklim kering digunakan juga untuk di daerah iklim kering, jangan berbeda kondisi.
64
2. Cara dan Waktu Aplikasi APH (Patogen Golongan Jamur) No. 1.
Jenis APH Trichoderma koningii
Cara Aplikasi -
-
-
Campurkan Trichoderma dengan pupuk kandang / kompos/BOKASHI; Buat cekungan dangkal (kedalam 510 cm dengan radius 50-70 cm) disekeliling pangkal batang; Taburkan campuran jamur Trichoderma pada cekungan tanah dengan merata;
Waktu Aplikasi/Frekuensi - Aplikasi dilakukan satu kali dalam satu tahun pada awal musim hujan. - Aplikasi dilakukan pada pagi hari atau sore hari dalam kondisi tidak hujan. - Aplikasi dilakukan pada lokasi yang terserang OPT.
Keterangan Pemberian Trichoderma harus bersamaan dengan bahan organik agar Trichoderma dapat berkembang dengan baik karena tersedia makanan yang cukup. Tanaman yang sudah diaplikasi Trichoderma tidak boleh diaplikasi dengan fungisida sintetis. Kelembaban tanah harus tetap terjaga.
65
No.
2.
Jenis APH
Trichoderma harzianum
Cara Aplikasi -
Tutup kembali dengan tanah bekas bongkaran.
-
Campurkan Trichoderma dengan pupuk kandang / kompos/BOKASHI; Buat cekungan dangkal (± 5 cm dengan radius 20-30 cm) disekeliling pangkal batang. Jangan sampai melukai pangkal batang;
-
Waktu Aplikasi/Frekuensi
Keterangan -
- Aplikasi dilakukan satu kali dalam satu tahun pada awal musim hujan. - Aplikasi dilakukan pada sore hari.
-
-
Jangan menggunakan APH yang kadaluwarsa atau APH dengan kepadatan spora dibawah standar. Pemberian Trichoderma harus bersamaan dengan bahan organik agar Trichoderma dapat berkembang dengan baik karena tersedia makanan yang cukup. Tanaman yang sudah diaplikasi Trichoderma tidak boleh diaplikasi dengan fungisida sintetis. 66
No.
Jenis APH
Cara Aplikasi -
Taburkan campuran jamur Trichoderma pada cekungan tanah dengan merata dan tutup kembali dengan tanah bekas bongkaran.
Waktu Aplikasi/Frekuensi
Keterangan -
-
Kelembaban tanah harus tetap terjaga. Jangan menggunakan APH yang kadaluwarsa atau APH dengan kepadatan spora dibawah standar. Jangan menggunakan peralatan pertanian yang sudah digunakan pada tanaman terserang penyakit
67
No. 3.
Jenis APH Beauveria bassiana
Cara Aplikasi a. Biakan media padat: - Masukkan 100 gram biakan jamur kedalam gayung berisi 1 liter air, diremas untuk melepaskan spora, kemudian disaring menggunakan kain kassa/ saringan teh; - Larutan tersebut diencerkan dengan menambahkan 20-40 liter air;
Waktu Aplikasi/Frekuensi - Aplikasi dilakukan setelah terlihat adanya serangan hama (berdasarkan data pengamatan). - Aplikasi dilakukan pada waktu sore hari. -
Keterangan Tanaman yang sudah diaplikasi B.bassiana tidak boleh diaplikasi dengan insektisida sintetis. Kelembaban kebun harus harus tetap terjaga. Jangan menggunakan APH yang kadaluwarsa atau APH dengan kepadatan spora dibawah standar. Evaluasi hasil pengendalian dilakukan dengan cara mengamati banyaknya buah yang terserang persatuan luas 68
No.
Jenis APH
Cara Aplikasi
Waktu Aplikasi/Frekuensi
Keterangan
-
Larutan yang sudah diencerkan ditambahkan dengan perata 1 cc/liter larutan; - Penyemprotan dilakukan langsung pada buah secara merata. b. Spora media cair: - 1-2 liter biakan B. bassiana dalam media cair diencerkan dengan 200-400 liter air;
-
dibandingkan dengan pengamatan awal sebelum aplikasi atau dengan membandingkan data serangan tahun lalu pada lokasi yang sama. Apabila setelah aplikasi turun hujan, maka perlu dilakukan pengulangan penyemprotan ± 3 jam setelah penyemprotan pertama.
69
No.
Jenis APH
Cara Aplikasi -
-
Waktu Aplikasi/Frekuensi
Keterangan
Jika biakan yang akan diencerkan membentuk banyak miselium, maka dilakukan penyaringan terlebih dahulu; Penyemprotan dilakukan langsung pada buah secara merata.
70
No. 4.
Jenis APH Metarrhizium anisopliae
Waktu Keterangan Aplikasi/Frekuensi Jamur diaplikasikan - Aplikasi - Jangan menggunakan pada sarang dilakukan APH yang kadaluwarsa aktif/sarang buatan sebanyak 2 kali atau APH dengan (sarang tempat dalam satu kepadatan spora larva); tahun pada dibawah standar. Sarang buatan saat ada - Pengamatan perlu serangan dibuat berbentuk dilakukan guna Oryctes segi empat dengan mengetahui serangga rhinoceros. ukuran 1 x 1 x 0,5m; sasaran (larva) yang - Interval aplikasi Perangkap dapat terinfeksi dengan pertama dan gejala kulit mengeras, dibuat dengan kedua 6 bulan. kaku dengan noktah menggunakan berwarna hitam, batang kelapa pada tertutup jamur bagian sisi-sisinya . berwarna putih Cara lain dengan kemudian menjadi membuat lubang di tanah dengan ukuran hijau. 1 x 1 x 0,5 m; Cara Aplikasi
-
-
-
71
No.
Jenis APH
Cara Aplikasi -
-
Waktu Aplikasi/Frekuensi
Keterangan
Masukkan bahan organik (serbuk gergaji/sekam/ kotoran hewan/ ampas sagu/sampah yang telah melapuk) ke dalam perangkap setinggi 0,5 m, tambahkan 50 gram Metarhizium kemudian dicampur secara merata; Jaga kelembaban media perangkap dengan cara disiram dengan air.
72
No. 5.
Jenis APH Metarrhizium anisopliae var. anisopliae
Cara Aplikasi Masukkan 100 gram biakan jamur kedalam gayung berisi 1 liter air, diremas untuk melepaskan spora, kemudian disaring menggunakan kain kassa/saringan teh; - Larutan diencerkan dengan menambahkan 5 – 10 liter air; - Penyemprotan dilakukan langsung pada bagian pucuk tanaman yang terserang Brontispa sp;
Waktu Aplikasi/Frekuensi - Aplikasi dilakukan 2 kali dalam satu tahun pada saat adanya serangan Brontispa sp. - Interval aplikasi pertama dan kedua 6 bulan.
Keterangan Aplikasi diutamakan pada tanaman kelapa muda, yaitu pada pucuk daun terserang dan ditemukan larva/imago Brontispa sp.
73
No.
Jenis APH
Cara Aplikasi
Waktu Aplikasi/Frekuensi
Keterangan
- Volume semprot per tanaman 0,5 – 1 liter larutan.
74
Lampiran 2. Spesifikasi Teknis, Cara dan Waktu Aplikasi APH (Patogen Golongan Nematoda) 1. Spesifikasi Teknis APH (Patogen Golongan Nematoda) No. 1.
Kepadatan Jenis APH Populasi Nematoda Nematoda 5 juta Entomopatogen/ Invektif NEP (Steinernema juvenil sp.) (ij)/spons (ukuran 15 x 20 cm)
Waktu Simpan Maksimal 4 bulan di lemari es
OPT Sasaran Uret Tebu (Lepidiota stigma)
Keterangan -
Diprioritaskan yang dieksplorasi dari wilayah setempat (Spesifik Lokasi).
75
2. Cara dan Waktu Aplikasi APH (Patogen Golongan Nematoda) No. 1.
Jenis APH
Cara Aplikasi
Nematoda - Remas-remas 5-10 entomopatogen/ Spons berisi NEP nematoda dalam (Steinernema sp.) 10 liter air dengan menggunakan sarung tangan; - Ambil air hasil remasan sebanyak ½ liter, masukkan ke dalam tangki semprot yang sudah bersih; - Tambahkan 10 liter air; - Larutan siap untuk disemprotkan di kebun;
Waktu Aplikasi/Frekuensi - Aplikasi dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu musim tanam tebu - Interval aplikaksi selama 2 minggu. - Aplikasi dilakukan pada saat mulai musim hujan pada pagi hari sebelum matahari terbit atau sore hari pukul 15.00-17.00
Keterangan -
-
-
Pemberian NEP harus bersamaan dengan bahan organik agar NEP dapat berkembang dengan baik karena tersedia makanan yang cukup. Tanaman yang sudah diaplikasi NEP tidak boleh diaplikasi dengan nematisida sintetis. Kelembaban tanah harus tetap terjaga. 76
No.
Jenis APH
Cara Aplikasi - Penyemprotan dilakukan di sekitar perakaran tebu.
Waktu Aplikasi/Frekuensi
Keterangan -
-
Jangan menggunakan NEP yang kadaluwarsa atau NEP dengan kepadatan IJ dibawah standar. Spons yang belum diaplikasikan harus disimpan di dalam kulkas atau kotak pendingin yang diberi es batu dan diganti setiap 2 hari sekali serta bisa bertahan maksimal 4 bulan.
77
Lampiran 3. Spesifikasi Teknis, Cara dan Waktu Aplikasi APH (Golongan Parasitoid) 1. Spesifikasi Teknis APH (Golongan Parasitoid) No. 1.
Jenis Parasit Tetrastichus brontispae
Dosis 5 koker/ha, masingmasing berisi 5 ekor pupa Brontispa terparasit Tetrastichus brontispae
Waktu Simpan Maksimal 5 hari setelah pupa diinfeksi parasitoid.
OPT Sasaran Brontispa longissima pada kelapa
-
Keterangan Parasitoid diprioritaskan yang dieksplorasi dari wilayah setempat (Spesifik Lokasi). Apabila introduksi dari luar wilayah, gunakan parasitoid yang berasal dari wilayah yang kondisi iklimnya relatif sama dengan kondisi iklim lokasi yang akan dikendalikan.
78
No. 2.
Jenis Parasit Leefmansia bicolor
Dosis 5 koker/ha, masingmasing berisi 25 butir telur Sexava sp. terparasit Leefmansia bicolor
Waktu Simpan Maksimal 1 minggu setelah telur diinfeksi parasitoid.
OPT Sasaran Sexava sp. pada kelapa
Keterangan Parasitoid diprioritaskan yang dieksplorasi dari wilayah setempat (Spesifik Lokasi). - Apabila introduksi dari luar wilayah, gunakan parasitoid yang berasal dari wilayah yang kondisi iklimnya relatif sama dengan kondisi iklim lokasi yang akan dikendalikan.
79
2. Cara dan Waktu Aplikasi APH (Golongan Parasitoid) No. 1.
Jenis APH
Cara Aplikasi
Tetrastichus brontispae
- 5 ekor pupa Brontispa yang terparasit Tetrastichus dimasukkan dalam koker; - Koker digantung dengan kawat pada pelepah ketiga dari daun tombak tanaman kelapa; - Kawat diolesi vaselin untuk mencegah semut menyerang pupa di dalam koker.
Waktu Aplikasi/Frekuensi - Pemasangan koker yang berisi parasitoid dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu tahun pada saat ada serangan Brontispa sp. - Interval waktu pelepasan 3 bulan. - Pemasangan koker dilakukan pada pagi hari.
Keterangan Tanaman yang sudah diaplikasi Tetrastichus tidak boleh diaplikasi dengan Insektisida sintetis. Pupa terparasit Tetrastichus yang sudah dimasukkan kedalam koker harus segera digantung pada pelepah ketiga dari daun tombak tanaman kelapa.
80
No. 2.
Jenis APH Leefmansia bicolor
Cara Aplikasi - 25 butir telur Sexava sp. yang terparasit Leefmansia bicolor dimasukkan ke dalam koker; - Koker digantung dengan kawat pada potongan kayu yang berukuran kurang lebih 1, 5 m dan ditancapkan pada tanah di sekitar pohon kelapa yang banyak terserang Sexava sp.
Waktu Aplikasi/Frekuensi - Pemasangan koker yang berisi parasitoid dilakukan minimal 10 kali dalam satu tahun pada saat ada serangan Sexava sp. - Interval waktu pelepasan 2 minggu sekali.
Keterangan Tanaman yang sudah diaplikasi Leefmansia bicolor tidak boleh diaplikasi dengan Insektisida sintetis. Telur terparasit Leefmansia bicolor yang sudah dipasang pada koker harus segera diaplikasikan tidak boleh lebih dari 1 minggu.
81
No.
Jenis APH
Cara Aplikasi - Kawat/kayu diberi oli bekas/vaselin untuk mencegah semut masuk kedalam koker.
Waktu Aplikasi/Frekuensi - Pemasangan koker dilakukan pada pagi atau sore hari dan diletakkan pada lokasi yang teduh (tidak terkena sinar matahari langsung).
Keterangan
82
Lampiran 4. Spesifikasi Teknis, Cara dan Waktu Aplikasi Sex Feromon 1. Spesifikasi Teknis Sex Feromon No. 1.
Jenis Feromon/ Bahan Aktif - Sex Feromon khusus untuk hama PBK - Bahan aktif: hexadecatrienyl, hexadecatrienol
Dosis 6 perangkap/ ha/tahun
Waktu Simpan Satu tahun penyimpanan pada suhu kamar dan tidak terkena sinar matahari langsung.
OPT Sasaran
Keterangan
PBK (Conopomorpha cramerella) pada kakao
Diprioritaskan pada daerah serangan penggerek buah kakao.
83
No. 2.
3.
Jenis Feromon/ Bahan Aktif - Sex Feromon khusus untuk hama PBKo - Bahan aktif: Etanol 500
Dosis 19-25 perangkap/ ha/tahun
- Sex Feromon 7–9 perangkap/ ha/tahun khusus hama Penggerek Batang Tebu - Bahan Aktif : Oktadekenil asetat 100%
Waktu Simpan Satu tahun penyimpanan pada suhu kamar dan tidak terkena sinar matahari langsung. Empat bulan penyimpanan pada suhu kamar dan tidak terkena sinar matahari langsung.
OPT Sasaran
Keterangan
PBKo (Hypothenemus hampei) pada Kopi
Diprioritaskan pada daerah serangan penggerek buah kopi.
Penggerek batang (Chilo sachariphagus) pada tanaman tebu
Diprioritaskan pada derah serangan penggerek batang tebu.
84
No. 4.
5.
Jenis Feromon/ Bahan Aktif - Sex Feromon khusus hama Kumbang Nyiur - Bahan Aktif: etil4metil oktanoat
- Sex Feromon khusus hama Kumbang Sagu - Bahan aktif: 4–5 metil –5nonanol
Dosis 1 perangkap/ ha/tahun
1-2 perangkap/ ha/tahun
Waktu Simpan Satu tahun penyimpanan pada suhu kamar dan tidak terkena sinar matahari langsung. Satu tahun penyimpanan pada suhu kamar dan tidak terkena sinar matahari langsung.
OPT Sasaran
Keterangan
Kumbang Nyiur (Oryctes rhinoceros) pada kelapa
Diprioritaskan pada derah serangan Oryctes rhinoceros
Kumbang sagu (Rhynchophorus ferrugineus) pada kelapa
Diprioritaskan pada derah serangan Rhynchophorus ferrugineus
85
2. Cara dan Waktu Aplikasi Sex Feromon No. 1.
Jenis Feromon/ Waktu Cara Aplikasi Bahan Aktif Aplikasi/frekuensi - Sex Feromon - Perangkap dilipat - Aplikasi feromon khusus untuk hama berbentuk rumah; dilakukan 4 kali PBK - Tabung feromon dalam satu tahun - Bahan aktif: digantung pada atau menyesuaikan hexadecatrienyl, perangkap; dengan kondisi hexadecatrienol - Tutup tabung lapangan. feromon dilubangi - Aplikasi feromon dimulai pada saat dengan musim buah. Buah menggunakan jarum dan jangan berukuran rata-rata dibuka; 8 cm dan mulai ada - Lem atau perekat serangan PBK. dibuka kemudian dimasukkan dalam perangkap;
Keterangan - Pemasangan feromon harus memenuhi 5 T (Tepat dosis, waktu, cara, lokasi dan sasaran), sesuai dengan pedoman penggunaan. - Sebelum aplikasi perlu dilakukan pengamatan untuk menentukan waktu
86
No.
Jenis Feromon/ Bahan Aktif
Waktu Keterangan Aplikasi/frekuensi - Perangkap - Interval penggantian pemasangan yang tepat. digantung diatas feromon dan Feromon jangan tajuk tanaman perekat/lem paling dengan ketinggian lambat 3 bulan atau dipasang dibawah 0,5 m diatas tajuk disesuaikan dengan tajuk karena tertinggi; kondisi lapangan. kebiasaan - Jalur penempatan - Pemasangan aktivitas kawin imago PBK diatas perangkap secara feromon dilakukan tajuk tanaman diagonal atau zig pada sore hari. pada malam hari. zag pada pusatpusat serangan; - Tutup botol - Pengamatan senyawa dan selaput penutup dilakukan secara botol feromon berkala makmimal tidak boleh 1 minggu sekali; dibuka selama pemasangan, Cara Aplikasi
87
No.
Jenis Feromon/ Bahan Aktif
Cara Aplikasi - Apabila lem atau perekat sudah tidak berfungsi (misal terkena air hujan atau sudah penuh dengan PBK yang tertangkap) segera diganti dengan lem perekat serangga selama feromon masih belum habis.
Waktu Aplikasi/frekuensi
Keterangan karena tutup botol sudah dilubangi dengan jarum.
88
No. 2.
Jenis Feromon/ Bahan Aktif - Sex Feromon khusus untuk hama PBKo - Bahan aktif: Etanol 500
Cara Aplikasi - Kemasan aluminium foil terdiri dari 4 Sachet feromon dan 1 buah jarum; - Perangkap bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih; - Gunting kemasan almunium foil dan ambil satu sachet feromon, lubangi dengan jarum, gantungkan pada gantungan yang
Waktu Aplikasi/frekuensi - Aplikasi feromon dilakukan 4 kali dalam satu tahun atau menyesuaikan dengan kondisi lapangan. - Aplikasi feromon dimulai pada saat buah fase matang susu dan mulai ada serangan PBKo. - Feromon diganti paling lambat 3 bulan atau disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Keterangan - Pemasangan feromon harus memenuhi 5 T (Tepat dosis, waktu, cara, lokasi dan sasaran), sesuai dengan pedoman penggunaan. - Sebelum aplikasi perlu dilakukan pengamatan untuk menentukan waktu pemasangan yang tepat.
89
No.
Jenis Feromon/ Bahan Aktif
Cara Aplikasi tersedia pada perangkap bagian atas; - Masukkan air yang telah dicampur dengan sedikit detergen dengan tinggi + 2 cm dari dasar perangkap bagian warna putih; - Pasangkan perangkap putih ke perangkap merah dengan cara diputar;
Waktu Aplikasi/frekuensi - Pemasangan feromon dilakukan pada sore hari.
Keterangan - Feromon jangan dipasang dibawah tajuk - Air detergen dalam perangkap bagian bawah diganti bersamaan dengan penggantian sachet feromon. - Sisa sachet feromon yang belum dipakai agar disimpan di dalam lemari pendingin.
90
No.
Jenis Feromon/ Bahan Aktif
Cara Aplikasi
Waktu Aplikasi/frekuensi
Keterangan
- Perangkap bagian atas digantungkan pada tiang kayu/bambu diantara tanaman kopi dengan ketinggian 1,5 m dari permukaan tanah.
91
No. 3.
Jenis Feromon/ Cara Aplikasi Bahan Aktif - Sex Feromon - Wadah perangkap khusus untuk hama dimasukkan pada Penggerek Batang drat bagian bawah Tebu tiang penyangga - Bahan Aktif : yang terbuat dari bambu atau kayu Oktadekenil asetat bulat; 100% - Wadah perangkap yang telah terpasang pada tiang penyangga dimasukkan tempat vial rubber feromon pada sisi tengah;
Waktu Aplikasi/frekuensi - Penggantian feromon dilakukan 4 kali dalam satu musim atau menyesuaikan dengan kondisi lapangan. - Interval waktu apliaksi feromon 3 bulan. - Pemasangan feromon dilakukan pada sore hari.
Keterangan - Pemasangan feromon harus memenuhi 5 T (Tepat dosis, waktu, cara, lokasi dan sasaran), sesuai dengan pedoman penggunaan. - Sebelum aplikasi perlu dilakukan pengamatan untuk menentukan waktu pemasangan yang tepat.
92
No.
Jenis Feromon/ Bahan Aktif
Cara Aplikasi - Masukkan vial rubber feromon pada wadah perangkap yang telah terpasang; - Masukkan air yang telah dicampur sedikit deterjen setinggi + 0,5 cm dari wadah perangkap; - Perangkap dipasang diantara juring, setiap 14 juring dipasang satu unit perangkap dengan
Waktu Aplikasi/frekuensi
Keterangan - Pemasangan vial rubber tergantung dari arah tiupan angin. - Setelah 3 bulan vial rubber diganti atau dapat ditambah vial rubber baru dengan cara ditempelkan pada vial rubber lama menggunakan jarum pentul.
93
No.
Jenis Feromon/ Bahan Aktif
Cara Aplikasi
Waktu Aplikasi/frekuensi
Keterangan
ketinggian 120 cm dari permukaan tanah; - Vial rubber diganti setiap 3 bulan.
94
No. 4.
Jenis Feromon/ Cara Aplikasi Bahan Aktif - Sex Feromon - Siapkan ember khusus untuk hama plastik kumbang nyiur berkapasitas 12 - Bahan Aktif: liter yang akan digunakan sebagai etil-4 metil perangkap; oktanoat - Buat lubang pada bagian dasar ember sebanyak 5 buah dengan diameter 2 mm untuk pembuangan air hujan; - Tutup ember dilubangi sebanyak 5 buah
Waktu Aplikasi/frekuensi - Aplikasi feromon dilakukan minimal dua kali dalam satu tahun atau menyesuaikan dengan kondisi lapangan. - Interval waktu aplikasi paling lambat 3 bulan. - Pemasangan feromon dilakukan pada sore hari.
Keterangan - Pemasangan feromon harus memenuhi 5 T (Tepat dosis, waktu, cara, lokasi dan sasaran), sesuai dengan pedoman penggunaan. - Sebelum aplikasi perlu dilakukan pengamatan untuk menentukan waktu pemasangan yang tepat, yaitu pada
95
No.
Jenis Feromon/ Bahan Aktif
Cara Aplikasi lubang dengan diameter 55 mm; - Balik tutup ember yang sudah dilubangi, kemudian gantungkan satu kantong feromon pada bagian tengah tutup ember dengan menggunakan kawat;
Waktu Aplikasi/frekuensi
Keterangan saat ditemukan adanya serangan kumbang pada tanaman kelapa
96
No.
Jenis Feromon/ Bahan Aktif
Cara Aplikasi
Waktu Aplikasi/frekuensi
Keterangan
- Tutup ember yang telah digantungi feromon dipasang kan pada ember perangkap; - Ember perangkap digantung pada tiang kayu/bambu penyanggah yang berukuran 2-3 m dari permukaan tanah;
97
No.
Jenis Feromon/ Bahan Aktif
Cara Aplikasi
Waktu Aplikasi/frekuensi
Keterangan
- Tiang penyanggah ditancapkan di pinggir kebun pada tempat terbuka; - pengumpulan dan pemusnahan kumbang yang terperangkap dilakukan maksimal setiap satu minggu satu kali;
98
No.
Jenis Feromon/ Bahan Aktif
Cara Aplikasi
Waktu Aplikasi/frekuensi
Keterangan
- Akan lebih efektif jika ember diisi dengan serbuk gergaji/tanah yang dicampur dengan insektisida dengan tujuan agar kumbang yang terperangkap mati.
99
No. 5.
Jenis Feromon/ Cara Aplikasi Bahan Aktif - Sex Feromon - Siapkan ember khusus untuk hama plastik kumbang sagu berkapasitas 18 - Bahan aktif 4–5 liter yang akan digunakan sebagai meti –5- nonanol perangkap; - Pada bagian dasar ember untuk perangkap dibuat lubang sebanyak 23 buah dengan diameter 2 mm; - Seng Plat sebanyak dua buah disatukan dengan bambu yang ujungnya
Waktu Aplikasi/frekuensi - Aplikasi feromon dilakukan minimal dua kali dalam satu tahun atau menyesuaikan dengan kondisi lapangan. - Interval waktu aplikasi feromon paling lambat 3 bulan. - Pemasangan feromon dilakukan pada sore hari.
Keterangan - Pemasangan feromon harus memenuhi 5 T (Tepat dosis, waktu, cara, lokasi dan sasaran), sesuai dengan pedoman penggunaan. - Sebelum aplikasi perlu dilakukan pengamatan untuk menentukan waktu pemasangan yang tepat, yaitu pada
100
No.
Jenis Feromon/ Bahan Aktif
Cara Aplikasi telah dibelah silang sehingga berbentuk kipas baling-baling; - Seng plat yang telah disatukan dengan bambu dimasukkan ke dalam ember plastik; - Buat gantungan dari kawat dan pasang pada seng plat baling-baling;
Waktu Aplikasi/frekuensi
Keterangan saat ditemukan adanya gejala serangan kumbang sagu pada tanaman kelapa
101
No.
Jenis Feromon/ Bahan Aktif
Cara Aplikasi
Waktu Aplikasi/frekuensi
Keterangan
- Gantungkan feromon pada gantungan kawat tersebut; - Ember perangkap digantung pada bambu/kayu penyanggah berukuran ± 1 m; - Kayu penyanggah tersebut dipasang pada pohon kelapa dengan ketinggian 2 meter dari permukaan tanah.
102
Lampiran 5. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Kopi No. 1 2 3 4 5
6 7
Provinsi Aceh Bengkulu Bengkulu Sumsel Sumsel Lampung Jabar Jabar Jabar Bali Bali NTB
Kabupaten Aceh Tengah Kaur Seluma OKU Selatan Lahat Lampung Utara Garut Bandung Bandung Barat Tabanan Bangli Lombok Timur
Volume 100 Ha 100 Ha 150 Ha 100 Ha 100 Ha 100 Ha 100 Ha 100 Ha 60 Ha 75 Ha 75 Ha 150 Ha
103
Lampiran 6. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Cengkeh No. 1 2 3
4
Provinsi Jateng Bali Bali Sulut Sulut Sulut Maluku
Kabupaten Magelang Buleleng Karangasem Minahasa Tenggara Bolmong Timur Bolmong Maluku Tengah
Volume 125 Ha 150 Ha 100 Ha 125 Ha 100 Ha 100 Ha 100 Ha
104
Lampiran 7. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Lada No.
4.
Provinsi Babel Babel Babel Sumsel Kalbar Kalbar Kalbar Kalbar Kalbar Kaltim
5.
Sulsel
2. 3.
Kabupaten Bangka Bangka Barat Belitung OKU Selatan Bengkayang Sambas Kubu Raya Sanggau Pontianak Panajem Paser Utara Bulukumba
Volume 25 Ha 100 Ha 25 Ha 100 Ha 60 Ha 60 Ha 100 Ha 100 Ha 100 Ha 75 Ha 100
Ha
105
Lampiran 8. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Pala No. 1
2 3 4 5
Provinsi Aceh Aceh Aceh Sulut Maluku Utara Maluku Maluku Papua Barat
Kabupaten Aceh Selatan Aceh Barat Daya Aceh Utara Minahasa Halmahera Utara
Volume 100 Ha 100 Ha 100 Ha 100 Ha 100 Ha
Seram Bagian Barat Maluku Tengah Fakfak
100 100 100
Ha Ha Ha
106
Lampiran 9. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Kakao No. 1 2 3
4
5 6
Provinsi Bali NTB Sulbar Sulbar Sulbar Sulbar Sulsel Sulsel Sulsel Sulteng Sultra
Kabupaten Tabanan Lombok Utara Majene Mamuju Utara Mamuju Polman Bone Luwu Luwu Timur Sigi Konawe Selatan
Volume 200 Ha 200 Ha 300 Ha 300 Ha 300 Ha 300 Ha 360 Ha 300 Ha 300 Ha 300 Ha 300 Ha
107
Lampiran 10. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Tebu No 1. 2.
Provinsi DIY Jateng
Kabupaten Sleman Purworejo Kebumen Sragen Pemalang Klaten
3.
Jatim
Tegal Bondowoso Jember Sidoarjo Sidoarjo Mojokerto Ngawi
4.
Jabar
5.
Lampung
6.
Sumsel
7.
Gorontalo
Cirebon Cirebon Lampung Utara Ogan Ilir Ogan Ilir Ogan Ilir Gorontalo
Jenis OPT Hama Uret Hama Uret Hama Uret Penggerek Batang/Pucuk Penggerek Batang/Pucuk Penggerek Batang/Pucuk Tikus Hama Uret Hama Uret Penggerek Batang/Pucuk Tikus Penggerek Batang/Pucuk Penggerek Batang/Pucuk Penggerek Batang/Pucuk Tikus Penggerek Batang/Pucuk Hama Uret Penggerek Batang/Pucuk Tikus Penggerek
Volume 150 Ha 350 Ha 250 Ha 150 Ha 100
Ha
50
Ha
50 50 50 150
Ha Ha Ha Ha
128 200
Ha Ha
200
Ha
263
Ha
168 100
Ha Ha
16 18
Ha Ha
20 26
Ha Ha
108
No
Provinsi
Kabupaten Boalemo
8.
Sulsel
Bone Takalar
Jenis OPT Batang/Pucuk Penggerek Batang/Pucuk Tikus Tikus
Volume 21
Ha
80 20
Ha Ha
109
Lampiran 11. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Tembakau No
Provinsi
1. 2. 3.
Jateng NTB Jatim
Kabupaten Wonosobo Lombok Tengah Jember
Volume 25 25 25
Ha Ha Ha
110
Lampiran 12. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Kapas No
Provinsi
Kabupaten
1.
Jateng Jateng DIY Jatim Jatim Bali NTB NTT NTT Sulsel Sulsel
Grobogan Wonogiri Gunung Kidul Lamongan Pacitan Karangasem Lombok Utara Sumba Barat Sumba Barat Daya Gowa Jeneponto
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Volume 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha
111
Lampiran 13. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Kelapa No 1 2
Provinsi Aceh Riau
8
NTT
9
Kalbar
Kabupaten Aceh Besar Indragiri Hilir Lampung Selatan Jepara Rembang Gunung Kidul Kulonprogo Tulung Agung Kediri Lombok Barat Lombok Barat Lombok Timur Flores Timur Kubu Raya
3
Lampung
4
Jateng
5
DIY
6
Jatim
7
Jatim NTB
10 11
Kalteng Sulsel
Kotim Bone
12
Sulteng Sulteng Sulut Sulut
Toli-Toli Banggai Bolmong Talaud
NTB NTB
13
Jenis OPT Brontispa sp. Brontispa sp.
Volume 100 Ha 100 Ha
Oryctes sp./Rhyncophorus sp. Oryctes sp. Oryctes sp. Oryctes sp.
135
Ha
100 100 50
Ha Ha Ha
Oryctes sp. Oryctes sp.
50 100
Ha Ha
Oryctes sp. Brontispa sp.
100 100
Ha Ha
Oryctes sp.
100
Ha
Oryctes sp.
200
Ha
Oryctes sp.
100
Ha
Oryctes sp./Rhyncophorus sp. Brontispa sp. Oryctes sp./Rhyncophorus sp. Brontispa sp. Brontispa sp. Brontispa sp. Sexava sp.
540
Ha
100 400
Ha Ha
100 75 100 100
Ha Ha Ha Ha
112
No
Provinsi Sulut Sulut
14
Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara
Kabupaten Bitung Minahasa Utara Halsel
Jenis OPT Tungau (Aceria sp.) Tungau (Aceria sp.)
Volume 200 Ha 200 Ha
Sexava sp.
325
Ha
Halbar
Sexava sp.
280
Ha
Morotai
Sexava sp.
350
Ha
113
Lampiran 14. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Karet No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Provinsi Sumut Riau Riau Sumsel Kalbar Kalsel Jabar
Kabupaten Asahan Pelalawan Kuantan Singingi OKU Sambas HST Garut
Volume 100 Ha 50 Ha 50 Ha 100 Ha 75 Ha 100 Ha 50 Ha
Lampiran 15. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Jambu Mete No. 1.
Provinsi Bali
Kabupaten Karangasem
Volume 100 Ha
114
Lampiran 16. Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT Kopi No 1
2 3
4 5
Jenis Kegiatan Honor: - Rampasan akhir panen (racutan), petik bubuk Pada awal panen, lelesan, pengaturan naungan, aplikasi APH, aplikasi dan pembuatan pupuk organik, dll (HOK) Sosialisasi (OH) Pengadaan Bahan : - Agens Pengendali Hayati Beauveria bassiana (Kg) - Atraktan (Set) - Pupuk Organik (Kg) Pengadaan Alat : - Knapsack sprayer (Unit) Pembinaan dan monev : - Pembinaan provinsi ke lokasi (OT) - Pembinaan kabupaten ke lokasi (OT) - Pembinaan UPTD proteksi ke lokasi (OT) - Konsultasi ke Pusat (OT)
Volume
Keterangan Total luas pengendalian 1.210 ha di 7 provinsi, 12 7.550 kabupaten.
1.250 13.920 29.260 233.750 580 81 78 81 2
115
Lampiran 17. Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT Cengkeh No 1
2 3
4
5
Jenis Kegiatan Honor: - Aplikasi insektisida, pemupukan, sanitasi, dll Sosialisasi (OH) Pengadaan Bahan : - Trichoderma sp (Kg) - Antibotik (Botol) - Pestisida sintetik (L/Kg) - Pestisida Nabati (L) - Pupuk Organik (Kg) - Bibit (Btg) Pengadaan Alat : - Spuit plastic (Unit) - Plastik (Pack) - Power mist blower (Unit) - Bor batang (Unit) - Jarum infus, pasak kayu/bambu (paket) Pembinaan dan monev : - Pembinaan provinsi ke lokasi (OT) - Pembinaan kabupaten ke lokasi (OT) - Pembinaan UPTD proteksi ke lokasi (OT) - Konsultasi ke Pusat (OT)
Volume Keterangan 3.750 Total luas pengendalian 800 ha di 4 provinsi, 7 925 kabupaten. 13.875 750 7.725 500 130.000 1.800 500 125 3 63 400
68 70 76 5
116
Lampiran 18. Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT Lada No 1
2 3
Jenis Kegiatan Honor: - Sanitasi, parit, isolasi, aplikasi fungisida sistemik, aplikasi APH, aplikasi dolomit, pemupukan, dll (HOK) Sosialisasi Pengadaan Bahan : - Trichoderma, sp (Kg) - Dolomit (Kg) - Nematisida (L/Kg) - Bubur Bordeaux (L) - Pupuk Organik (pupuk kandang) (Kg)
Volume
Keterangan Total luas 5.150 pengendalian 845 ha di 5 provinsi, 11 kabupaten
570 60.600 12.000 1.200 565.000 500.000
4
Pembinaan dan monev : - Pembinaan provinsi ke lokasi (OT) - Pembinaan kabupaten ke lokasi (OT) - Pembinaan UPTD proteksi ke lokasi (OT) - Konsultasi ke Pusat (OT)
86 120 82 7
117
Lampiran 19. Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT Pala No 1
2 3
4
Jenis Kegiatan Honor: - Pemangkasan cabang/ranting terserang, pemupukan,aplikasi Trichoderma sp. (HOK) Sosialisasi Pengadaan Bahan : - Trichoderma sp. (Kg)
Pembinaan dan monev : - Pembinaan provinsi ke lokasi (OT) - Pembinaan kabupaten ke lokasi (OT) - Pembinaan UPTD proteksi ke lokasi (OT) - Konsultasi ke Pusat (OT)
Volume
Keterangan Total luas 3.200 pengendalian 800 ha di 5 provinsi, 8 kabupaten. 800
60.000
32 160 32 8
118
Lampiran 20. Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT Kakao No 1
2 3
4 5
Jenis Kegiatan Honor: - Pemangkasan, Sanitasi, Panen Sering dan Pemupukan (HOK) Sosialisasi (OH) Pengadaan Bahan : - Atraktan (Set) - Pupuk Organik (Kg) Pengadaan Alat : - Knapsack sprayer (Unit) Pembinaan dan monev : - Pembinaan provinsi ke lokasi (OT) - Pembinaan kabupaten ke lokasi (OT) - Pembinaan UPTD proteksi ke lokasi (OT)
Volume
Keterangan Total luas pengendalian 47.400 3.160 ha di 6 provinsi, 11 1.210 kabupaten.
18.360 233.750 550 77 66 77
119
Lampiran 21. Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT pada Tanaman Tebu No
Jenis kegiatan
1
Honor: - Upah pengamatan, pemasangan APH, sanitasiGropyokan dan pengemposan, Pemasangan umpan racun, (HOK) Sosialisasi (OH) Pengadaan bahan : - Bahan Agens Pengendali Hayati untuk hama uret (Paket) '- Bahan Agens Pengendali Hayati /feromon untuk penggerek batang (set) - Pupuk Kandang (Kg) - Belerang (kg) - Umpan racun tikus (Kg Pengadaan alat: - Lampu Emergency/Light Trap (Buah) - Alat Aplikasi Bahan Pengendalian dan kelengkapannya (Paket/Set) Pembinaan dan monev: - sosialisasi, pembinaan, monev kabupaten ke lokasi (OT) - sosialisasi, pembinaan, monev Petugas Provinsi dan UPTD Proteksi ke lokasi (OT)
2 3
4
5
Volume
Keterangan Total Luas Pengendalian 2.960 ha di 8 provinsi 19 kabupaten
51.257 2.358
866
8.546 433.000 4.660 932
866
1.332
418
192
120
Lampiran 22. Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT pada Tanaman Tembakau No
Jenis kegiatan
1
Honor: - Pengendalian dan pengamatan (HOK) Sosialisasi (OH) Pengadaan bahan : - Agens Pengendali Hayati (Set) - Pupuk organik (Ton) Pengadaan alat: - Sprayer - Lampu petromak Pembinaan dan monev: - sosialisasi, pembinaan, monev kabupaten ke lokasi (OT) - sosialisasi, pembinaan, monev Petugas Provinsi dan UPTD Proteksi ke lokasi (OT)
2 3
4
5
Volume
Keterangan Total Luas Pengendalian 4.050,00 75 ha di 3 75,00 provinsi 3 kabupaten. 75,00 18,75 75,00 50,00
18,00
32,00
121
Lampiran 23. Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT pada Tanaman Kapas No
Jenis kegiatan
1
Honor: - Pengamatan Pengendalian dan evaluasi (HOK)
2 3
Sosialisasi (OH) Pengadaan bahan : - Agens Pengendali Hayati dan Pestisida nabati (Set) Pengadaan alat:
4
5
- Sprayer Pembinaan dan monev: - sosialisasi, pembinaan, monev kabupaten ke lokasi (OT) - sosialisasi, pembinaan, monev Petugas Provinsi dan UPTD Proteksi ke lokasi (OT)
Volume
Keterangan Total Luas Pengendalian 275 ha di 7 15.125 provinsi 11 kabupaten. 275,00
275,00
275,00
66,00
132,00
122
Lampiran 24. Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT pada Tanaman Kelapa No Jenis kegiatan 1 Honor: - Upah Pengendalian dan Pengamatan (HOK) 2 3
Sosialisasi (OH) Pengadaan bahan : - Metarhizium sp. untuk Brontispa (kg) - Metarhizium sp. Oryctes (kg) - Tetrastichus sp.(pupa Brontispa sp.terparasit (ekor) - Telur Sexava sp. terparasit Leefmansia bicolor (butir) - Feromon (sachet) - Insektisida (liter) - Serbuk gergaji/pupuk kandang (kg) - Plastik, karet gelang (bungkus) -
Kawat (kg) Sarung tangan (pasang) Masker (buah) Bahan bakar bor batang (liter) Cat (kg)
Volume
Keterangan Total Luas Pengendalian 42,233 4.105 ha di 14 provinsi 4,135 24 kabupaten. 2,700 7,900
16,875
26,375 4,700 1,087.5 90,960 1,455 105.5 400 400 400
123
No
4
5
Jenis kegiatan - Papan Nama (buah) Pengadaan alat: - Ember dan perlengkapannya - Disposible spuit (buah) - Spayer kecil (buah) - Tali tambang (meter) Pembinaan, monev: - Sosialisasi, pembinaan, monev kabupaten ke lokasi (OH/OT) - Sosialisasi, pembinaan, monev Petugas Provinsi dan UPTD Proteksi ke lokasi (OT) - Konsultasi ke pusat (OT)
Volume 1.203 164
Keterangan
1,575 400 1,350 16,875
494
470 25
124
Lampiran 25. Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT pada Tanaman Karet No 1
Jenis kegiatan
Honor: - Aplikasi Trichoderma sp., tebang pohon, pemusnahan tanaman sakit, penanaman tanaman antagonis, dan sanitasi kebun (HOK) 2 Sosialisasi (OH) 3 Pengadaan Bahan: - Trichoderma sp. (Kg) - Fungisida (ltr/kg) - Cat, Kuas (Kg) - Tanaman antagonis (kg) - Papan nama (bh) 4. Pembinaan dan monev: - Dalam rangka sosialisasi, pembinaan dan monev kabupaten ke lokasi (OT/OH) - Dalam rangka sosialisasi, pembinaan dan monev provinsi/UPTD ke lokasi (OT/OH) - Dalam rangka konsultasi ke pusat (OT)
Volume
Keterangan Total luas pengendalian 525 ha di 6 provinsi, 7 kabupaten
6,625 570 21,501 500 475 8,175 21
87
60 6
125
Lampiran 26. Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT pada Tanaman Jambu Mete No 1
2 3
4
Jenis kegiatan Honor: - Perbanyakan dan penyebaran Trichoderma sp., pemusnahan tanaman sakit, dan sanitasi kebun (HOK) Sosialisasi (OH) Pengadaan Bahan: - Trichoderma sp (kg) - Cat (kg) - Pupuk organik (kg) - Papan nama (buah) Pembinaan dan monev: - Sosialisasi, pembinaan dan monev kabupaten ke lokasi (OH) - Sosialisasi, pembinaan dan monev provinsi dan UPTD ke lokasi (OT) - Konsultasi ke Pusat
Volume
Keterangan Total luas pengendalian 100 ha di 1 provinsi, 1 kabupaten
3,000 100 3,000 100 7,500 4
30
12 2
126
Lampiran 27. Jenis dan Volume Komponen Demplot Pengendalian OPT Kopi No 1
2
3
4
Jenis Kegiatan Volume Honor: - Perbaikan saluran 202 dreinase, teras sering, pembuatan rorak, penyulaman pohon pelindung, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian OPT, leles buah dan petik buah kopi. (HOK) Pengadaan Bahan : - Tanaman pelindung 60.000 (penyulaman) (Btg) - Pupuk organik (Kg) - Pupuk NPK (Kg) - Beauveria bassiana (Kg) Pengadaan Alat : - Gergaji pangkas (Bh) 2 - Gunting pangkas (Bh) 2 - Knapsack sprayer (Bh) 2 Pembinaan dan monev : - Pembinaan provinsi ke lokasi (OT) 2 - Pembinaan kabupaten ke lokasi (OT) 2 - Pembinaan UPTD proteksi ke lokasi (OT) 2 - Konsultasi ke Pusat (OT) 1
Keterangan Total luas Demplot pengendalian 2 ha di 1 provinsi, 1 kabupaten.
127
Lampiran 28. Jenis dan Volume Komponen Demplot Pengendalian OPT Lada No 1
2
3
Jenis Kegiatan Volume Honor: - Insentif petugas 224 pendamping demplot, sanitasi kebun, pengisian polibag, penyiangan, pembuatan lubang tanam, pemupukan dan penyebaran APH, pemindahan tanaman dari polibag ke lapangan (HOK) Pengadaan Bahan : - Batang bawah sirih (Btg) 2.500 - Batang atas lada (Btg) 2.500 - Pupuk NPK (Btg) 500 - Tajar (Tegakan) 2.500 - Trichoderma sp. (Kg) 50 - MSG (Kg) 100 - Garam (Kg) 1.000 Pembinaan dan monev : - Pembinaan provinsi ke 10 lokasi (OT) 36 - Pembinaan kabupaten ke lokasi (OH)
Keterangan Total luas Demplot pengendalian 1 ha di 1 provinsi, 1 kabupaten
128
Lampiran 29. Jenis dan Volume Komponen Demplot Pengendalian OPT Pada Tanaman Karet No 1
2
3
4
Jenis Kegiatan Honor: - Insentif petugas Lapangan (OB) - Insentif petugas dinas (OB) - Persiapan lahan, pengajiran, pelubangan, penanaman, penyulaman, penyiangan dan pewiwilan, pemupukan dan pengendalian OPT, pemeliharaan/pembuatan teras dan saluran dreinase (HOK) Pengadaan Bahan : - Bibit karet (Btg) - Pupuk kandang) (Kg) - Pupuk Urea (Kg) - Pupuk SP 36 (Kg - Trichoderma sp. (Kg) Pengadaan Alat : - Pisau tunas (Bh) - Cangkul (Bh) Pembinaan dan monev : - Pembinaan provinsi ke lokasi (OT) - Pembinaan kabupaten ke lokasi (OH) - Konsultasi ke Pusat (OT)
Volume
Keterangan Total luas 8 Demplot 16 pengendalian 165 1 ha di 1 provinsi, 1 kabupaten.
550 3.300 125 75 30 2 1
7 14 2
129